Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN LOGIKA DAN BAHASA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Logika”

Dosen Pengampu :

Muhammad Rahmad Abdan, M.Pd

Disusun Oleh :

EKA ERINA RUSADY (20202000206)


TOHA HASAN ANWAR (20202000213)
VIVIN ILA KHUSNUL (20202000214)
YUSUF SAROFUDIN (20202000216)

PROGRAM STUDI MANEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA

PACITAN

2020

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi
Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehinnga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hubungan Logika dan Bahasa”.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Logika. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang Hubungan Logika dan Bahasa.

Kami berterima kasih kepada Bpk. Muhammad Rahmad Abdan, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Logika yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua
pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah
ini.

Seperti pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan
kami sendiri. Oleh karena itu, sangatlah kami harapkan saran dan kritik yang positif dan
membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa
yang akan datang.

Pacitan, 20 Oktober 2021

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................................................


B. Batasan dan Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Logika ..........................................................................................................


B. Pengertian Bahasa ..........................................................................................................
C. Hubungan Logika dan Bahasa .......................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir merupakan aktivitas manusia untuk menemukan pengetahuan yang
benar, sedang kebenaran itu tidaklah persis sama pada setiap individu. Maka setiap
jalan pikiran manusia mempunyai kriteria kebenaran yang berfungsi sebagai landasan
proses penemuan kebenaran tersebut, dan setiap penalaran mempunyai kriteria
kebenaranya masing-masing.
Aktivitas berpikir sebagai penalaran manusia mempunyai ciri utama sebagai
suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika. Dalam mempelajari pola berpikir
yang luas dalam logika itulah dibutuhkan terlebih dahulu tentang apa itu logika dan
ruang lingkupnya karena hal ini akan membantu dasar pemikiran yang berdasarkan
penalaran yang logis dan kritis. selain berguna bagi sarana ilmu, penalaran yang logis
dan kritis ini juga yang nantinya akan mambantu pemahaman bagi semua ilmu,
karena penalaran yang logis, kritis, dan sistematis inilah yang menjadi salah satu
syarat sifat ilmiah.
Logika merupakan salah satu teknik untuk meneliti suatu penalaran. Penalaran
itu merupakan suatu bentuk pemikiran. Penalaran adalah suatu proses berpiki dengan
menghubung- hubungkan data atau fakta sampai pada suatu kesimpulan. Bentuk
pemikiran yang dituangkan dengan bahasa tentu mengandungpenalaran yang dapat
ditelusuri melalui logika. Dengan demikian, logika dalam berbahasa berarti
penggunaan logika di dalam menyampaikan hasil pemikiran yang dituangkan dalam
bahasa. Logika itu sangat penting dalam dunia keilmuan. Bahkan, logika sering
diasosiasikan dengan kegiatan ilmiah. Memang, logika merupakan unsur penting di
dalam kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah harus didasari dengan penggunaan logika
yang benar.
Kata logika dan bahasa sering diartikan sebagai cara untuk membedakan
antara kebermaknaan dan omong kosong di dalam bahasa. Logika bahasa menjadi
sebuah cara untuk membuat sebuah pembedaan objektif dalam konteks filsafat dengan
memperluas konsep tatabahasa (grammar) agar meliputi setiap deskripsi mengenai
penggunaan bahasa. Logika menjelaskan kaidah-kaidah tentang kebermaknaan dan
omong kosong (atau arti bahasa) dan bukan hanya bentuknya saja. tanpa disadari,
bahasa menyamarkan struktur pemikiran. Adalah tugas filsafat untuk
mengungkapkan bentuk asli pemikiran yang berada di balik tirai bahasa biasa.
Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan
adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada
bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan
mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa,
orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak
disadari.
Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak
teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan
bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk
berbahasa bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita
cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan bahasa
standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah
asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif.
Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat
saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat
memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat
memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan
berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri,
sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan
beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk
melakukan kontrol sosial.
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada
perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu,
bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan
bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan
istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia.
Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu,
termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana
berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu.
Tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh
dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata
memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya
yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu,
ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam
pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern.
Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam
berfikir karena bahasa merupakan cermin dari logika dan daya nalar (pikiran).
Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa
yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan
menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa
Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di
dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.
Logika merupakan ilmu yang mempelajari metode-metode dan hukum- hukum
yang digunakan untuk membedakan antara penalaran yang benar dan penalaran yang
salah. Dari segi objeknya, logika dibagi menjadi logika formal dan logika informal.
Logika formal merupakan ilmu yang mempelajari tentang aturan penarikan
kesimpulan sedangkan logika informal mempelajari argumen-argumen dalam bahasa
alamiah.
Logika bersifat sistematis, rasionalis, dan kritis yang identik dengan
matematika. Logika dan matematika pun saling mendukung perkembangannya
masing-masing. Logika berkembang menjadi modern atas jasa matematika dalam
memperkenalkan simbol matematika. Kaidah-kaidah dalam logika pun ditransformasi
ke dalam bentuk simbol matematika guna mempermudah dalam penggunaan logika.
Akan tetapi, perkembangan logika menjadi logika modern seakan-akan menjadi objek
hanya bagi pengkaji matematika. Sebagian besar masyarakat ilmiah di luar
masyarakat matematika belum mengetahui logika. Akibatnya, manfaat logika belum
mereka rasakan sehingga kecenderungan untuk salah berpikir dan mudah untuk
tergelincir dalam kesalahan sering terjadi.
Secara umum, logika bertujuan untuk mencari kebenaran. Manfaat yang
diperoleh dari logika yaitu manusia bisa berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur
untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat hanya mengenal logika sebagai
suatu istilah untuk ’sesuatu yang masuk akal’. Mereka hanya menggunakan logika
secara pasif, maksudnya, mereka berlogika tanpa mengetahui sebenarnya mereka
menggunakan logika. Logika yang sering mereka gunakan adalah logika informal.
Salah satu cabang dari logika informal adalah penalaran logis. Penalaran logis
merupakan proses kognitif dalam mencari alasan-alasan untuk mendukung keyakinan,
kesimpulan, tindakan, dan perasaan.
B. Batasan
Batasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan
atau pelebaran pokok masalah. Agar makalah ini lebih terarah, terfokus, dan
menghindari pembahasan menjadi terlalu luas, maka penulis perlu membatasinya.
Sesuai dengan rumusan masalah maka batasan masalah yang di lampirkan, yaitu.
1. Membahas terkait logika
2. Membahas terkait bahasa
3. Membahas terkait hubungan Bahasa dengan logika
C. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah diatas terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pengertian Logika ?
2. Bagaimana Pengertian Bahasa ?
3. Bagaimana Hubungan Logika dan Bahasa ?
D. Tujuan
Dari Rumusan Masalah diatas terdapat tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui Pengertian Logika.
2. Mengetahui Pengertian Bahasa.
