Anda di halaman 1dari 14

IDENTIFIKASI PIIL PESENGGIRI BEJULUK BEADOK

SEBAGAI PEDOMAN HIDUP MASYARAKAT LAMPUNG

Dosen Pengampu :
Deris Astriawan, M.pd

Disusun oleh :
1. Dwi Aprili Wiraningsih 2013025002
2. M. Ilham Fajri Ramadhan 2013025008
3. Selvia Amara Putri 2013025011
4. Thalhah Hadi Yasir 2013025013
5. Sadam Maulana 2013025016
6. M. Ferdiansyah A.L.D 2013025020
7. Luthfi Zulianti 2013025021
8. Khoirul Anam 2013025028
9. Hibrizi Ghanim Gunawan 2053025002
10. Pramudhyto Mahesya Putra 2053025007

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Identifikasi Piil
Pesenggiri Bejuluk Beadok Sebagai Pedoman Hidup Masyarakat Lampung tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas. Pada mata
kuliah Pendidikan Etika dan Kearifan Lokal. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Piil Pesenggiri Bejuluk Beadok Sebagai Pedoman Hidup
Masyarakat Lampung bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen, yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandar Lampung, 10 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I ................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

1.1.Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2.Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

1.3.Tujuan ..................................................................................................................... 2

1.4.Metode .................................................................................................................... 2

BAB II .............................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

2.1.Pengertian Bejuluk Beadok..................................................................................... 3

2.2.Fungsi Bejuluk Beadok ........................................................................................... 3

2.3.Cara Pembagian Gelar Adat.................................................................................... 4

2.4.Tingkatan Gelar Adat .............................................................................................. 5

2.5.Tradisi Upacara Pemberian Gelar Adat .................................................................. 7

BAB III ........................................................................................................................... 10

PENUTUP ...................................................................................................................... 10

3.1.Kesimpulan ........................................................................................................... 10

3.2.Saran ..................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di antara
105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Lampung merupakan sebuah provinsi
paling selatan di Pulau Sumatra, Indonesia, dengan ibu kota Bandar Lampung.
Adapun semboyan Provinsi Lampung yaitu Sai Bumi Ruwa Juai yang artinya “satu
bumi dua macam” hal ini dikarenakan terdapat dua adat istiadat yang terbagi dalam
dua Juai (keturunan), yaitu Jurai Pepadun dan Jurai Sai Batin (peminggir).

Adapun falsafah yang terdapat dalam masyarakat Lampung yaitu Pill


Presenggiri yang menurut Iskandar Syah secara harafiah mengartikan kata Pill
Presenggiri sebagai perbuatan atau perangai manusia yang agung dan luhur di
dalam nilai dan maknanya, oleh karena itu patut dipatuhi dan pantang untuk
diingkari.

Terdapat beberapa unsur-unsur di dalam Pill Presennggiri seperti Bejuluk


Beadok, Nemui Nyimah, Nengah Nyampur dan Sakai Sambaian. Dimana pada
setiap unsurnya memiliki makna yang berbeda-beda. Maka dari itu makalah ini
akan terfokuskan pada salah satu unsur yang ada yaitu Bejuluk Beadok.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Bejuluk Beadok sebagai salah satu unsur dari Piil
Pesenggiri?
2. Apa fungsi dari Bejuluk Beadok?
3. Bagaimana cara pembagian gelar yang ada berdasarkan unsur Bejuluk Beadok?
4. Bagaimana tingkatan gelar adat berdasarkan unsur Bejuluk Beadok?
5. Apa saja tradisi yang termasuk ke dalam unsur Bejuluk Beadok?

1
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Bejuluk Beadok sebagai salah satu unsur Piil
Presenggiri.
2. Untuk mengetahui fungsi dari Bejuluk Beadok.
3. Untuk mengetahui cara pembagian gelar yang ada berdasarkan unsur Bejuluk
Beadok.
4. Untuk mengetahui tingkatan gelar adat berdasarkan unsur Bejuluk Beadok.
5. Untuk mengetahui tradisi-tradisi yang masuk kepada unsur Bejuluk Beadok.

