“ADAT SUNDA”
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
REGULAR C/2020
FAKULTAS TEKNIK
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya sehingga kami diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan Makalah ini.
Adapun tujuan pembuatan Makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Tata Rias
Pengantin Indonesia.
Dalam proses pengerjaan Makalah ini, kami tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Maka dari itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada ibu Irmiah Nurul Rangkuti, S.Pd, M.Pd dan Ibu Astrid Sitompul S.Pd,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Tata Rias Pengantin Indonesia yang telah
membimbing kami dalam proses pembuatan Kami menyadari bahwasannya Makalah ini
masih jauh dari kata sempurna karena terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
meminta maaf dengan sebesar-besarnya dan mengharapkaan kritik serta saran yang
membangun guna perbaikan dan penyempurnaan kedepannya.
Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan kami berharap materi yang
terdapat dalam Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca lainnnya
dan bermanfaat sebagaimana mestinya.
TIM PENULIS
Page | i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................I
DAFTAR ISI........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................15
2.4 LANGKAH KERJA TATA RIAS PENGANTIN SUNDA DAN PENATAAN RAMBUT............28
2.5 BERKEMAS......................................................................................................................................... 35
2.6 HASIL AKHIR..................................................................................................................................... 35
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................................... 36
3.2 SARAN................................................................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................37
Page | ii
BAB I
PENDAHULUAN
Page |
dengan menaburkan beberapa benda yang dianggap dapat memberikan petunjuk
khususnya kepada kedua mempelai pengantin. Maka khususnya dalam kawih
sawer, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa simbolis, bermajas bahkan
lugas. Bahasa yang dipakai berbentuk pupuh yang banyak menggunakan kata-kata
pilihan yang bahkan jarang sekali dipakai sehari-hari. Isi teks kawih sawer selalu
berkaitan dengan nasihat atau petuahpetuah tertentu dan tersusun dalam
pembukaan, inti dan penutup.
Simbol memberi arti terhadap idea atau nilai-nilai dan paham abstrak.
Simbol-simbol didasarkan pada prinsip kemiripan atau analogy. Oleh karena itu
simbol berimplikasi pada makna yang tidak terjadi pada konteks pengalaman.
Adapun fungsi bahasa juga sebagai fungsi simbol. Dijelaskan oleh J. A Hostetler,
Simbol berfungsi sebagai saluran (Channel) dalam segala hal kepercayaan dan
sikap dari generasi ke generasi berikutnya. Bukan hanya hasil dari sebuah
pemikiran tetapi juga dari suatu proses historis. Maka hal ini cenderung pada fungsi
simbol sebagai memperkuat budaya dan memelihara identitas.
Mircea Eliade meyakini bahwa semua kegiatan manusia itu selalu terkait
dengan simbol, bahkan simbol menjadi cara khusus dalam mengenal halhal yang
religius. Kualitas, bentuk dan karakter-karakter sesuatu yang menyebabkan kita
berkesimpulan bahwa sesuatu itu sama dengan sesuatu yang lain. Dalam
pengalaman religius, terdapat hal-hal yang kelihatannya sama dengan yang sakral
atau menandakan adanya yang sakral dan dapat memberikan petunjuk mengenai
alam supernatural. Segala keterbatasan manusia untuk mencapai yang transenden
atau sakral itu tidak sepenuhnya hasil usaha dari akal rasionalitasnya. Mitos-mitos
sebenarnya merupakan simbolsimbol berwujud narasi.
Page |
Tradisi sawer pada umumnya di masyarakat sunda itu hanya melakukan
tradisi dan ritual saja tidak mendalami apa yang menjadi makna tersirat dalam
prosesi tersebut. Seperti pada riset mengenai sawer sebagai komunikasi simbolik
pada adat tradisi suku sunda dalam upacara setelah perkawinan. Hanya membahas
mengenai makna yang terkandung dalam sawer tersebut itu secara deskriptif seperti
permintaan maaf, nasihat, cinta mencintai, menghargai, perhatian ataupun
mendo’akan. Analisis yang dilakukan itu diambil secara keseluruhan pada teks
sawer tersebut. Kemudian riset lain yang membahas tentang kajian linguistic pada
karya sastra dengan lagu saweran dalam pernikahan adat sunda (dari segi struktur,
konteks penuturan, ko-teks dan fungsi). Dalam analisisnya mengenai pertunjukan
saweran, bentuk sawer, semantic dan formula bunyi, ko-teks dan konteks, fungsi
lagu-lagu sawer. Hal inipun sama dilakukan seperti masyarakat sunda daerah
Cikuya – Cicalengka Bandung yang dalam melaksanakan serangkaian kegiatan
sawer tanpa memahami maksud didalamnya. Dalam hal ini penulis bermaksud
mencoba menelaah lebih lanjut terkait dengan tradisi sawer dan teks kawih sawer
secara simbolik dan analisis hermeneutic.
