Anda di halaman 1dari 219

BAHASA INDONESIA

1
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
TIM PENYUSUN

Mujiyono Wiryotinoyo, Yundi Fitrah, Nazurty, Albertus Sinaga, Kamarudin,


Larlen, Warni, Herman Budiyono, Maryono, Eddy Pahar Harahap,
Yusra D., Maizar Karim, Syahrial, Harry Soedarto Harjono, Rasdawita,
Irma Suryani, Ade Kusmana, Akhyaruddin, Andiopenta Purba,
Agus Salim, Agus Setiyonegoro, Aripudin,
Rustam, Priyanto, Hilman Yusra.

Desain Sampul
Irfan Dwi Efendi

2
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
PRAKATA
Direktur Pembelajaran, Kemenristekdikti (2016) mengemukakan bahwa
mata kuliah wajib umum pada Perguruan Tinggi memiliki posisi strategis dalam
melakukan transmisi pengetahuan dan trasformasi sikap serta perilaku mahasiswa
Indonesia. Mata kuliah Bahasa Indonesia adalah salah satu mata kuliah wajib
umum tersebut. Dengan demikian, mata kuliah Bahasa Indonesia memiliki posisi
strategis dalam rangka meningkatkan sikap dan perilaku berbahasa mahasiswa
Indonesia.
Sikap dan perilaku berbahasa mahasiswa maka perhatian kita pada dasarnya
tertuju pada dua hal yang mesti dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
Perguruan Tinggi; (1) mahasiswa memiliki kebanggaan dan kemampuan untuk
mengunakan bahasa Indonesia dalam berbagai komunikasi resmi maupun tidak
resmi, dan (2) mahasiswa sebagai insan akademis, benar-benar memahami bahwa
fungsi bahasa Indonesia sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
Untuk mencapai kedua hal tersebut maka diperlukan bahan ajar yang
berfokus pada ketercapaian tersebut. Berdasarkan hal tersebut, Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi telah melakukan workshop untuk menyusun bahan ajar untuk
mata kuliah Bahasa Indonesia. Bahan ajar hasil workshop dikemukakan, sebagai
berikut.
1. Bab Satu Pendahuluan, yang terdiri dari materi; Kedudukan Bahasa
Indonesia, Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar, Bahasa Indonesia Baku
dan Tidak Baku.
2. Bab Dua Ejaan Bahasa Indonesia dalam Teks.
3. Bab Tiga Teks Akademik, yang terdiri dari materi; Ciri-Ciri Teks
Akademik, Diksi, Kalimat Efektif, Paragraf, Teknik Penulisan Kutipan
dalam Karya Ilmiah.
4. Bab Empat Jenis-Jenis Teks Akademik, terdiri dari materi; Makalah,
Artikel, Proposal Skripsi, Laporan Akhir (Skripsi).
5. Bab Lima Teks Nonakademik, yakni Penulisan Proposal Kegiatan dan
Laporan Kegiatan.

Bahan ajar mata kuliah Bahasa Indonesia ini sangat terbuka dan terus
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang. Untuk itu, kami
mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikut.

Tim Penulis

3
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini materi pembelajaran yang disajikan adalah;


Kedudukan Bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar, dan
Bahasa Indonesia Baku dan tidak Baku.

KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa: (1) memahami kedudukan dan fungsi bahasa, (2) memahami
fungsi-fungsi bahasa Indonesia dalam berbagai kedudukannya, dan (3)
menganalisis dan memaparkan secara argumentatif perlunya dirumuskan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

II. MATERI PEMBELAJARAN


Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki kawasan geografis
yang luas dengan beraneka ragam suku. Setidak-tidaknya ada 750 bahasa dan
logat yang dipakai oleh penduduknya yang terdiri atas lebih dari 250 suku bangsa.
Setiap bahasa dengan berbagai suku bangsa itu memuat dan memiliki budaya
yang berbeda. Hanya bahasa Indonesialah, yang mampu mendekatkan berbagai
suku dan berbagai golongan penduduk sehingga warganya dapat berkomunikasi
dengan lancar dalam kehidupan sehari-hari (Moelyono, dalam Alwi, dkk.
2000:26).
Dikatakan bahasa Indonesia mampu mendekatkan berbagai suku dan
berbagai golongan penduduk di Indonesia karena awal mulanya bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu ini merupakan bahasa ibu golongan
kecil (5%). Akan tetapi, bahasa Melayu dalam berbagai ragamnya, sejak awal
abad ini, befungsi sebagai bahasa komunikasi luas (lingua franca) antarkelompok
etnis. Walaupun jumlah penuturnya tidak sebanyak penutur bahasa terkemuka,
seperti bahasa Jawa atau Sunda, bahasa Melayu sebagai bahasa kedua, memiliki
daerah persebaran yang paling luas di antara bahasa Nusantara. Di samping itu,
bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa Nusantara yang lain sehingga
tidak dianggap bahasa asing (Moelyono, dalam Alwi, 2000:26).
Sampai hari ini, sejumlah besar bahasa di Nusantara (Indonesia) mempunyai
daya hidup dan masih tetap berfungsi sebagai alat perhubungan antarwarga
masyarakat bahasa itu, sementara itu arus global membawa bahasa dan
kebudayaan asing ke negeri ini. Kontak dengan dunia luar itu telah menambah
keperluan untuk mempelajari bahasa asing yang dirasakan berguna bagi

4
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
bermacam bidang kehidupan, seperti agama, ilmu pengetahuan, perdagangan, dan
geopolitik. Diakui memang, ihwal ini tidak menghambat perkembangan bahasa
Indonesia. Namun, kenyataan menunjukkan, ada empat kelompok pemakai
bahasa Indonesia, yaitu: (1) anggota masyarakat yang memakai bahasa Indonesia
sebagai bahasa sehari-hari; (2) orang yang mengaku dapat berbahasa Indonesia,
tetapi tidak memakainya sebagai alat komunikasi sehari-hari; (3) orang yang
menggunakan bahasa Indonesia, tetapi mengalami intervensi dan inferensi bahasa
lain (bahasa daerah dan/atau bahasa asing), dan (4) orang yang belum paham
bahasa Indonesia.
Fenomena tersebut menimbulkan masalah kebahasaan yang penggrapannya
perlu disusun kebijaksanaan nasional, khususnya tentang kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia. Kedudukan bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem
lambang nilai budaya, yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dihubungkan
dengan bahasa yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan fungsi bahasa di dalam
hubungan ini adalah nilai pemakaian bahasa yang dirumuskan sebagai tugas
pemakaian bahasa itu di dalam kedudukan yang diberikan kepadanya (Halim,
1980:21).
Rumusan tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia memungkinkan
kita menempatkan posisi atau keberadaan bahasa Indonesia di antara bahasa-
bahasa lain, baik bahasa-bahasa daerah yang hidup sebagai unsur kebudayaan,
maupun bahasa-bahasa asing yang dipakai di Indonesia. Kekaburan yang terdapat
di dalam pembedaan kedudukan dan fungsi antara bahasa Indonesia dan bahasa-
bahasa lain itu bukan saja merugikan bagi perkembangan dan pembakuan bahasa
Indonesia, tetapi juga dapat menyebabkan terjadinya kekacauan di dalam cara
berpikir pada generasi berikutnya. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan oleh
kekaburan pembedaan kedudukan dan fungsi itu adalah mengalirnya unsur-unsur
bahasa yang pada dasarnya tidak diperlukan dari bahasa yang satu ke bahasa yang
lain. Pembedaan kedudukan dan fungsi bahasa memungkinkan kita mengatur
masuknya unsur-unsur baru dari bahasa-bahasa lain itu sedemikian rupa sehingga
hanya unsur-unsur yang benar-benar dibutuhkan sajalah yang diterima.
Dalam kerangka dasar kebijaksanaan bahasa nasional, bahasa Indonesia
memiliki dua kedudukan, yakni sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
Masing-masing kedudukan bahasa Indonesia itu memiliki berbagai fungsi, seperti
diuraikan berikut ini.

2.1 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tercetus sejak Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda tersebut
berbunyi: “Kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa

5
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
persatoean, bahasa Indonesia”. Dengan demikin, bahasa Indonesia adalah bahasa
persatuan Indonesia.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas
nasional, (3) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan
latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan
kebangsaan Indonesia, dan (4) alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya
(Halim, 1980:23)
Sebagai lambang kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai
sosial-budaya yang mendasari rasa kebangsaan Indonesia. Melalui bahasa
nasionalnya, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang
dijadikannya sebagai pegangan hidup. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa
Indonesia dipelihara dan dikembangkan. Atas rasa kebanggaan ini pula, pemakai
bahasa ini senantiasa dibina. Dengan demikian, pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia adalah sebuah keniscayaan.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung tinggi, di
samping lambang Negara lain seperti bendera. Di dalam melaksanakan fungsi ini
bahasa Indonesia memiliki identitasnya sendiri, sehingga ia serasi dengan
lambang kebangsaan Indonesia yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki
identitasnya sendiri hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan
mengembangkannya sedemikian rupa sehingga ia bersih dari unsur-unsur bahasa
lain, terutama bahasa asing seperti bahasa Inggris, yang tidak benar-benar
diperlukan.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan kebangsaan dan
sebagai lambang identitas nasional berhubungan erat dengan fungsinya yang
ketiga, yaitu sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai
suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang
berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan
ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa itu mencapai
keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan
identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar
belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Malah lebih dari itu, dengan bahasa
nasional itu, orang Indonesia dapat meletakkan kepentingan nasional jauh di atas
kepentingan daerah dan golongan.
Latar belakang sosial-budaya dan latar belakang kebahasaan yang berbeda-
beda itu tidak pula menghambat adanya perhubungan antaradaerah dan
antarbudaya. Berkat adanya bahasa nasional, orang Indonesia dapat berhubungan
satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga kesalahpahaman sebagai akibat
perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan.

6
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Sejalan dengan fungsi sebagai alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya, bahasa Indonesia melaksanakan fungsinya sebagai alat
pengungkapan perasaan. Kalau beberapa masa yang lampau masih ada orang yang
sulit atau belum saggup mengungkapkan perasaannya yang halus dan menyajikan
secara ilmiah pemikiran-pemikirannya, maka dalam perkembangannya, bahasa
Indonesia mengemban fungsinya, sehingga menghasilkan berbagai jenis karya
sastra dan laporan penelitian atau artikel-artikel ilmiah lainnya.

2.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara, tertuang dalam
pasal khusus Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Bab XV, Pasal 36, yang
menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.” Di dalam
kedudukanya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (1)
bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasonal serta kepentingan pemerintah, dan (4) alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi (Halim, 1980:24).
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala
upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik secara lisan maupun dalam
bentuk tulisan. Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-menyurat
yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya seperti
Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rayat ditulis di dalam
bahasa Indonesia. Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan
diucapkan di dalam bahasa Indonesia. Hanya di dalam keadaan tertentu, demi
kepentingan komunikasi antarbangsa, kadang-kadang pidato resmi ditulis dan
diucapkan di dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Demikian pula halnya
dengan pemakaian bahasa Indonesia oleh warga masyarakat Indonesia di dalam
hubungan dengan upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan. Dengan kata lain,
komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat berlangsung dengan
mempergunakan bahasa Indonesia. Dapat pula ditambahkan, penguasaan bahasa
Indonesia dijadikan salah satu faktor yang menentukan di dalam pengembangan
ketenagaan, seperti penerimaan karyawan baru, kenaikan pangkat baik sipil
maupun militer, dan pemberian tugas-tugas khusus baik di dalam maupun luar
negeri. Di samping itu, penggunaan bahasa dalam siaran radio dan televisi,
termasuk sebagai salah satu medium menjalankan fungsi ini.
Kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi pula
sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari taman
kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali
daerah-daerah bahasa seperti daerah Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan

7
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Makasar. Di daerah-daerah bahasa ini, bahasa daerah yang bersangkutan dipakai
sebagai bahasa pengatar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
Dalam fungsinya sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu
pengetahuan, dan teknologi, bahasa Indonesia adalah alat yang memungkinkan
untuk membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sehingga ia memiliki
ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah.
Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia dipergunakan sebagai alat untuk
menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional Indonesia. Di samping itu, dalam
penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa Indonesia dapat menjadi
medium penulisan buku-buku teks, penerjemahan buku-buku teks, serta penyajian
pelajaran di lembaga-lembaga pendidikan.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa persatuan
dan bahasa Negara masih harus terus dimantapkan dan dikaji ulang. Pada
dasarnya peran atau fungsi bahasa Indonesia dari waktu ke waktu boleh dikatakan
tidak mengalami perubahan. Artinya, rincian fungsi bahasa Indonesia, boleh
dikatakan berlaku sepanjang masa selama bahasa Indonesia berstatus sebagai
bahasa persatuan atau nasional dan bahasa Negara. Yang perlu dipertimbangkan
ialah kemungkinan memberikan perhatian yang lebih khusus pada fungsi-fungsi
tertentu, sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan dari masyarakat
pemakainya. Perhatian khusus tersebut terutama berkaitan dengan fungsi bahasa
Indonesia sebagai sarana pembangunan bangsa, sebagai sarana pengembangan
iptek, dan sebagai sarana pembinaan kehidupan budaya bangsa.
Begitu kompleksnya jaringan masalah kebahasaan di Indonesia karena
adanya persentuhan antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah pada satu pihak,
dan antara bahasa Indonesia dan bahasa asing pada pihak yang lain, ditambah pula
dengan tuntutan agar bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi yang efektif
dan efisien dalam berbagai bidang kehidupan, Hasan Alwi (dalam Alwi dan
Dendy Sugono, dkk., 1998:109) mengungkapkan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia tidak semata-mata didasarkan pada eksistensi
bahasa Indonesia sebagai sistem fonologi, gramatikal, dan semantik, tetapi juga
harus mempertimbangkan faktor-faktor nonkebahasaan seperti ekonomi, politik,
pendidikan, iptek, dan kebudayaan.

III. RANGKUMAN
Kedudukan bahasa adalah status relatif sebagai sistem lambang nilai
budaya, yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dihubungkan dengan bahasa
yang bersangkutan. Fungsi bahasa adalah nilai pemakaian bahasa yang
dirumuskan sebagai tugas pemakaian bahasa itu di dalam kedudukan yang
diberikan kepadanya.

8
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia perlu dirumuskan karena bangsa
Indonesia berada dalam kondisi sosial budaya yang beragam. Setidak-tidaknya
ada 750 bahasa dan logat yang memiliki daya hidup dan berfungsi sebagai alat
komunikasi antarwarga yang tidak kurang dari 250 suku bangsa; berbagai bahasa
asing berintervensi dan berinferensi, baik karena perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, keagamaan. Di samping itu, sikap positif warga terhadap
bahasa Indonesia masih berproses. Hal ini membawa permasalahan kebahasaan.
Oleh karena itu perlu dirumuskan kedudukan dan fungsi bahasa-bahasa tersebut,
baik bahasa daerah, bahasa asing, maupun terutama bahasa Indonesia.
Kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional dan sebagai
bahasa Negara. Kedudukannya sebagai bahasa nasional tercetus pada Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, sedangkan kedudukannya sebgai bahasa
Negara, sesuai dengn ketentuan yang tertera di dalam Undang-Undang Dasar
1945, Bab XV, Pasal 36. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai: (1) lambang kebanggaan, (2) lambang identitas
nasional, (3) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan
latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan
kebangsaan Indonesia, dan (4) alat perhubungan antardaerah dan antar budaya.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
(1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3)
alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah, dan (4) alat
pegembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Rumusan fungsi bahasa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional dan
bahasa Negara tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Namun
fungsinya sebagai sarana pembangunan bangsa, sebagai sarana pengembangan
iptek, dan sebagai sarana pembinaan kehidupan budaya bangsa akan bersifat
dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan tututan pemakainya.

DAFTAR RUJUKAN
Alwi dan Dendy Sugono, dkk. 1998. “Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000”.
Dalam Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000, Risalah Kongres Bahasa
Indonesia VI. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Halim, A. (Ed,). 1980. Politik Bahasa Nasional 2. Jakarta: PN Balai Pustaka
Moeliono, AM. 200. “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia dalam Era
Globalisasi”. Dalam Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi: Pemantapan
Peran Bahasa sebagai Sarana Pembangunan Bangsa. Disunting Alwi dan
Dendy Sugono, dkk. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional

9
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Identitas Diri
1. Nama : …………………………………………….……………….…..
2. NIM : …………………………………………….……………….…..
3. Proram Studi: ……………………………………………….………….…..
4. Fakultas : ………………………………………………..………….….….

Pertanyaan
1. Jelaskanlah, apa yang dimaksud dengan kedudukan bahasa

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

2.Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan fungsi bahasa

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

3.Sebutkanlah fungsi-fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai


bahasa nasional
………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

10
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

4.Sebutkanlah fungsi-fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai


bahasa Negara
………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

5.Uraikanlah secara argumentatif perlunya perumusan kedudukan dan fungsi


bahasa Indonesia
………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

6.Apakah rumusan fungsi atau peranan bahasa Indonesia bersifat tetap?


Kemukakanlah alasan Anda!
………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

11
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memahami bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan
konteks lisan dan tulisan.

II. MATERI PEMBELAJARAN


Sering kita dengar ungkapan ‘gunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar’. Terhadap ungkapan ini timbul banyak reaksi pertanyaan. Pertama, orang
mengira bahwa kata baik dan benar dalam ungkapan itu mengandung makna yang
sama. Sebenarnya tidak!. Justru ungkapan itu memberikan kesempatan dan hak
kepada pemakai bahasa secara bebas sesuai dengan keinginannya dan kemampuan
berbahasanya.
Berbahasa yang ‘baik’ adalah berbahasa sesuai dengan lingkungan bahasa
itu digunakan. Lingkungan yang dimaksud; orang yang berbicara, orang yang
diajak bicara, dan situasi pembicaraan, apakah situasi itu formal atau informal
(santai), serta topik pembicaraan. Berikut ini dikemukakan contoh-contoh
penggunaaan bahasa, sehingga Anda memahami seperti bahasa yang dimaksud
bahasa yang baik dan benar.
1. Seorang guru berdiri di depan kelas menyampaikan pelajaran kepada
muridnya atau seorang dosen di fakultas yang memberikan kuliah
kepada mahasiswanya, tentu menggunakan bahasa yang sifatnya formal,
yang dinamakan bahasa baku. Situasinya adalah situasi resmi. Guru dan
dosen itu tentu tidak boleh menggunakan bahasa santai, misalnya
menggunakan bahasa berdialek Melayu Jambi, atau dialek Jakarta,
dialek Batak.
2. Seorang menulis lamaran kerja ke suatu departemen atau suatu
perusahaan, tentu seseorang itu harus juga menggunakan ragam bahasa
baku yang resmi. Begitu juga seorang penulis artikel untuk suatu surat
kabar. Penulis artikel tersebut harus menggunakan bahasa baku.
3. Seorang kuli di pelabuhan Tanjung Priuk yang bercakap-cakap dengan
temannya sesama kuli, atau para pedagang di Angso Duo, tentu kuli dan
pedagang tersebut menggunakan ragam bahasa seperti yang biasa
mereka gunakan dengan ragam santai, tergantung kontek mereka, maka
sering kita dengar di kalangan mereka; gue, lo, basing bay, aku melok.
4. Anak-anak remaja mungkin akan bercakap-cakap, bersenda gurau
dengan menggunakan bahasa prokem di lingkungan mereka sebagai
identitas mereka gunakan di antara mereka. Hanya kelompok remaja itu
yang memahami maksud kata kata yang mereka ucapkan.

12
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Contoh-contoh atau ilustrasi yang dikemukakan itulah disebut bahasa yang baik,
baik karena cocok dengan situasinya. Kalau kita menggunakan ragam bahasa yang
lain yang tidak sesuai dengan situasinya, maka bahasa yang kita gunakan itu
dikatakan bahasa yang tidak baik.
Bahasa yang ‘benar’ adalah bahasa yang sesuai dengan kaidahnya, bentuk
dan strukturnya. Bahasa yang benar itulah bahasa Indonesia baku seperti dalam
buku Tata Bahasa Baku, Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan atau Perum Balai Pustaka. Jadi, bahasa Indonesia
yang baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan mengikuti kaidah yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, mengacuh kepada ragam yang memenuhi persyaratan kebaikan
dan kebenaran.
Memang harus diakui, dalam perkembangan bahasa Indonesia sebagai
bahasa dinamis, beberapa kendala dalam pemakaian bahasa baku; (1) adanya
gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa
gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi, (2) sikap
penutur yang kurang memahami struktur dan sifat bahasa Indonesia baku.
Sebagai penutup pada bagian ini dapat dikemukakan bahwa penutur yang
mahir menggunakan bahasanya adal;ah penutur yang menyampaikan maksud
hatinya mencapai sasarannya, itulah dianggap berbahasa dengan efektif.
Pemanfaatan ragam bahasa yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan
jenis pemakaian bahasa itulah disebut bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang
mengenai sasarannya tidak selalu perlu beragam baku. Dalam tawar menawar di
pasar, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan . Jadi, pada
asasnya, menggunakan bahasa yang baik, artinya tepat, tetapi tidak termasuk
bahasa yang benar. Sebaliknya, berbahasa yang benar yang tidak tepat
penerapannya karena suasana mengisyaratkan ragam bahasa yang lain. Maka
anjuran berbahasa Indonesia yang baik dan benar dapat diartikan pemakaian
ragam bahasa yang selaras dengan sasaran dan mengikuti kaidah yang betul.

III. RANGKUMAN
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan
sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia
meliputi kaidah ejaan, pembentukan kata, penyusunan kalimat, penyusunan
paragrap, dan kaidah penalaran. Kata yang dipakai dalam Bahasa Indonesia
adalah kata yang tepat dan serasi serta baku. Kata yang tepat dan serasi
merupakan kata yang sesuai dengan gagasan atau maksud penutur atau sesuai
dengan arti sesungguhnya dan sesuai dengan situasi lawan bicara, sedangkan
kalimat yang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang efektif.

13
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
DAFTAR RUJUKAN
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta: Balai
Pustaka.
Arifin, Zaenal, 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress.

Haniah, Munal. 2018. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).


Jakarta:Laksana.

14
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Identitas Diri
Nama : ………………………………………..…………………….
NIM : ……………………………………………………………….
Prodi : ……………………………………………….……………….
Fakultas : ………………………………………………….…………….

Pertanyaan
1. Apa perbedaan bahasa formal dan bahasa informal?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
............................................................................
2. Carilah dialog bahasa Indonesia yang benar dan bahasa gaul, dengan mengisi
kolom yang sudah disediakan.
Bahasa Indonesia Bahasa Gaul (Informal)

BAHASA INDONESIA BAKU DAN TIDAK BAKU

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memahami dan dapat menggunakan bahasa Indonesia baku dan
tidak baku sesuai dengan konteks lisan dan tulisan.

15
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
II. MATERI PEMBELAJARAN
Apa yang dimaksud kata baku dan tidak baku? Pasti sudah banyak yang
mendengar mengenai kata baku dan tidak baku, namun banyak yang belum
memahami dengan jelas. Pengertian kata baku adalah kata yang digunakan
menurut pedoman atau kaidah bahasa yang sudah ditetapkan. Kata baku adalah
kata yang sudah benar dengan aturan atau ejaan kaidah bahasa Indonesia dan
bersumber utama dari bahasa yaitu dari kamus KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
Kata baku biasanya digunakan untuk kalimat resmi, baik dalam suatu tulisan
atau dalam pengungkapan kata. Jika kata baku digunakan menurut kaidah bahasa
Indonesia yang sudah ditetapkan sebelumnya  dan kata bisa disebut dengan kata
tidak baku jika kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kata tidak baku bukan hanya timbul karena salah dalam penulisan  tetapi bisa
juga dikarenakan pengucapan karena salah pengucapan dan penyusunan kalimat
yang tidak benar. Biasanya kata tidak baku muncul dalam bahasa sehari hari.
Berikut pengertian kata baku menurut para ahli sebagai berikut.
Kokasi dan Hermawan (………….) menyatakan bahwa cara pengucapan
atau penulisan sesuai dengan aturan yang dibakukan. Aturan dibakukan yang
dimaksud yaitu berupa pedoman ejaan. Tata bahasa baku, dan kamus umum.
Sedangkan menurut Mulyono Kata baku adalah ragam bahasa yang dipakai dalam
berkomunikasi mengenai ilmu pengetahuan. Menurut sudut pandang pengguna
bahasa, ragam bahasa yang biasa digunakan oleh penutur paling berpengaruh
contohnya ilmuwan, pemerintah, tokoh masyarakat, dan jurnalis atau wartawan.
Chaer (……….) juga menyatakan bahwa kata baku adalah kata yang biasa
dipakai dalam keadaan formal atau resmi dalam penulisannya menurut kaidah
yang sudah dibakukan. Kata baku biasanya sering digunakan ketika membuat
karya ilmiah, membuat surat lamaran pekerjaan, membuat surat dinas, surat
edaran, surat resmi, membuat laporan, nota dinas, berpidato, rapat dinas,
musyawarah, diskusi, surat menyurat antar organisasi, instansi atau lembaga
formal lainnya.
Kata tidak baku adalah kata digunakan tidak sesuai pedoman atau aturan
bahasa yang sudah ditetapkan. Kata tidak baku digunakan  saat percakapan
sehari–hari atau basa tutur. Ada faktor yang menyebabkan munculnya kata tidak
baku yaitu:
1. Yang menggunakan bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan yang
dimaksud.
2. Yang menggunakan bahasa tidak memperbaiki kesalahan pengguna suatu
kata itu sebab dari menculnya bahasa baku ada.

16
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
3. Yang menggunakan bahasa terkena pengaruh orang yang biasa
menggunakan kata tidak baku.
4. Yang menggunakan bahasa sudah terbiasa menggunakan bahasa tidak
baku.

Contoh Kata Baku dan Tidak Baku


Kata baku Kata tidak
baku
aktif Aktip
pasif Pasip
apotek apotik
efektif efektip
karena karna
foto Poto
biosfer biosfir
Bus bis
objek obyek
november nopember
praktik praktek
negeri negri
teknik tekhnik
daftar daptar
nasihat nasehat
abjad abjat
adhesi adesi
afdal afdol
ambulans ambulan
antre antri
alaram alarm
Asyik asik
Azan adzan
balsam balsem
berandal brandal
bertanggung  bertanggungjaw
jawab ab
boraks borax
cabai cabe
cokelat coklat
cedera cidera
digit dijit
durian duren

17
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Sebagai pemehaman bersama, sifat-sifat bahasa Indonesia baku, sebagai
berikut.
a) Yang diterangkan terletak di depan yang menerangkan (Hukum DM)
b) Bila kata majemuk terdiri dua kata yang sama sama menunjukkan waktu
boleh dipertukarkan tempatnya menurut kepentingannya.
c) Bahasa Indonesia tidak memilik kata penghubung untuk menyatakan
kepunyaaan. Contoh: rumah guru bukan rumah dari guru.
d) Bahasa Indonesia tidak mengenal perbedaan jenis kelamin kata
e) Imbuhan memainkan peranan penting, sebab imbuhan dapat mengubah
jenis kata.
Sebagai penegas tentang bahasa Indonesia yang benar ini ada baiknya kita
memahami pendapat Anton Muliono (dalam Arifin, 1982) mengatakan bahwa
“bahasa baku memiliki ciri sifat dinamis yang cukup terbuka untuk menampung;
a) perubahan yang bersistem di bidang kosa kata dan peristilahan, dan b)
perkembangan berjenis ragam dan gaya bahasa di bidang kalimat dan maka”.
Berdasarkan pendapat Anton Muliono ini, maka standardisasi atau pembakuan
perlu disempurnakan karena banyak kosa kata sing maupun daerah masuk ke
dalam bahasa Indoensia. Oleh karena itu, perlu diatur dalam suatu kaidah yang
bisa dijadikan pedoman oleh pemakai bahasa Indonesia. Ada pun buku Pedoman
yang telah ada; Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indoensia. Buku Pedoman-Pedoman ini
akan disempurnakan lima tahun sekali dalam kegiatan Kongres bahasa indonesia.

III. RANGKUMAN
Kata baku biasanya digunakan untuk kalimat resmi, baik dalam suatu tulisan
atau dalam pengungkapan kata. Jika kata baku digunakan menurut kaidah bahasa
Indonesia yang sudah ditetapkan sebelumnya  dan kata bisa disebut dengan kata
tidak baku jika kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kata tidak baku bukan hanya timbul karena salah dalam penulisan  tetapi bisa
juga dikarenakan pengucapan karena salah pengucapan dan penyusunan kalimat
yang tidak benar. Biasanya kata tidak baku muncul dalam bahasa sehari hari.
Berikut pengertian kata baku menurut para ahli sebagai berikut. Kata tidak baku
adalah kata digunakan tidak sesuai pedoman atau aturan bahasa yang sudah
ditetapkan. Kata tidak baku digunakan  saat percakapan sehari–hari atau basa
tutur. Ada faktor yang menyebabkan munculnya kata tidak baku yaitu: (1) yang
menggunakan bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan yang dimaksud. (2) yang
menggunakan bahasa tidak memperbaiki kesalahan pengguna suatu kata itu sebab
dari menculnya bahasa baku ada. (3) yang menggunakan bahas terkena pengaruh
orang yang biasa menggunakan kata tidak baku. (4) yang menggunakan bahasa
sudah terbiasa menggunakan bahasa tidak baku.

18
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
DAFTAR RUJUKAN
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta: Balai
Pustaka.
Arifin, Zaenal, 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress.

Chaer. 2001. Gaya Bahasa. Jakrta: Gramedia


Haniah, Munal. 2018. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Jakarta:Laksana.

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Identitas Diri
Nama : …………………………………….………..…………………….
NIM : …………………………………………………………………….
Prodi : ……………………………………..…………….……………….
Fakultas: …………………………………….……………….…………….

Carilah kata baku dan tidak baku


Kata baku Kata tidak baku
pergi Pigi, pegi, dst

19
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Pertanyaan
3. Apa perbedaan bahasa formal dan bahasa informal?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
............................................................................

4. Carilah dialog bahasa Indonesia yang benar dan bahasa gaul, dengan mengisi
kolom yang sudah disediakan.
Bahasa Indonesia Bahasa Gaul (Informal)
kamu loe, you, ente,

BAB II
EJAAN BAHASA INDONESIA DALAM TEKS

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memahami dan menggunakan ejaan bahasa Indonesia dalam
teks dengan tepat.

II. MATERI PEMBELAJARAN

20
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Kemampuan mengaplikasikan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) merupakan
syarat utama dalam berbahasa tulis. Penulisan berbasis ketelitian aplikasi EBI
contohnya: proposal, artikel, makalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan, dan
karangan yang didokumentasikan. Kesalahan penggunaan ejaan dapat berakibat
pada penilaian yang buruk, kurang profesional, bahkan berakibat penolakan. Oleh
karena itu, penguasaan dan penerapan penggunaan ejaan secara mendalam dan
menyeluruh sangat diperlukan.
Materi kajian Ejaan Bahasa Indonesia menyajikan (1) pemakaian huruf, (2)
penulisan kata, (3) pemakaian tanda baca, dan (4) penulisan unsur serapan. Dalam
buku ini akan disajikan sebagian dari materi ejaan. Adapun untuk selengkapnya
dapat membaca Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) edisi keempat
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2015 tanggal 26 November 2016.

2.1 Pemakaian Huruf


a. Huruf Abjad
Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf
dari a sampai dengan z.
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima
huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
* Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keper- luan ilmu.
Huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s].
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang di- lambangkan
dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
e. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan.
f. Huruf Kapital
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk
julukan. Misalnya:

21
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Amir Hamzah, Jenderal Kancil, Mujair
3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!” “Mereka
berhasil meraih medali emas,” katanya.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama
agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti
untuk Tuhan. Misalnya:
Islam Alquran
Kristen Alkitab
Hindu Weda
Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang benar.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti
nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
Sultan Hasanuddin, Mahaputra Yamin Haji Agus Salim Imam
Hambali, Nabi Ibrahim, Raden Ajeng Kartini
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan
dan kepangkatan yang dipakai sebagai sa- paan. Misalnya:
Selamat datang, Yang Mulia.
Selamat pagi, Dokter.
Silakan duduk, Prof.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama ins- tansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Ma’ruf Amin
Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)
Gubernur Jambi
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa. Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Anak Dalam, bahasa Jambi
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,

22
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
hari, dan hari besar atau hari raya. Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid,
hari Jumat, hari Lebaran
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah. Misalnya:
Konferensi Asia Afrika Perang
Dunia II
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Jakarta Asia Tenggara
Pulau Miangas Bukit Barisan
Jambi Jalan Sulawesi Gunung Kerinci
Ngarai Sianok Jazirah Arab Sungai
Batanghari Tanjung Harapan
Kecamatan Muara Tembesi Kelurahan Beringin
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga,
badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010
tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden
dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Lainnya
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel,
dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas,
seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada
posisi awal. Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma.

Tulisan itu dimuat dalam jurnal Pena.


Dia agen surat kabar Jambi Ekspress.

23
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Ia menyajikan makalah “Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya:
S.H. sarjana hukum
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
M.Hum. magister humaniora K.H.
kiai haji
Hj. hajah
Pdt. pendeta
Dg. daeng
Dt. datuk
R.A. raden ayu
Dr. doktor
Prof. profesor
Ny. nyonya
Sdr. saudara
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata
atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Rian. Mefliza
bertanya, “Itu apa, Bu?”
“Silakan duduk, Dik!” kata ayah.
“Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”
“Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.”
g. Huruf Miring
1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah,
atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam
daftar pustaka. Misalnya:
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Ab- doel
Moeis.
Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat ke-
bangsaan.
Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

24
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat. Misalnya:
Huruf terakhir kata abad adalah d.
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan.

3. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam


bahasa daerah atau bahasa asing.Misalnya:
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan
asing yang berkunjung ke Aceh.
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung bermakna ‘pandangan dunia’.

Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara


Indonesia.

h. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah
ditulis miring. Misalnya:
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam
Ejaan Bahasa Indonesia.
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.

2. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian- bagian


karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
Misalnya:
1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang
1.1.2 Masalah
1.2 Tujuan

2.2 Penulisan Kata


Penulisan kata dalam bahasa Indonesia meliputi penulisan kata dasar, kata
berimbuhan, bentuk ulang, gabungan kata, pemenggalan kata, kata depan,
partikel, singkatan dan akronim, angka dan bilangan, kata ganti, dan kata sandang
si dan sang.

A. Kata Dasar : Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.


Misalnya: Saya pergi ke kampus.

25
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
B. Kata Berimbuhan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan
dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya:
berjalan, gemetar, lukisan
2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya: antarkota, ekabahasa, proaktif, pascasarjana, antibiotik,
infrastruktur.
C.Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) diantara unsur-
unsurnya. Misalnya: anak-anak, lauk-pauk, berjalan-jalan, mondar-
mandir, sayur-mayur porak-poranda.
D.Gabungan Kata
Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, model linear, persegi panjang,
orang tua, meja tulis, mata acara
a. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis
dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya: anak-istri pejabat, anak istri-pejabat, ibu-bapak kami,
ibu bapak-kami
b. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah
jika mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya: bertepuk tangan, menganak sungai, garis bawahi, sebar
luaskan
c. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai. Misalnya: mempertanggungjawabkan,
dilipatgandakan,menggarisbawahi, penghancurleburan,
d. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. Misalnya:
acapkali, beasiswa, olahraga, sukacita.
E. Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. Jika di
tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
a. Misalnya: bu-ah, ma-in, ni-at, sa-at
b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
c. Misalnya: pan-dai, au-la, sau-da-ra, sur-vei, am-boi
d. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk
gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal,
pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya: ba-pak, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir, mu-sya-
wa-rah
e. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang

26
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf
konsonan itu.
Misalnya: Ap-ril, cap-lok, makh-luk, man-di, swas-ta
f. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih
yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf
konsonan yang kedua.
Misalnya: ul-tra, in-fra, ben-trok, in-stru-men
e. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara
bentuk dasar dan unsur pembentuknya.
Misalnya:
mem-pertanggungjawabkan, mempertanggungjawab-kan,
memper-tanggungjawabkan
f. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu
unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain,
pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap unsur
gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:

biodata bio-data bi-o-da-ta


fotografi foto-grafi fo-to-gra-fi
fotokopi foto-kopi fo-to-ko-pi
introspeksi intro-speksi in-tro-spek-si

g. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir
baris dipenggal di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
Lagu “Indonesia Raya” digubah oleh Wage Rudolf antara kedua huruf vokal
itu.
Supratman.
h. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau
lebih tidak dipenggal.
Misalnya: Ia bekerja di DLLAJR.

F. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya:
Di mana dia sekarang?

27
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Mari kita berangkat ke kampus.
Ia berasal dari Kerinci.
G. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya
dengan bijaksana.
3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya. Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
K.Singkatan dan Akronim
a. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. master of business administration
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
S.E. sarjana ekonomi
S.Sos. sarjana sosial
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
b. a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pen- didikan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan

28
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk
SIM surat izin mengemudi
NIP nomor induk pegawai
c. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan
tanda titik. Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
yth. yang terhormat
dkk. dan kawan-kawan
d. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam
surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
d.a. dengan alamat
s.d. sampai dengan
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:
cm sentimeter
l liter
kg kilogram
Rp rupiah
f. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
BIN Badan Intelijen Negara
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
g. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal kapital. Misalnya:
Bulog Badan Urusan Logistik
Kalteng Kalimantan Tengah
Suramadu Surabaya-Madura
h. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan
suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
pemilu pemilihan umum

puskesmas pusat kesehatan masyarakat


tilang bukti pelanggaran

29
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
L.Angka dan Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100),
D (500), M (1.000)
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai se- cara berurutan
seperti dalam perincian. Misalnya:
Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak
setuju, dan 5 orang abstain.
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya:
Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah
daerah.
Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
3. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata, susunan kalimatnya diubah.
Misalnya: Panitia mengundang 250 orang peserta.
Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
a. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis
sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan
usahanya.
b. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang,
berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang.
Misalnya: 0,5 sentimeter, 5 kilogram, 2 tahun 6 bulan 5 hari, 1 jam 20
menit, Rp5.000,00, US$3,50
c. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, ru-
mah, apartemen, atau kamar. Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 atau Jalan Tanah Abang I/15
Jalan Wijaya No. 14 Hotel Mahameru, Kamar 169
d. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau
ayat kitab suci. Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
e. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan Utuh. Misalnya:

30
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
tiga puluh (30)
lima ribu (5.000)
b. Bilangan Pecahan. Misalnya:
setengah atau seperdua (½)
tiga dua-pertiga (3⅔)
satu persen (1%)
satu permil (1‰)
c. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya: abad XX, abad ke-20, abad kedua puluh
d. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara
berikut. Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
e. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan
dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedar- kan rupiah
tiruan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan
ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.

a. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka


dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut. Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50
(sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
b. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi
ditulis dengan huruf. Misalnya:
Kotonanampek, Rajaampat, Simpanglima, Tigaraksa

K.Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya


Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya:
Rumah itu telah kujual. Majalah ini
boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

H. Kata Sandang si dan sang

31
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.
Dalam cerita itu si Buta berhasil menolong kekasihn

2.3 Pemakaian Tanda Baca


A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Contoh: Mahasiswa berdiskusi di kampus.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar. Misalnya:
1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik
atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
4. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis,
tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru), dan tempat terbit. Misalnya:
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta
Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau


kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Contoh: Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.

B. Tanda Koma (,)


1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian
atau pembilangan. Misalnya:
Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi,
melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).

32
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Misalnya:
Saya ingin membeli sepatu, tetapi uang saya belum cukup.
Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.

Dia membaca puisi, sedangkan adiknya menggambar.


3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya: Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan peng- hubung
antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Contoh: Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian,
anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.
5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o,
ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan,
seperti Bu, Dik, atau Nak. Misalnya:
Wah, bukan main! Siapa namamu, Dik?

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari


bagian lain dalam kalimat. Misalnya:
Ibu berkata, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.”

7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian
alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:
Sdr. Rian, Jalan Pattimura III/18, Kelurahan Alam Barajo,
Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi 36653
8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1 Jakarta:
Pusat Bahasa.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau


catatan akhir. Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-
mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar
akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.

33
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Misalnya: Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, M.Hum.
Siti Aminah, S.H., M.H.
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya: 100,25 kg, Rp500,50
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau
keterangan aposisi. Misalnya:
Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri
Gerakan Nonblok
13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/ salah pengertian.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaat- kan bahasa
daerah.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

C. Tanda Titik Koma (;)


1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata peng- hubung
untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang
lain di dalam kalimat majemuk. Misalnya
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik
membaca cerita pendek.
2. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Misalnya:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
1. berkewarganegaraan Indonesia;
2. berijazah sarjana S-1;
3. berbadan sehat; dan
4. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Misalnya:
Saya membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus;
pisang, apel, dan jeruk.

D. Tanda Titik Dua (:)

34
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang
diikuti pemerincian atau penjelasan. Misalnya:
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup
atau mati.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian. Misalnya:
Ketua : Priyanto
Sekretaris : Rian Herdiana
Bendahara : Mefliza
4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya:
Bapak : “Bawa buku ini, Nak!”
Reni: “Baik, Pak.”
Bapak : “Jangan lupa, letakkan baik-baik!”
5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman,
(b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu
karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8

Surah Albaqarah: 2—5


Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara

E. Tanda Hubung (-)


1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal
oleh pergantian baris. Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Misalnya: mahasiswa-mahasiswa, keinggris-inggrisan
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun
yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata
yang dieja satu-satu.
Misalnya: 11-11-2013, p-a-n-i-t-i-a
4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian

35
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
kata atau ungkapan. Misal: ber-evolusi, meng-ukur,
dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
²³∕₂₅ (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkai
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-
Indonesia, se-Jambi);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital
(hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);
e. kata dengan kata ganti Tuhan ( atas rahmat-Mu);
f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
g. g.kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang beru- pa
huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku)
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:
di-sowan-i (bahasa Jawa, ‘didatangi’)
ber-pariban (bahasa Batak, ‘bersaudara sepupu’)
di-back up, me-recall, pen-tackle-an

7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang


menjadi objek bahasan. Misalnya:
Kata pasca- berasal dari bahasa Sansker

F. Tanda Pisah (—)


1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya:
Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau
berusaha keras.
2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya
keterangan aposisi atau keterangan yang lain. Misalnya:
Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diaba- dikan
menjadi nama bandar udara internasional.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah
Pemuda—harus terus digelorakan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat
yang berarti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’. Misalnya:
Tahun 2010—2013,

36
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Tanggal 5—10 April 2013, Jakarta—Bandung

G. Tanda Tanya (?)


1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya:
Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati? Siapa
pencipta lagu “Indonesia Raya”?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menya- takan
bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya. Misalnya:
Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?). Di
Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.

H. Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. Misalnya:
Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
Masa! Dia bersikap seperti itu?
Merdeka!

I. Tanda Elipsis (...)


1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam
suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan. Misalnya:
Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa
bahasa negara ialah ….
..., lain lubuk lain ikannya.
2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak sele- sai
dalam dialog. Misalnya:
“Menurut saya … seperti … bagaimana, Pak?”
“Jadi, simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.”
J. Tanda Petik (“…”)
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal
dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.
“Kerjakan tugas ini sekarang!” perintah atasannya. “Be- sok akan
dibahas dalam rapat.

37
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron,
artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Aku” terdapat pada halaman 125 buku itu.
Marilah kita menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”!
Perhatikan “Pemakaian Tanda Baca” dalam buku Pe- doman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang ku- rang
dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya: Dilarang memberikan “amplop” kepada petugas!

