Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN KATA

OLEH :

Yoga Fadilah (D021211047)

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Pemilihan dan Penggunaan Kata” ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk


memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pemilihan dan
penggunaan kata bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Dr. Asriani


Abbas,M. Hum selaku dosen saya dalam mata kuliah umum Bahasa
Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan saya sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa, 21 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
I. 1 Latar Belakang ........................................................................... 1
I. 2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
I. 3 Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II ISI ..................................................................................................... 3
A. Pengertian Pemilihan Kata ....................................................... 3
B. Pemilihan Kata Dalam Kaidah Makna .................................... 3
C. Pemilihan Kata Dalam Kaidah Kalimat .................................. 6
BAB III PENUTUP....................................................................................... 10
III.1 Kesimpulan ............................................................................... 10
III.2 Saran .......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Dalam tuturan dan tulisan resmi, terutama karya ilmiah, pilihan


kata yang tepat sangat menentukan kualitas pembicaraan dan tulisan.
Kata-kata atau istilah yang dipilih dan digunakan barulah dapat secara
tepat mengungkapkan gagasan yang disampaikan dan dapat secara tepat
pula dipahami oleh pendengar atau pembaca, sehubungan dengan itu
penuturan atau penulisan, selalu harus menguasai cukup banyak
kosakata yang dimiliki bahasa tersebut, harus pula mengetahui kaidah-
kaidah yang berlaku dalam pemilihan kata. Kaidah yang dimaksud
meliputi kaidah makna, kaidah kalimat, kaidah sosial, dan kaidah
karang-mengarang.

Memang harus diakui, dewasa ini ada kecenderungan orang


semakin mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa, terutama
dalam tata cara pemilihan kata atau diksi. Terkadang kita pun tidak
mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering
mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa, kalimat, paragraph,
dan wacana. Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien,
pemahaman yang baik penggunaan diksi atau pilihan kata dirasakan
sangat penting, terutama untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman
dalam berkomunikasi. Diksi atau pilihan kata maupun kalimat dalam
praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah
kata dapat juga frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan
yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya.

1
I. 2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini


adalah, agaimana penjelasan tentang dasar-dasar penulisan ilmiah yang
berupa pemilihan kata dan definisi, yang terdiri dari kaidah makna, kaidah
kalimat, jenis definisi dan penyusunannya.

I.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah, dapat


memahami, menjelaskan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari tentang pemilihan kata baik pemilihan kata dalam kaidah kalimat
ataupun dalam kaidah makna.

2
BAB II
ISI

A. Pengertian Pemilihan Kata


Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang
dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan
yang tepat. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai
hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau
perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan
kata atau kosa kata suatu bahas adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh
sebuah bahasa.

B. Pemilihan Kata dalam Kaidah Makna


Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa
mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna.
Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan panca indera, yaitu
dengan mendengar atau dengan melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah
segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena
rangsangan aspek bentuk tadi. Pada waktu orang berteriak “Maling” timbul
reaksi dalam pikiran kita bahwa “ada seseorang telah berusaha untuk mencuri
barang atau milik orang lain”. Jadi bentuk atau ekspresinya adalah kata maling
yang diucapkan orang tadi, sedangkan makna adalah “reaksi yang timbul pada
orang yang mendengar.

Ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran kita yaitu :


pengertian, perasaan nada, dan tujuan. Pengertian merupakan landasan dasar
untuk menyampaikan hal-hal tertentu kepada pendengar atau pembaca dengan

3
mengharapkan reaksi tertentu. Nada mencakup sikap pembicara atau penulis
kapada pendengar atau pembacanya. Menurut Minto Rahayu (2007: 68-69)
pemilihan kata dalam kaidah makna yaitu :
1. Sinonim, Homofoni, Dan Homograf
Dalam melambangkan konsep dengan kata, idealnya satu konsep
untuk satu kata, hal ini akan mengurangi kesulitan berkomunikasi. Tetapi
kenyataannya tidak demikian sehingga hubungan kata dan makna sering
menjadi rumit.
a. Sinonim ialah kata-kata yang mempunyi makna yang sama atau mirip.
Misalnya, muka, paras wajah, tampang.
b. Homofoni ialah kelompok kata yang mempunyai kesamaan huruf
sekaligus kesamaan bunyi. Misalnya, buku (Kitab) dan buku (Bagian
dari luas), tampang (muka) dan tampang (Bibit).
c. Homograf ialah kelompok kata yang mempunyai kesamaan huruf
tetapi pengucapnnya berbeda. Misalnya, Teras (inti –e keras) dan teras
(beranda rumah- e lemah), sedan (tangis) dan sedan (mobil).

