Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Hubungan bahasa dengan masyarakat dapat dikaji dalam ilmu sosiolinguistik. Sosiolinguistik
menjelaskan bagaimana menggunakan bahasa dalam aspek atau segi sosial tertentu (Chaer dan
Agustina, 2010:7). Menurut Wijana dan Rohmadi (2013:7) sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang
memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pamakai bahasa di
dalam masyarakat karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi
sebagai masyarakat.

Bahasa adalah sarana komunikasi dalam masyarakat. Menurut Chaer dan Agustina fungsi utama
bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki manusia. Manusia selalu
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dalam setiap aktivitas dan kehidupannya. Dalam komunikasi
dengan masyarakat, manusia di tuntut untuk melakukan pilihan bahasa mana yang akan digunakan
ketika berkomunikasi dengan masyarakat yang lain. Masyarakat yang dimaksud pun bervariasi, seperti
masyarakat yang kedwibahasawan (bilingualism) dan keanekabahasaan (multilingualisme).

Dalam masyarakat multilingual, semua bahasa beserta ragam-ragam yang dimiliki atau
digunakan seorang penutur disebut dengan reportoar kebahasaan. Reporter kebahasaan adalah
kemampuan berbahasa seseorang di dalam masyarakat. Menurut Suwito reportoar kebahasaan setiap
penutur ditentukan oleh masyarakat dimana ia merupakan anggota-anggotanya sedangkan reportoar
kebahasaan suatu masyarakat tutur terjadi dari himpunan reportoar kebahasaan seluruh penutur di
dalam masyarakat itu.

Pilihan bahasa dalam masyarakat multilungual yang penuturnya mempunyai reportoar


kebahasaan yang sangat penting dan menarik untuk dikaji dalam perspektif sosiolinguistik. Fenomena
tersebut juga terjadi di desa kemujan. Dalam mengkaji masyarakat multilingual dengan pilihan bahasa
yang terjadi di berbagai ranah, ada variabel sosial yang melatarbelakanginya.

Variabel sosial adalah faktor yang menjadi penentu pilihan bahasa di dalam ranah pilihan
bahasa. Fasya dan Suhendra membagi variabel sosial menjadi empat, yaitu variabel sosial pendidikan,
pekerjaan, jenis kelamin, dan usia. Pembagian variabel sosial dalam penelitian ini mengacu kepada
pendapat Fasya dan Suhendra (2013:83).
PEMBAHASAN

Permainan bahasa dalam masyarakat multilingual melibatkan berbagai bahasa yang digunakan
oleh anggota masyarakat yang memiliki latar belakang linguistik yang beragam. Ini dapat mencakup
permainan kata, teka-teki, atau aktivitas kreatif lainnya yang memanfaatkan keberagaman bahasa
dalam sebuah kelompok. Permainan semacam ini dapat menjadi cara yang menyenangkan untuk
merayakan dan mempromosikan pemahaman antarbahasa serta memperkaya budaya dalam konteks
multilingual.

Bahasa adalah suatu system yang terdiri dari sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan
dapat diatur. Sebagai system, bahasa bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis berarti bahasa tersusun
menurut pola tertentu, sementara sistemis mengindikasikan bahwa bahasa tidak hanya merupakan satu
system tunggal, tetapi terdiri dari sejumlah subsistem. Dalam konteks ini, system bahasa adalah
lambing-lambang dalam bentuk bunyi, yang dikenal sebagai bunyi ujar atau bunyi bahasa. Setiap
lambing bahasa mangandung makna atau konsep. Bahasa sebagai lambing bunyi yang bersifat
arbitrator, konvensioanal, produktif, dan dinamis, memiliki berbagai fungsi.

Banyak ahli mengembangkan fungsi bahasa sesuai dengan penggunaannya. Namun, pada
dasarnya bahasa berfungsi dengan baik jika dapat menyampaikan maksud atau memberikan informasi
saat berkomunikasi. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia menggunakan berbagai model bahasa
yang memiliki fungsi dan dampak berbeda. Bahasa menjadi hidup di dalam masyarakat dan digunakan
oleh warganya untuk berkomunikasi. Kelangsungan hidup sebuah bahasa sangat dipengaruhi oleh
dinamika yang dialami oleh penuturnya dan terkait dengan budaya di sekitarnya. Dengan kata lain,
budaya tersebut akan membentuk karakteristik dari bahasa itu sendiri.

Hubungan antara bahasa dan kebudayaan bersifat supordinatif, dimana bahasa berada dibawah
lingkup kebudayaan. Keanekaragaman bahasa, atau multilingualisme, tak terpisahkan dari
keanekaragaman budaya, atau multikulturalisme. Dalam konteks budaya, bahasa dianggap sebagai
aspek budaya, dan kekayaan budaya dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan. Berbagai bahasa
mencerminkan kekayaan budaya dalam masyarakat penggunanya, yang bersifat multukultural.

Lingkungan sosial memiliki peran signifikan dalam pemerolehan bahasa anak. Ragam lingkungan
sosial, termasuk faktor budaya, sosial ekonomi orang tua, lokasi tempat tinggal, dan lingkungan bermain
yang berbeda-beda, mempengaruhi anak dalam memperoleh masukan bahasa yang beragam. Dalam
setting sosial tersebut, anak belajar menerapkan norma-norma berbahasa sesuai dengan konteks
komunikasi, seperti memperhatikan status dan peran mitra tutur, topic pembicaraan, latar penuturan,
variasi kode, dan lainnya. Penguasaan anak terhadap dua bahasa atau lebih tidak terlepas dari latar
belakang budaya yang melibatkan kedua bahasa tersebut.

Bahasa merupakan bukti utama eksistensi peradaban dan kehidupan dalam satu komunitas.
Bahasa menjadi unsur yang tak terpisahkan dari keberadaan manusia dalam suatu komunitas, menjadi
faktor esensial yang mendukung kelangsungan hidup mereka. Kemampuan suatu komunitas atau suku
untuk saling memahami satu sama lain tergantung pada kehadiran bahasa sebagai instrument kunci
dalam menjalankan kehidupan, baik secara individu maupun sebagai kelompok.
PENUTUP

Dari hasil pembahasan diperoleh tingkat kesetiaan berbahasa masyarakat Mandar Baruga di
Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju menunjukkan presentase yang tinggi. Selanjutnya mengenai
perilaku berbahasa masyarakat, perilaku yang ditemukan pada masyarakat yaitu perilaku sopan karena
menyapa orang lain yang menunjukkan kerendahatian dan tidak sombong terhadap sesama, hal ini
ditunjukkan dengan seringnya terjadinya salingsapa antar penutur dan mitra tutur dimanapun pada saat
bertemu.

Anda mungkin juga menyukai