Anda di halaman 1dari 5

PENTINGNYA MENINGKATKAN RASA CINTA TERHADAP BAHASA

INDONESIA
1
HIRA KHOIRUNNISA AZZAHRA DAN 2MEILAN ARSANTI
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung
*Corresponding Author:
hisarahira@gmail.com
Pertama Diterima : 18 Januari 2021 Bukti Akhir Diterima : 18 Januari 2021

Abstrak
Bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan kita.
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan negara Republik Indonesia. Bahasa ini
telah disusun berdasarkan kaidah-kaidah hukum EBI (Ejaan Bahasa Indonesia).
Namun dalam kenyataan di kehidupan masyarakat, banyak penyimpangan-
penyimpangan bahasa yang menyalahi aturan EBI. Bahkan tidak hanya struktur
bahasanya, tetapi juga bahasa Indonesia telah bercampur baur dengan bahasa daerah
dan bahasa asing. Bahasa ini biasa dijuluki dengan bahasa gaul. Dalam prakteknya
bahasa gaul ini banyak dipopulerkan oleh kalangan remaja. Untuk menyikapi hal
tersebut perlu adanya suatu tindakan untuk melestarikan bahasa Indonesia.
Mencintai bahasa Indonesia adalah dengan menjaga bahasa Indonesia yang kita
gunakan dari pengaruh bahasa lain. Tindakan ini dapat diwujudkan dengan adanya
saling keterkaitan dari peran pemerintah, sekolah, kampus, masyarakat, dan
lingkungan keluarga, serta kesadaran diri sendiri untuk meningkatkan rasa cinta kita
terhadap bahasa Indonesia.
Kata kunci: Bahasa Indonesia, Bahasa asing, Bahasa daerah, Bahasa gaul,
melestarikan, rasa cinta

