Anda di halaman 1dari 4

Nama : Siti Nurkamila

NIM : 200210402088

1. Jelaskan tentang Politik Bahasa Nasional. Penjelasan mencakup tentang peran bahasa peran
bahasa daerah dan atau bahasa Asing dalam perkembangannya pada bahasa Indonesia.

Politik Bahasa Indonesia merupakan suatu kebijakan nasional yang berisikan tentang suatu
perencanaan, pengarahan, dan ketentuan yang akan dipakai sebagai dasar pemecahan seluruh masalah
bahasa. Lain halnya dengan politik bahasa nasional yang berarti kebijakan pada suatu bidang dan
kesastraan secara nasional. Kebijakan dalam politik bahasa nasional meliputi; bahasa Indonesia,
bahasa daerah, serta penggunaan bahasa asing lainnya. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, bab XV,
Pasal 36 ditegaskan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia.

Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat 3 kelompok bahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat
Indonesia. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing seperti
bahasa Inggris. Dalam penerapannya, bahasa yang digunakan harus sesuai dengan fungsi dan
kedudukannya sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan.

 Bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pentingnya
peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar Sumpah Pemuda tahun 1928 yang
berbunyi “Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia” dan pada undang-undang dasar yang di dalamnya tercantum pasal khusus yang
menyatakan bahwa “bahasa negara ialah bahasa Indonesia” (dalam Pamungkas, 2012, 1).
Bahasa Indonesia menduduki tempat yang terkemuka di antara beratus-ratus bahasa nusantara
yang masing-masing amat penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu.
Bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa
nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi.
 Bahasa Daerah adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa perhubungan intradaerah atau
intramasyarakat, di samping bahasa Indonesia, dan yang dipakai sebagai sarana pendukung
sastra serta budaya daerah atau masyarakat etnik di wilayah Republik Indonesia. Bahasa-
bahasa daerah merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup.
 Bahasa Asing di Indonesia adalah semua bahasa, kecuali bahasa Indonesia, bahasa-bahasa
daerah, dan bahasa serumpun Melayu. Bahasa asing yang berfungsi sebagai bahasa ibu warga
negara Indonesia kelompok etnis tertentu tetap berkedudukan sebagai bahasa asing.

SUMBER REFENSI :

Zahra. Siti. (2017). Politik Bahasa dan Masalah Kebahasaan di Indonesia. Modul. Retrieved 17 April
2021 from https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.ut.ac.id/
4847/1/
PBIN4436M1.pdf&ved=2ahUKEwiW24uT44jwAhXqqksFHdX9DWsQFjADegQIEhAG&usg=AOv
Vaw0S5imzt0uLryPkkvii4cbm

2. Jelaskan tentang Kontak Bahasa, Diglosia, dan Pergeseran Bahasa.. (Penjelasan disertai
pustaka)
 Kontak Bahasa

Thomason (2001: 1) berpendapat bahwa kontak bahasa adalah peristiwa penggunaan lebih dari
satu bahasa dalam tempat dan waktu yang sama. Kontak bahasa tidak menuntut penutur untuk
berbicara dengan lancar sebagai dwibahasawan atau multibahasawan, namun terjadinya komunikasi
antara penutur dua bahasa yang berbeda pun sudah dikategorikan sebagai peristiwa kontak bahasa.
Sebagai contoh, ketika dua kelompok wisatawan yang sedang melakukan transaksi jual beli di
Marioboro Jogja. Antara penjual sebagi penutur bahasa jawa dan pembeli yang berbahasa asing sama-
sama menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Peristiwa komunikasi ini, meskipun mungkin
dalam bentuk yang sangat sederhana, sudah masuk dalam kategori kontak bahasa.

 Diglosia

Ferguson (melalui Chaer dan Agustina, 2010: 92) menggunakan istilah diglosia untuk menyatakan
keadaan suatu masyarakat dimana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan
masing-masing mempunyai peranan tertentu ada ragam tinggi dan ragam rendah. Contoh dari bahasa
Jawa terdapat bahasa Jawa Ngoko, Madya, dan Kromo.

