Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

JULUK ADOK DAN RELEVANSINYA DENGAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Islam Budaya Lampung
Dosen Pengampu : Tomy Suganda, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Ambar Endang Suryati (2031060278)


Mariyatul Mukaromah (2031060322)
Rini Fuji Astuti (2031060143)
Shumaila (2031060417)
Sopyan (2031060166)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS USHULUDIN DAN STUDI AGAMA
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh


Puja dan puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dari kelompok 1 pada mata kuliah Islam
Budaya Lampung di kelas E Psikologi Islam dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka
pemenuhan tugas kelompok di mata kuliah tersebut dengan judul: “Juluk Adok dan Relevansinya
dengan Islam”.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Tomy Suganda, M.Kep, yang telah ikhlas
memberikan ilmu dan membimbing kami, serta kepada segenap pihak yang telah membantu kami
menyelesaikan makalah ini. Kami sangat memahami bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas
dari bantuan serta bimbingan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, kritik dan saran
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar
kedepannya kami dapat memperbaiki kekurangan kami. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Bandar Lampung, 4 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Judul Halaman 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Juluk Adok 6
2.2 Relevansi makna Juluk Adok dengan Al-Qur’an 7
2.3 Relevansi Juluk Adok dengan Islam 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 10
DAFTAR PUSTAKA 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagi masyarakat adat Lampung, Piil Pesenggiri menjadi gagasan konseptual yang nyata-
nyata hidup di masyarakat. Piil Pesenggiri adalah suatu gagasan ideal yang berlaku bagi masyarakat
Lampung, Piil Pesenggiri merupakan prinsip dan harga diri. Piil adalah prinsip dan Pesenggiri
adalah harga diri. Artinya, unsur-unsur Pesenggiri merupakan prinsip-prinsip yang apabila prinsip
itu ditegakkan, harga diri seseorang dengan sendirinya akan baik atau prestise seseorang akan
menjadi baik atau tinggi dengan melakukannya. Piil Pesenggiri terkandung 4 (empat) pilar yang
saling berkelindan, yaitu: Nemui Nyimah, Nengah Nyappur, Sakai Sambaian, dan Juluk
Adek/Adok. Keempat nilai-nilai tersebut adalah pilar dan sendi-sendi Ulun Lampung dalam
bermasyarakat. Nilai-nilai falsafah hidup Piil Pesenggiri Ulun Lampung menggambarkan sebuah
komunitas yang cinta damai. Dengan demikian, membumikan kembali produk nilai-nilai kearifan
lokal (local genius) dapat dijadikan media pendidikan harmoni yang bersifat kohesif sebagai elemen
perekat lintas agama, lintas warga, dan kepercayaan.

Dalam pembahasan pada makalah ini akan menyampaikan mengenai salah satu pilar dalam
Piil Pesenggighi yaitu Juluk Adok. Juluk adok bermakna keharusan berjuang untuk meningkatkan
kesempurnaan hidup, bertata tertib dan bertata krama yang sebaik mungkin sesuai gelar adat yang
disandangnya, mengandung nilai khuluqiyah yaitu bertanggung jawab, berkeadilan, kepemimpinan,
kedisiplinan, kebijaksanaan, dan keteladan, dalam Islam ajaran semacam ini merupakan dasar yang
sangat penting dalam kehidupan bernegara. Berdasarkan uraian di atas, maka dari itu kami akan
memaparkan mengenai pengertian Juluk Adok dan Relevansinya dengan Islam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, antara lain:

4
1. Apa Pengertian Juluk Adok ?

2. Apa Relevansi makna Juluk Adok dengan Al-Qur’an?

3. Apa Relevansi Juluk Adok dengan Islam?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang kami ambil yang kami peroleh yaitu untuk memahami dan mengetahui
hal hal yang mengenai juluk adok dan relevansinya dengan islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