K. Tanda Petik Tunggal (‘…’)


1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat
dalam petikan lain. Misalnya:
“Kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang!’, dan rasa letihku
lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
“Kita bangga karena lagu ‘Indonesia Raya’ berkuman- dang di
arena olimpiade itu,” kata Ketua KONI.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, ter- jemahan,
atau penjelasan kata atau ungkapan. Misalnya
tergugat ‘yang digugat’
marsiadap ari ‘saling bantu’
policy ‘kebijakan’
wisdom ‘kebijaksanaan’
money politics ‘politik uang

L. Tanda Kurung ((…))


1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan. Misalnya:
Lokakarya (workshop) itu diadakan di Kampus Mendalo.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan
yang bukan bagian utama kalimat. Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang
terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang
keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.

38
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Misalnya:
Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Jambi.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang
diguna- kan sebagai penanda pemerincian. Misalnya::
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi,
dan (c) tenaga kerja.

M. Tanda Kurung Siku ([…])


1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau
kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau
kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Misalnya:
Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan]
kaidah bahasa Indonesia.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan da- lam
kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung. Misalnya:
Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam
Bab II [lihat halaman 35─38]) perlu dibentangkan di sini.

N. Tanda Garis Miring (/)


1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat,
dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwim.
Misalnya:
Nomor: 7/PK/II/2013 Jalan
Kramat III/10
tahun ajaran 2019/2020
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta
setiap. Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi ‘mahasiswa dan mahasiswi’
buku dan/atau majalah ‘buku dan majalah atau
buku atau majalah’
harganya Rp1.500,00/lembar ‘harganya Rp1.500,00
setiap lembar’
3. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau
kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau
kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Misalnya:
Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak lagi.

39
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata
atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu. Misalnya:
Dia ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
Mereka sudah datang, ‘kan? (‘kan = bukan) Malam
‘lah tiba. (‘lah = telah)
5-2-‘13 (’13 = 2013)

2.4 Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari
berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum
sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti force majeur, de facto,
de jure, dan l’exploitation de l’homme par l’homme. Unsur-unsur itu dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya
masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan
pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini,
penyerapan diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk
Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Usur-unsur serapan yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia
sebagai berikut. Contoh unsur serapan dari bahasa Arab: mazhab, kadar,
sahabat, hakikat, gaib, ilmu, kaidah, nikmat, afdal, daif, hadir, afdal, arif, fakir,
fasih, gaib, magfirah, magrib, hakim, masalah, sihir, amar, islah, kaidah, ufuk,
makmum, mukmin, imla, istinja/tinja, wudu, iktikad, muslim, nasihat, sahih,
jariah, jenazah, ijazah, khusus, makhluk, tarikh, akikah, makam, mutlak, asas,
salam, silsilah, hadis, selasa, waris, asar, musibah, khusus, sah, asyik, arasy, sah,
syarat, mutlak, tabib, rukuk, syubhat, sujud,jadwal takwa, wujud, nubuat, kuat,
aurat, maulid, haul, walau, inayah, yakin, yakni, kias, ziarah, khazanah, zaman,
izin, azan, ustaz, za, hafiz, akhirat ayat, hikmah/hikmat ibadah/ibadat
sunah/sunat surah/surat, alami, insani, aliah, amaliah, duniawi, kimiawi, dan
simak.
Contoh unsur serapan dari bahasa Belanda: pal, bal, aerodinamika,
hemoglobin, trailer, hidraulik, konstruksi, kubik, klasifikasi, kristal, sentral, sen,
sirkulasi, akomodasi, silinder, akomodasi, akulturasi, akumulasi, aklamasi, aksen,
aksesori, vaksin, karisma, teknik, eselon, mesin, cek, idealis, sistem, stereo,
geometri, politik, rim, kompor, provos, metode, dan tiket. Contoh unsur serapan
dari bahasa Sansekerta: sabda, sastra
Contoh unsur serapan dari bahasa Inggris: deskripsi, sintesis, fanatik,

40
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
pasien, varietas, hierarki, kontingen, kongres, linguistik, kartun, pul, koordinasi,
gubernur, kupon, kontur, fase, fisiologi, spektograf, psikis, akuarium, frekuensi,
ekuator, retorika, skema, aksi, rasio, pasien, teokrasi, unit, struktur, institut,
akuarium, skuadron, konsekuen, ekuivalen, evakuasi televisi, vitamin, eksekutif,
taksi, eksepsi, eksklusif, psikologi, struktural, formal, normal, informan,
monarki, anarki, sekunder, sekunde,r publikasi fonetik, teknik, elektronik,
mekanik, ekonomis, praktis, logis, mobil, modernisme, komunikatif,
demonstratif, deskriptif, analog, epilog, prolog, teknologi, analogi, fisiologi,
trotoar, direktur, inspektur, distributor, universitas, kuantitas, kualitas, kultur,
prematur, dan struktur. Contoh unsur serapan dari bahasa Yunani: estrogen,
fetus, enologi

III RANGKUMAN

Kemampuan mengaplikasikan ejaan bahasa Indonesia (EBI) merupakan


syarat utama dalam berbahasa tulis. Penulisan berbasis ketelitian aplikasi EBI
contohnya: proposal, artikel, makalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan, dan
karangan yang didokumentasikan. Kesalahan penggunaan ejaan dapat berakibat
pada penilaian yang buruk, kurang profesional, bahkan berakibat penolakan. Oleh
karena itu, penguasaan dan penerapan penggunaan ejaan secara mendalam dan
menyeluruh sangat diperlukan.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum
sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur-unsur itu dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih
mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan
diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya
masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
DAFTAR RUJUKAN
Sugiyono (Penyelia). 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Jakarta.
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Identitas Diri
Nama : …………………………………………………..…..……………….
NIM : ………………………………………………………………………..
Prodi : ……………………………………………….………………….…….

41
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Fakultas: ………………………………………………….……………….……

Soal

Perbaikilah penulisan karangan ”Tiga Sahabat Setia” yang baru saja Saudara baca
sehingga sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Baik dan
Benar! Caranya, perbaiki di kertas ini langsung dengan mengubah yang salah
menjadi benar penulisannya. Pergunakan pena yang tintanya selain berwarna
hitam!

TIGA SAHABAT SETIA


Alkisah di negeri bahasa hiduplah tiga orang sahabat yang bernama
meskipun walaupun dan tetapi. Walaupun mereka tidak tinggal berdampingan
mereka selalu hidup rukun karena mereka tidak pernah mencampuri urusan
masing-masing. Dalam hidup bermasyarakat meskipun walaupun dan tetapi selalu
membantu keluarga-keluarga kalimat yang mebutuhkan pertolongan mereka
dalam penggunaan kalimat-kalimat pertentangan dan penegasan.
Suatu hari pak kalimat datang menemui tetapi Ia membutuhkan bantuan
tetapi dalam kalimat kami ingin datang,.... hujan deras menghalangi niat kam. Di
sempurnakanlah kalimat tersebut oleh tetapi menjadi kami ingin datang tetapi
hujan deras menghalangi niat kami. Dilain waktu meskipun di mintai
pertolongannya oleh pak kalimat. Pada saat itu pak kalimat membutuhkan
meskipun untuk menyempurnakan kalimat ...dia menolak saya tetap memaksanya.
Sayangnya meskipun sibuk membantu keluarga kalimat lain sehingga ia
menawarkan penggantinya walaupun. Pak kalimat tidak keberatan karena ia
mengerti walaupun dan meskipun dapat saling menggantikan dalam dalam
penggunaann sebuah kalimat pertentangan. Akhirnya kalimat tersebut menjadi
walaupun dia menolak saya tetap memaksanya.
Pada suatu hari negeri yang tenang itu terganggu akibat kedatangan raksasa
jahat. Sang raksasa ini melihat kerukunan walupun meskipun dan tetapi maka
mereka pun di hasut oleh Sang Raksasa.
Hai meskipun dan walaupun tidakkah kalian bangga dapat berkedudukan
didepan sebuah kalimat Kalian adalah pemimpin. Dilain pihak, kalianpun dapat
berada ditengah-tengah. Walupun kalian berada ditengah, kedudukan kalian masih
terhormat karena kalian adalah faktor penjelas sebuah kalimat pertentangan.
Inganlah kalian terlahir tidak untuk menjadi yang terbelakang, Sang raksasa
menjelaskan. Apakah kalian mengerti akan hal ini? lanjut Raksasa.
Ya raksasa kami mengerti. jawab meskipun dan walaupun serempak.

42
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Jika kalian mengerti seharusnya kalian musnahkan tetapi bujuk raksasa. Apaaa...,
memusnahkan tetapi tanya meskipun terkejut dan diikuti kerutan diwajah
walaupun yang menandakan ia tak mengerti maksud Raksasa.
Ya memang itu saranku. Tak ada gunanya Dia berada di negeri ini. tegas
Raksasa.
Kalian bisa menggantikan kedudukannya di tengah kalimat. lanjutnya.
Aku benar-benar tak mengerti jalan pikiranmu, raksasa. Selama ini kami bertiga
selalu dapat bekerja sama membantu keluarga-keluarga kalimat. Ada saatnya
kami tidak bisa membantu kalimat-kalimat. Pada saat itulah, kami membutuhkan
kehadiran tetapi jelas Meskipun.
Ah nonsense Kalian tak memerlukan bantuan Tetapi sahut raksasa. Wahai
raksasa Alangkah sombongnya kami kalu kami merasa kedudukan kami lebih
penting dibanding kedudukan tetapi. Mari kuberi Engkau sebuah contoh kalimat.
Hujan telah reda,... kami masih malas pergi. Pada saat seperti itu, kami tidak bisa
membantu kalimat tersebut. Hanya tetapi yang sanggup membantu kalimat
pertentangan tersebut. kata Walaupun.
raksasa mulai sadar bahwa ia tidak berhasil menghasut meskipun dan
walaupun, tetapi ia tidak kurang akal. ia beralih mencoba mengajak tetapi untuk
membenci kedua sahabatnya.
Hai tetapi Dari manakah Engkau tanya raksasa.
Aku baru saja membantu kalimat saya cerdas, tetapi saya malas. jawab
tetapi. Raksasa mulai mengahsut. Apakah Kau tak merasa bosan selalu berada di
tengah kalimat Tidakkah Kau sadar betapa serakahnya kedua sahabatmu? Mereka
selalu berebut tempat di depan. Mereka tidak pernah memberimu kesempatan
untuk berada di depan. Bahkan, posisimu yang hanya ditengah pun terkadang
ditempati mereka.
”Raksasa, tak pernah terpikirkan olehku untuk iri kepada kedua sahabatku.
Sudah menjadi takdirku untuk selalu berada di tengah. Betapa tak pantasnya aku
menjadi pemimpin sebuah kalimat.” jelas tetapi dengan bijaksana.
”Bagaimana dengan posisimu yang dirampas oleh mereka?” tanya raksasa
yang terus mencoba menghasut tetapi.
Walaupun mereka berada di tengah tetapi tujuan kami berbeda. tujuanku
untuk menunjukkan pertentangan sedangkan tujuan kedua sahabatku adalah untuk
penegasan jawab tetapi dengan tenang.
Akhirnya raksasa sadar tak mungkin baginya mencerai-beraikan ketiga
sahabat yang saling setia itu maka di tinggalkannya negeri bahasa dengan
segudang kekesalan dihatinya.

43
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
BAB III
TEKS AKADEMIK

Pada bab tiga ini materi pembelajaran yang disajikan meliputi; ciri-ciri
teks akademik, diksi, kalimat efektif, paragraf dan teknik mengutip.

CIRI-CIRI TEKS AKADEMIK

I. TUJUAN PEMBELAJARAN

44
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Mahasiswa mampu memahami dan mengimplementasikan teks akademik
dan ciri-ciri teks akademik

II MATERI PEMBELAJARAN
2.1 Pengertian Teks
Teks adalah satuan bahasa yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan
tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna dalam konteks tertentu pula
(Wiratno, 2003). Secara konkret, teks merupakan sebuah objek fisik, tetapi secara
abstrak teks merupakan satuan bahasa di dalam wilayah bahasa sebagai sistem;
teks mempunyai tata organisasi yang kohesif; teks mengungkapkan makna; teks
tercipta pada sebuah konteks; teks dapat dimediakan secara tulis atau lisan
(Wiratno, 2009).
Bagian lain, teks adalah satuan bahasa yang mengandung makna, pikiran,
dan gagasan. Teks tidak selalu berwujud bahasa tulis, sebagaimana lazim
dipahami, misalnya teks Pancasila yang sering dibacakan pada saat upacara. Teks
dapat berwujud, baik “teks tulis” maupun “teks lisan”. Bahkan dalam multi
modal: perpaduan teks lisan dan tulis serta gambar/animasi /film). Teks itu sendiri
memiliki dua unsur utama. Pertama, adalah konteks situasi penggunaan bahasa
yang di dalamnya ada register yang melatarbelakangi lahirnya teks, yaitu adanya
sesuatu (pesan, pikiran, gagasan, dan ide) yang hendak disampaikan (field).
Sarana atau kepada siapa pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu disampaikan (tenor),
dalam format bahasa yang bagaimana pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu
dikemas (mode). Terkait dengan format bahasa, teks dapat berupa deskriptif,
prosedural, naratif, cerita petualangan, anekdot, dan lain-lain. Unsur kedua adalah
konteks situasi, yang di dalamnya ada konteks sosial dan konteks budaya
masyarakat tutur bahasa yang menjadi tempat teks tersebut diproduksi
(Kemendikbud, 2014).
Terkait perbedaan antara satu jenis teks tertentu dan jenis teks lain,
perbedaan dapat terjadi. Misalnya pada struktur teks itu sendiri. Sebagai contoh,
teks deskripsi dengan teks prosedural berbeda strukturnya meskipun kedua teks
tersebut termasuk ke dalam jenis teks faktual. Apabila teks deskripsi memiliki
cirri tidak terstruktur dan tidak bersifat generalisasi, teks prosedural justru bersifat
terstruktur dan dapat digenaralisasi. Alston (1961) membedakan tiga pendekatan
dalam kajian makna berdasar tiga fungsi bahasa, yakni: fungsi referensial, fungsi
ideasional, dan fungsi behavioral. Ketiga fungsi bahasa itu melahirkan tiga
“pendekatan” teori makna, yakni: pendekatan referensial, pendekatan ideasional,
dan pendekatan behavioral (Sudaryat, 2009).
Pendekatan referensial atau realisme memiliki paham berikut ini: (1) bahasa
berfungsi sebagai wakil realitas. (2) wakil realitas itu menyertai proses berpikir

45
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
manusia secara individual. (3) berpusat pada pengelolaan makna suatu realitas
secara benar. (4) adanya kesadaran “pengamatan” terhadap “fakta” dan penarikan
simpulan secara subjektif. (5) makna merupakan julukan atau label yang berada
dalam kesadaran manusia untuk menunjuk dunia luar, dan (6) membedakan
makna dasar (denotatif) dari makna tambahan (konotatif). Pendekatan ideasional,
atau nominalisme mewakili paham berikut: (1) bahasa berfungsi sebagai media
dalam mengelolah pesan dan menerima informasi. (2) makna muncul dalam
kegiatan komunikasi. (3) makna merupakan gambaran “gagasan” dari suatu
bentuk bahasa yang arbriter tetapi konvensional yang dapat dimengerti. (4)
kegiatan berpikir manusia adalah kegiatan berkomunikasi lewat bahasa. (5)
bahasa merupakan pengembangan makna untuk mengomunikasikan “gagasan”
dan (6) bahasa memilki status yang sentral. Oleh karena itu, apabila: (a) salah
berbahasa dalam berpikir, pesan tak tepat; dan (b) bahasa dalam berpikir benar,
kode salah, informasi akan menyimpan.

2.2 Teks Akademik


Dalam materi ini ada baiknya kita menggunakan istilah teks akademik
dibandingkan dengan istilah teks ilmiah dan teks nonilmiah. Perbedaan antara teks
akademik dan teks nonakademik perlu dijelaskan secara memadai dengan
mengidentifikasi ciri-ciri yang ada. Pendapat tentang teks akademik yang
berkembang selama ini adalah bahwa teks akademik mempunyai ciri-ciri antara
lain sederhana, padat, objektif, dan logis (Sudaryanto, 1996, Moeliono, 2004).
Akan tetapi, selama ini pula belum terdapat bukti-bukti empiris yang diajukan
untuk memberikan penjelasan yang memadai secara linguistik tentang pengertian
sederhana, padat, objektif, dan logis itu (Wiratno, 2012). Akibatnya, ciri-ciri
tersebut biasanya hanya dipahami secara naluri tanpa didasarkan pada data atau
teori tertentu. Sebagai insan akademik, tentu harus dapat menjelaskan hal itu
secara akademik berdasarkan argumen yang kuat.
Sebagai kata-kata sehari-hari, sederhana, padat, objektif, dan logis memang
mudah dipahami. Seperti terdaftar di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
secara denotatif, sederhana berarti “bersahaja, tidak berlebih-lebihan, atau tidak
banyak seluk-beluknya (kesulitan dsb)”; padat berarti “sangat penuh hingga tidak
berongga, padu, atau mampat”; objektif berarti “mengenai keadaan yang
sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi”; dan logis berarti
“sesuai dengan logika, benar menurut penalaran, atau masuk akal” teks akademik,
kata-kata tersebut tidak lagi merupakan kata-kata sehari-hari, tetapi telah menjadi
istilah teknis yang perlu dijelaskan secara akademik berdasarkan teori yang dapat
dipertanggungjawabkan (Wiratno, 2012).
Ciri-ciri tersebut antara lain adalah bahwa teks akademik itu “lugas”,
“baku”, “bersifat taksonomik dan abstrak”, “banyak memanfaatkan metafora

46
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
gramatika”, “banyak memanfaatkan proses relasional”, “banyak memanfaatkan
pengacuan esfora”, serta “faktual dalam hal genre” (Wiratno, 2012). Ciri-ciri
tersebut lebih sulit dipahami daripada ciri-ciri yang ditunjukkan dengan istilah-
istilah sederhana, padat, objektif, dan logis di atas. Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa ciri-ciri tersebut tidak mengacu kepada penggunaan bahasa
sehari-hari, tetapi langsung kepada penggunaan bahasa secara khusus, yaitu
bahasa teknis pada teks akademik. Sebaliknya, kecuali digunakan sebagai istilah
teknis pada teks akademik, kata-kata sederhana, padat, objektif, dan logis juga
masih digunakan sebagai kata-kata sehari-hari.
Pengeksplorasian ciri-ciri keilmiahan pada teks akademik menjadi penting
karena teks akademik merupakan dimensi tersendiri apabila dibandingkan dengan
jenis-jenis teks yang lain (Bazerman, 1998), dan teks akademik cenderung
membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk memahamkan isinya kepada target
pembaca (Martin & Veel, Eds., 1998). Berdasarkan pada pemikiran seperti itulah,
buku yang Anda baca ini secara keseluruhan ditulis. Sementara itu, subbab yang
membahas ciri-ciri teks akademik ini secara lebih khusus disajikan dari sudut
pandang Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) dengan menunjukkan bukti-bukti
yang dapat menjelaskan pengertian ciri-ciri tersebut.
Secara umum teks akademik ditandai oleh sifat-sifat baku, logis, lugas, dan
objektif. Namun demikian, definisi teks akademik dengan ciri-ciri di atas belum
memadai karena sebuah teks yang dikatakan tidak akademik sekalipun, dalam hal
tertentu, menunjukkan ciri-ciri akademik, dan sebaliknya, teks yang dikatakan
akademik masih menampakkan ciri-ciri nonakademik. Jika demikian halnya,
sebuah teks (apapun jenisnya) memiliki kedua ciri tersebut dalam beberapa
aspeknya.
Atas dasar kenyataan ini, perlu diungkapkan ancangan yang dapat
menjelaskan perbedaan teks akademik dan teks nonakademik. Perbedaan antara
teks akademik dan teks nonakademik tidak dilihat sebagai perbedaan antara hitam
dan putih. Perbedaan tersebut dilihat dari kecenderungan ciri-ciri yang dikandung
oleh teks tersebut. Teks akademik diasosiasikan dengan teks tulis, dan teks
nonakademik diasosiasikan dengan teks lisan. Teks tulis bukan teks yang
dimediakan dengan tulisan. Sebaliknya, teks lisan bukan teks yang dituturkan
secara lisan. Sebagai contoh, teks berita yang didengarkan di radio adalah teks
tulis yang dimediakan secara lisan, dan naskah drama dalam bentuk dialog adalah
teks lisan yang dimediakan dengan tulisan.

2.3 Ciri Ciri Teks Akademik


Sebuah teks biasanya mengandung ciri-ciri lisan dan ciri-ciri tulis sekaligus.
Hal ini berati bahwa sebuah teks yang tergolong ke dalam teks tulis, misalnya
artikel ilmiah, pasti dalam hal tertentu juga mengandung ciri-ciri lisan.

47
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Sebaliknya, percakapan di antara dua orang, yang sudah barang tentu itu
merupakan teks lisan, pasti dalam hal tertentu juga mengandung ciri-ciri tulis.
(Wiratno dan Santosa, 2011).

(1) Teks akademik bersifat sederhana dalam struktur


Kesederhanaan teks akademik terlihat dari struktur kalimat yang sederhana
melalui penggunaan kalimat simpleks. Perbedaan antara kalimat simpleks dan
kalimat kompleks tidak diukur dari panjang pendeknya, tetapi dari jumlah aksi
atau peristiwa yang dikandung. Kalimat simpleks adalah kalimat yang hanya
mengandung satu aksi atau peristiwa, sedangkan kalimat kompleks adalah kalimat
yang mengandung lebih dari satu aksi atau peristiwa dan dapat dinyatakan dengan
hubungan parataktik atau hipotaktik.

(2) Teks Akademik Padat Informasi


Tek akademik padat informasi adalah padat informasi dan padat kata-kata
leksikal, sedangkan kepadatan leksikal adalah kepadatan informasi pada teks
akademik dapat dijelaskan dari dua sisi. Pertama, informasi dipadatkan melalui
kalimat simpleks. Kedua, informasi dipadatkan melalui nominalisasi.

(3) Teks Akademik Padat Kata Leksikal


Kepadatan leksikal dapat dijelaskan sebagai berikut. Teks akademik lebih
banyak mengandung kata leksikal atau kata isi (nomina, verba-predikator,
adjektiva, dan adverbia tertentu) daripada kata struktural (konjungsi, kata
sandang, preposisi, dan sebagainya). Halliday (1998) menyatakan bahwa semakin
ilmiah suatu teks, semakin besar pula kandungan kata-kata leksikalnya.

(4) Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Nominalisasi


Ditemukan bahwa dalam realisasi leksis pada teks-teks akademik yang
dicontohkan nominalisasi digunakan untuk memadatkan informasi. Sebagai upaya
pembendaan, nominalisasi ditempuh dengan mengubah leksis nonbenda (antara
lain verba, adjektiva, adverbia, konjungsi) menjadi leksis benda (nomina).
Nominalisasi pada teks akademik ditujukan untuk mengungkapkan pengetahuan
dengan lebih ringkas dan padat (Martin, 1991). Oleh karena itu, nominalisasi
menjadi ciri yang sangat penting pada teks akademik (Martin, 1992; Halliday,
1998; Rose, 1998; Wiratno, 2009).

(5) Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Metafora Gramatika melalui


Ungkapan Inkongruen
Metafora gramatika adalah pergeseran dari satu jenis leksis ke jenis leksis
lain atau dari tataran gramatika yang lebih tinggi ke tataran gramatika yang lebih

48
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
rendah. Metafora gramatika terjadi pada ungkapan yang inkongruen, sebagai
kebalikan dari ungkapan yang kongruen (Halliday, 1985; Martin, 1992). Realisasi
secara kongruen adalah realisasi yang sewajar-wajarnya sesuai dengan realitas,
misalnya benda direalisasikan sebagai nomina, proses direalisasikan sebagai
verba, kondisi direalisasikan sebagai adjektiva, dan sirkumtansi direalisasikan
sebagai adverbia. Sebaliknya, pada realisasi secara inkongruen, proses tidak
diungkapkan dengan verba tetapi dengan nomina, kondisi tidak diungkapkan
dengan adjektiva tetapi dengan nomina, dan sebagainya.

(6) Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Istilah Teknis


Pada prinsipnya istilah teknis merupakan penamaan kepada sesuatu dengan
menggunakan nomina yang antara lain dibangun melalui proses nominalisasi.
Istilah teknis merupakan bagian yang esensial pada teks akademik (Halliday, &
Martin, 1993), karena istilah teknis digunakan sesuai dengan tuntutan bidang ilmu
(Veel, 1998; White, 1998; Wignell, 1998), tataran keilmuan (Rose, 1998), dan
latar (setting) pokok persoalan yang disajikan di dalamnya. Terkait dengan bidang
ilmu tempat istilah teknis digunakan, perlu digarisbawahi bahwa istilah yang sama
mungkin mengandung makna yang berbeda apabila istilah itu digunakan pada
bidang ilmu yang berbeda. Sebagai contoh, apabila istilah morfologi digunakan di
bidang linguistik, istilah tersebut mengandung makna “ilmu yang berkenaan
dengan pembentukan kata”, tetapi apabila istilah yang sama digunakan di bidang
biologi/pertanian/fisika, istilah itu mengandung makna “struktur, susunan,
komposisi, atau tata letak”.

(7)Teks Akademik Bersifat Taksonomik dan Abstrak


Pada dasarnya taksonomi adalah pemetaan pokok persoalan melalui
klasifikasi terhadap sesuatu. Taksonomi menjadi salah satu ciri teks akademik
(Halliday, 1993b). Oleh Wignell, Martin, dan Eggins (1993), masalah taksonomi
pada teks akademik dibahas dalam konteks bahwa perpindahan dari pemaparan
peristiwa duniawi dengan bahasa sehari-hari menuju penyusunan ilmiah yang
sistematis dengan bahasa yang lebih teknis adalah perpindahan dari deskripsi
menuju klasifikasi. Dengan berkonsentrasi pada penelitian terhadap wacana
geografi-fisika, ketiga ilmuwan tersebut berkesimpulan bahwa untuk mengubah
bahasa sehari-hari menjadi bahasa ilmiah diperlukan istilah teknis yang disusun ke
dalam taksonomi (Wignell, Martin, & Eggins, 1993). Kesimpulan yang sama
berlaku pula tidak saja bagi wacana fisika tetapi juga bagi wacana biologi (Martin,
1993). Sementara itu, Wignell, Martin, dan Eggins (1993), Martin (1993b),
Wignell (1998) menggarisbawahi bahwa wacana IPA lebih bersifat taksonomik

49
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
dengan memanfaatkan istilah teknis, sedangkan wacana humaniora lebih bersifat
abstrak dengan memanfaatkan metafora gramatika.
Teks akademik dikatakan abstrak karena pokok persoalan yang
dibicarakan di dalamnya seringkali merupakan hasil dari pemformulasian
pengalaman nyata menjadi teori (Halliday, 1993; Martin, 1993). Pemformulasian
yang demikian itu sesungguhnya merupakan proses abstraksi yang antara lain
dicapai dengan nominalisasi dalam kerangka metafora gramatika. Proses abstraksi
tersebut digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan realitas.
Pada teks akademik, pokok persoalan dapat diungkapkan melalui
taksonomi dan abstraksi. Sebagai ilustrasi, dapat dinyatakan sebagai berikut.
Pengalaman nyata (misalnya tentang tanaman karet dan penyakit yang
menyerangnya, pada sebuah teks di bidang biologi) diorganisasikan sebagai benda
secara taksonomik dengan menggunakan istilah teknis. Di pihak lain, pengalaman
nyata (misalnya tentang pengangkutan dan pembakaran batu bara di Jambi, pada
sebuah teks di bidang sosial, atau interaksi secara lintas budaya, pada sebuah teks
di bidang bahasa) dapat digambarkan sebagai aktivitas yang dikerjakan oleh
manusia tanpa banyak memanfaatkan istilah teknis, tetapi memanfaatkan
pengabstraksian peristiwa. Pengabstraksian tersebut digunakan untuk memaknai
aktivitas yang dikerjakan oleh pekerja di tambang batu bara pada teks sosial itu
dan untuk memaknai interaksi yang dilakukan oleh pengguna bahasa yang
mempunyai latar belakang budaya yang berbeda pada teks bahasa tersebut.

(8)Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Sistem Pengacuan Esfora


Pengacuan esfora dimanfaatkan pada teks akademik untuk menunjukkan
prinsip generalitas bahwa benda yang disebut di dalam kelompok nomina tersebut
bukan benda yang mengacu kepada penyebutan sebelumnya (Martin, 1992).
Sebagian besar partisipan yang ditemukan pada teks-teks tersebut adalah
partisipan benda umum, bukan partisipan benda manusia. Selain itu, sejalan
dengan pendapat Martin, benda yang disebut sesudahnya bukan selalu merupakan
benda yang disebut sebelumnya, terutama dalam pengacuan yang berjenis esfora.
Kenyataan tersebut menunjukkan makna bahwa benda-benda yang dimaksud pada
teks-teks tersebut adalah benda-benda yang memenuhi konsep generalitas, yaitu
benda-benda yang sudah diabstrakkan untuk menyatakan generalisasi, bukan
benda-benda yang secara eksperiensial berada di sekitar manusia.
Pada teks-teks akademik yang dicontohkan, kelompok nomina yang ada
mengandung penegas, yaitu benda pada kelompok nomina tersebut diberi
penjelasan yang berupa kualifikasi. Hal ini berarti bahwa sejumlah besar
kelompok nomina pada teks-teks merupakan kelompok nomina yang
memberlakukan pengacuan esfora. Berdasarkan kenyataan bahwa kelompok
nomina (dengan penegas sebagai pengacuan esfora) menjadi ciri penting pada teks

50
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
akademik, dan terbukti bahwa teks-teks akademik yang dicontohkan pada
pembahasan ini menggunakan pengacuan esfora dengan persentase yang tinggi,
dapat disimpulkan bahwa teks-teks tersebut menunjukkan ciri keilmiahan apabila
dilihat dari segi penggunaan pengacuan esfora.

(9) Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Proses Relasional Identifikatif


dan Proses Relasional Atributif
Terdapat dua jenis proses relasional, yaitu proses relasional identifikatif
dan proses relasional atributif. Proses relasional identifikatif merupakan alat yang
baik untuk membuat definisi atau identifikasi terhadap sesuatu, sedangkan proses
relasional atributif merupakan alat yang baik untuk membuat deskripsi dengan
menampilkan sifat, ciri, atau keadaan benda yang dideskripsikan tersebut.
Mengenai pentingnya proses relasional identifikatif untuk membuat
definisi pada teks akademik, Wignell, Martin dan Eggins (1993) menyatakan
bahwa biasanya definisi dibuat terhadap istilah teknis. Namun demikian, tidak
semua istilah teknis yang terdapat di teks-teks akademik, terutama istilah teknis
yang belum umum, didefinisikan atau diidentifikasikan. Padahal melalui proses
relasional identifikatif, definisi semacam itu dapat dibuat dengan baik. Selain itu,
melalui proses relasional identifikatif itu, definisi juga berfungsi untuk
mentransfer pengetahuan umum ke dalam pengetahuan yang lebih khusus
(Martin, 1993). Kenyataan tentang sedikitnya istilah teknis yang didefinisikan
pada teks-teks akademik itu menyebabkan teks-teks tersebut, secara ideasional
cenderung sulit dicerna.

(10) Teks Akademik Bersifat Monologis dengan Banyak Mendayagunakan


Kalimat Indikatif-Deklaratif
Sifat monologis pada teks akademik mengandung arti bahwa teks tersebut
memberikan informasi kepada pembaca dalam satu arah. Untuk memenuhi sifat
monologis tersebut teks akademik mendayagunakan kalimat Indikatif-Deklaratif
yang berfungsi sebagai Proposisi-Memberi, berbeda dengan kalimat Indikatif-
Interogatif yang berfungsi sebagai Proposisi-Meminta atau kalimat Imperatif yang
berfungsi sebagai Proposal-Meminta. Pada teks akademik penulis tidak meminta
kepada pembaca untuk melakukan sesuatu (jasa), dan juga tidak meminta
informasi, tetapi memberi informasi.
Informasi yang diberikan oleh penulis berkenaan dengan pokok persoalan
yang dibahas di dalam teks. Secara interpersonal, melalui kalimat-kalimat
Indikatif-Deklaratif, penulis teks akademik memberikan informasi dan pembaca
menerimanya. Sebagai penyedia informasi, penulis teks akademik tidak
menunjukkan posisi yang lebih tinggi daripada pembaca. Hal ini berkebalikan
dengan kalimat imperatif yang berfungsi sebagai Pernyataan-Meminta yang

51
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
mencerminkan posisi penulis yang lebih tinggi daripada pembaca. Selain itu,
apabila sebuah teks banyak mengandung kalimat imperatif dan kalimat Indikatif-
Interogatif, dampak yang terjadi adalah nada dialogis. Akibatnya, pencipta teks
seolah-olah melakukan percakapan dengan penerima teks.
Meskipun kalimat Indikatif-Interogatif masih ditemukan pada teks
akademik dalam jumlah yang lain relatif kecil, jenis kalimat tersebut mengemban
fungsi sebagai Proposisi-Meminta. Namun demikian, perlu digarisbawahi bahwa
pertanyaan tersebut tidak selalu ditujukan kepada pembaca, meskipun potensi ke
arah hal itu besar, tetapi diajukan sebagai pembatas atau alat untuk mengambil
porsi dalam mengajukan pendapat terhadap pokok masalah yang dibicarakan di
dalam teks tersebut (Martin, & White, 2005).

(11) Teks Akademik Memanfaatkan Bentuk Pasif untuk Menekankan Pokok


Persoalan, bukan Pelaku; dan Akibatnya, Teks Akademik Menjadi
Objektif, bukan Subjektif
Ciri bahwa teks akademik memanfaatkan bentuk pasif sudah lama dibahas
(Martin, 1985; Halliday, 1993; Banks, 1996), tetapi kenyataan ini hendaknya tidak
dipahami sebagai kebalikannya bahwa teks akademik tidak memanfaatkan bentuk
aktif. Penggunaan bentuk pasif pada teks akademik dimaksudkan untuk
menghilangkan pelaku manusia sehingga unsur kalimat yang berperan sebagai
subjek dijadikan pokok persoalan yang dibicarakan di dalam teks tersebut. Dengan
menganggap pelaku itu tidak penting, subjek atau pokok pembicaraan yang bukan
pelaku dianggap lebih penting dan karenanya ditemakan. Pemilihan tema seperti
ini sangat diperlukan, karena teks akademik tidak membahas para pelaku atau
ilmuwan, tetapi membahas pokok persoalan tertentu yang disajikan di dalamnya.
Pokok persoalan tersebut ditempatkan sebagai tema pada kalimat-kalimat yang
ada; dan penggunaan bentuk pasif dimaksudkan sebagai strategi pemetaan tema
tersebut (Martin, 1993). Pada konteks jenis proses, pelaku yang dihilangkan
tersebut adalah pelaku yang melakukan perbuatan fisik atau nonfisik, khususnya
pada proses material, mental, verbal, dan perilaku, bukan pada proses relasional
atau eksistensial, meskipun dimungkinkan. Pelaku dapat berupa aktor (untuk
proses material), pengindera (untuk proses mental), pewicara (untuk proses
verbal), dan pemerilaku (untuk proses perilaku).

(12) Teks Akademik Seharusnya tidak Mengandung Kalimat Takgramatikal


Kalimat takgramatikal adalah kalimat yang secara gramatikal mengandung
kekurangan atau kelebihan unsur-unsur tertentu, misalnya kata-kata leksikal
seperti nomina (yang berfungsi sebagai subjek) dan verba (yang berfungsi sebagai
finit/predikator), atau kata-kata struktural, seperti konjungsi dan preposisi.

52
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
(13) Teks Akademik Seharusnya tidak Mengandung Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang tidak lengkap. Kalimat minor
berkekurangan salah satu dari unsur pengisi subjek atau finit/predikator.
Akibatnya, kalimat tersebut dapat dianalisis dari sudut pandang leksikogramatika,
serta tidak dapat pula dianalisis menurut jenis dan fungsinya. Keberadaan kalimat
minor pada teks akademik tidak saja menyebabkan tidak dapat diidentifikasinya
unsur-unsur leksikogramatika secara ideasional dan interpersonal, tetapi juga
menyebabkan terhentinya arus informasi secara tekstual. Secara ideasional, karena
transitivitas pada kalimat minor tidak dapat dikenali, makna yang bersifat
eksperiensial yang melibatkan partisipan, proses, dan sirkumstansi pada kalimat
tersebut tidak dapat diungkapkan. Selain itu, karena hubungan interdependensi
pada kalimat minor tidak dapat diidentifikasi, makna logikosemantik pada kalimat
tersebut juga tidak dapat diungkapkan.
Dari sini, dapat digarisbawahi bahwa secara ideasional derajat keilmiahan
teks akademik yang mengandung kalimat minor berkurang. Secara interpersonal,
karena kalimat minor tidak dapat digolongkan ke dalam kalimat indikatif-
dekalaratif/interogatif atau imperatif, kalimat tersebut tidak mengungkapkan
fungsinya sebagai proposisi-memberi atau proposal-meminta. Padahal, informasi
pada teks akademik perlu disampaikan melalui penggunaan kalimat indikatif-
deklaratif yang mengemban fungsi sebagai proposisi-memberi. Dari sini, dapat
digarisbawahi bahwa secara interpersonal teks akademik yang mengandung
kalimat minor tampak sebagai teks lisan, dan karenanya, menunjukkan ciri
nonakademik.
Demikian pula, secara tekstual, paragraf yang mengandung kalimat minor
tidak kohesif secara tematis. Selain pola tema-rema pada kalimat minor tidak
dapat diidentifikasi, pola hiper-tema dan hiper-rema pada paragraf yang
mengandung kalimat tersebut juga tidak dapat ditentukan. Secara keseluruhan,
informasi pada paragraf tersebut tidak dapat mengalir menuju atau dari kalimat
minor tersebut. Dari sini dapat ditegaskan bahwa kalimat minor mengganggu
tematisasi baik di tingkat kalimat maupun paragraf (wacana), dan karenanya
secara tekstual, derajat keilmiahan teks akademik yang mengandung kalimat
minor berkurang.

(14) Teks Akademik Tergolong ke dalam Genre Faktual bukan Genre


Fiksional
Teks akademik tergolong ke dalam genre faktual, bukan genre fiksional.
Teks-teks tersebut dikatakan faktual karena teks-teks tersebut ditulis berdasarkan
pada kenyataan empiris, bukan pada rekaan atau khayalan (Martin, 1985). Dilihat
dari segi genre makro dan genre mikro, teks-teks akademik digolongkan ke dalam
genre makro berupa artikel ilmiah atau artikel dalam jurnal. Sebagai artikel

53
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
ilmiah, teks-teks tersebut mengandung beberapa genre mikro sekaligus, antara lain
deskripsi, eksplanasi, prosedur, eksposisi, dan diskusi.

III. RANGKUMAN
Ciri-ciri teks akademik sebagai beriku: (1) bersifat sederhana dalam
struktur, (2) teks akademik padat informasi, (3) teks akademik padat kata leksikal,
(4) teks akademik banyak memanfaatkan nominalisasi, (5) teks akademik banyak
memanfaatkan metafora gramatika melalui ungkapan inkongruen, (6) teks
akademik banyak memanfaatkan istilah teknis, (7) teks akademik bersifat
taksonomik dan abstrak, (8) teks akademik banyak memanfaatkan sistem
pengacuan esfora, (9) teks akademik banyak memanfaatkan proses relasional
identifikatif dan proses relasional atributif, (10) teks akademik bersifat monologis
dengan banyak mendayagunakan kalimat indikatif-deklaratif, (11) teks akademik
memanfaatkan bentuk pasif untuk menekankan pokok persoalan, bukan pelaku;
dan akibatnya, teks akademik menjadi objektif, bukan subjektif, (12) teks
akademik seharusnya tidak mengandung kalimat takgramatikal, (13) teks
akademik seharusnya tidak mengandung kalimat minor, (14) teks akademik
tergolong ke dalam genre faktual bukan genre fiksional.

DAFTAR RUJUKAN

Aman, Idris, Norsimah Mat Awal, and Mohammad Fadzeli Jaafar. Strategi
wacana teks kademik sains dan teknologi. GEMA: Online Journal of
Language Studies 14.1 (2014): 189-202.

Abidin, Yunus, dkk. (2014). Kemampuan Menulis Berbicara Akademik. Bandung:


Rizki Press.

Creswell, J.W. (2007). Qualitative Inquiri and Research Design: Cloosing among
Five Approaches. Edisi 2. Thousan Qoks. CA Sage.

Fauziah, Anita Nurul. (2014). Pendekatan Berbasis Genre dalam Pembelajaran


Menulis Teks Laporan. Tesis magister, tidak diterbitkan. Universitas
Pendidikan Indonesia.

Halliday, M. A. K. dan Ruqaiya Hasan. (1994). Bahasa, Konteks, dan Teks


Dalam Pandangan Semiotik Sosial.Penerjemah: Asruddin Barori Tou.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

54
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Martin, J. S. (1997). Analysizyng Genre: Fungtional Parameters, dalam (Cristie
and Martin, eds) genre and institution: social process in the workplace
and school. London: Continum.

Napitupulu, S. (2010). Pemahaman Genre dalam Keterampilan Menulis


Mahasiswa Bahasa Inggris FKIP Universitas HKBP Nommenses
Medan. Jurnal Visi, 18 (3), hlm. 315.

Poespoprodjo, W. dan T. Gilarso. (1985). Logika Ilmu Menalar Dasar-Dasar


Berpikir Logis, ritis, Analitis, Dialektis, Mandiri, dan Tertib. Edisi Kedua.
Bandung: CV Remadja Karya.

Wiratno, T. (2009). Makna Metafungsional teks Ilmiah bahasa Indonesia dalam


bahasa Indonesia pada Jurnal Ilmiah: Sebuah Analisis Sistemik
Fungsional. (Disertasi) Universitas Sebelas Maret.

Wiratno, T. (2012). Ciri-ciri Keilmiahan Tek ilmiah dalam Bahasa Indonesia.


Jurnal of Sistemic funcsional

Wiratno, Tri. (2014). Jenis-jenis Teks. Disajikan pada Peningkatan Kompetensi


Kurikulum 2013 Bagi Tenaga Teknik Badan Bahasa dan Daerah Bahasa
dan Sastra Indonesia di Bogor.

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Identitas Diri

Nama : …………………………………………..…………………….
NIM : ………………………………………………………………….
Prodi : ………………………..……………………….……………….
Fakultas : ………………………………………………….…………….

55
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Bacalah teks secara saksama dan teliti. Selanjutnya, tandai dalam bentuk
lingkaran atau garisbawahi teks tersebut pada bagian yang menggunakan ciri-ciri
teks akademik dan berikan penjelasan Saudara tentang penggunaan ciri-ciri teks
akademik tersebut.

