PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia. Sejak manusia dilahirkan hingga dewasa, hal yang tidak bisa dipisahkan
dari dirinya adalah bahasa. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup tanpa
bantuan orang lain, sehingga manusia membutuhkan orang lain untuk bisa
orang lain seperti berkomunikasi atau berinteraksi. Jadi, bahasa memiliki peranan
saat ini, karena dengan bahasa manusia akan mampu bersosialisasi dengan orang
lain, meskipun bahasa yang digunakan justru berbeda-beda dari dahulu hingga
sekarang, seperti halnya pada zaman praaksara atau zaman sebelum manusia
tubuh untuk berinteraksi, sampai memasuki zaman prasejarah hingga saat ini,
langkah awal manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan yang ada
disekitarnya.
1
Dalam kehidupan sehari-haripun manusia tidak bisa lepas dari bahasa,
selagi manusia berkomunikasi dengan orang lain selama itu pula manusia akan
selalu membutuhkan bahasa. Setiap kalimat yang terangkai dari kata-kata yang
terlontar dari lisan manusia adalah rangkaian dari bahasa yang manusia keluarkan.
Karena bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer (mana
suka) yang berarti bahwa kata-kata yang keluar dari alat artikulasi manusia
tergantung dari manusia itu sendiri yang tentukan atau dalam arti sempitnya
bersifat bebas. Manusia bebas mengeluarkan dan menentukan bahasa apa yang
Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat dikaji bukan hanya dari sisi
internalnya saja tetapi juga dapat dikaji dari segi eksternalnya. Artinya, untuk
mengkaji bahasa bukan hanya dapat dilakukan pada tatanan struktural fonologis,
morfologis maipun sintaksis dan semantiknya, tetapi bahasa dapat pula dikaji
melalui hal-hal atau faktor-faktor yang sifatnya eksternal dari bahasa itu oleh para
dengan kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam segala aktivitas manusia
di dalam masyarakat. Pengkajian yang dilakukan secara eksternal ini tidak hanya
melibatkan teori dan prosedur disiplin lain yang berkaitan dengan penggunaan
sosiolinguistik(Damayanti, 2019)
Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau yang terbentang dari Sabang
sampai Merauke, menyimpan keunikan tersendiri baik dari segi suku bangsa, ras,
Indonesia adalah negara yang memiliki ragam masyarakat yang multilingual yang
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu.
Bahasa yang ada di Indoensia terdiri dari 718 bahasa yang tersebar di 34 provinsi
dari 14 bahasa dari empat suku yang ada di provinsi tersebut. (Khairifah, 2020)
itulah menjadi objek kajian cabang linguistik yang kita kenal dengan
lingkungan masyarakat serta mengkaji tentang ragam atau variasi bahasa dalam
Masyarakat yang terdiri dari suku yang berbeda akan memiliki variasi
bahasa yang juga pasti berbeda. Seperti halnya dengan Kabupaten Bulukumba
yang masyarakatnya menggunakan bahasa lebih dari satu yakni Bahasa Konjo dan
masyarakatnya bertempat tinggal pada satu kabupaten yang sama. Hal itu juga
4
Bone bahkan dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi Tenggara.
ragam bahasa yang berbeda dari mahasiswa yang ada di kampus tersebut,
dan Bahasa Konjo. Seperti halnya juga yang terjadi di Fakultas Keguruan dan
berbahasa Bugis dan Konjo yang berasal dari tiga kabupaten berbeda yakni
Dari latar belakang bahasa yang berbeda itulah yang menjadi penyebab
bahasa pada saat berkomunikasi antar mahasiswa, baik komunikasi secara verbal
maupun non verbal. Selain itu, karena kondisi pandemi Covid-19 yang menjadi
secara non verbal. Komunikasi secara non verbal sering dilakukan pada group
B. Pembatasan Masalah
pembatasan ruang lingkup dari latar belakang yang telah diuraikan ialah analisis
C. Rumusan Masalah
Bulukumba?
D. Tujuan Penelitian
Bulukumba.