1.4. Metode
Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis menggunakan teknik studi pustaka
dan referensi internet.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bejuluk Beadok


Bejuluk Adek secara etimologi berasal dari kata Juluk dan Adek. Berjuluk
artinya mempunyai nama, dan Adek artinya mempunyai gelar. Unsur ini berarti
bernama dan bergelar. Bejuluk Adek bisa di bilang merupakan identitas utama yang
melekat pada pribadi yang bersangkutan, karena identitas tersebut melekat pada
dirinya. Maka yang orang yang bersangkutan harus berjuang untuk memelihara
nama tersebut dalam prilakunya maupun dalam pergaulan masyarakat.

Kata Juluk merupakan panggilan gelar kecil yang diberikan oleh keluarga
bagi seorang pria ataupun wanita orang Lampung yang diberikan sewaktu mereka
masih muda dan belum menikah. Sedangkan kata Adek merupakan gelar tua adat
seorang pria atau wanita orang Lampung yang diberikan sesudah menikah dan telah
melalui proses upacara pemberian gelar adat di hadapan para pemuka kerabat atau
tetua adat. Ketika upacara pemberian gelar adat, gelar kerabat “amai” diberikan
kepada pria dan gelar kerabat “inai” diberikan kepada perempuan.

2.2. Fungsi Bejuluk Beadok


Dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari Bejuluk Beadok memiliki
fungsi yang sangat melekat dan mempengaruhi tingkah laku pada masyarakat,
adapun fungsi-fungsinya antara lain sebagai berikut.

1. Melestarikan Adat Lampung


Masyarakat Lampung memiliki banyak sekali upacara-upacara adat, dan
dalam upacara pun telah ditentukan menurut adat masyarakat Lampung.
Misalnya upacara pemberian gelar adat yang merupakan kegiatan masyarakat
Lampung, dan harus terus dilestarikan, sebagai ciri khas adat masyarakat

3
Lampung. Dalam hal ini bukan hanya upacara saja yang tidak ada nilai, namun
ada banyak nilai sakral yang terdapat didalamnya bagi masyarakat Lampung.

Gelar sendiri memiliki makna dan nilai-nilai tujuan hidup manusia yang
berfungsi sebagai pendorong, dasar dan pedoman bagi seluruh kreatifitas dan
aktifitas kehidupan masyarakat Lampung. Nilai-nilai hakiki tersebut harus tetap
dipertahankan dan diaktualisasikan dalam system kebudayaan sebagai sarana
untuk mengembangkan dan menyelamatkan kebudayaan masyarakat Lampung.

2. Membedakan Masyarakat Lampung dengan Suku Bangsa Lainnya


Salah satu fungsi pemberian gelar adat adalah untuk membedakan dengan
masyarakat lainnya atau memberikan ciri khas tersendiri di dalam budaya.
Contohnya dalam masyarakat Lampung terdapat masyarakat Lampung saibatin
dan pepadun. Untuk memebedakan keduanya bisa dilihat dengan adanya upacara
pemberian gelar adatnya, dengan hal ini maka akan mempermudah untuk
membedakan antara satu kelompok wilayah Lampung dengan yang lainnya.

3. Membentuk Kepribadian Bagi Seseorang yang Sudah Bergelar


Seseorang yang memiliki gelar akan memiliki tanggung jawab yang lebih
dari sebelum dia menyandang gelar. Gelar akan membentuk masing-masing
penyadang, karena dengan gelar tersebut seseorang akan memiliki tanggung
jawab yang berbeda dari sebelum ia menyadang gelar sesuai dengan tingkatan
gelar yang diterima. Kedudukan ataupun status akan mengajarkan kepadanya
untuk terus menjaga perilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh adat.

2.3. Cara Pembagian Gelar Adat


Begawi adat (prosesi upacara adat) bagi masyarakat Lampung hanya dapat
terlaksana dengan adanya punyimbang atau penyimbang dan rumah (nuwou).
Punyimbang adalah orang yang dituakan dalam keluarga, kerabat, atau kebuayan
(marga). Seorang punyimbang belum tentu berkedudukan sebagai seorang Sai
Batin (pemimpin), tetapi seorang sai batin haruslah seorang punyimbang.

