1. Pendahuluan
Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan manusia karena
bahasa adalah perantara bagi manusia untuk saling terhubung dan saling
berkomunikasi. Setiap kegiatan manusia, dari bangun tidur hingga kembali
tidur tak luput dari penggunaan bahasa. Ketika memulai aktivitas, entah itu
di jalan, di sekolah, di kantor, ataupun di lapangan membutuhkan bahasa
untuk saling berhubungan. Seluruh lini kehidupan memerlukan adanya
bahasa untuk kelancarannya jalinan komunikasi.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu menuliskan
deskripsi secara nyata dan tepat tentang kebenaran serta kaitan peristiwa
yang sedang diteliti. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Zuriah (2009:92)
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan data-data bersifat deskriptif yaitu berupa lisan melalui
pembicaraan manusia sebagai objek yang diamati dan tulisan dari
beberapa pembicaraan yang tertulis. Hal ini selaras dengan pendapat
Arikunto (2010: 3) bahwa model penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang ditujukan untuk menganalisis situasi dan kondisi suatu gejala untuk
selanjutnya disajikan dalam format laporan penelitian.
Sama seperti tempat di mana jual beli kambing ini dilaksanakan, kapan hari
untuk berkumpul di tempat itu, penggunaan variasi bahasa juga sama-sama
disepakati dalam keadaan ini. Berbagai tuturan yang diujarkan oleh penjual
dan pembeli dalam melakukan transaksi di jual beli kambing Pasar
Tawangmangu ini memiliki beberapa faktor yang memengaruhinya. Tuturan
yang dimaksud ialah tuturan ragam bahasa lisan berdasarkan sosiolek, yaitu
ragam akrolek dan basilek. Ragam tersebut dapat dilihat melalui pemilihan
kata atau kosakata yang digunakan penjual dan pembeli dalam bertransaksi.
Ragam bahasa lisan di pasar Tawangmangu muncul karena mayoritas
penjual dan pembeli merupakan orang Jawa asli dan bahasa yang
mendominasi di pasar Tawangmangu ialah bahasa Jawa. Karena bahasa
tersebut sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari, maka muncul ragam
akrolek dan ragam basilek.
Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh beberapa ragam bahasa, di
antaranya adalah penggunaan bahasa Jawa krama, bahasa Jawa ngoko,
dan bahasa Indonesia. Penggunaan ini ditunjukkan dalam berbagai
komunikasi antara penjual dan pembeli, pembeli dengan pembeli, bahkan
penjual dengan penjual. Maka dapat disimpulkan bahwa, penggunaan
bahasa dibutuhkan tak hanya dalam proses transaksi, namun dibutuhkan
juga bahkan dalam komunikasi sehari-hari meski bukan saat bertransaksi.
• Ragam Akrolek
Dalam ragam akrolek, peneliti menemukan penggunaan bahasa Jawa
Krama dengan percakapan sebagai berikut:
• Ragam Basilek
Pada ragam basilek, peneliti menemukan penggunaan bahasa Jawa Ngoko.
Ragam basilek atau bisa dikatakan dengan ragam yang dianggap rendah
dari ragam yang lainnya ini bahkan digunakan oleh penjual dan pembeli pada
transaksi jual beli kambing di Pasar Tawangmangu
• Ragam Kolokial
Pada ragam kolokial, peneliti menemukan penggunaan bahasa Jawa Ngoko
dan bahasa Jawa Krama. Ragam kolokial adalah variasi bahasa yang
digunakan sehari-hari dengan memperpendek kata atau kosakata. Dalam
beberapa kali percakapan, atau penjual hanya sebatas menawarkan
kambingnya. Peneliti merangkum beberapa kosakata dari percakapan yang
lahir dari kesalahan berbahasa namun digunakan sehari-hari dan disepakati
adanya.
- pat likur
- sewu
- sewu seket
- sewu telungatus
- sewu seket
- sewelas seket
- songo seket
- rolikur seket
Dalam penuturan tersebut, baik penjual maupun pembeli sama-sama
menunjukkan adanya kesalahan berbahasa, yakni dengan mempersingkat
kata atau kosakata. Kesalahan tersebut tidak dihiraukan karena baik
sepenjual maupun pembeli telah paham dan sepakat akan apa yang
dimaksudkan. Kemudian, penggunaan kata atau kosakata tersebut bertujuan
untuk memudahkan dalam pengucapan agar lawan bicara dapat langsung
memahami apa yang sebenarnya dimaksud. Contohnya ada pada kosakata
sewelas seket, yang dimaksud di sini “sewelas seket” berarti “satu juta lima
puluh ribu rupiah”.
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan oleh Hartman dan Stork, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa faktor usia, status sosial, dan status ekonomi
adalah beberapa faktor yang peneliti dapat tangkap dari aktivitas jual-beli
kambing di Pasar Tawangmangu, berikut di bawah ini adalah penjelasannya.
• Faktor Usia
• Faktor Kondisi
• Status Sosial
4. Penutup
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai ragam bahasa yang terjadi dalam
transaksi jual beli kambing di Pasar Tawangmangu, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penellitian Suatu Pendekatan Praktik
Mustikawati, D. A. (2016). Alih kode dan campur kode antara penjual dan
pembeli (Analisis pembelajaran berbahasa melalui studi
sosiolinguistik). Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, 2(2), 23-32.
Gambar 1: Aktivitas jual beli kambing di area parkir atas Pasar Tawangmangu