E. Manfaat Penelitian
adalah:
1. Secara Teoritis
Indonesia, hasil studi tentang variasi bahasa ini dapat digunakan untuk
dan dapat pula digunakan sebagai bahan atau sumber pengajaran seperti buku dan
2. Secara Praktis
pengetahuan yang didapat dari hasil penelitian guna lebih memahami salah satu
A. Kajian Teori
1. Pengertian Bahasa
tulisan, alphabet yang digunakan untuk orang-orang yang bisu dan tuli, dalam
sistem tanda yang memiliki peranan terpenting dari semua sistem tanda itu.
bunyi yang beroperasi melalui alat ujar dan pendengaran antara anggota
masyarakat tertentu.
adalah suatu sistem yang sistematis, barangkali juga sistem generative. Kedua,
Bahasa adalah suara atau bunyi yang digunakan oleh setiap bangsa untuk
7
yang berinteraksi dengan pengalaman-pengalaman pemakainya, yang
Bahasa adalah kumpulan kalimat baik yang terbatas ataupun tidak terbatas,
adalah suatu sistem tanda untuk mengekspresikan ide dan tujuan yang beroperasi
melalui alat ujar dan pendengaran antara anggota masyarakat tertentu dengan
kalimat baik yang terbatas ataupun tidak terbatas, yang masing-masing memiliki
panjang terbatas dan terbentuk dari gabungan unsur mempunyai batas serta sesuai
2. Fungsi Bahasa
secara umum bahasa memiliki tiga fungsi pokok, yaitu fungsi ideasional,
penutur atau penulis dan pendengar atau pembaca. Dalam fungsi tekstual, bahasa
bahasa mereka dalam berbahasa lebih dari satu bahasa. Halliday (dalam Chaer,
2004: 20). Fungsi bahasa itu akan nampak jika seseorang berbahasa menggunakan
lebih dari satu bahasa. Penggunaan bahasa disebut juga fungsi bahasa, untuk dapat
memiliki fungsi bahasa maka bahasa tersebut harus terlebih dahulu digunakan.
yang juga memiliki pendapat yang sama dengan Chaer dan Agustina bahwa
a. Fungsi.Kebudayaan
itu tidak baik, akan tetapi sering juga terjadi pukulan yang dilakukan seorang ibu
orang lain menggunakan tangan kiri”. Terkadang pula sering didapatkan ajaran itu
b. Fungsi.Kemasyarakatan
terbagi menjadi dua bagian, yakni berdasarkan pada ruang..lingkup dan juga
yang beragam dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa, dan juga sebagai
c. Fungsi..Perorangan
Klasifikasi bahasa untuk anak-anak terbagi menjadi enam fungsi yaitu, fungsi
pemecahan masalah, dan fungsi khayal. Pada fungsi instrumental didapatkan dari
bagaimana bahasa itu diungkapkan, bahasa yang digunakan bayi untuk meminta
sesuatu seperti makan, barang, dan sebagainya. Fungsi menyuruh ialah ungkapan
yang digunakan untuk memerintah orang lain untuk berbuat sesuatu “Tutup pintu
sesuatu iklim untuk hubungan antar pribadi, contohnya “apa kabar?, terima
masalah yakni ungkapan untuk memberikan jawaban terhadap suatu masalah atau
khayalan ialah ungkapan yang menjadikan pendengar untuk berlaku seperti anak-
d. Fungsi.Pendidikan
penekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat yang membuat anak didik ingin
dan sanggup menjadi anggota dari suatu masyarakat. Fungsi instrumental ialah
pekerjaan, dan meraih ilmu. Fungsi kultural ialah penggunaan bahasa sebagai
jalur mengenal dan menghargai sesuatu sistem nilai dan cara hidup atau
penggunaan bahasa sebagai alat berfikir dan mengerti serta menciptakan konsep-
konsep.
Selanjtunya Husen Lubis (dalam Darsana, 2017) mengatakan bahwa fungsi
bahasa terdiri atas lima, antara lain: fungsi interpersonal, fungsi direktif, fungsi
a. Fungsi Interpersonal
hubungan kerja dan hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan ini membuat
b. Fungsi Direktif
c. Fungsi Referensial
tentang lingkungan kita yang terdekat dan juga mengenai fungsi metalinguistik.
d. Fungsi Imajinatif
bahasa lisan maupun bahasa tulis. Tidak semua manusia bisa menerapkan fungsi
ini, kecuali bagi mereka yang memiliki talenta terhadap fungsi ini.
e. Fungsi personal
mengeskpresikan emosinya.