Sejauh yang diamati, fenomena terkait tradis yang telah mendarah daging di
masyarakat menjadi hal yang penting dalam melaksanakannya. Oleh karenanya
Kampung Cikuya Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung yang dipilih penulis
sebagai lokasi penelitian, karena dalam kegiatan perkawinan adat sunda ada
beberapa yang menjadi ciri khas dalam budaya sunda yaitu upacara saweran.
Menurut masyarakat kampung Cikuya menjalankan tradisi dari warisan nenek
moyang berarti menghormati leluhur dan menghargai warisan budaya. Banyak dari
beberapa masyarakat yang menjalankan budaya namun hanya menyaksikan saja,
tidak memahami makna terdalam dalam prosesi adat tersebut
Page |
1.2 Tujuan Penulisan
1. Jobsheet ini dikerjakan khususnya bertujuan agar mahasiswa mampu
menerapkan langkah kerja rias pengantin sebelum melakukannya di klient.
2. Mahasiswa diharapkan bisa menerapkan rias pengantin yang sudah
diajarkan dimasa perkuliahan.
3. Mahasiswa mampu menggunakan alatalat dan bahan yang hendak
digunakan pada waktu rias pengantin.
Page |
3. Faktor Yang mempengaruhi
Masuknya agama Islam, kebudayaan barat dan tata cara berpakaian dari
luar daerah Parahiyangan, turut mempengaruhi perkembangan Tata Rias
dan Busana Pengantin Sunda.
a) Pengaruh Agama Islam
Pengaruh agama Islam yang masuk ke daerah Sunda pada abad ke-
14 juga mempengaruhi busana pengantin. Adanya baju taqwa
merupakan salah satu pengaruh Islam dari kata Taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Baju ini sekarang dikenal dengan "Jas Taqwa".
Baju kampret tidak memakai kancing karena pada jaman itu
dianggap tidak pantas dipakai untuk bertaqwa/menghadap Tuhan
Yang Maha Esa.
b) Pengaruh Kebudayaan Jawa Pada waktu orang-orang dari Jawa
Tengah dan Jawa Timur terutama dari Yogya dan Solo berdatangan
masuk ke daerah Sunda, dengan membawa kebudayaannya, pakaian
Sarung tenun dan kebat tenun agak terdesak oleh batik. Begitu pula
yang memakai Kujang lambat laun diganti dengan Keris, tapi tidak
semuanya. Tutup kepala Bendo Jawa mulai banyak, sampai orang
Sunda sendiri bisa menciptakan Bendo Sunda. Jadi ada perbedaan
antara Bendo Jawa dan Bendo Sunda. Dan sekarang bendo Sunda
sudah banyak pengemarnya. Ikat kepala yang dulu sudah ada seperti
totopong sampai sekarang tidak dihilangkan, masih banyak yang
memakainya.
c) Pengaruh Kebudayaan Barat
Pakaian orang Barat yang pernah datang ke daerah Sunda tidak kalah
besar pengaruhnya di masyarakat Sunda, seperti model pakaian Jas
Pantalon, Jas tutup, Jas malik, Jas sikepan (prang wadana), dasi,
sepatu dan lain-lainnya, banyak dipakai orang Sunda dan akhirnya
menjadi pakaian resmi bangsa Indonesia. Untuk pakaian wanitapun
sama halnya seperti rok, sluier, dan perlengkapannya.
4. Pakaian sehari-hari
Pakaian sehari-hari adat Sunda untuk pria adalah Baju Kampret
boleh samping poleng (sarung poleng); beubeur, iket (totopong) gamparan
untuk bepergian.
