KAMBING&AYAM
Pramudya Dhana Brata, Dhea Eriza Silvyawati, Benedictus Sudiyana
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
e-mail : pdhanabhrata@gmail.com, Dheaeriza205@gmail.com, benysudiyana@gmail.com
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya ujaran/tuturan implikatur pada percakapan jual beli sate
kambing dan ayam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dengan metode
tersebut peneliti memaparkan, menggambarkan, dan menganalisis secara kritis, serta objektif dengan data yang
otentik bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam percakapan jual beli sate kambing&ayam.
Subjek penelitian ini adalah penjual sate kambing&ayam. Objek penelitian ini merupakan implikatur dalam
percakapan jual beli sate kambing&ayam. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik simak
dan teknik catat. Teknik simak adalah penyediaan data yang dilakukan dengan menyimak data penggunaan
bahasa. Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah observasi, perekaman, dan foto. Observasi dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan di warung sate kambing&ayam. Teknik perekaman bahasa dilakukan dengan alat perekam, yakni
handphone. Foto dilakukan setelah pengamatan (observasi) dan perekaman. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi, reduksi data, penyajian data, verifikasi data. Waktu penelitian
dilaksanakan pada Jumat, 5 Agustus 2022, pukul 17.15 di Warung Sate Kambing/Ayam, Dusun Jaban,
Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian ini ditemukan tujuh bentuk implikatur
percakapan dalam sebelas tuturan/ujaran jual beli sate kambing&ayam antara penjual dan pembeli sate kambing
tersebut. Bentuk-bentuk implikatur tersebut meliputi dua jenis implikatur utama yaitu implikatur konvensional
dan implikatur percakapan. Dari kedua jenis utama implikatur tersebut, dalam analisis data ditemukan tujuh
bentuk implikaturnya yaitu maksim kuantitas dan maksim pelaksanaan (implikatur konvensional), dan
implikatur menyetujui, implikatur meminta, implikatur menolak, implikatur memerintah, serta implikatur
menegaskan (implikatur percakapan).
Kata Kunci: Implikatur percakapan, jual beli, sate kambing dan ayam,
Abstract:
This study aims to determine the existence of implicature utterances in the conversation of buying and
selling goat and chicken satay. The method used in this research is descriptive qualitative. With this
method, the researcher describes, describes, and analyzes critically, as well as objectively with authentic
data in the form of conversations that contain implicatures in the conversation of buying and selling goat
& chicken satay. The subject of this research is the seller of goat & chicken satay. The object of this
research is the implicature in the conversation of buying and selling goat & chicken satay. Data
collection techniques in this study are listening techniques and note-taking techniques. Listening
technique is the provision of data which is done by listening to data on language use. The note-taking
technique is an advanced technique used when applying the listening method. The research instruments
used were observation, recording, and photos. Observations were made by making observations at the
goat & chicken satay stall. The technique of recording language is done with a recording device, namely
a cellphone. Photos are taken after observation and recording. Data analysis methods used in this study
include, data reduction, data presentation, data verification. The time of the research was carried out on
Friday, August 5, 2022, at 17.15 at the Kambing/Chicken Sate Warung, Jaban Hamlet, Wuryantoro
District, Wonogiri Regency. The results of this study found seven forms of conversational implicatures in
eleven utterances of buying and selling goat & chicken satay between the seller and buyer of the goat
satay. The forms of implicature include two main types of implicature, namely conventional implicature
and conversational implicature. From the two main types of implicatures, the data analysis found seven
forms of implicatures, namely maxims of quantity and maxims of implementation (conventional
implicatures), and implicatures of agreeing, implicatures asking, implicatures rejecting, implicatures
ordering, and implicatures affirming (conversational implicatures).
