Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Islam Budaya Lampung
Dosen Pengampu : Tomy Suganda, M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Penulis
2
DAFTAR ISI
Judul Halaman 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Juluk Adok 6
2.2 Relevansi makna Juluk Adok dengan Al-Qur’an 7
2.3 Relevansi Juluk Adok dengan Islam 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 10
DAFTAR PUSTAKA 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembahasan pada makalah ini akan menyampaikan mengenai salah satu pilar dalam
Piil Pesenggighi yaitu Juluk Adok. Juluk adok bermakna keharusan berjuang untuk meningkatkan
kesempurnaan hidup, bertata tertib dan bertata krama yang sebaik mungkin sesuai gelar adat yang
disandangnya, mengandung nilai khuluqiyah yaitu bertanggung jawab, berkeadilan, kepemimpinan,
kedisiplinan, kebijaksanaan, dan keteladan, dalam Islam ajaran semacam ini merupakan dasar yang
sangat penting dalam kehidupan bernegara. Berdasarkan uraian di atas, maka dari itu kami akan
memaparkan mengenai pengertian Juluk Adok dan Relevansinya dengan Islam.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, antara lain:
4
1. Apa Pengertian Juluk Adok ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang kami ambil yang kami peroleh yaitu untuk memahami dan mengetahui
hal hal yang mengenai juluk adok dan relevansinya dengan islam.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Lestari, Widya. RELEVANSI NILAI FALSAFAH PIIL PESENGGIGHI MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN
TERHADAP NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM. Diss. UIN Raden Intan Lampung, 2019. 40-41.
6
II.I.I Relevansi makna Juluk Adok dengan Al-Qur’an
Juluk Adek/Adok dapat dikatakan sebagai prestise dan keluhuran budi pekerti yang
menjadi “pamungkas” seseorang setelah berkontribusi secara nyata dalam kehidupan
bermasyarakat. Proses memperoleh gelar (adek/adok) tidaklah mudah, tetapi harus melewati
tahap dan syarat tertentu setelah memperoleh prestasi. Maksudnya, seseorang telah melakukan
perubahan yang urgen dalam kehidupan manusia, seperti pencanangan idealisme atau cita-cita
dan tercapainya cita-cita yang luhur di tengah masyarakat. Setelah tahapan itu terlaksana,
peristiwa semacam ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, harus diperingati dan diberi hadiah
berupa gelar kehormatan secara adat. Dasar inilah yang kemudian Juluk Adek/Adok ditafsirkan
dengan makna inovatif. Biasanya, inovasi yang dilakukan bersifat terus-menerus; antara
idealisme hingga menjadi sebuah realita. Berdasarkan realita atau cita-cita yang telah diraihnya
itu maka dia berhak mendapatkan Juluk Adek/Adok.
Terwujudnya gelar adat seseorang harus dibarengi dengan perjuangan dalam
meningkatkan kesempurnaan diri, hidup tertib, dan memiliki tata krama. Kesemua ini akan
dapat terwujud apabila telah mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung dalam Nemui Nyimah,
Nengah Nyappur, dan Sakai Sambayan. Dalam realitas sosial, tata krama seseorang akan
menjadi indikator dan penilaian orang terhadap diri seseorang. Apabila seseorang mengabaikan
ketiga prinsip tersebut, akan sulit untuk mendapatkan gelar atau Juluk Adek/Adok.
Menindaklanjuti hal di atas, penyematan gelar adat (Juluk Adek/Adok) tidaklah terjadi secara
tiba-tiba. Seseorang hendaknya telah memiliki konsep kesempurnaan diri, memiliki tata krama
dan berpegang teguh pada titie gematei adat atau hidup tertib. Dengan kata lain, indikator
kesempurnaan diri bagi Ulun Lampung adalah manakala dia telah mampu menginternalisasikan
konsep Nemui Nyimah, Nengah Nyappur, dan Sakai Sambayan dalam kehidupan sehari-hari di
tengah masyarakat yang majemuk.
Falsafah ini merupakan cerminan dari syariat Islam, salah satunya yang difirmankan
Allah dalam QS an-Nisa ayat 59 dan ditegaskan kembali dalam QS AsSajdah ayat 24.
2
Masitoh, Masitoh. "Mengingat Dan Mendekatkan Kembali Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Piil Pesenggiri) Sebagai
Dasar Pendidikan Harmoni Pada Masyarakat Suku Lampung." Edukasi Lingua Sastra 17.2 (2019): 75-76.