Teks
Mereka duduk di belakang kelas bukan karena keinginan mereka
melainkan karena disitulah tempat yang seolah-olah telah disediakan untuk
mereka. Di beberapa kelas, ada banyak gangguan yang terlihat yang sering kali
memaksa guru untuk memisahkan kelas satu dengan kelas lain atau siswa yang
satu dengan siswa yang lain. Di depan kelas ada siswa-siswa yang rajin yang
sudah menunggu dengan tangannya yang siap untuk mengacungkan jarinya pada
momen-momen khusus. Mereka membungkung-bungkuk seperti serangga-
serangga besar yang baru saja ditangkap dengan jebakan pendidikan. Mereka juga
seolah-olah seperti atlet terkenal yang sedang duduk di tengah-tegah kelas. Hal itu
tentu membuat mereka tidak yakin untuk duduk di belakang kelas dan dipinggir
mahasiswa-mahasiswa lain.
Sementara itu, siswa-siswa yang duduk di bangku lain membuat suatu
komunitas yang dengan alasannya masing-masing, seperti mencerminkan bahwa
mereka tidak berhasil menjalani sistem pendidikan umum di Sekolah di Jambi.
Dulu mereka sering kali dianggap orang-orang yang lemah, yang memiliki
prestasi rendah, lamban, miskin, tertinggal, dan sebutan-sebutan lain. Sekarang
mereka lebih kenal dengan siswa beresiko gagal. Wajah-wajah mereka berubah
dan dalam seting perkotaan, jumlah mereka juga terus bertambah.

Delapan tahun yang lalu, ada banyak penelitian tentang perlunya


memperbaiki sistem pendidikan dan memberdayakan siswa-siswa yang beresiko
gagal. Pada tahun 90-an pemerintah sudah menulis sebuah dokumen bertajuk
“Resiko Pendidikan” yang mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam
sistem pendidikan di Jambi dan mengharapkan adanya reformasi besar-besaran.
Salah satu reformasi ini adalah upaya membangun sistem pembelajaran yang lebih
bermutu dan standar-standar prestesi siswa yang lebih tinggi. Namun, di tengah-
tengah semangat reformasi ini, ada banyak siswa marginal yang kebutuhan-
kebutuhannya sering kali tidak dihiraukan. Masih jarang diketengahkan
persoalan-persoalan yang terkait dengan apakah reformasi ini menjamin bahwa
semua siswa dapat memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan
yang berkualitas. Agar pemberdayaan dalam ranah pendidikan dapat benar-benar
terwujud, maka kebutuhan-ke butuhan para siswa marginal ini perlu mendapatkan
perhatian lebih.

56
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Dewasa ini, sejumlah penelitian lebih banyak berfokus pada usahasa
mengidenifikasi karakteristik-karakteristik siswa beresiko gagal. Sementara
beberapa penelitian yang lain, masih berkutat dalam usaha menggalakan reformasi
dan program-program pemberdayaan bagi siswa-siswa yang beresiko gagal.
Studi-studi dan penelitian-penelitian tentang topik ini juga tidak jarang melibatkan
para pakar di bidang pendidikan, bisnis, dan industri serta bagian pemerintahan.

Meskipun ada kemanjuan dalam mengidentifikasi karakteristik-


karakteristik siswa beresiko gagal dan mengembangkan program-program untuk
memenuhi kebuuhan-kebutuhan mereka. Esensi problem beresiko gagal masih
saja muncul dan terus menerus memperlemah sistem sekolah di Jambi. Beberapa
pendidik merasa bahwa kita tidak perlu melakukan penelitian lebih lanjut. Meski
demikian, ada penelitian-penelitia yang masih menyarankan agar kita membangun
jaringan yang lebih kuat antara bisnis dan pendidikan. Bahkan ada pula yang
menawarkan agar kita sebaiknya berusaha merekontruksi secara total sistem
pendidikan kita.

Meskipun semua penelitian dan studi sudah sering dilakukan oleh para
pakar, kenyataannya kita masih memiliki siswa-siswa yang berada dipigiran
pendidikan. Hal ini mungkin disebabkan penelitian-penelitian selama ini terlalu
banyak yang mempersoalkan kurikulum dan sistem pendidikan. Masih jarang
ditemukan penelitian yang fokus pada keberadaan siswa. Untuk itu, penelitian ini
fokus pada siswa itu sendiri. Inilah saatnya bertanya kepada siswa dan
mendengarkan respon-respon mereka. Bagian ini diharapkan dapat membawa
konsepsi baru bagian penelitian yang sudah ada dan menentun pada reformasi
lanjutan. Siswa-siswa yang dropout dan yang berepotensi dropout akan
diwawancarai secara mendalam untuk mencari tahu faktor-faktor umum yang
sering menggangu proses belajar mereka. Informasi ini diharapkan bermanfaat,
baik bagi peneliti yang akan terus menerus mencari pendekatan-pendekatan baru
dalam pendidikan maupun bagi praktisi yang sehari-hari berurusan dengan siswa-
siswa ini. (disadur dari Creswell, 2010)

57
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Ulasan atau Komentar
……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

58
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
DIKSI

I.TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memahami pengertian diksi, fungsi diksi, prinsip pemilihan
kata, jenis-jenis makna kata, relasi makna kata, idiom dan ungkapan idiomatis,
dan kesalahan pemakaian kata dan gabungan kata.

II. MATERI PEMBELAJARAN


2.1 Pengertian Diksi
Diksi merupakan penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan
digunakan oleh penulis. Diksi dapat pula diartikan sebagai pemilihan kata untuk
mencapai suatu gagasan, membentuk, mengelompokkan kata yang tepat,
menggunakan ungkapan-ungkapan yang sesuai, dan gaya bahasa yang paling baik
dalam suatu situasi. Menurut Nurgiyantoro (1998:290) diksi adalah pemilihan
kata-kata melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek
yang dikehendaki. Diksi digunakan untuk membedakan secara tepat nuansa-
nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan serta kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pendengarnya. Untuk itu, pemilihan kata haris disesuaikan
dengan konteks permasalahan topik dan kondisi yang sedang dihadapi.

Allyn and Bacon (1999:12) mengemukakan bahwa:

“Diction will be effective only when the words you choose are appropriate for the
audience and purpose, when they confey your message accurately and
comfortably. The idea of comfort may seem out of place in connection in diction ,
but, in fact, word can sometimes cause the reader to feel uncomfortable. You’ve
probably experienced such feel ings yourselfas a listener-hearing a speaker
whose words for one reason or another strike you as innappropriate.”

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi adalah


pemilihan kata yang tepat dan sesuai untuk mewakili gagasa, ide, perasaan dan
lain sebagainya. Dengan tujuan agar pesan yng disampaikan dapat diterima
dengan baik oleh pembaca atau pendengar tanpa menimpulkan persepsi yang
berbeda. Di dalam pemilihan kata ini terdapat indikasi seseorang mampu
menguasai sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata dari bahasa itu.
adapun yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosakata suatu bahasa adalaah
keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.

2.2 Fungsi Diksi

59
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Adapun fungsi diksi adalah: (a) untuk memperoleh keindahan guna
menambah daya ekspresi kita. Maka sebuah kata akan lebih jelas, bila pilihan kata
tersebut tepat dan sesuai; (b) ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak
menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan
pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak
suasana; (c) untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah; (d)
untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut dalam mendeskripsikan tokoh
lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita
tersebut.

2.3 Prinsip Pemilihan Kata


a.Bahasa Standar dan Substandar
Bahasa standar adalah bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka
yang menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat dan dalam
situasi formal. Kelas ini meliputi pejabat pemerintah, alih bahasa, alih hukum,
dokter, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan sebagainya. Bahasa
nonstandar pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak dipakai
dalam tulisan. Bahasa standar lebih efektif daripada bahasa nonstandar dan
biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.
b.Kata ilmiah dan kata populer
Kata-kata ini dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi dalam diskusi-
diskusi yang khusus, dan dalam diskusi-diskusi ilmiah. Perbedaan kata populer
dan kata ilmiah

Kata Populer Kata Ilmiah


Sesuai Harmonis
Pecahan Fransi
Aneh Eksentrik
Bukti Argumen
Kesimpulan Konklusi

c. Kata Percakapan
Kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan
atau pergaulan orang-orang yang terdididk. Pengertian percakapan ini disini sama
sekali tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar tidak terpelihara
atau tidak disenangi. Bahasa percakapan yang dimaksud di sini lebih luas dari
pengertian kata-kata populer, kata-kata percakapan mencakup pula sebagian kata-
kata ilmiah yang biasa dipakai oleh golongan terpelajar.

d.Bahasa Artifisial

60
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Fakta dan pernyataan-
pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan langsung tak
perlu disembunyikan.

2.4 Jenis-jenis Makna Kata


Jenis makna kata dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut
pandang.
a. Jenis makna kata berdasarkan jenis semantiknya : makna leksikal
dan makna gramatikal.
b. Jenis makna kata berdasarkan ada tidaknya referen : makna
referensial dan makna nonreferensial.
c. Jenis makna kata berdasarkan ada tidaknya nilai rasa : makna
konotatif dan makna denotatif.
d. Jenis makna kata berdasarkan ketepatan maknanya : makna istilah
atau makna umum dan makna khusus.
Namun secara umum, jenis-jenis makna kata digolongkan dalam
dua jenis, yaitu: makna konseptual dan makna kontekstual.

2.5 Relasi Makna


Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa indonesia, sering kita temui adanya
hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa
lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Hubungan atau relasi
kemaknaan ini mungkin menyangkut hal sinonim, antonim, polisemi, ambiguitas,
hiponim, redundansi, dan sebagainya. Berikut ini akan dibicarakan masalah
tersebut satu persatu.

a.Sinonim
Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu
anoma yang berarti “nama”, dan syn yang berarti “dengan”. Maka secara harfiah
kata sinonim berarti “nama lain untuk benda atau hal yang sama”. Secara
semantik Verhaar mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau
kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.
Umpamanya kata buruk dan jelek adalah dua buah kata yang bersinonim ; bunga,
kembang, dan puspa adalah tiga buah kata yang bersinonim; mati, wafat,
meninggal, dan mampus adalah empat buah kata yang bersinonim.
Contoh lain :
Binatang = fauna
Bohong = dusta
Haus = dahaga
Pakaian = baju
Bertemu = berjumpa

61
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Buruk = jelek
Bunga = kembang
Mati = wafat
Hulubalang = komandan
Aku = saya
Melihat = melirik

b.Antonim
Kata antonim berasal dari kata yunani kuno, yaitu onoma yang artinya
‘nama’ dan anti yang artinya ‘melawan’. Makna secara harfiah anonim berarti
‘nama lain untuk benda lain pula’. Secara semantik, Verhaar mendefinisikan
sebagai : ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase
atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain.
Misalnya kata bagus adalah berantonim dengan kata buruk ; kata besar
berantonim dengan kata kecil. Contoh lain :
Hidup >< Mati
Besar >< Kecil
Suami >< Istri
Keras >< Lembek
Naik >< Turun
Kaya >< Miskin
Surga >< Neraka
Pria >< Wanita
Haram >< Halal
Atas >< Bawah

c.Homonim, Homofon, Homograf


Kata Homonim berasal dari bahasa yunani kuno onoma yang artinya ‘nama’
dan homo artinya ‘sama’. Secara harfiah homonim dapat diartikan sebagai ‘nama
untuk benda atau hal lain’. Secara semantik Verhaar memberi definisi homonim
sebagai ungkapan (berupa kata, rasa, atau kalimat) yang bentuknya sama dengan
ungkapan lainnya (juga berupa kata, frasa atau kalimat) tetapi maknanya tidak
sama. Hubungan antara dua buah kata yang homonim bersifat dua arah. Misalnya
antara kata bisa yang berarti ‘racun ular’ dan kata bisa yang berarti ‘sanggup atau
dapat’. Contoh homonim :
Buku = Ruas
Buku = Kitab
Rapat = Berdempet-dempetan
Rapat = Pertemuan
Beruang = Hewan
Beruang = Punya Uang

62
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Genting = Gawat
Genting = Benda Penutup Atap Rumah
Malam = Nama Waktu Lawannya Siang
Malam = Nama Zat Bahan Membatik

Disamping homonim adapula istila homofon dan homograf. Homofon


dilihat dari segi ‘bunyi’ (homo=sama, fon=bunyi) misalnya : ‘bank’ yang berarti
tempat menyimpan uang dan ‘bang’ yang berarti kakak laki-laki sedangkan
homograf dilihat dari segi ‘tulisan,ejaan’ (homo=sama, grafo=tulisan) misalnya :
‘apel’ yang berarti berkunjung ‘apel’ yang berarti buah. Homofon sebenarnya
sama saja dengan homonim, karena realisasi bentuk-bentuk bahasa adalah berupa
bunyi. Namun dalam bahasa indonesia ada sejumlah kata yang homofon tetapi
ditulis dengan ejaan yang berbeda karena ingin memperjelas perbedaan makna.

Contoh homofon :
Sangsi = Ragu-ragu
Sanksi = Hukuman
Bank = Tempat Menabung
Bang = Panggilan Untuk Orang Laki-laki
Rok = Pakaian
Rock = Aliran Musik
Massa = Kerumunan Orang
Masa = Waktu

Contoh homograf :
Apel (seperti kata teh) = Upacara
Apel (lafal e seperti pada kata teman) = Nama Buah
Teras (lafal e seperti pada kata tebu) = Inti Kayu
Teras (lafal e seperti pada kata sate) = Beranda
Serang (lafal e seperti pada kata setan) = Nama Kota
Serang (lafal e seperti pada kata sepatu) = Perang

d.Hiponim dan Hipernim


Kata hiponim berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu onoma berarti ‘nama’
dan hypoberarti ‘dibawah’ jadi, secara harfiah berarti ‘nama yang termasuk
dibawah nama lain’. Secara semantik, Verhaar menyatakan hiponim ahila
ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat juga fase atau kalimat) yang
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satu ungkapan lain. Kalau
relasi antara dua buah kata yang bersinonim, berantonim, dan berhomonim
bersifat dua arah, maka relasi antara dua buah kata yang berhiponim kini adalah
searah.

63
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Konsep hiponim dan hipernim mengandaikan adanya kelas bawahan dan
kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berada dibawah makna kata lainnya.
Karena itu, ada kemungkinan sebuah kata yang merupakan hipernim terhadap
sejumlah kata lain, akan menjadi hiponim terhadap kata lain yang hyrarkial berada
diatasnya. Konsep hiponim dan hipernim mudah diterapkan pada kata benda tapi
agak sukar pada kata kerja atau kata sifat.
Contoh :
Hipernim = Hewan
Hiponim = Ayam, Kambing, Harimau, Gajah, Sapi
Hipernim = Buah
Hiponim = Apel, Anggur, Durian, Pisang, Jeruk
Hipernim = Karya Ilmiah
Hiponim = Essay, Artikel, Makalah, Proposal, Laporan
e.Polisemi
Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa atau (terutama kata, bisa
juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Misalnya, kata kepala dalam
bahasa indonesia memiliki enam makna. Namun makna yang banyak dari sebuah
kata yang polisemi itu masih ada sangkut pautnya dengan makna asal, karena
dijabarkan dari komponen makna yang ada pada akna asal kata tersebut.
Persoalan lain yang berkenaan dengan polisem ini adalah bagaimana kita
bisa membedakannya dengan bentuk-bentuk yang disebut homonim.
Perbedaannya yang jelas adalah bahwa homonim bukanlah sebuah kata melainkan
dua buah kata atau lebih yang kebetulan bentuknya sama. Tentu saja karena
homonim ini bukan sebuah kata, maka maknanya pun berbeda.
Di dalam kamus-kamus bentuk-bentuk yang homonim didaftarkan sebaai
entri-entri yang berbeda. Sebaliknya bentuk-bentuk polisemi adalah sebuah kata
yang memiliki makna lebih dari satu, karena polisemi ini adalah sebuah kata maka
di dalam kamus didaftarkan sebagai sebuah entri. Satu lagi perbedaan antara
homonim dan polisemi, yaitu makna-makna pada bentuk homonim tidak ada
kaitan atau hubungannya sama sekali antara yang satu dengan yang lainnya.
Penggunaan polisemi dalam kalimat

Polisemi kata tangan Tangan Adin terluka karena terkena pisau


Ayah saya tangan kanan menteri
Polisemi kata kepala Tiap kepala diwajibkan membayar uang pajak
Ayah saya adalah seorang kepala sekolah
Polisemi kata memeluk Keluarga saya memeluk agama Islam
Saya sangat ingin memeluk ibu saya

f.Ambiguitas

64
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Ambiguitas sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau
mendua arti. Konsep ini tidak salah tetapi, juga kurang tepat sebab tidak dapat
dibedakan dengan polisemi. Polisemi dan ambiguitas memang sama-sama
bermakna ganda. Hanya kalau kegandaan makna dalam polisemi berasal dari kata,
sedangkan kegandaan kata dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang
lebih besar yaitu frase atau kalimat, dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur
gramatikal yang berbeda. Dalam bahasa lisan penafsiran anda ini tidak akan
terjadi karena struktur gramatikal itu dibantu oleh unsur intonasi.
Perbedaan antara ambiguitas dan homonim adalah homonim dilihat
sebagai dua bentuk yang kebetulan sama dan dengan makna yang berbeda
sedangkan ambiguitas adalah suatu bentuk dengan makna yang berbeda sebagai
akibat dari berbedanya penafsiran struktur gramatikal bentuk tersebut. Lagipula
ambiguitas hanya terjadi pada satuan frase dan kalimat, sedangkan homonim
dapat terjadi pada semua satuan gramatikal.
Contohnya:

1) Dikutip dari sebuah surat kabar, yang terbit pada tanggal 22 Agustus 2007
denan judul berita: “nyawa kedua flu burung”. Judul tersebut dapat memiliki
banyak arti seperti:
Arti 1 : flu burung memiliki dua nyawa.
Arti 2 :flu burung telah merebut nyawa kedua (telah ada korban kedua)
2) Diambil dari sebuah surat kabar, yang terbit pada tanggal 26 November
dengan judul berita: “anak dipukuli onglomerat balas dengan”.
Arti 1 : anak konglomerat yang dipukuli lalu orang tuanya balas dendam
Arti 2 : seoran anak (bukan dari keluarga konglomerat) dipukuli oleh
konglomerat dan kerabatnya balas dendam kepada konglomerat
3) Diambil dari sebuah surat kabar yang terbit pada tanggal 19 Juni 2007 dengan
judul berita “petugas periksa KTP diamankan”.
Arti 1 : petugas yang bertugas memeriksa KTP yang diamankan
Arti 2 : petugas pemeriksa itu KTP-nya diamankan (disita)

g. Perubahan Makna Kata


Bahasa itu dinamis. Suatu bahasa busa tumbuh berkembang, berubah,
mengglobal, atau sebaliknya, bahasa yang tenggelam dan mati dibawa oleh
penuturnya. Dinamika bahasa tersebut terjadi pula dalam ranah makna. Karena
berbagai faktor makna dapat berubah atau bergeser dari makna sebelumnya.
a. Faktor-faktor Penyebab Perubahan
1) Ilmu dan teknologi
2) Sosial dan budaya
3) Perbedaan bidang pemakaian

65
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
4) Adanya asosiasi
5) Pertukaran tanggapan indra
6) Perbedaan tanggapan
7) Adanya penyingung kata
8) Proses gramatikal
9) Pengembangan istilah

b.Macam-macam Perubahan Makna


1) Meluas (generalisasi)
Cakupan makna sekarang (kini) lebih luas daripada makna yang lama.
Contoh : Pelayaran ke negara perancis itu dipimpin oleh kapten
sugianto. Kata pelayaran dahulu atau asal maknanya mengarungi
lautan dengan perahu layar tetapi kini kata pelayaran juga bermakna
mengarungi lautan dengan kapal bermesin.
2) Menyempit (spesialisasi)
Cakupan makna kata yang sekarang lebih sempit atau terbatas daripada
makna yang terdahulu atau makna asalnya. Contoh : Saya bercita-cita
ingin menjadi sarjana pendidikan. Kata sarjana dahulu dipakai untuk
menyebut cendikiawan atau orang pintar atau orang berilmu. Sekarang
kata sarjana dipakai untuk menyebut orang yang telah lulus dari
jenjang strata satu di perguruan tinggi.
3) Membaik (Amelioratif)
Suatu proses perubahan makna yang membuat makna kata baru
dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilai rasa bahasanya daripada
makna kata lama. Contoh : Anak-anak penyandang tunarungu pun
berhak mengenyam pendidikan.
4) Memburuk
Suatu proses perubahan makna yang membuat makna kata baru dirasa
lebih rendah nilai rasa bahasanya daripada nilai pada makna kata lama.
Contoh :Direktur perusahaan ini ternyata berbini tiga. Kata bini
dianggap baik pada masa lampau, tetapi sekarang dirasa kasar.
5) Sinestesia
Perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indra
yang berlainan. Misalnya : pengecap, pendengaran, pendengaran,
pengecap, penglihatan, pengecap. Contoh : Suara penyanyi Rosa
sampai saat ini masih empuk. Kata empuk sebenarnya yang merasakan
adalah indra peraba (kulit) dengan makna lunak atau tidak keras. Akan
tetapi, pada kalimat tersebut kata empuk yang merasakan adalah indra
pendengar (telinga) dengan makna merdu.
6) Asosiatif

66
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Perubahan makna kata yang terjadi karena bersamaan sifat. Contoh :
Orang itu mencatut nama penjabat untuk mencari sumbangan.

Kata catut berarti alat untuk menarik atau mencabut paku dan sebagainya.
Berdasarkan persamaan sifat ini, kata catut dipakai untuk menyatakan
makna mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Idiom dan Ungkapan Idiomatis


Idiom adalah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (fasih) dan
maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur yang
membentuknya. Contoh :
a. Selaras dengan, insaf akan, berbicara tentang, terima kasih atas,
berdasarkan pada/kepada.
b. Membanting tulang, bertekuk lutut, mengadu domba, menarik hati,
keras kepala.
Pada contoh (a) terlihat bahwa kata tugas dengan, akan, tentang, atas, dan
pada/kepada dengan kata yang digabunginya merupakan ungkapan tetap sehingga
tidak dapat diubah atau digantikan dengan kata tugas yang lain. Demikian pula
pada contoh (b) idiom-idiom tersebut tidak dapat diubah dengan kata yang lain-
lain.
a. Idiom dengan bagian tubuh
hati kecil : maksud yang sebenarnya
mendarah daging : sudah menjadi kebiasaan
kepala angin : bodoh
b. Idiom dengan kata indra
pendek permintaan : singkat umurnya
besar kepala : sombong
pakaian kebesaran : kehormatan
c. Idiom dengan warna
merah muka : kemalu-maluan
merah telinga : marah sekali
jago merah : api kebakaran
d. Idiom dengan nama benda-benda alam
tanah tumpah darah : tanah tempat lahir
gerakan di bawah tanah : gerakan rahasia
makan tanah : miskin sekali
e. Idiom dengan nama binatang
kambing hitam : orang yang dipersalahkan
kelas kambing : kelas paling murah
kuda hitam : pemenang yang tak diduga-duga

67
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
f. Idiom dengan bagian tumbuh-tumbuhan
pohon kejahatan : asal mula
batang air : sungai
sebatang kara : hidup seorang diri
g. Idiom dengan kata bilangan
bersatu padu : bersatu benar-benar
bersatu hati : seiya sekata
berbadan dua : hamil
Contoh kata yang belum idiomatik :
Berita selengkapnya dibacakan Nita Bonita.
Contoh kata yang sudah idiomatik :
Berita selengkapnya dibacakan oleh Nita Bonita.
Perhatikan contoh pemakaian kata berpasangan yang salah dalam
kalimat berikut, perbaikannya dengan memakai pasangan kata yang
ditempatkan dalam tanda kurung.
Permasalahan ini terjadi disebabkan karena kelalaian kitra.
(seharusnya disebabkan oleh)

Kesalahan Pemakaian Kata dan Gabungan Kata


a.Kesalahan penggunaan kata kepanjangan, singkatan, dan kependekan.
Contoh penggunaan kata kepanjangan :
BNN adalah kepanjangan dari Badan Narkotika Nasional. (Salah)
Kepanjangan dari BNN adalah Badan Narkotika Nasional. (Benar)
Contoh penggunaan kata singkatan :
TNI singkatannya adalah Tentara Nasional Indonesia. (Salah)
TNI sudah merupakan singkatan atau akronim dan tidak bisa disingkat
lagi. Seharusnya :
TNI singkatan dari Tentara Nasional Indonesia. (Benar)
Contoh penggunaan kata kependekan :
Hardiknas kependekannya adalah Hari Pendidikan Nasional. (Salah)
Seharusnya :
Hardiknas kependekan dari Hari Pendidikan Nasional (Benar)
Kasus kesalahan penggunaan kata kependekan sama dengan penggunaan
kata singkatan di atas. Kependekan merupakan kata bentukan dari kata dasar
pendek yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an, yang artinya sama dengan
akronim. Kesalahan-kesalahan tersebut tentu perlu dihindari. Apalagi jika yang
menggunakan kata tersebut adalah seorang guru, mahasiswa, atau dosen dan
dalam tulisan ilmiah, yang bukan hanya dari isi yang harus baik, tetapi dari tata
bahasa juga harus dituntut memenuhi kaidah bahasa indonesia yang baik dan
benar.

68
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
a. Kesalahan pemakaian kata dengan, di, dan ke.
Contoh pemakaian kata dengan dalam kalimat yang tidak tepat,
sebagai berikut :
Sampaikan salam saya dengan Dani.
Kata dengan pada kalimat diatas seharusnya diganti dengan
kepada karena tidak sesuai apabila dipakai dengan kalimat
tersebut, karena kata dengan yang berarti bersama.
Pemakaian kata di dalam kalimat sering tidak tepat pula. Contoh :
Dokumen itu ada di kita. (seharusnya pada)
Pemakaian kata ke dalam kalimat sering tidak tepat, kata yang
dipakai seharusnya kata yang ditempatkan dalam tanda kurung.
Contoh :
Tolong berikan buku ini ke Tika. (seharusnya kepada)
b. Kesalahan pemakaian kata berbahagia
Pemakaian kata berbahagia dalam kalimat sering tidak tepat dan
keliru. Contoh :
Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mengajak
hadirin untuk menyaksikan peresmian hotel kami. (Salah)
Pada kesempatan yang membahagiakan ini, kemi mengajak
para hadirin untuk menyaksikan peresmian hotel kami.
(Benar)
Perhatikan proses perubahan kata sifat menjadi kata kerja dan arti
yang ditimbulkannya :
1) Bahagia (ks) = berbahagia (kk) = “merasa bahagia”
2) Sedih (ks) = bersedih (kk) = “merasa sedih”
3) Manis (ks) = bermanis muka (kk) = “menunjukkan muka yang
manis”
c. Kesalahan pemakaian gabungan kata yang mana, di mana,
daripada. Contoh :
Marilah kita dengarkan sambutan yang mana akan
disampaikan oleh Pak Lurah. (Salah)
Marilah kita dengarkan sambutan yang akan disampaikan
oleh Pak Lurah. (Benar)
Contoh berikutnya :
Demikian tadi sambutan Pak Lurah di mana beliau telah
mengimbau kita untuk lebih tekun bekerja.
Kalimat di atas seharusnya di pecah menjadi dua kalimat, menjadi :
Demikian tadi sambutan Pak Lurah. Beliau telah
mengimbau kita untuk lebih tekun bekerja.
Contoh selanjutnya :

69
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Marilah kita perhatikan kebersihan daripada lingkungan
kita. (Salah)
Kalimat di atas kurang tepat karena mengikutsertakan kata
daripada.
Marilah kita perhatikan kebersihan lingkungan kita.
(Benar)
Pemakaian gabungan kata di mana, yang mana, dan daripada yang
tepat, yaitu:
1) Bentuk gabungan dimana dipakai sebagai kata tanya untuk
menanyakan tempat. Contoh : Anda tinggal di mana ?
2) Bentuk gabung yang mana dipakai dalam kalimat tanya yang
mengandung pilihan, termasuk dalam pertanyaan retoris.
Contoh : Komputer yang mana yang akan kita bawa ?
Berikut ini akan dijelaskan mengenai analisis kesalahan dalam
pemilihan kata/diksi.

Analisis Kesalahan dalam Pemilihan Kata

Kesalahan Salah Benar


Konjungsi …metode pengumpulan …metode pengumpulan data,
Koordinatif data, metode pembahasan pembahasan data, dan
“dan” data, bagaimana penyuntingan hasil analisis data.
menyajikan hasil analisis
data.
Konjungsi …sangat bermanfaat …sangat bermanfaat sebagai
Koordinatif sebagai peranti penentuan peranti penentuan sumber data
“serta” sumber data lokasional lokasional dan penentuan
serta penentuan sumber sumber data substansial,serta
data substansi, dan penentuan sampel data
penentuan sampel data penelitian
penelitian.
Konjungsi Langkah kedua yang harus Langkah kedua yang harus
Koordinatif silakukkan peneliti adalah dilakukan peneliti adalah
“atau” menentukan lokasi menentukan lokasi penelitian
penelitian, data, sumber atau lokasi sumber data
data penelitian.
Konjungsi Tetapi, hasil analisis data Akan tetapi, hasil analisis data
Koordinatif dengan sangat jelas dengan sangat jelas
“tetapi” menunjukkan segnifikan. menunjukkan segnifikan.
Konjungsi Pendekatan yang Pendekatan yang digunakan

70
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Koordinatif digunakan dalam dalam penelitian ini bukan
“melainkan” penelitian ini bukan pendekatan kualitatif, tetapi
pendekatan kualitatif, gabungan antara pendekatan
melainkan gabungan kuantitatif dan pendekatan
antara pendekatan kualitatif.
kuantitatif dan pendekatan
kualitatif.

Tabel Analisis Kesalahan dalam Pemilihan Kata

Kesalahan Salah Benar


Konjungsi …metode pengumpulan …metode pengumpulan data,
Koordinatif data, metode pembahasan pembahasan data, dan
“dan” data, bagaimana penyuntingan hasil analisis data.
menyajikan hasil analisis
data.
Konjungsi …sangat bermanfaat …sangat bermanfaat sebagai
Koordinatif sebagai peranti penentuan peranti penentuan sumber data
“serta” sumber data lokasional lokasional dan penentuan
serta penentuan sumber sumber data substansial,serta
data substansi, dan penentuan sampel data
penentuan sampel data penelitian
penelitian.
Konjungsi Langkah kedua yang harus Langkah kedua yang harus
Koordinatif silakukkan peneliti adalah dilakukan peneliti adalah
“atau” menentukan lokasi menentukan lokasi penelitian
penelitian, data, sumber atau lokasi sumber data
data penelitian.
Konjungsi Tetapi, hasil analisis data Akan tetapi, hasil analisis data
Koordinatif dengan sangat jelas dengan sangat jelas
“tetapi” menunjukkan segnifikan. menunjukkan segnifikan.
Konjungsi Pendekatan yang Pendekatan yang digunakan
Koordinatif digunakan dalam dalam penelitian ini bukan
“melainkan” penelitian ini bukan pendekatan kualitatif, tetapi
pendekatan kualitatif, gabungan antara pendekatan
melainkan gabungan kuantitatif dan pendekatan
antara pendekatan kualitatif.
kuantitatif dan pendekatan
kualitatif.
Konjungsi Padahal, respon penelitian …padahal, responden penelitian
Koordinatif ini sudah dipilih dengan ini sudah dipilih dengan

71
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
“padahal” menggunakan metode menggunakan metode yang
yang benar. benar.
Konjungsi Sedangkan metode ...sedangkan metode wawancara
Koordinatif wawancara digunakan digunakan untuk
“sedangkan” untuk mengumpulkan data mengumpulkan data deskriptif
deskriptif dari informan… dari informan…
Kasus namun Namun demikian, Namun, penelitian ini sudah
demikian penelitian ini sudah dilaksanakan dengan prosedur
dilaksanakan dengan yang benar.
prosedur yang benar.
Kasus sering Mahasiswa sebagai Mahasiswa sebagai pengumpul
kali pengumpul data dalam data dalam penelitian itu sering
penelitian ini seringkali tidak dapat melaksanakan tugas
tidak dapat melaksanakan karena izin.
tugas karena izin.
Kasus Penyelesaian kasus ini Penyelesaian kasus ini jauh
ketimbang jauh lebih bagus lebih bagus daripada
ketimbang penyelesaian penyelesaian kasus yang
kasus yang sebelumnya. sebelumnya.
Kasus dan Baik-buruknya hasil Baik-buruknya hasil penelitian
lain penelitian sangat sangat ditentukan oleh faktor
sebagainya ditentukan oleh faktor pengalaman peneliti, waktu
pengalaman peneliti, pelaksanaan penelitian, dan lain-
waktu pelaksanaan lain.
penelitian, dan lain
sebagainya.
Kasus Sebuah kasus biasa saja Sebuah kasus bisa saja
tergantung berkembang menjadi berkembang menjadi sangat
berita sangat besar dan hal ini besar dan hal ini tergantung
tergantung berita yang pada berita yang di buat oleh
dibuat oleh media massa. media massa.
Kasus Perebutan gelar juara Perebutan gelar juara dunia
antara… dunia antara X melawan Y antara X dan Y akan segera
melawan akan segera dilaksanakan dilaksanakan bulan depan.
bulan depan.
Kasus Kecelakaan fatal itu terjadi Kecelakaan fatal itu terjadi
antara… karena tabrakan antara bus karena tabrakan antara bus yang
dengan yang melaju sangat melaju sangat kencang dan truk
kencang dengan truk barang dari arah berlawanan
barang dari arah yang yang berjalan di disisi kanan.
berlawanan yang berjalan

72
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
di sisi kanan.
Kasus Mereka-mereka terlibat Mereka yang terlibat dalam
mereka- dalam penelitian ini adalah penelitian ini adalah para
mereka para mahasiswa senior dan mahasiswa senior dan dosen-
dosen-dosen muda. dosen muda.
Kasus Ketidakberesan dalam Ketidak beresan dalam
disebabkan penelitian ini penelitian ini sesungguhnya
karena sesungguhnya disebabkan disebabkan oleh persiapan
karena persiapan prapenelitian yang kurang baik.
prapenelitian yang kurang
baik.
Kasus Dia tidak masuk kerja Dia tidak masuk bekerja pada
dikarenakan pada hari ini dikarenakan hari ini karena sakit demam.
sakit demam.
Kasus Penelitian ini bertujuan Penelitian ini bertujuan merevisi
bertujuan untuk merevisi hasil hasil temuan pada penelitian
untuk temuan pada penelitian sebelumnya yang di anggap
sebelumnya yang belum tuntas.
dianggap belum tuntas.
Kasus Putri Sebaiknya putri bapak Sebaiknya anak bapak
Bapak dilibatkan dalam kegiatan dilibatkan juga dalam kegiatan
ini supaya memiliki ini supaya memiliki kesempatan
kesempatan berkembang. untuk berkembang.
Kasus saya Saya haturkan terima Saya sampaikan terima kasih
haturkan kasih atas segala bantuan atas segala bantuan dan
dan kerja sama yang telah kerjasama yang telah terjalin
terjalin selama ini. selama ini.
Kasus dia Untuk segala ketidak Untuk semua ketidaknyamanan
sudah matur nyamanan ini dia sudah ini dia sudah bicara kepada
matur kepada Direktur Direktur.
Kasus bebas Di tempat ini semua Di tempat ini semua kendaraan
parkir kendaraan dapat bebas dapat parkir gratis.
parkir
Kasus baik … Baik sumber data dan Baik sumber data maupun
dan pengambilan sampel data pengambilan sampel data harus
harus dilakukkan dengan dilakukan dengan baik dan
cermat. cermat.
Kasus baik… Keberhasilan penelitian Keberhasilan penelitian sangat
ataupun sangat ditentukan baik ditentukan baik oleh faktor
oleh faktor internal internal maupun faktor
ataupun faktor eksternal eksternal.

73
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Kasus Ketidakberhasilan Ketidakberhasilan penelitian ini
bukan… penelitian ini bukan saja tidak saja disebabkan oleh
tetapi disebabkan oleh persiapan persiapan yang tidak baik tetapi
yang tidak baik tetapi juga juga karena kendala lapangan
karena kendala lapangan yang tidak mudah diselesaikan.
yang tidak mudah
diselesaikan.
Kasus tidak Tidak saja mahasiswa Bukan saja mahasiswa
… melainkan melainkan juga para dosen melainkan juga para dosen yang
yang masih perlu belajar masih perlu belajar banyak
banyak tentang bahasa tentang bahasa penyuntingan.
penyuntingan.
Kasus Program pengentasan Program penanganan
mengentaska kemiskinan di Negara kita kemiskinan di Negara kita ini
n kemiskinan ini tidak akan berhasil tidak akan berhasil karena
karena sasarannya tidak sasarannya tidak sepenuhnya
sepenuhnya tepat. tepat.
Kasus Pintu keluar mana, Pintu keluarnya mana, kampus
pintunya kampus ini cukup ini cukup membingungkan.
keluar mana membingungkan.
Kasus Tetapi, jadwal Akan tetapi, jadwal pelaksanaan
tetapi… pelaksanaan persentasi persentasi penelitian
penelitian fundamental fundamental belum diumumkan
belum diumumkan di di internet.
internet.
Kasus… Penyusunan laporan Penyusunan laporan penelitian
namun penelitian ini tidak bisa ini tidak bisa diselesaikan oleh
diselesaikan oleh banyak banyak orang, tetapi cukup
orang, namun cukup dikerjakan oleh satu atau dua
dikerjakan oleh satu atau orang saja.
dua orang saja.
Kasus kata Sedangkan redaktur harus Adapun redaktur harus siap di
sedangkan… siap di ruang redaksi mulai ruang redaksi mulai pukul 13.00
pukul 13.00 WIB. WIB.
Bentuk kata Tetapi, kerjasama itu harus Akan tetapi, kerja sama itu
tetapi … ditanggapi dengan serius. harus ditanggapi dengan serius.
Bentuk Karena, masalah itu …karena, masalah itu dijadikan
karena dijadikan sebagai sebagai pertimbangan utama
pertimbangan utama dalam kompetisi jurnalistik.
dalam kompetisi
jurnalistik.

74
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Kasus frasa Kesalahan ini disebabkan Kesalahan ini terjadi karena para
disebabkan karena para jurnalis tidak jurnalis tidak sepenuhnya
karena sepenuhnya memerhatikan memperhatikan kaidah
kaidah linguistik dalam linguistik dalam berjunalistik.
berjunalistik.
Kasus kata Sehubungan rapat redaksi, Sehubungan dengan rapat
sehubungan diskusi sore ini ditunda redaksi diskusi sore ini ditunda
nanti malam nanti malam
(Sumber: Rahardi Kunjana,2010:43)

III. RANGKUMAN
Diksi merupakan pemilihan kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita
ungkapkan. Diksi mencakup pengertian kata yang harus dipakai untuk mencapai
suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata yang tepat atau
menggunakan ungkapan-ungkapan, dan gaya bahasa yang paling baik digunakan
dalam suatu situasi. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) atau karya ilmiah adalah
dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata.
Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk
mendapatkan efek yang dikehendaki.

DAFTAR RUJUKAN
Rahardi, K. 2010. Penyuntingan BAHASA INDONESIA untuk Karang-
Mengarang. Jakarta: Erlangga

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Identitas Diri

75
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Nama : ………………………………………………..…………………….
NIM : ……………………………………………….…………………….
Prodi : ………………………………………………….………………….
Fakultas : ……………………………………….……………………….

Pertanyaan
1Apakah yang dimaksud dengan diksi
…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

2Sebutkan dan jelaskan fungsi penggunaan diksi

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..
3.Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis diksi

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..
4.Sebutkan prinsip-prinsip penggunaan diksi

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

76
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
5. Apakah yang dimaksud dengan idiom ? Berikan contohnya

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

6. Carilah suatu artikel dalam surat kabar, kemudian analisislah pemilihan kata
dalam artikel tersebut. Apakah menggunakan kata ilmiah ilmiah atau populer,
analisislah dan tunjukkan dengan indikator yang jelas! Masing-masing kelompok
mengumpulkan satu eksemplar laporan. Laporan hanya memuat hasil analisis dan
pembahasan. Menggunakan kertas kuarto A4 70 gr, dengan batas atas 4 cm,bawah
3 cm, kiri 4 cm, dan kanan 3 cm. Jarak spasi 1,5 menggunakan huruf Times New
Roman, ukuran 12. Jumlah halaman minimal 5 halaman.

KALIMAT EFEKTIF

77
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
I.TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memahami kalimat efektif dan mampu mengaplikasikannnya
dalam pembelajaran yang sifatnya ilmiah.

II. MATERI PEMBELAJARAN


2.1 Pengertian Kalimat Efektif
“Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan
dapat menyampaikan informasi secara tepat” (Widjono, Hs.,2005: 148). Kalimat
dikatakan singkat apabila hanya menggunakan unsur yang diperlukan saja. Tidak
ada unsur yang tidak berfungsi. Padat berarti, semua informasi berada di
dalamnya. Dengan sifat ini tidak terjadi pengulangan-pengulangan
pengungkapan. Sifat jelas ditandai dengan kejelasan struktur kalimat dan makna
yang terkandung di dalamnya. Sifat lengkap mengandung makna kelengkapan
struktur kalimat secara gramatikal dan kelengkapan konsep atau gagasan yang
terkandung di dalam kalimat tersebut.
“Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan menyampaikan
pesan, gagasan, dan pemikiran dari pemberi pesan ke penerima pesan, seperti apa
yang ada dalam pikiran pembicara dan penulis” (Ramadansyah, 2012: 36).
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca
seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat yang sangat
mengutamakan keefektifan informasi, membuat  kalimat itu dapat terjamin.
Lebih singkat, pengertian kalimat efektif adalah kalimat yang disampaikan
pembicara atau penulis mengikuti ketentuan ilmiah, sehingga mudah dipahami
oleh penyimak atau pembaca.

2.2 Ciri-ciri kalimat efektif


Widjono Hs, (2005) membagi ciri-ciri kalimat efektif atas 5 bagian. Lima
ciri tersebut adalah: keutuhan, kesejajaran, kefokusan, kehematan, kecermatan
dan kesantunan, serta kevariasian.

1. Keutuhan
Keutuhan atau kesatuan kalimat ditandai oleh adanya kesepadanan struktur
dan makna kalimat. Kalimat secara gramatikal mungkin benar, tetapi maknanya
kemungkinan salah. Misalnya:
Saya saling memaafkan. (salah)
Rumput makan sapi dikebun guru saya. (salah)
Kalimat itu salah karena tidak adanya kesepadanan struktur dan makna.
Kalimat tersebut seharusnya:

78
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Kami saling memaafkan. (benar)
Sapi makan rumput di kebun guru saya. (benar)

2. Kesejajaran
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan secara
konsisten. Misalnya: pertama kesatuan, kemakmuran, kedamaian, kesejahteraan,
kedua pertanian, perikanan, perkebunan, perdamaian,ketiga mengerjakan,
membawakan, nenertawakan, keempat, diangkat, dijinjing, ditentang, dan dipukul.
Misalnya:
a) Polisi segera menangkap pencuri itu karena sudah diketahui sebelumnya.
(salah)
b) Penulis skripsi harus melakukan langkah-langkah:
1) Pertemuan dengan penasesihat akademis,
2) Mengajukan topik,
3) Melapor kepada ketua jurusan, dan
4) Bertemu pembimbing. (salah)
Seharusnya:
a) Polisi segera menangkap pencuri itu karena sudah mengetahui
sebelumnya.
b) Penulis skripsi harus melakukan langkah-langkah:
1) Menemui penasehat akademis,
2) Mengajukan topik,
3) Melaporkan rencana kepada ketua jurusan, dan
4) Menemui pembimbing. (benar)
Untuk menyatakan kesejajaran ada juga yang mengistilahkan dengan
kesepadanan. Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan)
dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
A. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat
kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat
dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah.(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)
B. Tidak terdapat subjek yang ganda

79
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Soalt itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

C. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal


Contoh:
a. Kami tidak membuat tugas. Sehingga kami dilarang mengikuti kuliah..
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli
sepeda motor Suzuki.