3. Mengetahui Hubungan Logika dan Bahasa.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Logika
Secara etimologis logika berasal dari bahasa Inggris: logic, Latin: logica,
Yunani: logike atau logikos. Yang memiliki arti sesuatu yang dapat dimengerti, akal
budi yang berfungsi baik, teratur, sistematis.6 Adapun menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, logika berarti pengetahuan tentang kaidah berpikir; ilmu mantik, atau jalan
pikiran yang masuk akal.7
Adapun secara terminologi, logika adalah teori mengenai syarat-syarat
penalaran yang sah. Istilah ini, sejarahnya digunakan pertama kali oleh filsuf
Alexander dari Aphrodisias (abad ke-2 M), dimana Alexander memberikan komentar
pada tulisan Aristoteles yang disebut organon atau instrumen ilmu yang membahas
cikal bakal tentang logika.8
Logika adalah studi tentang aturan-aturan mengenai penalaran yang tepat,
serta bentuk dan pola pikir yang masuk akal atau sah. Atau juga bisa bermakna
sebagai studi dan penerapan aturan-aturan penarikan kesimpulan pada argumen atau
pada sistem pemikiran.9
Logika adalah salah satu usaha supaya pengetahuan hasil dari proses
pemikiran itu mempunyai fondasi kebenaran. Logika bisa artikan sebagai sarana
penggunaan hukum yang berupaya menahan akal agar tidak membuat kekeliruan
dalam berpikir.1 0
Adapun logis bisa diartikan secara bebas yaitu masuk akal atau dapat diterima
oleh akal sehat. Sehingga logika adalah jalan pemikiran ilmiah, yang sesuai dengan
akal sehat serta pengetahuan tentang kaidah yang benar.
Sejarah logika pertama kali berkembang pada masa Yunani. Berawal dari
pembuktian- pembuktian geometri kaum Pythagorean, dialektika Zeno, atau
dialektika Plato. Kemudian dikembangkan secara lebih sistematis oleh Aristoteles,
yang berbicara tentang analisis preposisi-preposisi, interelasinya, penggunaannya
dalam penalaran, yang mana mencapai pucaknya berupa ajaran silogisme.
Manusia adalah makhluk berfikir. Manusia mencoba mencari kebenaran
dengan akalnya. Manusia adalah makhluk belajar. Dalam mengahadapi masalah,
kesukaran, dan tantangan, manusia berkeinginan untuk maju, berupaya hidup lebih
baik, lebih nyaman, dan kreatif menyelesaikan masalahnya. Manusia mencoba
menggunakan akal untuk menyelesaikan masalahnya, trial and error, mencoba-coba,
Akhirnya dari pengalaman benar-salah itu manusia memiliki pengalaman.
Pengalaman adalah guru terbaik. Mengkaji ulang pengalaman dengan berfikir
reflektif. Sehingga tepat apabila manusia adalah Homo Educandum yaitu manusia
adalah makhluk belajar. Menyatukan hasil pembelajarannya, sehingga akal yang
digunakan itu menghasilkan banyak hal, seperti ilmu pengetahuan, pernyataan-
pernyataan ilmiah berupa preposisi (pernyataan ilmiah tentang segala sesuatu) dan
generalisasi (suatu simpulan tentang sesuatu).1 1
Puncak perkembangan logika manusia, adalah pada peradaban Renaissance.
Oleh Rane Descartez, puncak itu dinyatakan sebagai eksistensi manusia sebagai homo
sapiens, “cogito ergo sum”. Manusia mencoba terus berusaha mencari kebenaran
dengan berfikir deduktif, yaitu logika-hipotetiko-verifikatif (berfikir filosofis). Azaz
yang sesuai dengan logika ini adalah Azaz Koherensi, yaitu preposisi umum, harus
sesuai dengan preposisi turunannya.
Dan pada perkembangannya, Francis Bacon (abad-17), mencoba menawarkan
berfikir induktif : data-simpulan, dengan urutan rangkaian : verificatio -> hipotetiko
-> logiko. Azaz yang sesuai dengan logika induktif ini, adalah Azaz Korespondensi,
yaitu logika/preposisi harus cocok dengan data.
Agama Islam sangat menghargai penggunaan akal pikiran sebagai dasar
melaksanakan syariat. Sebagai contoh apa yang dikemukakan Abbas Arfan dalam
kajiannya, bahwa logika sangat berpengaruh pada metode istinbat hukum.
Kesimpulan pendapatnya, bahwa kuatnya peran dan pengaruh ilmu filsafat dan logika
dalam metode istinbat hukum Islam terutama dalam ilmu ushul fiqh. Hal ini
dikarenakan sangat erat dan mendasarnya hubungan antara ushul fiqh dengan ilmu
filsafat dan logika, yakni sebuah hubungan metodologis.1 2 Sebagai sebuah contoh
sederhana adalah penggunaan qiyas dalam sistem hukum Islam. Sistem berfikir ‘illat
sangat erat kaitannya dengan sistem logika silogisme Aristoteles. Hal ini sangat mirip
dengan istilah qiyas ‘aqli atau qiyas mantiqi. Misalnya, Imam Shafi’i menegaskan
bahwa mengusap tangan dengan debu dalam tayammum adalah sampai sikut
berdasarkan analogi membasuh tangan dalam berwudu, walaupun ayat tayammum
tidak menyebut sampai siku :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur (Q.S Al-Māidah/5 : 6)”.
