Nim : 1950800020
Semester : 3A
A. RESENSI
IDENTITAS BUKU :
Salah satu contoh karya sastra yang akan dibahas pada materi apresiasi karya sastra
ini yaitu karya sastra terkenal pada masanya. Karya seorang novelis ternama
Indonesia yaitu Andrea Hirata dengan novelnya yang berjudul “Laskar Pelangi”
1
yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka Yogyakarta pada tahun 2005. Novel ini
berdasarkan pernyataan si pengarang sendiri diambil dari peristiwa nyata/faktual dan
memang benar-benar ada di Bangka Belitung(Sekarang) dari mulai latar tempatnya
(SD Muhammadiyah), tetapi tokoh-tokoh/pelakunya harus disamarkan demi menjaga
privasi tokoh di dalam novel Laskar Pelangi ini. Walau begitu pengarang mencoba
menggunakan imajinasinya sehingga novel Laskar Pelangi ini menjadi novel terlaris
pada masanya.
B. SINOPSIS
Novel ini menceritakan sepuluh anak desa yang bersekolah di SD Muhammadiyah.
Anak-anak yang tidak menyerah meraih cita-cita setinggi langit walaupun mereka
semua hidup dalam keterbasan/garis kemiskinan tanpa mendapatkan fasilitas
pendidikan yang layak. Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama , serta
menyebut diri mereka sebagai “Laskar Pelangi”. Mereka dinamakan "Laskar
Pelangi" oleh wali kelas mereka karena kesenangan mereka terhadap pelangi. Secara
filosofis laskar pelangi berarti kumpulan anak yang mempunyai cita-cita tinggi dan
masa depan yang indah selayaknya pelangi. Tahun demi tahun dilalui bersama dan
“Laskar Pelangi” sempat mengharumkan nama sekolahnya pada suatu lomba cerdas
cermat dan karnaval yang diadakan di Belitong. Suatu saat, anggota “Laskar
Pelangi” bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid
pindahan. Serta keluarnya sang jenius Lintang dari sekolah karena keterbasan biaya
serta harus rela hidup sendiri bersama adik-adiknya sebab ayahnya meninggal saat
sedang mencari ikan dan dia dari kecil sudah ditinggalkan ibunya. Keterbatasan yang
ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk
dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. Sehingga ada beberapa anggota laskar
pelangi yang sudah sukses hingga kuliah di luar negeri tetapi juga masih ada yang
tetap tinggal di Belitong sebagai penjual kopi.
a) Unsur Intrinsik
Tema : Pendidikan/bisa juga meraih mimpi.
Latar/setting :
a. Tempat : di SD Muhammadiyah, di Belitong, di SD N PN, di rumah, di kantor.
2
c. Suasana : Senang, sedih, cemas, bahagia, kawatir, dan lain-lain.
Tokoh&penokohan :
Alur : Maju
Sudut pandang :
- Orang pertama pelaku utama
- Orang ketiga serba tahu
Amanat : Raihlah mimpi setinggi mungkin walau harus rela mengorbankan apapun
yang kamu miliki baik dari tenaga, waktu luang, dan lain-lain. Karena mimpi hanya
bisa digapai bagi yang mau berusaha dan berjuang mencari ilmu serta pengalaman
sebanyak-banyaknya.
b) Unsur Ekstrinsik :
Kepengarangan
3
Andrea Hirata lahir di Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung, (24 Oktober 1967). Nama
lahirnya adalah Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun. Andrea Hirata merupakan novelis
Indonesia yang terkemuka. Ia lulus cumlaude dari program master, jurusan Economic
Science, Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tahun 2010 Andrea mendapat
beasiswa untuk belajar sastra di IWP (International Writing Program), University of Lowa,
Amerika Serikat. Andrea telah menulis enam novel fenomenal yang seluruhnya mencapai
National Bestseller, dan telah beredar secara internasional di bawah sebuah leterary
management di New York. Novel-novel tersebut adalah Laskar Pelangi (The Rainbow
Troops), Sang Pemimpi (The Dreamer), dan Edensor (Edensor). Adapun tiga novel
lainnya yaitu Maryamah Karpov, Padang Bulan, dan Cinta di Dalam Gelas akan
diterbitkan secara internasional menjadi satu novel dengan rencana judul The Strange
Rhythm.
