Anda di halaman 1dari 20

WUJUD INTERFERENSI BAHASA BUGIS TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM

WACANA AKADEMIK DI STKIP MUHAMMADIYAH


SIDENRENG RAPPANG

SURIYANI ISKANDAR
MUHAMMAD HANAFI

E-mail: hasmi.hima@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan wujud


interferensi bahasa Bugis terhadap bahasa Indonesia dalam wacana akademik
di STKIP Muhamamdiyah Kabupaten Sidenreng Rappang. Penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Penelitian ini
memanfaatkan teori interferensi secara umum dan teori interferensi fonologi,
interferensi morfologi, dan interferensi sintaksis secara khusus.
Data penelitian terdiri atas data tuturan dan catatan lapangan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, perekaman, dan
wawancara. Data yang terkumpul, dianalisis melalui empat tahap, yakni
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa wujud
interferensi pelesapan atau penghilangan fonem yang terjadi dalam interaksi
antara dosen kepada mahasiswa, mahasiswa kepada dosen, dan mahasiswa
kepada mahasiswa lainnya adalah terjadinya pelesapan atau penghilangan
fonem /d/, /t/, /p/, /k/, /y/ yang digantikan dengan penekanan akhir atau disebut
sebagai bunyi glotal atau dalam bahasa tulisnya dilambangkan dengan tanda
apostrof (‘). Sedangkan wujud dari interferensi fonologi pergantian fonem
yang ditemukan adalah adanya pergantian fonem /a/ menjadi /e/, pergantian
fonem /f/ menjadi /p/.
Selain dari pelesapan atau penghilangan fonem dan pergantian fonem,
dalam wacana akademik di STKIP Muhammadiyah Kabupaten Sidenreng
Rappang, ada pula penambahan fonem yang terjadi, yakni penambahan fonem
/g/ pada beberapa kata yang berakhiran fonem /n/. hal tersebut terjadi karena
memang mayoritas kosakata bahasa bugis mayoritas berakhiran /ng/ sehingga
hal tersebut terbawa dalam interaksi yang terjadi dalam proses akademik.
Wujud interferensi morfologi yang terjadi dalam interaksi antara
dosen kepada mahasiswa, mahasiswa kepada dosen, dan mahasiswa kepada
mahasiswa, dalam wacana akademik di kampus STKIP Muhammadiyah
Kabupaten Sidenreng Rappang. hal tersebut terjadi karena adanya penggunaan
partikel /mi/, /ji/, /pi/, /ja+ka/, /ka/, /mo/, /me+ki/, /si/,/toh/.
Wujud interferensi sintaksis yang terjadi dalam interaksi antara dosen
kepada mahasiswa, mahasiswa kepada dosen, dan mahasiswa kepada
mahasiswa dalam wacana akademik di kampus STKIP Muhammadiyah
Kabupaten Sidenreng Rappang. Hal tersebut terjadi karena adanya pengacauan
pola kalimat bahasa indonesia SP yang mengikuti pola kalimat bahasa Bugis
PS.
Dari kesimpulan diatas dapat diperoleh wujud interferensi bahasa
Bugis terhadap Bahasa Indonesia dalam wacana akademik di STKIP
Muhammadiyah Sidenreng Rappang. Interferensi yang paling sering
digunakan oleh mahasiswa terhadap dosen, dosen terhadap mahasiswa, dan
mahasiswa terhadap sesama mahasiswa dalam berinteraksi adalah interfernsi
Morfologi, kemudian interferensi sintaksis, terakhir adalah interferensi
fonologi.

101
PENDAHULUAN Bentuk bahasa merupakan suatu
sistem simbol lisan yang arbitrer yang
Bahasa adalah sebuah sarana dipakai oleh anggota suatu masyarakat
komunikasi yang paling penting dalam untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar
kehidupan terutama dalam interaksi sosial. sesama. Berdasarkan pada budaya yang
Dengan bahasa, manusia dapat melakukan dimiliki bersama, Wardhouqh dalam Chaer
hubungan komunikasi dengan manusia dan Agustina (2003:23) mengatakan bahwa
lainya. Oleh karena itu, hubungan timbal fungsi bahasa adalah alat komunikasi baik
balik antaranggota masyarakat akan terhenti lisan maupun tulisan. Bahasa juga memiliki
tanpa bahasa. Bahasa merupakan peran yang penting serta merupakan
kepentingan yang harus terpenuhi dalam kebutuhan yang mendesak dalam
komunikasi. Selain untuk berkomunikasi, kompleksitas kehidupan masyarakat.
bahasa juga merupakan lambang identitas Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan
sosial manusia. Chaer dan Agustina bahwa bahasa tidak hanya sebagai alat
(2004:11) mendefinisikan bahwa bahasa komunikasi tetapi juga sebagi sistem yang
adalah alat komunikasi yang hanya dimiliki melibatkan aturan-aturan yang bersifat
manusia dalam kehidupannya. Selain itu, sosial dan aturan-aturan bersifat kebahasaan
manusia juga dapat menggunakan alat yang harus diperhatikan dalam setiap
komunikasi lain selain bahasa. Namun pemakaian bahasa. Oleh karena itu Bahasa
tampaknya bahasa merupakan alat sebagai alat komunilkasi hanya dimiliki
komunikasi yang paling baik, paling manusia.
sempurna dibandingkan alat-alat Sosiolinguistik merupakan
komunikasi lainnya. penggunaan bahasa dalam hubungannya
Keraf (1980:16) mendefinisikan dengan pemakaian bahasa di dalam
bahasa sebagai alat komuniksi antar mayarakat. Dalam masyarakat seseorang
masyarakat berupa lambang bunyi suara tidak dipandang sebagai individu yang
yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terpisah dari yang lain, melainkan anggota
merupakan alat komunikasi manusia. dari kelompok sosialnya sebagai
Menurut Wirdjosoedarmo (1997:17) masyarakat yang bilingual atau multilingual
terdapat dua unsur dalam bahasa yaitu isi yang paling sedikit menguasai dua bahasa
dan bentuk bahasa. Isi bahasa adalah yaitu bahasa daerah sebagi B1 dan bahasa
pikiran dan perasan yang dikeluarkan oleh Indonesia sebagai B2. Mereka umumnya
manusia untuk menyampaikan isi hatinya mampu memahami dan menguasai lebih
kepada manusia lain. dari satu bahasa, maka ia akan
menggunakan bahasanya itu dalam

