Anda di halaman 1dari 11

ALIH KODE BAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR

SUMBERINGIN KABUPATEN BLITAR

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Perkuliahan Mata Kuliah Sosiolinguistik

Dosen Pembimbing: Drs. H. Djoko Susanto M.Ed. Ph.

Disusun Oleh:

Annisa Dwi Fosipa Wilda (17720033)

Jurusan Pendidikan Bahasa Arab

Program Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang

2017
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
dalam berkomunkasi, terkadang orang tidak hanya menggunakan satu bahasa saja.
Sebuah fenomena menarik yang saat ini sering terjadi yaitu banyaknya orang melakukan
pergantian (alternation) kode, baik alih kode (code switching) maupun campur kode (code
mixing) dalam bekomunikasi dengan orang lain. Dalam kamus linguistik, definisi alih kode
dan campur kode adalah sebagai berikut “alih kode adalah penggunaan variasi bahasa lain
atau bahasa lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain atau karena adanya
partisipan lain; sedangkan campur kode adalah penggunaan satuan bahasa adri satu bahasa ke
bahasa yang lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa, termasuk di dalamnya
pemakaian kata, klausa, idiom dan sapaan (kridalaksana, 2001).”

Fenomena alih kode bisa dilihat baik melalui media elektronik maupun media cetak.
Bahkan, jika dicermati dengan seksama, sebenarnya sering dijumpai terjadinyanalih kode
antar penutur dan mitra tutur dalam lingkungan kehidupan kita sehari-hari, baik secara
tertulis maupun lisan. Peranan alih kode dalam masyarakat sangat penting, dalam
hubungannya dengan pemakaian variasi bahasa oleh seseorang ataupun kelompok
masyarakat, khususnya dalam pemakaian bahasa pada masyarakat yang bilingual ataupun
multilingual, misalnya di pusat perbelanjaan tradisional atau pasar. Pasar dalam hal ini pasar
Sumberingin dapat dikatakan memiliki keunikan tersendiri dalam kaitannya dengan
pemakaian alih kode. Pasar dikatakan unik sebab sebagai pusat interaksi dan transaksi yang
dimungkinkan penutur dan mitra tutur yang berasal dari berbagai wilayah dengan
latarbelakang bahasa yang berbeda serta ststus sosial yang berbeda pula.

Pengguna Bahasa pada setiap penutur Bahasa mempunyai perbedaan bergantung pada
Bahasa yang digunakan dan cara menggunakan Bahasa itu oleh masing-masing pengguna
Bahasa. Peneliti memilih judul “Alih Kode Bahasa dalam Interaksi Jual Beli di Pasar
Sumberingin kabupeten Blitar” karena menarik. Kemenarikan penelitian ini yaitu terdapat
keberagaman suku, Bahasa dan dialek yang digunakan oleh calon pembeli dan penjual yang
berada di pasar Sumberingin, kemudian hal lain yaitu penelitian ini belum pernal dilakukan
penelitian sebelumnya. Peneliti tertarik mengetahui bentuk serta penyebab alih kode dalam
proses tawar menawar dari perbedaan latar belakang penutur Bahasa masing-masing.

Rumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah pada penelitian yakni bagaimanakah bentuk serta
penyebab terjadinya alih kode Bahasa dalam interaksi jual beli di pasar Sumberingin
kabupaten Blitar?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk serta penyebab alih kode Bahasa
dalam interaksi jual beli di pasar Sumberingin kabupaten Blitar.
Metode Penelitian
A. Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik. Istilah
“naturalistik” menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini terjadi secara alamiah,
apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu jenis penelitian yang mendeskripsikan
secara jelas masalah penelitian dalam pembahasan dan kesimpulan.
B. Sumber Data
Data dalam penelitian ini berupa data verbal atau tuturan pada saat proses jual
beli di pasar Sumberingin kabupaten Blitar. Data yang diperoleh tersebut berasal dari
hasil mencatat, serta pengamatan percakapan penjual dengan pembeli yang
melakukan percakapan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi partisipan dan
pencatatan lapangan. Teknik ini menggunakan alat tulis.
D. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan langkah selanjutnya adalah menganalisis data.
Teknik yang digunakan adalah model interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan
Huberman (Sugiono dalam nurul, 2012: 30) yang meliputi pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data dan penarikan simpulan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN


Pengertian Kode
Istilah kode dipakai untuk menyebut salah satu varian pada hierarki kebahasaan,
sehingga selain kode yang mengacu kepada bahasa (seperti bahasa Indonesia, bahasa
Belanda, bahasa Inggris), juga mengacu kepada variasi bahasa regional, (bahasa Jawa dialek
surabaya, dialek blitar, dialek banyuwangi), juga variasi kelas sosial disebut dialek sosial atau
sosiolek (bahasa jawa halus, bahasa jaawa kasar), variasi ragam bahasa dan gaya dirangkum
dalam laras bahasa (gaya sopan, gaya hormat atau gaya santai), dan varian kegunaan atau
register (bahasa pidato, bahasa doa dan bahas alawak). Kenyataan tersebut menunjukkan
hierarki kebahasaan dimulai dari bahasa/ language pada level paling atas disusul dengan kode
yang terdiri atas varian, ragam, gaya dan register. Kode mengacu kepada sistem tutur yang
dalam penerapannya mempunyai ciri kesesuaian dengan latar belakang penutur, relasi
penutur, dengan mitra tutur yang ada.
Wardhaugh (dalam ahmad, 1986:99) menyebut kode sebagai sebuah sistem yang
digunakan untuk berkomunikasi antara dua penutur atau lebih yang berupa sebuah dialek atau
bahasa tertentu. Menurutnya masyarakat bilingual atau multilingual dihadapkan pada masalah
untuk memilih sebuah kode (bisa berupa dialek atau bahasa) tentu pada saat mereka bertutur,
dan mungkin juga mereka memutuskan untuk berganti kode ke kode lain.

Pengertian Alih Kode


Appel (Abdul Chaer dan Agustina, 2004:107) mendefinisikan alih kode itu sebagai
gejala peralihan bahasa karena berubahnya situasi. Sedangkan Hymes (dalam Chaer dan
Agustina) menyampaikan selain alih kode yang terjadi dari satu bahasa ke bahasa yang lain
atau antar bahasa telah disebutkan di atas, juga terjadi alih kode dari dialek ke dialek yang
lain dalam satu bahasa.
(Kunjana Rahardi, 2002:25) mrnyatakan perubahan atau pergeseran di dalam cara
penyapaan dari bentuk ‘mbak’ dan ‘mas’ menjadi ‘kono’ sesungguhnya terjadi karena ada
maksud tertentu yang mencuat di balik hubungan yang telah terjalin cukup akrab. Dengan
gaya ‘kono-kono’ (indonesia: kamu-kamu), tersirat bahwa sesungguhnya ada sesuatu yang
tidak pantas lagi dirasakan untuk dituturkan dalam menyapa.
(Nababan, 1984:31) menyatakan alih kode adalah umpamanya, sewaktu kita
berbahasa A dengan si P kemudian datang si Q yang tidak dapat berbahasa A memasuki
situasi berbahasa itu. Oleh karena kita ingin menerima Q dalam situasi berbahasa itu, maka
kita beralih memakai bahasa B yang dimengerti Q. Alih kode yanh disampaikan di atas
disebabkan karena hadirnya pembicara atau penutur.