2. Makna Denotatif
Denotatif ialah makna dalam alam wajar, yaitu makna makna
objektif, konseptual, sebenarnya. Secara eksplisit, denotatif merupakan
hasil observasi, dapat di ukur, dapat dibatasi. Bahasa ilmiah menggunakan
makna denotatif dalam mengungkapkan pikiran. Makna denotatif dapat
dibedakan atas dua macam relasi, yaitu pertama, relasi antara sebuah kata
dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua relasi antara sebuah
kata dengan barang dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang
diwakilinya. Pengertian kursi adalah ciri-ciri yang membuat sesuatu
disebut sebagai kursi, bukan sebuah kursi individual.

Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti:


makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional,
makna referensial, atau makna proposisional. Disebut makna denotasional,

4
referensial, konseptual, atau ideasional, karna makna itu menunjuk (denote)
kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut
makna kognitif karena makna itu bertalian dengan informasi-informasi atau
pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna ini, yang diacu dengan
bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.

Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan


bahasa ilmiah. Seorang penulis yang hanya ingin menyampaikan informasi
kepada kita, dalam hal ini khususnya bidang ilmiah, akan berkecenderungan
untuk mempergunakan kata-kata yang denotatif. Sebab pengarahan yang
jelas terhadap fakta yang khusus adalah tujuan utamanya. Misalnya:
a. Rumah itu luasnya 250 meter persegi (denotatif)
b. Rumah itu luas sekali (konotatif)
c. Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu (denotatif)
d. Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu (konotatif)
e. Meluap hadirin yang mengikuti pertemuan itu(konotatif)

3. Makna Asosiatif
Makna Asosiatif ialah makna yang bukan sebenarnya, misalnya :
a. Makna Konotatif ialah makna tambahan, sikap sosial, pribadi. Misalnya,
kata wanita dan perempuan secara konseptual bermakna manusia
berjenis kelamin betina, tetapi ada yang memaknai wanita sebagai
modern berprofesi, aktif. Konotasi atau makna konotatif disebut juga
makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna
konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons
mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagain terjadi
karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju,
senang-tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar; dipihak lain,
kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga
memendam perasaan yang sama.

5
b. Makna Stilistik adalah makna yang berhubungan dengan lingkungan
pemakai. Misalnya , kediaman, istana (resmi), rumah (umum), pondok
(puitis).
c. Makna Afektif berhubungan dengan perasaan lawan bicara. Misalnya,
Tutup mulutmu.
d. Makna Reflektif, yaitu makna yang lebih terbatas dan pribadi. Misalnya,
kemaluan (bukan berarti mendapatkan malu).
e. Makna kolokatif, makna yang timbul oleh relasi dalam frase. Misalnya,
gadis cantik bukan pria cantik (seharusnya: pria tampan).
f. Makna Interpretatif, adanya perbedaan penafsiran, misalnya, kata si
pada orang batak dan orang sunda.

C. Pemilihan Kata dalam Kaidah Kalimat


Menurut Gorys Keraf (2010: 124-127) Struktur sebuah kalimat dapat
dijadikan sebuah landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud
dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur
kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada yang bersifat periodic,
bila bagian yang terpenting atau gagasan yang mendapat penekanan
ditempatkan pada akhir kalimat. Ada yang kalimat bersikap kendur , yaitu bila
bagian kalimat yang mendapat penekanan ditempatkan pada awal kalimat.
Bagian-bagian yang kurang penting atau semakin kurang penting dideretkan
sesudah bagian yang dipentingkan tadi. Dan jenis yang ketiga adalah kalimat
berimbang, yaitu kalimat yang mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang
kedudukannya sama tinggi atau sederajat. Berdasarkan ketiga macam struktur
kalimat sebagai yang dikemukakan di atas, maka dapat diperoleh sebagai
berikut:
a. Klimaks
Klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodic. Klimaks
adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan –urutan pikiran
yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan

6
berikutnya. Klimaks disebut juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai istilah
umum yang sebenarnya merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggi. Bila
klimaks ini terbentuk dari beberapa gagasan yang berturut-turut semakin
tinggi kepentingannya maka ia disebut anabasis.

b. Anti klimaks
Anti klimaks dihasilkan oleh kalimat berstruktur mengendur. Anti
klimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-
gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang
tidak penting. Anti klimaks sering tidak efektif karena gagasan yang penting
ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca dan pendengar tidak lagi
memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya kalimatnya itu.