102
kehidupan sehari-hari. Inilah kenyataan Guru yang profesional dan
yang ditemui dalam Negara yang berkarakter inilah yang akan berinteraksi
berdwibahasawan seperti di Indonesia aktif dan tetap memberikan teladan bagi
(Poedjosoedarmo , 2003:36). para siswanya. Cara mendidik yang paling
Pada masyarakat yang bilingual efektif adalah melalui keteladanan. Sejalan
atau multilingual sering terjadi kasus dengan hal tersebut, Mendiknas dalam
kesalahan berbahasa seperti interferensi, sambutan Hari Pendidikan Nasional (Nuh
intregrasi, campur kode , dan alih kode. 2010) menekankan enam pilar karakter
Masyarakat sebagai penutur bahasa selalu global, yaitu (1) kepercayaan
menggunakan bahasa yang dipahaminya (trrustworhiness),(2) saling menghargai
dan terus mengalami perkembangan. Hal (respect), (3) bertanggung-jawab
ini tentu akan memengaruhi bahasa. Oleh (responsibility), (4) keadilan (fairness), (5)
karena itu, bahasa memilki ciri kemantapan kepedulian (caring), dan (6)
yang dinamis. Keadaan masyarakat kewarganegaraan yang aktif (active-
Indonesia yang cenderung dwibahasawan citizenship). Sementara itu pusat kurikulum
bahkan multilingual inilah yang dalam Yulaelawati (2010) menanamkan
menyebabkan terjadinya interferensi delapan belas nilai yang tergabung dalam
sebagai akibat kontak bahasa. pendidikan karakter, yaitu (1) religious, (2)
Gejala tentang interferensi bahasa jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja
daerah sebagai B1 terhadap Bahasa keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8)
Indonesia sebagai B2 dewasa ini, juga demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10)
terjadi dalam dunia pendidikan. Bukan semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air,
hanya dalam kalangan pelajar saja (12) menghargai prestasi, (13)
melainkan juga pada kalangan mahasiswa. bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai,
STKIP Muhammadiyah Sidrap adalah salah (15) gemar membaca, (16) peduli
satu lembaga yang dipercaya untuk lingkungan, (17) peduli sosial, (18)
mencetak para pendidik yang profesional bertanggung-jawab.
dan handal serta berkarkter, dengan tetap Berangkat dari uraian diatas, salah
berpegang teguh pada prinsip “berpikir satu pilar karakter global adalah
global, bertindak lokal”. Sebuah prinsip komunikatif, yang bisa dihubungkan
yang mengarahkan mahasiswa untuk tetap dengan semangat kebangsaan serta cinta
terbuka akan perkembangan global. Namun tanah air, yang dapat memicu lahirnya
tetap berpegang teguh pada nilai-nilai interferensi bahasa daerah terhadap bahasa
kearifan lokal yang membesarkannya. Indonesia. Kampus STKIP Muhammadiyah
sidenreng Rappang, yang berdiri tegak

103
ditengah-tengah penutur bahasa daerah Penelitian lain yang dilakukan oleh
yang kental, yakni bahasa Bugis, tentunya salah satu mahasiswa Program Studi
berpengaruh terhadap tindakan tutur Pendidikan Bahasa Jawa Fakultas Bahasa
mahasiswa, maupun dosen yang ada disana. Dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta,
Sehingga, dalam proses akademik pun Septi Purwanita (2012), dengan judul
sering kali terjadi pencampuran gramatikal skripsi “Interferensi Morfologis Bahasa
bahasa Bugis pada gramatikal bahasa Indonesia dalam Penggunaan Bahasa Jawa
Indonesia yang tentu saja berbeda. pada Upacara Pernikahan Adat Jawa”.
Penelitian tentang interferensi Penelitian ini mengungkap interferensi
sangat penting, terbukti dikenal beberapa morfologis bahasa Indonesia dalam
peneliti yang mulai menulis sejak tahun penggunaan bahasa Jawa pada upacara
1950 seperti Weinreich, Haugen, Ferguson, pernikahan adat Jawa.
Mackey, Lado, dan Richard. Di Indonesia, Masrurah Mokhtar (2012), Dosen
penelitian tentang interferensi bahasa saat Fakultas Sastra Universitas Muslim
ini sudah banyak dilakukan, baik oleh Indonesia, Makasar. Dalam jurnalnya yang
mahasiswa ataupun juga oleh dosen serta berjudul “Interferensi Morfologis penutur
beberapa penulis. Diantaranya, judul karya Bahasa Bugis dalam Berbahasa Indonesia“
ilmiah yang di tulis oleh dosen Fakultas mengkaji tentag bentuk interferensi bahasa
Sastra Universitas Sumatera Utara ( FS Bugis dalam penggunaan bahasa Indonesia
USU) Drs. Irwan (2006) yang berjudul dalam interaksi sehari-hari.
“Interferensi Bahasa Derah Terhadap Dari penelitian-penelitian diatas,
Perkembangan Bahasa Indonesia”. peneliti terinspirasi untuk meneliti
Penelitian yang dilakukan oleh interferensi bahasa Bugis terhadap bahasa
mahasiswa Fakultas Sastra dan Seni Rupa Indonesia dalam wacana akademik di
Universitas Sebelas Maret Surakarta, STKIP Muhammadiyah Kabupaten
Hidayattullah (2009) berupa skripsi Sidenreng Rappang. hal tersebut terjadi
“Interferensi Morfologi dan Sintaksis karena sejauh ini, sepengetahuan penulis,
Bahasa Jawa Dialek Solo dalam hal tersebut masih jarang diteliti dan jarang
Penggunaan Bahasa Indonesia Tulis Murid dijadikan sebagai lokasi penelitian.
Kelas V Sekolah Dasar Surakarta” Selain dari penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian ini lebih ditekankan pada seorang mahasiswa pascasarjana
interferensi yang terjadi pada tataran Universitas Hasanuddin Makassar yang
morfologi dan sintaksis bahasa Jawa dialek juga merupakan salah satu dosen Program
Solo pada tulisan siswa. Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia STKIP Muhammadiyah

104
Kabupaten Sidenreng Rappang, A. Interferensi Fonologi
Muhammad Hanafi (2014) dengan judul Berdasarkan hasil penelitian, wujud
tesis “Representasi Kesantunan Imperatif Interferensi bahasa Bugis terhadap bahasa
dalam Wacana Akademik di STKIP Indonesia dalam interaksi antara mahasiswa
Muhammadiyah Kabupaten Sidenreng kepada mahasiswa, mahasiswa kepada
Rappang”, belum ada yang menjadikan dosen, dan dosen kepada mahasiswa, terjadi
kampus STKIP Muhamamdiyah Kabupaten dua interferensi fonologi, yakni (1)
Sidenreng Rappang sebagai lokasi interferensi fonogi pelesapan atau
penelitian, dan judul Interferensi penghilangan fonem dan interferensi
merupakan hal baru di lingkungan kampus fonologi pergantian fonem.
STKIP Muhamamdiyah Kabupaten 1. Wujud interferensi fonologi pelesapan
Sidenreng Rappang dan layak untuk diteliti. atau penghilangan fonem
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Interferensi fonologi pelesapan atau
maka masalah penelitian ini adalah sebagai penghilangan fonem merupakan salah satu
berikut. Bagaimanakah wujud interferensi bentuk tuturan yang pada beberapa kata ada
bahasa Bugis terhadap bahasa Indonesia fonem-fonem tertentu yang dihilangkan,
dalam wacana akademik di STKIP akibat pengaruh dari B1. Berdasarkan hasil
Muhammadiyah Sidenreng Rappang? penelitian yang dilakukan, ditemukan
beberapa interferensi pelesapan atau
PEMBAHASAN penghilangan fonem pada saat interaksi
Pada bab ini, akan dipaparkan antara mahasiswa kepada dosen, dosen
wujud interferensi bahasa Bugis terhadap kepada mahasiswa, serta mahasiswa kepada
bahasa Indonesia dalam wacana akademik mahasiswa itu sendiri. Adapun wujudnya
di STKIP Muhammadiyah Sidenreng dapat dilihat pada bagian ini.
Rappang. Hal tersebut dapat diperinci a. Wujud Interferensi Fonologi pelesapan
sebagai berikut: (1) interferensi fonologi, atau penghilangan fonem pada Interaksi
(2) interferensi morfologi, dan (3) antara Dosen kepada mahasiswa
interferensi sintaksis yang terjadi dalam
interaksi antara mahasiswa kepada Dalam interaksi antara mahasiswa
mahasiswa, mahasiswa kepada dosen dan kepada dosen dalam konteks wacana
dosen kepada mahasiswa, dalam wacana akademik, rupanya kerap kali terjadi
akademik di STKIP Muhammadiyah interferensi pelesapan atau penghilangan
Sidenreng Rappang. ketiga hal tersebut fonem. Hal itu dapat dilihat pada kutipan
akan dijelaskan secara terperinci pada [01] berikut.
uraian berikut.