1. PENDAHULUAN
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama
menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi
ujaran) yang bersifat arbitrer. Lain halnya menurut Owen dalam Setiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa
yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations
of those symbols (bahasa dapat didefinisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional
untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol
yang diatur oleh ketentuan).
Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau informasi dari satu individu kepada
individu lain. Dalam kegiatan sehari-hari pun aktifitas kita menggunakan bahasa, baik memakai bahasa lisan
maupun bahasa tulisan. Pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 bahasa dapat disatukan menjadi satu
bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia yang diambil Negara ini untuk mempersatukan seluruh negeri ini dan
dipakai hingga sekarang.
Bahasa Indonesia yang dipakai pada zaman sekarang sebenarnya telah di bakukan dengan EBI (Ejaan Bahasa
Indonesia), tetapi nyatanya bahasa Indonesia telah tercemar atau telah terjadi suatu bentuk percampuran dari
bahasa lainnya, dan bahasa Indonesia pun telah mengalami berbagai bentuk yang lebih mengarah ke bahasa anak
muda, yaitu yang disebut dengan bahasa gaul. Bahasa ini telah di modifikasi semikian rupa agar anak muda tidak
merasa bosan dan bangga telah menyebutnya.
Dalam kegiatan sehari-hari aktifitas kita menggunakan bahasa, baik memakai bahasa lisan maupun bahasa
tulisan dan sebagai bangsa Indonesia kita mempunyai bahasa Indonesia yang sering kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Namun, banyak penggunaan Bahasa Indonesia, lisan maupun tulisan yang menyalahi kaidah yang
ada. Dari tulisan di toilet terminal hingga tulisan papan nama kementerian, mungkin masih banyak kesalahan di
sana-sini. Ada yang beranggapan bahwa globalisasi-lah yang seharusnya mendorong kita untuk semakin meng-
internasional-kan kebiasaan, termasuk penggunaan bahasa, jadi sekarang boleh dikatakan (kasarnya) semuanya
“serba English“. Padahal, penggunaan English pun masih sering ada yang sekedar tulis tanpa yakin betul bahwa
penulisaan dan ejaannya benar.
Sekarang sudah banyak orang asing yang belajar bahasa Indonesia. Tidak hanya mereka belajar di Indonesia.
Yaitu, sengaja datang ke Indonesia dan mengikuti pendidikan bahasa Indonesia. Tapi, di beberapa negara sudah
didirikan pendidikan bahasa Indonesia, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
Mereka yang belajar adalah warga negara bersangkutan. Ini sebetulnya fenomena yang menarik. Sebab,
bahasa Indonesia akhirnya dimengerti oleh banyak orang asing. Jadi, penutur bahasa Indonesia semakin meluas,
melintas hingga ke luar negeri. Hal ini pasti memudahkan penetrasi bahasa Indonesia ke tingkat internasional.
Fenomena tersebut (jelas) terlepas dari Perpres 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia. Yang
di Bab II, Pasal 5, diwajibkan bagi presiden, wakil presiden, dan pejabat negara (Indonesia) menggunakan bahasa
Indonesia saat berpidato resmi, baik di dalam maupun luar negeri. Tapi, setidaknya memiliki kesamaan, yaitu
bahasa Indonesia pada akhirnya dimengerti banyak orang asing.
Bukan mustahil mereka akhirnya tertarik dengan bahasa Indonesia. Lalu, mempelajarinya, baik secara formal
maupun non formal. Dalam bidang lain sudah banyak terjadi. Banyak orang asing yang sudah mahir dalam
kerawitan, misalnya. Bukan mustahil, entah kapan, mereka lebih menguasai bahasa Indonesia ketimbang kita,
kalau mereka secara intens mempelajarinya. Seperti halnya bahasa Jawa yang kini justru pakarnya lahir dari luar
negeri. Sementara orang Jawa (sendiri) tidak menguasai bahasa Jawa. Mau tak mau akhirnya berguru kepada
penutur asing yang menjadi ahli.
Tentu sebagai warga negara Indonesia, kita tak ingin berguru kepada penutur asing, kelak, karena mereka
lebih ahli ketimbang kita. Penutur-penutur asing yang sudah "jatuh cinta" pada bahasa Indonesia tentu tak mau
belajar sekadarnya. Mereka pasti belajar sungguh-sungguh, mendalami hingga sedetail-detailnya. Ibaratnya
hingga ke urat-akar bahasa Indonesia.
Dapat dibayangkan pula betapa orang-orang lebih sukanya bahasa asing daripada bahasa negara asli yang
dimilikinya, yaitu bahasa Indonesia. Bahasa yang tertata, terjaga dan selalu digunakan oleh pemiliknya
mencerminkan pribadi penggunanya. Itulah yang melatarbelakangi dan menjadi alasan penulis mengambil judul
“Pentingnya Meningkatkan Rasa Cinta Terhadap Bahasa Indonesia”.
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada bab ini mencakup: (1) jenis penelitian, (2) teknik pengumpulan data, dan (3) teknik
analisis data. Penjelasan dari metode penelitian tersebut sebagai berikut,
Jenis Penelitian