3. Kefokusan
Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar mudah
dipahami maksudnya. Jika tidak, makna kalimat akan sulit ditangkap maknanya.
Hal ini sangat memungkinkan menghambat komunikasi.
Contohnya:
a) Sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk holtikultura ini (tidak
efektif)
Produk holtikutura ini sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya (efektif)
b) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang adalah
modal utama pemasaran produk. (tidak efektif)
Pandai bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama
pemasar produk. (efektif)

4. Kehematan
Untuk menjamin kalimat, setiap unsur kalimat harus berfungsi dengan
baik, unsur yang tidak mendukung kalimat harus dihindarkan. Untuk itu
hindarilah hal-hal berikut:
1) Subjek ganda, misalnya: Hasil penelitian itu saya sudah baca.
Seharusnya, Saya sudah membaca hasil penelitian itu.
2) Penajaman kata yang sudah berbentuk jamak, misalnya:
data (jamak) - data-data (jamak)
Fakta (jamak) - fakta-fakta (jamak)
Mengambili buku-buku - mengambili buku atau mengambil buku-
buku
Mengambili (jamak), buku-buku (jamak)
3) Menggunakan Bentuk Singkat

80
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Kalimat singkat bukan berarti harus pendek-pendek. Akan tetapi, kalimat
harus menggunakan unsur kalimat yang benar-benar berfungsi dan
menghilangkan kata atau ungkapan yang tidak mendukung makna.
Contoh:
Pimpinan memberikan peringatan kepada karyawan agar rajin bekerja
(benar namun tidak singkat)
Pimpinan memperingatkan karyawan agar rajin bekerja
(benar dan singkat)
Meskipun benar, kalimat ini dapat dibuat lebih singkat dengan
mengubah memberikan peringatan menjadi memperingatkan. Perhatikan
kata-kata berikut ini:
Memberikan teguran – menegur
Mengambil tindakan – menindak
Memberikan peringatan – memperingatkan
4) Menggunakan bentuk kata aktif dan bertenaga:
Ia berdiri lalu pergi (aktif tetapi kurang bertenaga)
Ia bangkit lalu pergi (aktif dan bertenaga)
Mereka memperhatikan penjahat itu (aktif tetapi kurang bertenaga)
Mereka mengamati penjahat itu (aktif dan bertenaga

5. Kecermatan dan Kesantunan


Kecermatan dan kesantunan terkait dengan ketepatan memilih kata,
sehingga menghasilkan komunikasi baik, tepat, tanpa gangguan emosional
pembaca atau pendengar. Kalimat dikatakan baik jika pesan yang disampaikan
dapat diterima oleh orang lain. Santun mengandung makna halus, baik, dan sopan.
a) Kecermatan
Kecermatan kata dalam kalimat ditentukan ketepatan pilihan kata. Pilihan
bukan karena enak didengar atau merdu ketika diucapkan melainkan daya
ekspresinya yang eksak (pasti). Banyak  kata dalam bahasa Indonesia yang
hampir sama maknanya. Bahkan, seringkali dianggap sebagai kata yang
bersinonim. Akan tetapi, hanya satu yang paling tepat mengungkapkan
maksud secara cermat.
Misalnya:
Manusia ialah makhluk yang berakal budi. (salah dan tidak cermat)
Kata ialah harus diikuti sinonim, bukan definisi formal. Jika
menggunakan ialah kalimat itu kata manusia disertai sinonim.
Manuasia adalah makhluk yang berakal budi. (benar dan cermat)
Manusia ialah orang. (benar dan cermat)
Selain itu, kecermatan kalimat menyangkut ketepatan bentuk kata,
pemakaian kata berimbuhan, dan tanda baca.

81
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Karena sudah diketahui sebelumnya, mahasiswa itu dapat menjawab tes
dengan mudah. (salah)
Karena sudah mengetahui sebelumnya, mahasiswa itu dapat menjawab tes
dengan mudah. (benar)
b) Kesantunan
Kesantunan kalimat mengandung makna bahwa gagasan yang
diekspresikan dapat mengembangkan suasana yang baik, hubungan yang
harmonis, dan keakraban. Kalimat yang baik dan santun ditandai sifat-
sifat: singkat, jelas, lugas, dan tidak berbelit-belit. Perhatikan contoh
berikut:
Sebagaimana telah ditetapkan, pekerjaan itu biasanya dikerjakan dua kali
seminggu. (salah)
Aspek lain yang perlu dipertimbangkan ialah segi hubungan masyarakat.
(salah)
Sebagaimana telah diterapkan, pekerjaan itu biasanya dilakukan dua kali
seminggu. (benar)
Telah ditetapkan bahwa pekerjaan itu dua kali seminggu (benar)

5. Kevariasian
Kevariasian kalimat dapat dilakukan dengan variasi struktur, diksi, dan
gaya asalkan variasi tersebut tidak menimbulkan perubahan makna kalimat yang
dapat menimbulkan salah pemahaman atau salah komunikasi.
1) Kalimat Berimbang (dalam kalimat majemuk setara)
Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan, dan ketiga anak mereka belajar
di sekolah
2) Kalimat Melepas yaitu melepas (mengubah) fungsi klausa kedua dari
klausa koordinatif dengan klausa utama (pertama) menjadi klausa sematan,
dalam kalimat berikut ini menjadi anak kalimat keterangan waktu.
Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan ketika ketiga anak mereka
belajar di sekolah
3) Kalimat berklimaks yaitu menempatkan klausa sematan (anak kalimat)
pada posisi awal dan klausa utama di bagian akhir.
Ketika ketiga anak itu belajar di sekolah, kedua orang tua mereka bekerja
di perusahaan.

6. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
1. Waktu dan tempat kami persilakan.

82
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
2. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
5. Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir
di daerah tersebut.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
a. Bapak Menteri kami persilakan.
b. Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
c. Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.
d. Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
e. Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu
sering mondar-mandir di daerah tersebut.

7. Ketepatan Diksi
Kecermatan diksi mempermasalahkan penempatan kata. Setiap kata harus
mengungkapkan pikiran secara tepat. Untuk iu, penulis harus membedakan kata
yang hampir bersinonim, struktur idiomatik, kata yang berlawanan makna,
ketepatan dan kesesuaian.

8. Ketepatan Ejaan
Kecermatan menggunakan ejaan dan tanda baca dapat menentukan
kualitas penyajian data. Sebaliknya, kesalahan ejaan dapat menimbulkan
kesalahan komunikasi yang fatal, misalnya: Ia membayar dua puluh lima ribuan.
(Maksudnya: dua-puluh-lima-ribuan =  25 x Rp1.000,00 atau dua-puluh-lima-
ribuan = seratus ribu = 20 x Rp5.000,00).Penggunaan tanda baca, misalnya:
Paman kami belum menikah. Bandingkan dengan: Paman, kami belum menikah
atau Paman kami, belum menikah atau Paman, kami, belum menikah

2.3 Karakteristik Kalimat Efektif


Pada tahun 2007, Widjono membagi karakteristik kalimat efektrif menjadi
10 macam, yaitu: kesepadanan dan kesatuan gagasan, kejelasan subjek dan
predikat, tidak hadirnya subjek ganda, tidak salah dalam menggunakan kata
hubung intrakalimat di dalam kalimat tunggal, tidak menggunakan kata “yang” di
depan predikat, adanya kesejajaran, ketegasan, kehematan, kelogisan, dan
kecermatan.
1. Kesepadanan dan kesatuan gagasan maksudnya informasi tidak terpecah-
pecah, jelas struktur dan makna.
2. Kejelasan subjek dan predikat, dengan tidak menghadirkan kata yang
depan sebelum subjek.

83
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
3. Tidak menghadirkan subjek ganda, karena pada kalimat tunggal hanya
boleh memuat satu subjek.
4. Tidak hadirnya kata penghubing intrakalimat pada kalimat tunggal.
5. Tidak menghadirkan kata yang sebelum predikat
6. Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata pada kata yang paralel
7. Ketegasan adalah suatu penekan pada penegasan ide pokok
8. Kehematan adalah menghindari kata, frasa yang tidak perlu
9. Kelogisan adalah hubungan antarunsur yang logis dan masuk akal
10. Kecermatan kalimat yang dimunculkan tidak memberikan pengertian
ganda.

III. RANGKUMAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang mempunyai kesepadanan struktur,
keparalelan atau kesejajaran  bentuk, ketegasan makna, kehematan kata,
kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa. Kalimat efektif
adalah kalimat yang mengikuti kaidah, dan memberikan kesamaan makna atau
pemahaman antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau penyimak.
2. Ciri-ciri kalimat efektif
Ciri-ciri kalimat efektif adalah adanya keutuhan, kesejajaran, atau
kesepadanan, kefokusan, kehematan, kecermatan dan kesantunan, serta
kevariasian, dan kelogisan.
3. Karakteristik kalimat efektif
Kalimat efektif mempunya beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut
adalah sebagai berikut:
1. kesepadanan dan kesatuan gagasan,
2. kejelasan subjek dan predikat,
3. tidak menghadirkan subjek ganda,
4. tidak menghadirkan kata penghubing intrakalimat pada kalimat tunggal,
5. tidak menghadirkan kata yang sebelum predikat,
6. adanya kesejajaran atau keparalelan,
7. adanya ketegasan,
8. adanya kehematan,
9. adanya kelogisan,
10. adanya kecermatan.

DAFTAR RUJUKAN
Nugraheni, Aninditya Sri. 2017. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana.
Ramadansyah.2012. Paham dan Terampil Berbahasa Indonesia. Bandung: Dian
Aksara Press.

84
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Widjono Hs. 2005. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Identitas Diri
Nama : …………………………………………………………….………….
NIM : ……………………………………………………………….……….
Prodi : ……………………………………………………………………….
Fakultas: ……………………………………………………………………….

Pertanyaan
1.Tulislah pengertian kalimat efektif dengan singkat, jelas, lengkap, dan padat!

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

2.Mengapa sering ditemukan kalimat-kalimat yang tidak efektif?

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

3.Tulislah 5 ciri-ciri kalimat efektif!


……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

85
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
4.Tulislah kalimat efektif dengan ciri-ciri
a. Kesepadanan
……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

Kehematan
……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

Kesejajaran
……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

Kelogisan
……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

5.Tulislah sebuah paragraf dengan kalimat utama “Mahasiswa harus rajin kuliah”
minimal empat kalimat, dan masing-masing kalimat memperhatikan ciri-ciri
kalimat efektif!

86
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

87
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
PARAGRAF

I.TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan menulis paragraf.

II. MATERI PEMBELAJARAN


2.1 Pengertian Paragraf
Dalam surat-surat kabar sering terdapat paragraf-paragraf yang hanya terdiri
atas satu kalimat. Sebaliknya, ada buku-buku yang mengandung paragraf yang
sangat panjang, paragrafnya sampai satu halaman penuh.Dari kedua ekstrim
tersebut, timbullah pertanyaan, “Mana dari kedua ekstrim tersebut yang benar?”.
Lebih jauh lagi,dapat ditanyakan, “Paragraf sebenarnya apa?”.
Paragraf bukanlah suatu pembagian yang konvensional dari suatu bab yang
terdiri atas kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat
saja. Paragraf tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih
tinggi atau lebih luas dari kalimat. Paragraf merupakan himpunan dari kalimat-
kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Dalam paragraph itu, gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan,
yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih
jelas.
Melalui paragraf-paragraf kita mendapat suatu efek lain, yaitu kita bisa
membedakan dimana suatu pikiran utama (gagasan utama) mulai dan berakhir.
Coba bayangkan, bila kita membaca sebuah buku yang sama sekali tidak memberi
pembagian atas paragraf-paragraf. Kita akan menjadi kepayahan menghadapi
seluruh buku itu, kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus sampai selesai,
sehingga sukar untuk mengadakan konsentrasi pikiran dari suatu gagasan
kegagasan yang lain. Kita tidak tahu pasti, dimana suatu ide mulai dan dimana ide
itu berakhir. Itulah sebabnya kita seolah-olah dipaksa untuk membaca terus tanpa
istirahat sampai selesai. Lain halnya kalau dalam buku tersebut sudah diberikan
pembagian atas paragraf-paragraf. Kita akan berhenti sesudah paragraf berakhir,
dan dapat mengadakan konsentrasi pikiran terhadap pikiran utama yang
terkandung didalamnya.
Pembentukan sebuah paragraph sekurang-kurangnya mempunyai tujuan
sebagai berikut:
(1) Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceritakan suatu gagasan
dari gagasan yang lain. Oleh sebab itu, tiap paragraf hanya boleh
mengandung satu pikiran atau gagasan.
(2) Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk
memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhentian pada akhir

88
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
kalimat. Perhentian yang lebih lama tersebut konsentrasi terhadap pikiran
atau gagasan paragraf lebih terarah.
Dapat disimpulkan, pada waktu menulis atau menyusun paragraf, perlu
memperhatikan susunan dan kesatuan pikiran atau gagasannya. Kalimat-kalimat
dalam paragraf harus bertalian satu sama lain secara mesra dan bersama-sama
membentuk suatu bagian yang berpautan.
Walaupun pada prinsipnya, sebuah paragraf harus terdiri atas rangkaian
kalimat-kalimat, tetapi ada paragraf yang hanya satu kalimat, sebagaimana telah
disinggung pada awal uraian ini. Ada beberapa peneyebab paragraf semacam
itu.Pertama, paragraf tersebut kurang baik dikembangkan oleh penulisnya atau
penulis kurang memahami hakikat paragraf. Kedua, memang sengaja dibuat oleh
penulis atau pengarang, karena ia sekedar mengemukakan gagasan tersebut, atau
pengembangannya terdapat pada paragraf-paragaraf berikutnya. Begitu pula,
sebuah paragraf yang hanya satu kalimat, dapat bertindak sebagai peralihan antara
bagian-bagian dalam sebuah tulisan. Dialog-dialog dalam narasi-narasi, biasanya
diperlakukan sebagai satu paragraf.
Agar pemahaman tentang paragraf lebih mendalam, bacalah kutipan berikut ini.

(1) Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam
jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan sarana
pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan
kemasyarakatan. Oleh sebab itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam
bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang integral dari kebijaksanaan
nasional yang tegas di dalam kebudayaan.
(2) Perkembangan kebudayaan Indonesia ke arah peradaban modern
menuntut adanya perkembangan cara berpikir yang ditandai oleh kecermatan,
ketepatan, dan kesanggupan menyatakan isi pikiran secara eksplisit. Ciri-ciri
berpikir dan mengungkapkan isi pikiran ini harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia
sebagai sarana komunikasi dan sebagai sarana berpikir ilmiah dalam hubungan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta modernisasi
masyarakat Indonesia.
(3) Sehubungan dengan itu, mutu dan kemampuan bahasa Indonesia
sebagai sarana komunikasi keagamaan perlu juga ditingkatkan. Bahasa Indonesia
harus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga ia memiliki
kesanggupan menyatukan isi pikiran dengan jelas, tegas, dan eksplisit konsep-
konsep ynag rumit dan abstrak serta hubungan antara konsep-konsep itu sama
lain.
(4) Identitas kebangsaan Indonesia dimanifestasikan bukan saja oleh
bahasa Indonesia melainkan juga oleh bahasa-bahasa daerah. Oleh sebab itu,
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus diimbangi dengan
pembinaan dan pengembangan bahasa-bahasa daerah, sesuai dengan penjelasan
Bab XV Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945.

89
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
(5) Dalam hubungan itu diperlukan adanya keseimbangan antara sikap
bahasa yang positif, baik terhadap bahasa daerah. Juga diperlukan perilaku
berbahasa dan antara sikap bahasa perseorangan dan sikap bahasa bangsa yang
dinyatakan dalam kebijaksanaan nasional.
(Puas, 1980 dalam Soedjito dan Hasan, 1986).

Kutipan di atas terbagi menjadi lima bagian yang dimulai dengan baris baru
dan ditulis agak menjorok ke dalam. Bagian-bagian tersebut terdiri atas kalimat-
kalimat yang berhubung-hubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu
kesatuan pikiran. Itulah yang disebut paragraf.
Paragraf dapat juga diartikan sebagai karangan mini. Dikatakan mini, karena
apa yang diuraikan atau diungkapkan pada suatu paragraf tersebut hanya satu
pikiran atau gagasan utama. Dengan kata lain, paragraf adalah karangan mini yang
hanya membicarakan satu pikiran atau gagasan utama.

2.2 Fungsi Paragraf


Ada tiga fungsi paragraf pada suatu tulisan atau karangan, yaitu sebagai
pembuka, penghubung, dan penutup. Sesuai dengan fungsinya, paragraf-paragraf
tersebut diberi nama(1)paragraf pembuka,(2) paragraf penghubung, dan (3)
paragraf penutup.

1. Paragraf Pembuka
Tiap jenis tulisan atau karangan akan mempunyai paragraf yang membuka
atau mengantarkan tulisannya, atau mengantarkannya pikiran utama ke dalam
bagian-bagian tulisan tersebut. Sebab itu, sifat-sifat dari paragraf semacam ini
harus menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran
pembaca kepada apa yang akan segera diuraikan. Paragraf pembuka yang pendek
jauh lebih baik daripada paragraf yang panjang, sebab paragraf yang panjang
hanya akan menimbulkan kebosanan pembaca.
Alat untuk menimbulkan minat para pembaca, yang dapat dipergunakan
dalam sebuah paragraf pembuka dapat berbeda-beda berdasarkan jenis tulisan atau
karangannya. Namun, ada beberapa cara yang dapat dianjurkan, misalnya:
mulailah dengan sebuah kutipan, peribahasa atau anekdot; mulailah dengan
membatasi arti dari pokok atau subjek tersebut; menunjukkan mengapa subjek itu
sangat penting; membuat tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat
menciptakan sesuatu kontras yang menarik; mengungkapkan pengalaman pribadi
baik yang menyenangkan maupun yang pahit; menyatakan maksud dan tujuan
dari karangan itu; atau dapat juga membuka tulisan atau karangan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

90
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
2. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat antara paragraf
pembuka dan paragraf penutup.Inti persoalan yang akandijelaskan atau
dikemukakan penulis terdapat dalam paragraf penghubung. Karena itu, dalam
membentuk paragraf-paragraf penghubung harus memperhatikan hubungan antara
paragraf yang ada secara teratur dan diatur atau disusun secara logis.
Sifat-sifat paragraf penghubung erat hubungannya dengan jenis tulisan atau
karangannya. Dalam tulisan yang bersifat deskriptif,naratif atau biografi, dan
ekspedisi, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan
yang logis. Apabila uraian-uraian atau penjelasan-penjelasan mengandung
pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau
landasan, untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan
pendapat pengarang.

3. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan atau diharapkan untuk
mengakhiri tulisan atau bagian tulisan atau karangan. Dengan kata lain, paragraf
penutup mengandung simpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam
paragraf-paragraf penghubung.
Seperti halnya dengan kedua macam paragraf di atas (paragraf pembuka dan
penghubung), paragraf penutup berbeda-beda pula sesuai dengan jenis
karangannya. Dalam pembicaraan pokok-pokok ilmiah atau politis, maka ramalan
masa depan merupakan suatu konklusi yang sangat baik. Dalam karangan-
karangan yang diskursif atau kontroversial, dimana dikembangkan pikiran-pikiran
atau argumen-argumen yang segar, maka simpulan yang paling baik adalah
ringkasan persoalan dijalin dengan pandangan pribadi penulis. Dalam biografi,
penilaian terakhir atas karya dan pengaruh orang tersebut merupakan simpulan
yang paling baik. Dalam uraian-uraian mengenai pergerakan atau saat aktivis yang
khusus, misalnya perlawatan, darmawisata, dan lain-lain, maka “tidak ada
persoalan” dalam simpulannya.
Apa saja yang menjadi pikiran atau gagasan utama dari sebuah tulisan atau
karangan, haruslah tetap diperhatikan agar paragraf penutup tidak boleh terlalu
panjang, tetapi juga tidak berarti bahwa paragraf tersebut tiba-tiba dapat
diputuskan begitu saja. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus
merupakan suatu simpulan yang bulat dan betul-betul mengakhiri uraian itu, serta
dapat menimbulkan banyak kesan kepada para pembacanya.

91
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Untuk memperjelas pemahaman Anda mengenai uraian tentang paragraf
pembuka, paragraf penghubung, dan paragraf penutup, perhatikanlah kutipan
yang dipaparkan pada berikut ini.
Pelajaran bahasa mempunyai nilai yang lebih penting apabila
dibandingkan dengan mata-mata pelajaran yang lain, oleh karena, ia akan
menjadi kunci yang akan membukakan pintu yang akan dilalui oleh mata
pelajaran lainnya itu. Hasil pekerjaan remidi yang dilakukan oleh para ahli
dalam membantu murid-murid yang terbelakang telah membuktikan kebenaran
pernyataan di atas. Antara lain, dapat disebutkan di sini hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh Dr. Fernald.
Pada umumnya, murid-murid yang kurang menguasai pemakaian
bahasa, memperlihatkan gejala-gejala perkembangan mental anak-anak yang
kurang baik penggunaan bahasanya. Biasanya, anak-anak yang kurang mampu
berbahasa mempunyai sifat pemalu, pendiam, dan kurang dapat menyesuaikan
diri dalam pergaulan. Hasil pekerjaan remedi dalam pelajaran bahasa
membuktikan, bahwa segera setelah si anak baik penggunaan bahasanya, dari
anak yang tadinya dianggap bodoh oleh karena sering tidak naik kelas, ia
sekarang memperlihatkan dirinya sebagai seorang anak yang cerdas. Malah ada
di antara mereka yang kecerdasannya akhirnyamelebihi anak yang tadinya
dianggap guru lebih cerdas. Dalam pergaulan di sekolah pun, anak itu tidak lagi
bersifat malu-malu dan suka mengasingkandiri, ia menjadi anak yang periang
dan disukai teman-temannya dalam pergaulan.
Banyak contoh yang dapat kita lakukan bahwa anak-anak yang kurang
baik penguasaan bahasanya, bukanlah semata-mata disebabkan kebodohannya,
tetapi mungkin pula disebabkan oleh kesalahan pengajaran bahasa yang
diberikan kepadanya. Kesalahan pelaksanaan pengajaran bahasa yang
diterimanya menyebabkan ia benci kepada mata pelajaran itu, ia menjadi
berputus asa dan akibatnya ia ketinggalan dalam mata pelajaran itu. Hal ini
menyebabkan ia tidak memperoleh penguasaan bahasa yang baik. Kekurang-
mampuannya bahasa ini berakibat pula terhadap mata pelajaran-mata pelajaran
lainnya, sehingga ia sering gagal dalam mengikuti pelajaran dan tertinggal dari
teman-temannya.
Gambaran di atas memperlihatkan kepada kita betapa pentingnya
pengajaran bahasa, dan oleh karena itu menjadi kewajiban guru bahasalah untuk
melaksanakan pengajaran ini dengan sebaik-baiknya(Keraf, 1980).

Paragraf pertama pada kutipan di atas merupakan paragraf pembuka,


uraiannya menunjukkan betapa pentingnya penguasaan bahasa bagi setiap orang.
Paragraf kedua dan ketiga, merupakan paragraf penghubung. Pada paragraf
tersebut terdapat perincian yang sudah dikatakan secara umum pada paragraf
pembuka, yaitu memberikan contoh-contoh konkrit untuk menghidupkan apa
yang disebut secara umum dalam paragraf pembuka. Paragraf ke empat

92
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
merupakan paragraf penutup. Paragraf ini fungsinya menunjukkan secara singkat
apa yang telah diuraikan sebelumnya.

2.3 Syarat-Syarat Paragraf


Seperti halnya dengan kalimat, sebuah paragraf juga harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi tiga syarat,
yaitu: (1) kesatuan, (2) koherensi, dan (3) perkembangan paragraf.

1. Kesatuan Paragraf
Kesatuan paragraf membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan
suatu hal, suatu pikiran atau gagasan tertentu.Kesatuan paragraf tidak boleh
diartikan bahwa ia hanya memuat satu hal saja. Sebuah paragraf yang memiliki
kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi
semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang sebuah
maksud tunggal atau pikiran utama. Maksud tunggal itulah yang disampaikan oleh
penulis dalam paragraf tersebut.
Karena fungsi paragraf untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal,
maka tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak mempunyai
pertalian dengan maksud tunggal tersebut. Penyimpangan-penyimpangan dari
maksud itu hanya akan mempersulit pembaca, dan mempersulit pula titik
pertemuan antara penulis dengan pembaca. Penyimpangan-penyimpangan itu
dapat berbentuk hal-hal sebagai berikut, yaitu: (1) memasukkan sebuah sisipan
atau interupsi yang jelas dalam urutan-urutan gagasan yang ada dan(2) sebuah
penyimpangan secara gradual dari pikiran utama yang harus dibina oleh paragraf
itu, yaitu setiap kalimat berikutnya semakin menyimpang dari tujuan utamanya.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kesatuan yang
terkandung dalam sebuah paragraf, perhatikanlah kutipan (Contoh Paragraf-1)
berikut ini!
Contoh Paragraf-1
Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah bahwasannya
tiap bahasa mempunyai sistem ungkapan yang khusus dan sistem makna yang
khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak tergantung dari pada yang
lain. Sistem ungkapan tiap bahasa dan sistem makna tiap bahasa dibatasi oleh
kerangka alam pikiran yang saya sebut di atas. Oleh sebab itu janganlah kecewa
apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal
kata dalam sistem kata kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya dan
sebagainya.Bahasa Inggris tidak mengenal "unggah-ungguh". Bahasa Zulu tidak
mempunyai kata yang berarti "lembu", tetapi ada kata yang berarti "lembu putih",
"lembu merah", dan sebagainya. Secara teknis,para linguis mengatakan bahwa

93
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
setiap bahasa mempunyai sistem fonologi, sistem gramatikal serta pola semantik
yang khusus (Keraf, 1980).

Dalam contoh kutipan di atas dapat dilihat bahwa Paragraf-1 hanya


mengandung satu pikiran atau gagasan utama, yaitu bahwa "tiap bahasa
mempunyai sistem ungkapan dan sistem makna yang khusus". Gagasan itu,
kemudian dirinci atau dikembangkan lebih jauh dalam kalimat-kalimat
berikutnya, seperti bahasa Indonesia tidak mengenal jamak dan tunggal; seperti
halnya dengan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa barat lainnya, tidak mengenal
perubahan dalam sistem kata kerja. Sebaliknya, bahasa Zulu membedakan lembu
merah dan lembu putih dengan kata-kata yang khusus, sedangkan bahasa Inggris
tidak mengenal hal tersebuy. Dengan kata lain, kalimat-kalimat lain dalam
paragraf itu hanya berfungsi untuk memperinci lebih jauh gagasan utamanya.
Rincian yang ada disusun sedemikian rupa sehingga hubungan antara suatu
kalimat dengan kalimat lainnya merupakan kesatuan yang bulat untuk memperinci
pikiran atau gagasan utama tadi.
Sekarang kita perhatikan “Contoh Paragraf-2” berikut inidanamati!Apakah
paragraf tersebut mengandung suatu gagasan utama atau tidak?

Contoh Paragraf-2
Tapi sedikit sih, apabila masyarakat dari suatu negara yang belum
mempunyai bahasa kesatuannya, maka sudah pasti hal yang demikian, pasti
tidak terdapat pada masyarakat tersebut. Maka yang lebih sedih lagi, nasib
rakyat yang jauh dari kota, di mana kebutuhan daripada mereka tidak dapat
diperhatikan dengan seksama. Mereka seperti terisolir, yang mana mereka
tidak leluasa memperkenalkan keadaan daripada tempat serta aspek-aspek
kehidupan mereka. Dalam hal ini, yang menjadi pionir terhadap daerah itu,
sudah pasti dari kaum cerdik pandai. Karena mereka ingin mengetahui serta
mempelajari dan di samping membantu mereka (Keraf, 1980).

Tanpa memperhatikan struktur bahasa yang dipakai dan tanda baca yang
digunakan, dapat dikatakan bahwa konsentrasi pikiran kita terhadap isi paragraf
tersebut sangat sulit. Kalimat pertama sulit dipahami. Begitu juga, mempertalikan
kalimat pertama dengan kalimat berikutnya.Setelah membaca dan mencoba
menangkap apa yang tersirat di dalam paragraf tersebut, dapat ditarik simpulan
bahwa sekurang-kurangnya terdapat tiga pikiran atau gagasan yang tidak
berhubungan satu sama lainnya, yakni (1) Keadaan yang Biasa Diperoleh Negara-
negara yang Mempunyai Bahasa Kesatuan Tidak akan Terdapat pada Negara-
negara yang Tidak Mempunyai Bahasa Kesatuan; (2) Nasib Rakyat yang Jauh dari
Kota Sangat Menyedihkan; dan (3) Perlu Pionir-pionir untuk Mempelajari

94
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Keadaan Rakyat yang Jauh dari Kota.Gagasan kedua dan ketigatersebut,
walaupun agak renggang, dapat dikatakan masih mempunyai hubungan timbal
balik, sedangkan gagasan pertama tidak ada atau sekurang-kurangnya tidak
memperlihatkan hubungan dengan kedua gagasan lainnya.
Sekali lagi, lepas dari struktur bahasa yang digunakan, dapat dikatakan
bahwa tidak terdapat kesatuan dalam paragraf tersebut. Sesuai dengan jumlah
gagasan yang terkandung di dalamnya, paragraf itu harus dipecahkan sekurang-
kurangnya menjadi tiga paragraf, serta masing-masing perlu dikembangkan lebih
lanjut menjadi sebuah paragraf yang benar-benar terperinci. Begitu pula, perlu
dicari hubungan antara paragraf pertama dengan paragraf kedua dan ketiga,
sehingga terdapat sebuah urutan yang logis.
Pikiran atau gagasan utama dalam sebuah paragraf, biasanya ditempatkan
dalam sebuah kalimat utama. Sedangkan kalimat-kalimat lainnya yang ikut
membina paragraf itu berisi pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan penjelas dari
gagasan utama.Dalam sebuah paragraf, pikiran utama dituangkan dalam kalimat
yang dinamakan kalimat utama. Pikiran penjelas juga dituangkan dalam kalimat
yang dinamakan kalimat penjelas. Dengan kata lain, kalimat utama adalah kalimat
yang mengandung pikiran utama dan kalimat penjelas adalah kalimat yang
mengandung pikiran penjelas.

2. Koherensi
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah bahwa
paragraf harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang
baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang
membina paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami. Pembaca dengan mudah
mengikuti jalan pikiran penulis tanpa merasa bahwa ada sesuatu yang
menghambat atau semacam jurang yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat
lainnya, tidak terasa loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Sebuah paragraf dapat juga membentuk suatu kesatuan yang kompak,
walaupun mungkin kepaduan atau koherensinya tidak ada. Kesatuan bergantung
pada sejumlah gagasan bawahan yang bersama-sama menunjang sebuah gagasan
utama yang biasanya dinyatakan dalam sebuah kalimat utama. Sebaliknya,
kepaduan bergantung pada penyusunan detail-detail dan gagasan-gagasan sekian
macam sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antara bagian-
bagian tersebut. Jika sebuah paragraf tidak memiliki keterpaduan, maka
tampaknya seolah-olah pembaca hanya menghadapi suatu kelompok kalimat,
yang masing-masing berdiri lepas dari yang lain, masing-masing dengan
gagasannya sendiri, bukan suatu uraian yang integral.
Untuk meningkatkan pemahaman tentang koherensi, perhatikanlah kutipan
(Contoh Paragraf-3 dan Paragraf-4) berikut ini.

95
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Contoh Paragraf-3
Generasi tahun 1928 adalah generasi pencetus sumpah pemuda
yang berjuang demi keinginan bernegara. Generasi tahun 1945 berjuang
untuk melaksanakan gagasan sumpah pemuda. Generasi tahun 1945
adalah generasi pelaksana. Generasi zaman kemerdekaan adalah generasi
pembina dan pengembangan nilai-nilai nasional (Keraf, 1980).

Contoh Paragraf-4
Tiap generasi mempunyai panggilan masing-masing sesuai
dengan zamannya. Generasi pencetus dan generasi pelaksana telah
menunaikan tugasnya dengan baik. Yang pertama berhasil
membangkitkan semangat keinginan bernegara; yang kedua berhasil
menciptakan negara merdeka. Generasi pembina masih dalam ujian.
Belum diketahui sampai di mana kemampuannya untuk membina dan
mengembangkan warisan situasi yang diterima dari angkatan pelaksana.
Apakah mereka itu mampu membina dan mengembangkan warisan
situasi yang telah diterima; apakah mereka itu mampu membina dan
mengembangkan nilai-nilai nasional sesuai dengan martabat bangsa yang
merdeka, masih harus dibuktikan(Keraf, 1980).

Kutipan di atas memperlihatkan bahwa koherensi atau kepaduan antara


kalimat-kalimat yang membangun kedua paragraf itu baik dan kompak, disamping
terdapat kesatuan yang jelas. Kepaduan atau koherensi lebih ditekankan pada
hubungan antar kalimat, yaitu apakah transisi dari sebuah kalimat ke kalimat yang
lain itu berjalan lancar atau tidak.
Agar ada kekompakan hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat
yang lain pada suatu paragraf, perlu adanya alat-alat pembina kekompakan
tersebut. Dengan kata lain, agar paragraf memiliki atau memenuhi syarat koheren
memerlukan alatpembina. Alat pembina kekoherensian paragraf tersebut ada yang
secara eksplisit dan ada juga yang secara implisit. Secara eksplisit erat
hubungannya dengan masalah kebahasaan. Sedangkan secara implisit erat
hubungannya dengan masalah perincian dan urutan isi paragraf.

2.4 Masalah Kebahasaan


Masalah kebahasaan yang turut mempengaruhi koherensi sebuah paragraf
adalah: repetisi, kata ganti, dan transisi.
a. Repetisi
Koherensi paragraf dapat dibina dengan mengulang kata-kata kunci,
yaitu kata-kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci ini
mula-mula muncul dalam kalimat pertama lalu diulang dalam kalimat-kalimat

96
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
berikutnya.
Kehadiran kata itu berulang-ulang dalam kalimat-kalimat paragraf yang
berfungsi untuk memelihara koherensi atau kepaduan semua kalimat paragraf
itu.Perhatikan Contoh Paragraf-5 berikut ini!

Contoh Paragraf-5
Sebagai penjasmanian pikir dan berpikir bahasa itu merupakan alat
yang baik dalam pergaulan antarmanusia. Pergaulan antarmanusia ialah
pertemuan total antara manusia satu dengan manusia lainnya; manusia
dalam keseluruhannya, jasmani dan rohaninya bertemu dan bergaul satu
sama lain. Tanpa bahasa pertemuan dan pergaulan kita dengan orang lain
amat tidak sempurna (Keraf, 1980).

Pada Contoh Paragraf-5 di atas, frasa "pergaulan antarmanusia"diulang


kembali dalam kalimat berikutnya, sedangkan kata "manusia"diulang beberapa
kali berturut-turut untuk menekankan arti atau fungsi bahasa "sebagai alat
pergaulan antarmanusia". Selanjutnya kata-kata "bertemu dan bergaul" diulang
kembali dalam kalimat berikutnya, walaupun dalam bentuk yang ada berlainan
yaitu "pertemuan dan pergaulan".

b. Kata Ganti
Adalah suatu gejala universal, bahwa dalam berbahasa, sebuah kata yang
mengacu kepada manusia, benda, atau hal tidak akan dipergunakan berulang-
ulang dalam sebuah konteks yang sama. Pengulangan kata yang sama tanpa suatu
tujuan yang jelas akan menimbulkan rasa yang kurang enak (membosankan).
Pengulangan hanya diperkenankan kalau kata itu dipentingkan atau mendapat
penekanan. Misalnya, dalam suatu laporan tentang kejahatan yang dilakukan oleh
seorang yang bernama si Amat, akan terasa mengganggu kalau setiap kalimat
berikutnya nama si Amat diulang terus-menerus.
Untuk menghindari segi segi yang negatif dari pengulangan itu, setiap
bahasa di dunia ini memiliki sebuah alat yang dinamakan kata ganti. Kata ganti itu
timbul untuk menghindari pengulangan kata itu (yang disebut anteseden) dalam
kalimat-kalimat berikutnya.Dengan demikian, kata ganti dapat pula berfungsi
untuk menjadikan kepaduan yang baik dan teratur antara kalimat-kalimat yang
membina sebuah paragraf.
Perhatikanlah Contoh Paragraf-6 berikut ini!

Contoh Paragraf-6

97
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Adi dan Boy merupakan dua sahabat yang akrab. Setiap hari Adi dan Boy
selalu kelihatan bersama-sama. Adilah yang selalu menjemput Boy ke sekolah
karena rumah Adi lebih jauh letaknya dari rumah Boy. Adi dan Boy selalu siap
sedia menolong kawan-kawan Adi dan Boy bila kawan-kawan Adi danBoy
mengalami kesulitan atau kesukaran. Guru Adi dan Boy sangat senang dan bangga
melihat kelakuan Adi dan Boy yang sedemikian itu.Watak dan kelakuan Adi dan
Boy selalu dijadikan suri tauladan bagi murid-murid lainnya. Walaupun demikian,
Adi dan Boy tidak pernah menjadi sombong atau angkuh, karena pujian yang
sering Adi dan Boy terima (Keraf, 1980: 78).

Dari segi kesatuan, Paragraf-6 di atas baik. Tiap kalimat dalam paragraf di
atas sebenarnya baik dan jelas. Akan tetapi, apabila tinjauannya di luar tiap
kalimat, dengan menghubungkannya dengan kalimat-kalimat lain, maka terasa
seolah-olah ada "kerikil" yang menghambat kelancaran laju paragraf tersebut.
Terasa bahwa hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain pada
paragraph itu kurang lancar jalannya, karena terlalu banyak mengulang kata nama
diri.
Untuk memperbaikinya, kata-kata benda (nama diri) pada kalimat-kalimat
berikutnya harus diganti dengan kata ganti.Perhatikanlah Contoh Paragraf-7
berikut ini!

Contoh Paragraf-7
Adi dan Boy merupakan dua sahabat akrab. Setiap hari keduanya
selalu kelihatan bersama-sama. Adilah yang selalu menjemput Boy ke
sekolah, karena rumahnya lebih jauh letaknya dari rumah Boy. Mereka
selalu siap sedia menolong kawan-kawannya bila mereka mengalami
kesulitan dan kesukaran. Guru mereka sangat senang dan bangga melihat
kelakuan kedua sahabat yang sedemikian itu. Watak dan kelakuan mereka
selalu dijadikan suri tauladan bagi murid-murid lainnya. Walaupun
demikian keduanya tidak pernah menjadi sombong atau angkuh, karena
pujian yang sering mereka terima (Keraf, 1980).

Pada Paragraf-7(perbaikan dari Paragraf-6), pemakaian kata ganti


memungkinkan penulis membicarakan orang atau hal secara berkesinambung,
tanpa menimbulkan kebosanan bagi para pembaca.Paragraf tersebut enak dibaca
dan terasa tidak membosankan.

c. Kata Transisi
Sering terjadi bahwa hubungan antara gagasan-gagasan agak sulit
dirumuskan. Oleh sebab itu digunakan bantuan, dalam hal ini bantuan kata-kata
atau frasa-frasa transisi sebagai penghubung antara satu gagasan dengan gagasan

98
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
lainnya, atau antara satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dengan demikian,
hubungan tersebut bisa terjalin antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat
dengan kalimat. Dapat juga, terjadi hubungan antara paragraf dengan paragraf.
Apabila hal tersebut kita hubungkan dengan proses berpikir pada manusia,
proses berpikir pada anak-anak bersifat analitis. Ia hanya melihat peristiwa demi
peristiwa. Sebaliknya, proses berpikir pada orang-orang dewasa lebih bersifat
sintetis. Ia mencoba mengadakan hubungan antara suatu gagasan dengan gagasan
lainnya. Oleh sebab itu, pada anak-anak kata-kata transisi sangat penting
kedudukannya untuk mengatur hubungan antara satu gagasan dengan gagasan
lain. Sebaliknya, pada orang dewasa pemakaian kata-kata itu dapat disajikan
dalam bentuk yang terintegrasi tanpa diatur dengan kata transisi.
Untuk memperjelas pendapat di atas, perhatikanlah kedua contoh (Contoh
Paragraf-8 dan Paragraf-9) berikut ini. Contoh Paragraf-8 merupakan cara
bercerita seorang anak dan Contoh Paragraf-9 adalah cara yang dipakai seorang
dewasa. Masing-masing menggambarkan kegiatan pagi hari.

Contoh Paragraf-8
Jamlima pagi saya bangun. Sesudah itu saya ke kamar mandi, lalu saya
mandi. Sesudah itu saya berpakaian. Sesudah berpakaian lalu saya makan pagi.
Kemudian saya menyiapkan buku-buku sekolah saya. Sesudah itu saya pamit ayah
dan ibu, lalu saya berangkat ke sekolah.

Bagaimanapun juga pikiran si anak sudah disajikan secara teratur berkat


bantuan kata-kata transisi di atas.Namun, dari segi penilaian orang dewasa
hubungan antarakalimat yang satu dengan lainnya serasa kurang baik, karena
terlalu banyak kata-kata transisi. Perhatikan hal yang sama dikemukakan oleh
orang dewasa pada Contoh Paragraf-9 berikut ini!

Contoh Paragraf-9
Hari masih jam lima pagi. Udara masih terasa segar dan nyaman,
keadaan sekitar pun masih sunyi senyap. Tanpa menghiraukan kesunyian
pagi itu saya langsung menuju kamar mandi, setelah bersenam sebentar
untuk meluncurkan otot-otot yang telah beristirahat semalam. Siraman air
yang sejuk dan dingin mengagetkan saya, tetapi hanya sekejap. Mandi pagi
memang menyegarkan; badan menjadi segar, pikiran menjadi cerah. Semua
kekusutan pada hari yang lampau hilang lenyap. Hari yang baru disongsong
dengan hati yang lebih tabah. Itulah sebabnya saya selalu membiasakan diri
mandi pagi (Keraf, 1980).

99
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Kutipan (Contoh Paragraf-9) di atas hanya mempergunakan dua transisi,
yang satu transisi yang mengatur hubungan waktu dan yang lain mengatur
hubungan pertentangan. Lain halnya dengan Paragraf-8; seluruhnya didominasi
kata transisi yang mengatur hubungan waktu.
Ada bermacam-macam kata atau frasa transisi yang biasa digunakan dalam
tulisan tulisan atau karangan. Kata atau frasa transisi tersebut adalah sebagai
berikut.

(1) Hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu yang telah disebut
sebelumnya, antara lain lebih lagi, tambahan (pula), selanjutnya, disamping
itu, dan, lalu, seperti halnya, juga, lagi (pula), berikutnya, kedua, ketiga,
akhirnya, tambahan lagi, demikian juga.
(2) Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebut
lebih dahulu, di antaranya:tetapi, namun, bagaimanapun juga, walaupun
demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun.
(3) Hubungan yang menyatakan perbandingan, di antaranya: sama halnya,
seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana.
(4) Hubungan yang menyatakan akibat atau hasil, diantaranya:sebab itu, oleh
sebab itu, oleh karena itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya.
(5) Hubungan yang menyatakan tujuan, di antaranya:untuk maksud itu, untuk
maksud tersebut, supaya.
(6) Hubungan yang menyatakan singkatan, contoh, intensifikasi, di antaranya:
singkatnya, singkatnya, secara singkat, pendeknya, pada umumnya, seperti
sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, yaitu, sesungguhnya.
(7) Hubungan yang menyatakan waktu, di antaranya: sementara itu, segera,
beberapa saat kemudian, sesudah, kemudian.
(8) Hubungan yang menyatakan tempat, di antaranya: di sini, di situ, dekat, di
seberang, dan berdekatan dengan, berdampingan dengan.

