Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui
oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa
dan penggunaannya.
Pei dan Geynor (1954:203) mengatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa yang memiliki
keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, disepakati penutut dialek-dialek lain
sebagai bahasa yang paling sempurna.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh seagian besar warga masyarakat
pemakainnya sebagai bahasa resmi dansebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam
penggunaannya.
a) Mantap
Manta artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa sibubuhi dengan awalan pe-, akan
terbentuk kata perasa. Kata raba dibubuhi pe-, akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu menurut
kemantapa bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan sifat mantap perajin, bukan pengrajin.
b) Dinamis
Dinamis artinya tidak statis, tidak baku. Bahasa aku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kata
langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan took tepat berlangganan.
Dalam hal ini, took disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.
c) Cendekia
Ragambaku bersifat cendekia kaenaragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud
ragambaku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan
pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).
Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup untuk memahami konsep yang sesungguhnya. Di
dalam bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang saling menyatu, yaitu kodifikasi, keberterimaan,
difungsikan sebagai model. Ketiganya dibahas di bawah ini.
Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa Inggris. Kodifikasi diartikan sebagai
hal memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan norma di dalam berbahasa
(Alwasilah, 1985 :121).
Masalah kodifikasi berkait dengan masalah ketentuan atau ketetapan norma kebahasaan. Norma-
norma kebahasaan itu berupa pedoman tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah.
Kode kebahasaan sebagai norma itu dikaitkan juga dengan praanggapan bahwa bahasa baku itu
berkeseragaman. Keseragaman kode kebahasaan diperlukan bahasa baku agar efisien, karena kaidah
atau norma jangan berubah setiap saat.
Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaian
bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam bahasa. Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak
dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis. Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan
tampak dalam pemakaian bahasa baku.
Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat bahasa.
Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini bahasa baku
mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku.
B. Istilah Baku
Secara umum, istilah lazim diartikan sebagai kata atau gabungan yang dipakai sebagai nama atau
lambing dan dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, ataun sifat yang khas
dalam budang ilmu pengetahuna, teknologi, dan seni. Dengan demikian, dapat dikatakan kata atau
gabungan kata yang digunakan sebagai istilah ini memiliki satu makna tertentudan asti dalam satu
bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Jadi, berbeda dengan kata, makna sebuah kata sangat
tergantung pada konteks kalimatnyna. Misalnya, makna kata tangan menurut konteksnya berarti ‘
bagian dari pergelangan tangan sampai keujung jari’ bisa juga berarti’ dari pangkal bahu sampai ke
ujung jari’. Padahal kata tangan sebagai istilah dalam bidang kedokteran hanya mengacu pada
makna’ bagian dari pergelangan tangan sampai keujung jari’. Sedangkan bagian ‘dari pangkal lengan
sampai pergelangan tangan’ dalam istilah kedokteran disebut lengan.
Memang banyak istilah yang karena sudah lazim digunkan dalam percakapan umum sehari-hari
telah menjadi bagian dari kosa kta umum, seperti istilah deposito, saldo, takwa, nikah, pemerataan,
akseptor, dan posyandu. Namun, masih banyak lagi istilah yang belum digunakan secara umum,
melainkan hanya digunakan dalam bidangnya masing-masing, seperti debit, embesil, glukosa,
insulin, bid’ah, dan mutanajis.
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah
dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara
luas.
Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya.
Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa Indonesia
baku. Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita. BahasaIndonesia baku berbeda
dengan bahasa Malaysia atau bahasa Melayu di Singapura dan Brunai Darussalam.
Pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa
wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi
melalui pemerolehan bahasa baku. Di samping itu, pemakai bahasa yang mahir berbahasa Indonesia
baku “dengan baik dan benar” memperoleh wibawa di mata orang lain. Warga masyarakat secara
psikologis akan mengidentifikasikan bahasa Indonesia baku dengan masyarakat dan kebudayaan
modern dan maju sebagai pengganti pranata, lembaga, bangunan indah, jalan raya yang besar.