Page |
Pakaian wanita untuk sehari-hari berupa : Samping kebat (kain
panjang), kebaya, kutang, beubeur, karembong, cindung sobrah, cucuk
gelung, suweng, ali, gamparan disebut pula bakiak dipakai untuk dirumah,
selop (sandal) untuk bepergian serta payung dipakai bila bepergian formil.
Tata rias yang digunakan untuk sehari-hari ialah: Bedak dingin, bedak
asam, rambut dirapikan dengan memakai minyak kelentik serta yang
digunakan sebagai wangi-wangian adalah daun Karniem dan rampe
sungkem. Jadi jauh berbeda dengan busana zaman sekarang yang sudah
kena pengaruh dari luar daerah Sunda dengan beraneka macam pakaian
seperti jas, rompi, dan lain sebagainya.
5. Tata Rias Pengantin Sunda
Pada kira-kira tahun 1920 ada beberapa tokoh pengantin Sunda di
Parahyangan diantaranya dua orang tokoh yang akan dikemukakan dalam
sejarah ini ialah:
a. Nyi Raden Ratna dengan julukan Nini Puja
b. Nyi Mas Iyol
Kedua tokoh Penata Rias Pengantin ini pada zamannya seringkali merias
para kaum Bangsawan (menak pasundan). Pada jaman mereka
berkecimpung dalam dunia tata rias pengantin, calon pengantin diharuskan
dipingit dulu, dan puasa atau mutih selama 40 harisambil dilulur agar pada
hari pernikahannya bercahaya dan membuat orang yang melihatnya
pangling.
Kadang-kadang mereka makan sirih, agar pada hari pernikahan
bibirnya menjadi merah, akan tetapi makan sirih itu dilarang didepan
umum. Jaman dahulu kalau ada tamu, sebagai hidangan diberi makan sirih,
dan calon pengantin tidak boleh ikut makan sirih pada waktu ada tamu,
karena katanya nanti bila pernikahan berlangsung suka bertepatan dengan
datang bulan. Mengenai rambut, pada umumnya rambut anak gadis tidak
boleh dipotong, sebab nanti bila mereka jadi pengantin mereka tidak akan
"manglingi" (berbeda dari penampilan sebelum dirias).
Jadi seseorang gadis boleh dipotong rambutnya hanya pada waktu
ngeningan, yaitu sehari sebelumnya nikah dan ngeningan itu biasanya
meliputi:
Page |
Motong amis cau dan ngerik, juga motong rambut pada kening yang
sekarang istilahnya "kembang turi". Mengenai ngeningan dilakukan
sesudah ngibakan (memandikan).
Hal ini merupakan suatu pengharapan dari orang tua, agar kedua
mempelai dalam menempuh hidup baru (berumah tangga) akan mengalami
sukses (bahagia). Selanjutnya dimintakan do'a kepada Yang Maha Esa
seperti pada umumnya setiap orang berdo'a.
6. Tata Rias Pengantin Wanita Tahun 1920
Pada jaman itu, waktu hari pernikahannya, calon pengantin wanita
didandani dulu, mukanya dibersihkan dengan air hangat biasa sebagai
pencuci, karena pada jaman itu belum ada cleansing milk atau cream atau
dasar bedak dan sebagainya seperti sekarang ini. Setelah dibersihkan
dengan air hangat langsung pakai bedak asam, saripohaci atau atal yang
warnanya kekuning-kuningan.
Kalau kita sekarang menggunakan lipstik sebagai pemerah bibir,
dulu pengantin wanita menggunakan buah Galinggem atau bibirnya asli
merah akibat makan sirih yang diharuskan, dan untuk melicinkan
istilahnya mengkilatkan bibir digunakan minyak pale. Alis dibentuk
dengan cara dikerik dan tidak memakai pensil alis. Adapun untuk mereka
yang alisnya tipis atau gundul, dipergunakan Rengasu yang dibuat dari
arang dapur, atau arang dari hasil kerikan bawah teko (bujur teko)
dicampur dengan minyak kelapa sedikit. Sebagai cat kuku dipergunakan
daun kembang pacar. Sedangkan rambutnya disisir rapi (tidak disasak)
sambil diberi sungkeman minyak keletik yang telah dicampur dengan
bunga kenanga.