Keywords: Conversational implicatures, buying and selling, goat and chicken satay
PENDAHULUAN
Saat berkomunikasi terkadang apa yang diucapkan dan apa yang dimaksud oleh penutur
berbeda dinamakan dengan implikatur. komunikasi yang berhasil bukan pada saat mitra tutur
mengetahui makna linguistik tuturan yang diucapkan oleh penutur, melainkan pada saat mitra
tutur dapat mengetahui maksud dari penutur tersebut. (Mufiddah, 2019). Komunikasi dapat
berupa percakapan antara penutur dan lawan tutur. Percakapan yang terjadi tersebut dapat
berupa tuturan yang memiliki makna sebenarnya atau pun tuturan yang memiliki makna tidak
sebenarnya atau terselubung. Tuturan yang memiliki arti terselubung tersebut disebut dengan
implikatur (Lismayana, Nurlaksana Eko Rusminto, 2015). Implikatur ialah ujaran yang
menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu yang berbeda
tersebut maksud pembicara yang tidak dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain,
implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi
(Saputra, Mujiyono, 2015). Rohmadi &Wijana (2009:222) implikatur adalah ujaran atau
pernyataan yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan
(Catur Handayani, Sumarwati, 2014). Implikatur yaitu ucapan pembicara untuk menentukan
makna yang tersirat atau terselubung dari ucapan yang dikeluarkan oleh pembicara (Riyanto,
2018). Implikatur percakapan merupakan sesuatu yang disembunyikan dalam sebuah
percakapan, yakni yang secara implisit terdapat dalam penggunaan bahasa secara aktual.
Konteks memegang peranan yang sangat penting terkait dengan proses pemahaman terhadap
percakapan yang bermakna tidak langsung (Erawan, 2021). Implikatur ”implicature” berasal
dari kata kerja to imply sedangkan kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini berasal
dari bahasa latin plicare yang berarti to fold ”melipat”, sehingga untuk mengerti apa yang
dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu melakukan interpretasi pada
tuturan-tuturannya. Chaer (2010:33) mengemukakan implikatur atau implikatur percakapan
adalah adanya keterkaitan ujaran dari seorang penutur dan lawan tuturnya. Namun,
keterkaitan itu tidak tampak secara literal: tetapi dapat dipahami secara tersirat (Wati, 2017).
Implikatur percakapan dipakai untuk menerangkan makna implisit di balik “apa yang
diucapkan atau dituliskan” sebagai “sesuatu yang diimplikasikan” (Mansyur, 2019).
Implikatur digunakan untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau
dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur.
Dalam implikatur terdapat keterkaitan antara ujaran dari seorang penutur dan lawan tutur
(Yulyanti, 2016).
Percakapan pada hakikatnya adalah peristiwa berbahasa lisan antara dua orang partisipan atau
lebih yang pada umumnya terjadi dalam suasana santai. Percakapan merupakan wadah yang
memungkinkan terwujudnya prinsip- prinsip kerjasama dan sopan santun dalam peristiwa
berbahasa. Untuk itu perlu memahami implikatur percakapan, agar apa yang diucapkan dapat
dipahami oleh lawan tutur (Susrawan, 2015). Implikatur tidak terdiri dari bahasa saja, tetapi
juga berkaitan dengan konteks dan situasi yang ada saat tuturan tersebut diujarkan. Makna
atau interpretasi pendengar tentang tuturan yang disampaikan didasari oleh konteks tersebut
(Mardliyah, 2021). Implikatur dibagi menjadi dua macam, yaitu implikatur konvensional
(conventional implicature) dan implikatur percakapan (conversation implicature). Implikatur
konvensional adalah implikatur yang sudah diketahui oleh semua orang, sedangkan
implikatur percakapan ialah implikatur yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu yang
mengetahui konteks tuturannya (Yuniarti, 2014). Konteks dapat berupa partisipan (penutur
dan petutur), tempat dan waktu kejadian, topik, dan situasi (Retnosari, 2014). Makna
Implikatur adalah pemahaman dari suatu ujaran yang tidak dinyatakan secara langsung
(Riyanto, 2018). Implikatur percakapan dianggap sebagai kajian terpenting dalam pragmatik
karena langsung berkaitan dengan penggunaan Bahasa secara praktis baik verbal maupun non
verbal. Perbedaan tuturan tidak menjadi kendala dalam percakapan, karena penutur dan
petutur sudah saling memahami. Jadi, maksud atau implikasi terkadang memang tidak
diungkapkan secara eksplisit (Mulyanta, 2012). Implikatur percakapan yang disebutkan oleh
Putrayasa (2014: 67) yang terdiri dari 8, yakni implikatur percakapan melarang, implikatur
percakapan menyetujui, implikatur percakapan menolak, implikatur percakapan memerintah,
implikatur percakapan meminta, implikatur percakapan menegaskan, implikatur percakapan
mengeluh, dan implikatur percakapan melaporkan (Merlin Zarra, Eddy Pahar Harahap,
2021). Makna dalam implikatur bukan dilihat dari makna yang tertulis atau makna yang
sebenarnya tetapi makna dari persepsi para pedengarnya dengan memahami ini dapat beralih
ke eksplorasi yaitu prinsip-prinsip yang telah diusulkan sebagai perintah pengoperasian
implikatur dalam percakapan seperti maksim kerja sama (maksim kualitas; maksim kuantitas;
maksim relavansi; maksim cara) (Hikmah Wahyuningsih, 2017).