2.5 Perincian dan Urutan Pikiran


Perincian dan urutan pikiran adalah pengembangan sebuah pikiran atau
gagasan utama dan hubungan antara pikiran-pikiran penjelas atau gagasan-
gagasan bawahan yang menunjang pikiran atau gagasan utama. Penulis dapat
menjamin kepaduan dengan mengemukakan perincian isi berdasarkan urutan
ruang, dimulai dari suatu sudut tertentu dan berangsur-angsur bergerak ke sudut
yang berlawanan. Penulis dapat menggunakan urutan waktu atau urutan
kronologis. Penulis dapat juga menggunakan urutan-urutan logis: sebab-akiba
t,umum-khusus, klimaks, proses, dan sebagainya.

100
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
2.6 Perkembangan Paragraf
Perkembangan paragraf adalah penyusunan atau perincian pikiran penjelas
atau gagasan-gagasan bawahan yang bersumber dari pikiran atau gagasan utama.
Penyusunan atau perincian tersebut harus secara sistematis.
Untuk mengembangkan sebuah paragraf, baikmemerinci pikiran utama
maupun mengurutkan perincian-perincian itu dengan teratur dapat digunakan
bermacam-macam metode pengembangan. Metode pengembangan paragraf
bergantung pada sifat paragraf yang dikembangkan. Dasar pengembangan
paragraf dapat terjadi karena adanya hubungan alamiah,hubungan logis, serta
ilustrasi-iustrasi. Hubungan alamiah didasarkan pada keadaan yang nyata di alam
(urutan kejadian, urutan tempat, atau sudut pandang), sedangkan hubungan logis
didasarkan pada tanggapan penulis atas relasi dari perincian-perincian tersebut.
Sesuai dengan dasar pembentukan paragraf ada beberapa metode
pengembangan paragraf. Beberapa metode pengembangan paragraf itu adalah:
klimaks dan anti klimaks, sudut pandang, perbandingan dan pertentangan,
analogi, contoh, proses, sebab-akibat, umum-khusus, klasifikasi, definisi luas.
a. Pengembangan paragrafdengan dasar klimaks yaitu rincian pikiran penjelas
disusun sedemikian rupa sehingga tiap pikiran yang berikut kepentingannya
lebih tinggi dari gagasan sebelumnya. Sebaliknya,disebut anti klimaks.
b. Pengembangan paragraf dengan dasar sudut pandang diartikan sebagai melihat
sesuatu dengan posisi tertentu.
c. Pengembangan paragraf dengan dasar perbandingan dan pertentangan adalah
suatu cara dimana penulis menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua
hal atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu.
d. Pengembangan paragraf dengan dasar analogi menunjukkan kesamaan-
kesamaan antara dua hal yang berlainan kelasnya.
e. Sebagai ilustrasi terhadap gagasan-gagasan atau pendapat yang umum, sering
digunakan contoh yangkonkrit sebagai pengembangan paragraf.
f. Pengembangan paragraf dengan dasar proses menggunakan tahapan-tahapan
secara urut dan kronologis mengenai rincian-rincian pikiran penjelasnya.
g. Pengembangan paragraf dengan dasar sebab-akibat apabilasebab bertindak
sebagai pikiran utama, akibat merupakan pikiran penjelas (perincian
pengembangannya). Sebaliknya, akibat sebagai pikiran utama maka sebab
merupakan perinciannya.
h. Urutan umum-khusus(deduktif) digunakan apabila hendak menjabarkan suatu
pernyataan umum, sedangkan pada urutan khusus-umum (induktif) digunakan
apabila hendak membuat pengelompokan-pengelompokan, pernyataan-
pernyataan umum (generalisasi) dan sebagainya.

101
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
i. Pengembangan paragraf dengan dasar klasifikasi,ada dua arah yang
berlawanan, (1) mempersatukan satuan-satuan ke dalam suatu kelompok, dan
(2) memisahkan kesatuan tadi dari kelompok yang lain.
j. Pengembangan paragraf dengan definisi luasadalah pemberian keterangan atau
arti terhadap sebuah istilah atau hal yang terdapat dalam paragraf tersebut.

III. RANGKUMAN
Paragraf merupakan suatu kesatuan lebih luas dari kalimat.Paragraf
merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis dan
berpijak pada satu pikiran atau gagasan utama.Pikiran atau gagasan utama tersebut
dijelaskan dengan uraian pikiran-pikiran penjelas atau gagasan-gagasan
bawahannya.Walaupun sebuah paragraf pada prinsipnya terdiri atas rangkaian
kalimat, tetapi ada paragraf yang hanya satu kalimat. Ada beberapa penyebab
adanya paragraf seperti itu. Pertama, paragraf tersebut kurang baik dikembangkan
oleh penulisnya atau penulis kurang memahami hakikat paragraf. Kedua, memang
sengaja dibuat oleh penulis atau pengarang, karena ia sekedar mengemukakan
gagasan tersebut, atau pengembangannya terdapat pada paragraf-paragaraf
berikutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh penulis dalam rangka menghasilkan
paragraf yang baik, yaitu fungsi dan persyaratan paragraf.Paragraf berfungsi
sebagai pembuka, penghubung, dan penutup.Syarat paragraf yang baik ialah
kesatuan, koherensi, dan perkembangan.Kesatuan paragraf terpenuhi apabila
paragraf tersebut mengandung satu pikiran utama dan beberapa pikiran
penjelasnya bertumpu pada pikiran utamya.Koherensi paragraf terpenuhi apabila
kalimat-kalimat pembangun paragraf itu memiliki kekompakan hubungan, baik
secara eksplidit maupun implisit.Perkembangan paragraf berkaitan dengan
penyusunan atau pengembangan secara sistematis mengenai rincian pikiran-
pikiran penjelas yang bertumpu pada pikiran utama.
Beberapa metode pengembangan paragraf ialahklimaks dan anti klimaks,
sudut pandang, perbandingan dan pertentangan, analogi, contoh, proses, sebab-
akibat, umum-khusus, klasifikasi, definisi luas.

DAFTAR RUJUKAN

Budiyono, H. 2001. Pengajaran Menulis di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama:


Kajian di SLTP Nusa dan SLTP Bangsa, Disertasi, Tidak Diterbitkan.
Malang: PPS Universitas Malang.

Budiyono, H. 2014. Mengembangkan Paragraf Sesuai Fungsi dan Posisi dalam


Rangka Menulis Sebuah Tulisan Esai. Pena: Jurnal Pendidikan Bahasa

102
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
dan Sastra, 1 (2). Retrieved from
https://www.online-journal.unja.ac.id/pena /article/view/1430

Keraf, G. 1980. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-


Flores: Nusa Indah.

Leggett, G.; Mead, C. D.; Charvat, W. 1982.Handbook for Writers. New York:
Prentice Hall, Inc.
McCrimmon, J.M. 1963. Writing With A Purpose. Boston: Houghton Mifflin
Company.
Soedjito dan Hasan, Mansur. 1986. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung:
Remaja Karya.

103
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Identitas Diri

Nama : ……………………………………………………………………….
NIM : ……………………………………………………………………….
Prodi : ……………………………………………………………………….
Fakultas: …………………………………….……………………………….
Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian paragraf!
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………...

2. Sebutkan fungsi paragraf pada sebuah tulisan!


…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

3. Jelaskan perbedaan antara paragraf pembuka, penghubung, dan penutup!


…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………

104
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
4. Sebutkan syarat-sarat paragraf yang baik. Jelaskan tiap-tiap syarat paragraf
yang telah Anda sebutkan!
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

5. Jelaskan perbedaan alat pembina koherensi secara eksplisit dengan implisit!


………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….

6. Tulislah sebuah tulisan atau karangan pendek yang mengandung paragraf


pembuka, penghubung, dan penutup!
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….

105
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

7. Tulislah sebuah paragrap yang menerapkan metode klimaks!


…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

8. Tulislah sebuah paragraf yang menerapkan metode analogi!


................................................................................................................
………………………………………………………....…………………..….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

106
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

9. Tulislah sebuah paragraf yang menerapkan metode sebab-akibat!


………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

10. Tulislah sebuah paragraf yang menerapkan metode proses!


………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….

11. Tulislah sebuah paragraf yang menerapkan metode definisi istilah!


…………………………………………………….……………………………
…………………………………………..………………………………………
…………………………………………………………………………………..

107
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..

TEKNIK PENULISAN KUTIPAN DALAM KARYA ILMIAH

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memiliki kemampuan tata cara kutipan dalam menulis karya
ilmiah

II. MATERI PEMBELAJARAN


Dalam menyusun kutipan tersebut, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, terutama, sumberr kutipan, apakah kutipan tersebut dikutip secara
langsung atau tidak langsung, berapa banyak baris kutipan yang dikutip, serta
bagaimana cara menuliskan nama pengarang sebagai sumber penulis bahan yang
dikutip , dan termasuk juga teknik penulisan daftar pustaka agar sejalan dengan
kutipan.
Penulisan karya tulis ilmiah memerlukan perujukan, penegasan, dan
penguatan dari peneliti sebelumnya atau sumber-sumber yang memperkuat dan
memperkaya penelitian. Untuk itu, perlu dilakukan pengutipan terhadap hasil
penelitian sebelumnya dan sumber-sumber lain untuk mendukung penelitian. Hal
ini dilakukan untuk mengobjektifkan dan memperkaya materi penelitian di
samping mencegah terjadinya plagiarisme. Ketika menetapkan penegutipan
dengan sistem atau gaya tertentu, peneliti harus konsisten dengan sistem atau gaya
tersebut.

Menurut Azahari (dalam Alam, 2005:38) “Kutipan merupakan bagian dari


pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan atau penelitian dari
penulis lain, atau penulis sendiri yang telah (menurut penulis kata telah harus
dihilangkan) terdokumentasi, serta dikutip untuk dibahas dan ditelaah berkaitan
dengan materi penulisan”.
Mengutip merupakan pekerjaan yang dapat menunjukkan kredibilitas
penulis. Oleh karena itu, mengutip harus dilakukan secara teliti, cermat, dan
bertanggung jawab.

Hariwijaya dan Triton (2011: 151) mengatakan bahwa ketika mengutip perlu
dipelajari bagaimana teknik pengutipan sesuai dengan standar ilmiah
(penambahan kata denganoleh penulis). Untuk itu, perlu diperhatikan hal

108
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
berikut: (1) mengutip sehemat-hematnya, (2) mengutip jika dirasa sangat perlu
semata-mata, dan (3) terlalu banyak mengutip mengganggu kelancaran bahasa.
Ada dua cara untuk mengutip, yaitu mengutip langsung dan mengutip
tidak langsung.

1. Kutipan Tidak Langsung.


Merupakan salinan yang persis sama dengan sumbernya tanpa penambahan.

2. Kutipan Langsung.
Mengambil ide dari suatu sumber dan menuliskannya sendiri dengan kalimat
atau bahasa sendiri.

2.1 Cara Menulis Kutipan dan Sumber Kutipan

1. Kutipan ditulis dengan menggunakan “dua tanda petik” jika kutipan ini
merupakan kutipan pertama atau dikutip dari penulisnya. Jika kutipan itu
diambil dari kutipan, maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan ‘satu
tanda petik’. Kedua teknik penggunaan tanda petik dua dan tanda petik satu
membedakan bahwa hal yang kita kutip jelas sumbernya, apakah dari sumber
utama atau dari sumber kutipan.

2. Jika kalimat yang dikutip terdiri atas tiga baris atau kurang, kutipan ditulis
dengan menggunakan tanda petik (sesuai dengan ketentuan pertama) dan
penulisannya digabung ke dalam paragraf yang ditulis oleh pengutip dan
diketik dengan jarak dua spasi atau sesuai dengan spasi body teks karya iol
miah yang ditulis.

Contoh.
Salah satu dimensi kehidupan afektif-emosional ialah kemampuan memberi
dan menerima cinta, bukan cinta dalam arti yang penuh romantik atau
memberikan perlindungan yang berlebihan, melainkan cinta dalam arti “… a
relationship that nourishes us as we give, and enriches us as we spend, and
permits ego an alter ego in mutual harmony” (Cole, 1993: 832).

3. Jika kalimat yang dikutip terdiri atas empat baris atau lebih, maka kutipan
ditulis tanpa tanda kutip dan diketik dengan jarak satu spasi. Baris pertama
diketik mulai pada pukulan ke enam dan baris kedua diketik mulai pukulan ke
empat. . Di samping itu ada yang membedakan ukuran huruf body teks dengan
ukuran huruf kutipan, dalam hal ini jika teks berukuran 12 point, kutipannya
menjadi berukuran 11 point.

Contoh.
Lindgren (1976: 225) memandang faktor kepribadian sebagai ego strength
yang mempengaruhi keberhasilan seseorang, sebagaimana dikemukakannya
bahwa:
Ego strength is a general “omnibus” type of factor that positively related to
success of all kinds, in the classroom, as well as elsewhere. Other

109
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
personality factors are specific in terms of the kind of school performance to
which they are related.

Menurut (Purba, 2015 ; 124) dalam pilihan dan pemakaian bahasa


dihadapkan pada;

“Ranah pemakaian bahasa, tujuan, topic pembicaraan, petutur, serta


berbagai hal lainnya. Di samping itu akan dihadapkan pula pada
problematic kontak bahasa seperti diglosia, campur kode, alih kode,
interferensi, dan integrasi. Beberapa gejala bahasa ini akan terjadi
akibat kontak bahasa maupun keadaan bilingualism dari petutur dan
petutur.

4. Jika bagian dari yang dikutip ada bagian yang dihilangkan, maka penulisan
bagian itu diganti dengan tiga buah titik. Contoh penulisan tampak pada butir
kedua di atas.

5. Penulisan sumber kutipan ada beberapa alternatif sebagai berikut.


a. Jika sumber kutipan mendahului kutipan, cara penulisannya adalah nama
penulis diikuti dengan tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip
yang keduanya diletakkan di dalam kurung.
Contoh
Sebagaimana dikemukakan oleh Sternberg (1984: 41) bahwa “In Piaget’s
theory, children’s intellectual functioning is represented terms of symbolic
logic.”

b. Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan, maka nama penulis, tahun
penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip semuanya diletakkan di
dalam kurung
Contoh.
“The personality pattern is inwardly, determined by and closely
associated with the maturation of the physical and mental characteristics
which constitute the individual’s hereditary endowment” (Hurlock,
1979:19).

c. Jika sumber kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip, maka
sumber kutipan yang ditulis tetap sumber kutipan yang digunakan
pengutip tetapi dengan menyebut siapa yang mengemukakan pendapat
tersebut.
Contoh mengutip pendapat Chomsky dari buku yang ditulis Yelon dan
Weinstein:
Chomsky (Yelon dan Weinstein, 1977: 62) mengemukakan bahwa
“…children are born with innate understanding of the structure of
language.”
d. Jika penulis terdiri atas dua orang, maka nama keluarga kedua penulis
tersebut harus disebutkan. Misalnya, Sharp dan Green (1996: 1). Kalau
penulisnya lebih dari dua orang maka yang disebutkan nama keluarga

110
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
dari penulis pertama dan diikuti oleh et al. Misalnya, Mc Clelland et al.
(1960: 35). Perhatikan titik setelah al. Sebagai singkatan dari ally dan
kedua kata itu ditulis dengan huruf miring.

e. Jika masalah dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yang berbeda
maka cara penulisan sumber kutipan itu adalah seperti berikut.
Beberapa studi tentang anak anak yang mengalami kesulitan belajar
(Dunkey, 1972; Miggs, 1976; Parmenter, 1976) menunjukkan bahwa
(tulis intisari rumusan yang dipadukan dari ketiga sumber tersebut).

f. Jika sumber kutipan itu adalah beberapa karya tulis dari penulis yang sama
pada tahun yang sama maka cara penulisannya adalah dengan menambah
huruf a, b, dan seterusnya pada tahun penerbitan.
Contoh: (Bray, 1998a, 1998b).

g. Jika sumber kutipan itu tanpa nama, maka penulisannya adalah:


(Tn.1972:18).
h. Jika yang diutarakan pokok-pokok pikiran seorang penulis tidak perlu ada
kutipan langsung, cukup dengan menyebut sumbernya.

Catatan:
(1) Model kutipan tidak mengenal adanya catatan kaki untuk sumber dengan
berbagai istilah seperti ibid., op.cit., loc.cit. vide dan seterusnya. Catatan kaki
diperbolehkan untuk memberi penjelasan tambahan terhadap suatu istilah yang
ada pada pada teks tetapi tidak mungkin ditulis pada teks karena akan
mengganggu alur uraian.
(2) Nama penulis dalam kutipan adalah nama belakang atau nama keluarga dan
ditulis sama dengan daftar pustaka.

2.2 Cara Menulis Angka


Cara menulis angka dalam suatu kalimat adalah sebagai berikut.
1. Ditulis dengan kata-kata apabila angka tersebut kurang dari dua angka.
Contoh :
Dalam dua minggu ini la bekerja keras untuk menyelesaikan tugas akhirnya.

2. Ditulis dengan angka Arab apabila angka tersebut teriri dari dua angka atau

lebih.
Contoh :
Dari 20 kandidat untuk jabatan Ketua organisasi tersebut lima dinyatakan berhak
mengikuti pemilihan tingkat akhir.

3. Untuk simbol kimia, matematika, statistika dan seterusnya, penulisannya


dilakukan sesuai dengan kelaziman dalam bidang yang bersangkutan.

111
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
2.3 Cara Menulis Singkatan
Penulisan singkatan mengikuti aturan sebagai berikut.
1. Untuk penulisan pertama kali suatu nama harus ditulis lengkap dan kemudian
diikuti dengan singkatan resminya dalam kurung.
Contoh:
Dalarn laporan tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebutkan bahwa…

2. Untuk penulisan berikutnya singkatan resmi yang ada dalam kurung digunakan
tanpa perlu menuliskan kepanjangannya:
Contoh:
Dalam laporan PBB tersebut dinyatakan pula bahwa…..
3. Singkatan yang tidak resmi tidak boleh digunakan.

2.4 Cara Menulis Daftar Pustaka


Komponen-komponen yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka ini
adalah sebagai berikut.
1. Disusun secara alfabetis. Jika huruf awal sama maka huruf kedua dari nama
penulis itu menjadi dasar ututan demikian seterusnya.
2. Nama penulis, dengan cara menuliskan terlebih dahulu nama belakang,
kemudian nama depan (disingkat). Hal ini berlaku untuk semua nama, baik nama
asing maupun nama Indonesia. Cara penulisan inilah yang berlaku secara
internasional tanpa mengenal kebangsaan dan uadisi Tata tulis ilmiah tidak
mengenal prinsip nama apakah yang lebih dikenal di masyarakat, melainkan akah
nama belakangnya, tanpa memperhitungkan apakah nama itu merupakan nama
keluarga atau bukan.

Misalnya:
Abdul Hamid ditulis Hamid, A
Tuti Heryawati-Mulyono ditulis Herawati-Mulyono, T.
Bonar Situmorang ditulis Situmorang, B.
John Burns ditulis Burns, J.

3. Tahun penerbitan, judul sumber tertulis yang bersangkutan dengan


digarisbawahi atau dicetak miring, kota tempat penerbit berada, dan nama
penerbit.

4. Baris pertama diketik mulai pukulan pertama dan baris kedua dan seterusnya
diketik mulai pukulan kelima atau satu tab dalam komputer. Jarak antara baris
satu dengan berikutnya ada satu spasi, sedangkan jarak antara sumber satu dengan
sumber berikutnya adalah dua spasi.
Contoh:
Boediono. (1998). Dampak Krisis Ekonomi terhadap Pendidikan. Jakarta: Pusat
Penelitian Sains dan Teknologi UI.
Kartodirdjo, S. (1987). Kebudayaan Pembangunan dalam perspektif Sejarah.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

112
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Clark, D., et al. (1998). Financing of Education in Indonesia. Manila: Asian
Development Bank.
Darling-Hammond, L. (1997). The Right to Learn. San Francisco: Jossey Bass.

2.5 Cara Menulis Daftar Pustaka Berdasarkan Jenis Sumber Yang


Digunakan
1. Sumbernya Jurnal
Penulisan jurnal dalam Daftar Pustaka mengikuti urutan: nama belakang
penulis, nama depan penulis (disingkat), tahun penerbitan (dalam tanda kurung),
judul artikel (ditulis di antara tanda petik), judul jurnal dengan huruf
miring/digarisbawahi dan ditulis penuh, nomor volume dengan angka Arab dan
digarisbawahi tanpa didahului dengan singkatan “vol”, nomor penerbitan (jika
ada) dengan angka Arab dan ditulis di antara tanda kurung, nomor halaman dari
nomor halaman pertama sampai dengan nomor halaman terakhir tanpa didahului
singkatan “pp” atau “h”.
Contoh :
Barrett-Lennard, G.T. (1983). “The Empathy Cycle: Refinement of A Nuclear
Concept”. Journal of Couceling Psychology. 28, (2), 91-100.

2. Sumbernya Buku
Kalau sumbernya berupa buku, urutan-urutan penulisannya adalah: nama
belakang penulis, nama depan (dapat disingkat), tahun penerbitan, judul buku
digarisbawahi, edisi, kota asal, penerbit. Daftar Pustaka berupa buku ditulis
dengan memperhatikan keragaman berikut.

a. Jika buku ditulis oleh seorang saja:


Poole, M.E. (1976). Social Class and Landuage Utilization at the Tertiary
Level. Brisbane: University of Queensland.

b. Jika buku ditulis oleh dua atau tiga orang, maka semua nama ditulis.
Dunkin, M.J. dan Biddle, B.J. (1974). The Study of Teaching. New York Holt
Rinehart and Winston.
Lyon, B., Rowen, H.H and Homerow, T.S. (1969). A History of the Western
World. Chicago: Rand McNally.

c. Jika buku ditulis oleh lebih dari tiga orang, digunakan et al. (dicetak miring atau
digawisbawahi):
Ghisefi, E. et al. (1981). Measurement Theory .for The Behavioral Sciences.
San Francisco: W.H. Freeman and Co.

d. Jika penulis sebagai penyunting:


Philip, H.W.S. dan Simpson, G.L. (Eds) (1976). Australia in the World of
Education Today and Tomorrow. Canberra: Australian National Commision.

113
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
e. Jika sumber merupakan karya tulis seseorang dalam suatu kumpulan tulisan
banyak orang:

Pujianto, (1984). “Etika Sosial dalam Sistem Nilai Bangsa Indonesia”, dalam
Dialog Manusia, Falsafah, Budaya, dan Pembangunan. Malang: YP2LPM.

f. Jika buku itu berupa edisi:


Gabriel, J. (1970). Children Growing Up: Development of Children’s Personality
(third ed.). London: University of London Press.

3. Sumbernya di luar Jurnal dan buku


a. Berupa skripsi, tesis, atau disertasi.
Soelaeman, MI (1985). Suatu Upaya Pendekatan Fenomenologis terhadup Situasi
Kehidupan dan Pendidikan Dalam Keluarga dan Sekolah. Disertasi Doktor pada
FPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Nugraha, Mulyawan S (2008). Pelaksanaan Konsep Manajemen Pendidikan pada
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bandung. Tesis Magister pada PPs UIN SGD
Bandung: Tidak diterbitkan.

b. Berupa publikasi Departemen.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). Petunjuk Pelaksanaan Beasiswa
dan Dana Bantuan Operasional. Jakarta: Depdikbud.

c. Berupa dokumen
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru. (1983). Laporan Penilaian Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru. Jakarta: Depdikbud.
d. Berupa makalah

Kartadinata, S. (1989). “Kualifikasi Profesional Petugas Bimbingan Indonesia:


Kajian Psikologis”. Makalah pada Konvensi 7 IPBI, Denpasar.

e. Berupa surat kabar


Sanusi, A (1986). “Menyimak Mutu Pendidikan dengan Konsep Takwa dan
Kecerdasan, Meluruskan Konsep Belajar dalam Arti Kualitatif”. Pikiran Rakyat (8
September 1986).

4. Sumbernya dari Internet


a. Bila karya perorangan
Cara penulisannya ialah:
Pengarang/penyunting. (Tahun). Judul (edisi), [jenis medium]. Tersedia: alamat di
internet. [tanggal diakses]

Contoh:

114
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Thomson, A (1998). The Adult and Me Curriculum. [Online].
Tersedia:http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-Yearbook/1998/thompson.html [30
Maret 2000]
b. Bila bagian dari karya kolektif
Cara penulisannya:
Pengarang/penyunting. (Tahun). Dalam Sumber (edisi), [Jenis media]. Penerbit.
Tersedia: alamat di internet. [tanggal diakses]

Contoh:
Daniel, RT. (1995). The history of Western Music. In Britanica online:
Macropedia [Online].
Tersedia: http://www.eb.com:180/cgibin/g:DocF=macro/5004/45/0.html  [28
Maret 2000].
c. Bila artikel dalam jurnal
Cara penulisannya:
Pengarang. (Tahun). Judul Nama Jurnal [Jenis media], volume (terbitan),
halaman. Tersedia: alamat di internet. [tanggal diakses].

Contoh:
Supriadi, D. (1999). Restructuring the School book Provision System in
Indonesia: Some Recent Initiatives. Dalam Educational Policy Analysis [Online],
Vol 7 (7), 12 halaman. Tersedia: http://epaa.asu.edu/epaa/v7n7.html [17 Maret
2000].
d. Bila artikel dalam majalah
Cara penulisannya:
Pengarang. (Tahun, tanggal, bulan). Judul. Nama Majalah [Jenis media]. volume,
jumlah halaman. Tersedia: alamat di internet [tanggal diakses]

Contoh:
Goodstein, C (1991, September). Healers from the deep. American Health [CD-
ROM], 60-64. Tersedia: 1994 SIRS/SIRS 1992 Life Science/Article 08A [13 Juni
1995]

e. Bila artikel di surat kabar


Cara penulisannya:
Pengarang. (Tahun, tanggal, bulan). Judul. Nama Surat Kabar (Jenis media],
jumlah halaman. Tersedia: alamat di internet [tanggal diasloes]

Contoh:
Cipto, B. (2000, 27 April). Akibat Perombakan Kabinet Berulang, Fondasi
Reforrnasi Bisa Runtuh. Pikiran Kakyat [Online], halaman 8.
Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com [9 Maret 2000].
f. Bia pesan dari E-mail
Cara penulisannya:
Pengirim (alamat e-mail pengirim). (Tahun, tanggal, bulan). Judul pesan. E-mail
kepada penerima [alamat e-mail penerima].

115
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Contoh:
Nugraha, Mulyawan S. (mulyawan77@yahoo.co.id). (2010, 07 Mei). Bab V
Laporan Penelitian. E-mail kepada Dedi Supriadi (Supriadi@ indo.net.id).
Mulyawan S. Nugraha di 5/02/2010 02.44.00 PM

F. Diakui Secara Internasional


Berikut akan dibahas bagaimana cara menulis kutipan, mengacu
pada APA Style (American Psychological Association) yang sudah diakui secara
internasional. Gaya kutipan APA mengacu pada aturan yang telah disetujui dalam
konvensi American Psychological Association untuk menulis sumber yang
digunakan dalam makalah penelitian . Gaya APA  ini digunakan baik dalam teks
kutipan maupun dalam daftar referensi . Karena  untuk setiap kutipan dalam teks,
harus ada di dalam daftar referensi dan begitu juga sebaliknya. Di bawah ini
adalah cara – cara menulis kutipan dan contohnya.

1. Memasukkan nama penulis di dalam tanda kurung.


Contoh :
Fotosintesis adalah proses yang terjadi pada daun untuk menghasilkan
makanan hasil dari proses kimiawi yang terjadi di dalamnya (Nugraha, 1995,
p. 17).
2. Memasukkan nama penulis di dalam pembahasan.
Contoh :
Menurut Nugraha (1995), Fotosintesis adalah proses kimiawi yang terjadi di
dalam daun untuk menghasilkan makanan (p. 17).
3. Kutipan dengan dua penulis berbeda
Contoh :
Fakta membuktikan bahwa pria yang sudah menikah berpenghasilan lebih
tinggi daripada pria yang belum menikah (Chun & Lee, 2001).
4. Kutipan dengan tiga hingga lima penulis
Contoh :
Al baironi, Munandar, Nyoman, dan Susanto (1889) berpendapat bahwa
kesusksesan seseorang ditentukan oleh kemauan kuat yang ada pada
dirinya.Bisa juga dengan menggunakan : et al yang berarti dan lainnya.
Contoh:
Menurut Al baironi et al. (1889), kesuksesan bergantung pada kemauan yang
ada pada diri pribadi.
5. Kutipan dengan 6 atau lebih penulis
Contoh :
Gracia et al. (2003) berpendapat, “Pendidikan karakter di masa kanak –
kanak akan mencetak remaja – remaja yang memiliki karakter.”
6. Kutipan tanpa adanya nama penulis
Contoh :
Penyakit banyak sekali tumbuh di masa pencaroba ini (“Dampak Perubahan
Musim,” 2015).
7. Penulis dengan nama yang sama
Contoh:

116
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Menahan diri untuk tidak makan atau diet bisa mencegah obesitas (A.
Nugraha, 1997). Namun, faktanya diet bisa menimbulkan penyakit lain
seperti mag, dan mal nutrisi (B. Nugraha, 2000).

8. Karya yang sama dikutip lebih dari sekali


Contoh :
Ekonomi mikro adalah penunjang pertumbuhan ekonomi suatu Negara
(Afriando, 2012, p.3). Namun, Afriando mengatakan “jumlah ekonomi mikro
di Indonesia masih sangat jauh dari cukup” (p. 4).
9. Dua atau lebih sumber di dalam kutipan
Contoh :
Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa kekuasaan dengan
pekerjaan yang didapatkan berhubungan dengan performa di tempat kerja
(Faire 2002; Hall, 1996, 1999).
10. Dua atau lebih informasi yang dikutip dari sumber dan tahun yang
sama
Contoh :
Schmidt (1997a, p. 23) menyatakan, “kesuksesan dapat dicapai dengan usaha
yang tekun.”
11. Mengutip informasi dari sumber lain
Contoh :
Menurut Pablo (1976), Olahraga dapat menyegarkan pikiran (as cited in
Wayan, 2013).
12. Kutipan yang diambil dari organisasi atau kelompok
Contoh :
Kutipan pertama :Hewan – hewan yang dilindungi oleh pemerintah masih
terancam keberadaannya. Bahkan sebagian telah punah (Kelompok
Pemerhati Satwa [KPS], 2014).Kutipan kedua :
Penyebab punahnya hewan – hewan itu tidak lain dan tidak bukan adalah
faktor pemburu dan perdagangan gelap (KPS, 2014).
13. Kutipan yang berasal dari wawancara langsung, e-mail, surat, atau
memo
Contoh :
Menurut Sudirman berpuasa bisa melatih diri dari rasa marah (personal
communication, 12 May 2015).

III RANGKUMAN
Penyusunan kutipan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama,
sumberr kutipan, apakah kutipan tersebut dikutip secara langsung atau tidak
langsung, berapa banyak baris kutipan yang dikutip, serta bagaimana cara
menuliskan nama pengarang sebagai sumber penulis bahan yang dikutip, dan
termasuk juga teknik penulisan daftar pustaka agar sejalan dengan kutipan.
Penulisan karya tulis ilmiah memerlukan perujukan, penegasan, dan
penguatan dari peneliti sebelumnya atau sumber-sumber yang memperkuat dan
memperkaya penelitian. Untuk itu, perlu dilakukan pengutipan terhadap hasil

117
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
penelitian sebelumnya dan sumber-sumber lain untuk mendukung penelitian. Hal
ini dilakukan untuk mengobjektifkan dan memperkaya materi penelitian di
samping mencegah terjadinya plagiarisme. Ketika menetapkan penegutipan
dengan sistem atau gaya tertentu, peneliti harus konsisten dengan sistem atau gaya
tersebut.

DAFTAR RUJUKAN

Hariwijaya & Triton. 2005. Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta: Tugu Publisher.

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Identitas Diri

Nama : ………………………………………..…………………….

NIM : ……………………………………………………………….

Prodi : ……………………………………………….……………….

Fakultas : ………………………………………………….…………….

Buatlah masing masing sebuah kutipan langsung dan tidak langsung yang
bersumber dari buku Bahasa Indonesia untuk Mata kuliah umum yang anda
miliki. Sumber kutipan diletakkan di awal kutipan dan satu lagi di akhir kutipan,
kutipan tersebut bersumber dari halaman 35 paragraf ketiga.
a. Kutipan langsung sumber diletakkan di awal kutipan

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

118
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………

……………………………………………

b.Kutipan langsung sumbver diletakkan di akhir kutipan

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

……………………………………………

c.Kutipan tidak langsung sumber kutipan diletakkan di awal kutipan

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

d.Kutipan tidak langsung dan sumber kutipan diletakkan di akhir kutipan

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

119
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

2.Susunlah daftar pustaka dari sumber kutipan yang anda kutip tadi, dan buat juga
penulisan daftar pustaka yang sumber buku kutipan ditulis oleh dua pengarang,
tiga pengarang, dan empat pengarang atau lebih.

a. Satu pengarang

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

b. Dua pengarang

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

…………………………………………………

c. Tiga pengarang

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

……………………………………………………

120
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
d. Empat Pengarang atau lebih

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

BAB IV
JENIS-JENIS TEKS AKADEMIK

Pada bagian bab empat ini materi pembelajaran adalah Makalah dan
Artikel

MAKALAH

I.TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penulisan
makalah untuk dipresentasikan dalam forum pertemuan ilmiah.

II. MATERI PEMBELAJARAN


Makalah merupakan karya tulis dalam topic tertentu yang lazimnya
dipersiapkan untuk disajikan dalam forum pertemuan ilmiah, misalnya dalam
bentuk seminar, diskusi ilmiah, konferensi. Dalam konteks perkuliahan di
perguruan tinggi, makalah lebih spesifik berupa karya tulis yang merupakan tugas
mahasiswa dalam mata kuliah tertentu yang dipresentasikan dalam pertemuan
perkuliahan. Penyajian makalah sebagai pemenuhan salah satu kewajiban
mahasiswa dalam mata kuliah tertentu umumnya dalam bentuk diskusi, yang
ditindaklanjuti dengan tanya jawab seputar topik yang diketengahkan dalam
makalah. Dalam konteks ini orang yang menyajikan makalah disebut pemakalah.
Pada umumnya, terdapat dua jenis makalah. Yang pertama, makalah yang
merupakan karya tulis yang berupa hasil pemikiran penulisnya. Makalah yang
termasuk jenis ini mengutamakan kajian teori-teori yang gayut dengan topik yang
dijadikan bahasan dalam makalah. Pengkajian teori dilakukan secara meluas dan
mendalam dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik secara
teotretis terhadap topik yang disajikan dalam makalah.

121
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Jenis yang kedua adalah makalah yang merupakan karya tulis yang berasal
dari hasil penelitian yang dilakukan melalui prosedur ilmiah. Makalah jenis ini
tidak sekadar berisi kajian-kajian teori, melainkan juga kajian empiris yang
komprehensif terhadap penelitian-penelitian terdahulu oleh peneliti lain yang
sesuai dengan topik makalah. Kajian-kajian teoretis dan empiris ini dijadikan
landasan kerangka berpikir penulis untuk mengkaji lebih mendalam fenomena
yang dijadikan focus penelitian, yang pada tahapan selanjutnya dijadikan sebagai
sarana untuk melakukan verifikasi dan falsifikasi terhadap hasil-hasil penelitian
terdahulu yang telah dikaji oleh peneliti lain dalam konteks topic penelitian yang
serupa.
Pada prindipnya, makalah jenis yang kedua mengetengahkan suatu
masalah yang telah dikaji baik secara teoretis maupun empiris untuk dianalisis
secara mendalam, dibahas, dan pada akhirnya dapat ditarik simpulan yang berupa
formulasi singkat proposisi-proposisi inti dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dalam masalah tertentu. Penulis makalah yang baik dalam konteks ini
dapat menyajikan temuan-temuan empiris yang dapat dibuktikan kebenaran hasil
temuannya secara ilmiah, yang pada akhirnya menggiring pembaca untuk dapat
mengetahui dan memahami yang lebih baik terhadap masalah yang disajikan dan
dibahas dalam makalah.

2.1 Bahasa Makalah


Dalam konteks karya tulis berbahasa Indonesia, ragam tulis ilmiah baku
bahasa Indonesia perlu digunakan dalam penulisan makalah. Ragam ini memiliki
karakteristik sebagai berikut. Pertama, menggunakan gaya selingkung untuk
bahasa ilmu, yang memiliki karakteristik berikut.
a. Bentuk kalimat pasif.
b. Bertolak dari objek, meminimalkan atau meniadakan subjektivitas.
c. Bahasa terutama difungsikan untuk mendefinisikan konsep,
mendeskripsikan, memformulasikan dugaan, menjelaskan sesuatu,
menginterpretasikan fenomena tertentu, dan menalar.
d. Tidak emotif dan tidak dogmatis.
e. Bahasa yang digunakan logis, lugas, dan lebih mengutamakan
makna denotatif.

2.2. Sistematika Makalah


Sesuai dengan karakteristiknya, kedua jenis karya tulis yang dapat
dikategorikan sebagai makalah yang telah dipaparkan di atas memiliki sistematika
yang sedikit berbeda. Perbedaannya dapat diselisik dari sistematika berikut.

A.Makalah Hasil Pemikiran/Kajian Teori

122
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Judul:
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan
d. Manfaat Penulisan

2. KAJIAN KEPUSTAKAAN
a. Sesuai dengan topic
b. Rangkuman

3. PEMBAHASAN
4. PENUTUP
a. Simpulan
b. Saran/Rekomendasi

B.Makalah Hasil Penelitian


Judul:
1. PENDAHULUAN
c. Latar Belakang
d. Rumusan Masalah
e. Tujuan Penelitian
f. Manfaat Penelitian
2. KAJIAN KEPUSTAKAAN
a. Kajian teori sesuai dengan topic
b. Penelitian-penelitian yang relevan
3. METODOLOGI PENELITIAN
a. Pendekatan/Metode Penelitian
b. Desain Penelitian
c. Data dan Sumber Data/ Populasi dan Sampel
d. Prosedur Penelitian
e. Teknik Pengumpulan Data
f. Teknik Analisis Data
4. PENUTUP
a. Simpulan
b. Saran/Rekomendasi

Secara singkat, masing-masing bagian dalam sistematika makalah


dipaparkan berikut ini. Bagian Pendahuluan memberikan gambaran secara global
latar belakang penulisan/penelitian, identifikasi masalah dan rumusan masalah,
tujuan penelitian, dan manfaat penulisan/penelitian. Pada bagian latar belakang

123
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
diketengahkan alasan-alasan pentingnya penulisan/penelitian dilakukan. Alasan-
alasan ini dapat diperoleh dari pengamatan empiris maupun persoalan-persoalan
yang muncul dari hasil kajian teoretis.
Dari alasan-alasan pentingnya penulisan/penelitian tersebut penulis/
peneliti perlu melakukan identifikasi masalah secara lebih mendalam dan
memformulasikannya dalam bentuk rumusan masalah yang operasional dan
memungkinkan untuk dijadikan masalah pokok penelitian. Selanjutnya, dari
rumusan massalah ini penulis memaparkan dengan jelas tujuan dan manfaat
penelitian, sehingga pembaca makalah memperoleh kejelasan mengenai masalah
yang diketengahkan dan dibahas dalam makalah.
Pada bagian kajian kepustakaan, penulis perlu melakukan proses
pembacaan dan pemahaman teori-teori yang relevan dengan topic penelitian.
Untuk makalah yang berupa hasil penelitian, selain kajian teori perlu juga kajian
terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti lain.
Kajian dalam konteks ini tidak sekadar mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan,
memungut, dan mengakumulasikan teori-teori yang telah diketengahkan oleh para
ahli, melainkan juga melakukan interpretasi dan menarik kesimpulan dari teori
dan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan.
Khusus untuk makalah berfupa hasil penelitian, pada bagian metodologi
diketengahkan pendekatan/metode yang digunakan dalam penelitian, subjek atau
partisipan penelitian, sumber data penelitian, prosedur penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data. Pada bagian ini tidak perlu banayak
rujukan teoretis. Yang lebih penting adalah menjelaskan secara singkat, jelas, dan
rinci bagaimana penelitian dilakukan.
Selanjutnya, pada bagian hasil kajian/penelitian dan pembahasan
dilakukan pemaparan/deskripsi hasil kajian/penelitian. Lazimnya pemaparan hasil
penelitian ini dapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif. Untuk bagian
pembahasan, penulis perlu melakukan elaborasi dan mendiskusikan hasil-hasil
penelitian dengan membandingkan hasil penelitian dengan hasil-hasil penelitian
terdahulu dan teori-teori yang relevan. Dari pembahasan yang baik dapat terlihat
apakah hasil penelitian yang diketengahkan dalam makalah dapat mendukung atau
justru menyanggah, memfalsifikasi hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sesuai
dengan topic penelitian.
Pada bagian penutup, penulis perlu mengetengahkan simpulan dan saran-
saran yang relevan dengan hasil penelitian. Simpulan berisi rangkuman hasil
p[enelitian dan interpretasinya yang dituangkan dalam proposisi-proposisi kalimat
yang ringkas dan padat. Saran-saran dapat berupa rekomendasi yang
diketengahkan kepada pihak-pihak tertentu berkaiyan dengan hasil-hasil
penelitian.

124
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
III. RANGKUMAN
Makalah merupakan karya tulis dalam topic tertentu yang lazimnya
dipersiapkan untuk disajikan dalam forum pertemuan ilmiah, misalnya dalam
bentuk seminar, diskusi ilmiah, konferensi. Dalam konteks perkuliahan di
perguruan tinggi, makalah lebih spesifik berupa karya tulis yang merupakan tugas
mahasiswa dalam mata kuliah tertentu yang dipresentasikan dalam pertemuan
perkuliahan. Ada dua jenis makalah, yakni makalah yang merupakan karya tulis
yang berupa hasil pemikiran penulisnya dan makalah yang berupa karya tulis yang
berasal dari hasil penelitian yang dilakukan melalui prosedur ilmiah.
Makalah perlu ditulis menggunakan bahasa ragam tulis ilmiah yang baku, yang
ditandai dengan karakteristik menggunakan bentuk kalimat pasif, bertolak dari
objek dengan meminimalkan atau meniadakan subjektivitas, tidak mengutamakan
emosi, tidak dogmatis, serta bahasa yang digunakan logis, lugas, dan lebih
mengutamakan makna denotatif.

DAFTAR RUJUKAN

LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA

Identitas Mashasiswa
Nama :……………………………………………………………………….
NIM :………………………………………………………………………..
Prodi :……………………………………………………………………….
Fakultas:……………………………………………………………………..

1.Tuliskah sebuah makalah Hasil Pemikiran/Kajian Teori

JUDUL:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………….

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

125
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

126
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

B.Rumusan Masalah

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

C.Tujuan Penulisan

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

D.Manfaat Penulisan

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

BAB 2 KAJIAN KEPUSTAKAAN

A.(Judul kajian kepustakaan sesuai dengan topik)

127
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

128
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………..

