Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

NEMUI NYIMAH DAN RELEVENSINYA DENGAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Islam Budaya Lampung
Dosen Pengampu : Tomy Suganda, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Aldi Herwinanda (2031060401)
Azzahra (2031060191)
Liana Sari (2031060083)
Riska Kesuma Wardani (2031060147)
Rizti Anandini (2031060441)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS USHULUDIN DAN STUDI AGAMA
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh


Puja dan puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dari kelompok 2 pada mata kuliah Islam
Budaya Lampung di kelas E Psikologi Islam dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas kelompok di mata kuliah tersebut dengan judul: “Nemui Nyimah dan
Relevensinya dengan Islam”.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Tomy Suganda, M.Kep, yang telah ikhlas
memberikan ilmu dan membimbing kami, serta kepada segenap pihak yang telah membantu kami
menyelesaikan makalah ini. Kami sangat memahami bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas
dari bantuan serta bimbingan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, kritik dan saran
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar
kedepannya kami dapat memperbaiki kekurangan kami. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Bandar Lampung, 10 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Judul Halaman 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nemui Nyimah 5

2.2 Fungsi Nilai Nemui Nyimah 5

2.3 Relevansi Nemui Nyimah dengan Islam 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 14

DAFTAR PUSTAKA 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah suku Lampung yang memiliki banyak budaya
dan memiliki nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat Lampung merupakan masyarakat
yang majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda-beda latar belakangnya. Orang
Lampung sama seperti orang dari suku lain, yaitu budaya mereka mewakili identitas suku itu
sendiri. Masyarakat Lampung terbagi menjadi dua suku bangsa, yaitu suku asli dan suku pendatang.
Suku asli adalah suku Lampung yang telah mendiami wilayah Lampung selama berabad-abad,
sedangkan suku pendatang adalah suku yang berasal dari luar Provinsi Lampung dan menetap di
Lampung.
Satu unsur yang terus melekat pada masyarakat Lampung adalah nemui nyimah. Nemui
nyimah dimaknai sebagai sikap terbuka atau ramah tamah. Konsepsi nemui nyimah pada dasarnya
merupakan wujud sikap perilaku yang pemurah, santun, terbuka tangan, suka memberi secara lahir
batin. Artinya tidak sekedar bertujuan harfiah agar tuan rumah bersikap terbuka dan ramah, namun
sebaliknya tamu juga harus bersikap menghargai tuan rumah dan tahu diri. Nemui nyimah, sebagai
konsep kearifan budaya lokal yang merupakan piil pesenggiri (harga diri) bagi mereka bila
kedatangan tetamu tidak dilayani dengan baik. Jadi pada pembahasan makalah ini akan membahas
mengenai salah satu pilar dalam Piil Pesenggighi yaitu Nemui Nyimah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Nemui Nyimah ?

2. Apa Fungsi Nilai Nemui Nyimah?

3. Apa Relevansi Nemui Nyimah dengan Islam?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang kami ambil dan yang kami peroleh yaitu untuk memahami dan
mengetahui hal hal mengenai Nemui Nyimah dan relevansinya dengan islam.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nemui Nyimah


Menurut Rizani yang dikutip Himyari Yusuf, istilah Nemui Nyimah berasal dari kata benda
„temui‟ yang berarti tamu, kemudian menjadi kata kerja yaitu „nemui‟ yang berarti bertamu atau
menerima tamu. Sedangkan Nyimah berasal dari kata benda „Simah‟ kemudian menjadi kata kerja
Nyimah yang berarti suka memberi, sehingga Nemui Nyimah mengandung arti selalu membuka diri
untuk menerima tamu, suka memberikan sesuatu dengan ikhlas kepada pihak lain dan sekaligus
sebagai simbol ungkapan hati nurani dan ungkapan keakraban.1 Nemui-Nyimah merupakan salah
satu dari 4 (empat) unsur falsafah hidup Piil Pesenggiri. Ketiga unsur lainnya adalah Juluk-adek,
Nengah-nyappur, dan Sakai-sambayan.
Nemui Nyimah dalam konteks kehidupan bermasyarakat, diartikan bertamu atau
silaturahmi. Silaturahmi di masyarakat kita sering diartikan sebagai kegiatan kunjungmengunjungi,
namun bukan itu makna silaturahmi sesungguhnya. Silaturahmi bukan hanya ditandai dengan saling
berbalas salam tangan atau memohon maaf belaka. Bila mencermati dari asal katanya, yakni shilat
atau washl yang berarti menyambungkan atau menghimpun, dan ar-rahim yang berarti kasih sayang,
maka silaturahmi diartikan sebagai menghubungkan kasih sayang antar sesama. Silaturahmi juga
bermakna tolong menolong, bertutur kata sopan santun, menghubungkan mereka yang sebelumnya
terputus hubungan atau interaksi, dan memberi sesuatu dengan tidak mengharapkan imbalan.2