Penelitian terdahulu yang pertama dilakukan oleh Dewa Gede Bambang Erawan dari
Universitas Mahasaraswati Denpasar pada tahun 2021 dalam bentuk artikel publikasi dengan
fokus penelitian implikatur percakapan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada program
studi akuntansi semester I FEB UNMAS Denpasar. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian tersebut, yaitu bentuk implikatur yang ditemukan berupa
jenis implikatur yang meliputi: implikatur percakapan umum, khusus, berskala, dan
praangapan serta diimplementasikan dalam sebuah kalimat berupa kalimat deklaratif,
imperatif, dan kalimat interogratif. Sedangkan dalam penelitian ini, fokus penelitiannya yaitu
implikatur dalam percakapan jual beli sate kambing&ayam.Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya adalah bentuk implikatur yang ditemukan
pada percakapan pembeli dan penjual sate kambing&ayam berdasarkan jenis implikatur
percakapan dan implikatur konvensional melalui maksim kerjasama (maksim kualitas;
maksim kuantitas; maksim relavansi; maksim cara) serta bentuk-bentuk implikatur
percakapan seperti implikatur percakapan melarang, implikatur percakapan menyetujui,
implikatur percakapan menolak, implikatur percakapan memerintah, implikatur percakapan
meminta, implikatur percakapan menegaskan, implikatur percakapan mengeluh, dan
implikatur percakapan melaporkan. Alasan yang mendasari penelitian ini yaitu peneliti
tertarik menganalisis implikatur percakapan yang terjadi dalam jual beli pembeli dan penjual
sate kambing&ayam karena peneliti menyadari bahwa dalam melakukan jual beli sate
kambing&ayam banyak terjadi implikatur percakapan antara pembeli dan penjual sate
kambing&ayam tersebut dengan begitu peneliti tertarik untuk meneliti fenomena tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya ujaran/tuturan implikatur pada percakapan
jual beli sate kambing dan ayam.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dengan metode
tersebut peneliti memaparkan, menggambarkan, dan menganalisis secara kritis, serta objektif
dengan data yang otentik bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam percakapan
jual beli sate kambing&ayam. Subjek penelitian ini adalah penjual sate kambing&ayam yang
terlibat dalam jual beli sate kambing&ayam. Objek penelitian ini merupakan implikatur
dalam percakapan jual beli sate kambing&ayam (Fawziyyah, 2017). Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah teknik simak dan teknik catat. Menurut Sudaryanto (1993:
133) teknik simak adalah penyediaan data yang dilakukan dengan menyimak data
penggunaan bahasa. Sesuai dengan pandangan tersebut (Mahsun, 2012:03) teknik catat
adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak (Utomo, 2021).
Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi, perekaman, dan foto. Observasi
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan di warung sate kambing&ayam yang menjadi
tempat pelaksanaan jaul beli sate kambing&ayam. Teknik perekaman bahasa dilakukan
dengan alat perekam, yakni handphone. Foto dilakukan setelah pengamatan (observasi) dan
perekaman. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, reduksi data,
penyajian data, verifikasi data. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, dan transformasi data "kasar" yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Verifikasi
data adalah pembentukan kebenaran teori, fakta, dsb atas data yang dikumpulkan (Arifianti,
2018). Waktu penelitian dilaksanakan pada Jumat, 5 Agustus 2022, pukul 17.15 di Warung
Sate Kambing/Ayam, Dusun Jaban, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini ditemukan tujuh bentuk implikatur percakapan dalam sebelas
tuturan/ujaran jual beli sate kambing&ayam antara penjual dan pembeli sate kambing
tersebut. Bentuk-bentuk implikatur tersebut meliputi dua jenis implikatur utama yaitu
implikatur konvensional dan implikatur percakapan. Dari kedua jenis utama implikatur
tersebut, dalam analisis data ditemukan tujuh bentuk implikaturnya yaitu maksim kuantitas
dan maksim pelaksanaan (implikatur konvensional), dan implikatur menyetujui, implikatur
meminta, implikatur menolak, implikatur memerintah, serta implikatur menegaskan
(implikatur percakapan). Fungsi-fungsi pada implikatur percakapan yaitu fungsi memberikan
informasi Pada bentuk implikatur percakapan lebih banyak ditemukan daripada implikatur
konvensional yang dijelaskan dengan cara dan konteks yang berbeda-beda. Fungsi-fungsi
pada implikatur percakapan berbentuk fungsi menyindir, memberikan informasi, dan
menolak.
PEMBAHASAN
Secara umum jenis implikatur terbagi dalam dua macam, yaitu implikatur konvensional dan
implikatur percakapan. Berikut adalah gambaran jenis implikatur, yaitu implikatur
konvensional dan implikatur percakapan :
a) Implikatur Konvensional
Implikatur konvensional sendiri merupakan suatu implikatur yang bersifat awet atau tidak
sementara karena implikatur konvensional dapat terjadi walaupun tanpa adanya situasi ujar
berupa percakapan, implikatur konvensional merupakan jenis konvensional ini terdapat suatu
pesan yang diterima langsung dari arti kata yang didengar. Implikatur jenis konvensional ini
sebenarnya tidak harus terjadi di dalam situasi pembicaraan dan juga ia tidak bergantung
dengan konteks yang khusus untuk menginterpretasikan (Abdul Ghoni Asror, 2018).
Implikatur konvensional juga merupakan suatu implikatur yang di dalam penggunaannya
sehari-hari tidak bergantung dengan adanya suatu konteks yang melatarbelakangi terjadinya
percakapan tersebut. Implikatur konvensional sendiri dapat diartikan secara langsung sesuai
dengan makna kata yang didengar oleh mitra tutur dan sesuai dengan yang disampaikan oleh
sipenutur. Pada implikatur konvensional sendiri, sifatnya lebih bertahan lama karena tidak
bergantung dengan adanya situasi percakapan (Santi Kurnia, Zainal Rafli, 2019).
➢ Maksim Kualitas
Maksim kualitas yaitu maksim yang mengharuskan seorang penutur dapat menyampaikan
sesuatu yang nyata dan sesuai fakta, tidak berasumsi sendiri.
➢ Maksim Kuantitas
Maksim kuantitas yaitu maksim yang mana seorang penutur memberikan informasi yang
cukup, relative memadai, dan seinformatif mungkin.
➢ Maksim Relevansi
Maksim relevansi adalah maksim yang dimana seorang penutur harus dapat menyampaikan
sesuatu secara relevan atau sesuai dan mempunyai hubungan yang sama dengan topik
pembicaraan.
➢ Maksim Pelaksanaan/Cara
Maksim pelaksanaan/cara, merupakan maksim yang mana seorang penutur harus dapat
menyampaikan sesuatu secara jelas, tidak bias, tidak taksa, dan tidak ambigu. (Maemunah,
2019)
Implikatur percakapan yang disebutkan oleh Putrayasa (2014: 67) yang terdiri dari 8, yakni
implikatur percakapan melarang, implikatur percakapan menyetujui, implikatur percakapan
menolak, implikatur percakapan memerintah, implikatur percakapan meminta, implikatur
percakapan menegaskan, implikatur percakapan mengeluh, dan implikatur percakapan
melaporkan (Nurul Ismail, Nurlaksana Eko Rusmanto, 2019).Dengan penjelasan sebagai
berikut :
(Tuturan 1)
Pembeli : Mas saya mau beli sate satu ya.
Penjual : Baik mas. Mas nya kambing atau ayam?
Pembeli : Saya kambing mas.
Konteks :Pada tuturan 1 di atas, penjual sate memberikan pilihan kepada pembeli untuk
memilih antara sate kambing atau ayam.