II. Pengertian Juluk Adok


Juluk Adok mengandung arti suka dengan nama baik dan gelar yang terhormat. Orang
Lampung sejak kecilnya baik pria maupun wanita bukan saja diberi nama oleh ayahnya dengan
nama yang baik, tetapi juga diberi “juluk”, yaitu nama panggilan oleh atau dari kakeknya,
apabila ia kelak sudah dewasa dan berumah tangga, maka akan memakai adok atau gelar tua
yang diresmikan dan diupacarakan di hadapan para pemuka kerabat/tua-tua adat. Biasanya
ketika upacara pemberian gelar itu diumumkan juga “amai” atau panggilan kerabat untuk pria,
“inai” atau panggilan kerabat untuk wanita, disamping gelar-gelar dari pihak mertua, sehingga
satu orang mempunyai berbagai nama dan panggilan. Gelar atau panggilan itu ada
hubungannya dengan kedudukan dan pembagian kerja dalam kerabat. Gelar adok ini tidak
diberikan secara sembarangan melainkan harus diberikan kepada orang yang memiliki hikmah
dan bijaksana yang dalam masyarakat saibatin salah satu kriterianya berdasarkan keturunan
atau orang yang berjasa pada masyarakat Lampung. Gelar adok ini diberikan dengan
pertimbangan status atau kedudukan yang bersangkutan dalam keluarga batin / inti berdasarkan
ikatan darah dan mengacu pada adok bapak atau kakeknya dalam adat secara geneologis. Orang
yang memiliki gelar adat yang tinggi harus mampu menjadi pemimpin yang bertanggung
jawab, karena dia merupakan pengayom gelar adat di bawahnya. 1
Juluk Adek/Adok merupakan sebuah gelar kehormatan secara adat yang diberikan
kepada seseorang remaja atau dewasa yang telah mapan. Konteks mapan di sini tidak hanya
dimaknai sebagai orang yang telah mampu atau kuasa secara materi semata. Akan tetapi, lebih
dari itu, yakni apabila seseorang telah mampu mengaplikasikan, mengejawantahkan, dan
menginternalisasikan pilar-pilar penyangga sebelumnya (Nemui Nyimah, Nengah Nyappur,
Sakai Sambayan). Sebagaimana dikatakan Abu Tholib Khalik Gelar Tuan Gusti Adat bahwa
orang yang telah memiliki Bejuluk Beadek, tidaklah menjamin bahwa dia harus punya prestise
di dalam masyarakat. Salah satu penyebab orang tersebut bernilai karena menjalankan faktor-
faktor lainnya, seperti Nemui Nyimah, Nengah Nyappur, dan Sakai Sambayan, (hasil
wawancara Muzakir, 2015).

1
Lestari, Widya. RELEVANSI NILAI FALSAFAH PIIL PESENGGIGHI MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN
TERHADAP NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM. Diss. UIN Raden Intan Lampung, 2019. 40-41.
6
II.I.I Relevansi makna Juluk Adok dengan Al-Qur’an
Juluk Adek/Adok dapat dikatakan sebagai prestise dan keluhuran budi pekerti yang
menjadi “pamungkas” seseorang setelah berkontribusi secara nyata dalam kehidupan
bermasyarakat. Proses memperoleh gelar (adek/adok) tidaklah mudah, tetapi harus melewati
tahap dan syarat tertentu setelah memperoleh prestasi. Maksudnya, seseorang telah melakukan
perubahan yang urgen dalam kehidupan manusia, seperti pencanangan idealisme atau cita-cita
dan tercapainya cita-cita yang luhur di tengah masyarakat. Setelah tahapan itu terlaksana,
peristiwa semacam ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, harus diperingati dan diberi hadiah
berupa gelar kehormatan secara adat. Dasar inilah yang kemudian Juluk Adek/Adok ditafsirkan
dengan makna inovatif. Biasanya, inovasi yang dilakukan bersifat terus-menerus; antara
idealisme hingga menjadi sebuah realita. Berdasarkan realita atau cita-cita yang telah diraihnya
itu maka dia berhak mendapatkan Juluk Adek/Adok.
Terwujudnya gelar adat seseorang harus dibarengi dengan perjuangan dalam
meningkatkan kesempurnaan diri, hidup tertib, dan memiliki tata krama. Kesemua ini akan
dapat terwujud apabila telah mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung dalam Nemui Nyimah,
Nengah Nyappur, dan Sakai Sambayan. Dalam realitas sosial, tata krama seseorang akan
menjadi indikator dan penilaian orang terhadap diri seseorang. Apabila seseorang mengabaikan
ketiga prinsip tersebut, akan sulit untuk mendapatkan gelar atau Juluk Adek/Adok.
Menindaklanjuti hal di atas, penyematan gelar adat (Juluk Adek/Adok) tidaklah terjadi secara
tiba-tiba. Seseorang hendaknya telah memiliki konsep kesempurnaan diri, memiliki tata krama
dan berpegang teguh pada titie gematei adat atau hidup tertib. Dengan kata lain, indikator
kesempurnaan diri bagi Ulun Lampung adalah manakala dia telah mampu menginternalisasikan
konsep Nemui Nyimah, Nengah Nyappur, dan Sakai Sambayan dalam kehidupan sehari-hari di
tengah masyarakat yang majemuk.
Falsafah ini merupakan cerminan dari syariat Islam, salah satunya yang difirmankan
Allah dalam QS an-Nisa ayat 59 dan ditegaskan kembali dalam QS AsSajdah ayat 24.