105
[01] Dosen : Sementara kegiatan Selain dari fonem /k/ dan /p/ diatas,
kokurikuler itu artinya, fonem lain yang biasa dikurangi atau
kegiatan di luar dihilangkan oleh dosen dalam proses
tata’muka, (1) tetapi masih akademik adalah fonem /d/. Adapun wujud
ada kaitannya dengan dari interferensi pelesapan atau
proses akademi’ (2). penghilangan fonem tersebut, dapat
Mahasiswa :(sebagian memperhatikan ditemukan pada kutipan [02] berikut ini.
dosen, sebagian lagi [02] Dosen : Heiii…. Suda dijawab
berbicara) semua? (1)
(Konteks : kalimat ini dituturkan oleh Mahasiswa: iya pak. (2)
seorang dosen kepada mahasiswa pada saat (Konteks: Dituturkan oleh seorang dosen
sedang dalam proses diskusi). yang bertanya kepada kelompok penyaji,
karena peserta diskusi mulai ribut)
Kutipan [01] di atas
merepresentasikan wujud interferensi Dalam kutipan [02] di atas, dapat
fonologi pelesapan atau penghilangan dilihat bentuk interferensi pelesapan atau
fonem yang dituturkan oleh seorang dosen penghilangan fonem /h/ pada kata suda
dihadapan mahasiswa, saat memberikan dalam tuturan (2) yang dituturkan oleh
penjelasan disela proses diskusi mahasiswa. seorang dosen. Dalam tuturan tersebut,
Dalam kalimat tersebut dapat dilihat adanya fonem /h/ yang terletak pada akhir kata
kata yang mengalami pelesapan atau tidak terlafaskan, karena dalam bahasa
penghilangan fonem, yakni kata tata’ pada Bugis (B1), sangat jarang ditemukan kata
tuturan (1)yang mestinya ditambah fonem yang berakhir dengan konsonan /h/,
/p/ menjadi tatap, dan kata akademi’ pada sehingga sulit untuk disesuaikan dengan
tuturan (02) yang mestinya ditambah fonem bahasa Indonesia (B2). Bahkan kata hati
/k/ menjadi akademik. Hal tersebut terjadi, dalam bahasa bugis berubah menjadi ati.
karena pengaruh bahasa Bugis yang b. Bentuk interferensi fonologi pelesapan
memang banyak menggunakan penekanan atau penghilangan fonem pada
akhir. Dalam bahasa Bugis, fonem diakhir interaksi antara mahasiswa kepada
kata, terkadang tidak terbaca seperti fonem dosen.
/k/ dan /p/, namun berganti dengan
menekanan akhir, atau dengan bahasa Dalam wacana akademik,
tulisnya ditandai dengan tanda apostrof (‘) mahasiswa biasa pula melakukan
seperti pada kata akademi’ dan tata’ diatas. interferensi pelesapan atau penghilangan
fonem pada saat berinteraksi dengan dosen.

106
Adapun wujud dari interfernsi fonologi (Konteks : Tuturan ini terjadi pada saat
pelesapan atau penghilangan fonem seorang mahasiswa memberikan saran
tersebut dapat dilihat pada kutipan tuturan kepada dosen, pada saat dosen kesusahan
[03] berikut. menengkan mahasiswa.)
[03] Dosen : Kelompok berapa lagi
yang akan tampil? Dalam kutipan [04] diatas dapat
Mahasiswa : Kelompo’ empa’ pak. pula dilihat wujud interferensi pelesapan
(Konteks : Tuturan ini terjadi pada saat atau penghilangan fonem pada kata sebu’
dosen bertanya kepada mahasiswa tentang yang mestinya mendapatkan penambahan
kelompok yang akan tampil sebagai fonem /t/ menjadi sebut. pelesapan fonem
kelompok penyaji pada waktu itu.) tersebut terjadi karena dalam bahasa Bugis
(B1) memang tidak mengenal fonem /t/
Kutipan tuturan [03] diatas pada akhir setiap katanya. sehingga apabila
merepresentasikan wujud interferensi mendapatkan kata yang menggunakan
fonologi pelesapan atau penghilangan fonem /t/ seperti diatas, maka akan
fonem yang sama yang digunakan pada mendapatkan penekanan akhir saja, atau
kutipan tuturan [03] diatas. Adanya dalam bahasa tulisnya biasa disimbolkan
pelesapan atau penghilangan fonem /k/ dengan tanda apostrof (‘). Fonem /t/ ini
pada kata kelompok. Begitupun pada kata sama posisinya dengan fonem /k/, /p/ dan
empa’, mestinya mendapatkan /h/ bahkan sama dengan fonem /d/ dan /y/,
menggunakan fonem /p/ sehingga menjadi seperti kutipan [05] berikut.
kata empat. Tuturan ini dituturkan seorang
mahasiswa ketika menjawab pertanyaan [05] Dosen : Bagaimana tugas
seorang dosen dalam proses akademik. Hal merangkumnya? Selesai
ini terjadi, disebabkan adanya penyebutan semua? (1)
bunyi bahasa Bugis, yang pada akhirnya Mahasiswa : Suda pak, suju’ sukurka
mempengaruhi bunyi bahasa Indonesia sa pak. Hehhe (2)
dalam proses akademik. Contoh lain yang (Konteks : dituturkan oleh mahasiswa
dapat dilihat terdapat pada kutipan [04] kepada dosen saat dosen akan mengakhiri
berikut ini. kuliahnya)
[04] Dosen : ya… silahkan kumpul kartu
nilainya, (1) jangan digabung Dalam kutipan [05] diatas, dapat
(2) silahkan duduk dulu ya. dilihat adanya pelesapan atau penghilangan
Mahasiswa : Sebu’ saja namanya fonem yang dituturkan oleh mahasiswa
Pak! kepada dosen. Pada tuturan (2) terdapat