Analisis : Maksud dari tuturan 1 di atas, merupakan implikatur percakapan maksim
pelaksanaan karena dalam konteks percakapan di atas yang dimaksud penjual sate
memberikan pilihan kepada pembeli untuk memilih antara sate kambing atau ayam bukanlah
berarti penjual sate mengejek pembeli sebagai hewan kambing ataupun ayam.
(Tuturan 2)
Penjual : Okey mas. Mas nya yang kambing muda atau yang biasa?
Pembeli : Saya kambing muda mas karena lebih empuk. Ini kambing mudanya melihara
sendiri mas?
Penjual ; Iya mas. Kambing mudanya saya jaga kesehatannya dengan perawatan dan gizi
yang baik mas sehingga dagingnya lebih nikmat mas.
Konteks :Pada tuturan 2 di atas, penjual sate memberikan pernyataan kepada pembeli secara
lengkap tentang kambingnya yang ditanyakan oleh pembeli.
Analisis : Maksud dari tuturan 2 di atas, merupakan implikatur percakapan maksim kuantitas
Dalam konteks percakapan di atas penjual sate tidak perlu menyampaikan semuanya tentang
kambingnya karena pembeli hanya menanyakan daging kambingnya hasil dari memelihara
sendiri atau tidak. Seharusnya penjual sate cukup menjawab “Iya mas” tanpa mengungkapkan
jawaban yang lain.
(Tuturan 3)
Penjual : Siap mas. Mas nya mau dibakar apa digulai mas?
Pembeli : Saya dibakar ajah mas.
Konteks :Pada tuturan 3 di atas, pembeli sate memberikan implikatur percakapan bentuk
persetujuan/menyetujui kepada penjual sate yang ditanyakan oleh penjual sate tersebut.
Analisis : Maksud dari tuturan 3 di atas, merupakan implikatur percakapan dalam bentuk
implikatur persetujuan/menyetujui Dalam konteks percakapan di atas pembeli sate
menyetujui untuk dibakarkan sate kambing daripada digulai oleh penjual sate. Bukan berarti
pembeli ingin dibakar oleh penjual sate melainkan ingin dibakarkan sate kambing.
(Tuturan 4)
Penjual : Baik mas. Mas nya mau pedas apa yang manis?
Pembeli : Saya yang pedas ya mas.
Penjual : Baik mas. Mas nya mau dibungkus atau dimakan di sini?
Pembeli : Saya dimakan disini saja ya mas.
Konteks :Pada tuturan 4 di atas, pembeli sate memberikan implikatur meminta kepada
penjual sate yang ditanyakan oleh penjual sate tersebut.
Analisis : Maksud dari tuturan 4 di atas, merupakan implikatur percakapan dalam bentuk
implikatur meminta. Dalam konteks percakapan di atas pembeli sate meminta penjual sate
kambing/ayam untuk dibuatkan sate kambing yang pedas oleh penjual sate dan dimakan di
warung sate kambing/ayam tersebut. Bukan berarti pembeli ingin dibuat pedas oleh penjual
sate kambing tersebut ataupun bukanlah pembeli ingin dimakan oleh penjual sate/kambing
tersebut melainkan ingin makan sate kambing di warung.
(Tuturan 5)
Penjual : Siap mas. Ada yang mau dibungkus mas kambingnya?
Pembeli : Ada mas. Nanti bungkusin kambing satu ya mas?
Konteks :Pada tuturan 5 di atas, pembeli sate memberikan implikatur meminta kepada
penjual sate yang ditanyakan oleh penjual sate tersebut.
Analisis : Maksud dari tuturan 5 di atas, merupakan implikatur percakapan dalam bentuk
implikatur meminta. Dalam konteks percakapan di atas pembeli sate meminta penjual sate
kambing untuk dibungkuskan sate kambing oleh penjual sate tersebut untuk dibawa pulang.
Bukan berarti pembeli ingin membungkus kambing utuh dari penjual sate kambing tersebut.
v. Implikatur Menolak
(Tuturan 6)
Penjual : Baik mas. Kambingnya yang pedas juga ya mas?
Pembeli : Tidak mas. Kambingnya yang manis saja ya mas karena mau dimakan adik saya.