129
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
B.Rangkuman (khusus rangkuman kajian kepustakaan yang berupa simpulan dari
hasil kajian)

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………

BAB 3 PEMBAHASAN

A.(Judul pembahasan sesuai dengan fokus masalah yang dikaji)

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

130
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

131
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
BAB 4 PENUTUP

A.Simpulan

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
B.Saran/Rekomendasi

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

132
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

DAFTAR RUJUKAN

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

133
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

134
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………
2.Tulislah Makalah Hasil Penelitian

JUDUL:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………….

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………

135
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………
B.Rumusan Masalah

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

C.Tujuan Penelitian

136
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
….........
D.Manfaat Penelitian

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

A.(Judul kajian kepustakaan sesuai dengan topik)

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

137
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

138
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………..
B.(Penelitian-penelitian yang Relevan)
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

139
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

140
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Pendekatan/Metode Penelitian

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

141
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

B.Desain Penelitian

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
C.Data dan Sumber Data/ Populasi dan Sampel

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

142
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………..
D.Prosedur Penelitian

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………

E.Teknik Pengumpulan Data


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

143
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………..
F.Teknik Analisis Data
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………..

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

144
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

145
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

B.Pembahasan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

146
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………..
BAB VPENUTUP

A.Simpulan

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

B.Saran/Rekomendasi
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

147
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

DAFTAR RUJUKAN
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

148
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

149
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

ARTIKEL

I.TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menulis artikel ilmiah dan artikel semi ilmiah
(populer).

II.MATERI PEMBELAJARAN
2.1 Pengertian Artikel Ilmiah
Artikel Ilmiah merupakan salah satu jenis teks akademik. Artikel ilmiah
pada umumnya diterbitkan pada jurnal ilmiah, yaitu terbitan berkala yang berisi
kajian-kajian di bidang tertentu. Artikel ilmiah adalah tulisan yang berisi hasil
hasil penelitian atau kajian yang disajikan bagi masyarakat ilmiah tertentu seperti
mahasiswa, dosen, peneliti, dan ilmuan. Lebih lanjut aertikel ilmiah dibagi
menjadi dua jenis. Pertama, artikel penelitian adalah laporan penelitian yang
disajikan dalam bentuk artikel yang berdasarkan hasil penelitian. Kedua, Artiekl
nonpenelitian yang tidak didasarkan pada penelitian, dan biasanya merupakan
ulasan konsep. Karena itu, artikel nonpenelitian sering disebut artikel konseptual.

150
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Artikel ilmiah dapat digolongkan menjadi artikel penelitian dan artikel
nonpenelitian (serta artikel ilmiah popular, sebagai subjenis yang lain). Jenis-jenis
teks akademik yang lain adalah buku, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi,
ulasan, dan sebagainya. Artikel konseptual atau nonpenelitian merupakan hasil
pemikiran atau argumentasi penulis atas suatu permasalahan yang dituangkan
dalam artikel dengan terlebih dahulu mengkaji pemasalahan itu dengan teori atau
sumber keilmuan yang relevan. Artikel konseptual pada umumnya berisi
pemikiran teoretis mengenai sesuatu yang disajikan melalui analisis secara kritis.
Adapun artikel ilmiah popular relatif sama dengan artikel konseptual, yaitu artikel
ilmiah yang lebih bergaya informal antara lain ditandai oleh penggunaan bahasa
sehari-hari. Apabila artikel penelitian dan artikel konseptual dipublikasikan di
jurnal atau dipresentasikan di forum seperti konferensi dan seminar, artikel ilmiah
popular biasanya dimuat di koran atau majalah, khususnya di kolom opini.

2.2 Format Artikel Ilmiah Hasil Penelitian


Isi dan format artikel hasil penelitian dalam jurnal ilmiah memeiliki format
baku sesuai gaya masing-masing jurnal ilmiah. Di bawah ini disajikan uraian
mengenai isi dan format atau sistematika penulisan arrtikel hasil penelitian yang
sering diguankan.
1. Judul
Judul merupakan bagian pertama dalam artikel yang akan dibaca orang.
Oleh karena itu, penulisan judul harus dibuat sedemikian rupa agar pembaca
tertarik. Dalam membuat judul artikel, harus memenuhi (1) mencerminkan isi
artikel (2) informatif dan komprehensif, (3) menarik perhatian dan baru, (4)
memuat konsep atau variabel yang diteliti atau kata-kata kunci yang
menggambarkan masalah penelitian, (5) singkat dan jelas atau tidak multi tafsir.

2. Nama dan Informasi Penulis


Nama penulis ditulis tanpa gelar akademik dan kepangkatan. Nama penulis
disertai dengan nama lembaga asal penulis. Selain nama lembaga, selanjutnya
dilengkapi dengan email atau nomor telpon penulis untuk keperluan
korespondensi dari pembaca. Apabila artikel ditulis lebih dari satu orang atau tim,
maka penulis utama dicantumkan pada urutan pertama. Perhatikan contoh berikut.

3. Abstrak (Abstrack)
Abstrak merupakan bagian penting yang digunakan penulis untuk menarik
pembaca. Melalui abstrak pembaca dapat mengetahui ringkasan artikel dari alasan
utama atau latar belakang penelitian hingga simpulan penelitian. Abstrak memuat
uraian masalah atau alasan penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian yang
digunakan, teknik analisis data, hasil penelitian, dan simpulan penelitian. Dalam

151
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
penulisan abstrak setiap jurnal ilmiah memiliki gaya selingkung tersediri,
umumnya abstrak memiliki panjang lebih kuran 150 kata dan ditulis dalam satu
paragraf. Bahasa yang digunakan dalam menulis abstrak ditulis dalam dwi bahasa,
yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

4. Kata Kunci (Keywords)


Kata kunci (keyword) adalah kata atau terminology spesifik bidang ilmu
yang dibahas di dalam artikel. Kata kunci menggambarkan ranah yang diteliti dan
istilah-istilah teknis yang berkaitn dnegan penelitian. Kata kunci dapat diambil
dari judul penelitian atau tubuh artikel yang menjadi kunci dalam artikel. Kata
kunci pada umumnya ditulis sebanyak 3-5 kata tanpa menggunakan konjungsi.
Penulisan kata kunci sama seperti abstrak yaitu dwi bahasa Fungsi kata kunci
yaitu untuk mempermudah pencarian dan pengelompokkan.

5. Pendahuluan (Iintroduction)
Pendahuluan (Introduction) memuat antara lain (1) permasalahan penelitian
yang mencakup uraian masalah atau alasan peneltian (latar belakang), pernyataan
logis yang mengarah ke hipotesis (jika ada) atau tema pokok, (2) pendekatan atau
pemecahan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) hasil yang diharapkan, dan (5)
kajian teoritik yang berkaitan dengan masaah yang diteliti. Dalam menulis kajian
teoritik, sebaiknya gunakan acuan yang mutakhir dan relevan dengan penelitian.
Dalam penulisannya, bagian pendahuluan dipaparkan secara terintegrasi dalam
bentuk paragraph-paragraf dengan panjang luring lebih 20% dari keseluruhan
artikel.

6. Metode (Method)
Metode ini memuat bagaimana penelitian dilakukan. Metode memuat unsur-
unsur antara lain: (1) rancangan atau desain penelitian, (2) sasaran penelitian
(populasi dan semapel atau subjek penelitian), (3) pengembangan instrument dan
teknik pengumpulan data, dan (4) teknik analisis data. Jika dirasa perlu, penulis
dapat melampirkan mengenai kisi-ksis instrument atau penggelan bahan yang
digunakan dalam penelitian. Jika menggunakan berbagai rumus statistik yang
digunakan dalam penelitian, rumus yang sudah umum digunakan tidak eajib
ditulis dalam metode. Format sub-sub bagian dituli dalam format esai atau
menjadi kesatuan paragaraf. Metode umumnya ditulis maksimum 15% dari badan
artikel.

7. Hasil (Result) atau Temuan (Finding)


Hasil atau temuan merupakan bagian utama dari artikel. Bagian ini memuat
hasil analisis data. Hasil penelitian tidak memuat pengujian hipotesis dan

152
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
penggunaan statistic. Penyampaian hasil penelitian dapat dibantu dengan
penggunaan tabel dan grafik. Grafik dan tabel harus dibahas dalam tubuh artikel
tetapi tidak dengan cara pembahasan yang mendetil satu persatu. Tabel dibuat
cukup garis horizontal atau fertikl saja (dapat merujuk APA Style). Jika
penyajiannya relative panjang, hasil atau temuan dapat dibagi dalam sejumah sub-
sub bagian. Panjang paparan hasul lebih kurang 35-40%.

8. Pembahasan (Discussion)
Pembahasan merupakan bagan terpenting dari keseluruhan isi artikel
ilmiah. Bagian ini berisi ulasan atau pemaknaan hasil dan perbandingan dengan
teori dan atau hasil penelitian sejenis. Pembahasan memuat jawaban-jawaban
pertanyaan penelitian dan menunjukkan bagaimana temuan-temuan tersebut
diperoleh, menginterpretasikan temuan, mengaitkan temuan penelitin dengan
struktur pengetahuan, dan memunculkan teori baru atau modigikasi dari teori
yang ada (disarankan). Selain itu, pembahasan dapat diperkaya dengan merujuk
hasil-hasil penelitian relevan sebelumnya yang telah terbit dalam jurnal. Penulisan
rujukan dalam badan artikel menggunakan pola berkurung ( ) dapat merujuk cara
penulisan kutipan dari APA Style. Perujukan lebih disarankan bukan berupa kutipan
langsung atau tidak memuat terlalu banyak kutipan langsung. Namun, jika ada kutipan
langsung yang jumlahnya kurang dari 40 kata, harus ditulis dalam paragraf (tidak
dipisah) dan dengan diberi tanda kutip (“...”). Jika kutipan langsung berisi 40 kata
atau lebih, dapat ditulis terpisah dari paragraf, menjorok setengah inchi dari pinggir,
tanpa diberi tanda kutip dan diikuti nama, tahun, halaman dalam tanda kurung (nama,
tahun:halaman). Jika suatu pernyataan saripati dari beberapa sumber rujukan, semua
sumber ditulis dengan menyebutkan semua referensi urut alfabet dan tanda titik koma
(;) untuk memisahkan antarsumber, contoh (Harry, 2019; Rustam, 2014; Priyanto,
Irma, & Liza, 2017). Pembahasan memuat kurang lebih 35-40% dari panjang
keseluruhan artikel.

9. Simpulan
Simpulan tidak sekadar mengulangi data, namun berupa substansi
pemaknaan. Simpulan dapat berupa pernyataan tentang apa yang diharapkan,
sebagaimana dinyatakan dalam Pendahuluan yang akhirnya dapat menghasilkan
Hasil dan Pembahasan sehingga ada keselarasan. Selain itu, berdasarkan hasil dan
pembahasan, simpulan dapat juga ditambahkan prospek pengembangan hasil
penelitian dan prospek aplikasi penelitian selanjutnya atau ke depan. Simpulan
kurang lebih 5% dari keseluruhan artikel.

10. Saran

153
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Saran disini sifatnya adalah opsional yang artinya boleh ada atau tidak
sesuai gaya selingkung masing-masing jurnal ilmiah. Saran hendaknya
dikembangkan berdasarkan temuan penelitian. Saran dapat mengacu kepada
tindakan praktis, pengembangn teori baru, penelitian lanjutan, dan dapat berupa
saran kepada kebijakan tertentu sesuai temuan penelitian.

11. Daftar Rujukan


Daftar rujukan atau yang disebut juga daftar pustaka ditulis dnegan
menggunakan pedoman umum yang berlaku bagi penulis artikel atau gaya
selingung jurnal ilmiah. Daftar rujukan biasanya yang dicantumkan minimal 15
dan hanya memuat pustaka yang diacu pada naskah tulisan. Komposisi referensi
yang digunakan harus terdiri dari minimum 60% referensi primer (jurnal) yang
diterbitkan minimum 5 tahun terakhir dan maksimum 40% referensi sekunder
(buku teks, dll) yang diterbitkan dalam 10 tahun terakhir. Daftar rujukan harus
sesuai dengan APA Style. Dalam menyusun daftar rujukan disarankan untuk
menggunakan aplikasi Mendeley atau Zotero. Kedua aplikasi ini mempermudah
penulis dalam menyusun daftar rujukan.

2.3 Format Artikel Konseptual (Nonpenelitian)


Isi dan format artikel konseptual atau nonpenelitian memiliki sejumlah
unsur yang hampir sama dengan artikel hasil penelitian, namun secara substansial
memiliki perbedaan. Pada artikel konseptual tidak memiliki unsur metode, hasil,
dan pembahasan seperti yang terdapat pada format artikel hasil penelitian.
Beberapa unsur tersebut diganti dengan bahasan utama atau bahasan inti berupa
sun-sub judul yang disesuaikan dengan subtopik yang sedang dibicarakan atau
argumentasi yang sedang dikembangkan oleh penulisnya (Adnan, dkk., 2015: 71).
Umunya isi dari artikel konseptual berupa pembahasan, analisis , argumentasi,
dan pemikiran penulis mengenai masalah yang dibicarakan atau dijadikan
argumentasi.
Persamaan beberapa unsur artikel konseptual dan artikel ilmiah antara lain
seperti judul, identitas penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, simpulan. Lebih
jelasnya dapat dilihat dari penjelasan isi dan format berikut.
1. Judul (memiliki kesamaan dnegan format artikel hasil penelitian).
2. Identitas penulis (memiliki kesamaan dnegan format artikel hasil penelitian).
3. Abstrak (memiliki kesamaan dnegan format artikel hasil penelitian).
4. Kata Kunci (memiliki kesamaan dnegan format artikel hasil penelitian).
5. Pendahuluan (berisi uraian yang mengantarkan pembaca kepada topik utama
yang akan dibahas).

154
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
6. Bagian inti, bagian inti pada artikel komseptual tidak memiliki metode
penelitian seperti halnya artkel hasil penelitian (terdiri dari sejumlah sub
judul sesuai dengan topik pembahasan).
7. Simpulan (memiliki kesamaan dnegan format artikel hasil penelitian).
8. Saran (bersifat opsional, memiliki kesamaan dnegan format artikel hasil
penelitian).
9. Daftar rujukan (memiliki kesamaan dnegan format artikel hasil penelitian).

Pemanfaatan Sumber Pustaka dan Perangkat Penunjang Publikasi Ilmiah


A. Penyediaan Sumber Pustaka Internasional
1. Science Direct (https://sciencedirect.com)
2. Ebsco (https://search.ebscohost.com)
3. Proquest (http://search.proquest.com)
B. Penyedia Sumber Pustaka Nasional
1. Portal Garuda (https://garuda.ristekdikti.go.id)
2. Indonesia Onesearch (www.onesearch.id)
C. Pemanfaatan Mesin Indeks
1. Google Scholar (https://scholar.google.co.id)
2. Scopus (www.scopus.com)
3. Web of Science (www.webofknoledge.com)
4. Dimensions (www.dimensions.ai)
5. Sinta (sinta.ristekdikti.go.id)
6. Scival (www.scival.com)
7. Directory of Open Acces Journal (DOAJ) (https://doaj.org)

D. Perangkat Manajemen Referensi


Dari sejumlah perangkat atau aplikasi manajer referesi yang tersedia,
pada bagian ini ada beberapa produk populer yang digunakan. Kemudahan
penggunaan, stabilitas, biaya, dan dukungan yang tersedia bagi penulis.
1. Mendeley (www.mendeley.com)
2. Zotero (www.zotero.org)
3. EndNote (www.endnote.com)

2.4 Artikel Populer


Artikel populer merupakan artikel yang mengangkat atau membahas
berbagai tema yang sedang populer atau hangat di tengah masyarakat. Sumadiria
(2016: 2) menjelaskan “Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang

155
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
mengupas tuntas suatu maslah tertentu yang sifatnya actual dana tau (informatif),
mempengaruhi dan meyakinkan (persuasive argumentatif), atau menghibur
khalayak pembaca (rekreatif)”. Penulisan artikel populer pada umumnya
menggunakan gaya bahasa yang ringan agar mudah dicerna oleh masyarakat dari
berbagai kalangan. Artikel populer sebagai karya yang ditulis dan dipublikasikan
di media massa tentu memiliki kriteria umum.
1. Asli dan Belum Pernah Terbit di Media
Artikel yang ditulis asli merupakan karya sendiri, bukan plagiat
atau kompilasi. Agar menghindari plagiat, seorang penulis harus
menguasai sekaligus mempraktikkan etika pengutipan. Artikel yang akan
dikirim ke media massa belum pernah terbit di media massa mana pun.
2. Aktual
Artikel yang ditulis hendaknya mengandung gagasan aktual atau
bersifat baru, belum banyak ditulis, dan sedang hangat dibicarakan orang.
Gagasan yang baru, segar, dan memberikan manfaat bagi masyarakat akan
diperhatikan bahkan dijadikan rujukan. Sebaliknya, artikel yang
gagasannya telah usang, atau sesuatu yang datar-datar saja tidak akan
diperhatikan pembaca.
3. Topik
Topik merupakan intisari yang akan dibahas dalam suatu tulisan. Topik
akan menjadi pemandu arah tulisan yang kita buat sehingga tulisan lebih
runtut dan sistematik. Dalam memilih topik perlu memperhatikan rambu-
rambu seperti: (1) topik memiliki kebermanfaatan atau menambah
wawasan bagi pembaca, (2) topik yang menarik bagi penulis dan pembaca,
(3) topik harus dipahami oleh penulis, (4) bahan atau reverensi yang
diperlukan dalam mengembangkan topik tersedia dan emadai, (5) topik
tidak terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit.

4. Menyangkut Kepentingan Umum


Artikel yang ditulis harus memberikan nilai manfaat bagi
masyarkat luas, baik dari segi pandangan, dan saran atau solusi. Penulis
tidak boleh egois atau asyik sendiri dalam menulis artikelnya.
5. Terdapat Referensial dan inspiratif
Artikel yang ditulis haruslah didukung oleh referensi, pengetahuan
dan pemahaman, dan teori yang relevan. Referensi yang akan digunakan
dalam menulis artikel bisa didapat dari koran, internet, media online,
jurnal ilmiah, dan beragai hasil penelitian. Artikel yang ditulis secara
reverensial dan intelektual akan menghasilkan tulisan yang logis,
sistematis, analaistis, akadmeis, dan etis.
6. Disajikan dalam bahasa yang sederhana, menarik, dan komunikatif

156
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Artikel konsumsi surat kabar atau majalah, media massa online
harus tunduk kepada bahasa jurnalistik. Ciri utama bahasa jurnalistik
adalah sederhana, jelas, lugas, singkat, menarik, segar, ringan dicerna,
gampang diingat, mudah dimengerti dan dipahami arti atau maksud, hidup,
segar, dan arahnya (komunikatif).
7. Ditulis dengan Menyantumkan Nama dan Identitas Penulis.
Artikel populer merupakan karya yang terbit di media massa
seperti koran. Seiring perkembangan teknologi dan informasi artikel juga
terbit di media massa online. Sebagai karya dari hasil pemikiran penulis,
artikel harus disertai dengan mencantumkan secara jelas nama dan profesi
penulisnya. Berkaitan dengan ini, ada beberapa tata cara penulisan
identitas penulis, artikel dengan kategori opini, nama penulis pada
umumnya dicantumkan di atas, tepatnya di bawah judul. Sedangkan artikel
ringan dan artikel praktis, nama penulis umumnya ditulis pada bagian
akhir artikel. Kecuali hasil penelitian, boleh ditulis lebih dari satu penulis.
8. Singkat dan Tuntas
Singkat berarti pembahasan tidak bertele-tele, tidak mendayu-dayu
dan berputar-putar, tidak mengerjai pembaca, tidak membuang-buang
waktu pembaca. Seabiknya artikel ditulis secara ringkas, langsung pada
pokok persoalan. Selanjutnya mengikuti gaya selingkung media massa
yang akan dituju, sebab setiap media massa berbeda-beda. Ada yeng
menentukan jumlah paragraf dan kata tertentu. Tuntas, artinya tidak
bersambung ke edisi berikutnya. Artikel yang dimuat harus tuntas dalam
satu edisi.

9. Organisasi karangan
Suatu karangan dibangun oleh tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan
(introduction) berfungsi mengantarkan bagian isi. Sebagai pengantar, di
dalam pendahuluan terdapat paragraf pembuka yang harus menarik minat
dan perhatian pembaca. Bagian isi (body) berfungsi menjelaskan tema
tulisan. Bagian penutup/kesimpulan (conclusion) berfungsi menegaskan
dan menyarikan solusi dari persoalan yang telash dijelaskan di muka.
Ketiga bagian tersebut harus terjalin secara padu sehingga mengahsilkan
gagasan utuh, sehingga pembaca akan mudah menangkap tema tulisan.
10. Pengembangan Paragraf
Paragraf berperan memenggal-menggal gagasan. Paragraph baru
memunculkan atau berisi gagasan topik baru sehingga keseluruahn
paragraph menggambarkan liku-liku jalan bernalar dalam sebuah wacana
yang komunikatif. Metode yang lazim diikuti sebagai konvensi
pengembangan paragraph yaitu: (1) Klimaks dan anti klimaks, (2) sudut

157
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
pandang, (3) Perbandingan dan pertentangan, (4) Analogi, (5) Contoh, (6)
Proses, (7) Sebab-akibat, (8) Umum-khusus, (9) Kalsifikasi, (10) Definisi.
11. Retorika
Tulisan artikl koran tentu memiliki retorika tersendiri. Kekhasan retorika
artikel koran terletak pada kemampuan penulis artikl dalam merjaut kata
dalam kalimat yang lancer, lugas, dan menarik. Tidak jarang penulis
artikel menggunakan kata-kata yang “bombastis” guna mempertajam isi
tulisannya, yang seklaigus berguna untuk meyakinkan pembacanya.
12. Diksi dan Pengelolaannya
Kekhasan diksi dalam artikel koran menjadikan tulisan artikel
koran memiliki kreativitas yang tinggi.

13. Gaya dan Nada Tulisan


Penting bagi penulis untuk mengembangkan gaya penulisannya
sendiri dalam tulisannya. Gaya penulisa dapat meliputi gaya serius, lucu
atau anekdot, dan atau gaya kritikan satire. Nada tulisan sama pentingnya
dengan gaya di dalam penulisan. Ada enam gaya menurut Tarigan,
keenam gaya tersebut yaitu: nada akrab/ intim, nada informative, nada
menjelaskan, nada argumentative, nada kritik, dan nada otoratif.
14. Waktu dan tempat pemuatan
Pemuatan suatu artikel bergantung pada persoalan atau situasi,
misalnya, peringatan hari besar dan peristiwa bersar atau bersejarah.
Namun, ada juga artikel yang bersifat eksklusif dan artikel yang tidak
dibatasi dengan tema.

2.5 Struktur Artikel


1. Judul (headline)
Judul suatu artikel koran adalah: (a) singkat, yaitu kurang lebih 3-7 kata,
(b) relevan dnegan pokok bahasan, (c) sensasional, mampu membangkitkan
hasrat untuk dibaca, (d) representative, yaitu memiliki isi tulisan, (e) informal,
tidak menunjukkan pernyataan formal, (f) spesisik, fokus pada suatu persoalan.
2. Bagian Kepala (Lead)
Bagian kepala (lead) untuk mengungkapkan peristiwa, rangkaian kejadian,
pernyataan, dan pendapat.
3. Bagian Penghubung
Bagian penghubung menyambungkan bagian intro (pada bagian kepala)
denga nisi atau materi yang akan dijelaskan dan disajikan dalam artikel.
4. Bagian Penjelas (Batang Tubuh)

158
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Bagian penjelas merupakan pembahasan permasalahan atau persoalan yang
disajikan dengan dikupas secara jelas dan tepat agar permasalahan atau
persoalan mudah dipahami oleh pembaca.
5. Bagian Penutup
Bagian akhir dari artikel yang berisi solusi maupun saran dan simpulan.

III. RANGKUMAN
Artikel ilmiah adalah tulisan yang berisi hasil hasil penelitian atau kajian
yang disajikan bagi masyarakat ilmiah tertentu seperti mahasiswa, dosen, peneliti,
dan ilmuan. Lebih lanjut aertikel ilmiah dibagi menjadi dua jenis. Pertama, artikel
penelitian adalah laporan penelitian yang disajikan dalam bentuk artikel yang
berdasarkan hasil penelitian. Kedua, Artiekl nonpenelitian yang tidak didasarkan
pada penelitian, dan biasanya merupakan ulasan konsep. Karena itu, artikel
nonpenelitian sering disebut artikel konseptual. Artikel populer merupakan artikel
yang mengangkat atau membahas berbagai tema yang sedang populer atau hangat
di tengah masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN
Adnan, Zifirdaus dan I Zifirdaus. 2005. Merebut Hati Audines Internasional:
Strategi Ampuh Meraih Publikasi di Jurnal Ilmiah. Jakarta: Gramedia.

Sumadiria, AS Haris. 2016. MENULIS ARTIKEL DAN TAJUK RENCANA


Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.

Suryoputro, G., Riadi, S., dan Sya’ban A. 2012. Menulis Artikel untuk Jurnal
Ilmiah. Jakarta Selatan: Uhamka Press.

LEMBAR KERJA SISWA

Identitas Mahasiswa
Nama : ……………………………………………………………………..
NIM :………………………………………………………………………
Prodi :………………………………………………………………………
Fakultas:……………………………………………………………………..

159
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Tugas
1.Carilah Artikel Ilmiah dan Artikel Populer lalu bandingkanlah perbedaan dan
persamaan terungkap dari kedua artikel itu. Lampirkan kedua artikel yang Anda
bandingkan tersebut.
…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

160
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

2.Ringkaslah satu artikel ilmiah bidang Anda. Boleh dikerjakan secara kelompok

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

161
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

162
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

163
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

164
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………….

165
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
PROPOSAL SKRIPSI

I.TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memahami tata cara dan tahapan penulisan proposal skripsi serta
penggunaan ragam bahasa Indonesia ilmiah dalam penulisan proposal tersebut.

II. MATERI PEMBELAJARAN


2.1 Apakah Proposal Skripsi?
Semua mahasiswa sudah pasti tugas akhirnya adalah melakukan penelitian.
Namun, sebelum melakukan penelitian prosedur yang wajib ditempuh mahasiswa
adalah menulis proposal penelitian. Berdasarkan proposal penelitian tersebut,
mahasiswa lalu mengadakan penelitian yang kemudian dilaporkan dalam bentuk
Skripsi untuk jenjang S-I, Tesis untuk jenjang S-2, dan Disertasi untuk jenjang S-
3. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proposal skripsi adalah suatu bentuk
rancangan atau desain usulan penelitian yang akan dilakukan oleh seorang
mahasiswa tentang suatu bahan penelitian untuk pembuatan skripsi.
Secara semantis, makna proposal adalah sebuah usulan, rencana atau
tawaran akan tetapi, sekarang kata proposal lebih sering digunakan daripada kata
usulan, rencana atau tawaran. Dalam bahasa Inggris, kata proposal diberi makna
‘something (such as a plan or suggestion) that is presented to a person or group
of people consider’ atau ‘the act of presenting a plan, sugestion, ect…, to a
person or group of people’ (Wester, 2012). Makna itu juga digunakan dalam
bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan makna
proposal sebagai “rencana yag dituangkan dalam bentuk rancangan kerja (Dikti,
2016)
Proposal skripsi sebagai karya ilmiah dan sebagai tugas akhir mahasiswa
program sarjana tentu dalam penulisannya memiliki standar yang telah dibakukan.
Standar pembakuan tersebut dapat dilihat dari pembakuan susunan dan
penggunaan bahasa yang digunakan dalam penulisan proposal tersebut.
(1) Susunan proposal; pada bagian awal proposal terdiri atas; halaman sampul,
halaman pengesahan, daftar isi, sedangkan pada bagian utama proposal
adalah latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

166
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
penelitian, kerangka teori atau tinjauan pustaka dan metode penelitian, untuk
bagian akhir proposal terdapat daftar pustaka.
(2) Penggunaan bahasa Indonesia dan ejaan yang harus dipatuhi mahasiswa dalam
penulisan proposal skripsi tersebut.
Kedua standar pembakuan ini biasanya sudah tertuang dalam buku
pedoman penulisan karya ilmiah yang yang diterbitkan oleh Perguruan Tinggi
dimana mahasiswa tersebut sebagai pembelajar. Buku pedoman inilah tuntunan
mahasiswa dalam hal menulis proposal skripsi maupun menulis makalah dan
laporan penelitian lainya.

Untuk urutan atau struktur proposal penelitian atau proposal skripsi ada
baiknya pendapat Sudjana dan Kusuma (2008) tentang susunan usulan penelitian
dapat dilihat dalam tiga model susunan, sebagai berikut.

Isi dan Tata Urutan Usulan Penelitian

Model I Model II Model III


Masalah dan Tujuan
Latar Belakang Latar Belakang
Penelitian
Masalah dan Tujuan Masalah
Kerangka Penelitian
Penelitian Penelitian
Rancangan Kegiatan
Kerangka Penelitian Tinjauan Pustaka
Penelitian
Metodologi Penelitian Tujuan Penelitian Kepustakaan
Kepustakaan Kepustakaan

Dari ketiga urutan model usulan penelitian proposal tersebut, terlihat


persamaan dan perbedaan. Perbedaannya tampak dalam tata urutan, istilah yang
digunakan. Persamaannya tampak dalam setiap usulan penelitian mengandung
unsur-unsur penelitian, yaitu adanya masalah yang diawali oleh latar belakang,
adanya tujuan, kerangka pemikiran, metodologi penelitian dan kepustakaan.
Model urutan mana yang akan dipilih pada dasarnya sama, bergantung pada
ketentuan yang telah diberlakukan dalam pedoman penulisan karya ilmiah di
Perguruan Tinggi tersebut.
Selain hal-hal menyangkut susunan proposal dan penggunaan bahasa, yang
paling utama dalam penulisan proposal skripsi adalah kerangka pemikiran
objektif, sistematis, dan terencana dalam mengekplorasi masalah penelitian pada
seluruh isi dan gagasan dalam proposal penelitian tersebut.
a. Pemikiran objektif, proposal skripsi ditulis dengan keadaan yang
sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat dan pandangan pribadi. Objektif
berhubungan dengan semua isi dan gagasan di dalam proposal dan tidak

167
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
boleh direkayasa, atau malah dicopy proposal skripsi mahasiswa lain.
Pengcopyan proposal penelitian orang lain untuk kepentingan diri
sendiri, inilah yang dikatakan plagiarisem.
b. Pemikiran sistematis, proposal skripsi harus mengikuti tata cara
penulisan proposal sesuai dengan pedoman penulisan proposal skripsi
atau laporan penelitian yang diterbitkan Perguruan Tinggi di mana
mahasiswa tersebut belajar.
c. Pemikiran terencana, penelusuran semua hal-hal yang berkaitan dengan
proposal skripsi, seperti: mengobservasi dan mencermati atau menelusuri
stuktur teks (misalnya mahasiswa bisa berdiskusi dengan teman,
membaca berbagai proposal skripsi), rujukan buku yang akan digunakan
serta penggunaan ragam bahasa Indonesia baku.
Setelah mahasiswa memahami tata cara dan struktur penulisan proposal
skripsi maka langkah berikutnya adalah menulis proposal. Langkah yang harus
ditempuh mulai merumusan masalah penelitian, pendahuluan, kajian teori dan
metodologi penelitian. Berikut ini diurakan secara berurutan satu demi satu sub-
sub penulisan proposal skripsi.

2.2 Merumuskan Masalah Penelitian


Untuk memulai menulis suatu proposal skripsi, manakah yang duluan
dipikirkan mahasiswa, apakah mencari judul atau menemukan masalah. Tentunya
jawabannya menemukan masalah dahulu, karena masalah yang harus dipecahkan
dengan melakukan penelitian bukan judul penelitian. Namun demikian, masalah
seperti apakah yang layak untuk diteliti?. Apakah setiap masalah layak untuk
dilanjutkan menjadi suatu penelitian?, tentu saja tidak. Alasannya adalah tidak
semua masalah bersifat penting untuk segera diteliti dalam bentuk skripsi.
Idealnya, masalah yang akan diteliti dalam penulisan proposal skripsi hendaknya
tema/judul bersifat strategis. Strategis maksudnya, mampu memberikan banyak
manfaat kepada pembaca, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis
penelitian yang dilakukan berguna untuk menambah wawasan pemikiran dan
pengembangan ilmu pengetahuan, secara praktis penelitian itu bermanfaat bagi
lembaga, instansi pemerintah, maupun swasta yang memerlukan pemikiran-
pemikiran tentang masalah yang diteliti.
Dalam merumuskan masalah, kunci utamanya yakni pemahaman dalam
melihat keterkaitan antara variabel dengan satu variabel dengan fokus utama yang
akan diteliti. Jika suatu masalah tidak berkaitan sama sekali dengan fokus utama
penelitian atau judul penelitian inilah yang akan merepotkan mahasiswa dalam
penulisan skripsi, termasuk tesis. Inilah yang dikatakan revisi berkali-kali dengan
dosen pembimbing.
Jika perumusan masalah sudah ditemukan dan ditetapkan, maka langkah
berikutnya adalah merumuskan redaksi judul penelitian. Redaksi judul hendaknya

168
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
dipaparkan secara deklaratif, jelas, singkat padat, spesifik dan tidak menimbulkan
penafsiran beragam. Pada beberapa jenis penelitian, seperti penelitian eksprimen
dan penelitian tindakan kelas pada judul sudah tergambar upaya meningkatkan
dan melakukan perubahan dengan melalui intervensi tindakan yang akan
dilakukan peneliti.
Judul yang lengkap menurut Santoso dalam bukunya ‘Kiat Menyusun
Proposal Penelitian’ (2015), sebagai berikut; (1) masalah, objek atau masalah
penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, sifat penelitian, waktu penelitian.
Namun, tidak semua unsur tersebut harus ada dalam sebuah judul penelitian,
tergantung kepada topik/rumusan masalah penelitian itu sendiri. Khairinal, dalam
bukunya ‘Menyusun Proposal, Skripsi, tesis dan Disertasi’ (2016) judul penelitian
yang lengkap adalah judul yang memiliki kalimat sempurna yang memenuhi
unsur variabel dan unsur SPOKK (Subjek/pokok kalimat, Predikat/kata kerja,
Objek/penderita, Keterangan nama dan tempat dan Keterangan waktu).
Yang tidak kalah pentingnya juga dalam menulis judul proposal penelitian
ada kata kunci primer yaitu kelompok kata yang merupakan inti sari penelitian
yang akan dilakukan. Kata kunci sekunder adalah kata atau kelompok kata yang
merupakan turunan atau penjelas dari kata kunci primer tersebut.

Misalnya; penggunaan ekstrak daun katuk untuk menurunkan penimbunan lemak


pada broiler. Kata kunci primernya yaitu penggunaan ekstrak daun
katuk dan penimbunan lemak pada broiler. Dari kata kunci primer
penimbunan lemak dapat diturunkan kata kunci sekunder yaitu
kolestror, tringliserida, lemak abdomen, lemak subkutan. Dari kata
kunci primer ekstrak daun katuk dapar diturunkan kata kunci sekunder
yaitu senyawa utama ekstrak daun katuk dan metode akstraksi (dikutip
dari: Kiat menyusun Proposal Penelitian).

2.3 Pendahuluan
Setelah menetapkan judul proposal penelitian, maka langkah selanjutnya
menulis tahap pendahuluan. Tahap pendahuluan dalam proposal skripsi lazimnya
ditulis dengan istilah ‘BAB I Pendahuluan’. Bab pendahuluan ini terdiri dari sub-
sub; (a) latar belakang penelitian, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d)
manfaat penelitian, dan (e) hipotesis (jika ada). Berikut ini diuraikan penulisan
sub-sub pada bagian pendahuluan tersebut.

a. Latar Belakang Penelitian


Latar belakang penelitian (research background) adalah bagian pertama
dalam penulisan proposal skripsi, begitu juga karya ilmiah lainnya. Latar belakang
menguraikan secara lengkap topik (subject area) penelitian, yang diuraikan
kenapa melakukan penelitian pada topik dan masalah tersebut. Sayangnya, tidak

169
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
banyak mahasiswa yang berhasil membuat latar belakang masalah penelitian
dengan baik, karena masalah penelitiannya memang tidak jelas, sebagian lagi
karena copy-paste sana sini sehingga alur paragrafnya menjadi kacau, dan
sebagian lagi karena gagal, kegagalan tersebut karena malas literatur. Ringkasnya,
bagian latar belakang inilah mahasiswa benar-benar mengerahkan semua
kemampuan daya nalar dan daya kemampuan menulis paragraf demi paragraf
dalam menjabarkan latar belakang tersebut.
Ada yang beranggapan bahwa latar belakang penelitian itu memuat banyak
pendapat ahli dan kajian teori. Pendapat itu benar. Namun lebih daripada itu, latar
belakang penelitian juga menyampaikan posisi peneliti, kerangka teori yang
terkait, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan pembahasan singkat
permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Oleh karena itu, dapat dikatakan
latar belakang penelitian itu menunjukan seberapa dalam dan luas pemahaman
peneliti tentang masalah yang menjadi fokus penelitian. Dalam hal
pengembangan tulisan, bagaimana pokok pikiran seluruh paragraf pada latar
belakang memuat materi-materi secara teratur dalam mengungkapkan masalah
yang diuraikan. Maka, harus dipahami dahulu bahwa latar belakang dapat
dilihat dari tiga bagian, yaitu bagian pembuka, isi dan penutup latar belakang.
Bagian pembuka adalah paragraf-paragraf yang menguraikan secara umum
permasalahan, identifikasi masalah, menganalisis masalah. Agar permasalahan
yang dijabarkan dengan akurat maka pada bagian paragraf pembuka ada baiknya
penulis mahasiswa memasukkan beberapa data, fakta, temuan terkait masalah
yang akan menjadi objek penelitiannya. Fakta, referensi dan temuan inilah, pada
dasarnya sudah menguraikan identikasi masalah dan analisis masalah. Jika hasil
ulasan hasil penelitian sebelumnya masih ada kelemahan-kelemahan maka
kelemahan tersebut dibahas pada bagian ini untuk mengarahkan bagian-bagian
penting yang menjadi fokus penelitian.
Pada bagian isi adalah paragraf yang menguraikan bagian-bagian masalah
secara detil. Penulis menguraikan gejala-gejala kesenjangan yang terdapat di
lapangan. Hal ini harus terungkap dengan jelas untuk memuncul masalah lebih
jelas dan mengatasi masalah tersebut. Jika permasalahan yang diuraikan dibiarkan
begitu saja akan menimbulkan permasalahan baru dan akan menghambat,
mengganggu suatu proses maupun kebijakan pemerintah. Untuk memperkuat
bagian ini bisa didukung juga dengan data dan fakta, dokumen, pendapat ahli,
kebijakan-kebijakan. Oleh karena itu, pada bagian isi dibutuhkan penelusuran
berbagai teks akademik. Bagian penutup, pada bagian ini dikemukakan
pendekatan, teori, metode, media dalam penyelesaian masalah dalam proposal
tersebut. Salah satu atau biasanya redaksi kalimat dalam menutup proposal
skripsi, redaksi kalimat yang sering seperti ini ‘untuk mengatasi permasalahan
tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian (kata metode dapat

170
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
menjadi perekat atau kohesi dengan paragraf berikutnya) dalam menutup bagian
latar belakang penulisan proposal skripsi.

b.Rumusan Masalah Penelitian


Untuk menulis redaksi rumusan masalah, ada baiknya kita memahami
pendapat Khirinal (2016) langkah menyusun kalimat rumusan masalah; (a)
menyusun kalimat rumusan masalah yaitu menyusun kalimat tentang masalah
yang akan diteliti dan dicarikan pemecahaannya, (b) kalimat rumusan masalah
lazimnya menggunakan kalimat tanya akan tetapi di akhir kalimat tidak perlu
diberi tanda tanya (?), (3) kalimat rumusan masalah dalam bentuk kalimat
pernyataan, (4) kalimat rumusan masalah mengandung paramater; populasi,
variabel-variabel yang diteliti.

c.Tujuan Penelitian
Dalam menulis tujuan penelitian harus mengacuh pada rumusan masalah.
Jika rumusan masalah dalam bentuk deskriptif maka tujuan umum dan tujuan
khusus penelitian harus sesuai dengan deskriptif. Biasanya juga tujuan penelitian
dibedakan ada tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian itu. Tujuan khsusus adalah tujuan yang lebih
spesifik, artinya tujuan khusus pada hakikatnya penjabaran dari tujuan umum.
Dengan itu, dalam penulisan tujuan khusus menggunakan kata kata operasional
sehingga lebih jelas untuk dicapai. Apabila tujuan umum tidak perlu dispesifikkan
lagi maka tidak perlu tujuan khusus, cukup dibuat tujuan penelitian saja.

d.Manfaat Penelitian
Dalam menulis manfaat penelitian yang harus dipikirkan siapa yang bisa
mengambil keuntungan dari penelitian yang dilakukan. Selama ini kelemahan
penulisan manfaat diungkapan sangat umum, tidak spesifik. Manfaat penelitian
dapat dikemukakan mencakup dua hal;
(1) manfaat teoritis, yaitu manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan atau
pengembangan metode keilmuan tertentu, contoh: hasil dari penelitian ini
dapat digunakan menjadi landasan dalam mengembangkan dan menerapkan
media pembelajaran lebih lanjut.
(2) manfaat praktis, yaitu manfaat bagi lembaga atau masyarakat yang diteliti
atau para pengambil kebijakan yang terkait. Manfaat bisa berupa masalah
sosial kemasyarakatan atau pengembangan kelembagaan. Contoh manfaat
praktis jika penelitiannya di lingkungan sekolah: (a) Bagi siswa hasil
penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SMA…(b) Bagi guru, penerapan media dapat memfasilitasi
siswa dalam mempelajari materi dengan mudah dan bermakna, dan (c) Bagi

171
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
sekolah, hasil penelitian akan memberikan referensi dalam meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.

f. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat diartikan secara sederhana sebagai dugaan sementara.
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani hypo yang berarti di bawah dan thesis  yang
berarti pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Jika dimaknai secara
bebas, maka hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih diragukan.
Untuk bisa memastikan kebenaran dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis
harus diuji atau dibuktikan kebenarannya.
Sebagai penutup materi bagian penulisan pendahuluan ini, berikut
ditampilkan contoh penulisan pendahuluan proposal penelitian yang dikutip dari
buku Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Kementerian Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan,
2016).