4
Punyimbang berfungsi untuk memimpin musyawarah dalam menyelesaikan
masalah-masalah atau persoalan-persoalan adat. Selain itu, punyimbang diartikan
juga sebagai orang yang mampu memberi contoh, terutama dalam menerapkan
falsafah Piil Pesenggiri di kehidupan sehari-hari. Punyimbang dipilih berdasarkan
sistem patrilineal. Anak laki-laki tertua dari setiap rumah memiliki hak dan
kewajiban untuk berperan sebagai punyimbang menggantikan ayahnya. Gelar
punyimbang dapat diberikan oleh para punyimbang kepada seseorang apabila ia
telah mendapat adok (gelar).

Dalam Jurai Sai Batin, punyimbang dipilih di antara keturunan para Sai Batin
(pemimpin). Para calon punyimbang dipilih apabila ia telah mendapatkan adok
yang diperoleh dengan dua cara. Pertama, adok diperoleh berdasarkan keturunan
(Cakak Adok). Kedua, adok diperoleh dengan memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan (Ngakuk Adok), seperti mempunyai wilayah, mempunyai perangkat
kepunyimbangan, mempunyai rakyat yang masih satu keturunan/sedarah, minimal
40 keluarga, mempunyai kemampuan atau kuasa untuk memimpin. Gelar atau
status sosial pada Jurai Sai Batin tidak dapat diubah. Dalam jurai ini, hanya ada satu
raja adat dalam setiap generasi kepemimpinan dan diwariskan melalui garis
keturunan laki-laki.

Sedangkan Dalam Jurai Pepadun, siapa saja dapat dipilih menjadi


punyimbang apabila ia telah mendapatkan gelar atau status sosial (seperti Suttan,
Raja, Pangeran, dan Dalom) yang diperoleh lewat prosesi adat Begawi Cakak
Pepadun. Prosesi Cakak Pepadun hanya dapat dilaksanakan apabila seorang calon
punyimbang telah mendapatkan izin dari para punyimbang klannya dan kemudian
memberitahukan kepada para punyimbang marga dalam pepung mergou
(musyawarat adat untuk penobatan seorang punyimbang).

2.4. Tingkatan Gelar Adat


Suatu gelar merupakan hal yang sangat penting bagi Masyarakat Lampung
sebab tanpa suatu gelar mereka akan mendapatkan stigma negatif dari masyarakat

5
sebagai keturunan beduwou (budak). Secara sosial, gelar menuntut tanggung jawab
dari si pemilik gelar untuk menyelaraskan seluruh hidupnya dengan gelar yang
dimiliki. Tanpa keselarasan tersebut, seseorang tidak dapat dikatakan telah
memelihara atau memperoleh piil. Adapun tujuh tingkatan gelar adat antara lain
sebagai berikut.

1. Sutan
Suntan berasal dari kata shulton yang berarti penguasa. Gelar suntan
merupakan yang paling luas tanggung jawabnya dibandingkan dengan gelar-
gelar lainnya. Gelar ini diberikan kepada anak pertama dari seorang punyimbang
adat dalam sebuah marga. Seorang yang bergelar suntan memiliki tanggung
jawab sebagai berikut :

a) Penentu Kebijakan Adat.


Seorang suntan berhak memutuskan kebijakan adat meski demikian
sebenarnya suntan mengambil keputusan bukan tanpa dasar dan menutup diri
dari aspirasi bawah. Semua hal yang menyangkut adat terlebih dahulu
dimusyawarahkan bersama setelah itu hasilnya diserahkan kepada suntan dan
apapun yang menjadi keputusannya itulah yang harus diterima.

b) Membimbing dan Membina Kehidupan Masyarakat Adat.