Menurut Ferguosa, diglosia adalah fenomena penggunaan ragam bahasayang dipilih sesuai dengan
fungsinya. Diglosia dalam masyarakat bahasa yangmemiliki satu bahasa dengan dua ragam(tinggi dan
rendah) yang memiliki peranyamasing-masing. Penggunaan dua bahasa atau lebih merupakan
fenomena yang biasa terjadi. Bahasa daerah sebagai salah satu warisan budaya nasional harus
dipelihara dan ditumbuh kembangkan agar nilai-nilai budaya yang berkembang didalamnya tetap
hidup di tengah masyarakat (Marni, 2016).Diglosia adalah suatu situasi bahasa di mana terdapat
pembagian fungsional atas varian-varian bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Diglosia
dapat juga ditunjukkan dalam konteks komunikasi bagi masyarakat di negara yang memiliki ragam
bahasa. Bahasa adalah lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap yang mempunyai makna atau
arti. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh makhluk hidup untuk berinteraksi
sesamanya, terutama manusia. Macam-macam bahasa di dunia ini sungguh beragam, terutama di
Indonesia yang mempunyai banyak suku bangsa, budaya dan bahasa. Proses menguasai Bahasa
melibatkan soal-soal luaran seperti latar belakang sosial penutur, kedudukan, dan kebudayaan penutur
dalam masyarakat.

 Pergeseran Bahasa

Dalam kenyataan berbahasa, bahasa dapat menggeser bahasa lain. Bahasa yang tergeser adalah
bahasa yang tidak mampu mempertahankan diri, (Sumarsono, 2011). Kondisi tersebut merupakan
akibat dari pilihan bahasa masyarakat tutur dalam jangka waktu yang panjang dan bersifat kolektif
(dilakukan oleh seluruh masyarakat tutur). Ketika masyarakat memilih bahasa baru di dalam ranah
yang semula digunakan bahasa lama, pada saat itu merupakan kemungkinan terjadinya proses
pergeseran bahasa.

Pergeseran bahasa menunjukkan adanya suatu bahasa yang benar-benar ditinggalkan oleh
komunitas penuturnya. Pergeseran bahasa (language shift) menyangkut masalah penggunaan bahasa
oleh seorang penutur atau sekelompok penutur yang bisa terjadi sebagai akibat perpindahan dari satu
masyarakat tutur ke masyarakat tutur lain. Kalau seseorang atau sekelompok orang penutur pindah ke
tempat lain yang menggunakan bahasa lain dan bercampur dengan mereka, akan terjadilah pergeseran
bahasa ini. Pendatang atau kelompok pendatang ini, untuk keperluan komunikasi, mau tidak mau
harus menyesuaikan diri dengan "Menanggalkan" bahasanya sendiri lalu menggunakan bahasa
penduduk setempat (Chaer dan Agustina, 2014). Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli
tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa pergeseran bahasa terjadi sebagai akibat perpindahan
penduduk serta sikap penutur yang tidak setia dan bangga kepada bahasanya. Dalam hal ini, penutur
lebih memilih meninggalkan bahasannya dan beralih menggunakan bahasa lain yang dianggap dapat
memberi keuntungan dalam kehidupannya sehari-hari.
SUMBER REFENSI :
Ernawati, N. (2019). Pergeseran Bahasa Masyarakat Etnis Tiinghoa di Bima. Mabasan, 31-44.
From https://www.neliti.com/id/publications/287912/pergeseran-bahasa-masyarakat-etnis-tionghoa-
di-bima
Enggal. Vicki. (2020). Analisis Fenomena Diglosia dalam Masyarakat. Retrieved 17 April 2021 from
https://www.researchgate.net/publication/338394333_Analis_Fenomena_Diglosia_dalam_Masyarakat
3. Berikan ulasan teori tentang :
A. Alih kode dan Campur Kode
 Alih Kode

Alih kode di dalam sosiolinguistik merupakan peristiwa pergantian Bahasa yang digunakan dari
bahasa satu ke bahasa lain atau berubahnya ragam resmi keragam santai atau juga ragam santai ke
ragam resmi. Pergantian penggunaan bahasa dalam alih kode ini tidak hanya terjadi dalam jenis
bahasanya saja, namunjuga bisa terjadi pada ragam bahasanya.9Pendapat yang hampir sama
tentangalih kode dikemukakan oleh Hymes menyatakan bahwa alih kode bukan hanya terjadi
antarbahasa, tetapi juga dapat terjadi antara ragam-ragam yang terdapat dalam satu bahasa. “Code
switching has become a common term for alternte us of two or more language, varieties of language,
or even speech styles.” Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alih kode
merupakan suatu peristiwa pengalihan suatu bahasa ke bahasa lain ataupengalihan suatu ragam bahasa
satu ke ragam bahasa yang lain. Ahli lain, Appel, berpendapat bahwa alih kode itu sebagai suatu
gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Alih kode ini harus dilakukan karena
sangat tidak pantas dan tidak etis secara sosial untuk terus menggunakan bahasa yang tidak
dimengerti oleh orang ketiga.