PERANAN KETERSEDIAAN ECENG GONDOK


(EICHRONIA CRASSIPES) PADA BADAN AIR
DALAM MENURUNKAN BEBERAPA PARAMETER
PENCEMAR
DI SUNGAI CITARUM (WADUK SAGULING)

Tika Aprilda
Institut Teknologi Bandung

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Penelitian
Sungai adalah salah satu sumber daya perairan yang sangat
penting bagi kehidupan manusia. Sungai mempunyai berbagai
fungsi strategis sebagai penunjang pengembangan suatu daerah
yang sangat vital, di antaranya sebagai sumber air minum,
penunjang kegiatan industry dan pertanian, pusat listrik tenaga air,
serta sarana rekreasi air. Akan tetapi, peningkatan aktivitas
manusia di sepanjang sungai dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas sungai. Penyebab penurunan kualitas sungai
adalah limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah dari
berbagai aktivitas penduduk lainnya.
Kualitas sumber air sungai-sungai utama di Indonesia pada
umumnya tercemar sangat berat oleh limbah organik yang berasal
dari limbah penduduk, limbah industry, dan limbah lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Universitas Padjajaran (2006) Bandung,
ditemukan adanya empat konsentrasi logam berat yang terdapat di
dalam ikan yang diambil dari jarring apung milik warga di Waduk

172
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Saguling. Empat kandungan logam berat itu adalah timbale (Pb) 6
part per million (ppm), zinc/seng (Zn) 22,45 ppm, crom (Cr) 0,1
ppm, dan air raksa atau merkuri (Hg) 179,13 ppb.
Merkuri adalah satu-satunya logam yang berwujud cair pada
suhu ruang. Merkuri, baik logam maupun metal merkuri (CH3Hg),
biasanyamasuk ke dalam tubuh manusia lewat cemaran. Cara
masuk merkuri dapat melalui asupan ikan, kerang, udang, atau
prairan yang terkontaminasi. Merkuri dalam bentuk logam tidak
begitu berbahaya karena 15% yang bisa terserap oleh tubuh
manusia.
Akan Tetapi, begitu terpapar ke alam, dalam kondisi tertentu
merkuri dapat beraksi dengan metana yang berasal dari
dekomposisi senyawa organik dan membentuk metil merkuri yang
bersifat toksis. Dalam bentuk metal, merkuri sebagian besar akan
berakumulasi di otak. Karena penyerapan besar, dalam waktu
singkat merkuri dapat menyebabkan berbagai gangguan . jika
terjadi akumulasi yang berlebih merkuri dapat berakibat pada
degenerasi sel-sel saraf di otak kecil yang menguasai koordinasi
saraf, gangguan pada luas pandang, degenerasi pada sarung
selaput saraf, dan bagian dari otak kecil (Edward 2008).
Timbal bannyak dipergunakan dalam pembuatan baterai, aki,
peledak, pestisida, cat karat, dan lapisan logam. Timbale juga
terdapat pada pipa untuk aliran air minum yang merupakan alloy
di logam timbal. Penggunaan timbal dalam skala besar dapat
mengakibatkan polusi, baik di darat maupun di perairan. Timbal
yang masuk dalam perairan dalam betuk limbah akan mengalami
pengendapan yang dikenal dengan istilah sedimentasi (Palar,
1994).
Namum, peneliti berkeyakinan bahwa permasahalan
pencemaran air ini dapat diatasi. Salah satu cara mengatasi
populasi perairan oleh logam berat adalah penanggulangan secara
biologi dengan memanfaatkan eceng gondok (eichronia crassipes),
penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
eceng gondok mempunyai kemampuan menyerap logam berat
dengan sangat baik (Misalnya, Soerjani, 1975; Kirkby & Manngel,
1987).
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakuka penelitian untuk
melihat efisiensi penyerapan logam berat merkuri (Hg) dan
Timbal (Pb). Selannjutnya perlu dilihat pula perubahan kualitas air
yang terjadi setelah adanya tumbuhan eceng gondok.

2. Rumusan Masalah Penelitian


Pencemaran air Sungai Citarum (Waduk Saguling) sudah
sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan status mutu sungai Citarum
kelas II PP NNo. 82 Tahunn 2001, Sungai Citarum termasuk
dalam kategori tercemar berat, baik di hulu maupun di hilir sungai.

173
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Pemakaian air sungai yang telah tercemar oleh masyarakat untuk
keperluan perikanan dan pertaiann dapat berdampak negative
terhadap kesehatan masyarakat dengan akumulasi logam berat di
tubuh manusia. dalam jangaka panjang hal itu dapat menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan, seperti penyakit minimata, bibir
sumbing, kerusakan susunan saraf, dan cacat pada bayi.
Untuk mengatasi pencemaran perairan oleh logam berat
adalah dengan memanfaatkan eceng gondok. Penelitian-penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa eceng gondok
mempunyai kemampuan untuk menyerap logamberat dengan
sangat baik. Berdasarkan kenyataan di atas, perlu dilakukan
penelitian terhadap tingkat akumulasi logam berat di Sungai
Citarum dengan menggunakan eceng gondok serta terhadap
perubahan kualitas air sebelum dan setelah adanya penyerapan
logam berat oleh eceng gondok
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat efisiensi
penyerapan logam oleh eceng gondok di sungai Citarum (Waduk
Saguling). Secara lebih khusus, penelitian ini bertujuan untuk: (1)
Mengetahui tingkat akumulasi logam berat Pb dan Hg dalam
tumbuhan eceng gondok; dan (2) mengetahui kualitas air sungai di
lokasi sebelum dan sesudah adanya tumbuhan eceng gondok.

4. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di lapangan dan laboratorium
dengan batasan yang diambil sebagai berikut:
(1) Tempat sampling disasarkan pada satu lokasi keberadaan
tumbuhan eceng gondok
di Sungai Citarum.
(2) Karakteristrik fisika-kimia yang akan dianalisis adalah debit
air, DHL, TSS, pH, DO, COD, temperatur, mitrat, dan fostat.
(3) Logam berat yang akan dianalisis pada tumbuhan eceng
gondok adalah logam berat PB dan Hg.
(4) Sampling akan dilakukan pada empat waktu yang berbeda
berdasarkan seri waktu dengan pengulangan pada masing-
masing stasiun.

4. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah: “Kehadiran tumbuhan eceng
gondok (eichronia crassipes) dapat menurunkan konsentrasi logam
berat Pb dan Hg di Sungai Citarum (Waduk Saguling)”.

2.4 Tinjauan Pustaka, Kajian Pustaka, Landasan Teori


Setelah selesai menulis bagian pendahuluan, garapan tulisan berikutnya
adalah menulis tinjauan pustaka, kajian pustaka, landasan teori. Dalam penulisan

174
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
proposal skripsi bagian ini dikatakan dengan BAB II, walaupun terkadang ada
format proposal skrispsi tidak dinyatakan dengan bab dua. Istilah tinjauan
pustaka, kajian pustaka, dan landasan teori sebenarnya berbeda maknanya.
Namun, ketiga istilah tersebut tidak terpisahkan untuk mendukung tema proposal
skripsi yang sedang ditulis.
Tinjauan pustaka lebih kepada penelusuran pustaka yang berhubungan
dengan tema penelitian. Penelusuran pustaka untuk mengumpulkan informasi
yang relevan dalam penelitian yang akan dilakukan. Dengan penelusuran pustaka
dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana penelitian itu
dilakukan. Sementara, kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis
referensi seperti buku, jurnal, artikel, tesis, skripsi, handouts, dan karya ilmiah
lainnya yang dikutip dalam penulisan proposal skripsi. Semua referensi yang
tertulis dalam kajian pustaka harus dirujuk di dalamnya. Dengan demikian kajian
pustaka dikatakan kegiatan mencari dan menelaah bahan pustaka yang memuat
teori teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian pustaka,
baik penelitian pustaka maupun penelitian lapangan akan menentukan cakrawala
dari segi tujuan dan hasil penelitian.
Teori sebagai landasan teori menjelaskan tentang teori-teori dan konsep-
konsep menurut pendapat ahli yang mendukung penelitian secara ilmiah yang
berdasarkan dari teori tersebut yang televan dengan judul proposal skripsi.
Konsep-konsep menurut pendapat ahli harus diuraikan secara detil dan sesuai
untuk mendukung tema penelitian. Sujana dan Kusuma (1992) berpendapat teori
diartikan kumpulan dari konsep, prinsip, definisi, proposisi yang terintegrasi, yang
menyajikan secara sistematis tentang suatu fenomena dengan fokus hubungan
antarvariabel untuk menjelaskan suatu fenomena.
Berikut ini ditampilkan contoh landasan teori dari proposal dari judul
‘Peranan Ketersediaan Eceng Gondok (Eichronia Crassipes) Pada Badan Air
Dalam Menurunkan Beberapa Parameter PencemarDi Sungai Citarum (Waduk
Saguling), penulis Tika Aprilda, Institut Teknologi Bandung (sumber: Bahasa
Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pembelajaran,
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Republik Indonesia, 2016)

A. Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka


1. Landasan Teori
1.1 Pencemaran Sungai
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air, seperti danau, sungai, lautan, dan ir tanah akibat
aktivitas manusia. Pencemaran air dapat dilakukan oleh berbagai hal.
Meningkatnya kandungan nutrient dapat mengarah pada eutrofikasi.
Sampah organic seperti air comberan (sewage) menyebabkan
peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang
mengarah pada kekurangan oksigen yang berdampak negative

175
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
terhadap ekosistem.
Pecemaran air pada umumnya terjadi akibat aktivitas manusia,
baik sektor rumah tangga, pertanian, perikanan, maupun industry.
Sumber utama limbah rumah tangga dari masyarakat adalah berasal
dari perumahan dan daerah perdagangan. Dari rumah tangga dapat
dihasilkan berbagai macam zat organic maupun zat anorganik yang
dialirkan melalui selokan-selokan dan akhirnya bermuara ke sungai-
sungai.
Penggunaan pupuk di daerah pertanian akan mencemari air dan
memberikan nutrientpada tanaman air sehingga meningkatkan
pertumbuhannya. Hal ini akan memengaruhi ekosistem perairan, baik
secara fisik maupun kimia. Selain itu pestisida yang digunakan oleh
petani dapat membahayakan lingkungan perairan karena bersifat
toksis.
Industri mengeluarkan limbah yang dapat mencmari ekosistem
air. Polutan yang dihasilkan pabrik dapat berupa logam berat maupun
panas. Suatu sumber air dapat dikatakan tercemar tidak hanya karena
tercampur dengan bahan pencemar tetapi juga apabila air tersebut
tidah sesuai dengan kebutuhan tertentu.
1.2 Pencemaran Sungai Citarum
Dengan kategori sungai super prioritas, sungai Citarum
merupakan sungai yang memiliki fungsi vital dalam menunjang
kehidupan masyarakat luas. Sungai ini memiliki berbagai pemanfaatan
untuk menunjang kebutuhan air di Provinsi Jawa Barat, juga
menunjang kebutuhan air baku di DKI Jakarta yang diambil dari
Saluran Tarum barat Untuk diolah di PDAM DKI Jakarta.
Bersdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup pada tahun 2004, sungai Citarum termasuk dalam
status mutu tercemar berat, baik di bagian hulu maupun bagian hilir.
Baku mutu air mengacu pada kelas II PP No 82 Tahun 2001. Hal ini
cukup mengkhwatirkan biloa melihat fungsi Citarum yang penting
sehingga memerlukan pengelolaan yang sangat komperhensif dari
semua pihak terkait.
Diperluka solusi utuk mengatasi pencemaran sungai Citarum
ini, baik secara kimia maupun secara biologi. Namun, pengelolaan
kimia relative lebih mahal bila dibandigkan dengan penanggulangan
secara biologi. Penanggulangan pencemaran air secara biologi dapat
menggunakan tanaman sebagai penyerap kontaminan yang umum
disebut dengan teknik fitoremediasi.
1.3 Fitoremediasi
Fitoromediasi adalah pemanfaatan tumbuhan mikroorganisme
untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi polutan. Sebagai
fitoakumulator dan fithocelator, tanaman itu dapat menyerap logam
dan mineral yang tinggi. Konsep pemanfaatan tumbuhan dan
mikroorganisme untuk meremediasi tanah yang terkontaminasi
polutan adalah pengembangan terbaru dari teknik pengolahan limbah.

176
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada limbah organik maupun
anorganik dalam bentuk padat, cair, dan gas (Salt et.al, 1998).
1.4 Mekanisme Penyerapan Logam Berat oleh Eceng Gondok
Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dapat
dibagi menjadi tiga proses yang berkesinambungan, yaitu penyerapan
logam oleh akar, translokasi logam dari akar ke bagian tumbuhan lain,
dan lokalisasi logam pada bagian tertentu untuk menjaga agar
menghambat metabolism tumbuhan tersebut (Priyanto & Priyanto
2000).
2. Tinjauan Pustaka
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengatasi
pencemaran air dengan memanfaatkan eceng gondok. Misalnya, LIPI
yang berkerja sama dengan pengelola Waduk Saguling menanam eceng
gondoksebagai pilt project untuk memperbaiki kualitas air sungai yang
masuk ke Waduk Saguling.
Menurut Kirby dan Mengel (1987), eceng gondok mampu
menyerap logam karena terdapatnya akar yang bercabang-cabang halus
yang berfungsi sebagai alat untuk menyerap senyawa logam sehingga
logam yang terlarut semakin berkurang (Kirby & Mengel, 1987).
Selanjutnya Soerjani menyatakan tumbuhan ini mempunyai daya
regenerasi yang cepat dan toleransinya terhadap lingkungan cukup
besar sehingga eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan
pengendali pencemaran lingkungan (Soerjani, 1975).
Di pihak lain, penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas Padjajaran (2006)
Bandung merngungkap adanya empat kandungan logam berat yaitu
timbale (Pb) 6 part million (ppm), zinc/seng (Zn) 22,45 ppm, crom (Cr)
0,1 ppm, dan air raksa atau merkuri (Hg) 179,13 ppb-di dalam ikan
yang dipelihara di jaring apung di Waduk Saguling. Apabilahipotesis
penelitian yang akan dilakukanini terbukti, hasil-hasil penelitian ini
dapat memperkuat temuat-temuan pada penelitian-penelitian
sebelumnya dalam hal tingkat akumulasi logam berat Pb dan Hg dalam
tumbuhan eceng gondok di Waduk Saguling, dan dalam hal kualitas air
sungai di lokasi tersebut sebelum dan sesudah adanya tumbuhan eceng
gondok.

2.5 Metodologi Penelitian


Setelah mahasiswa selesai menulis tahapan bab dua yaitu tinjauan pustaka,
kajian pustaka, landasan teori, garapan berikutnya menulis BAB III, yakni
metodologi penelitian. Dalam istilah sederhana, metodologi dapat diartikan
sebagai ide tentang metode apa dalam memproses dan dengan cara bagaimana di
dalam penelitian agar dapat mencapai tujuan penelitian. Oleh karena itu,
metodologi penelitian adalah sebuah upaya sistematis dalam rangka pemecahan
masalah yang dilakukan peneliti agar dapat menjawab permasalahan-

177
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
permasalahan atau fenomena yang terjadi. Dalam rangka untuk merencanakan
proses penelitian secara keseluruhan dan agar penelitian dapat selesai tepat waktu
serta penelitian berjalan di arah yang benar, maka peneliti haruslah hati-hati dalam
memilih metodologi. Dikatakan demikian, karena manfaat metodologi; (1)
memudahkan pekerjaannya agar sampai pada tahap pengambilan keputusan atau
kesimpulan, dan (2) dapat mengatasi berbagai keterbatasan yang ada, misalnya
keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan lain-lain.
Berikut ini dikemukakan sub-sub wajib dalam penulisan metodologi
penelitian, antara lain; (a) Jenis Penelitian, (b) Populasi dan Sampel Penelitian, (c)
Sumber Data penelitian, (d) Teknik dan Alat pengumpul Data, dan (e) Teknik
Analisis Data.

a.Jenis Penelitian
Di dalam bab tiga tentu harus jelas ditulis jenis penelitian apa yang akan
dilakukan untuk mencari solusi penelitian. Berikut ini beberapa jenis penelitian
yang sering kita jumpai dalam proposal skripsi mahasiswa (Darma, 2008).
1. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian
deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual
sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian
deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang
menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap
peristiwa tersebut.
2. Penelitian Studi Kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif
seseorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus
tertentu. Misalnya, mempelajari secara khusus kepala sekolah yang tidak
disiplin dalam bekerja. Terhadap kasus tersebut peneliti mempelajarinya
secara mendalam dan dalam kurun waktu cukup lama. Mendalam, artinya
mengungkap semua variable yang dapat menyebabkan terjadinya kasus
tersebut dari berbagai aspek.
3. Penelitian survei cukup banyak digunakan untuk pemecahan masalah-
masalah pendidikan termasuk kepentingan perumusan kebijaksanaan
pendidikan. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi tentang
variabel dari sekolompok obyek (populasi). Survei dengan cakupan
seluruh populasi (obyek) disebut sensus. Sedangkan survei yang
mempelajari sebagian populasi dinamakan sampel survei.
4. Studi korelasi bertujuan menguji hipotesis, dilakukan dengan cara
mengukur sejumlah variabel dan menghitung koefisien korelasi antara
variabel-variabel tersebut, agar dapat ditentukan variabel-variabel mana
yang berkorelasi.

178
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
5. Penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna
membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat.
Penelitian eksperimen merupakan metode inti dari model penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam metode penelitian
eksperimen, peneliti harus melakukan tiga persyaratan yaitu kegiatan
mengontrol, kegiatan memanipulasi, dan observasi
6. Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleleksi-diri yang
dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki praktek yang dilakukan sendiri.
7. Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D)
adalah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk
memperbaiki praktek. Yang dimaksud dengan Penelitian dan
Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah rangkaian
proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk
baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat
dipertanggung jawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda
atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu
pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat
lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data,
pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-
model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, sistem
manajemen, dan lain-lain.

b.Populasi dan Sampel Penelitian


Pupulasi penelitian adalah keseluruhan wujud benda yang berada dalam
suatu penelitian atau wilayah tertentu dilakukan dalam pengujian yang nantinya
dijadikan sebagai subjek atau objek penelelitian untuk pengumpulan data dan
informasi kemudian hasil penelitian tersebut dijadikan suatu kesimpulan (Hines
and Montgomery, 1972, dalam Khairinal, 2016). Seorang peneliti dapat saja
melakukan penelitian populasi. Akan tetapi bila populasinya sangat besar maka
seorang peneliti dapat memilih penelitian sampel. Dengan demikian, dapat
dikemukakan sampel adalah bagian dari populasi untuk mewakilimyang hendak
diteliti.

c.Sumber Data Penelitian


Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari
mana data itu diperoleh. Misalnya, jika penelitian itu menggunakan kuisioner
atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka susmber data disebut
responden, yaitu orang yang menjawab pertanyaaan dari angket tersebut, baik
secara tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi,

179
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
maka sumber datanya bisa berupa gerak atau proses teretntu. Misalnya, penelitian
yang mengamati tumbuhnya jagung, maka sumber datanya adalah jagung,
sedangkan objek penelitiannya pertumbuhan jagung.

d.Teknik dan Alat Pengumpul Data


Teknik pengumpulan data adalah sebuah teknik atau cara yang dilakukan
oleh peneliti untuk bisa mengumpulkan data yang seuai dengan permasalahan dari
penelitian yang diambilnya. Prosedur yang satu ini sangat penting agar data yang
didapat dalam sebuah penelitian merupakan sebuah data yang valid sehingga
menghasilkan sebuah kesimpulan yang valid pula. Beberapa metode pengumpulan
data antara lain; wawancara, observasi, angket, tes, dan studi dokumentasi.

e Teknik Analisis Data


Teknik analisis data lazimnya dilakukan setelah proses pengumpulan data
selesai. Teknik analisis data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah
sebuah data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah
untuk dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan.
Teknik analisis data dapat dilihat dari dua hal; teknik data pendekatan kualitatif
kualitatif, dan teknik data. Teknik data kualitatif bersifat narasi dalam hal
penyajiannya datanya, teknik kuantitati bersifat statistika dalam penyajiannya.
Sebagai penutup pada bagian penulisan metodlogi penelitian, berikut ini
ditampilkan contoh metodologi penelitian dari proposal dari judul ‘Peranan
Ketersediaan Eceng Gondok (Eichronia Crassipes) Pada Badan Air Dalam
Menurunkan Beberapa Parameter PencemarDi Sungai Citarum (Waduk
Saguling), penulis Tika Aprilda, Institut Teknologi Bandung (sumber: Bahasa
Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pembelajaran,
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Republik Indonesia,
2016).

B. Metodologi Penelitian
1. Waktu dan Lokasi Studi
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2008 sampai
dengan Maret 2009 yang merupakan musim hujan. Penelitian ini
merupakan penelitian lapangan yang akan dilaksanakan di DAS
Citarum.
2. Sumber Data Penelitian
Data penelitian ini diambil dari tiga stasiun. Stasiun I berlokasi di
Kampug Balakasap. Stasiu I dibagi menjadi enam titik pengambilan
sampel air, masing-masing pada jarak ¼ (IA), ½ (IB), ¾ (IC) lebar
sungai pada 0,2 dan 0,8 kali kedalaman sungai. Sampel sedimen

180
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
dibagi menjadi tiga titik sesuai dengan lokasi pengambil sampel air.
Jarak antara stasiun I sampai dengan stasiun I sampai dengan Stasiun
II adalah 700m. dst.
3. Alur Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan alur yang ketat. Alur
tersebut terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut.
(1) Penelitian Pendahuluan;
(2) Pengambilan Sampel Air dan Sedimen;
(3) Pengambilan Sambel Eceng Gondok;
(4) Analisis Sampel;
(5) Analisis Data.

III. RANGKUMAN
Proposal skripsi adalah suatu bentuk rancangan, desain usulan penelitian
yang akan dilakukan dan disusun oleh seorang mahasiswa tentang suatu bahan
penelitian untuk pembuatan skripsi. Susunan proposal skripsi terdiri atas halaman
sampul, halaman pengesahan, daftar isi, sedangkan pada bagian utama berisikan
latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kerangka teori atau tinjauan pustaka dan metode penelitian, untuk bagian akhir
terdapat daftar pustaka.
Tinjauan pustaka merupakan penelusuran pustaka yang berhubungan
dengan tema penelitian. Tujuannya untuk mengumpulkan informasi yang relevan
dalam penelitian. Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis
referensi seperti buku, jurnal, artikel, tesis, skripsi, handouts, dan karya ilmiah
lainnya yang dikutip dalam penulisan proposal skripsi. Teori sebagai landasan
penelitian diartikan kumpulan dari konsep, prinsip, definisi, proposisi yang
terintegrasi, yang menyajikan secara sistematis hubungan antarvariabel untuk
menjelaskan tema penelitian yang sedang dilaksanakan.
Secara kesimpulan dapat dikemukakan bahwa struktur proposal skripsi
sebagai teks dan genre mikro, sebagai berikut.

Genre Mikro Yang


Struktur Teks Fungsi Retoris
Diharapkan
Pendahuluan Eksposisi (dan atau Memberikan latar belakang
meliputi Deskripsi) penelitian yang akan
dilaksanakan, permasalahan yang
akan diteliti, gambaran tujuan,
pentingnya masalah itu diteliti,
dan pendekatan/metode/ teknik
yang akan digunakan untuk

181
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
mencapai tujuan tersebut.
Menyajikan ulasan teoritis tentang
dasar pemikiran yang digunakan
Landasan Teori untuk memecahkan masalah
dan Tinjauan Review Menyajikan ulasan tentang
Pustaka penelitian sebelumnya dan
perbandingannya dengan
penelitian yang akan dilaksanaka
Metodologi Deskripsi (dan atau Menyajikan pendekatan, metode
Penelitian meliputi laporan dan teknik penelitian yang akan
prosedur) diterapkan, termsuk langkah-
langkah yang akan ditemtpuh
Sumber: Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum BAHASA INDONESIA, Dikti,
2016.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Khairinal.2016. Menyusun: PROPOSAL, SKRIPSI, TESIS & DISERTASI,


Teori Model, Skema dan teori dalam Kandungan Al-Qur’an untuk
Penelitian dan Penyelesaian Studi. Jambi

Sudjana Nana dan Kusuma Awal. 1992. Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi.
Sinar Baru Algensindo. Jakarta

Santoso, Urip.2015. Kiat Menyusun Proposal Penelitian. Graha Ilmu. Yogjakarta.


Menristekdikti. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum BAHASA
INDONESIA, Ekpresi Diri dan Akademik. Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan
pendidikan Tinggi Republik Indonesia

182
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Nama :………………………………………………………………………

MIM :………………………………………………………………………..

Prodi :………………………………………………………………………..

Fakultas:………………………………………………………………………..

1.Tulislah satu judul proposal penelitian

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

2.Uraikanlah latar belakang sebanyak lima paragraf sesuai dengan judul proposal
yang Anda tulis

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

183
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

3. Tulislah rumusan penelitian sesuai dengan judul proposal yang Anda tulis!

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

4. Tulislah manfaat penelitian sesuai dengan judul proposal yang Anda tulis!

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

184
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
LAPORAN AKHIR (SKRIPSI)

185
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memahami melaporkan hasil penelitian dan dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas bahan bacaan tentang penelitian.

II. MATERI PEMBELAJARAN


Karya ilmiah seperti skripsi merupakan salah satu bentuk deskripsi diri
mahasiswa dalam bentuk tulisan. Skripsi yang baik adalah skripsi yang tidak
hanya isi laporannya yang bagus, tetapi sangat ditentukan oleh cara penyajiannya.
Ketertarikan pembaca untuk membaca lebih jauh sangat ditentukan oleh cara
penyajiann skripsi tersebut. Walaupun pembaca skripsi terbatas pada lingkungan
tertentu, namun demikian cara penyajiannya yang dipergunakan hendaknya
menarik bagi calon pembaca. Karena cara penyajiannya  yang menarik dan
bertenaga jauh lebih memikat  pembaca dari  pada tulisan yang kering dalam hal
pengungkapan.

2.1 Bagian Awal Laporan (Skripsi)


Bagian awal skripsi dimulai dengan halaman judul, halaman pengesahan,
halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar
tabel, halaman daftar gambar, dan halaman daftar lampiran. Bagian awal ini harus
diketik pada kertas HVS yang sama dengan naskah. Setiap halaman bagian awal
ini diberi nomor halaman dengan angka Romawi kecil (misalnya, i, ii, iii dan
seterusnya) pada bagian tengah bawah setiap halaman, kecuali halaman judul,
halaman pengesahan, tidak diberi nomor halaman, tetapi nomor i dianggap mulai
dari halaman judul dan diurutkan seterusnya ke halaman berikutnya.

1.1 Halaman Judul


Judul skripsi harus dibuat sesingkat mungkin tapi jelas sehingga dapat
menggambarkan skripsi dengan tepat. Selain judul skripsi, halaman judul harus
memuat kata-kata yang sama dengan kulit skripsi. Judul ditulis dengan Time New
Roman style, Kapital, Bold, ukuran font 16. Judul sebaiknya dibuat tidak melebihi
20 kata. 

1.2 Halaman Pengesahan


Halaman pengesahan merupakan tanda pengesahan atau persetujuan oleh
pembimbing. Pada halaman pengesahan tersebut harus tercantum tujuan
pembuatan skripsi, nama dan tanda tangan para pembimbing.

1.3 Halaman Kata Pengantar

186
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Halaman kata pengantar harus diberi judul dengan tulisan KATA
PENGANTAR yang ditulis dengan huruf kapital semuanya, diletakkan di tengah
bagian atas. Kalimat  pertama dari kata pengantar dimulai pada jarak empat spasi
di bawah judul KATA PENGANTAR. Penulisan judul skripsi dalam kata
pengantar harus dengan huruf kapital semuanya dan diapit dengan tanda kutip (”).
Kata pengantar harus berisi tujuan umum dan tujuan khusus penulisan skripsi.
Selain itu kata pengantar harus berisi ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi. Jangan
menuliskan ucapan terima kasih kepada orang atau lembaga yang tidak terlibat
langsung dengan penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi. Kata pengantar
harus diakhiri dengan menuliskan tempat dan tanggal pembuatan skripsi serta
diakhiri dengan kata “Penulis”. Jangan tulis nama dan tanda tangan pada akhir
Kata Pengantar.

1.4 Halaman Abstrak


Abstrak merupakan ringkasan skripsi. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia
dan  bahasa Inggris yang masing-masing dimulai pada halaman baru dan masing-
masing tidak lebih dari satu halaman. Abstrak terdiri atas 200 - 300 kata dan
memuat latar belakang yang dikaji, tujuan, metode yang digunakan, ulasan singkat
hasil penelitian, serta  pembahasan/ diskusi singkat dan kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian. Di dalam abstrak tidak boleh ada referensi. Abstrak
skripsi ditulis dengan  jarak satu spasi dan mempunyai batas tepi yang sama
seperti tubuh utama skripsi. Halaman-halaman yang memuat abstrak skripsi diberi
judul ABSTRAK (untuk yang berbahasa Indonesia) dan ABSTRACT (untuk yang
berbahasa Inggris) dan kalimat pertama dari abstrak dimulai pada jarak empat
spasi di bawah judul abstrak. Penulisan judul ABSTRAK dalam huruf kapital dan
diletakkan di tengah bagian atas. Sedangkan isinya ditulis dalam dalam tiga alinea
yaitu alinea  pertama berisi latar belakang, alinea kedua berisi metode dan alinea
ke tiga berisi hasil,  pembahasan dan kesimpulan.

1.5 Halaman Daftar Isi


Daftar isi harus menyajikan bab dan sub bab yang ada dalam skripsi. Bab
diberi nomor dengan angka Romawi besar dan nama bab ditulis dengan huruf
kapital semuanya. Sub bab diberi nomor dengan angka dan nama sub bab ditulis
dengan huruf kecil kecuali huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital.
Kata penghubung jangan dimulai dengan huruf kapital (misalnya dari, untuk,
kepada, pada, di dan ke).

187
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
1.6 Halaman Daftar Tabel dan Daftar Gambar
Halaman daftar tabel harus mencantumkan nomor tabel dengan angka
Romawi besar, judul tabel dengan huruf kecil semuanya kecuali huruf awal nama
tabel ditulis dengan huruf kapital, dan nomor halaman tempat tabel tersebut
dijumpai dalam naskah. Dalam halaman daftar gambar harus dicantumkan nomor
gambar dengan angka Arab. Kata gambar dan tabel yang diikuti nomor dimulai
dengan huruf kapital, misalnya Tabel 1, Gambar 1. Tabel dan gambar yang
terdapat dalam bagian utama naskah diberi nomor dengan huruf Romawi besar
sesuai dengan nomor bab, diikuti dengan nomor urut tabel dan gambar dengan
angka Arab.

2.2 Bagian Isi Laporan (Skripsi)


Bagian isi adalah bagian pokok dari laporan atau skripsi yang merupakan hasil
karya ilmiah yang ditulis oleh seorang mahasiswa dan terdiri dari beberapa bab.
Hal lain yang tidak boleh diabaikan di sini adalah bahwa rangkaian kata untuk
menyampaikan informasi yang disajikan di dalam skripsi hendaknya teliti,
singkat, padat, jelas, tajam, dan relevan serta konsisten. Bab dab sub bab sebuah
skripsi terdiri atas bab satu pendahuluan, bab dua tinjauan pustaka, bab tiga
metode penelitian, bab empat hasil dan pembahasan, bab lima kesimpuln dan
saran.

2.1 Pendahuluan
Pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah,  batasan masalah,
tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang atau rasional berisi
pertama paparkan keadaan yang ideal yang berupa teori atau ketentuan yang
telah disepakati. Kedua paparkan keadaan di lapangan berdasakan hasil survei.
Ketiga bandingkan keadaan ideal dengan keadaan di lapangan. Hasil
perbandingan dapat berupa kesenjangan, jika terjadi kesejangan antara keadaan
ideal dengan keadaan lapangan berarti objek tersebut bermasalah, perlu dilakukan
penelitian. Hasil perbandingan ideal dengan hasil suvei inilah yang dijadikan
alasan pemilihan topik yang akan dikaji atau pentingnya penelitian ini dilakukan.
Masalah penelitian, merupakan rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan
atau pernyataan yang dapat diteliti secara jelas dan diuji melalui mengumpulan
dan analisis data. Rumusan masalah harus spesifik atau dibatasi dan tidak terlalu
umum.
Menurut Indri (2015) tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang
menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang diperoleh setelah penelitian selesai,
sesuatu yang akan dicapai atau dituju dalam sebuah penelitian. Rumusan tujuan
mengungkapkan keinginan peniliti untuk memperoleh jawaban atas permasalahan
penelitian yang diajukan. Oleh karena itu, rumusan tujuan harus relevan dengan

188
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
identitas masalah yang ditemukan, rumusan masalah dan mencerminkan proses
penelitian. Dalam beberapa penelitian dimana permasalahannya sangat sederhana
terlihat bahwa tujuan sepertinya merupakan pengulangan dari rumusan masalah,
hanya saja rumusan masalah dinyatakan dengan pertanyaan, sedangkan tujuan
dituangkan dalam bentuk pernyataan yang biasanya diawali dengan kata ingin
mengetahui.Tujuan dari penelitian ini yaitu:
Tetapi bila permasalahannya relatif komplek, permasalahan ini menjadi
lebih jelas terjawab bila disusun sebuah tujuan penelitian yang lebih tegas yang
memberikan arah bagi pelaksanaan penelitian. Misalnya, bila rumusan masalah
mempertanyakan bagaimanakah penerapan model pembelajaran kontekstual pada
pokok bahasan pecahan, maka jelas akan banyak penafsiran tentang jawaban yang
diinginkan dari pertanyaan ini, sehingga perumusan tujuannya harus lebih tegas,
misalnya ingin mengetahui langkah-langkah dalam menerapkan model
pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan pemecahan, atau ingin mengetahui
bagaimanakah efek penerapan model pembelajaran kontekstual pada pokok
bahasan pemecahan terhadap hasil belajar.
Tujuan penelitian yang menguraikan secara tegas dan jelas tujuan
dilaksanakan penelitian di objek penelitian yang dipilih tersebut untuk objek
penelitian atau organisasi. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan
masalah yang ditetapkan dan jawabannya terletak pada kesimpulan penelitian.
Tujuan penelitian dijabarkan, biasanya menggunakan kata-kata kerja pembuka
antara lain: menemukan, menjelaskan, menganalisis, menguraikan, menilai,
menguji, membandingkan, menemukan hubungan antara, memperoleh data atau
pengetahuan atau keterangan tentang peneliti. Beberapa sifat yang harus dipenuhi
sehingga tujuan penelitian dikatakan baik yaitu: spesifik, terbatas, dapat diukur,
dan dapat diperiksa dengan melihat hasil penelitian.
Menurut Indri (2015) manfaat penelitian merupakan dampak dari
pencapaiannya tujuan. Seandainya dalam penelitian, tujuan dapat tercapai dan
rumusan masalah dapat dipecahkan secara tepat dan akurat, maka apa manfaatnya
secara praktis maupun secara teoritis. Kegunaan penelitian mempunyai dua hal
yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan (secara teoritis) dan membantu
mengatasi, memecahkan dan mencegah masalah yang ada pada objek yang
diteliti. Kegunaan hasil penelitian terhubung dengan saran-saran yang diajukan
setelah kesimpulan. Misalnya;

a. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori yang


telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima ke dalam penelitian yang
sebenarnya.
b. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan sistem penilaian
pelayanan yang berjalan saat ini.

189
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
c. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana diagnosis dalam mencari sebab
masalah atau kegagalan yang terjadi di dalam sistem penilaian pelayanan yang
sedang berjalan. Dengan demikian akan memudahkan pencarian alternatif
pemecahan masalah-masalah tersebut.
d. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun strategi
pengembangan sistem penilaian pelayanan yang berjalan.

2.3 Tinjauan Pustaka


Tinjauan pustaka bukanlah proses meringkas setiap artikel yang telah ditinjau
oleh seorang penulis karya ilmiah. Tinjauan pustaka dilakukan dengan cara
membuat analisis kritis hubungan antara artikel-artikel jurnal dari karya para
peneliti sebelumnya, dan hubungannya dengan riset si peneliti itu sendiri.
Tinjauan pustaka dapat ditulis secara terpisah atau menjadi satu artikel tersendiri,
atau dapat juga digunakan untuk menjadi kerangka teoritis atau rasional pada
suatu penelitian. Tinjauan pustaka merupakan bagian dari proposal penelitian dan
sering kali menjadi sebuah bab tersendiri dalam skripsi, tesis atau disertasi. Secara
umum, tujuan dari tinjauan pustaka adalah untuk menganalisis secara kritis bagian
dari artikel jurnal melalui proses meringkas, mengklasifikasi dan membandingkan
dengan penelitian sebelumnya.

Menurut Emilia (2008; 158-170) ada lima langkah menulis dalam menulis
kajian pustaka, yaitu:

1. Mencatat: Peneliti mencatat semua data yang terdapat dalam asal informasi
misalnya: intisari, pengarang, tahun terbit, halaman, kota tempat diterbitkan,
dan nama penerbitnya.
2. Mengikhtisar: Peneliti harus memahami intisari makna isi buku atau sumber
bacaaan yang bertalian dengan penelitian yang dilakukan. Mengikhtisar
bertujuan untuk meringkas isi dari suatu pustaka.
3. Mensintesis: Peneliti menyatukan dan membandingkan semua sumber bacaaan
yang telah dikutip dalam klasifikasi topik yang relevan.
4. Menganalisis secara umum: Peneliti memecah informasi menjadi bagian-
bagian kecil dengan tujuan agar terlihat hubungan yang jelas antara bagian-
bagian tersebut. Contohnya analisis mengenai perkembangan isu topik
penelitian tersebut dari waktu ke waktu, temuan penting yang diperoleh dari
penelitian sebelumnya, teknik pengumpulan data dan analisis data, temuan
penting dari penelitian tersebut, dan apa yang membedakan penelitian
sebelumnya dengan penelitan saat ini yang akan diteliti dari segi teori, konsep,
metodologi atau empirik.

190
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
5. Menganalisis secara tajam: Peneliti melakukan evaluasi secara kritis terhadap
hasil karya penelitian sebelumnya dan juga hasil karya peneliti sendiri.
Gunakan argumentasi yang kuat serta dukungan bukti-bukti data yang kuat
saat mengkritik secara konstruktif.

2.4 Metode Penelitian


Penelitian adalah sebuah proses kegiatan mencari kebenaran terhadap suatu
fenomena ataupun fakta yang terjadi dengan cara yang terstruktur dan sistematis.
Proses ini biasanya dilakukan oleh ilmuan atau pakar yang berhubungan dengan
hal yang akan dicari kebenarannya. Misal ada sebuah penelitian yang akan
menemukan fakta tentang bahasa daerah yang hilang di Indonesia. Maka yang
melakukan penelitian adalah pakar bahasa yang benar-benar paham tentang
bahasa.

1. Jenis Metode Penelitian


Menurut Affandi (3018) ada lima jenis metode penelitian yang biasa
digunakan dalam sebuah penelitian, yaitu:
a. Metode penelitian kualitatif
b. Metode penelitian kuantitatif
c. Metode penelitian survei
d. Metode penelitian deskriptif
e. Metode penelitian Ekspos Facto
Namun, dari beberapa jenis metode penelitian di atas, ada dua yang sering
digunakan, yaitu metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang berfokus pada pemahaman terhadap
fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Pada metode penelitian ini, peneliti
menggunakan perspektif dari partisipan sebagai gambaran yang diutamakan
dalam memperoleh hasil penelitian. Penelitian kuantitatif adalah metode
penelitian yang bersifat sistematis dan menggunakan model-model yang bersifat
matematis. Teori-teori yang digunakan serta hipotesa yang diajukan juga biasanya
berkaitan dengan fenomena alam. Berikut ini adalah beberapa perbedaan
penelitian kualitatif dan kuantitatif.

a. Metode penelitian kualitatif menggunakan desain secara umum, sedangkan


metode
penelitian kuantitatif menggunakan desain yang lebih jelas dan spesifik.
b. Metode penelitian kualitatif, menggunakan teknik penelitian berupa
observasi, eksperimen atau juga dengan wawancara terbuka. Sedangkan
metode penelitian kuantitatif dilakukan dengan tes, pengujian dan juga
wawancara terstruktur.

191
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
c. Metode penelitian kualitatif mendapatkan data berupa deskripsi pendapat
dari
responden ataupun hasil catatan lapangan. Sedangkan Metode kuantitatif
mendapatkan data yang berupa angka, skala maupun grafik yang bisa
dihitung.

2.5 Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Hasil penelitian, baik yang mampu membuktikan hipotesis maupun yang tidak,
pada dasarnya mempunyai implikasi (dampak/konsekuensi) bagi obyek penelitian.
Peneliti harus mendiskusikan hasil penelitian ini dalam konteks implikasi tersebut.
Dalam hal ini, Peneliti harus menginterpretasikan hasil penelitian dalam konteks
implikasi atau konsekuensi praktikal dari hasil penelitian bagi obyek penelitian.
Alasan yang mendukung mengapa aspek implikasi ini perlu dikemukakan adalah
bahwa penelitian dilakukan berdasarkan suatu basis data terjadi. Dengan
demikian, jika Peneliti tidak mendiskusikan implikasi dari hasil penelitiannya
maka ia hanya berhenti pada sudah terjadi.
Untuk dapat mendiskusikan hasil penelitian dari sudut pandang implikasi
praktikal ini, Peneliti dapat menggali apa saja yang bisa dipelajari/dilakukan oleh
stakeholders penelitian dalam kaitannya dengan hasil penelitian. Stakeholders
penelitian adalah pihak-pihak yang mungkin mendapatkan manfaat dari
penelitian. Tentunya, stakeholders utama adalah obyek yang diteliti. Fokus utama
peneliti sebaiknya diarahkan pada pemaknaan (interpretasi) hasil penelitian yang
bersifat praktis yang bisa dipelajari/dilakukan oleh stakeholders.
Dalam praktiknya uraian tentang implikasi praktikal dari hasil penelitian tidak
perlu disusun dalam bentuk pointers. Penyajian diskusi dalam bentuk narasi-narasi
dalam paragraf-paragraf akan lebih bersifat komunikatif.

2 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian adalah sub-bab yang paling orisinal dalam
laporan penelitian, termasuk skripsi, tesis, disertasi. Pada sub-bab ini, Peneliti
wajib mengulas hasil penelitian yang diperolehnya secara panjang lebar dengan
menggunakan pandangan orisinalnya dalam kerangka teori dan kajian empirik
yang terdahulu. Jogiyanto (2004:196) menyatakan bahwa hasil pengujian
(analisis) dalam suatu penelitian yang tidak dibahas menunjukkan bahwa si periset
tidak mempunyai konteks ceritera dari hasil penelitiannya itu. Lalu, bagaimana
bisa menyusun pembahasan hasil (penelitian)? Dalam kerangka metode ilmiah,
ada tiga aspek yang mungkin digunakan untuk menyusun dan mengembangan
pembahasan ini, yaitu aspek kajian teoretis, aspek kajian empiris, dan aspek
implikasi hasil.

192
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Aspek Kajian Teoretis
Salah satu tujuan untuk meneliti adalah untuk memperifikasi teori. Artinya,
Peneliti ingin membuktikan apakah suatu teori tertentu berlaku atau dapat diamati
pada obyek penelitian tertentu. Pada penelitian seperti ini, hipotesis penelitian
perlu diformulasi dan diuji. Ada dua kemungkinan hasil pengujian hipotesis yang
bisa diperoleh Peneliti, yakni 
(a) hipotesis penelitian (atau teori yang diperifikasi) terbukti atau 
(b) hipotesis penelitian tidak terbukti. Apa pun hasil yang diperoleh, Peneliti harus
memberikan diskusi (pembahasan) terhadap hasil tersebut dalam konteks teori
yang mendasari penelitiannya. Kompleksitas dari diskusi pada aspek ini
bergantung pada hasil penelitian. Jika kemungkinan pertama hasil penelitian
diperoleh, konteks diskusi dapat dilakukan secara lebih mudah. Peneliti dapat
merujuk kembali teori-teori yang telah disajikan pada kajian teoretis yang telah
dituangkan pada bab tentang kajian pustaka. Dengan kata lain, teori-teori yang
relevan dan dapat dijadikan argumentasi untuk mendukung hasil yang diperoleh
dapat dikemukakan sebagai bahan diskusi.
Jika kemungkinan kedua dari hasil penelitian diperoleh, diskusi (pembahasan)
menjadi lebih kompleks. Peneliti tidak bisa mendasarkan diskusi tersebut pada
teori yang mendukung. Ia harus mendiskusikan atau berargumentasi tentang
mengapa hasil penelitiannya tidak dapat membuktikan teori tertentu. Argumentasi
ini bisa saja diarahkan pada asumsi yang mendasari berlakunya suatu teori.
Misalnya, seorang peneliti menemukan bahwa tidak ada keterkaitan terbalik
(negatif) antara harga barang dan permintaan barang tersebut (padahal, teorinya
mengatakan ada keterkaitan terbalik ini). Peneliti bisa mencermati asumsi apa
yang mendasari teori tersebut yang tidak terdapat pada obyek penelitian. Salah
satu asumsi, sebagai contoh, bahwa preferensi (selera) konsumen tidak berubah
ternyata tidak berlaku dalam obyek penelitian dapat dijadikan sebagai
argumentasi. Untuk menguatkan argumentasi semacam ini, tentunya, Peneliti
membutuhkan dukungan data atau informasi.