Setelah rambut disisir rapih kemudian diberi jabing, lalu amis cau,
ditata sedemikian rupa dan kening dibentuk serendah lingkaran
menghadap ke depan (kening sekarang disebut kembang turi). Sanggul
yang dipakai dinamakan "kadal menek", berbentuk alip pakait sareng enun
(alip dikait dengan enun) berasal dari Banten merembet ke Daerah
Parahiyangan, oleh sebab itu orang menamakan Sanggul Pasundan, dan
adapula yang menamakan Sanggul Ciwidey.
7. Cara Memakai Kain/Kebaya/Perhiasan
Page |
Kain Pengantin Wanita Sunda harus sama dengan kain pria.
Kebayanya warna putih dan boleh juga warna hitam dari beludru, akan
tetapi tidak diberi kutubaru (bef), hanya memakai Surawe (kraag) saja,
tidak pakai lidah. Biasanya kebaya hitam dipakai untuk acara resepsi dan
pada acara walimah harus menggunakan kebaya putih. Perhiasan yang
mereka pakai berupa kalung, giwang dan lain-lainnya biasanya merupakan
berlian dan emas asli. Pengaruh barat ikut pula pegang peranan seperti:
dipasangnya sluier dan mahkota yang dibuat dari lilin (diadeem). Di atas
slueir dipasang 7 atau 5 buah kembang goyang, di belakang telinga kanan
diberi 3 untai mangle susun, pada waktu itu tidak memakai mayang sari.
Sanggulnya diberi bunga anggrek atau melati.
Adakalanya pengantin tidak mau memakai sluier, maka dalam hal
ini sanggul dikelilingi penuh dengan bunga melati Disamping itu ada pula
pengantin yang memakai siger (sekar arum) selengkapnya. Biasanya yang
menggunakan kelengkapan im ialah puten-puteri bansawan (anak Bupati).
sebagai alas kaki menggunakan selop tutup warna kuning emas atau warna
perak.
Demikianlah menurut keterangan tokoh tata rias bernama Nyi Mas Iyol:
selanjutnya Ibu Nyi Mas Iyol bercerita sebagai berikut: Pada saat ini
dikalangan masyarakat banyak yang bertanya, kenapa pengantin tidak
memakai pakaian Pasmen (beludru pakai garis emas) padahal dulu sering
dipakai. Hal tersebut ada niwayatnya, yaitu sebelum tahun 1900 pengantin
ataupun anak dikhitan selalu dihiasi dengan pakaian yang mewah
[Beludru, pakai garis pasmen). Padahal baju itu seharusnya dipakai oleh
kaum bangsawan (bupati, sultan).
Pada waktu itu tidak ada bangsa kita yang menjabat Resimen ke
atas. Tapi karena banyak yang usul dan akhirnya para bangsawan
menyetujui pakaian tersebut digunakan untuk pengantin dan anak
khitanan. Padahal baju itu seharusnya dipakai oleh kaum bangsawan.
Menurut cerita, di Bandung ada seorang Lurah bernama "Hasan" yang
baru selesai menikahkan anaknya lalu ia mendatangi seorang kaya di suatu
kampung di luar daerahnya dengan memakai pakaian bekas pernikahan
anaknya. Kepada orang kaya tersebut Lurah Hasan mengaku sebagai
Kanjeng Dalem (Bupati) dengan diiringi pengawal yang semuanya bohong
Page |
belaka. Jadi tujuannya hanya untuk menipu. Suatu waktu ia mendatangi
pula seorang kaya dan mengaku sebagai Kanjeng Dalem (Bupati) dengan
diiringi pengawal yang semuanya bohong belaka. Jadi tujuannya hanya
untuk menipu. Suatu waktu ia mendatangi seorang kaya dan mengaku
sebagai Controleur (pengawas yang biasanya dijabat oleh Belanda
peranakan), kemudian ia menuduh bahwa orang kaya tersebut telah
membuat uang palsu, dan uang yang berada di rumah orang kaya itu disita
semuanya "untuk diperiksa di kota" katanya: orang kaya itu harus datang
esok harinya ke kantor tuan Controleur, lalu uang yang sekarung ini
diangkut ke rumahnya. Keesokan harinya si orang kaya datang kekantor
Controleur yang asl Akhirnya terjadi keributan. Sejak saat itu semua orang
yang mempunya baju Pasmen dirampas, dan akhirnya si penipu Lurah
Hasan ditangkap. Inilah riwayat sebab-sebabnya pada waktu itu pengantin
tidak menggunakan baju pasmen lagi, kecuali oleh anak-anak bangsawan
(menak)
Demikianlah keterangan dan cerita Ibu Nyi Mas Iyol. Rupanya
mengenal baju Pasmen itu berlaku hanya untuk sementara waktu saja,
buktinya sekarang sudah banyak dipakai lagi. Jelas dengan adanya
penggantian dani jaman tentunya akan banyak pula perubahan-perubahan,
yang penting keaslian pakaian itu, harus tetap dipelihara. Pada umumnya
pengantin selalu menginginkan dirinya dirias bagaikan ratu-ratu ataupun
puteri-puter dan kerajaan walaupun bukan keturunan bangsawan. Dengan
adanya penata nas yang siap meminjamkan pakaian, maka kaum
menengah dan bawahan bisa memakai pakaian itu pada waktu
perkawinannya dengan jalan menyewa. Memang di dalam keramaian
pakaian dibawa oleh jaman.