107
kata suju’ dan kata sukur, yang mestinya Mahasiswa 2 : Baik, terima
mengalami penambahan fonem /d/ pada kasih, saya dari kelompo’ tiga,
kata suju menjadi sujud dan penambahan pertanyaan saya…. (dst) (2)
fonem /y/ pada kata sukur menjadi kata (Konteks : dituturkan oleh mahasiswa
syukur. pelesapan atau penghilangan fonem kepada mahasiswa lain, ketika kelompok
tersebut terjadi karena dalam bahasa bugis penyaji selesai menyajikan materi
tidak mengenal fonem konsonan, apalagi diskusinya dalam proses perkuliahan)
fonem /y/ sangat jarang bahkan tidak Dalam kutipan [06] diatas,
pernah digunakan dalam bahasa Bugis. mengungkapkan wujud interferensi
Pada beberapa kata dalam bahasa fonologi pelesapan atau penghilangan
Bugis yang memiliki fonem konsonan fonem yang terjadi antara mahasiswa
biasanya tetap akan ditambah dengan kepada mahasiswa lainnya. pelesapan atau
fonem vokal, seperti kata sukur berubah penghilangan fonem pada kata sebu’ dan
menjadi sukkuru’. Hal itulah yang kata kelompo’ merupakan wujud
mempengaruhi penggunaan bahasa interferensi pelesapan atau penghilangan
Indonesia dalam menyebutkan kata yang fonem yang terjadi karena adanya
sama dengan bahasa Bugis. interferensi dari bahasa Bugis.mayoritas
kata dalam bahasa Bugis memang tidak
c. Wujud interferensi fonologi pelesapan
menggunakan fonem konsonan, sehingga
atau penghilangan fonem pada
saat menyebutkan bahasa Indonesia yang
interaksi antara mahasiswa kepada
diakhiri dengan fonem konsonan seperti
mahasiswa
fonem /p/, /d/, /h/, /t/, dan fonem /k/
Berdasarkan hasil penelitian ini,
biasanya disebut dengan penekanan akhir
interaksi yang terjadi antara masasiswa
atau dilakukan pelesapan atau penghilangan
dengan mahasiswa, pun terjadi interferensi
fonem. Termasuk kata sebu’ dan kelompo’
fonologi pelesapan atau penghilangan
yang mestinya menggunakan kata sebut dan
fonem. Hal ini terjadi tampa sadar
kelompok.
dituturkan oleh mahasiswa tersebut.
Adapun wujud interferensi fonologi 2. Wujud interferensi fonologi pergantian
pelesapan atau penghilangan fonem antara fonem
mahasiswa kepada mahasiswa dapat dilihat Interferensi fonologi pergantian
pada kutipan [06] berikut. fonem adalah bentuk tuturanyang
[06] Mahasiswa 1 : Baik, tiga mengalami pergantin fonem pada kata
pertanyaan untuk sesi pertama, Sebu’ yang cara pengucapannya hampir sama, dan
nama dan kelompok.(1) terkadan sukar dibedakan dalam
pengunaannya. Jenis Interferensi ini

108
ternyata juga digunakan oleh mahasiswa pergantian fonem /p/ menjadi huruf /t/ pada
kepada dosen, dosen kepada mahasiswa, kata konset , yang semestinya adalah
serta mahasiswa kepada mahasiswa itu konsep. Tuturan ini terjadi pada saat
sendiri dalam proses akademik yang terjadi seorang dosen sedang memberikan
di kampus STKIP Muhammadiyah pengarahan kepada mahasiswa disela
Kabupaten Sidenreng Rappang. diskusi pada proses perkuliahan.

a. Wujud interferensi fonologi pergantian


b. Wujud interferensi fonologi
fonem pada interaksi dosen terhadap
pengurangan huruf pada interaksi
mahasiswa.
antara mahasiswa kepada dosen
fonem pada interaksi antara
Berdasarkan hasil penelitian yang
mahasiswa kepada dosen, dapat dilihat pada
dilakukan oleh peneliti, ditemukan adanya
kutipan [08] berikut.
interferensi fonologi pergantian fonem yang
[08] Dosen : Tiga aspek inilah yang
dilakukan oleh dosen ketika berinteraksi
menjadi muara dalam proses
dengan mahasiswa. sekalipun memang
pembelajaran, kan? (1)
tidak sebanyak dan sesering yang dilakukan
Mahasiswa : Iye’ Pak. (2)
oleh mahasiswa dengan sesamanya
(Konteks : Dituturkan oleh seorang
mahasiswa. Adapun wujud interferensi
mahasiswa ketika menjawab pertanyaan
yang tersebut, dapat dilihat pada kutipan
seorang dosen)
[07] berikut.
Dalam kutipan [08] diatas, dapat
[07] Dosen : Ada hal penting ya, yang
dilihat wujud interferensi fonologi
perlu Anda pahami dulu dalam bahasa
pergantian huruf pada tuturan (2) . pada
tutur ini,(1) coba perhatikan dulu (2)
tuturan yang dituturan oleh mahasiswa
konset bahasa atau definisi bahasa,
tersebut kepada dosennya, terdapat
atau pengertitian bahasa itu, sudah kita
pergantian huruf /a/ menjadi huruf /e/.
bahas pada bab I itu kan?(3) Jadi, ….
sehingga kata yang mestinya berbunyi iya,
(dst)
justru menjadi iye’. Hal itu terjadi karena
Mahasiswa : (Diam dan
adanya interferensi dari bahasa Bugis
memperhatikan)
sebagai B1 mahasiswa itu. Dalam bahasa
(Konteks : dituturkan oleh seorang dosen
Bugis, kata iye’ lebih sopan dan halus
kepada mahasiswa disela diskusi pada
dibandingkan dengan kata iya. Sehingga
proses perkuliahan)
mahasiswa sering kali menggunakan kata
Tuturan (3) pada kutipan [07]
tersebut untuk mengiyakan perkataan
diatas menunjukkan wujud interferensi
dosen.
fonologi pergantian fonem, yakni adanya