Seperti halnya dengan gaya klimaks, anti klimaks dapat dipakai


sebagai suatu istilah umum yang masih mengenal spesifikasi lebih lanjut.
Dekrementum adalah anti klimaks yang menambah ide yang kurang penting
pada suatu ide yang penting. Misalnya ,ketua pengadilan negeri itu adalah
seorang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya (mengandung
ironi). Anti klimaks halnya dengan gaya klimaks, antiklimaks dapat dipakai
sebagai suatu istilah umum yang masih mengenal spesifikasi lebih lanjut.

c. Paralerisme
Adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam
pemakaian kata-kata atau perasa-perasa yang menduduki fungsi yang sama
dalam bentuk dramatikal yang sama. kesejajaran tersebut dapat pula
berbentuk anak kalimat yang bergantung pada sebuah indiuk yang sama
gaya ini lahir dari struktur kalimat yang seimbang. Misalnya, Sangatlah
ironis kedengaran bahwa ia menderita kelaparan dalam sebuah daerah yang
subur dan kaya, serta mati terbunuh dalam sebuah negeri dalam ratusan
tahun dalam ketentraman dan kedamaian.

7
d. Anri tesis
Adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan
yang bertentang, dengan mempergunakan kata-kata atau keklompok kata
yang berlawanangaya ini timbul dari kalimat berimbang. Perhatikan contoh
berikut: Mereka sudah kehilangan banyak dari harta bendanya, tetapi
mereka juga telah banyak mendapatkan keuntungan dari padanya.

e. Refetisi
Adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang
dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang
sesuai. Dalam bagian ini, hanya akan dibicarakan refitisi yang berbentuk
kata atau perasa atau klausa. Karena nilainya dianggap tinggi, maka dalam
koratori timbulah bermacam-macam pariasi refitisi. Refitisi, seperti halnya
dengan palarelisme dan antithesis , lahir dari kalimat yang berimbang.

Misalnya, Atau maukah kau pergi bersama serangga-serangga tanah,


pergi bersama kecoa-kecoa, pergi bersama mereka yang menyusupi tanah
menyusupi alam. Karena dalam oratori dianggap tinggi, maka para orator
menciptakan bermacam-macam refitisi pada prinsipnya di dasarkan pada
tempat kata yang di ulang dalam baris , klausa atau kalimat. Yang penting
diantaranya adalah:
1. Epizeuksis: yang bersifat langsung artinya kata yang dipentingkan
diulang berpa kali berturut-turut. Misalnya kita harus bekerja , bekerja,
sekali lagi bekerja untuk mengejar semua ketinggalan kita.
2. Tautotes : refetisi atau sebuah kata berulang-ulah dalam sebuah
kontuksi misalnya kau menuding aku, aku menuding kau, kau dan aku
menjadi steru.
3. Anaphora: refitisi yang berwujud perulangan kata pertama pada tiap
baris atau kalimat berikutnya.

8
4. Efistropa adalah refitisi yang berwujud perulangan kata atau prosa pada
akhir baris atau kalimat berurutan. Contoh:
• Bumi yang kau diami, laut yang kau layari adalah puisi
• Udara yang kau hirupi, air yang kau teguk adalah puisi
• Kebun yang kau tanami, bukit yang kau gunduli adalah puisi

5. Simploce adalah prefetisi pada awal dan akhir beberapa baris dan
kalimat berurutan. Contoh:
• Kamu bilang hidup ini berengsek. Aku bilang biarin
• Kamu bilang hidup ini ga punya arti, aku bilang biarin
• Mesodiplikosis adalah refetisi ditengah baris-baris atau beberapa
kalimat berurutan.

6. Epanalepsis adalah pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris


klausa atau kalimat, mengulang kata pertama misalnya:
• Kita gunakan pikiran dan perasaan kita
• Kami cintai perdamaian karena Tuhan kami
• Berceritalah padaku, ya malam berceritalah ku berikan setulusnya
apa yang harus ku berikan

7. Anadiplosis adalah kata atau prosa yang terakhir dari suatu klausa atau
kalimat berikutnya, misalnya:
• Dalam laut ada tiram , dalam tiram ada mutiara
• Dalam mutiara: ah tak ada apa
• Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan uraian yang telah dijelaskan ,dapat diturunkan kesimpulan


tentang pemilihan kata dan definisi. Kata sebagai satuan dari perbendaharaan
kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi
dan aspek isi makna. Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap
dengan panca indera, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat. Pemilihan
kata dalam kaidah Makna terdiri dari Sinonim, Homofon dan Homograf, makna
Denotatif dan makna Asosiatif. Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan sebuah
landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur
kalimat di sini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang
dipentingkan dalam kalimat tersebut.

Definisi adalah suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa,
atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari
orang, benda, proses, atau aktivitas. Definisi dapat dibedakan atas: definisi
nominal, definisi formal, definisi personal, definisi kerja atau definisi
operasional, dan definisi luas.

B. Saran
Makalah yang dibuat oleh penulis ini kurang banyak referensi dari buku
kebanyakan diperoleh dari internet jadi apabila ingin mempelajari tentang
Pemilihan kata dan definisi maka bacalah referensi yang lain juga jangan
perpatokan hanya dimakalah ini saja. Dan kami berharap mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 2010. Diksidan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama.

Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia Di PerguruanTinggi. Jakarta: Grasindo

11

Anda mungkin juga menyukai