2.2 Fungsi Nilai Nemui Nyimah


Fungsi nilai nemui-nyimah pada kehidupan sehari-hari bisa menunjang intensitas dalam
pergaulan, di mana pada hubungan sosial setiap orang membutuhkan rasa nyaman, rasa peduli
terhadap sesama, terbuka satu sama lain serta saling mengerti atas kekurangan masing-masing.
Secara garis besar fungsi nemui-nyimah bisa dibedakan pada beberapa aspek sosial, yaitu3 :

1
Himyari Yusuf, “Nilai Nilai Islam dalam Falsafah Hidup Masyarakat Lampung” Jurnal Studi Agama dan Pemikiran
Islam, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016, hlm. 19
2
Heru Juabdin Sada, Rijal Firdaos, Yunita Sari, “Implementasi Nilai Nilai Pendidikan Islam dalam Budaya Nemui
Nyimah di Masyarakat Lampung Pepadun” Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. 2 2018, hlm. 1
3
Pairulsyah , Abdulsyani , Suwarno , Anita Damayantie, “Nemui Nyimah (Studi pada Penduduk Ragam Etnis dan
Budaya di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan)” Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya, Vol. 21, No. 2
September 2019, hlm. 4
5
1. Memelihara stabilitas hubungan masyarakat
Fungsi nemui-nyimah ini berfungsi untuk memelihara hubungan dalam masyarakat,
khususnya masyarakat Lampung adat Saibatin dengan cara membangun hubungan atau
kerukunan, misalnya melalui gotong royong dan saling menolong antar sesama
2. Memotivasi kegiatan himpun (musyawarah)
Musyawarah yang kerap dilakukan oleh masyarakat adat Lampung terkhusus masyarakat
adat Saibatin menekankan pada sebuah kata mufakat. Dalam hal ini nemui-nyimah dapat
berfungsi dalam kegiatan musyawarah. Nemui-nyimah menerapkan prinsip keterbukaan,
menghargai, dan menerima.
3. Fungsi nemui-nyimah juga dapat menumbuhkan dan memelihara kepedulian Antar sesama
masyarakat.
Dalam fungsi ini dapat berwujud kerjasama yang dilakukan antar warga dalam membangun
teguh pekon/desa, seperti membangun jembatan, jalan dan sebagainya.
4. Memperluas jaringan pergaulan
Dalam kehidupan sosial, pergaulan atau memperluas jaringan sosial sangat diperlukan, agar
kita dapat mengisi kekurangan satu sama lain. Pergaulan ini dibangun atas rasa percaya satu
dengan lain nya sehingga timbul rasa saling menghargai dan saling menerima kekurangan
antar sesama
5. Sebagai media sosial dalam pelayanan masyarakat
Sebagai media sosial nilai nemui-nyimah berperan sebagai memperkuat pelayanan publik,
seperti yang tertuang dalam Kepmenpan nomor 63 tahun 2003 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan publik yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan
maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Khususnya dalam prinsip-
prinsip pelayanan publik aparatur pemerintah harus didasari sikap sopan dan santun, ramah-
tamah serta ikhlas.
Nemui-nyimah bisa dimaknai menjadi sikap suka bertemu mengunjungi, tertarik untuk
bergaul, peduli dan murah hati terhadap sesama. Secara harfiah mampu diartikan sebagai perilaku
santun, senang memberi dan mendapatkan, serta pemurah. Fungsi umum nemui-nyimah pada
kehidupan masyarakat diantaranya meningkatkan rasa rasa kepedulian dan nilai kemanusiaan
terhadap orang lain, di samping bisa mendorong semangat kerja keras, jujur dan berusaha untuk