Kerangka Pemikiran
Bahasa dalam pemakaiannya di masyarakat seringkali terjadi penggunaan lebih dari
satu pada percakapan sehari-hari sesuai dengan keinginan penutur dan kemampuan
menggunakan dua bahasa atau dwibahasa oleh penutur itu. Fenomena tersebut merupakan
fenomena linguistik yang disebut alih kode. Alih kode merupakan salah satu aspek
ketergantungan bahasa dalam masyarakat multilingual. Dalam masyarakat multilingual
sangat sulit seorang menggunakan hanya satu bahasa. Beralih kode pada saat-saat yang
dibutuhkan adalah alternatif yang sangat baik, karena dapat mendukung fungsi masing-
masing bahasa sesuai dengan konteksnya. Di pasar Sumberingin merupakan pertemuan
beberapa orang yang mungkin berbeda suku, oleh sebab itu sangat memungkinkan
penggunaan dua atau lebih bahasa secara bergantian pada saat proses jual beli. Penelitian ini
merupakan penelitian yang mengkaji bagaimana bentuk penggunaan bahasa di pasar
Sumberingin Kabupaten Blitar terutama kajian bentuk alih kode bahasa dalam interaksi jual
beli di pasar Sumberingin kabupaten Blitar. Selanjutnya penelitian juga mengkaji faktor
penyebab peralihan kode bahasa dalam interaksi jual beli di pasar Sumberingin kabupaten
Blitar. Penelitian ini mendeskripsikan bentuk dan faktor penyebab peralihan kode bahasa para
penjual dan pembeli yang sedang berkomunikasi.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


wujud alih kode dalam kegiatan jual beli
Analisis data yang berhasil dikumpulkan pada wujud alih kode dimana melibatkan
pemakaian dua bahasa, yakni:bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Jawa). Adapun bahasa
jawa lebih dominan karena berfungsi sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan transaksi jual
beli di pasar Sumberingin, maka bahasa jawa sekaligus sebagai bahasa dasar (base language)
yang dijadikan fokus dari peristiwa alih kode yang terjadi. Dengan demikian, alih kode ini
berfokus pada peralihan bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
Wujud alih kode yang dianalisis adalah alih kode yang dominan dalam kegiatan
transaksi jual beli di pasar Sumberingin dalam peristiwa komunikasi lisan antar penjual dan
pembeli ketika melakukan kegiatan jual beli. Pada penelitian ini, cuplikan data alih kode
dikemukakan sebagai berikut:
Waktu : 1 november 2017
Tempat : penjual sayur
Topik : membeli sayuran
Partisipan : penjual (PJ)
Pembeli 1 (PB1)
Pembeli 2 (PB2)
Percakapan
PB1 : (01) “byuh kok katah eram blonjoane to bu, badhe enten acara?”
“(wah, banyak sekali belanjaannya bu, mau ada acara?)”
PB2 : (02) “nggeh bu, badhe syukuran”
“(iya bu, mau acara syukuran)”
(03) “tapi Cuma acara sederhana aja bu”
(04) “tidak baik juga, kalau tidak syukuran bangun rumah”
(05) “berapa kentang sekilo pak, sama cabenya juga sekilo?”
PJ : (06) “oh mau syukuran. Kentang 25 ribu kalau cabenya 10 ribu.”

Bentuk wacana di atas terjadi di pasar penjual sayur, partisipan terdiri dari tiga orang.
Awalnya percakapan antara PB1 dan PB2 menggunakan bahasa Jawa seperti pada kalimat
(01) dan (02). Percakapan selanjutnya menggunakan bahasa Indonesia. Peralihan bahasa dari
bahasa Jawa ke bahasa Indonesia sengaja dilakukan oleh PB2 karena adanya orang ketiga.
PB2 berinisiatif mengartikan bahasa yang ia bicarakan dengan PB1 agar dimengerti oleh PJ.
Peralihan tersebut merupakan peralihan dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Penyebab
peralihan bahasa tersebut karena adanya orang ketiga yang dikehendaki mengetahui apa yang
dibucarakan. Sehingga ia dapat memasuki topik pembicaraan.
Selanjutnya pada temuan dan pembahasan ini dikemukakan cuplikan data alih kode di
kios pakaian di pasar Sumberingin adalah peralihan dari bahasa indonesia ke bahasa Jawa
pada saat penjual pembeli melakukan transaksi.
Waktu : 1 november 2017
Tempat : penjual pakaian
Topik : membeli pakaian
Partisipan : penjual (PJ)
Pembeli 1 (PB1)
Pembeli 2 (PB2)
Percakapan
PB1 : (01) “berapa celana yang warna merah ini kang?”
PJ : (02) “lima puluh lima ribu saja bu.”
PB1 : (03) “ngk bisa kurang ta kang?”
PB2 : (04) “pinten niku wau?”
PJ : (05) “seket limo yu.”
PB2 : (06) “ora iso kurang ye?”
PB1 : (07) “pase pinten kang, badhe tumbas kaleh”
PJ : (08) “nggeh, sangang puloh limo ewu mawon pun”

Data di atas terdiri dari tiga partisipan, pada awalnya pembeli dan penjual berbahasa
indonesia, namun tiba-tiba PJ di tanya oleh PB2 yang merupakan kenalan PJ satu desa.
Sehingga pembicara berubah memakai bahasa Jawa.