8. Tata Rias Pengantin Pria tahun 1920-an
Menurut keterangan Nyi Mas Iyol, pada han pernikahan, Pengantin
didandani sebagai berikut: Wajah pengantin pria diberi bedak dingin yang
tipis sekali. Kemudian sebagai penutup badan bagian bawah digunakan
kain yang sama dengan pengantin wanita, yaitu kain rereng eneng atau
kain rereng Solo Doktor (rereng daun pete), sidomukti. Lalu pakai ikat
pinggang yang disebut epek atau beulitan (sekarang disebut pelangi)
dibuat dan kulit macan tutul (loreng), lalu pakai katimang yang dinamakan
Page |
"jelebrah", biasanya lebar jelebrah 1/3 dan lebar epek, yang dibuat dari
beludru disulam dengan benang perak atau benang emas. Benang depan
katımang dibuat dari barlem atau emas. Pinggang bagian tengah depan
diberi rambu (kewer) yang terbuat dan kulit macan tutul, panjang satu
jengkel, lebarnya sama dengan lebar epek (Pelangi).
Jas pengantin pada waktu itu dinamakan Prang Wadana, terdiri dari
jas tutup atau jas malik (sikepan sama dengan baju taqwa hanya bahannya
lain, dan bedahan jas ini meniru pakaian jenderal-jenderal jaman itu
dengan nemakai kancing mas berderet kiri kanan berkilauan. Di bagian
belakang ada tengkungan (cowak) dikelowongkan untuk memasang
duhung (keris). duhung bisa di depan atau dibelakang. Selain Jas Prang
Wedana juga boleh dipakai baju Senting ( di Jawa Tengah Disebut baje
kelet), ialah baju yang kedalamannya potongan jas tutup, biasanya pada
bagian belakang bawah memakai cowak.
Mengenai Jelebrah, epek dan perlengkapan pinggang lainnya ada
persamaan dengan Prang Wedana sekarang. Hanya Prang Wedana
sekarang pada jas bagian belakang dicowak sedikit, serta pakai keris
pendek (kujang) panjangnya satu jengkal. Sebagai tempat keris (kujang)
digunakan slobong (merupakan cincin) namanya Uncal dipasang di bagian
depan sebelah kiri. menggantung, seperti membawa pedang.
Setelah mengenakan baju, lalu sebagai tutup kepala dikenakan udeng
(bendo) yang telah diberi perhiasan yang disebut susumping (bros), tidak
lupa pula selop tutup warna hitam dibuat dari kulit dan juga tali bandang
dibuat dari emas.
Pada masa itu warna baju pengantin Sunda telah ditentukan
berwarna putih dan hitam saja, hal ini berkaitan dengan daerah Banten.
Kepercayaan yang digunakan untuk merias pengantin Sunda terutama
berasal dari Sunda Kenekes Ciparahiyangan di gunung karang Banten.