109
c. Interferensi fonologi pergantian fonem penambahan fonem yang terjadi dalam
pada interaksi mahasiswa kepada wacana akademik di kampus STKIP
mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Sidrenreng
Rappang. Penambahan fonem tersebut
Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada kutipan [10] berikut ini.
dilakukan oleh peneliti, ditemukan adanya [10] Dosen : eh kemana teman-
interferensi fonologi pergantian fonem pada temanmu yang lain? (1)
interaksi antara mahasiswa kepada Mahasiswa : ada di kanting pak. (2)
mahasiswa dalam proses akademik. Adapun (Konteks: dituturkan oleh mahasiswa saat
wujud dari interferensi fonologi pergantian dosen sudah memulai perkuliahan, namun
fonem tesebut, dapat dilihat pada kutipan jumlah mahasiswa masih sedikit)
[09] berikut. [11] Mahasiswa 1 : Terima kasih atas
[09] Mahasiswa 1 : Menurut anda, jawabang yang diberikan oleh
apa saja kriteria guru yang propesional kelompok penyaji. (1)
? (1) tolong jelaskan (2) Mahasiswa 2 : hahahah
Mahasiswa 2 : Baik (3) jawabang ? hahah
(Konteks : Dituturkan oleh mahasiswa (Konteks : Dituturkan oleh mahasiswa pada
kepada mahasiswa yang lainnya, pada saat saat diminta untuk menanggapi jawaban
berdiskusi di dalam kelas) dari kelompok penyaji)
Pada kutipan tuturan [09] diatas, Dalam kutipan [10] dan kutipan
dapat dilihat bahwa kata yang ditulis miring [11] diatas, dapat dilihat adanya
pada tuturan (1) mengalami interferensi penambanahan fonem konsonan /g/. fonem
fonologi pergantian fonem. Kata /g/ yang terdapat dalam kata kanting pada
Propesional diatas, merupakan hasil kutipan [10] sama dengan penambahan
interferensi dari kata Profesional. Terjadi fonem konsonan /g/ dalam kata jawabang
pergantian pada fonem /f/ menjadi /p/. hal pada kutipan [11]. Hal tersebut terjadi
ini terjadi, karena dalam penggunaan karena adanya interferensi bahasa bugis
bahasa Bugis sangat jarang menggunakan pada kata tersebut.
fonem /f/. Sehingga apabila menemukan Dalam bahasa Bugis sehari-hari,
fonem tersebut, sangat sering diganti tidak megenal adanya akhiran fonem /n/.
menjadi fonem /p/. karena umumnya bahasa Bugis diakhiri
Selain dari interferensi fonologi dengan fonem /ng/. Contohnya, kata
pelesapan atau pengurangan fonem dan tudang=duduk, dangkang=berdagang,
interferensi pergantian fonem diatas, mappabbiring=beres-beres rumah,
peneliti juga menemukan adanya masserring=menyapu. Ketika bahasa

110
Indonesia mulai diperkenalkan kepada lidah [12] Mahasiswa : Wee kenapa rebut
orang Bugis yang terbiasa dengan fonem sekali? (1)
/ng/, mereka mencoba menyesuaikannya, Doses : Itumi (2)
namun alih-alih mampu menyesuaikan diri, (Konteks : Dituturkan oleh dosen
yang terjadi malah kekacauan berupa kepada mahasiswa pada saat
kebingungan mengucapkan ujung setiap membenarkan perkataan mahasiswa
kata yang berakhiran fonem /n/ dan /ng/. tersebut)
Sehingga dalam berinteraksi dalam wacana
akademik pun, hal tersebut terjadi. Pada kutipan tuturan [12] dapat
dilihat adanya interferensi morfologi yang
B. Interferensi Morfologi dilakukan oleh seorang dosen kepada
Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa. yakni pada tuturan (2). Disana
bahwa dalam interaksi antara dosen kepada dapat dilihat adanya partikel /mi/ setelah
mahasiswa, mahasiswa kepada dosen, serta kata /itu/. Akhiran /mi/ pada kata tersebut
mahasiswa dengan sesama mahasiswa merupakan imbuhan dari bahasa Bugis
terjadi nterferensi morfologi. Dari ketiga yang biasa digunakan dalam tuturan sehari-
interferensi yang diteliti oleh peneliti, hari. Imbuhan /mi/ pada tuturan diatas
interferensi morfologi inilah yang paling berfungsi sebagai penegas kata /itu/ sendiri.
banyak digunakan di dalam proses Artinya dosen tersebut setuju dengan
akademik di STKIP Muhammadiyah mahasiswa tadi bahwa kelas memang
Kabupten Sidenreng Rappang. sedang ribut.
Selain dari partikel /mi/ diatas,
a. Wujud interferensi morfologi yang peneliti juga menemukan interferensi
terjadi antara dosen kepada mahasiswa morfologi yang lainnya yang digunakan
Berdasarkan hasil penelitian, yang oleh dosen ketika berinteraksi dengan
dilakukan di dalam kelas pada saat proses mahasiswa dalam proses akademik. Adapun
akademik sedang berlangsung. Sekalipun wujud interferensi tersebut dapat dilihat
tidak sebanyak dan sesering yang pada kutipan tuturan [13] berikut.
dituturkan oleh mahasiswa, tetap saja [13] Dosen : Anda diminta secara
ditemukan adanya interferensi morfologi berkelompok untuk membuat semacam
yang dituturkan oleh dosen kepada bagan konsep dalam bentuk power
mahasiswa. Adapun wujud interferensi point toh ? (1) jadi fungsinya ini, saya
morfologi tersebut, dapat dilihat pada mau melihat bagaimana Anda
kutipan tuturan [12] berikut ini. membuat kerangka-kerangka berpikir.
(2)

111
Mahasiswa : Iye’ pak (3) kata besok ini, merupakan penegas dari
(Konteks : dituturkan oleh dosen ketika kata besok itu sendiri. Partkel /pi/ dalam
mengecek kesiapan kelompok penyaji bahasa Bugis juga bermakna nanti.
sebelum memulai proses diskusi ) Selain dari partikel /pi/ diatas,
Pada kutipan [13] diatas masih ada beberapa interferensi morfologi
menunjukkan wujud interferensi morfologi yang tuturkan oleh mahasiswa kepada
yang dituturkan oleh seorang dosen di dosennya dalam proses akademik. Adapun
dalam kelas. Yakni pada partikel /toh/ pada wujud lain dari interferensi morfologi itu,
tuturan (2), partikel /toh/ ini merupakan dapat dilihat pada kutipan tuturan [15]
imbuhan kata tanya bahasa Bugis yang berikut:
sama arti dengan kata /kan/ dalam bahasa [15] Dosen : Ada tugas membuat
Indonesia. power point ya kemarin? (1)
Mahasiswa : Menulisji pak. (2)
b. Wujud interferensi morfologi yang
(Konteks : Dituturkan oleh seorang
dituturkan oleh mahasiswa kepada
mahasiswa pada saat menjawab pertanyaan
dosen
dosen didalam kelas)
Pada hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti, menemukan bahwa
Pada kutipan [15] diatas, dapat
interferensi morfologi juga terjadi pada
dilihat adanya interferensi morfologi yang
interaksi mahasiswa kepada dosen dalam
terjadi pada tuturan (2). Yakni adanya
proses akademik. Adapun intererensi
partikel /ji/ yang mengikuti kata /menulis/.
morfologi tersebut dapat dilihat pada
Partikel /ji/ atau biasa ditulis /jie/,
kutipan tuturan [14] berikut.
maknananya sama dengan hanya. Jadi yang
[14] Dosen : oh boleh juga. (1) siapa
ingin dituturkan oleh mahasiswa tersebut
tau masih ada yang belum kumpul?(2)
adalah hanya tugas menulis pak. Kadang
Mahasiswa : iya pak, besokpi saya.(3)
pul apartikel /ji/ ini tak bermakna hanya,
(Konteks : Dituturkan oleh mahasiswa
namun sebagai penegas kata sebelumnya,
pada saat menanggapi pertanyaan
seperti kutipan tuturan (16) berikut ini.
dosen mengenai tugas menulisnya)
[16] Dosen : yang tidak tuntas nilainya,
dimata kuliah saya yang
Pada kutipan [14] diatas, dapat
kemarin, boleh menghadap
dilihat adanya interferensi morfologi antara
untuk perbaikan nilai (1).
mahasiswa kepada dosen yang terjadi
Mahasiswa : Tidak mauji katanya
dalam proses akademik. Yakni pada tuturan
pak.
(3) terdapat partikel /pi/ yang mengikuti
kata besok. Partikel /pi/ yang melekat pada