3. Sosiolinguistik
bahwa bahasa masyarakat itu sebagai struktur atau suatu sistem tersendiri. Antara
bahasa.
macam bahasa dan variasi bahasa yang hidup dan dipertahankan di dalam
masyarakat (kartomihardjo, 1988: 4). Bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai
Setiap kegiatan masyarakat manusia, mulai dari upacara pemberian nama pada
bayi yang baru lahir sampai upacara pemakaman jenazah tentu tidak akan terlepas
berinteraksi
4. Variasi Bahasa
hal bagaimana cara melakukan interaksi yang berhubungan dengan orang lain.
hubungan pelaku, dan medium pembicaraan. Chaer dan Agustina (2010: 61)
menyatakan bahwa terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya
disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan
itu akan semakin bertambah kalau bahasa itu digunakan oleh penutur yang sangat
bunyi, tulisan, struktur serta makna, baik leksikal maupun fungsional dan
terperinci dan teliti, kita akan melihat bahwa bahasa itu dalam bentuk dan
mengungkapkan.
bahasa itulah yang disebut dengan variasi bahasa.Menurut suwito (1982: 20-21)
nonlinguistik dapat berupa faktor faktor sosial dan ekonomi, dan sebagainya.
Faktor sosional meliputi siapa yang berbicara, di mana, kapan, mengenai apa, dan
(1980: 12-13) variasi bahasa juga ditentukan oleh faktor waktu, tempat, faktor
bahasa yang dipakai di suatu tempat dengan yang ada di tempat lain. Variasi
sosiokultural membedakan bahasa yang dipakai suatu kelompok sosial yang lain
atau membedakan suatu stratum sosial dari yang lain. Variasi situasional timbul
karena pemakai bahasa memilih ciri-ciri bahasa tertentu dalam situasi tertentu.
a. Idiolek
(Chaer dan Agustina, 2010: 62). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa idiolek
adalah variasi yang dimiliki setiap individu yang memiliki ciri atau kekhasan
idioleknya masing-masing. Variasi dari segi idiolek ini berkenaan dengan warna
suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat. Namun dari semua itu yang
paling dominan dalam idiolek adalah “warna suara”. Sehingga bisa mengenal
suara bicaranya tanpa melihat orangya, kita sudah dapat mengenalinya. Dalam
mengenali idiolek seseorang lebih mudah dari bicaranya daripada dari karya
pembicara pada suatu saat yang dipergunakan untuk berinteraksi dengan orang
lain, sedangkan menurut Chaer (1994: 55) idiolek adalah variasi bahasa yang
bahasanya masing-masing yaitu berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya
bahasa, dan susunan kalimat yang paling dominan adalah warna suara, sehingga
jika kita cukup akrab dengan seseorang hanya dengan mendengar suaranya bicara
dimiliki oleh penutur yang lain. Sifat ini disebabkan oleh faktor fisik dan faktor
psikis. Sifat khas yang disebabkan oleh faktor fisik misalnya perbedaan bentuk
atau kualitas alat-alat penuturnya, seperti mulut, bibir, gigi, lidah, dan sebagainya.
Sedangkan sifat khas yang disebabkan oleh faktor psikis biasanya disebabkan oleh
b. Dialek
relatif yang berada pada suatu tempat atau wilayah tertentu. Hal mendasari dialek
adalah wilayah atau tempat tinggal si penutur. Hal ini menyebabkan dialek lazim
disebut sebagai dialek areal, dialek regional atau dialek geografi. Meskipun setiap
kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek yang
berbeda dengan kelompok lain yang berada dalam dialeknya sendiri dengan ciri
yang adanya ditentukan oleh sebuah latar belakang asal si penutur. Nababan
satu kumpulan kategori yang lain disebut dialek. Besarnya persamaan ini
Tempat asal daerah si penutur seperti dalam Bahasa Jawa misalnya terdapat
Contohnya:
Pada contoh bahasa ngapak di atas rika yaitu kamu, mbok penegasan
pertanyaan, inyong yaitu aku, maring yaitu mau ke-. Dialek-dialek ini merupakan
Jadi, dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa antara bahasa ngapak
dan bahasa bandek memiliki perbedaan. Namun tidak berlaku untuk semua
2) Dialek Sosial
Dialek sosial adalah latar belakang tingkat sosial dari mana seorang
penutur berasal. Dialek ini dibedakan menjadi dialek sosial tingkat tinggi,
rawuh pukul pinten mbakyu? (kamu datang jam berapa mbak?). Tingkatan
menggunakan bahasa “ngoko”, “kowe mrene iki jam pira mbakyu?” (kamu kesini
jam berapa mbak?). Bahasa yang digunakan pada masing-masing terlihat berbeda
3) Dialek Usia
Dialek usia adalah varian bahasa yang ditandai oleh latar belakang umur
penuturnya. Dengan demikian dapat dibedakan menjadi tiga dialek usia, yaitu
dialek anak, dialek kaum muda, dialek kaum tua. Sebagai ciri penanda dialek usia
Contohnya:
sedangkan ketika sudah dewasa dia tidak akan menggunakan kata “pipis” tetapi
menggantinya dengan kata “mau ke belakang” atau “mau ke WC”. Begitu juga
dengan kaum tua tidak akan menggunakan kata “pipis” apabila akan kencing.