Penelitian ini memakai jenis deskriptif kualitatif. Sudaryanto (2015, hal 15) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif ialah metode penelitian yang hanya berdasar pada fakta dan memiliki sifat potret seperti apa adanya.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk menemukan dan mengklasifikasikan kata yang memuat unsur afiksasi pada teks yang sudah dibuat,
maka digunakan teknik baca dan teknik catat (Sudaryanto, 2015, hal 205-206). Teknik baca yang dipakai dalam
menganalisis dengan cara memahami bacaan secara berkali-kali dan penuh. Sedangkan teknik catat yang
digunakan dengan pencatatan.
Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data dilaksanakan dengan menggunakan tiga proses berdasarkan teori (Sugiyono,
2016:247-255) yang meliputi:
1. Reduksi data
Tahap ini dilakukan pemilihan data. Data yang dipilih tersebut bersangkutan atas persoalan yang akan
dianalisis.
2. Penyajian data
Setelah tahap reduksi berakhir dilanjut degan tahap penyajian. Data yang sudah ditentukan sesudahnya ditata
dengan bertahap supaya gampang dimengerti. Kemudian data diuraikan sehingga didapat pemaparan.
3. Penarikan kesimpulan
Hasil akhir dari semua analisis dibuat kesimpulan mengenai hasil dari data yang didapat.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan pada semua jenis dan
jenjang pendidikan dapat dibanggakan. Bahasa Indonesia telah membuktikan kemampuannya bukan sekadar
sebagai bahasa pengantar pendidikan di tingkat lembaga pendidikan dasar dan menengah, tetapi juga sebagai
sarana penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi serta sarana alih pengetahuan dan alih teknologi di tingkat
lembaga pendidikan tinggi.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia telah menjalankan fungsi-fungsi yang
diembannya. Apa yang harus dilaksanakan adalah peningkatan peran dan fungsi bahasa Indonesia.
Pertama, meningkatkan fungsinya sebagai lambang kebanggaan dan lambang harga diri bangsa Indonesia.
Dengan fungsi ini, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya, nilai-nilai harga diri dan martabat
bangsa, dan falsafah hidup yang menempatkan bangsa Indonesia dalam kedudukan yang sama dan sederajat
dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Kedua, meningkatkan fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang jati diri bangsa yang akan menampakkan ciri
khas, sekaligus membedakan bangsa Indonesia dari bangsa-bangsa lain di dunia. Fungsi pertama dan kedua ini
berkaitan erat dengan peningkatan fungsi yang ketiga dari bahasa Indonesia, yaitu sebagai sarana pemersatu
bangsa. Fungsi ini memungkinkan dan memantapkan kehidupan sebagai bangsa yang bersatu, tetapi tidak sampai
menghapuskan latar belakang sosial budaya dan bahasa daerah. Ketiga fungsi ini berkaitan pula dengan fungsi
keempat bahasa Indonesia yang juga harus ditingkatkan, yaitu bahasa nasional dalam perannya sebagai sarana
perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
Di era globalisasi sekarang ini, banyak orang-orang yang tidak memakai bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Contohnya anak-anak remaja sekarang, banyak yang sehari-harinya lebih suka memakai bahasa “gaul” di
bandingkan bahasa Indonesia. Akan tetapi, bukan berrati kita bisa semaunya lebih memilih bahasa “gaul” di
bandingkan bahasa Indonesia. Seharusnya kita para generasi muda yang menjaga dan melestarikan bahasa
Indonesia. Bahkan banyak wisatawan-wisatawan asing yang datang ke Indonesia hanya ingin mempelajari bahasa
kita dan juga budaya kita.
Cara mencintai bahasa Indonesia adalah dengan menjaga bahasa Indonesia yang kita gunakan dari pengaruh
bahasa lain. Selalu mau berusaha mencari padanan dalam bahasa Indonesia untuk kata atau istilah bahasa asing
yang kita gunakan. Misalnya, kita membiasakan menggunakan kata "gawai" sebagai padanan gadget dalam
komunikasi dengan siapa pun.
Jangan karena merasa gengsi, kita lantas kembali menggunakan istilah gadget. Tapi, kalau belum ditemukan
padanan katanya dalam bahasa Indonesia, apa boleh buat. Kata atau istilah dalam bahasa asing itu masih boleh
digunakan karena untuk menjelaskan konsep tertentu.
Hanya, biasanya Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan (BPBP) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud), selalu dan segera mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Sehingga sering
kita menjumpai kata-kata baru dalam bahasa Indonesia.
Naluri buruk kita adalah kalau kita merasa sudah bisa, umumnya tidak mau berusaha lagi. Cukup
memanfaatkan yang sudah ada meski sadar dalam keterbatasan. Padahal, seharusnya berpacu belajar karena
"sesuatu" itu pasti berkembang dari waktu ke waktu. Tidak mengikuti perkembangan, tentu ketinggalan dengan
orang-orang lain meskipun mereka bukan sang pemilik, tapi mau belajar tanpa henti.