Dekat daerah Baduy ada sebuah sungai bernama Ciparahiyangan, airnya
sangat bening dan penduduk disitu menganggap daerah keramat. Para
pengantin wanita di daerah itu diharuskan memakai pakaian warna putih
yang menandakan kesuciannya dan tidak bernoda.
Menurut kepercayaan di daerah itu, bila sang Rama datang,
pengantin akan bercahaya (cantik sekali). Kemudian warna hitam
Page |
menunjukkan bahwa kedua pengantin bertekad sehidup semati, tidak akan
ternoda oleh orang lain, mereka tetap setia (pageuh maneuh) silih asuh,
silih asih.
Page |
berikutnya adalah memasang kan sepasang mangle sisir yang berbentuk
bintang, simetris letaknya pada kiri kanan sanggul, lalu ditutup atau dirapihkan
dengan jala rambut tradisonal
Dibawah lengkungan rambut bagian tengah sanggul dipasangkan penetep
bunga yang nanti apabila siger sudah terpasang penetep bunga terletak di
bawah garuda mungkure. Penetep bunga disebut juga gugunungan dua jalur
dibawah panetep dipasangkan tiga pasung ke bawah perhiasan tunjangan
simetris letaknya.
Diatas sanggul dikenakan pinti yang memanjang di antara telinga kiri dan
kanan, kemudian 5 buah pasung bunga diletakkan di atas pinti, bunga tabur
(melati kuncup), Sebanyak 5 kuntum diatur rapi di atas pasung dan bunga tabur
tersebut lambang dari sholat atau sembahyang 5 sehari yang tidak boleh
dilupakan atau ditinggalkan oleh calon pengantin setelah berumah tangga.
Mayang sari dikenakan di sebelah kiri sanggul yang pemasangannya
menyambung pasung bunga yang terakhir disebelah kiri. Sedangkan mangle
lima dara dikenakan menyambung setelah pasung bunga terakhir sebelah kanan
yang berada di dalam siger. Dengan demikian mayang sari dipasang diluar
siger, serta mangle susun dipasang, kemudian dilanjutkan dengan
memasangkan garuda mungkur. Kembang goyang 7 buah diatur
pemasangannya. 3 buah menghadap kedepan, 2 buah menghadap ke belakang.
Sebelum pemakaian busana dan perlengkapan, maka sepasang giwang
dikenakan terlebih dahulu.
Page |
i. Gelang (kin dan kanan)
j. 1 pasang cincin
2) Busana
Disesuaikan dengan acara yang akan dilaksanakan
a. Seserahan kain/kebaya, bebas, rapi (busana Sunda).
b. Ngeuyeuk seureuh, sama dengan diatas
c. Akad Nikah.
Kain sidomukti, lereng eneng, lereng garutan.
Kebaya brukat putih sepanjang batas kepalan tangan,
memakai lidah tanpa bef.
Longtorso putih.
Selop tutup sewarna dengan baju atau perhiasan (warna emas
atau perak) tumit tinggi.
3) Resepsi
Kebaya warna keemasan, kuning, coklat muda ros, biru atau hijau
panjang kebaya sepanjang lengan, telah disepakati agar tidak memakai
yang menyala menyilaukan mata, misalnya orange, merah. Warna
sepatu disesuaikan dengan warna baju.
Busana Pengantin Pria dan Perlengkapannya
1) Perhiasan
a. Bros dipasang pada bendo bagian depan (diatas cocondong).
b. Seuntai tali badang beserta brosnya sebagai kalung.
c. Sapu tangan fantasi.
2) Untuk Seserahan
Untuk seserahan yang terpisah tidak bertepatan dengan acara ngeuyeuk
seureuh (1-2 minggu sebelum pernikahan), maka diperkenankan jas
pantalon. Akan tetapi apabila tepat pada acara ngeuyeuk seureuh, maka
pengantin pria memakai sarung polekat. kemeja (hem), peci dan jas.
selop tutup, boleh memakai dasi panjang.
3) Akad Nikah
a. Kain disesuaikan dengan kain pengantin wanita.
b. Jas tutup pendek atau panjang, taqwa pendek warna hitam dan
putih.
Page |
c. Jika memakai jas tertutup pendek, maka harus memakai kemeja
putih tangan panjang.
d. Setagen/pelangi dan pending/sabuk timang beludru borderan mas.
e. Kewer/baro: untuk baju pendek dipakai di sebelah kanan/depan.