Kata pipis sudah menjadi kata yang khas digunkan oleh anak-anak.
c. Sosiolek
kelas, status, maupun, golongan sosial penuturnya. Variasi sosiolek atau dialek
sosial merupakan variasi bahasa yang paing banyak dibicarakan serta menyita
idiolek tersebut termasuk dalam suatu golongan masyarakat yang sama (Nababan,
1984: 4). Di dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang dapat dilihat dari
Sosiolek juga disebut dengan dialek sosial yaitu variasi bahasa yang
berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya (Chaer,
1995: 84). Variasi ini menyangkut semua masalah pribadi penutunya seperti usia,
pendidikan, pekerjaan, keadaan sosial ekonomi, dan kelas sosial para penuturnya
seperti faktor usia, pendidikan, pekerjaan, keadaan sosial ekonomi, dan kelas
digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan orang yang tergolong
lansia. Contohnya pada anak-anak sering menggunakan kata pipis apabila akan
buang air kecil namun para remaja, orang dewasa, dan orang tergolong lansia
tidak akan menggunakan kata pipis lagi untuk ijin buang air kecil, namun akan
menggunakan kata “ijin ke belakang” orang yang sudah remaja sampai tergolong
lansia cenderung lebih menggunakan kata yang lebih sopan untuk ijin buang air
kecil.
Berdasarkan pendidikan, kita juga bisa melihat adanya variasi soial, para
berpendidikan sama sekali. Perbedaan ini yang paling jelas adalah dalam bidang
penggunaan kosakata. Di Jakarta ada dua Harian Kompas dan Hari Pos Kota, dua
harian yang populer di Jakarta. Namun, Harian Kompas lebih banyak dibaca oleh
para golongan pelajar, sedangkan Harian Pos Kota lebih banyak dibaca oleh para
golongan buruh dan golongan kurang terpelajar. Di sini terlihat bahwa minat
kualitas media yang dibaca orang berpendidikan tinggi dan orang yang
Berdasarkan jenis kelamin, variasi bahasa juga akan terlihat. Terlihat pada
yang digemarinya seperti membicarakan mesin, onderdil motor atau mobil, dan
suatu perusahaan, guru, dokter atau bekerja lebih bergengsi akan berbeda dengan
orang yang bekerja hanya sebagai buruh, pedagang kecil, pengemudi kendaraan
terutama tampak pada bidang kosakata yang mereka umum, pedangan kecil
bahasa yang digunakan dalam percakapannya akan cenderung lebih kasar dan
kurang sopan karena faktor lingkungan mereka yang sehari-harinya berada di
menggunakan bahasa yang kurang sopan atau kasar. Berbeda dengan para pekerja
hati-hati dalam berbicara dengan lawan bicaranya. Bahasa yang digunakan juga
akan lebih sopan dan berpendidikan karena lingkungan sekitarnya adalah orang-
kebangsawanan itu. Bahasa Jawa, Bahasa Bali, dan Bahasa Sunda mengenal
variasi kebangsawanan. Dalam Bahasa Jawa dikenal dengan istilah undha usuk,
yaitu untuk berbicara dengan orang yang lebih tua harus menggunakan bahasa
krama inggil atau krama alus, dengan orang yang sebaya atau lebih muda
menggunakan bahasa ngoko. Seperti kata sampeyan (ngoko) dalam bahasa krama
alus atau krama inggil panjenengan atau jenengan dalam Bahasa Indonesia yang
d. Fungsiolek
secara khusus dengan susunan situasi tertentu dari medan, pelibat, dan sarana
atau lisan), dan sebagainya (Nababan, 1984: 4-5). Variasi bahasa bidang ini ciri
yang paling tampak yaitu dalam penggunaan kosakatanya. Setiap bidang kegiatan
ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak
bahasa inggris berdasarkan tingkat formal atas lima tingkat. Tingkatan ini sering
disebut style atau gaya bahasa. Kelima tingkatan itu yaitu frozen, formal,
consultative, casual, dan intimate. Dalam bahasa Indonesia berturut turut berarti
a) Ragam Beku
Ragam beku adalah ragam bahasa yang paling resmi yang dipergunakan
dalam situasi-situasi yang khidmat dan upacara-upacara resmi. Ragam beku ini
dan dokumen lainnya. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah
ditetapkan secara mantap, tidak dapat diubah. Berikut ini ciri-ciri ragam beku.