6
memberikan manfaat kepada orang lain, menjadi makhluk sosial sudah seharusnya mempunyai
sifat terbuka dan menerima perbedaan, sehingga dapat mendorong terbentuknya kebersamaan
dalam kehidupan masyarakat.
Nilai-nilai budaya yang terinternalisasi dalam prinsip nemui nyimah mengandung nilai
budaya yang dapat berfungsi memelihara kerukunan, kenyamanan dan membentuk persatuan
masyarakat dengan landasan rasa keikhlasan dari hati nurani. Adapun beberapa fungsi pokok dari
kearifan lokal nilai-nilai nemui-nyimah sebagai berikut4 :
1. Memelihara Keterbukaan Pelayanan Kepada Masyarakat
Keterbukaan dalam konsep kearifan lokal Kepada masyarakat setempat merupakan bentuk
kejujuran perilaku dalam pergaulan antar sesama yang ditandai adanya prosedur atau tata
cara dalam berinteraksi sosial. Di samping adanya landasan tanggung jawab dalam setiap
perbuatan dalam suatu kerjasama, kegiatan penyelesaian pekerjaan bersama, dan
keterbukaan informasi dalam pekerjaan yang berkaitan dengan proses pelayanan agar semua
pihak dapat sepenuhnya percaya. Semua kegiatan yang berkaitan dengan interaksi sosial dan
pelayanan masyarakat sudah dilakukan secara terbuka dan saling percaya. Hal ini
ditunjukkan dari hasil observasi bahwa dalam setiap rapat, pertemuan atau kegiatan
musyawarah tentang rencana pembiayaan pembangunan atau revitalisasi budaya dan
masalah adat selalu disertai dengan tindak lanjut pengumunan secara rinsi, terbuka, dan di
tempel di sebuah papan dinding sehingga dapat diketahui oleh seluruh anggota masyarakat
Dalam pelaksanaan kerjasama diketahui masih berpedoman pada nilai-nilai budaya yang
dipimpin oleh para tokoh adat melalui perencanaan dan langkah-langkah yang ditetapkan
secara terbuka. Keterbukaan pada umumnya diakui sebagai amanat dari hukum adat yang
mengutamakan kejujuran dan kerelaan dalam setiap bekerjasama untuk kepentingan umum,
pelayanan kepada masyarakat, dan bukan sebaliknya pekerjaan dengan rasio mencari
keuntungan pribadi. Dengan prinsip nemui-nyimah dapat mendorong aparatur pemerintahan
adat untuk dapat bersikap terbuka dan berterus-terang terhadap warga adat dan masyarakat
sekitar dalam setiap musyawarah atau menyelesaikan masalah-masalah sosial budaya.
2. Memelihara Rasa Tanggung jawab
Perlu diketahui bahwa bahwa aturan adat yang terkait dengan Tanggung jawab pemerintahan
adat di pusat-pusat sekretariat marga/kebuwaian diterapkan berdasarkan nilai-nilai nemui-