Serangkaian keris dipakai depan sebelah kiri (dijadikan satu
dengan sabuk). untuk jas tutup panjang sabuk/pending dipakai di
luar jas.
f. Bendo (coraknya sama dengan kain) 9. Selop tutup hitam/mas.
sesuai dengan baju.
4) Untuk Resepsi
a. Corak kain sama dengan akad nikah.
b. Jas tutup panjang, kancing logam mas atau kancing biasa, bordelan
mas sesuai dengan perhiasan.
c. Jas tutup pendek, bordelan, bahan bisa juga dari beludru Kens
dengan serangka kerisnya, sabuk/benten dari bahan beludre
bordelan. Selop tutup bordelan sama dengan baju.
Page |
BAB II
PEMBAHASAN
Nama Model :
Nama Operator :
Hari/Tanggal :
A. Jenis Kulit
a. Normal
b. Berminyak
c. Kering
d. Kombinasi
B. Kelainan kulit
a. Acne
b. Millia
c. Black head
d. White head
e. Tahi lalat
f. Hyperpigmentasi
g. Jaringan parut
h. Lain-lain
Page |
g. Sekitar Mulut
D. Bentuk Wajah
a. Bentuk wajah persegi
b. Bentuk wajah bulat
c. Bentuk wajah segitiga
d. Bentuk wajah panjang
e. Bentuk wajah oval
f. Bentuk wajah buah pir
g. Bentuk wajah diamond
E. Bentuk Mata
a. Mata terlalu bulat
b. Mata terlalu kecil
c. Mata turun
d. Ujung mata naik
e. Letak mata terlalu dalam
f. Letak mata terlalu lonjong
g. Jarak mata terlalu dekat
h. Jarak mata terlalu jauh
Page |
2.2 Persiapan
I. Persiapan Area Kerja
Alat harus dalam keadaan steril dan ditata berdasarkan urutan
kegunaan
Handuk dan cape dalam keadaan bersih, lipat rapi
Kosmetik ditata sesuai dengan urutan pemakaian
II. Persiapan Pribadi
Kondisi sehat jasmani dan rohani
Memakai pakaian kerja/pakaian rapi
Melepas perhiasan yang mengganggu proses kerja
Gunakan sepatu bertumit rendah.
Mencuci tangan sebelum memulai pekerjaan
Bersikap ramah dan sopan
III. Persiapan Klien
Page |
2.3 Persiapan Alat, Bahan/lenan, dan Kosmetik yang Digunakan
1. Alat dan Lenan MakeUp
Adapun alat dan bahan makeup yang digunakan adalah sebagai berikut :
No Nama Alat Jumlah Gambar
1 Spon Foundation 1
2 Powder Puff 1
3 Sponge Puff 1
1 Tissue Seperlunya
2 Cutton Bud 1
Page |
4 Kapas Secukupnya
5 Hairbando 1
6 Handuk Secukupnya
7 Cape rias 1
8 Baju kerja 1
Untuk membersihkan
1 Micellar water 1
wajah
Untuk melembabkan
3 Pelembab 1
wajah
Page |
Untuk menyatukan
5 Bedak tabur 1 foundation dan concealer
dengan kulit
Untuk memberi efek
6 Bedak padat 1
lembut pada riasan wajah
Untuk membingkai
9 Eyeliner 1
sekeliling mata
Untuk memberi
11 Lipliner 1
pembingkai bibir
Page |
membantu agar makeup
yang diaplikasikan dapat
14 Setting spray 1
menempel di kulit wajah
seperti magnet
Untuk menghilangkan
Sisir pengahalus
2 1 bekas sasakan atau
sasak
kekusutan rambut
Secu
Untuk merapikan bentuk
3 Jepit bebek besi kupn
sunggar atau sanggul
ya
Secu Untuk merapikan dan
4 Jepit lidi kupn menguatkan bentuk
ya sunggar atau sanggul
Untuk menguatkan
5 Harnal baja 4
sanggul
Page |
Secu
Untuk merapikan rambut-
6 Harnal halus kupn
rambut halus
ya
Secu
7 Karet gelang kupn Untuk menali rambut
ya
Cemara bertulang
Untuk Membuat sanggul
9 dan tidak 1
tradisional
bertulang
Cemara Tidak
10 1 Untuk membuat sanggul
bertulang
secu
Untuk lungsen atau
11 lungsen kupn
tambahan anak tatong
ya
Jum
No Nama bahan Gambar Keterangan
lah
secu
Untuk menguatkan
1 Hairspray Aerasol kupn
sasakan
ya
Page |
2.4 Langkah kerja Tata Rias Pengantin Sunda dan Penataan Rambut
1. Langkah Kerja Rias Wajah
2. Mengaplikasikan penyegar
wajah/toner dan
pelembab pada wajah
klien
3. Aplikasikan primer pada
wajah klien
4. Mengaplikasikan foundation
yang berwarna kekuning-
kuningan lalu ratakan pada
seluruh wajah menggunakan
spons
Page |
6. Menaplikasikan contur pada
tulang pipi, tulang hidung,
tulang rahang, dan sudut
dahi. Setelah itu aplikasikan
concealer pada bagian wajah
yang menonjol dan darkspot
seperti tengah hidung, tengah
dahi, bawah mata, dagu
7. Mengaplikasikan bedak tabur
secara merata pada wajah
menggunakan spons pizza.