112
(Konteks: Dituturkan oleh mahasiswa mahasiswa yang lainnya. Yakni pada
kepada dosen saat menanggapi ketidak tuturan (2) terdapat partikel /mo/ dan
tuntasan nilai di semester sebelumnya) partikel /i/. partikel /mo/ dalam bahasa
Bugis merujuk pada kata saja dalam bahasa
Pada kutipan [16] diatas, dapat Indonesia. Sedangkan partikel /i/ pada
dilihat posisi partikel /ji/ hanya sebagai tuturan (2) itu berfungsi sebagai penegas
penegas kata sebelumnya. Partikel /pi/ dari kata sebelumnya, yakni kata jawab.
dalam bahasa Bugis hanya digunakan oleh dalam beberapa hal, partikel /mo/ dalam
orang kedua. Apabila partikel /ji/ hendak bahasa Bugis disamakan atau digantikan
digunakan oleh orang pertama, maka dengan penggunaan partikel /mi/. Seperti
partikel /ji/ berubah menjadi /ja/ atau bisa pada kutipan tuturan [18] berikut ini.
juga ditambah partikel /ka’/ menjadi /ja+ [18] Mahasiswa 1 : Adakah yang ambil
ka’/. Penggunaan partikel tersebut banyak LCD tadi? (1)
digunakan kepada teman sejawat atau yang Mahasiswa 2 : kitami yang pergi
lebih muda dengan pembicara. (2)
(Konteks: dituturkan oleh mahasiswa
c. Wujud interferensi morfologi yang kepada mahasiswa lainnya yang bertanya
terjadi antara mahasiswa kepada tentang LCD saat proses perkuliahan akan
mahasiswa dalam proses akademik dimulai)
Berdasarkan hasil penelitian, Interferensi morfologi yang lain
interferensi morfologi paling sering terjadi yang terjadi pada tuturan antara mahasiswa
pada interaksi antara mahasiswa kepada kepada mahasiswa, dapat pula dilihat pada
mahasiswa yang lainnya. Adapun wujud kutipan tuturan [19] berikut:
dari interferensi morfologi tersebut, dapat [19] Mahasiswa 1: (ribut)
dlihat pada kutipan tuturan [17] berikut: Mahasiswa 2: diam meki dulu!
[17] Mahasiswa 1: Siapa yang jawab (Konteks : Dituturkan oleh seorang
pertanyaan dari kelompok satu? mahasiswa yang berperan sebagai
Mahasiswa 2 : saya mo yang jawab i. moderator pada saat menenangkan peserta
(2) diskusi yang rebut)
(Konteks : Dituturkan pada seorang Pada kutipan [19] diatas dapat
mahasiswa kepada mahsiswa yang lain saat dilihat adanya interferensi morfologi yang
diskusi di kelas) terjadi yang dituturan oleh mahasiswa (2).
Pada kutipan tuturan [17] diatas, Yakni pada adanya partikel /meki/yang
dapat dilihat wujud interferensi ganda yang mengikuti kata diam. dalam bahasa Bugis,
dilakukan oleh mahasiswa teradap partikel /meki/ atau biasa juga ditulis dan

113
disebutkan /miki/ adalah partikel /mi/ yang Iterferensi morfologi lainnya yang
ditambah partikel /ki/, yangmana ketika terjadi dalam interaksi antarmahasiswa
kedua partikel ini digabung, akan dapat dilihat pada kutipan [21] berikut ini.
menghasilkan makna perintah. Partikel /ki/ [21] Mahasiswa 1: Maksud saya bukan itu,
biasa juga diganti dengan partikel /ko/, maksud saya tolong dijelaskan dulu
namun partikel /ki/ lebih halus, sedangkan pengertiannya baru….. (1)
partikel /ko/ lebih kasar. sehingga yang Mahasiswa 2 : Weee sudahpa’
paling sering digunakan di dalam proses menjelaskan baru
akademik adalah partikel /ki/. Sekalipun ditanggapi (2)
masih ada beberapa mahasiswa yang (Konteks: Dituturkan oleh mahasiswa pada
terkadang measih menggunakan partikel saat penanya langsung menanggapi
/ko/, karena faktor kedekatan emosional, jawabannya yang belum selesai)
seperti pada kutipan [20] berikut ini. Pada kutipan [21] diatas, dapat
dilihat adanya interferensi morfologi yang
[20] Mahasiswa 1 : Jangan moko dituturkan oleh mahasiswa 2. Kata
jawab i pertanyaan yang kedua. sudahpa yang pada tuturan (2) merupakaan.
Mahasiswa 2 : Oh iya Hasil interferensi Morfologi dalam bahasa
(Konteks : dituturkan oleh mahasiswa Bugis. Karena adanya partikel /pa/ yang
kepada mahasiswa yang lain, saat akan terdapat pada kata sudah. Partiikel /pa/
menjawab pertanyaan dalam proses diskusi) dalam Bahasa Bugis sama dengan nanti
dalam bahasa Indonesia. Jadi kalimat
“sudahpa menjelaskan baru ditanggapi” jika
Pada kutipan [20] diatas diubah dalam bahsa Indonesia, menjadi
menunjukkan penggunaan partikel /moko/ “nanti setelah saya menjelaskan baru bisa
yang dituturkan oleh seorang mahasiswa ditanggapi”. Penggunaan partikel /pa/ ini
kepada mahasiswa yang lain. Partikel biasa juga muncul dengan partikel /ka/
/moko/ memang biasa digunakan menjadi /-pa + ka/. Apabila partikel /pa/
masyarakat Bugis untuk berinteraksi digunakan bersamaan dengan partikel /ka/
dengan yang seumuran atau yang lebih mejadi /pa + ka/, maka hal itu menjadi
muda dari penutur. Berdasarkan hasil perintah, seperti pada kutipan [22] berikut
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ini.
penggunaan partikel /moko/ ini hanya [22] Mahasiswa 1 : Kuhapusmi papan
digunakan pada interaksi antarmahasiswa tulis? (1)
saja. Mahasiswa 2 : Tunggu,
Sudahpaka menulis. (2)