4
Ibid hlm. 6
7
nyimah, sehingga dapat mendorong masyarakat adat untuk dapat meningkatkan kualitas
pergaulan dengan hati sikap yang jujur dan terbuka, sehingga dapat meningkatkan rasa
tanggung jawab terhadap pekerjaan dan kewajiban nya. Dengan demikian nilai-nilai nemui-
nyimah diketahui masih melekat dalam kepribadian masyarakat adat pada umumnya.
Dengan berpedoman pada nilai-nilai nemui-nyimah, maka setiap tokoh adat bersama
warganya akan senantiasa memenuhi kewajiban nya yang sudah ditetapkan. Bagi warga
yang mampu menerapkan nilai nemui-nyimah, maka ia akan memenuhi tanggung jawabnya
sebagaimana telah di beban kan kepadanya. Sikap dan tindakan nemui-nyimah menurut adat
istiadat setempat merupakan sumber motivasi untuk selalu berusaha memberikan yang
terbaik untuk masyarakat sekitarnya.
3. Memelihara Perilaku Disiplin
Dalam paradigma psikologis, disiplin merupakan kemampuan untuk mengendalikan
perilakunya sesuai dengan norma yang berlaku setempat. Disiplin merupakan sikap yang
bersifat individual sebagai dasar berprilaku yang berpengaruh pada nilai-nilai yang bersifat
pribadi maupun kepentingan bersama. Untuk meningkatkan kedisplinan kerja dibutuhkan
latihan dengan kesadaran sendiri tentang pentingnya sikap disiplin sebagai pedoman dalam
berkerja dan dalam berperilaku sehari-hari. Manfaat disiplin diantaranya adalah:
1) dapat menumbuhkan kepekaan. Sikap ini memudahkan dalam mengungkapkan
perasaannya kepada orang lain.
2) menumbuhkan rasa kepedulian sosial, yaitu bentuk perhatian dan empati terhadap
kebutuhan dan kepentingan orang lain, di samping dapat menumbuhkan rasa tanggung
jawab dalam memecahkan masalah dengan baik.
3) mendorong terciptanya kepatuhan dan keteraturan sosial.
4) menumbuhkan rasa percaya diri, terutama dalam melakukan sesuatu pekerjaan secara
mandiri.
5) meningkatkan kemampuan beradaptasi sehingga dapat menumbuhkan keakraban dan
ramah terhadap orang lain. Maka dapat disimpulkan, bahwa disiplin yang ada di lingkungan
pemerintahan adat setempat sudah dilakukan dengan cukup baik, dengan bukti adanya
pengakuan yang relatif sama diantara tokoh adat dengan warga adat, bahwa dalam
pelaksanaan tugas adat yang berkaitan dengan jadwal rapat adat, pekerjaan pemeliharaan
kearifan lokal nilai-nilai adat, dan keterbukaan dalam koordinasi kegiatan gotong royong,

8
sebagian besar dapat terlaksana dengan baik.
4. Manfaat menumbuhkan Rasa Toleransi
Menurut informasi yang dikemukakan oleh informan tokoh adat Buwai Khunjung, bahwa
masyarakat beragam suku budaya merupakan kumpulan warga yang berbeda-beda, baik
suku, asal usul, maupun budaya adat istiadatnya. Kumpulan warga ini memiliki toleransi
yang kuat sehingga kehidupankehidupan mereka dapat damai, rukun dan bersatu dalam satu
daerah pemukiman. Masyarakat beragam (multikultur) ini memiliki kiat pemersatu dikala
terjadi perselisihan atau konflik, yaitu model kesepakatan untuk mencapai mupakat.
Kelompok masyarakat beragam ini mengandaikan perbedaan sebagai kekuatan untuk
survive (bertahan hidup), karena warganya memiliki kesepakatan bersama tentang aturan
berbuat dalam pergaulan. Kesepakatan bersama ini merupakan hasil dari tradisi masyarakat
yang selalu menguatamakanmenguatamakan hippun (musyawarah) dalam setiap
perencanaan dan pelaksanaan kerjasama. Dengan hippun berarti bersedia bersama untuk
saling menghormati pendapat orang lain secara ramah dan terbuka sebagaimana prinsip
nemui-nyiman, sehingga dapat mendorong terciptanya rasa toleransi, rasa ingin hidup rukun,
damai dan penguatan ikatan persatuan warga masyarakat.
5. Mempermudah Pelayanan Kepada Masyarakat
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa mempermudah urusan masyarakat mengandung
arti bahwa dengan berfungsinya nilai nemui-nyimah, aktivitas pelayanan kepada masyarakat
sedang berlangsung atau sudah selesai dapat membuat masyarakat merasa dipermudah dan
diperlancar. Praktik pelayanan kepada masyarakat di lokasi penelitian ini diketahui sudah
berjalan dengan baik, karena keterbukaan atau transparansi (nemui-nyimah) telah dilakukan
oleh segenap warga dan para penyimbang adat, khususnya dalam kegiatan pelayanan yang
dimaksud. Semua yang berkaitan kegiatan kerjasama antar warga dan pelayanan kepada
masyarakat dilaksanakan dengan prinsip nemui-nyimah, yaitu mengutamakan kemudahan
segala kepentingan masyarakat. Dalam usaha mewujudkan pelayanan yang prima ini warga
masyarakat dalam setiap musyawarah adat selalu membuat rambu-rambu tentang syarat,
ketentuan dan etika perilaku yang harus dipenuhi secara terbuka diumumkan dihadapan
warga.
6. Meningkatkan Rasa Solidaritas Sosial
Nemui-nyimah dapat meningkatkan kebersamaan masyarakat. Bentuk kebersamaan tersebut