Page |
10. Aplikasikan eyeshadow
berwarna hijau pada
bagian mata bergerak, lalu
aplikasikan warna hitam
keceoklatan pada bagian
ujung mata, setelah itu
aplikasikan warna kuning
keemasan) pada sudut
mata (membuat belek artis)
dan
pada bagian bawah tulang alis
11. Mengaplikasikan eyeliner
berwarna hitam
Page |
Page |
bentuk bibir menggunakan lip
liner
16. Aplikasikan lipcream
menggunakan warna pink
muda lalu berikan sedikit
lipgloss
Page |
Setelah disasak beri hairspray
pada rambut.
6.
Kemudian ambil
cemara bertulang
bentuk seperti gambar
berikut:
9.
Page |
Setelah bagian kanan dan
kirinya sama ditutup dengan
menggunakan harnet agar
sanggulnya tidak rusak dan
jepit menggunakan jepit lidi
dan tempelkan pada rambut.
10.
Page |
3. Langkah Kerja Pemakaian Busana dan Aksesoris
NO LANGKAH KERJA GAMBAR WAKTU
1. Pakaikan bunga yang
sudah dironce pada tataan
sanggul pengantin sesuai
gambar
Page |
6. Seuntai kalung bermata
(colleir) untuk berkebaya
pendek maupun panjang
7. Sepasang gelang permata
2.5 Berkemas
1. Membersihkan area kerja dari debu dan kotoran sisa pekerjaan
2. Mengambalikan dan merapikan alat, bahan, lenan dan kosmetik pada
tempatnya
3. Membuang sampah sisa bekas praktek
Page |
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut (Sayoga, 1984) tata rias pengantin adalah suatu kegiatan tata rias
wajah pada pengantin yang bertujuan untuk menonjolkan kelebihan yang ada dan
menutupi kekurangan wajah pengantin. Selain berfokus pada tata rias wajah juga
sangat memperhatikan tata rias rambut, keserasian busana dan serta aksesorisnya,
yang tiap-tiap bagian riasan tersebut mengandung sebuah arti atau makna yang
tertentu sebagai pengungkapan pesan-pesan hidup yang hendak disampaikan oleh
kedua mempelai.
3.2 Saran
Pentingnya untuk kita sebagai mahasiswa Pendidikan Tata Rias untuk
mempelajari semua hal yang berbau tentang adat salah satunya adalah adat
pernikahan dan bagaimana kita merias sesuai dengan adat yang berlaku, saran saya
kita sebagai calon perias sebaiknya menanamkan minat untuk mempelajari semua
makeup adat yang ada diindonesia dan menurut saya kita apat memodifikasi riasan
tersebut tanpa menghilangkan setiap makna dari warna yang ada.
Page |
DAFTAR PUSTAKA
Suhendi, D. H. (2004). Tata Rias Pengantin Sunda Putri Sunda Siger dan Sunda Sukapura
(Vol. 6). Jakarta: DMeutia Cipta Sarana & DPP HARPI Melati Jakarta dan DPD
HARPI Melati Jawa Barat.
Page |