katanya lengkap
Jawa seperti paribasa, bebasan dan saloka. Ketiganya memiliki bentuk dan makna
yang tetap dan tidak dapat diubah-ubah. Salah satu contoh dalam
peribahasa :emban cindhe emban siladan yang maknanya pilih sih atau pilih
kasih.
b) Ragam Resmi
bahasa yang digunakan dalam pidato-pidato resmi seperti pidato kenegaraan, rapat
dinas atau rapat resmi pimpinan suatu badan. Bentuk tertulis, ragam ini dapat
sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditentukan secara mantap sebagai
suatu standar. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan ragam baku atau
standar yang digunakan dalam situasi resmi. Contoh pada pembukaan pidato.
c) Ragam Usaha
yang paling operasional. Wujud ragam usaha ini berbeda di antara ragam formal
dan ragam informal atau ragam resmi. Contoh ragam usaha pada sekolah yang
d) Ragam Santai
menjelaskan bentuk alegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan,
kosakatanya banyak dipengaruhi oleh unser leksikal dan unsur bahasa daerah,
Ragam santai adalah ragam bahasa yang santai antar teman dalam
1) Kosa kata banyak memakai unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah.
4) Sering kali tidak memakai struktur morfologi dan sintaksis yang normatif.
suasana resmi atau formal. Kelainan itu seperti pemakaian kalimat yang tidak
lengkap atau berbenuk kalimat inversi. Bahasa yang digunakan dalam berbicara
dengan lawan bicaranya juga sangat santai karena keakraban antara penutur dan
lawan bicaranya.
Contohnya :
X: “Din kowe rep nandi ya?” (Din kamu mau kemana ya?)
Y: “aku arep nang pasar, arep tuku sandal. Njo tak jak nek
gelem” (aku mau ke pasar, mau beli sandal. Ayo tak ajak kalau
mau)
percakapan tersebut menggunakan ragam santai, terlihat pada pemakaian kata tak
jak’aku ajak’ kosakata yang digunakan tidak lengkap seharusnya tak ajak’aku
ajak’. Ragam bahasa yang digunakan di atas menggunakan ragam bahasa santai
atau kasual.
e) Ragam Akrab
Ragam akrab adalah ragam bahasa antar anggota yang akrab dalam
keluarga atau teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan
artikulasi yang terang, tetapi cukup dengan ucapan-ucapan yang pendek. Hal ini
disebabkan oleh adanya saling pengertian dan pengetahuan satu sama lain. Dalam
khas bagi keluarga atau sekelompok teman akrab. Contohnya percakapan antar
anak dengan ibu yang meminta ibunya untuk mengambilkan makanan hanya
dengan ucapan “Bu maem”, dengan kalimat pendek tersebut ibu sudah memahami
pembicaraan; perundingan atau satuan interaksi bahasa antara dua pembicara atau
lebih.
dua orang atau lebih yang berbasis internet yang memungkinkan setiap
penggunanya bisa berbagi berbagai macam konten yang sesuai dengan fitur
pendukungnya.