Menurut Myres dan Scotton (Piantari dkk, 2011: 13) alih kode adalah peralihan penggunaan kode
satu ke kode bahasa yang lainnya. Apabila seseorang mula-mula menggunakan kode bahasa A,
misalnya bahasa Indonesia, kemudian beralih menggunakan bahasa B, misalnya bahasa Inggris, maka
peralihan pemakaian seperti itu disebut alih kode (code-swtching).

 Campur Kode

Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa lain bilamana orang mencampur dua (atau lebih)
bahasa atau ragam dalam suatu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam
situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu (Nababan, 1984: 32). Menurut Thelander
(Suwito, 1983: 76) apabila suatu tuturan terjadi percampuran atau kombinasi antara variasi-variasi
yang berbeda di dalam suatu klausa yang sama, maka peristiwa tersebut disebut campur kode.

Menurut Rokhman (Ulfiani, 2014: 97) campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih
dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain untuk memperluas
gaya bahasa. Menurut Kridalaksana (Susmita, 2015:98) campur kode adalah penggunaan satuan
bahasa dari satu bahasa ke bahasa yang lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa. Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau
lebih yang berupa serpihan (pieces) untuk memperluas ragam bahasa atau gaya bahasa dalam suatu
percakapan.

B. Berbagai Unsur Serapan (pilih salah satu dengan teori-teori yang dikemukakan dari
berbagai ahli).
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diintegrasikan ke dalam suatu
bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum. Menurut Kridalaksana (1985 : 8) Kata serapan
adalah “pinjaman” yaitu bunyi, fonem, unsur gramatikal atau unsur leksikal yang diambil dari bahasa
lain.

 Proses Penyerapan Kata

1. Proses adopsi adalah terserapnya bahasa asing karena pemakai bahasa tersebut mengambil
kata bahasa asing yang memiliki makna sama secara keseluruhan tanpa mengubah lafal atau ejaan
dengan bahasa Indonesia. Contoh: Hotdog, Shuttle cock, reshuffle, plaza, supermarket, dan lain-lain.

2. Proses adaptasi adalah proses diserapnya bahasa asing akibat pemakai bahasa mengambil
kata bahasa asing, tetapi ejaan atau cara penulisannya berbeda dan disesuaikan dengan aturan bahasa
Indonesia. Contoh: Option = Opsi

3. Penerjemahan Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam
bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia. Contoh:
Overlap = Tumpang Tindih

4. Kreasi Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yangada dalam
bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara
kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan. Boleh saja kata yang ada dalam
bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
Contoh: Spare Parts = Suku Cadang

 Bahasa Inggris

Bahasa Inggris juga menjadi salah satu sumber serapan, khususnya dibidang teknologi yang
kebanyakan berbahasa inggris, walaupun produk teknologi tersebut dibuat di Indonesia. Contoh :

a. application – aplikasi

b. actor – aktor

c. aquarium – akuarium

d. allergy – alergi

e. artist – artis

f. access - akses

g. acting - akting

h. accessory - asesori

SUMBER REFENSI

 Nur Rizky. M. (2018). Retrieved Minggu 18 April 2021. From


https://nurrizky24.blogspot.com/2018/07/unsur-serapan.html?m=1
 Amalia. Rizky. (2018). Kontak bahasa: kedwibahasaan, alih kode, campur kode, interferensi,
dan intergrasi. Ponorogo. Retrieved 17 April 2021 from
https://www.researchgate.net/publication/340874997_KONTAK_BAHASA_KEDWIBAHA
SAAN_ALIH_KODE_CAMPUR_KODE_INTERFERENSI_DAN_INTEGRASI

Anda mungkin juga menyukai