Membimbing disini adalah untuk mecapai perilaku yang lebih baik,
toleransi kepada sesama, dan dapat menghargai dan menghormati orang lain.
Dalam hal ini suntan bukan sebagai pemberi pelayan penuh kepada
masyarakat secara keseluruhan, namun suntan lebih dikatakan sebagai
fasilitator bagi masyarakat adat dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat.

2. Khaja
Dalam menjalankan fungsinya suntan dibantu oleh pemapah dalom
semacam perdana menteri, yang diberi gelar raja. Gelar raja diberikan kepada
kepala jukku, putera kedua, menantu tertua laki-laki.

6
3. Batin
Batin berasal dari bahasa lampung yang artinya sejiwa. Gelar batin
diberikan kepada anak ketiga. Batin merupakan tangan kanan suntan didalam adat
bertugas memastikan acara adat berlangsung sesuai dengan apa yang yang telah
ditetapkan.

4. Khadin
Khadin diberikan kepada anak keempat saibatin. Khadin merupakan
pengatur di tingkat bawah didalam adat.

5. Minak
Minak berasal dari kata sansekerta yang berarti panglima. Gelar minak
diberikan kepada anak ke lima dari saibatin.

6. Kemas
Gelar kemas diberikan kepada anak enam dari saibatin. Kemas merupakan
pelaksana didalam acara adat.

7. Mas
Gelar mas diberikan kepada anak ke tujuh dari saibatin. Tugasnya sama
seperti kemas dia merupakan pelaksana dalam acara adat.

2.5. Tradisi Upacara Pemberian Gelar Adat

1. Upacara Begawi Adat Cakak Pepadun


Begawi adalah upacara adat naik tahta yang duduk di atas alat yang di
sebut pepadun, yaitu singgasana adat pada upacara pengambilan gelar adat yang
biasa disebut begawi cakak pepadun. Cakak pepadun atau naik pepadun adalah
peristiwa pelantikan penyimbang menurut adat istiadat masyarakat Lampung
pepadun, yakni begawi adat yang wajib di laksanakan bagi seseorang yang
berhak memperoleh pangkat atau kedudukan sebagai penyimbang yang di
lakukan oleh lembaga perwatin adat.

7
Perlengkapan Cakak Pepadun antara lain sesat, lunjuk/patcah aji, rato,
kuto maro, jempana, pepadun, burung garuda, talo balak, payung agung, lawang
kughi, kandang raang, kayu agha, dan kepala kerbau.

Tahapan musyawarah dalam Cakak Pepadun adalah melakukan upacara


meghwatin, yakni acara musyawarah para Punyimbang adat untuk menetapkan
layak tidaknya seseorang melaksanakan Cakak Pepadun. Tahap selanjutnya
adalah menyampaikan undangan dengan membawa dodol, kue, dan uang yang
dibungkus dengan tumpak tangan atau kain seribu kepada setiap marga melalui
ketua adat masing-masing.

Pada malam hari diadakan acara menari Congget Pepadun. Selanjutnya


calon Punyimbang naik jempana menuju sesat diiringi oleh para Punyimbang.
Setelah itu adalah menari tari Cangget Igel secara bersamaan, dilanjutkan calon
Punyimbang didudukkan di atas pepadun. Setelah itu, mengumumkan gelar
tertinggi kepunyimbangan dari Cakak Pepadun serta kedudukannya dalam adat.

2. Penattahan Adok dan Nayuh Adat Sai Batin


Upacara Pemberian Gelar atau Penattahan Adok. Proses Penattahan Adok
dilaksanakan bersamaan dengan berlangsungnya sebuah pesta perkawinan
(nayuh) yang diselenggarakan oleh salah satu Jukkuan dalam Kepaksian
Belunguh. Prosesi puncak berada di tengah acara resmi nayuh dan disaksikan
oleh para Raja Kepala Jukku dari Jukkuan Kappung maupun Jukkuan lain.
Dalam Kepaksian Belunguh. Kehadiran Sai Batin dalam Penattahan Adok ini
sangat diharapkan, baik oleh yang sedang punya hajat nayuh maupun
masyarakat adat Kepaksian Belunguh. Kehadiran Sai Batin di tengah mereka
dianggap sebagai anugerah.