114
(Konteks: Dituturkan oleh mahasiswa pada dipengaruhi oleh struktur kalimat bahasa
saat mahasiswa lain yang berperan sebagai bugis, yakni “iya’ to salah nangge’, apa’na
ketua tingkat hendak menghapus tulisan di de ujelaskan i ko yolo”. Seharusnya yang
papan tulis) dikatakan adalah “Saya yang salah, karena
tidak menjelaskannya dari awal”. Jika
Interferensi Sintaksis dicermati kedua pola diatas, maka Nampak
Berdasarkan hasil penelitian, wujud jelas bahwa tuturan (1) diterjemahkan
interferensi Sintaksis terjadi pada interaksi secara mentah kedalam bahasa Indonesia,
antara dosen kepada mahasiswa, interaksi tampa memperhatikan pola kalimat dalam
antara mahasiswa kepada dosen, dan bahasa Indonesia itu sendiri.
interaksi antara mahasiswa kepada Selain dari interferensi sintaksis
mahasiswa lainnya dalam proses akademik. pada kutian [23] diatas, pada kutipan [24]
berikut, dapat pula dilihat wujud
a. Wujud interferensi sintaksis yang interferensi sintaksis yang dilakukan oleh
dituturkan oleh dosen kepada dosen pada saat berinteraksi dengan
mahasiswa. mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan [24] Mahasiswa : Ciieeee, masih menulis
bahwa dalam proses akademik yang terjadi diari. (1)
di dalam kelas, terdapat interferensi Dosen : heheh jangan begitu,
sintaksis yang dilakukan oleh dosen kepada malui orang. (2)
mahasiswa. Adapun wujud interferensi Mahasiswa : heheheh (3)
tersebut, dapat dilihat pada kutipan (Konteks : dituturkan oleh dosen ketika
percakapan [23] berikut. melihat mahasiswa yang mengaku masih
[23] Dosen : Saya salah juga tadi, karena menulis diari itu Nampak malu-malu)
tidak menjelaskan dari awal.(1) Pada kutipan diatas, dapat dilihat
Mahasiswa: (diam mendengarkan wujud interferensi sintaksis yang dilakukan
penjelasan) oleh dosen kepada mahasiswa. Kalimat
(Konteks : Dituturkan oleh dosen ketika pada tuturan (2) yakni, “jangan begitu,
memberikan penjelasan kepada mahasiswa malui orang” sangat jelas dipengaruhi oleh
saat diskusi). struktur kalimat bahasa Bugis, yakni “aja’
Pada kutipan [23] diatas dapat makkoro, masiri’ i tauwe”. mestinya yang
dilihat adanya interferensi sintaksis yang diucapkan dalam bahasa Indonesia yang
dilakukan oleh dosen kepada mahasiswa. benar adalah, Jangan begitu, dia malu. Hal
Kalimat “Saya yang salah juga tadi, karena ini terjadi karena memang pola kalimat
tidak menjelaskan dari awal” jelas dalam bahsa Bugis, yakni, PSO, berbeda

115
dengan bahasa Indonesia yakni, SPO. Hal kata ganti idi’ ini diubah menjadi bahasa
ini terlihat pada kalimat malui orang yang Indonesia, biasanya berubah menjadi kita,
berpola PS. malui menenmpati posisi yang artinya sama dengan Anda. Berbeda
pedikat, dan orang sebagai subjek. dengan kata ganti kita dalam bahasa
sementara pola yang benar dalam bahasa Indonesia yang merupakan kata ganti orang
Indonesia adalah SP yakni orang diganti pertama jamak. Kalimat yang seharusnya
menjadi dia, menempati posisi subjek, dan dituturkan oleh mahasiswa tadi adalah
malui diganti menjadi malu¸menempati “Bapak saja”.
posisi subjek. Dalam wacana akademik di kampus
STKIP Muhammadiyah Kabupaten
b. Wujud interferensi sintaksis yang Sidenreng Rappang, kata kita ini sering
dituturkan oleh mahasiswa kepada sekali digunakan dalam tuturan, karena hal
dosen dalam proses akademik tersebut merupakan wujud penghormatan
Berdasarkan hasil penelitian, penutur kepada lawan tuturnya. Sehingga
menunjukkan adanya interferensi sintaksis dalam wacana akademik sukar ditemui
yang dituturkan oleh mahasiswa kepada mahasiswa yang menyebutkan kata ganti
dosennya dalam proses akademik. Adapun kamu, ataupun kau.
wujud dari interferensi tersebut dapat Interferensi Sintaksis lain yang
dilihat pada kutipan [25] berikut. ditemukan peneliti dalam interaksi antara
[25] Dosen : ya, jadi siapa mahasiswa kepada dosen dapat dilihat pada
yang bisa jawab pertanyaan kutipan [26] berikut ini.
terakhir?(1) [26] Dosen : Tunggu, apa yang dikerja
Mahasiswa : Kita saja pak. ini dibelakang?(1)
Heheh (2) Mahasiswa : Menuliska’
(Konteks : dituturkan oleh seorang saya Bu’. (2)
mahasiswa ketika menjawab pertanyaan (Konteks: Dituturkan oleh mahasiswa saat
dosen dalam proses diskusi) menjawab pertanyaan dosen yang saat
Pada kutipan [25] diatas, dapat diskusi sedang berlangsung, tapi kondisi
dilihat wujud interferensi sintaksis yang kelas masih ribut, terutama dibagian
dituturkan oleh mahasiswa, yakni pada belakang)
tuturan (2). Kalimat ”Kita saja pak”
merupakan kalimat yang dipengaruhi oleh Pada kutipan [26] diatas, dapat
struktur bahasa Bugis yakni, “idi’na pak”. dilihat adanya interferensi sintaksis pada
Kata ganti idi’ atau dalam bahasa bugis tuturan (2) yang dituturkan oleh seorang
merupakan kata ganti yang halus. Apabila mahasiswa kepada seorang dosen menegur