9
antara lain kerja bakti atau gotong royong membersihkan lingkungan secara berkala sesuai
dengan waktu senggang dari kesibukan kerja mereka. Bentuk solidaritas sosial ini terlihat
dari kebersamaan mereka yang saling melengkapi satu sama lain, bekerjasama dengan tertib
dan teratur dalam melakukan proses penyelesaian pekerjaan bersama. Secara umum, bentuk
kebersamaan dalam aktivitas kerjasama atau dalam pelayanan kepada masyarakat, misalnya
menerima tamu yang membutuhan bantuan dengan pelayanan ramah tamah dan kemudahan.

2.3 Revelensi Nemui Nyimah dengan Islam


Salah satu unsur dari Piil Pesenggiri yakni Nemui Nyimah yang diterapkan oleh
masyarakat Lampng dapat dilihat dari hal-hal berikut. Musyawarah, kegiatan
musyawarah selalu dilakukan oleh masyarakat Lampng yang di sertai tokoh adat,
tokoh Agama dan tokoh masyarakat ketika ada acara-acara di daeraah tersebut. Misalnya
acara kegiatan untuk memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia, acara untuk
menyambut bulan suci Ramadhan bukan hanya itu saja, musyawarah dalam rangka gotong
royong membersihkan rumput-rumput dilingkungan. Hal tersebut dilakukan
agar memiliki jiwa sosial yang peduli akan lingkungan sekitar. Walaupun tidak semua
melaksanakannya tetapi budaya ini tetap diterapkan. Dalam gotong-royong tersebut dapat
menjalin silaturahmi dan keakraban antara bapak-bapak yang di masyarakat.
Kegiatan tersebut menunjukan adanya nilai pendidikan Islam yakni nilai tolong menolong,
kekeluargaan dan kerukunan.5 Forum Mulei Menganai (bujang gadis), kegiatan pemuda pemudi di
Tiyuh Panaragan agar keakraban antara bujang gadis terjaga dan sealalu bisa
berkumpul dalam hal positif, misalnya memeriahkan daerahnya seperti menyambut tahun baru,
merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia, menyambut bulan suci Ramadhan agar
persamaan dan persatuan tetap terjaga. Kegiatan tersebut menunjukan adanya nilai pendidikan
Islam yakni nilai persatuan dan kerukunan. Yasinan, kegiatan acara rutin yang dilakukan
setiap malam jum‟at bergilir di rumah masyarakat khusus bapak-bapak untuk menjalin tali
silaturahmi antara bapak-bapak yang ada. Kegiatan tersebut menunjukan
adanya nilai pendidikan Islam yakni nilai religius dan nilai tolong menolong. Ngakuk Majeu,
dalam acara tersebut jika di rumah lelaki atau bujang ngakuk majeu (ngambil gadis/calon pengantin

5
Heru Juabdin Sada, Rijal Firdaos, Yunita Sari, “Implementasi Nilai Nilai Pendidikan Islam dalam Budaya Nemui
Nyimah di Masyarakat Lampung Pepadun” Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. 2 2018, hlm. 6