Jadi, kita harus berubah. Membuang naluri buruk itu jauh-jauh. Bahasa Indonesia milik kita. Sejak kita lahir,
kita sudah berada di dalamnya Karena kita di kelilingi penutur asli bahasa Indonesia. Tapi, seharusnya kita belajar
terus mengikuti perkembangan bahasa Indonesia. Ini namanya mencintai bahasa Indonesia.
Sebenarnya memulainya mudah dan sederhana. Mulailah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Kalau selama ini menggunakan kata yang salah, berubahlah menggunakan kata yang benar. Misalnya,
kalau sudah mengetahui kata "nasihat" itu benar, gunakanlah kata itu dan tinggalkanlah kata "nasehat". Kebiasaan
menggunakan kata yang benar dalam setiap kesempatan sangat menolong kita menguasai seluk-beluk bahasa
Indonesia.
Berikutnya, tidak perlu malu menggunakan kata-kata yang benar meski berada di antara banyak orang yang
sudah terbiasa menggunakan kata-kata yang salah, yang karena kebiasaan itu menjadi salah kaprah yang akhirnya
menganggapnya benar. Kalau merasa malu karena berbeda, niscaya memperjuangkan kata-kata yang benar itu
akan gagal. Dan, selama-lamanya kesalahan terus terjadi. Kalau mengetahui ada kesalahan dan malah
mengikutinya karena pertimbangan tidak mau berbeda, kita "berdosa" alias tidak mencintai bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia mendapat perhatian khusus dalam hal pelestariannya. Jika tidak, dikhawatirkan masyarakat
Indonesia semakin terbawa arus westernisasi atau budaya kebarat-baratan.
Seiring dengan kemajuan komunikasi, dapat diperkirakan hampir tak ada bahasa daerah yang luput dari
pengaruh bahasa Indonesia. Namun, sebaliknya pula bahasa Indonesia telah dipengaruhi atau diperkaya oleh
bahasa-bahasa daerah selain bahasa asing. Sumbangan bahasa daerah ataupun bahasa asing demikian besar
sehingga dalam pertumbuhan dan perkembangannya dari bahasa Melayu, bahasa Indonesia akan memiliki
karakter tersendiri. Untuk menetapkan sebuah kata dalam bahasa Indonesia sebagai padanan kata atau istilah
bahasa asing ada proses panjang yang dilewati. Tentu ini pekerjaan yang besar, yang harus diapresiasi. Satu-
satunya cara mengapresiasi adalah membiasakan diri menggunakan kata-kata baru itu dalam berkomunikasi.
Sehingga hasil kerja BPBP Kemendikbud tidak sia-sia. Karena produksi bahasa Indonesia selalu direspon positif
masyarakat pemakainya. Ini sekaligus cara (bagaimana) masyarakat Indonesia mencintai bahasanya.
4. KESIMPULAN
Bangsa Indonesia, sebagai pemakai bahasa Indonesia, seharusnya bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa Indonesia, mereka bisa menyampaikan perasaan dan pikirannya dengan
sempurna dan lengkap kepada orang lain. Mereka semestinya bangga memiliki bahasa yang demikian itu. Namun,
berbagai kenyataan yang terjadi, tidaklah demikian (walaupun bahasa Indonesia memiliki banyak kelebihan).
Rasa bangga berbahasa Indonesia belum lagi tertanam pada sebagian bangsa Indonesia. Rasa menghargai bahasa
asing masih terus menampak pada sebagian besar bangsa Indonesia. Mereka menganggap bahwa bahasa asing
lebih tinggi derajatnya daripada bahasa Indonesia. Bahkan, mereka seolah tidak mau tahu perkembangan bahasa
Indonesia. Untuk itu kita harus melestarikan bahasa, kita berbahasa indonesia sejak dini mungkin. Pelestarian