Aspek Kajian Empiris


Pembahasan hasil penelitian perlu juga dilakukan dengan cara merujuk
pada kajian empiris yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Jika hasil
penelitian konsisten dengan teori yang ada (atau hipotesis penelitian terbukti),
pembahasan dapat diarahkan untuk memberikan rujukan penelitian terdahulu yang
sesuai dengan hasil penelitian. Pada konteks ini, Peneliti dapat merecall hasil
kajian empirik yang telah terkompilasi pada Bab 2 (tentang kajian pustaka).
Biasanya, Peneliti menekankan bahwa hasil penelitiannya telah sesuai (atau
mendukung) hasil-hasil penelitian terdahulu.

193
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Dalam konteks dimana hasil penelitian tidak konsisten dengan teori (atau
hipotesis tidak terbukti), diskusi pada bagian ini dapat diarahkan untuk
menemukan kajian empirik yang bisa menjadi argumentasi yang mendukung hasil
penelitian tersebut. Misalnya, seorang peneliti mengkaji suatu struktur bahasa
dari suatu bahasa tertentu. Berdasarkan teori, Ia mempunyai hipotesis penelitian
bahwa struktur bahasa tersebut adalah berbeda karena dalam bahasa tersebut
tidak dapat pengaruh bahasa lain. Namun, hasil penelitiannya menemukan bahwa
struktur bahasa tersebut bukan turunan bahasa daerah lain. Untuk mendiskusikan
hal ini, Peneliti tersebut harus (bahkan wajib) mencari kajian empirik yang
mendukung hal tersebut untuk dijadikan sebagai bahan diskusi. Dalam konteks
dimana hasil penelitian tidak konsisten dengan teori, Peneliti harus bekerja keras
untuk menemukan kajian empirik yang sesuai. Ia tidak bisa merecall kajian
empirik yang telah terkompilasi dalam Bab 2. Ia harus mencari rujukan baru.
Dewasa ini, upaya pencarian ini dapat dilakukan dengan mudah mengingat
teknologi internet bisa sangat membantu untuk menemukan referensi atau rujukan
baru tersebut.

2.6 Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Kesimpulan berasal dari fakta-fakta atau hubungan yang logis. Pada
umumnya kesimpulan terdiri atas kesimpulan utama dan kesimpulan tambahan.
Kesimpulan utama adalah yang berhubungan langsung dengan permasalahan.
Dengan demikian, kesimpulan utama harus bertalian dengan pokok permasalahan
dan dilengkapi oleh bukti-bukti. Pada kesimpulan tambahan, penulis tidak
mengaitkan pada kesimpulan utama, tetapi tetap menunjukkan fakta-fakta yang
mendasarinya. Dengan sendirinya, penulis tidak dibenarkan menarik kesimpulan
yang merupakan hal-hal baru, lebih-lebih jika dilakukan pada kesimpulan utama.
Jika penulis bermaksud menyertakan data atau informasi baru maka hendaknya
dikonsentrasikan pada bab-bab uraian dan bukannya pada kesimpulan. Pendek
kata, kesimpulan adalah berisi pembahasan tentang kesimpulan semata. Pada
tulisan ilmiah dari hasil penelitian yang memerlukan hipotesis, maka pada
kesimpulan utamanya harus dijelaskan apakah hipotesis yang diajukan
memperlihatkan kebenaran atau tidak. Kesimpulan utama pada tulisan ilmiah dari
hasil penelitian yang memerlukan hipotesis tidaklah sedetil kesimpulan yang
terdapat pada bab analisis. Sebaliknya, pada tulisan ilmiah dari hasil penelitian
yang tidak memerlukan hipotesis, maka kesimpulan merupakan uraian tentang
jawaban penulis atas pertanyaan yang diajukan pada bab pendahuluan.

2. Saran

194
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Seusai menutup kesimpulan penulis dapat memberikan saran atau
rekomendasi guna penelitian lebih lanjut maupun saran-saran yang lebih praktis
atau berfaedah secara riel. Seperti halnya kesimpulan, dalam menyusun saran
hendaknya penulis tidak menyarankan sesuatu yang tidak mempunyai dasar atau
keterkaitan dengan pembahasan yang dikemukakan. Dengan kata lain, saran
hanyalah berisi alternatif yang diajukan penulis agar permasalahan yang ada dapat
dipecahkan sebaik-baiknya di waktu mendatang.

1) Daftar Pusataka dan Rujukan


Daftar pustaka berisi informasi tentang sumber pustaka yang telah dirujuk
dalam tubuh tulisan. Untuk setiap pustaka yang dirujuk dalam naskah harus
muncul dalam daftar pustaka, begitu  juga sebaliknya setiap pustaka yang muncul
dalam daftar pustaka harus pernah dirujuk dalam tubuh tulisan.

3. Rujukan
Menurut Dwiloka, B dkk. (2005) perujukan dilakukan dengan menggunakan
dan tahun di antara tanda kurung. Jika dua penulis, perujukan dilakukan dengan
cara menyebut nama akhir kedua penulis. Jika penulisnya lebih dari  dua orang
penulisan rujukan dilakukan dengan cara menulis nama penulis pertama dari
penulis tersebut, kemudian diikuti dengan dkk (dan kawan-kawan) atau et al. (et
alili).  Pilih salah satu, yang penting konsisten dalam satu skrepsi. Jika nama
penulis tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga
yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama Koran. Untuk
karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis
aslinya. Rujukan dari dua sumber atau lebih yang ditulis oleh penulis yang
berbeda, dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik koma sebagai tanda
pemisahnya.

Cara Merujuk Kutipan Langsung


Kutipan yang berisi kurang dari 40 kata, ditulis di antara tanda kutip (“…”)
sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti dengan nama penulis,
tahun dan nomor halaman. Nama penulis dapat ditulis secara terpadu dalam teks
atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam tanda kurung.
Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih, ditulis secara terpisah dari teks yang
mendahuluinya (tanpa tanda kutip), ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri dan
kanan, dan diketik dengan jarak spasi tunggal. Nomor halaman juga ditulis.
Kutipan yang Sebagian Dihilangkan. Apabila dalam mengutip langsung ada kata-
kata dalam kalimat yang dibuang, kata yang dibuang diganti dengan tiga titik.

Cara Merujuk Kutipan Tidak Langsung

195
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Kutipan yang disebut secara tidak langsung atau dikemukakan dengan
bahasa penulis sendiri ditulis tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks. Nama
penulis bahan kuyipan dapat disebut terpadu dalam teks atau disebut dalam
kurung bersama tahun penerbitannya. Jika memungkinkan nomor halaman
disebutkan.

Cara Menulis Daftar Rujukan


Daftar rujukan merupakan daftar yang berisi buku, makalah, artikel, atau
bahan lainnya yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan-
bahan yang dibaca akan tetapi tidak dikutip, tidak dicantumkan dalam daftar
rujukan, sedangkan semua bahan yang dikutip secara langsung maupun tidak
langsung dalam teks harus dicantumkan dalam daftar rujukan.
Semua rujukan yang dicantumkan dalam daftar rujukan itu disusun menurut
abjad nama-nama pengarang atau lembaga yang menerbitkannya, baik ke bawah
maupun ke kanan. Jadi, Daftar rujukan tidak diberi nomor urut 1, 2, 3, 4, 5 dan
seterusnya, atau diberi huruf a, b, c, d, e, dan seterusnya. Jika nama pengarang dan
nama lembaga yang menerbitkan itu tidak ada, penyusunan daftar rujukan
didasarkan pada judul pustaka acuan tersebut. Pada dasarnya, unsur yang ditulis
dalam daftar rujukan itu secara berturut-turut meliputi (1) nama penulis, ditulis
dengan urutan: anama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik,
(2) tahun penerbitan, (3) judul, termasuk subjudul, (4) kota tempat penerbitan, dan
(5) nama penerbit. Unsur-unsur tersebut dapat bervariasi tergantung jenis sumber
pustakanya. Jika penulisanya lebih dari daru, cara penulisan namanya sama
dengan penulis utama.Nama penulis yang terdiri atas dua bagian ditulis dengan
urutan: nama akhir diikuti koma, nama awal singkat atau tidak disingkat tetapi
harus konsisten dalam satu karya ilmiah, diakhiri dengan titik. Jika sumber yang
dirujuk ditulis oleh tim, semuaa nama penulisnya harus dicantumkan dalam daftar
rujukan.

Rujukan dari Buku


Nama penulis, baik penulis Indonesa maupun bukan, dimulai dengan nama
belakang (diketik lengkap), diikuti nama depan (sebaiknya diketik singkatan nama
depannya) yang diakhiri dengan tanda titik (.) Tahun penerbitan ditulis setelah
nama penulis, diakhiri dengan titik. Judul buku ditulis dengan huruf miring,
dengan huruf capital pada setiap awal kata, kecuali kata hubung atau kata tugas.
Tempat penerbitan dan nama penerbit dipisahkan titik dua (:).
Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang yang sama
dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, data tahun penerbitan diikuti dengan

196
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
lambang huruf a, b, c dan seterusnya, yang urutannya ditentukan secara
kronologis atau berdasarkan abjad judul buku-bukunya.

Rujukan Buku Kumpulan Artikel


Penulisannya seperti menulis rujukan dari buku ditambah dengan tulisan
(Ed.) baik untuk satu maupun lebih editor, di antara nama penulis dan tahun
penerbitan.

Rujukan Artikel dalam Kumpulan Artikel


Nama penulis artikel ditulis di depan diikuti dengan tahun penerbitan. Judul
artikel tanpa miring atau diapit tanda kutip (“…”) tanpa cetak miring. Nama editor
ditulis seperti menulis nama biasa, diberi keterangan (Ed.) baik untuk satu editor
maupun lebih. Judul buku kumpulannya ditulis dengan huruf miring, dan nomor
halamannya disebutkan dalam kurung.

Rujukan dari Artikel dalam Jurnal


Nama penulis ditulis paling depan, diikuti dengan tahun dan judul tanpa
miring atau artikel diapit tanda kutip, dan huruf kapital pada setiap awal kata.
Nama jurnal ditulis dengan cetak miring, dan huruf awal dari setiap katanya
dengan huruf kapital kecuali kata tugas. Bagian akhir berturut-turut ditulis jurnal
tahun ke berapa, nomor berapa (dalam kurung), dan nomor halaman dari artikel
tersebut.

Rujukan dari Artikel dalam Jurnal dari CD-ROM


Penulisannya dalam daftar tujukan sama dengan rujukan dari artikel dalam
jurnal cetak, ditambah dengan penyebutan CD-ROM-nya dalam kurung.

Rujukan Artikel dalam Majalan atau Koran

Nama penulis ditulis paling depan, diikuti oleh tanggal, bulan, dan tahun
(jika ada). Judul artikel tanpa miring, dan huruf kapital pada setiap huruf awal
kata, kecuali kata tugas atau kata hubung. Nama majalah ditulis dengan huruf
kecil kecuali huruf pertama setiap kata, dan dicetak miring. Nomor halaman
disebut pada bagian akhir.

Rujukan dari Koran Tanpa Penulis


Nama koran ditulis pada bagian awal, tanggal, bulan, dan tahun ditulis
setelah nama koran, kemudian judul ditulis dengan huruf besar-kecil dicetak
miring dan diikuti dengan nomor halaman.

197
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah
Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diterbittkan oleh Suatu
Penerbit Tanpa Penulis dan Tanpa Lembaga. Judul atau nama dokumen ditulis di
bagian awal dengan cetak miring, diikuti oleh tahun penerbitan, kota penerbit, dan
nama penerbit.     Rujukan dari Lembaga yang Ditulis Atas Nama Lembaga
Tersebut Nama lembaga penanggung jawab langsung ditulis paling depan, diikuti
dengan tahun, judul karangan yang dicetak miring, nama tempat penerbitan, dan
nama lembaga yang bertanggung jawab atas penerbitan karangan tersebut

Rujukan Berupa Karya Terjemahan


Nama penulis asli ditulis paling depan, diikuti tahun penerbitan karaya asli,
judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan
dan nama penerbit terjemahan. Jika tahun penerbitan buku asli tidak dicantumkan,
ditulis dengan kata tanpa tahun.

Rujukan dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi


Nama penuli ditulis paling depan, diikuti dengan tahun yang tercantum pada
sampul, judul skripsi, tesis, atau disertasi diketik huruf miring diikuti dengan
pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan, nama kota tempat
perguruan tinggi, dan nama fakultas serta nama perguruan tinggi.

Rujukan dari Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran, atau


Lokakarya
Nama penulis ditulis paling depan, dilanjutkan dengan tahun, judul makalah
diapit tanda kutip, kemudian diikuti dengan pernyataan “Makalah disajikan dalam
…”, nama pertemuan, lembaga penyelenggara, tempat penyelenggaraan, dan
tanggal serta bulannya.

Rujukan dari Internet Berupa Karya Individu


Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara
berturut-turut tahun, judul karya tersebut (diapit tanda kutip) dengan diberi
keterangan dalam kurung (online), dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan
tersebut dengan keterangan kapan diakses, diantara tanda kurung.

Rujukan dari Internet Berupa artikel dari Jurnal


Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan catak, diikuti secara
berturut-turut tahun, judul artikel, nama jurnal (diapit tanda kutip) dengan diberi
keterangan dalam kurung (online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat
sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda
kurung.

198
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Rujukan dari Internet Berupa Bahan Diskusi
Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara beruru-
turut oleh tanggal, bulan, tahun, topik bahan diskusi, nama bahan diskusi (diapit
tanda kutip) dengan diberi keterangan dalam kurung (online), dan diakhiri dengan
alamat e-mail sumber rujukan tersebut disertai dengan keteranga kapan diakses,
diantara tanda kurung.

Rujukan dari Internet Berupa E-Mail Pribadi


Nama pengirim (jika ada) dan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-
mail pengirim), diikuti secara berturut-turut oleh tanggal, bukan, tahun, topic isi
bahan (diapit tanda kutip), nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung
(alamat e-mail yang dikirim).

III. RANGKUMAN
1. Bagian Awal Laporan (Skripsi)
Bagian awal skripsi dimulai dengan halaman judul, halaman pengesahan,
halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman
daftar tabel, halaman daftar gambar, dan halaman daftar lampiran.
2. Bagian Isi Laporan (Skripsi)
Bagian isi adalah bagian pokok dari laporan atau skripsi yang merupakan
hasil karya ilmiah yang ditulis oleh seorang mahasiswa dan terdiri dari
beberapa bab. Hal lain yang tidak boleh diabaikan di sini adalah bahwa
rangkaian kata untuk menyampaikan informasi yang disajikan di dalam
skripsi hendaknya teliti, singkat, padat, jelas, tajam, dan relevan serta
konsisten. Bab dab sub bab sebuah skripsi terdiri atas bab satu
pendahuluan, bab dua tinjauan pustaka, bab tiga metode penelitian, bab
empat hasil dan pembahasan, bab lima kesimpuln dan saran.
3. Daftar Pusataka
Daftar pustaka berisi informasi tentang sumber pustaka yang telah dirujuk
dalam tubuh tulisan. Untuk setiap pustaka yang dirujuk dalam naskah
harus muncul dalam daftar pustaka, begitu  juga sebaliknya setiap pustaka
yang muncul dalam daftar pustaka harus pernah dirujuk dalam tubuh
tulisan.
4. Rujukan
Perujukan dilakukan dengan menggunakan dan tahun di antara tanda
kurung. Jika dua penulis, perujukan dilakukan dengan cara menyebut

199
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
nama akhir kedua penulis. Jika penulisnya lebih dari  dua orang penulisan
rujukan dilakukan dengan cara menulis nama penulis pertama dari penulis
tersebut, kemudian diikuti dengan dkk (dan kawan-kawan) atau et al. (et
alili).  Pilih salah satu, yang penting konsisten dalam satu skrepsi. Jika
nama penulis tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah
nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau
nama Koran. Untuk karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara
menyebutkan nama penulis aslinya. Rujukan dari dua sumber atau lebih
yang ditulis oleh penulis yang berbeda, dicantumkan dalam satu tanda
kurung dengan titik koma sebagai tanda pemisahnya.

V.  DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, S. (2007) Proseur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta:
Rhineka Cipta
Anonim, (2016) Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Ristekdikti

Dwiloka, B dkk. 2005. Teknik Menulis Karya Ikmiah. Jakarta. Rineika Cipta.

Ghony, M.D., Almansur, F. (2012) Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta.


Arruzz Media
Moeliono, A.M (tanpa tahun) Bahasa yang Efisen dan efektif dalam Bidang
Iptek.

Ridwan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:


Alfabeta
Wiratno, T., Wibowo, A.H., Suardi. (tanpa tahun) Model Penulisan Artikel
Ilmiah dalam Bahasa Indonesia (laporan Penlitian). Surakarta:FSSR,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Emi Emilia (2008) Menulis Tesis dan Disertasi, Bandung: Alfabeta

https://www.kompasiana.com/maulanaaffandi/pengertian-dan-macam-macam-
metode-penelitian

http://wwwJogiyanto,2004/2013/04/tips-dan-panduan-menyusunpembahasan.html

https://www.asikbelajar.com/cara merujuk dan menulis daftar rujukan pada


penulisan karya ilmiah/

200
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Identitas Mahasiswa

Nama : ……………………………………………………………………..

NIM :………………………………………………………………………

Prodi :………………………………………………………………………

Fakultas:……………………………………………………………………..

Tugas
4. Tuliskan judul skripsi Anda dengan huruf kapital pada lembaran ini

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

5. Buatlah latar belakang skripsi Anda sesuai dengan judul yang telah Anda buat
pada tugas nomor satu di atas pada lembaran ini
………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

201
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

202
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
6. Tuliskanlah permasalahan (skripsi), tujuan penelitian (skripsi), dan manfaat
penelitian (skripsi) pada lembaran kerja ini sesuai dengan judul dan latar
belakang yang telah Anda buat pada lembar kerja mahasiswa pertama.

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

7. Tuliskan pada lembaran kerja ini “kajian pustaka” yang Anda gunakan pada
skripsi yang sesuai dengan judul pada lembar kerja pertama.
…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

203
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………..

8. Tuliskan pada lembaran kerja ini metode penelitian yang akan Anda gunakan
pada skripsi Anda sesuai dengan judul yang telah ditulis pada lembar kerja
pertama.
…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

204
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

205
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
BAB V
TEKS NONAKADEMIK

Mahasiswa sebagai pembelajar di perguruan tinggi tentu berkeinginan


banyak membuat kegiatan. Agar kegiatan tersebut sukses maka diperlukan
kemampuan menulis proposal kegiatan dan setelah kegiatan berlangsung
mahasiswa akan melaporkan kegiatan tersebut. Pada bab lima ini akan disajikan
cara-cara menulis proposal kegiatan dan laporan kegiatan.

PROPOSAL KEGIATAN DAN LAPORAN KEGIATAN

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menulis proposal kegiatan dan menulis laporan kegiatan
sebagai genre mikro tesk nonakademik.

II. MATERI PEMBELAJARAN


Secara umum, membuat proposal kegiatan itu lebih sederhana dibandingkan
membuat proposal penelitian. Namun, dalam penulisannya harus tetap
memperhatikan alur atau tahapan dari pembuatan proposal kegiatan tersebut.
Proposal kegiatan dibuat tentu untuk mendapatkan persetujuan dari pihak lain
untuk diajak dalam kerja sama. Bisa juga dibuat untuk permohonan dana bantuan
yang nantinya akan ada kerja sama antara pihak yang mengajukan proposal
dengan pihak yang memberi bantuan. Dengan demikian, proposal kegiatan adalah
sebuah perencanaan yang ditulis ke dalam sebuah susunan kegiatan kerja yang
sudah terjadwal. Perencanaan tersebut harus jelas, supaya pihak yang
berkepentingan bisa mengerti apa maksud dari tujuan dari proposal kegiatan
tersebut.
Bagi mahasiswa, penulisan proposal kegiatan merupakan usulan untuk
kegiatan-kegiatan berkaitan dengan tugas-tugas akademik yang dikerjakan
mahasiswa. Kegiatan-kegiatan itu meliputi seminar, lomba, kongres, lokakarya,
pelatihan, pengabdian, magang, dan sebagainya. Dari sekian kegiatan-kegiatan
tersebut, beberapa tahun terakhir sebenarnya banyak tawaran dari menteri
pendidikan tinggi kepada mahasiswa untuk membuat kegiatan yang kreatif. Untuk
mendapatkan kegiatan yang didanai atau hibah dari menteri tersebut maka
diperlukan suatu gagasan yang dituangkan dalam penulisan proposal kegiatan.

2.1 Struktur Teks Penulisan Proposal Kegiatan


Untuk menulis proposal tentu yang pertama sekali adalah pemahaman
tentang struktur tesk proposal. Ada pun struktur tesk tersebu; pendahuluan, tata
laksana, dan kegiatan penutup. Struktur teks tersebut direalisasikan melalui genre
mikro sebagai pengemban fungsi retoris yang diharapkan. Fungsi retoris ini untuk

206
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
memberikan keyakinan kepada pembaca, pembimbing atau sponsor tentang latar
belakang kegiatan yang akan dilaksanakan, gambaran tentang jenis dan bentuk
kegiatan, tujuan,manfaat, serta strategi yang akan digunakan untuk melakasanakan
kegiatan tersebut. Berikut ini dikemukakan struktur teks sebagai genre mikro pada
proposal kegiatan.

Genre Mikro yang


Struktur Teks Fungsi Retoris
Diharapkan
Memberikan latar belakang
kegiatan yang akan
dilaksanakan, gambaran
Eksposisi (dan atau tentang jenis dan bentuk
Pendahuluan
meliputi Deskripsi) kegiatan, tujuan,manfaat, serta
strategi yang akan digunakan
untuk melakasanakan kegiatan
tersebut.
Menyajikan strategi yang akan
Deskripsi (dan atau dilakukan dalam melaksanakan
Tata Laksana
meliputi Prosedur) kegiatan, termasuk langkah-
langkah yang akan ditempuh.
menyampaikan harapan agar
Deskripsi (dan atau proposal kegiatan itu diterima
Penutup
meliputi Prosedur) dan menghasilkan sesuatu
seperti yang direncankan.

Model struktur teks sebagai genres mikro dalam penulisan proposal kegiatan
yang berlaku di sebuah perguruan tinggi mungkin berbeda dengan yang berlaku di
perguruan tinggi lain. Akan tetapi, pada prinsipnya proposal kegiatan dapat
disusun dengan struktur teks seperti yang dikemukakan ini. Pada konteks ini,
mahasiswa perlu juga memperhatikan buku panduan kegoiatan jika ada
dikeluarkan oleh program studi di perguruan tinggi Anda.

2.2 Bahasa pada Proposal, Manfaat Proposal, dan Pihak yang Diberi
Proposal
Bahasa proposal kegiatan banyak diwarnai oleh penggunaan modalitas
akan. Kata yang setaraf dengan akan adalah ingin. Tetapi kedua kata itu
mengandung perbedaan. Kata akan berorientasi kepada hal yang dituturkan,
sedangkan kata ingin berorientasi kepada diri penutur. Perbedaan orientasi itu
mengisyaratkan bahwa akan terkesan lebih objektif, sedangkan ingin terksesan

207
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
lebih subjektif. Namun demikian, kedua kata itu sama dalam hal waktu yang
diacu, yaitu waktu yang akan datang atau keakan (sebagai kontras atau kekinian).
Ragam bahasa proposal mengandung makna keakanan. Bahasa yang
demikian menggambarkan bahwa kegiatan yang dimaksud belum dilakasanakan,
tetapi direncanakakn untuk dilaksanakan. Dengan demikian, proposal dibuat
dengan formulasi bahasa khusus yang antara lain ditandai oleh makna keakanan
tersebut. Sebagai contoh beberapa kalimat makna keakanan.
1. Manfaat yang akan diperoleh mahasiswa dan hasil kegiatan magang ini
adalah tercapainya pembelajaran yang selaras antara ilmu yang didapat
di bangku perkuliahan dan pengalaman mengaplikasikan ilmu tersebut
di dunia kerja.
2. Kegiatan akan dilaksanakan sesuai dengan tata cara yang telah
ditentukan bersama antara mahasiswa dan lembaga tempat dilaksanakan
magang.
3. Manfaat kegiatan seni pertunjukan akan meningkatkan kemampuan dan
wawasan mahasiswa tentang seni budaya serta kearifan lokal budaya
Melayu Jambi.kelembagaan

Selain terlihat pada modalitas akan atau ingin, keadaan bahwa


sesuatubelum terjadi juga tergambar pada penggunaan keterangan waktu atau
kosakata tertentu. Keterangan waktu yang dimaksud adalah antara lain waktu
yang akan dating, di masa depan, bulan/semester/tahun depan, dan sebulan/dua
bulan/setahun/dua tahun kedepan, atau keterangan-keterangan lain yang
menunjukkan makna keakanan. Adapun kosakata tertentu yang mencerminkan
bahwa sesuatu itu belum dikerjakan cukup banyak, yang sebagian di antaranya
disajikan pada di bawah ini, mahasiswa diharapkan untuk menambahkan lagi
kosakata yang lain. Untuk itu, telusurilah lagi proposal atau petikan dari proposal
yang dicontohkan berikutnya, dan temukan kata-kata yang menunjukkan makna
keakanan.

Pilihan Kata pada Proposal


Kosa Kata
Nomina Verba Adjektiva Adverbia (Frasa
Preposisi)
dalam rencana,
rencana, merencanakan,
terencana dalam
perencanaan direncanakan
perencanaan
memprogramkan,
program terprogram dalam program
diprogramkan
perkiraan memperkirakan, dalam perkiraan

208
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
diperkirakan
memprediksi,
terprediksi terprediksi dalam prediksi
diprediksi
berharap,
harapan mengharapkan, dalam harapan
diharapkan

Kata-kata dalam daftar tersebut, terutama yang tergolong ke dalam verba,


masih sering diawali dengan akan, sehingga terdapat kelompok kata akan
direncanakan, akan diprogramkan, akan diperkirakan, dan seterusnya. Kelompok
kata sejenis itu perlu dihindari. Sebagai gantinya, akan sebaiknya dirankaikan
dengan verba yang belum meunjukkan makna yang akan menghasilkan, akan
menunjang, akan dilaksankan, akan ditempatkan, dan seterusnya.
Proposal proposal kegiatan merupakan rancangan bahwa sebuahh kegiatan
akan dikerjakan. Proposal dapat memandu arah yang akan dituju oleh kegiatan itu.
Kegiatan mungkin saja dapat dilakukan tanpa diawali proposal, tetapi hasil
kegiatanitu tidak dapat dikukur dan arah yang dituju tidak jelas. Dengan
demikian, proposal merupakan rangkaian yang tidak dapat dilepaskan dari
kegiatan yang dirancang. Dari proposal dapat diketahui apakah apakah kegiatan
yang akan dilakukan itu terencana dan terukur dengan baik atau tidak.
Kegiatan berupa magang, seminar, pentas seni, bakti sosial, studi banding,
dan sebagainya. Apabila kegiatan-kegiatan itu tidak direncanakan dengan baik,
sudah barang tentu kegiatan-kegiatan itu tidak sukses dengan baik dan sudah
barang tentu kegiatan-kegiatan itu tidak akan terlakasana secara efektif dan efisien
dari segi pikiran yang tercurah, tenaga yang digunakan, biaya yang dikeluarkan,
dan waktu yang disediakan. Oleh sebab itu, sebelum kegiatan-kegiatan itu
dilaksanakan, perlu disusun proposal yang bagus yang memaparkan rancangan
untuk semua aspek tersebut.

2.3 Tata Cara Penulisan Proposal Kegiatan dan Laporan Kegiatan


1. Pendahuluan
Pendahulan bisa dikatakan juga dengan BAB I PENDAHULUAN,
tahapan pendahuluan berisi uraian tentang latar belakang kegiatan yang
akan dilaksanakan, pentingnya kegiatan itu dilaksanakan terlihat pada,
tujuan, manfaat, dan strategi yang akan digunakan untuk melaksanakan
kegiatan. Genre mikro yang digunakan adalah eksposisi dan deskripsi.
Eksposisi digunakan untuk mengajukan argumentasi bahwa kegiatan yang
direncanakan pada proposal itu penting untuk dilakasanakan. Adapun
deskripsi digunakan untuk menggambarkan secara ringkas wujud kegiatan
yang diusulkan, tujuan, manfaat, dan strategi pelaksnaannya.

209
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
Berikut ini dikutip tiga paragraf dari bagian ‘Tahapan Pendahuluan’ pada
proposal kegiatan yang berjudul kegiatan magang menjadi staf di CV
Explore Solo (Nurjanah,2014). Bagian tersebut menunjukkan alasan
pentingnya kegiatan magang tersebut dilaksanakan. Sebagai kelanjutan dari
paragraf sebelumnya, argumentasi sebagai ciri eksposisi diajukan untuk
menyatakan pentingnya kegiatan itu. Perhatikan ketiga paragraf tersebut,
dan temukan argumentasi pada ketiga paragraf tersebut. Berikut ini contoh
penulisan tahapan pendahuluan proposal kegiatan magang.

Program D-3 dibentuk dengan tujuan menghasilkan sumber daya


manusia yang siap dan ahli di bidangnya serta tanggap terhadap
perubahan perkembangan ilmu teknologi dan seni, maupun masalah
yang dihadapi khususnya yang berkaitan dengan pelayanan langsung di
bidang keahliannya. Pada kenyataannya sering dijumpai lulusan baru
dari perguruan tinggi mengalami kesulitan dalam menghadapi
kenyataan yang ada dalam dunia kerja. Hal ini disebabkan oleh kurang
siapnya lulusan tersebut dalam menghadapi kenyataan yang ada di
lapangan yang jauh berbeda dengan apa yang didapat oleh mahasiswa
di bangku kuliah. Kurangnya bekal teknikal yang dimiliki oleh
mahasiswa dapat mengakibatkan sumber daya manusia yang dihasilkan
kurang mempunyai kualifikasi dan kompetensi seperti yang diinginkan
oleh pemberi pekerjaan.
Jurusan Sastra Inggris, khususnya mainstream pariwisata dalam
melaksanakan proses pembelajaran tidak cukup hanya di lingkungan
kampus. Oleh karena itu, Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM)
diadaakan untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia
yang berilmu, berkeahlian, dan juga berpengalaman. Dengan adanya
kegiatan magang diharapakan mahasiswa tidak hanya mengantongi
ilmu yang didapatnya di bangku kuliah saja, tetapi juga kemampuan
untuk menerapkan ilmu tersebut di lapangan kerja. KMM juga
ditujukan untuk membentuk tenaga kerja yang kreatif, beretos kerja
tinggi, bertanggung jawab serta dapat bekerja sama dengan rekan
sekerjanya.
Penyelenggaraan KMM bekerja sama dengan banyak intitusi
mitra terkait yang bersedia menyediakan tempat dan pekerjaan yang
sesuai bagi para mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmunya. Bagi
jurusan Sastra Inggris, salah satu institusi mitra yang berkenan untuk
menampung mahasiswa melaksanakan kegiatan magang adalah CV
Explore Solo. Oleh karena itu, mahasiswa Sastra Inggris dapat memilih
dan mengajukan diri untuk melaksanakan kegiatan magang di CV
Explore Solo. Alaasan dipilihnya CV Explore Solo menjadikan
institusi mitra adalah karena di CV tersebut tersedia pekerjaan yang
relevan dengan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan. CV Explore
Solo akan menyediakan lapangan kerja bagi mahasiswa magang untuk
dapat mengaplikasikan ilmunya dengan menjadi staf yang

210
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
berkompeten di bidang pariwisata dan humas (public relations)
Sumber: Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Kemenristek, Dikti,
2016

Selain sebagai argumentasi, kutipan tiga paragraf tersebut menunjukkan


wujud kegiatan yang diusulkan beserta tujuan yang akan dicapai dan strategi yang
akan diterapkan. Tandailah kalimat-kalimat yang menyatakan tujuan dan strategi
yang dimaksud. Tulislah kembali kedua hal itu dengan kalimat Anda sendiri.
Perlu dicatat bahwa pada tahapan pendahuluan, tujuan dan strategi
pelaksanaan kegiatan baru dinyatakan secara ringkas, dan akan diperluas lagi pada
tahapan tata laksana kegiatan. Selain itu, Tahapan Pendahuluan pada proposal
kegiatan dan pada proposal penelitian hampir sama. Perbedaannya adalah bahwa
pada proposal penelitian kegiatan yang diusulkan adalah penelitian, sedangkan
kegiatan yang diusulkan pada proposal kegiatan adalah pentinganya kegiatan itu
dilakukan. Perbedaaannya adalah bahwa pada Tahapan Pendahuluan untuk
proposal penelitian terdapat uraian tentang teori/pendekatan dan penelitian sejenis
sebelumnya, tetapi pada Tahapan Pendahuluan untuk proposal, kegiatan uraian
tentang hal-hal itu tidak ada.

2.Tata Laksana Kegiatan


Tahapan tata laksana penulisan proposal kegiatan adalah tahapan yang
menyajikan strategi yang akan dilakukan dalam melaksanakan kegiatan, termasuk
langkah-langkah yang akan ditempuh. Pada contoh proposal kegiatan magang
yang ditampilkan, tahapan ini mencakup pelaksanaan kegiatan, tujuan kegiatan,
waktu dan tempat kegiatan, serta strategi pelaksaan kegiatan.
Pelaksanaan, waktu, dan tempat kegiatan sudah cukup jelas. Kesemuanya
dinyatakan dengan genre mikro deskripsi. Akan tetapi, tujuan dan strategi
pelaksanaan kegiatan perlu dibahas lebih lanjut. Tujuan disajikan dengan genre
prosedur yang terdiri atas langkah-langkah yang harus ditempuh. Berikut ini
ditampilkan redaksi kutipan penulisan tujuan yang diambil dari proposal kegiatan
magang di atas. Telitilah apakah tujuan tersebut sesuai dengan kegiatan yang
diusulkan. Diskusikan dengan teman-teman Anda, apakah tujuan itu dapat
tercapai atau tidak dengan mengacu pada strategi yang akan ditempuh. Berikan
alasan yang memadai.

3.Tujuan Kegiatan

Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah: (1) untuk


mendapatkan pengalaman kerja dengan mempraktikkan kemampuan
bahasa Inggris di CV Explore Solo; dan (2) untuk mengetahui sejauh

211
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
mana ilmu yang didapat di bangku kuliah dapat menunjang pekerjaan
yang dikerjakan
. (Diadaptasi dan dimodifikasi dari Nurjanah. 2014)

Adapun strategi yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah
bahwa pelaksana kegiatan terjun langsung ke tempat magang untuk turut serta
bekerja sebagai staf selama kurun waktu tertentu. Evaluasilah apakah strategi itu
tepat. Anda boleh mengajukan strategi yang menurut Anda lebih operasional.
Di dalam strategi itu, terkandung prosedur yang ditetapkan untuk diikuti.
Prosedur tersebut meliputi serangkaian langkah yang ditempuh sebelum, pada
saat, dan setelah kegiatan berlangsung. Menurut pendapat Anda, apakah prosedur
seperti itu diperlukan? Berikan argumentasi yang memadai. Apabila Anda
pandang perlu, Anda boleh memodifikasi prosedur itu beserta langkah-
langkahnya sekaligus.

4.Strategi Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan magang ini diikuti oleh mahasiswa D3 Bahasa Inggris


yang memiliki kemampuan di bidang pariwisata dan public relations,….
Kegiatan magang ini dilakukan dengan cara ikut serta dalam mengerjakan
kegiatan rutin yang berjalan di CV tersebut. Adapun penempatan kerja
direncanakan pada bagian staf namun dapatberubah sesuai dengan
kebijakan institusi yang ditempati.
Prosedur yang ditempuh untuk melaksanakan KMM adalah
sebagai berikut: (1) survey awal untuk menentukan waktu dan tempat
KMM; (2) mengajukan usulan tertulis; (3) melaksanakan KMM setelah
usulan disetujui; (4) membuat laporan pelaksanaan setelah KMM selesai.
(Diadaptasi dan dimodifikasi dari Nurjanah, 2014)

5. Deskripsi Kegiatan
Deskripsi kegiatan bisa dikatakan dengan BAB II, pada proposal deskripsi
kegiatan ini harus jelas diurakan, apa apa saja yang akan dikerjakan selama
kegiatan magang dan bagaimana metode/cara kegiatan untuk meningkatkan
kemampuan peserta magang, kegiatan PKL, dan kegiatan kongres. Pada bagian
ini juga diuraikan teknik evaluasi sehingga tergambar perkembangan kegiatan,
kemampuan peserta tahap demi tahap.

6. Pelaksanaan Kegiatan
Pada bagian ini bisa dikatakan BAB TIGA, baik pada proposal maupun
laporan kegiatan, bab ini diuraikan tahapan-tahapan pelaksanaan, deskripsi

212
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
kegiatan yang akan dilakukan untuk proposal. Pada laporan kegiatan bab tiga bisa
ditampilkan hasil-hasil kegiatan, karena pada bagian ini tampak sisi-sisi
keberhasilan dan kendala kegiatan untuk diperbaiki pada kegiatan berikutnya.
Namun, bagian ini bergantung ketetapan juga dari perguruan tinggi di mana
mahasiswa tersebut belajar.

7. Penutup Proposal Kegiatan


Tahapan penutup digunakan untuk menyampaikan harapan agar setelah
diusulkan proposal kegiatan itu diterima dan mnghasilkan sesuatu seperti yang
direncanakan. Genre mikro yang digunakan adalah deskripsi.

2.4 Penulisan Laporan Kegiatan


Setelah mahasiswa mengadakan kegiatan maka langkah selanjutnya
menulis laporan kegiatan. Sering sekali penulisan laporan tidak disusun sesuai
dengan formulasi kebahasaan maupun segi ketepatan waktu laporan. Padahal,
pengabaian seperti ini merugikan bahwa laporan itu sulit dipahami, dan segi
kedua kegiatan itu tidak diketahui oleh berbafai pihak sebagai pemberir danah,
jika kegiatan itu didanai oleh pihak tertentu. Berikut ini dikemukakakn urutan
laporan kegiatan, sebagai berikut
1. Judul
2. Abstrak (jika ada)
3. Bab Pendahuluan, yang berisi;objek kegiatan, tujuan kegiatan,
4. Bab II Deskripsi Kegiatan, yang berisi; nama kegiatan, lokasi kegiatan,
waktu kegiatan, pelaksana kegiatan (organisasi pelaksana)
5. Bab III Pelaksanaan Kegiatan, yang berisi hal-hal yang telah dilakukan,
strategi yang telah dilakukan, kendala ekternal dan internal
6. Bab IV Penutup, yang berisi; simpulan dan saran

Perbedaan yang mendasar antara menulis propoal dan laporan kegiatan


terlihat pada abstrak (jika ada). Berikut ini dikemukakan struktur teks pada
laporan kegiatan.

Genre Mikro yang


Struktur Teks Fungsi Retoris
Diharapkan
Memberikan ringkasan dari
Ringkasan Ringkasan
keseluruhan laporan kegiatan
Pendahuluan Deskripsi (dan atau Memberikan latar belakang
meliputi Eksposisi) kegiatan yang akan dilaksanakan,
gambaran tentang jenis dan
bentuk kegiatan, tujuan,manfaat,

213
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
serta strategi yang akan
digunakan untuk melakasanakan
kegiatan tersebut.
Menguraikan nama kegiatan,
Deskripsi
Deskripsi lokasi kegiatan, waktu kegiatan
Kegiatan
dan pelaksanaan kegiatan
a. Menguraikan kegiatan yang
dilakukan, strategi yang
digunakan dalam
Deskripsi (dan atau melaksanakan kegiatan
Pelaksanaan
meliputi Rekon, termasuk langkah-langkah
Kegiatan
Prosedur) yang ditempuah
b. Mengidentifikasi kendala
yang dihadapi dan cara
mengatasi kendala terse3but
Menyatakan bahwa kegiatan
yang telah dilaksanakan dapat
Deskripsi (dan atau
Penutup berjalan dengan baik serta
meliputi Prosedur)
mengajukan saran-saran untuk
kegiatan yang akan datang

III. RANGKUMAN
Proposal kegiatan adalah sebuah perencanaan yang ditulis ke dalam sebuah
susunan kegiatan kerja yang sudah terjadwal. Perencanaan tersebut harus jelas,
supaya pihak yang berkepentingan bisa mengerti apa maksud dari tujuan dari
proposal kegiatan tersebut. Pentingnya kegiatan itu dilaksanakan terlihat pada,
tujuan, manfaat, dan strategi yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut. Genre mikro yang digunakan adalah eksposisi dan deskripsi. Eksposisi
digunakan untuk mengajukan argumentasi bahwa kegiatan yang direncanakan
pada proposal itu penting untuk dilakasanakan. Adapun deskripsi digunakan untuk
menggambarkan secara ringkas wujud kegiatan yang diusulkan, tujuan, manfaat,
dan strategi pelaksnaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Menristekdikti. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum BAHASA


INDONESIA, Ekpresi Diri dan Akademik. Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan pendidikan Tinggi
Republik Indonesia

214
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Identitas Mahasiswa

Nama : ……………………………………………………………………..
NIM :………………………………………………………………………
Prodi :………………………………………………………………………
Fakultas:……………………………………………………………………..

Tugas
9. Tulislah sebuah judul proposal kegiatan lapangan sesuai dengan bidang ilmu

Anda

………………………………………………………………………………………

……….

215
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………………

.………..

………………………………………………………………………………………

..………..

10. Uraikanlah Pendahuluan Kegiatan

………………………………………………………………………………………

……….

………………………………………………………………………………………

.………..

………………………………………………………………………………………

..………..

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

……….………..

………………………………………………………………………………………

..………..

………………………………………………………………………………………

…………….

………………………………………………………………………………………

.………..

…………………………………………………………………………………

……..………..

…………………………………………………………………………………

216
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
…………….

…………………………………………………………………………………

…….………..

…………………………………………………………………………………

……..……………………………..

11. Uraikan Strategi Kegiatan

…………………………………………………………………………………

…….………..

…………………………………………………………………………………

……..………..

…………………………………………………………………………………

…………….

…………………………………………………………………………………

…….………..

…………………………………………………………………………………..

………..

…………………………………………………………………………………

…………….

…………………………………………………………………………………

…….………..

…………………………………………………………………………………

……..………..

12. Uraikan Deskripsi Kegiatan

217
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………

…….………..

…………………………………………………………………………………

……..………..

…………………………………………………………………………………

…………….

…………………………………………………………………………………

…….……….

…………………………………………………………………………………

……..………..

…………………………………………………………………………………

…………….

…………………………………………………………………………………

…….………..

…………………………………………………………………………………

……..……….

…………………………………………………………………………………

…………….

…………………………………………………………………………………

…….………..

…………………………………………………………………………………

……..………..

218
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional
………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

……………………………………………

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………..

219
Buku Ajar Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Wajib Nasional

Anda mungkin juga menyukai