B. Kerangka Pikir
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang
dapat bersosialisasi dengan masyarakat yang ada di sekitarnya. Seperti yang telah
dari bahasa itu sendiri. Bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer,
yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi
Bahasa tulis banyak digunakan pada surat kabar, majalah, karya sastra dan
dituangkan dalam bentuk tulisan. Salah satu contoh terdapat pada percakapan
Bahasa yang digunakan manusia tidak hanya satu akan tetapi dua atau
Sosiolinguistik
Variasi Bahasa
Ragam Akrab
Data
Analisis
Hasil
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Secara garis besar pendekatan penelitian terbagi atas dua macam yaitu
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan
1. Data
dapat berupa angka, lambang, atau sifat. Data dapat memberikan gambaran
tentang suatu keadaan atau persoalan. Data juga dapat didefinisikan sebagai
sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu
objek. Data dari penelitian ini adalah variasi bahasa dalam percakapan group
30
2. Sumber Data
Menurut Arikunto(1998: 144), sumber data adalah subjek dari mana suatu
data dapat diperoleh. Menurut Sutopo (2006: 55-56), sumber data adalah tempat
dosen, dan 1 staf Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila
didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Untuk
dokumentasi.
teknik dokumentasi, teknik baca dan teknik catat. Hal ini dilakukan untuk
subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Dalam penelitian ini
2. Teknik Baca
3. Teknik Catat
Teknik catat digunakan untuk mencatat data hasil temuan setelah proses
membaca dilakukan.
Menurut Sugiyono (2012: 92) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun data secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Miles
dalam analisis data, yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data.
1. Reduksi Data
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
2. Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya dalam analisisi data ini
adalah display data atau penyajian data. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:
95) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
3. Verifikasi Data
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan
lapangan. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
yang kredibel.
sebagai berikut:
2021.
A. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan tuturan yang terdapat dalam dialog di group
Bulukumba. Tuturan yang dimaksud adalah tuturan dalam variasi bahasa yakni
dialek berupa dialek geografis, dialek sosial, dan dialek usia, dan juga variasi
tersebut. Dari hasil pengamatan dan pencatatan peneliti menemukan ada 36 data
yang tersebar dari lima variasi yang diteliti yakni dialek geografi sebanyak 8 data,
dialek sosial sebanyak 9 data, dialek usia sebanyak 2 data, ragam akrab sebanyak
10 data dan ragam santai sebanyak 7 data yang peneliti tampilkan pada tabel
berikut:
35
Tabel 4.1 Distribusi Data Penelitian
1. Variasi Dialek
2. Variasi Fungsiolek
Jumlah 36 Data
1. Dialek Geografis
dibatasi oleh tempat; misalnya dialek Melayu Menado, dialek Jawa Banyumasan.
kata tersebut biasanya digunakan oleh orang-orang yang berasal dari Kabupaten
B biasanya kata ini dikeluarkan ketika kita memiliki hubungan kekeluargaan yang
dekat dengan seseorang. Pada klausa “Pusing nakke” yang memiliki arti “Aku lagi
yang menggunakan Bahasa Konjo. Jadi, klausa tersebut menunjukkan asal dari
penutur.
menunjukkan rasa simpati kepada orang lain. Dan kata ini sering digunakan oleh
masyakat yang berasal dari Sulawesi Selatan yakni Bahasa Makassar. Kata ini
bentuk ketidaksepakatan dengan apa yang telah menjadi keputusan. Perasaan yang
digunakan oleh orang-orang yang berasal dari daerah Bantaeng. Kata siana ini
dan orang-orang yang saling akrab antara satu dengan yang lain.
dan begitu dengan kalimat “hahahaha rie lakulampai do” yang memiliki arti
“hahahah saya mau pergi ke tempat lain” dan kalimat “Tere injo bela” yang
memiliki arti “Di mana itu?” dari kata dan kalimat yang dikeluarkan oleh penutur
1,2, dan 3 menunjukkan dialek yang berasal dari daerah mereka berasal. Kata dan
uangmu ini”. Dari kalimat itu menunjukkan bahwa dari mana penutur berasal,
goreng (saya sedang duduk di atas kursi teman-teman setelah itu minum kopi
beserta pisang goreng) dan Oee maryam inakke mi inni ngerangi ula ulana
bataraka anrai kalau ngerang cinna nakkepasse nicinik baji nyawanu (hai
Maryam, sayalah yang membawa ulat-ulat yang ada dalam jagung, ke sana kemari
membawa cinta dan hanya saya yang akan membuatmu baik) serta Ansulukki
bacana bohea (Doa leluhur kita keluar). Dari ketiga kalimat tersebut
menunjukkan penggunaan kalimat yang berasal dari daerah tempat tinggal penutur
2. Dialek Sosial
kawan-kawan atau teman-teman. Kata ini hanya digunakan oleh kalangan atau
merupakan kata yang sering digunakan oleh sekolompok orang dan kalangan
tertentu.