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma atau
kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku itu menjadi tolok
ukur pemakaian bahasa Indonesia baku secara benar. Oleh karena itu, penilaian pemakaian bahasa
Indonesia baku dapat dilakukan. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku juga menjadi acuan umum
bagi segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti
bahasa ekonomi, bahasa hukum, bahasa sastra, bahasa iklan, bahasa media massa, surat-menyurat
resmi, bentuk surat keputusan, undangan, pengumuman, kata-kata sambutan, ceramah, dan pidato.
Ciri-ciri bahasa Indonesia Baku dan bahasa Indonesia Non Baku telah dibuat oleh para pakar bahasa
dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain Harimurti Kridalaksana, Anton M. Moeliono,
dan Suwito.
Ciri-ciri bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia nonbaku itu dibeberkan di bawah ini setelah
merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau yang telah dibuat oleh para pakar tersebut.
a) Pelafalan sebagai bagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif bebas dari
atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.
Misalnya :
Misalnya:
4. Mereka sedang bermain futsal
c) Konjungsi sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam
kalimat.
Misalnya:
1. Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua di anggapnya penipu.
4. Kita tidak perlu tergesa-gesa kekampus karena masih pagi. Lagipula, bukannya jam pertama
hari ini tidak ada kuliah.
5. Tentang susastra, bahasa kelinci kaya dengan macam dan jenis susastrsa hanya susastra lisan.
d) Partikel –kah, -lah dan –pun sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas
dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
e) Preposisi atau kata dengan sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan secara
jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
f) Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara
jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.
Misalnya:
g) Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara
jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
h) Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia baku
ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
i) Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau
diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Saudaranya
Dikomentari
Mengotori
Harganya
j) Fungsi gramatikal (subyek, predikat, obyek sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis
atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat. Pada kata-kata ngontak, sekolah,tinjau,
kedudukan, danbikin bersih pada kalimat dibawah ini.
Misalnya:
k) Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap
sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia baku di dalam kalimat.
Misalnya:
Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data dilakukannya,
dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.
l) Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan
tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak
begini, begitu, silakan.
m) Ejaan resmi sebagai bagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik kata, kalimat
maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Ejaan baku ini
diberlakukan sejak 1972. Oleh karena itu, semua kata yang tidak ditulis menurut kaidah yang diatur
dalm EYD adalah kata yang tidak baku. Yang ditulis sesuai dengan aturan EYD adalah kata yang
baku. Ada beberapa contoh kata ejaannya tidak baku, yang sering kita jumpai dalam berbagai tulisan
masyarakat. Misalnya kompleks,sistim, do’a, jum’at jadual, nasehat dan seterusnya.
n) Peristilahan baku sebagai bagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan Pedoman
Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).
Istilah bahasa nonbaku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa nonstandar ini
sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa nonstandar”, “ragam tak baku”, bahasa
tidak baku”, “ragam nonstandar”. Ragam tidak baku ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai
oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu variasi
bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa
tidak resmi (1981 : 23).
Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai kata-
kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa dipakai oleh mereka
yang berpendidikan (1985 : 116).
No Baku Tidak baku Berdasarkan beberapa pengertian di
1. Adapun Ada pun atas, jelas bahwa bahasa
nonstandar adalah ragam yang berkode
2. Aktif Aktip bahasa yang berbeda dengan kode
bahasa baku, dan dipergunakan di
3. Alternative Alternatip
lingkungan tidak resmi.
4. Akta akte
Bahasa Indonesia tidak baku adalah
5. aktivitas aktifitas salah satu ragam bahasa
Indonesia yang tidak dikodifikasi,
6. Akidah akedah tidak diterima dan tidak difungsikan
sebagai model masyarakat Indonesia
7. Ambulans ambulan
secara luas, tetapi dipakai oleh
8. Analisis Analisa masyarakat secara khusus.
9. Akhir Akir
20 Izin idzin
3. Saya pergi kekampus setiap hari
Daftar Pustaka
Vicosta, Efran. 2011. EYD Ejaan Yang Disempurnakan dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: JAL
Publishing.