Novel Ketujuh Andrea yang ditulis selama mengikuti program IWP berjudul Two Trees
(dalam edisi bahasa Indonesia judul tersebut diubah menjadi Ayah) akan segera beredar
dan sebuah cerita pendek berjudul Dry Season yang juga ditulisnya selama mengikuti
program itu telah menjadi karya terpilih dan dimuat di Washington Square Review, sebuah
majalah sastra yang diterbitkan oleh New York University.
Dalam mengapresiasi sebuah karya, kita juga harus memiliki bekal awal . Bekal
awal yang harus dimiliki apresiator yaitu :
Nilai-nilai :
- Nilai moral
4
Bahwa orang yang mau bekerja keras dan berusaha semaksimal mungkin menggapai impian
dan cita-cita akan memperoleh hasil sesuai perjuangannya. Semakin berat perjuangan yang
ditempuh,semakin banyak pelajaran berharga yang bisa diambil seperti memperoleh ilmu
sebanyak-banyaknya.
- Nilai sosial
Bahwa persahabatan yang sejati akan membawa dampak positif ke depannya karena kita akan
dibantu teman-teman ketika kita punya masalah dan mereka selalu ada di saat kita
membutuhkan orang yang selalu ada. Maka barangsiapa yang mempunyai banyak teman, dia
tidak akan pernah kesepian sepanjang hidupnya.
- Nilai agama
Bahwa jika diberi cobaan berupa kehilangan seseorang yang kita cintai dan berjasa dalam
hidup kita, selayaknya kita hanya perlu bersabar dan tawakal. Janganlah terlalu meratapi
kesedihan yang terlalu dalam hingga harus menganggu pekerjaan maupun keseharianmu.
Karena sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang sabar dan tawakal.
Kelebihan buku
Novel “Laskar Pelangi” dilihat secara gaya bahasa sangat menarik. Karena ada beberapa
kata/kalimat yang menggunakan perumpamaan/pribahasa sehingga membuat pembaca
penasaran. Lalu dari isinya banyak mengandung amanat/pelajaran berharga untuk pembaca.
Nilai-nilai yang terkandung dalam novel tersebut pun juga bermacam-macam. Novelnya juga
bisa dinikmati oleh semua kalangan baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai orang tua.
Pengarang mencoba mengajak pembaca seakan ikut terlibat dalam alur ceritanya dan tanpa
disadari ada kenikmatan tersendiri saat membaca karya sastra “Laskar Pelangi” ini.
Kekurangan buku
Pada novel “Laskar Pelangi” terdapat beberapa kata asing yang sulit dipahami. Sehingga
pembaca akan kebingungan apa makna dari kata-kata tersebut. Seperti kata (Filicium, grey
cheeked green, dll) bagi pembaca yang masih awam akan sulit memahami kata-kata tersebut.
Lalu ada beberapa kata yang bersifat konotatif. Seperti kata “Tauke” yang sebenarnya artinya
majikan, serta masih banyak kata lagi bermakna konotatif.
5
Di dalam novel “Laskar Pelangi” terdapat banyak kata/kalimat bermakna konotatif. Salah
satunya pada contoh kalimat “Pria itu berpotongan seperti pohon cemara angin yang mati
karena disambar petir : hitam, meranggas, kurus, dan kaku.” Pada kalimat tersebut
bermakna konotatif. Karena jika dimaknai secara harfiah, pemaknaan kalimatnya sebenarnya
condong ke penampilan si tokoh yang hanya tampil biasa.
Pada novel “Laskar Pelangi” lebih identik ke tema sosial. Yaitu tentang persahabatan sejati
sejak kecil yang penuh perjuangan dan pengorbanan untuk mencapai mimpi mereka masing-
masing. Tetapi mereka semua dapat mengatasi masalah tersebut dengan gigih dan pantang
menyerah hingga mereka semua sukses bersama-sama.
c. Banyak menyindir keadaan sekitar baik sosial, politik, budaya, atau lingkungan.
Pada novel “Laskar Pelangi” banyak kalimat yang menyinggung keadaan lingkungan
ataupun budaya di Belitong. Salah satunya pada kalimat “Pagi ini mereka terpaksa berada di
sekolah ini untuk menghindari diri dari celaan aparat desa karena tak menyekolahkan
anak/sebagai orang yang terjebak tuntutan zaman baru, tuntutan memerdekakan anak
dari buta huruf”. Pada kalimat ini pengarang mencoba menyinggung keadaan pada zaman
itu, banyak orang tua yang tak menyekolahkan anaknya hingga mereka mengalami buta
huruf.