Lodingi otakku” yang memiliki arti “Saya malas sekali saya pikir sudah final.
Tunggu otakku lagi lambat berpikir. Dari kalimat tersebut terdapat kata “Lodingi”
sepertinya dan “Bekauss” yang berasal dari Bahasa Inggris yakni “Because” yang
kelompok tertentu.
Data 5 (05/VBDS/22 Januari 2021/10.11-10.13 WITA)
A: Satu?
B: Begitu kayaknya
C: Sudah ma saya
Nahubungi Pak
A: Gercep
Dari penggunaan diksi “Gercep” yang sebenarnya memiliki makna cepat
dialek sosial karena ini merupakan kata yang biasanya digunakan oleh kelompok
atau kalangan tertentu dalam hal ini anak-anak di usia remaja saat ini.
berasal dari Bahasa Inggris yang memiliki arti “mengobrol” merupakan kata yang
tertentu seperti kalangan terdidik. Begitupun dengan suku kata “WA” yang
kata “Youtube” dan “Link” yang memiliki arti “tautan” merupakan kata yang
diambil dari bahasa asing yakni Bahasa Inggris lalu disisipkan pada struktur
kalimat Bahasa Indonesia. Ini merupakan kata yang digunakan oleh kalangan atau
kelompok tertentu yang paham arti dari bahasa asing tersebut. Jadi, kata-kata
tersebut biasanya digunakan oleh orang-orang pada suatu kelompok yang tahu
3. Dialek Usia
Dialek usia adalah varian bahasa yang ditandai oleh latar belakang umur
penuturnya. Dengan demikian dapat dibedakan menjadi tiga dialek usia, yaitu
dialek anak, dialek kaum muda, dialek kaum tua. Sebagai ciri penanda dialek usia
memiliki ciri khas yang berbeda, terlihat penutur A yang lebih tua dari penutur B
dan C terlihat dengan bahasanya yang menggunakan kata “Nak” yang memiliki
arti anak dan merupakan bentuk keakraban dan penutur A kepada penutur B dan
dua orang yang berbeda usia berdialog, orang yang lebih tua menggunakan
ungkapan kasih sayang kepada orang yang lebih muda, sedangkan yang lebih
muda menggunakan bahasa yang sopan dalam berdialog dengan orang yang jauh
ketika dua orang atau lebih yang berbeda usia saling berkomunikasi. Perbedaan
yang biasa muncul terdapat pada bagaimana diksi atau kata yang digunakan saat
berkomunikasi. Contohnya kata “Nak”, dan penggunaan kata “Iye” dalam dialog
4. Ragam Akrab
hubungannya sudah akrab, seperti seorang ibu dengan anak kecilnya dan antar
yakni penggunaan kata “Kali” yang memiliki arti “Sepupu” yang digunakan oleh
hanya digunakan oleh kalangan tertentu atau hanya mereka yang memiliki
“bakauss”, dan penggunaan imbuhan “-i” serta imbuhan “-ki“ dan “-ku“ pada tiap
lainnya.
termasuk pada variasi bahasa kategori ragam akrab. Tampak jelas pada pemilihan
diksinya seperti kata “kali” yang berarti “sepupu”, kata “teman 2” yang diberi
pangkat yang memiliki asal kata “teman-teman” dan juga penggunaan kata “aku
no” yang memiliki arti “saya tidak”. Diksi yang hanya digunakan oleh orang-
merupakan variasi bahasa dalam hal ragam akrab. Tampak jelas dari penggunaan
diksi seperti “ki” yang merupakan imbuhan untuk memberi penegasan, kata “kt”
yang merupakan singkatan dari kata “kita”, penggunaan kata “dih” dan “do” yang
menunjukkan penandaan kepada seseorang dalam hal ini yang dituju adalah
saenal dan imbuhan “-ki” yang merupakan imbuhan penegasan terhadap sesuatu.
merujuk pada kata sebelumnya yakni tentang data yang dipertanyakan oleh
penutur A, dan kata “dong” yang juga merupakan penegasan terhadap pertanyaan
sebelumnya. Dan juga kata “kau” pada kalimat tersebut yang menunjukkan bahwa
para penutur tersebut menggunakan ragam akrab dalam dialog yang berlansung.
dengan yang lainnya, meskipun juga merupakan dialog yang bersifat santai.