10
wanita), jadi seluruh masyarakat berkunjung silaturahmi untuk mengetahui
majeu (calon pengantin wanita). Biasanya tuan rumah memberikan suguhan-suguhan
makanan ringan yang sesuai dengan kemampuan seperti halnya yang diajarkan nenek moyang
masyarakat Lampug itu sendiri. Sikap tersebut menunjukan adanya nilai pendidikan Islam
yakni nilai kepedulian dan sopan santun. Manjau Debingei, kegiatan tersebut dilakukan setiap
satu minggu sekali.
Kegiatan Manjau Debingei dilakukan oleh muli menganai atau pemuda-pemudi untuk
berkumpul di suatu tempat untuk mempererat tali silaturahmi antara pemuda-pemudi yang ada
di daerahnya.6 Kegiatan tersebut menunjukan adanya nilai pendidikan Islam yakni nilai
sopan santun dan nilai kekeluargaan. Kegiatan Nemui Nyimah di atas terdapat nilai-nilai
pendidikan Islam yang selalu diterapkan meskipun ada beberapa
masyarakat yang tidak aktif dalam kegiatan tersebut karena alasan sibuk dan lain-lain. Melalui
kegiatan tersebut dapat mempertahankan nilai-nilai yang terdapat dalam budaya Nemui
Nyimah, misalnya menjaga kesopanan dalam tutur kata dan bersikap terhadap sesama
makhluk sosial. Dilihat dari hasil observasi Masyarakat Tiyuh Panaragan masih sangat
ketergantungan terhadap sesama, dimana masyarakatnya masih saling membutuhkan sebagai
makhluk sosial tidak dapat dipungkiri, sifat tolong menolong, bermurah hati lah yang melekat
kuat menjadi identitas masyarakat Lampng. Nemui Nyimah adalah sikap pemurah,
buka tangan, suka memberi dan menerima sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Masyarakat masih memegang teguh budaya harga diri yang salah satunya budaya
Nemui Nyimah. Masyarakat di daerah lampng sangat erat kesetiakawanan sosial,
kepedulian, sikap tersebut terlihat saat mereka berhubungan dengan tetangga dan alam sekitar
dilingkungan masyarakat. Dalam budaya Nemui Nyimah penerapannya bisa dilihat saat
bersilaturahmi. Begitu banyak manfaat bagi kita jika sesuai dengan ajaran Islam.
Silaturahmi yang di utamakan niatan karena Allah. Niatan berhubungan dengan
keikhlasan hati yang menumbuhkan betapa pentingnya sikap peduli, tolong menolong, ramah
terhadap sesame. Nemui Nyimah bagi masyarakat adalah pedoman dalam
bertindak dan bersikap dalam kehidupan sehari-hari terhadap semua orang di lingkungan
masyarakat, seperti bertutur kata yang sesuai dengan akhlak yang di ajarkan Islam. Di dalam
menerima tamu (temui) di perlakukan seperti raja walaupun tamu (temui) tersebut berbeda

6
Ibid hlm. 7
11
suku dan agama. Sebaliknya jika kita berkunjung kepada keluarga atau tetangga kita harus
sopan santun sesuai dengan adab-adab bertamu yang di ajarkan oleh Islam, jika diberisuguhan yang
tak sesuai selera ciciplah walau hanya sedikit, karena yang dikhawatirkan akan
menyinggung perasaan si tuan rumah bila suguhan tidak di makan, saling menjaga perasaan.
Al-Qur‟an pun menjelaskan bahwa seorang tamu itu raja dan harus dihormati. Karena banyak
manfaatnya mempererat tali silaturahmi. Adapun kisah nabi yang menceritakan tentang
menghormati tamu7 dalam surah Adz-Dzariyat ayat 26-27 :

Artinya :
“Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian
dibawanya daging anak sapi gemuk, Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim
lalu berkata: "Silahkan anda makan”. (Q.S. Adz-Dzariyat : 26-27)
Islam mengajarkan kita untuk selalu bersilaturahmi, jangan sampai memutus
hubungan persaudaraan antara sesama manusia. Silaturahmi adalah kunci kebahagiaan hidup,
dengan bersilaturahmi maka pintu rezeki akan dibukakan oleh Allah. Menurut Zulkifli Nemui
Nyimah adalah sopan santun dalam bertamu dan menerima tamu ke rumah keluarga ataupun
orang lain, dan menghargai pendapat orang lain, serta saling tolong-menolong antar keluarga
dan tetangga bahkan semua orang yang ada di lingkungan masyarakat.
Nemui Nyimah dalam penerapan sehari-hari seperti tolong menolong, tolong
menolong di sini bukan hanya yang dimaksud materi saja, tetapi lebih ke musyawarah
mufakat, sumbangsih pemikiran terlihat ketika ada acara-acara hajatan, pernikahan misalnya.
Adat istiadat masyarakat Lampung, masih kental kekerabatannya walaupun ada
masyarakat yang mulai tidak menjalankan tatacara ataupun adat yang berlaku di masyarakat
Lampung. Misalnya dalam acara pernikahan, biasanya ada kegiatan perkumpul bapakbapak ataupun
bujang gadis setiap malam menjelang acara tersebut, tetapi ada masyarakat
yang tidak ikut atau ikut andil serta meramaikan karena alasan sibuk dan lain-lain.
Masyarakat berpandangan bahwa Nemui Nyimah adalah tata cara dalam
bersilaturahmi, seperti ramah tamah dalam menerima tamu, bersikap sopan santun, selain itu
dalam menerima tamu diberikan suguhan yang sesuai dengan keadaan tanpa dipaksakan, dan
tamu juga diperlakukan sebagai raja. Masyarakat saling tolong menolong,