8
karena dia merupakan pengayom gelar adat dibawahnya. Jadi seorang pemimpin harus menjadi
teladan dan harus memiliki moralitas yang terpuji. Kedudukan seorang pemimpin di dalam
Islam sangatlah penting, karena untuk menjalankan aturan Allah SWT dimuka bumi,
dibutuhkan seorang pemimpin yang mengayomi manusia kejalan yang benar sesuai dengan
tuntutan syariat Islam. Bahkan awal penciptaan Nabi Adan di alam semesta ini pun dengan
tujuan menjadikannya sebagai khalifatul ardhi (pemimpin dimuka bumi) sebagaimana firman
Allah,
Dalam al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 30 :
ۤ
ِسُ ّسبِّ ُح بِ َح َْدِكَ َوُّقَد َ ُّ ُِ ْض َخ ِي ْيفَتً ِۗ قَاىُ ْٰٓىا اَتَجْ عَ ُو فِ ْي َها ٍَ ِْ يُّ ْف ِسد ُ فِ ْي َها َويَ ْس ِفلُ اى ِدّ ٍَ ۤا ْۚ َء َوَّح
ِ َواِذْ قَا َه َزبُّلَ ِى ْي ََي ِٕى َن ِت ِاِّّ ْي َجا ِع ٌو فِى ْاْلَ ْز
َُىلَ ِۗ َقا َه اِ ِّّ ْٰٓي ا َ ْع َي ٌُ ٍَا َْل تَ ْعيَ َُ ْى
Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" Sosok pemimpin yang harus dijadikan panutan
di dalam Islam adalah Rasulullah SAW, sebagai suri tauladan yang luar biasa, beliau memiliki
kesempurnaan baik itu sifat, perilaku, maupun tutur katanya.
Allah berfirman dalam Quran Surat al-Ahzab ayat 21 :
ّٰللاَ َم ِثي ًْس ِۗا
ّٰللاَ َو ْاىيَ ْى ًَ ْاْل ِخ َس َوذَم ََس ه
سَْتٌ ِىّ ََ ِْ َماَُ يَ ْس ُجىا ه
َ ّٰللاِ اُس َْىة ٌ َح ُ ىَقَدْ َماَُ ىَ ُن ٌْ فِ ْي َز
س ْى ِه ه
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”
Sebagai pemimpin ideal yang diteladani oleh seluruh umat manusia khususnya umat
muslim, Rasulullah dikarunia empat sifat utama, yaitu : sidiq berarti jujur dalam perkataan dan
perbuatan, amanah berarti dapat dipercaya dalam menjaga tanggung jawab, tabligh berarti
menyampaikan segala macam kebaikan kepada rakyatnya, dan fathonah berarti cerdas dalam
mengelola masyarakat. Maka dari itu sangat penting bagi seorang pemimpin untuk meneladani
kepemimpinan beliau yang menjadi sosok teladan dalam segala perbuatan dan ucapannya
dihadapan Allah dan manusia haruslah menjadi teladan bagi bawahannya, dengan demikian
nilai-nilai yang terkandung dalam juluk adok tidaklah bertentangan dengan ajaran Islam. 3
3
Lestari, Widya, Op,cit. 90-92.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Juluk Adek/Adok merupakan sebuah gelar kehormatan secara adat yang diberikan
kepada seseorang remaja atau dewasa yang telah mapan. Gelar adok ini tidak diberikan secara
sembarangan melainkan harus diberikan kepada orang yang memiliki hikmah dan bijaksana
yang dalam masyarakat saibatin salah satu kriterianya berdasarkan keturunan atau orang yang
berjasa pada masyarakat Lampung. Orang yang memiliki gelar adat yang tinggi harus mampu
menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, karena dia merupakan pengayom gelar adat di
bawahnya. Falsafah ini merupakan cerminan dari syariat Islam, salah satunya yang difirmankan
Allah dalam QS an-Nisa ayat 59 dan ditegaskan kembali dalam QS AsSajdah ayat 24.
Maka dapat diambil kesimpulan nilai nilai yang terkandung dalam juluk adok adalah
nilai keteladanan dan moralitas. Bagi orang yang sudah memiliki juluk dan adok haruslah
bermoral tinggi dan menjadi teladan bagi masyarakat yang ada disekitarnya. Sejalan dengan
pandangan Islam tentang arti sebuah nama, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud, yang artinya Dari Abu darda, ia berkata : telah bersabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama-nama
bapak kalian, maka baguskanlah nama-nama kalian” ( HR Abu Dawud No. 4948, Ad-Daarimi
no 2736, AlBaihaqi 9/306, dan yang lainnya).
10
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, W. (2019). Relevansi Nilai Falsafah Pil Pesenggighi Masyarakat Lampung Saibatin
Terhadap Nilai-Nilai Pendidikan Islam (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan
Lampung).
Masitoh, M. (2019). Mengingat Dan Mendekatkan Kembali Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Piil
Pesenggiri) Sebagai Dasar Pendidikan Harmoni Pada Masyarakat Suku Lampung.
Edukasi Lingua Sastra, 17(2).
Ratnaningsih, D. (2019). Nilai Budaya Lampung (Piil Pesenggiri) dalam Sastra Lisan Pepaccur
Masyarakat Lampung Pepadun dalam Prosesi Pengambilan Gelar Adat. Jurnal Pesona,
5(1).
11