tersebut perlu adanya peran dan partisipasi semua lapisan masyarakat. Selain itu diperlukan juga metode jitu untuk
memperkuatnya, yaitu dengan:
1. Meningkatkan rasa kebanggaan memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai keperluan dan
kemanfaatannya yang menjangkau seluruh lapisan, kelompok, dan golongan dalam masyarakat bangsa Indonesia,
2. Menghindari penggunaan bahasa asing secara berlebihan atau di luar garis ketentuan dan kebijakan yang telah
ditentukan. Penghindaran penggunaan bahasa asing secara berlebihan dapat disebabkan telah ada padanannya
dalam bahasa Indonesia ataupun untuk menghindari gangguan terhadap kelancaran komunikasi. Selain itu,
penggunaan bahasa asing secara berlebihan atau di luar lingkungan dan keperluannya selain merupakan pelecehan
terhadap peran dan kedudukan serta hasil-hasil pengembangan bahasa Indonesia, juga melemahkan pembinaan
wawasan kebangsaan,
3. Meningkatkan frekuensi pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia dalam semua kesempatan dan aktivitas,
baik resmi maupun tidak resmi. Dari sudut pandang psikologi pendidikan, suatu keberhasilan bukan sekadar
tercapai melalui pendidikan formal dan pelatihan, tetapi lebih-lebih melalui pembiasaan penggunaan secara terus-
menerus dalam lingkungan masyarakat dan di tengah-tengah keluarga.
5. PENUTUP
Kesiapan dan peran nyata bahasa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
memerlukan pemantapan rasa kecintaan dan rasa kebanggaan memiliki bahasa Indonesia. Rasa kebanggaan
memiliki bahasa Indonesia terikat erat dengan pencerminan dan perwujudan cinta tanah air, cinta budaya
Indonesia, serta cinta terhadap keseluruhan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat dan berbangsa Indonesia.
Kita sebagai bangsa Indonesia, sudah sepatutnya dengan bangga menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, bukan dengan gaya bicara yang kebarat-baratan agar dianggap keren atau gaul. Bahasa tersebut sudah jelas-
jelas berbeda dengan tata krama dan aturan moral dari budaya kita, Indonesia. Sebagai generasi muda bangsa
Indonesia, kita bertugas untuk melestarikan dan menjaga penggunaan bahasa Indonesia, dengan cara
menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Dengan demikian, orang-orang di sekitar kita bisa ikut berbicara
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang benar, dengan diawali dari diri kita sendiri terlebih dahulu. Jangan
sampai, jika dibiarkan terus seperti ini, keeksistensian bahasa Indonesia menjadi semakin tergeser dengan
keberadaan bahasa-bahasa gaul/kebarat-baratan.
DAFTAR PUSTAKA

Pelitaku.sabda.org. (2021, 18 Januari). Sikap Generasi Muda Melestarikan Bahasa Indonesia. Diakses pada 10
Januari 2021, dari
https://pelitaku.sabda.org/sikap_generasi_muda_melestarikan_bahasa_indonesia

Irfandiamhsin.wordpress.com. (2021, 18 Januari). Perlunya Melestarikan Bahasa Indonesia. Diakses pada 10


Januari 2021, dari
https://irfandiamhsin.wordpress.com/2014/01/16/makalah-perlunya-melestarikan-bahasa-indonesia/

Kompasiana.com. (2021, 18 Januari). Mencintai Bahasa Indonesia. Diakses pada 10 Januari 2021, dari
https://www.kompasiana.com/pakdhekowo/5dad3eb3c0cfa17b5c6f93c2/mencintai-bahasa-indonesia?page=all

Anda mungkin juga menyukai