7
Ibid hlm. 7
12
ramah tamah, terlihat dalam acara atau hajatan. Masyarakatnya ikut serta tanpa di minta oleh
pemilik hajat.
Nemui Nyimah berarti silaturahmi atau pun tata cara bertamu dan menerimah tamu
dengan cara sopan santun, ramah tamah, dalam lingkungan masyarakat Lampung. Karena
pada prinsipnya adab-adab bertamu dan menerima tamu harus sesuai dengan ajaran Islam,
berikut implementasi budaya Nemui Nyimah dimasyarakat dapat dilihat
dalam kegiatan silaturahmi, yaitu Tatacara bertamu dan menerima tamu; Bertamu ataupun
menerima tamu dimasyarakat bukanlah hal yang asing, bertamu sudah
menjadi kebiasaan di Lampng. Adab-adab bagi penerima tamu (tuan rumah) dan
orang yang bertamu. Diantara adab-adab dalam bertamu di masyarakat Lampng
adalah: Pertama masyarakat harus berniat ikhlas karena Allah untuk
menyambung tali silaturahmi. Alangkah baiknya jika membawa buah tangan untuk
menyenangkan tuan rumah. Kedua mengucap salam dan menjawab salam, lafal salam
mengandung arti semoga keselamatan dan kasih sayang Allah serta kebaikan terlimpah
kepada kalian. Oleh karena itu ketika bertamu kita mengucapkan salam, bukan hanya
berkunjung kerumah sanak saudara saja tetapi mengucapkan salam disunahkan juga ketika
bertemu dengan saudara sesama muslim. Menjawab salam merupakan suatu kewajiban 8, Allah
berfirman dalam Al-Qur‟an Surah An-Nisa ayat 86 :

Artinya :
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan
segala sesuatu”. (Q.S. An-Nisa: 86)

8
Ibid hlm. 8
13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Unsur Piil Pesenggiri salah satunya yaitu budayakan Nemui Nyimah. Nemui Nyimah berarti
perilaku pemurah atau tangan terbuka. Nemui-Nyimahini adalah ungkapan asas kekeluargaan untuk
membentuk suatu perilaku keakraban serta kerukunan dan silatuhrami. Nemui Nyimah berfungsi
untuk meningkatkan rasa kepedulian dan nilai kemanusiaan terhadap orang lain, di samping bisa
mendorong semangat kerja keras, jujur dan berusaha untuk memberikan manfaat kepada orang
lain, menjadi makhluk sosial sudah seharusnya mempunyai sifat terbuka dan menerima perbedaan,
sehingga dapat mendorong terbentuknya kebersamaan dalam kehidupan masyarakat. Dalam Nemui
Nyimah terdapat nilai kebersamaan dan kesamaan dari nilai ini menurunkan keakraban dan kerukunan yang
berdasarkan nilai religius dan dikonkretisasikan melalui keharusan menjalin silatuhrami. Begitu banyak
manfaat bagi kita jika sesuai dengan syariat Agama Islam dengan cara menjalin hubungan
kekerabatan sesama manusia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Himyari. (2016). Nilai Nilai Islam Dalam Falsafah Hidup Masyarakat Lampung. Jurnal
Studi Agama dan Pemikiran Islam.

Heru Juabdin Sada, Rijal Firdaos, Yunita Sari, “Implementasi Nilai Nilai Pendidikan Islam dalam
Budaya Nemui Nyimah di Masyarakat Lampung Pepadun” Jurnal Pendidikan Islam.

Pairulsyah , Abdulsyani , Suwarno , Anita Damayantie, “Nemui Nyimah (Studi pada Penduduk
Ragam Etnis dan Budaya di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan)” Jurnal Ilmiah Kajian
Ilmu Sosial dan Budaya.

15

Anda mungkin juga menyukai