Konteks :Pada tuturan 6 di atas, pembeli sate memberikan implikatur menolak kepada
penjual sate tersebut setelah penjual sate kambing menanyakan rasa satenya kepada pembeli.
Analisis : Maksud dari tuturan 6 di atas, merupakan implikatur percakapan dalam bentuk
implikatur menolak. Dalam konteks percakapan di atas pembeli sate menolak sate kambing
yang ditawarkan penjual sate kepada pembeli dengan rasa pedas tetapi harus manis karena
untuk adiknya. Bukan berarti pembeli ingin membeli kambing utuh yang manis agar dimakan
adiknya melainkan ingin membeli sate kambingnya.
vi. Implikatur Memerintah
(Tuturan 7)
Pembeli : Baik mas. (menuju tempat duduk). Agak panas ya mas di sini?
Penjual : Itu bisa dinyalakan dulu mas kipasnya di dekat TV
Konteks : Pada tuturan 7 di atas, pembeli sate memberikan implikatur memerintah kepada
penjual sate yang dirasakan oleh pembeli untuk menyalakan kipas angin karena panas.
Analisis : Maksud dari tuturan 7 di atas, merupakan implikatur percakapan dalam bentuk
implikatur memerintah. Dalam konteks percakapan di atas pembeli sate secara tidak langsung
memerintahkan penjual sate kambing untuk menyalakan kipasnya karena pembeli sate
kambing tersebut merasakan panas. Bukan berarti pembeli ingin mengejek warung sate
kambing/ayam tersebut karena panas melainkan pembeli ingin menyalakan kipas angin agar
tidak merasakan panas.
(Tuturan 8)
Penjual : Sama-sama mas. Bagaimana mas enak tidak?
Pembeli : Ini enak banget mas, enak banget pokoknya kambingnya mas
Konteks : Pada tuturan 8 di atas, pembeli sate memberikan implikatur menegaskan kepada
penjual sate yang dirasakan oleh pembeli.
Analisis : Maksud dari tuturan 8 di atas, merupakan implikatur percakapan dalam bentuk
implikatur menegaskan. Dalam konteks percakapan di atas pembeli sate menegaskan bahwa
sate kambing yang dimakan oleh pembeli sate tersebut sangat enak dengan tekanan sehingga
menyatakan kata “enak banget” sampai dua kali kepada penjual sate kambing yang
menanyakan rasa sate tersebut kepada pembeli. Bukan berarti pembeli menyatakan kambing
utuhnya enak untuk dimakan melainkan sate kambingnya yang enak.
SIMPULAN
Makna dalam implikatur bukan dilihat dari makna yang tertulis atau makna yang sebenarnya
tetapi makna dari persepsi para pedengarnya dengan memahami ini dapat beralih ke
eksplorasi yaitu prinsip-prinsip yang telah diusulkan sebagai perintah pengoperasian
implikatur dalam percakapan seperti maksim kerja sama (maksim kualitas; maksim kuantitas;
maksim relavansi; maksim cara). Implikatur percakapan yang disebutkan oleh Putrayasa
(2014: 67) yang terdiri dari 8, yakni implikatur percakapan melarang, implikatur percakapan
menyetujui, implikatur percakapan menolak, implikatur percakapan memerintah, implikatur
percakapan meminta, implikatur percakapan menegaskan, implikatur percakapan mengeluh,
dan implikatur percakapan melaporkan. Hasil penelitian ini ditemukan tujuh bentuk
implikatur percakapan dalam sebelas tuturan/ujaran jual beli sate kambing&ayam antara
penjual dan pembeli sate kambing tersebut. Bentuk-bentuk implikatur tersebut meliputi dua
jenis implikatur utama yaitu implikatur konvensional dan implikatur percakapan. Dari kedua
jenis utama implikatur tersebut, dalam analisis data ditemukan tujuh bentuk implikaturnya
yaitu maksim kuantitas dan maksim pelaksanaan (implikatur konvensional), dan implikatur
menyetujui, implikatur meminta, implikatur menolak, implikatur memerintah, serta
implikatur menegaskan (implikatur percakapan).
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
peneliti mengucapkan terima kasih kepada penjual sate di Dusun Jaban, Kecamatan
Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri beserta karyawann-karyawannya atas kerjasamanya dalam
penelitian ini.
REFERENSI