Anda di halaman 1dari 2

Mita Pramudita

XI IPS 2
SOSIOLOGI (pemetaan konflik dan resolusinya)

Judul Konflik : Pengepungan Mahasiswa Papua di Yogyakarta


Link Berita Konflik : https://m.merdeka.com/peristiwa/kronologi-pengepungan-
mahasiswa-papua-di-yogyakarta.html dan https://nasional.tempo.co/read/789558/sultan-
konflik-papua-di-yogyakarta-sudah-selesai

Pemetaan Konflik :
1. Source : Pengepungan mahasiswa Papua di asrama oleh sejumlah organisasi
masyarakat dan aparat kepolisian.
2. Issues : Mahasiswa Papua yang menamai diri Persatuan Rakyat untuk Pembebasan
Papua Barat (PRPPB) yang berencana melakukan aksi long march dengan rute
Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kusumanegara ke Titik Nol KM di Jalan
Panembahan Senopati pukul 09.00 WIB. Untuk mendukung pembebasan Papua
Barat, sedianya tuntutan yang akan disampaikan pada long march mahasiswa Papua
di Yogyakarta adalah mencabut izin perusahaan perusahaan asing di tanah Papua dan
menarik seluruh pasukan TNI dan Polisi dari pulau tambang emas itu.
3. Parties : Pihak yang terlibat adalah mahasiswa Papua dengan sejumlah organisasi
masyarakat dan aparat kepolisian.
4. Attitudes : Sejumlah organisasi masyarakat mendatangi asrama itu sambil
melontarkan kata-kata rasialis dan kata kasar seperti nama-nama hewan
5. Behavior : Pengepungan oleh sejumlah ormas dan aparat sangat tidak menghormati
hak asasi dan menjurus kepada penganiayaan. Bahkan, pasokan makanan dan
minuman pun ditahan yang menyebabkan sekitar 150 mahasiswa yang terkepung
kelaparan.
6. Intervention : Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X turun tangan
menangani perseteruan antara mahasiswa Papua dan sejumlah organisasi
masyarakat di wilayah itu.
7. Outcome : "Sudah clear. Enggak ada masalah dengan mahasiswa Papua. Saya juga
orang tuanya. (Mereka harus) Sekolah dengan baik. Jangan bicara soal politik,”
kata Sultan

Resolusi Konflik :
Resolusi konflik yang diambil dari permasalahan tersebut adalah dengan cara metode
Arbitrase, yaitu dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik sepakat atau terpaksa
menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan tertentu untuk
menyelesaikan konflik.
Dalam kasus ini, pihak ketiga yang terlibat adalah Gubernur DIY Sultan Hamengku
Buwono X yang menyelesaikan permasalahan antara mahasiswa Papua dan sejumlah
organisasi masyarakat. Selain menegaskan konflik yang sudah selesai, Sultan menuding
sejumlah pemberitaan, khususnya di media daring, menjadi penyebab terjadinya konflik.
Sultan meminta masyarakat mengantisipasi terjadinya kasus itu dan tidak terpancing isu
yang beredar.
Dan juga Direktur Eksekutif Lembaga Pembela HAM Papua Mathius Murib, yang
memimpin rombongan tokoh masyarakat Papua menemui Sultan, menjelaskan, aksi unjuk
rasa yang terjadi di asrama Papua tidak mewakili semua masyarakat Papua. Tetapi "Hanya
oknum". Untuk itu, dia mengimbau orang tua mahasiswa Papua, pemerintah daerah Papua,
dan pemerintah DIY bersama-sama bertanggung jawab terhadap konflik yang terjadi serta
tidak saling menunjuk siapa yang salah dan siapa yang benar. "Kata kuncinya adalah adil
dan damai," kata Mathius.

Anda mungkin juga menyukai