Tata urutan Penattahan Adok secara garis besar adalah sebagai berikut.

1) Petugas Penattahan Adok menghadap Sai Batin atau yang mewakili untuk
minta izin dan perkenan guna mulai menjalankan tugasnya.

8
2) Petugas duduk dengan posisi Hejong Sumbah (duduk di atas dua kaki yang
dilipat di belakang sedangkan badan berada di atas kaki kiri, bukan di atas
lantai).
3) Setelah duduk, petugas terlebih dahulu meletakkan keris pusaka yang
dibawanya, letak pangkal (tangkai) keris ke arah Sai Batin.
4) Setelah meletakkan keris, petugas baru melakukan penghormatan kepada Sai
Batin dengan mengangkat ke atas kepala kedua belah telapak tangan
dirapatkan/ditangkupkan.
5) Selesai menghaturkan sembah. petugas penattah menyampaikan maksudnya
dan melaporkan tugasnya.
6) Setelah mendapat banyak jawaban dan perintah Sai Batin, petugas kembali
memberi sembah.
7) Petugas penattah adok segera menuju tempat upacara. Canang dipukul.
8) Petugas penattah mulai berbicara di depan hadirin. Ia menyampaikan salam
kepada Sai Batin dan hadirin dengan bahasa yang khusus. (Butattah).

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Masyarakat Lampung sangat memegang teguh filfasah Pill Pesenggiri
terutama Bejuluk Beadok karena masih banyak dan sering dijumpai seperti dalam
pernikahan yang sekaligus melakukan adat cakak pepadun ataupun penatta adok
dan nayuh. Dalam segi kegiatan adat dan tujuan dalam adat pepadun maupun
seibatin sama-sama memiliki tujuan yang sama yaitu mempererat tali persaudaraan
serta setiap penyeimbang memiliki tanggung jawab yang besar dalam bersikap dan
bertingkah laku karena setiap perilaku yang dilakukannya harus dapat memberikan
contoh baik pada masyarakat. Hanya terdapat perbedaan diantara adat pepadun dan
sai batin dalam pemilihan penyeimbang.

3.2. Saran
Masyarakat Lampung asli harus bangga akan setiap adat yang dimiliknya
baik dari adat pepadun dan sai batin, karena dengan adanya falsafah ini membuat
kehidupan menjadi aman dan damai. Kemudian baik dari adat pepadun dan sai batin
sama-sama memiliki nilai moral yang baik untuk masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bonifasius Pradipta Putra Alam. (2016). Ulun Lampung dan Pill Pesenggiri. Academia.

Fitra Utama. (2019). Pill Pesenggiri Dalam Masyarakat Lampung : Antara Instrumen
Bina Damai atau Dalih Kekerasan. Jurnal Kelitbangan, volume 7 No.2.

Helma Kurnia Wati. (2019). Begawi Adat Lampung Pepadun Prespektif Ekonomi Islam.
Lampung, Institut Agama Islam Negeri Metro.

Maretha Ghassani. (2019). Begawi Cakak Pepadun Sebagai Proses Memperoleh Adek
pada Buay Nunyai di Desa Mulang Maya. Lampung, Universitas Negeri Lampung.

Robiansyah. (2019). Nilai-Nilai Spiritual dan Moral yang Terkandung Dalam Pill
Pesenggiri Masyarakat Lampung. Lampung, Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.

Sulistyowati Irianto dan Risma Margaretha. (2011). Modal Budaya dan Strategi Identitas
Ulun Lampung. Makara, Sosial Humaniora, vol. 15, No. 2., 140-150.

Tubagus Ali Rachman Puja Kesuma dan Deri Cicilia. (2017). Pill Pesenggiri : Strategi
Resolusi Konflik Menggunakan Nilai-Nilai Agama dan Pancasila. Jurnal
Masyarakat dan Budaya, volume 19 No.2.

Anda mungkin juga menyukai