Apabila demikian, dapat disusun silogisme dengan gambaran sebagai berikut:
1. Premis mayor : Membasuh tangan dengan air dalam wudu sampai siku
2. Premis minor : Tayammum adalah pengganti wudu dalam kondisi tertentu
3. Middle term : Thaharah (bersuci)
Kesimpulan : Mengusap tangan dengan debu dalam tayammum harus juga sampai
siku
Sampai disini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan salah satu potensi
manusia yang utama, yaitu akal, adalah sangat penting. Baik dalam berbahasa,
berbudaya, lebih-lebih dalam beragama. Sebagai bagian dari kajian filsafat Islam,
bahwa penggunaan logika perlu didudukkan dalam porsi yang benar dan wajar.
Logika adalah instrumen serta alat untuk dipergunakan pemiliknya agar bisa
mewujudkan kehidupan yang baik dan bermanfaat.
Islam sangat menghargai fungsi akal dan logika. Porsi akal mendapat tempat
yang istimewa dalam Alquran. Banyak ayat yang mengisyaratkan manusia untuk
menggunakan akalnya untuk berfikir. Akan tetapi, akal dan logika bukanlah dewa.
Yang mana berfikir logis adalah segalanya. Karena dengan segala kelebihannya,
ternyata akal juga memiliki kelemahan. Akal tidak bisa menjangkau hal-hal yang
metafisik. Indera-indera manusia seperti mata dan telinga adalah sebagai alat bagi
akal untuk berlogika, tapi sangat terbatas pada lima indera saja. Dan keterbatasan akal
seringkali tidak bisa menerangkan hal-hal yang bersifat ghaib, seperti : lauh al-
mahfudz, malaikat, siksa dan nikmat kubur, iblissyetan, surga-neraka, nasib
seseorang, batas umur manusia, serta hal-hal lain yang bisa difahami dengan
menggunakan pendekatan iman (hati), melalui wahyu.1
Analisis Logika adalah logika mampu memberikan dasar -dasar keterampilan
yang memiliki nilai praktis bagi manusia untuk dapat melaksanakan proses berpikir
secara benar dan sahih. Bagi ilmu hukum , logika dapat dianggap sebagai salah satu
bidang ilmu penunjang utama ,mengingat betapa vitalnya penggunaan pola ,langkah
-langkah dan atau proses berpikir yang tepat dan teratur bila orang harus membuat
kesimpulan -kesimpulan untuk menjawab persoalan-persoalan di bidang hukum.
B. Pengertian Bahasa
C. Hubungan Logika dan Bahasa
Dalam teorinya Humboldt menegaskan terdapat keterkaitan pemikiran
manusia pada bahasa. Artinya bahasa masyarakat menentukan pandangan hidup dan
budaya suatu itu sendiri. Anggota masyarakat tidak bisa keluar dari aturan yang telah
ditentukan oleh bahasanya. Sehingga apabila ada seorang anggota masyarakat ingin
mengubah pandangan hidupnya, maka dia perlu belajar bahasa yang lain terlebih
dulu.1
Edward Sapir, seorang linguis Amerika memiliki pendapat yang hampir mirip
dengan dengan Humboldt. Sapir menegaskan bahwa manusia hidup di dunia ini di
bawah “belas kasih” bahasanya yang telah menjadi media pengantar dalam kehidupan
masyarakat, istilahnya bahasa ibunya “native language”. Faktanya bahwa kehidupan
suatu masyarakat sebagian “didirikan” di atas karakter bahasa itu. Sehingga tidak ada
dua bahasa yang benar-benar sama yang bisa mewakili satu kelompok masyarakat
yang sama.2
Jean Piaget, seorang sarjana Perancis,memiliki pandangan yang berbeda
dengan hipotesis Sapir-Whorf. Menurutnya, justru pikiranlah yang membentuk
bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak akan pernah ada. Piaget berpendapat untuk
menetapkan apakah bahasa terkait dengan pikiran, terdapat dua macam cara, yaitu
pikiran terarah (directed) atau pikiran cerdas (intelegent) dan pikiran tak terarah
(autistic).3
Benjamin Lee Whorf, murid Sapir, mengemukakan bahwa sistem tata bahasa
suatu bahasa bukan hanya merupakan alat untuk menyuarakan ide-ide, tetapi juga
merupakan pembentuk ide-ide itu sendiri. Bahasa adalah program aktivitas mental
seseorang, penentu struktur mental seseorang. Dalam ungkapan yang lain, tata
bahasalah yang menentukan jalan pikiran seseorang.4
Vygotsky, seorang sarjana Rusia, memiliki pendapat terkait tahap
perkembangan bahasa sebelum adanya pikiran. Dan terdapat satu tahap
perkembangan pikiran sebelum adanya bahasa. Kemudian, kedua garis perkembangan
ini saling bersua, dan terjadilah - secara serentak- pikiran berbahasa dan bahasa
berpikir. Dalam ungkapan yang lain, bahasa dan pikiran pada tahap permulaan
berkembang dengan cara terpisah dan tidak saling mempengaruhi. Seperti itulah anak-
anak berpikir dengan memakai bahasa dan berbahasa dengan pikirannya.5
Noam Chomsky mengajukan teori klasik mengenai hubungan bahasa dan
pemikiran yang disebut Hipotesis Nurani. Pada mulanya, teori ini tidak secara

1
Diny, Hidayatullah. Hubungan Logika, Bahasa, Dan Budaya. Malang: An-Nas: Jurnal Humaira:2017. Hal 81.
2
Diny, Hidayatullah. Hubungan Logika, Bahasa, Dan Budaya. Malang: An-Nas: Jurnal Humaira:2017. Hal 81.
3
Diny, Hidayatullah. Hubungan Logika, Bahasa, Dan Budaya. Malang: An-Nas: Jurnal Humaira:2017. Hal 83.
4
Diny, Hidayatullah. Hubungan Logika, Bahasa, Dan Budaya. Malang: An-Nas: Jurnal Humaira:2017. Hal 82.
5
Diny, Hidayatullah. Hubungan Logika, Bahasa, Dan Budaya. Malang: An-Nas: Jurnal Humaira:2017. Hal 84.
langsung membincang antara bahasa dengan berpikir, tetapi kita dapat menarik
kesimpulan terkait hal tersebut, karena Chomsky menegaskan bahwa pengkajian
bahasa membukakan sudut pandang yang baik dalam pengkajian proses mental dan
berpikir manusia.6
Berbahasa dan berpikir (logika) adalah dua aktifitas yang berbeda. Masing-
masing memiliki definisi konsep yang mandiri. Akan tetapi memiliki keterkaitan yang
sangat erat. Bisa ditarik kesimpulan bahwa berbahasa merupakan penyampaian
pikiran atau perasaan dari orang-orang yang berbincang tentang masalah yang
dihadapi dalam kehidupan budayanya. Jadi, berbahasa dan berlogika adalah dua hal
yang memiliki hubungan erat dan berpengaruh di kehidupan manusia.
Logika adalah pengetahuan tentang kaidah berpikir. Akal pikiran yang hanya
manusia saja yang bisa menggunakannya secara optimal, tentu peluang sekaligus
tantangan untuk digunakan sebaik-baiknya. Dengan berfikir logis, manusia bisa bebas
melakukan suatau hal yang masuk akal atau dapat diterima oleh akal sehat. Begitu
juga dalam hal berbahasa, akal manusia, memiliki keinginan untuk menggunakan
bahasanya sebagai identitas masing-masing. Sehingga manusia terus memikirkan agar
bagaimana bahasanya itu dapat terus maju dan berkembang.

6
Diny, Hidayatullah. Hubungan Logika, Bahasa, Dan Budaya. Malang: An-Nas: Jurnal Humaira:2017. Hal 84.

Anda mungkin juga menyukai