َُ‫س ْى ِه ا ُِْ ُم ْْت ُ ٌْ تُؤْ ٍُِْ ْى‬


ُ ‫اىس‬
َّ ‫ّٰللاِ َو‬ َ ‫س ْى َه َواُو ِىى ْاْلَ ٍْ ِس ٍِ ْْ ُن ْۚ ٌْ فَا ُِْ تََْاشَ ْعت ُ ٌْ فِ ْي‬
‫ش ْيءٍ فَ ُسد ُّْوُٓ اِىَى ه‬ ُ ‫اىس‬ َ ‫ٰٓياَيُّ َها ا َّى ِريَِْ ا ٍَُْ ْٰٓىا ا َ ِط ْيعُىا ه‬
َّ ‫ّٰللا َوا َ ِط ْيعُىا‬
‫سُِ ت َأ ْ ِوي ًْل‬
َ ْ‫اّٰللِ َو ْاى َي ْى ًِ ْاْل ِخ ِۗ ِس ذىِلَ َخي ٌْس َّواَح‬
‫ِب ه‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benarbenar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”
(QS. An-Nisa : 59)
7
َُ‫صبَ ُس ْو ِۗا َومَاُّ ْىا بِاي ِتَْا ي ُْىقُِْ ْى‬
َ ‫َو َجعَ ْيَْا ٍِ ْْ ُه ٌْ ا َ ِٕى ََّتً َّي ْهد ُْوَُ بِا َ ٍْ ِسَّا َى ََّا‬
Artinya : “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”
(QS. AsSajdah : 24).
Adok merupakan suatu simbol kepemimpinan. Suku Lampung yang bergelar adat tinggi
memiliki rasa malu bila melakukan perbuatan tercela karena ia merupakan panutan masyarakat
adatnya. Adok yang dimiliki pemuka adat merupakan sumber motivasi pemiliknya dalam
bersikap untuk mampu membimbing dan mengayomi masyarakatnya. 2

II.I Relevansi Juluk Adok dengan Islam


Juluk adok mengandung makna sebagai doa, dimana gelar juluk adok yang diberikan
kepada individu sesuai dengan apa yang diharapkan, maka dari itu dalam pemberian gelar harus
baik-baik. Juluk adok juga memiliki makna bertata krama sebaik mungkin sesuai dengan gelar
yang telah disandang. Nilai Nilai dalam bejuluk adok sebagaimana dijelaskan oleh Himyari
Yusuf 15 : Kandungan nilai pada juluk adok lebih kepada nilai kehidupan yang diturunkan dari
nilai keTuhanan dan nilai kemanusiaan. Seperti dikemukakan bahwa bejuluk adok adalah
mewujudkan identitas diri manusia yang seutuhnya, yaitu suatu keharusan hidup yang sesuai
dengan nilai keTuhanan dan kemanusiaan.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat diambil kesimpulan nilai nilai yang
terkandung dalam juluk adok adalah nilai keteladanan dan moralitas. Bagi orang yang sudah
memiliki juluk dan adok haruslah bermoral tinggi dan menjadi teladan bagi masyarakat yang
ada disekitarnya. Sejalan dengan pandangan Islam tentang arti sebuah nama, sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, yang artinya Dari Abu darda, ia berkata : telah
bersabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan
nama kalian dan nama-nama bapak kalian, maka baguskanlah nama-nama kalian” ( HR Abu
Dawud No. 4948, Ad-Daarimi no 2736, AlBaihaqi 9/306, dan yang lainnya).
Nama adalah laksana doa yang memiliki makna dan rahasia didalamnya, maka dari itu
orang tua dianjurkan untuk memberi nama yang baik-baik kepada anaknya, diharapkan agar
sifat anaknya sesuai dengan nama yang diberikan. Pada sisi lain, bejuluk adok selain sebagai
identitas dan jati diri seseorang, juga identik dengan kepemimpinan. Seorang yang telah
menyandang gelar adat tertinggi harus mampu menjadi pemimpin yang bertanggung jawab,