116
siswa saat rebut dibagia n belakang. Dalam Pada kutipan [27] diatas, dapat
tuturan tersebut dapat dilihat pola kalimat dilihat wujud interferensi sintaksis yang
“Menuliska saya Bu” mengalami proses terjadi dalam proses akademik, yang
terjemahan secara mentah dari bahasa dituturkan oleh mahasiswa kepada
bugis, yakni “Marokika’ iya’ Bu”. Pola mahasiswa yang lain. Pada tuturan (1)
kalimat tersebut mengikuti pola kalimat terdapat kata Siddi, yang merupakan bahasa
bahasa Bugis, yakni PS, sekalipun bahasa Bugis dari kata satu. Mestinya kata Siddi itu
yang digunakan merupakan bahasa diganti menjadi kata satu saja, sehingga
Indonesia. Menulis adalah Predikat (P), kalimat yang digunakan benar. Yakni,
Sementara ka’ bisa juga dijadikan sebagai “Kelompok satu angkat tangan”. Bentuk
Subjek (S), begitupun dengan saya, juga lain dari interferensi sintaksisi yang
merupakan Subjek (S). Jadi pola kalimat dilakukan oleh mahasiswa kepada seama
diatas adalah PS. Sementara pola kalimat mahasiswa dapat dilihat pada kutipan [28]
bahasa Indonesia adalah SP. Sehingga berikut ini.
kalimat yang tepat adalah Saya menulis [28] Mahasiswa 1 : Bagaimana
Bu’. dengan jawaban dari kelompok
penyaji? Apakah sudah bisa diterima?
c. Wujud interferensi sintaksis yang terjadi (1)
antara mahasiswa kepada mahasiswa Mahasiswa 2 : terimakasih,
dalam proses akademik tapi maunya saya, dijelaskan
Hasil penelitian menunjukkan menggunakan bahasa sendiri. (2)
bahwa interferensi sintaksis paling sering Pada tuturan [28] diatas, dapat
dituturkan oleh mahasiswa kepada dilihat adanya interferensi sintaksis yang
mahasiswa yang lain dalam proses dituturan oleh mahasiswa 2, pada tuturan
akademik. Wujud interferensi sintaksis (2). Kalimat “terimakasih, tapi maunya
tersebut dapat dilihat pada kutipan [27] saya, dijelaskan menggunakan bahasa
berikut ini. sendiri” memang menggunakan bahasa
[27] Mahasiswa 1 : Wooiii…. Indonesia. Namun, tidak memenuhi pola
Kelompok siddi angkat tangan!(1) pembentukan kalimat bahasa Indonesia. Hal
Mahasiswa 2 : Saya… ini terlihat pada penempatan kata maunya
saya.(2) saya, yang mengacaukan pola kalimat
(Konteks : Dituturkan oleh seorang tersebut. Pola kalimat pada tuturan (2)
mahasiswa kepada mahasiswa lain, merupakan pola kalimat yang di interferensi
pada saat dosen selesai membagi oleh pola kalimat bahasa Bugis, yakni, “
kelompok) Tapi, eloku iya’ ” yang setara dengan

117
kalimat “Saya Mau”. Hal tersebut terjadi mahasiswa. seperti pelesapan atau
karena proses penerjemahan kalimat dari penghilangan fonem /d/, /t/, /p/, /k/, /y/
bahasa Bugis ke bahasa Indonesia yang digantikan dengan penekanan
diterjemahkan secara mentah, tampa akhir atau dalam bahasa tulisnya
memperhatikan pola kalimat dari kedua disebut dengan tanda apostrof (‘).
bahasa tersebut. 3. Ditemukan wujud interferensi
morfologi yang terjadi dalam interaksi
KESIMPULAN DAN SARAN antara dosen kepada mahasiswa,
mahasiswa kepada dosen, dan
Berdasarkan rumusan masalah dan mahasiswa kepada mahasiswa, dalam
hasil penelitian yang telah dilakukan, maka wacana akademik di kampus STKIP
dapat dipaparkan kesimpulan sebagai Muhammadiyah Kabupaten Sidenreng
berikut. Rappang. hal tersebut terjadi karena
1. Dalam proses akademik di kampus adanya penggunaan partikel /mi/, /ji/,
STKIP Muhammadiyah Kabupaten /pi/, /ja+ka/, /ka/, /mo/, /me+ki/ .
Sidenreng Rappang terjadi interferensi 4. Ditemukan wujud interferensi sintaksis
bahasa Bugis terhadap bahasa yang terjadi dalam interaksi antara
Indonesia, yakni interferensi fonologi, dosen kepada mahasiswa, mahasiswa
interferensi morfologi, dan interferensi kepada dosen, dan mahasiswa kepada
sintaksis. mahasiswa dalam wacana akademik di
2. Ditemukan wujud interferensi fonologi kampus STKIP Muhammadiyah
pelesapan atau pengurangan fonem, Kabupaten Sidenreng Rappang. hal
interferensi pergantian fonem, dan tersebut terjadi karena adanya
interferensi penambahana fonem, yang pengacauan pola kalimat bahasa
terjadi dalam interaksi antara dosen indonesia SP yang mengikuti pola
kepada mahasiswa, mahasiswa kepada kalimat bahasa Bugis PS.
dosen, dan mahasiswa kepada

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1986. Sosiologi bahasa. Bandung. Angkasa.

Azwar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Campbell, Lyle. 1998. Historical Linguistics: An Introduction. Edinburgh: Edinburgh


University Press.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

118
Chaer, A dan Leoni A. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, A dan Leoni A. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rinekacipta.

Fasold, Ralph. 1999. The Sociolinguistics of Language. Oxford: Blackwell Publisher.

Fishman, Joshua A. 1972. The Sosiology of Language. Massachussetts: Newbury House


Publisher.

Hakim, Z. 1999. Tipe Semantik Bahasa Makassar. Jakarta: Depdikbud.

Hanafi, Muhammad. 2014. Representasi Kesantunan Imperatif dalam Wacana Akademik di


STKIP Muhamamdiyah Kabupaten Sidenreng Rappang (Sebuah Tesis). Makassar:
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Hidayattullah. 2009. Interferensi Morfologi dan Sintaksis Bahasa Jawa Dialek Solo dalam
Penggunaan Bahasa Indonesia Tulis Murid Kelas V Sekolah Dasar Surakarta. Skripsi
Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

I Dewa Putu Wijana. (2006). Sosiolinguistik : kajian teori dan analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Irwan. 2006. Interferensi Bahasa Derah Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia.Skripsi.


Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara ( FS USU).

Janet Holmes. 1992. An introduction to sosiolinguistics. England: Longman Group UK.


Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus linguistik edisi ke tiga. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Keraf, Gorys 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Cetakan ke-17. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Majelis Sinode GKE Mahsun, 2004. Metode dan Teknik Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Mokhtar. 2012. Interferensi Morfologis penutur Bahasa Bugis dalam Berbahasa Indonesia.
Jurnal. Makassar:Fakultas Sastra Universitas Muslim Indonesia.

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Ohoiwutun, Paul. 2007. Sosiolinguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Poedjosoedarmo, Soepomo, 2003. Filsafat Bahasa. Surakarta: UMS Press

Poerwadarminta, W.J.B. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Diolah Kembali oleh Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud) Jakarta: Balai Pustaka

Purwanita. 2012.Interferensi Morfologis Bahasa Indonesia dalam Penggunaan Bahasa Jawa


pada Upacara Pernikahan Adat Jawa. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Ramlan, M. 2001.Ilmu Bahasa Indonesia:Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.

Nababan, P.W.J. 1984. Sosioliguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia


Slametmuljana. 1959. Kaidah Bahasa Indonesia II. Ende: Nusa Indah.

119
Sumarsono. 2011. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Taha, Z. 1985. “Satu Wacana Dua Bahasa. Faktor-Faktor Sosiolinguistik Alih Kode Bahasa
Bugis-Bahasa Indonesia “. Ujung Pandang: University Hasanuddin.

Tarigan, DJ. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.Jakarta:
Depdikbud. Universits Terbuka

Tarigan, H.G. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

http://id.wikipedia.org/wiki/Logat_Makassar (diakses 23 Maret 2015)

http://leopark62.blogspot.com/2010/07/belajar-bahasa-bugis.html (diakses, 23 Maret 2015)

120

Anda mungkin juga menyukai