Data selanjutnya terjadi di kios penjual buah di pasar Sumberingin adalah peralihan
bahasa dari bahasa jawa ke bahasa Indonesia.
Waktu : 2 november 2017
Tempat : penjual buah
Topik : kebersihan
Partisipan : penjual (PJ)
Pembeli (PB)
Percakapan
PB : (01) “ piro ki pelleme kang?”
PJ : (02) “ rolas ewu sekilone yu.”
PB : (03) “ apa ya yang bau ini?”
PJ : (04) “ tikus mati kui yu, orang pakai racun tikus itu”
PB : (05) “ bau sekali kang”
PJ : (06) “ 1 kilo?”
Awalnya percakapan yang dilakukan antara PB dan PJ dengan berbahasa Jawa seperti
pada kalimat (01) dan (02), kemudian tiba-tiba PB menggunakan bahasa Indonesia, sehingga
penjualpun menjawab dengan bahasa Indonesia seperti pada kalimat (03), (04), (05) dan
kalimat (06). Perubahan topik dari harga mangga ke topik sumber berbau busuk disekitar
tempat penjualan buah merupakan faktor beralihnya kode bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.

Data berikutnya di ambil dari salah satu kios penjual ikan segar di pasar Sumberingin,
terjadi percakapan antara dua orang yaitu penjual dan pembeali dengan menggunakan alih
kode bahasa dari bahasa indonesia ke bahasa Jawa.
Waktu : 2 november 2017
Tempat : penjual ikan
Topik : tawar menawar ikan
Partisipan : penjual (PJ)
: pembeli (PB)
Percakapan
PB : (01) “ada ikan gurami kang?”
PJ : (02) “mboten enten mbak, niki bandeng”
PB : (03) “pinten kang bandenge?”
PJ : (04) “gangsal welas mbak.”
PB : (05) “mboten kirang kang? Cilik ki”
PJ : (06) “mboten angsal lo mbak, rugi kulo”

Percakapan di atas terdapat di salah satu kios penjual ikan di pasar Sumberingin,
terdiri dari PJ dan PB. Percakapan itu membicarakan proses tawar menawar antara penjual
dengan calon pembeli. Awalnya calon pembeli menyapa penjual dengan menggunakan
bahasa Indonesia bertanya tentang ikan yang di jual pada kalimat (01), namun seorang PJ
menjawab dengan menggunakan bahasa Jawa pada kalimat (02) sehingga pembeli beralih
code bahasa ke bahasa Jawa karena mengupayakan pembicaraan menjadi akrab dan berharap
diberi harga lebih murah.

Faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode bahasa di pasar Sumberingin


Kabupaten Blitar.
Secara umum ada 6 (enam) yang menyebabkan alih kode bahasa di pasar
Sumberingin Kabupaten Blitar sebagai berikut:
a. Kesamaan suku dan bahasa penjual dan pembeli.
b. Membina keakraban antara penjual dan pembeali.
c. Hadirnya penutur baru/ calon pembeli baru.
d. Perubahan topik yng dibicarakan pada saat proses jual beli.
e. Sudah saling kenal sebelumnya antara penjual dan pembeli.
f. Pembeli berharap harga relatif murah.