2
Masitoh, Masitoh. "Mengingat Dan Mendekatkan Kembali Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Piil Pesenggiri) Sebagai
Dasar Pendidikan Harmoni Pada Masyarakat Suku Lampung." Edukasi Lingua Sastra 17.2 (2019): 75-76.
8
karena dia merupakan pengayom gelar adat dibawahnya. Jadi seorang pemimpin harus menjadi
teladan dan harus memiliki moralitas yang terpuji. Kedudukan seorang pemimpin di dalam
Islam sangatlah penting, karena untuk menjalankan aturan Allah SWT dimuka bumi,
dibutuhkan seorang pemimpin yang mengayomi manusia kejalan yang benar sesuai dengan
tuntutan syariat Islam. Bahkan awal penciptaan Nabi Adan di alam semesta ini pun dengan
tujuan menjadikannya sebagai khalifatul ardhi (pemimpin dimuka bumi) sebagaimana firman
Allah,
Dalam al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 30 :
ۤ
‫ِس‬ُ ّ‫سبِّ ُح بِ َح َْدِكَ َوُّقَد‬ َ ُّ ُِ ْ‫ض َخ ِي ْيفَتً ِۗ قَاىُ ْٰٓىا اَتَجْ عَ ُو فِ ْي َها ٍَ ِْ يُّ ْف ِسد ُ فِ ْي َها َويَ ْس ِفلُ اى ِدّ ٍَ ۤا ْۚ َء َوَّح‬
ِ ‫َواِذْ قَا َه َزبُّلَ ِى ْي ََي ِٕى َن ِت ِاِّّ ْي َجا ِع ٌو فِى ْاْلَ ْز‬
ُ‫َىلَ ِۗ َقا َه اِ ِّّ ْٰٓي ا َ ْع َي ٌُ ٍَا َْل تَ ْعيَ َُ ْى‬
Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" Sosok pemimpin yang harus dijadikan panutan
di dalam Islam adalah Rasulullah SAW, sebagai suri tauladan yang luar biasa, beliau memiliki
kesempurnaan baik itu sifat, perilaku, maupun tutur katanya.
Allah berfirman dalam Quran Surat al-Ahzab ayat 21 :
‫ّٰللاَ َم ِثي ًْس ِۗا‬
‫ّٰللاَ َو ْاىيَ ْى ًَ ْاْل ِخ َس َوذَم ََس ه‬
‫سَْتٌ ِىّ ََ ِْ َماَُ يَ ْس ُجىا ه‬
َ ‫ّٰللاِ اُس َْىة ٌ َح‬ ُ ‫ىَقَدْ َماَُ ىَ ُن ٌْ فِ ْي َز‬
‫س ْى ِه ه‬
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”
Sebagai pemimpin ideal yang diteladani oleh seluruh umat manusia khususnya umat
muslim, Rasulullah dikarunia empat sifat utama, yaitu : sidiq berarti jujur dalam perkataan dan
perbuatan, amanah berarti dapat dipercaya dalam menjaga tanggung jawab, tabligh berarti
menyampaikan segala macam kebaikan kepada rakyatnya, dan fathonah berarti cerdas dalam
mengelola masyarakat. Maka dari itu sangat penting bagi seorang pemimpin untuk meneladani
kepemimpinan beliau yang menjadi sosok teladan dalam segala perbuatan dan ucapannya
dihadapan Allah dan manusia haruslah menjadi teladan bagi bawahannya, dengan demikian
nilai-nilai yang terkandung dalam juluk adok tidaklah bertentangan dengan ajaran Islam. 3

3
Lestari, Widya, Op,cit. 90-92.
9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Juluk Adek/Adok merupakan sebuah gelar kehormatan secara adat yang diberikan
kepada seseorang remaja atau dewasa yang telah mapan. Gelar adok ini tidak diberikan secara
sembarangan melainkan harus diberikan kepada orang yang memiliki hikmah dan bijaksana
yang dalam masyarakat saibatin salah satu kriterianya berdasarkan keturunan atau orang yang
berjasa pada masyarakat Lampung. Orang yang memiliki gelar adat yang tinggi harus mampu
menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, karena dia merupakan pengayom gelar adat di
bawahnya. Falsafah ini merupakan cerminan dari syariat Islam, salah satunya yang difirmankan
Allah dalam QS an-Nisa ayat 59 dan ditegaskan kembali dalam QS AsSajdah ayat 24.
Maka dapat diambil kesimpulan nilai nilai yang terkandung dalam juluk adok adalah
nilai keteladanan dan moralitas. Bagi orang yang sudah memiliki juluk dan adok haruslah
bermoral tinggi dan menjadi teladan bagi masyarakat yang ada disekitarnya. Sejalan dengan
pandangan Islam tentang arti sebuah nama, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud, yang artinya Dari Abu darda, ia berkata : telah bersabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama-nama
bapak kalian, maka baguskanlah nama-nama kalian” ( HR Abu Dawud No. 4948, Ad-Daarimi
no 2736, AlBaihaqi 9/306, dan yang lainnya).

10
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, W. (2019). Relevansi Nilai Falsafah Pil Pesenggighi Masyarakat Lampung Saibatin
Terhadap Nilai-Nilai Pendidikan Islam (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan
Lampung).
Masitoh, M. (2019). Mengingat Dan Mendekatkan Kembali Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Piil
Pesenggiri) Sebagai Dasar Pendidikan Harmoni Pada Masyarakat Suku Lampung.
Edukasi Lingua Sastra, 17(2).
Ratnaningsih, D. (2019). Nilai Budaya Lampung (Piil Pesenggiri) dalam Sastra Lisan Pepaccur
Masyarakat Lampung Pepadun dalam Prosesi Pengambilan Gelar Adat. Jurnal Pesona,
5(1).

11

Anda mungkin juga menyukai