Tampak jelas dari penggunaan kata diksi dan imbuhan yang ada, seperti imbuhan
“–ta” dan juga penggunaan kata “Bg2 pale eeh” yang hanya dilakukan oleh orang-
orang yang sudah akrab dan saling mengenal antara satu dengan yang lain.
kategori ragam akrab. Terlihat dalam penggunaan kata dalam dialognya seperti
kata “mko” dalam kalimat “Bilang mko begitu (Kamu katakan seperti itu)” yang
orang yang sudah akrab. Dan juga pada tuturan pada penutur D yang mengatakan
“Bercanda jki itu” yang berarti “kami sedang bercanda” menunjukkan bahwa
5. Ragam Santai
Ragam santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak
lainnya.
santai, tampak dari kalimat-kalimat yang digunakan yakni penggunaan kata “Di
situ” dan penggunaan kata “mhe” yang merupakan penunjukan akan sesuatu
yang berada jauh dari kita yang dalam bahasa indonesia biasanya menggunakan
kata “di sana”. Begitupun dengan kata “mhe” atau “mi” yang merupakan imbuhan
untuk memberikan penekanan pada kata yang menyertainya. penggunaan kata ini
Seperti pada penggunaan imbuhan “-mi-” dan juga imbuhan “-ji-” yang biasanya
merupakan singkatan dari kata “kenapa”, “di tau” yang memiliki asal kata “tahu”
dan “blng,” yang merupakan singkatan dari kata “bilang” yang dalam bahasa
imbuhan “-Ka” yang menunjukkan kata penegasan yang termasuk kedalam ragam
santai.
karena adanya pengunnaan imbuhan “Ki” dan “Jhe” serta penyingkatan tulisan
seperti “sy” yang memiliki asal kata “saya” dan juga “yg” asal katanya adalah
“yang” menandakan bahwa dialog tersebut terdapat dalam keadaan yang lagi
santai.
yang lainnya terlihat begitu santai dan juga penuh keakraban, nampak jelas dari
kategori ragam santai dikarena tampak jelas dari penggunaan kata-katanya terlihat
begitu santai. Seperti pada penggunaan kata “buat ki”, “belumpi” dan “kira”
keragaman variasi bahasa dalam kegiatan komunikasi bukan hanya secara lisan
bahasa selalu berhubungan dengan masyarakat. Oleh karena itu, bahasa selalu
perbedaan bahasa yang timbul karena aspek dasar bahasa, yaitu bentuk dan
pengungkapan yang satu dengan yang lain. Greenbaum (dalam Muh. Asrori,
2001: 96) mengatakan bahwa variasi bahasa dapat dikaitkan dengan daerah, kelas
sosial, kelompok etnis, tingkat pendidikan, jenis kelamin, umur, dan situasi.
Pada penelitian ini peneliti menemukan lima jenis variasi bahasa pada
Bahasa Indonesia, yakni dialek geografi, dialek sosial, dialek usia, ragam akrab,
dan ragam santai. Penelitian yang dilakukan selama dua bulan yakni mulai dari
lima variasi yang diteliti yakni dialek geografi sebanyak 8 data, dialek sosial
sebanyak 9 data, dialek usia sebanyak 2 data, ragam akrab sebanyak 10 data dan
Dari data yang ditemukan inilah yang menjadi bukti bahwa dalam
interaksi mahasiswa satu dengan yang lain secara tertulis masih tidak terlepas dari
pengaruh variasi bahasa. Nampak dari data yang telah dikumpulkan pada
penelitian tersebut sehingga tidak bisa dipungkiri akan adanya variasi bahasa yang
terjadi ketika dua orang atau lebih melakukan interaksi antara satu dengan yang
lain.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang terjadi dalam interaksi yang dilakukan melalui via group tersebut.
Adapun variasi bahasa yang ditemukan dalam penelitian ini, yakni dialek
geografi sebanyak 8 data, dialek sosial sebanyak 9 data, dialek usia sebanyak 2
data, ragam akrab sebanyak 10 data, dan ragam santai sebanyak 7 data.
B. Saran
memberi peluang bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji lebih jauh variasi-
55