Pembahasan faktor penyebab alih kode


Secara umum ada 6 (enam) yang menyebabkan alih kode bahasa di pasar Sumberingin
kabupaten Blitar sebagai berikut:

A. Kesamaan suku dan bahasa pada saat komunikasi di pasar;


Pada data hasil penelitian dideskrepsikan awalnya pembicaraan menggunakan bahasa
Indonesia kemudian tiba-tiba datang orang lain dan menyapa penjual dalam bahasa Jawa,
sehingga pembicaraan sealnjutnya menggunakan bahasa Jawa.
B. Membina keakraban antara penjual dan pembeali
Pada data hasil penealitian terdapat peralihan kode bahasa indonesia ke bahasa Jawa,
yang mana pada percakapan awal pembeli dan penjual memakai bahasa indonesia
kemudian beralih menggunakan bahasa Jawa karena pembeli dan penjual berusaha
berbahasa yang sama karena pembei ingin terkesan akrab dengan penjual.
C. Hadirnya penutur baru/ calon pembeli baru.
Pada data hasil penelitian dideskripsikan awalnya menggunakan bahasa Indonesia
kemudian beralih menggunakan bahasa Jawa. Peralihan terjadi pada saat penutur baru
datang memasuki pembicaraan dengan menggunakan bahasa Jawa, sehingga
pembicaraan menggunakan bahasa Jawa karena orang yang terlibat percakapan
sebelumnya ternyata menguasai bahasa jaw pula.
D. Perubahan topik yang dibicarakan pada saat proses jual beli
Pada data hasil penealitian awalnya menggunakan bahasa Jawa kemudian menggunakan
bahasa Indonesia disebabkan karena tiba-tiba pembeli menggunakan bahasa Indonesia
pada pembicaraan lain atau topik lain. Pada data tersebut seorang pembeli tiba-tiba
menggunakan bahasa indonesia karena mencium bau busuk pada saat proses jual beli
berlangsung.
E. Pembeli berharap harga relatif murah
Pada data hasil penelitian di atas awalnya menggunakan bahasa Indonesia, namun
seorang pembeli menggunakan bahasa Jawa kepada penjual karena mengetahiu kalau
penjual adalah orang Jawa asli, maka pembicaraan menjadi berbahasa Jawa. Pembeli
menggunakan bahasa yang dikuasai penjual denganmaksud percakapan mereka tidak
kaku dan berharap diberi harga murah.
F. Saling mengenal sebelumnya/ akrab sebelumnya.
Pada data hasil penelitian di atas dideskripsikan pembicaraan penjual dengan pembeli
awalnya menggunakan bahasa Indonesia, namun tiba-tiba datang teman penjual yang
juga ingin membeli dagangannya dengan menggunakan bahasa Jawa, maka percakapan
selanjutnya beralih menjadi bahasa Jawa.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
A. Bentuk alih kode
Penelitian alih kode bahasa dalam interaksi jual beli di pasar Sumberingin kabupaten
Blitar berupa alih kode bahasa indonesia ke bahasa Jawa, alih kode bahasa Jawa ke bahasa
Indonesia.
B. Penyebab alih kode
Penyebab alih kode bahasa dalam interaksi jual beli di pasar Sumberingin kabupaten
Blitar adalah :
a. Kesamaan suku dan bahasa antara penjual dan pembeli
b. Membina keakraban antara penjual dan pembeali
c. Hadirnya penutur baru/ calon pembeli baru
d. Perubahan topik yang sedang dibicarakan pada saat proses jual beli
e. Sudah saling kenal sebelumnya atau sudah akrab sebelumnya
f. Pembeli berharap harga murah

Saran
Penelitian ini merupakan penelitian bahasa dalam bentuk penealitian deskriptif atau
menggambarkan peralihan kode bahasa dalam interaksi jual beli di pasar Sumberingin
kabupaten Blitar. Penelitian bahasa yang terkait dengan penelitian alih kode bahasa tidak
dibahas pada penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti berharap pada peneliti bahasa
selanjutnya yang mengambil kajian sosiolinguistik, menyarankan agar meneliti alih kode
bahasa pada naskah novel terbaru.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad. (2012). Pengertian Alih Kode dan Campur Kode. [online], tersedia:
http://blogspot.com/2006/pengertian alih kode dan campur kode, [30 oktober 2017].

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka Cipta.

Cher, A dan Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rieneka Cipta.

Nababan, P. (1984). Sosiolinguistik suatu pengantar. Jakarta: Ramedia.

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai