UIN Jakarta
Dosen:
Penyusun:
Jakarta
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam artikel ini kami akan membahas tentang:
1. Pengertian Ragam Bahasa Tulis dan Bahasa Lisan
2. Ragam Bahasa Tulis
3. Ragam Bahasa Lisan
1
Abdalla Shobak Muhammad: Talim al-Lughah al-Arabiyah li natiqin bighoiriha bi toriqoh allati iktasabuha
min lughotihim al-Um, Arabiyat Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, Vol. 1, No. 1, Juni 2014
2
Dede Najib: al-Lughah baina Kitabah wal Kalam. Ditampilkan pada website niefrar.org, 14 Desember 2014
3
Farouq al-Qadi: Afaq Tamarrud; Qiroah Naqdiyah fi Tarikh Aurobbi wal Arobi wal Islami, Beirut, AIRP
2004, Hlm. 56
4
Diana Childress: Johannes Gutenberg and the Printing Press, Pivotal Moments in History, Twenty-First
Century books, 2007 Hal. 128
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem
sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal.
Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau
tekanan, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. 5.
Sudah tentu, bahwa bahasa yang diucapkan dengan lisan berbeda dengan bahasa yang
dituliskan dengan tulisan. Bahasanya mungkin sama, namun ukuran, bentuk dan susunan
katanya seringkali berbeda. Hal ini tentu saja lumrah dan tidak mengejutkan kita. Sebagaimana
mana nada yang sama bisa menghasilkan genre musik berbeda seperti pop, rock, dan orkestra,
demikian pula halnya dengan bahasa. Dan hal yang membuat kedua bentuk ini berbeda terletak
pada waktu ketika dibuatnya kedua bentuk bahasa tersebut.6
Ketika suatu pesan diproduksi oleh seseorang, terjadilah proses pengkondisian, dan
proses penafsiran. Biasanya bahasa yang keluar akan berbeda meskipun dari orang yang sama,
antara bahasa tulisannya dengan bahasa lisan. Terkadang bahasa lisan lebih mudah dipahami
oleh pendengar dan terkadang tidak. Dan faktor terbesar yang mempengaruhi perbedaan
tersebut adalah penekanan dalam hal waktu. Bahasa lisan memiliki waktu yang sangat terbatas
bagi pengguna bahasa7 untuk memilih kata dan struktur yang cocok untuk situasi dan kondisi
yang ada, bagaimana mengungkapkannya, ataupun untuk mengecek apakah poin yang dia
inginkan sudah tersampaikan dengan baik.
Bahasa lisan dan tulisan berbeda dalam hal kerapihan dan kepadatannya. Bahasa tulisan
lebih rapih dan padat, sedangkan bahasa lisan lebih tidak rapih dan berpencar-pencar.8 Bahasa
tulisan cenderung lebih tidak teratur, terputus-putus, dan sederhana.9
5
http://intl.feedfury.com/content/15241462-ragam-bahasa.html
6
Marin Bygate: Speaking, OUP Oxford, 1987, hlm 14
7
Loc.cit
8
Michael Alexander Kirkwood Halliday: Spoken and written language, Oxford University Press 1989 hlm 62
9
Ibid. Hlm 87
3
Perbedaan dari segi waktu ini akhirnya mendorong pengguna bahasa lisan untuk
melakukan beberapa hal yang berbeda dari yang dilakukan oleh pengguna bahasa tulis. Mereka
akhirnya sering melakukan perbaikan-perbaikan kata secara langsung, ditambah lagi karena
pemahaman yang lebih baik tentang keadaan dan situasi pendengar, dia pun sering
menggunakan elipsis, atau pelesapan atau pemenggalan kata. Dan karena tekanan waktu pula,
biasanya seorang pengguna bahasa lisan akan menggunakan beberapa cara untuk
memanfaatkan waktu yang ada untuk memproduksi bahasa lisannya, di antaranya dengan
menggunakan jeda antara kalimat seefisien mungkin.10
Dua orang individu dapat saling mengerti satu sama lain, jika kaidah yang dimiliki oleh
masing masing orang itu memiliki kesamaan satu sama lain.11. Tidak dapat dipungkiri, bahwa
semua bahasa mempunyai ragam tulis dan ragam lisan, Ada pendapat yang mengatakan bahwa
ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan kedalam ragam tulis (huruf). Pendapat ini tidak
dapat dibenarkan seratus persen sebab tidak semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya,
tidak semua ragam tulis dapat dilisankan. Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu
berlaku bagi ragam tulis. 12
Berbeda dengan bahasa lisan, dalam bahasa tulisan anusia dapat menuangkan apa yang
ada dalam pikirannya pada secarik kertas dan kemudian disimpan untuk sehari, sebulan,
setahun, atau bahkan lebih dari itu. Bahan dalam bentuk tulisan ini dimengerti oleh siapapun
yang membacanya selama mereka memakai bahasa yang sama. Meskipun untuk tujuan yang
berbeda, apa yang dikatakan oleh Carnie (2002: 3) berikut : .. Tidak ada makhluk lain didunia
ini yang dapat berkomunikasi dengan symbol- symbol seperti ini ! namun, berbeda dengan
kemampuan berujar, kemampuan membaca bukanlah sesuatu yang kodrati. Orang tidak harus
dapat membaca untuk mempertahankan hidupnya.13
Di luar kedua cara komunikasi linguistik ini, yaitu lisan dan tulisan, boleh dikatan tidak
ada cara lain untuk berkomunikasi, mengingat, terutama dalam pembahasan dasar seperti ini,
kita harus mengesampingkan sistem sistem yang khusus dan terbatas seperti komunikasi
dengan isyarat yang dipakai para tuna rungu dan tuna wicara, dan sistem sistem sekunder
lainnya.
10
Marin Bygate: Speaking, OUP Oxford, 1987, hlm 14
11
Tarigan, Henry Guntur: Psikolinguistik, Bandung, Aksara hlm 30
12
Arifin, Zaenal, E dkk: Cermat barbahasa Indonesiauntuk perguruan tinggi, Jakarta : AKAPRES edisi revisi.
hlm 18
13
Dardjowidjojo,Soenjono Psikolinguistik : Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia 2005, cet. II. H. 291
4
II. Penggunaan Kata pada Bahasa Lisan (tutur) dan Bahasa Tulis
Dalam penggunaan bahasa baik tulis maupun lisan itu tidak sama, hal ini karena dalam
penggunaan bahasa tulis maupun lisan mempunyai kaidah- kaidah sendiri sendiri dalam
penggunaan kata, kosakata dan struktur kalimat. Perhatikan penggunaan bahasa tulis dan lisan
berikut ini :
1. Bahasa Tulis
a. Penggunaan Bentuk Kata
1. Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
2. Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan. Itu.
3. Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dahulu oleh pemimpin akademi.
b. Penggunaan kosakata
1. Saya sudah member tahu mereka tentang hal itu.
2. Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.
3. Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlamatan dana yang diterima.
c. Penggunaan Struktur Kalimat
1. Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
2. Asah Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.
3. Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda, ia makin bingung untuk
menyelesaikan pekerjaan itu. 14
2. Bahasa Lisan
a. Penggunaan Bentuk Kata
1. Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
2. bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan. Itu.
3. Fotokopi ijazah harus dilegalisir dahulu oleh pemimpin akademi.
b. Penggunaan kosakata
1. Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
2. Mereka lagi bikin denah untuk pameran entar.
3. Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlamatan dana yang diterima.
c. Penggunaan Struktur Kalimat
1. Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
2. Dalam Asah Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.
14
Arifin, Zaenal, E dkk .. hlm 21
5
3. Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda,sehingga ia makin bingung untuk
menyelesaikan pekerjaan itu. 15
III. Perbedaan bahasa lisan (tutur) dan bahasa tulis)
Ragam tulis dan ragam lisan merupakan ragam bahasa yang biasa dipakai dalam
komunikasi, namun kedua ragam itu berbeda, perbedaannya adalah sebagai berikut :
1. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada didepan
pembicara, sedangkan ragam tulis tidak menharuskan adanya teman bicara berada di
depan.
2. Didalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, dan objek dinyatakan.
Unsur unsur itu kadang- kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang
digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimic, pandangan, anggukan atau intonasi.
Contoh :
Orang yang berbelanja dipasar
Bu, berapa cabenya ?
Tiga puluh.
Bisa kurang ?
Dua lima saja, nak.
Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap dari pada ragam lisan. Fungsi-fungsi
gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di
depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang diajak bicara
mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan- tulisan dalam buku, majalah,dan
surat kabar.
3. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan
secara lisan di dalam sebuah ruang kelas, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu
saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi susastra belum tentudapat
dimengerti oleh orang yang berada diluar ruang itu. Sebaliknya ragam tulis tidak terikat
oleh situasi, kondisi,ruang dan waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku yang dituis oleh
seorang penulis Indonesia dapat dipaika pahami oleh orang yang berada di Amerika atau
Inggris. Sebuah buku yang ditulis pada tahun 1985 akan dapat dipahami dan dibaca oleh
orang yang hidup tahun 2008 dan seterusnya. Hal itu dimungkinkan oleh kelengkapan
unsur unsur dalam ragam tulis.
6
Contoh ragam lisan lainnya.
Seorang direktur berkata kepada sekretarisnya. kenapa dia, san.
tahu, tuan, miring sekali.
Kalau kita tidak berada dalam suasana itu, jelas kita tidak mengerti apa yang
diperbincangkannya itu.
4. Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan
ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
IV. Ragam Baku dan Tidak Baku
Pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan tidak baku.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan kerangka rujukan norma bahasa dalam
penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh
cirri cirri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam baku itu mempunyai sifat sifat sebagai berikut :
1. Mantap
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa dibubuhi awalan pe-, akan
terbentuk kata perasa. Kata raba dibubuhi pe- akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu,
menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin, bukan
pengrajin. Kalau kita berpegang pada bentuk lepas tangan, lepas pantai, dan lepas landas
merupakan contoh kemantapan kaidah bahasa baku.
2. Dinamis
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk
mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan
tempat took tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang
yang berlangganan itu disebut pelanggan.
3. Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat tempat resmi.
Pewujud ragam baku ini adalah orang orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh
pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal.
Disamping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam
otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang
jelas dalam otak pendengar atau pembaca.
Contoh kalimat yang tidak cendekia sebagai berikut :
7
Rumah sang jutawan yang aneh akan dijual
Frasa rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu rumahnya yang
aneh atau sang jutawan yang aneh. Kalimat itu tidak memberikan informasi yang jelas.
Agar menjadi cendekia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut :
a. Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual.
b. Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.
4. Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses
penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik titik
keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memekai istilah pramugara dan
pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut
steward atau stewardes sampai dengan saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul
dalam masyarakat ialah pramugara atau pramugari.
16
Arifin, Zaenal, E dkk Cermat barbahasah.21-24
8
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di
dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam
ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam
memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
17
Fahd Khalil Zayid: Maharat Kitabah wa Fununuha, Dar shofwah, Oman, 2010
18
Roisah: Ragam Bahasa Indonesia, ditampilkan dalam website roisah.weebly.com
19
Ibnu Jinni: al-Khoshoish, Tahqiq Mohammad Ali an-Najjar, Haiah Ammah lil Kitab, Jilid 1 hlm 33
20
Abdul Chaer: Linguistik Umum, Penerbit Rineka Cipta, hlm 82
9
dan tidak langsung hilang, sehingga bisa dilihat kembali bahkan hingga penulisnya
meninggal dunia, pesan tersebut masih bisa dilihat oleh generasi-generasi yang akan datang,
berbeda dengan bahasa lisan yang pada umumnya hilang setelah pengucapannya, kecuali jika
direkam dan kemudian disimpan. Karena itulah kebanyakan sumber sejarah kita adalah dari
peninggalan tulisan dari nenek moyang dan para pendahulu kita. Dan kini Setelah munculnya
penemuan-penemuan di zaman modern ini kita juga bisa menyimpan pesan berbentuk suara
yang juga bisa menembus ruang dan waktu.
Bahasa tulis sebenarnya merupakan rekaman dari bahasa lisan.21 Namun
kekurangan dari rekaman yang berbentuk tulisan adalah ada bagian-bagian dari bahasa lisan
yang tidak bisa ikut terekam dalam bahasa tulisan, seperti intonasi pembicara, kemudian
penekanan-penekanan pada suku kata, logat, dan lainnya. Namun meski demikian bahasa
tulisan tetap merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia yang memudahkan mereka
dalam berkomunikasi dan bermasyarakat, khususnya dalam masalah pencatatan administratif,
dan penyimpanan dokumen-dokumen penting.
Yang menarik dari bahasa tulisan adalah bahwa pemberi pesan tulisan harus berhati-
hati dalam menulis pesan tertulis, karena pesan tersebut tidak bisa langsung diubah, berbeda
dengan bahasa lisan yang bisa langsung diubah jika terdapat kesalahan dalam pengucapan.
Akhirnya, kesalahan yang terlanjur tersebar bisa menimbulkan kesulitan bagi si pemberi
pesan. Masalah lainnya adalah bahwa bahasa tulis terkadang memiliki arti yang bisa
ditafsirkan berbeda, atau memiliki beberapa makna, yang bisa membuat pembaca salah
paham. Salah satu contoh yang menarik telah disampaikan oleh Abdul Chaer dalam bukunya
Linguistik umum seperti berikut:
Buku sejarah baru
Jika kita baca kalimat tersebut beberapa kali, kita akan menyadari bahwa kalimat
tersebut memiliki dua makna: yang pertama, bahwa buku sejarahnya baru, dan itu adalah
ketika kita menyambung kata buku dengan kata sejarah, sehingga menjadi:
Buku-sejarah baru
Namun kita bisa mengambil makna yang berbeda jika kita menyambungkan kata
sejarah dengan kata baru, sehingga yang baru bukanlah bukunya, namun sejarahnya, bila
ditulis menjadi seperti berikut:
Buku sejarah-baru
21
Ibid Hlm 83
10
Demikianlah kalimat yang sama ternyata bisa memiliki makna yang berbeda jika
tidak ditulis dengan kelengkapan keterangan, sehingga bahasa penulisan memang kadang
kala disalah artikan oleh orang-orang tertentu dikarenakan ada bagian-bagian dari pesan
penulis yang tidak bisa direkam dengan baik oleh tulisan, seperti penyambungan kata yang
telah kita contohkan di atas. Selain itu contoh lainnya adalah kalimat berikut ini:
Istri dosen yang baru itu cantik
Kalimat tersebut memiliki dua arti, bisa jadi dosen tersebut memang baru saja
menikah lagi, sehingga dia memiliki istri baru yang cantik, atau bisa jadi dosen tersebut
adalah dosen baru, yang akhirnya orang-orang baru mengetahui bahwa istrinya cantik. Cara
mengatasi masalah seperti ini adalah dengan menata kembali cara penulisan sehingga bisa
disesuaikan dengan maksud yang diinginkan.
II. Sejarah Bahasa Tulis
Ada beragam versi asal mula tulisan, masing-masing kelompok masyarakat berbeda
dengan yang lainnya dalam hal ini. Orang eropa memiliki literatur bahwa tulisan pertama kali
ditemukan oleh seorang pangerang Phunisia yang kemudian dibawa ke yunani22, sedangkan
masyarakat di bagian yang lain dari belahan bumi ini, tepatnya di China percaya bahwa
tulisan pertama kali dibawa oleh naga Tuhan bermata empat bernama Tsang Chien. Dari
bangsa Babilonia kita mendapatkan cerita pula bahwa tulisan pertama kali diperkenalkan oleh
Tuhan mereka, yaitu Nebo. Sedangkan Mesir salah satu negeri pemilik kebudayaan tertua di
dunia memiliki literatur bahwa mereka pertama kali mengenal tulisan dari tuhan mereka,
Tut23. Lain lagi Rabi Akiba, sarjana bangsa Talmud percaya bahwa tulisan sudah ada bahkan
sebelum manusia tercipta. Sedangkan literatur islam mengajarkan bahwa tulisan pertama kali
diajarkan oleh Allah kepada Nabi Idris AS, lalu kemudian beliaulah yang mengajarkannya
kepada umat manusia.24
Dewasa ini para ahli meyakini bahwa bahasa tulisan pertama kali muncul di gua-gua,
beberapa bukti fisik ditemukan di gua di Spanyol. Di tembok-tembok gua tersebut kita bisa
mendapati simbol-simbol yang ditinggalkan oleh manusia-manusia purba, simbol-simbol
tersebut sekarang dinamakan piktogram. Piktogram ini dianggap sebagai bahasa tulis yang
kala itu memang digunakan oleh manusia pada zaman dahulu kala.
22
Ibid Hlm 85
23
http://www.bibliotecapleyades.net/thot/esp_thot_9.htm
24
http://www.albayan.ae/supplements/ramadan/prophet/2014-07-18-1.2166194
11
Piktogram atau yang dalam bahasa inggris disebut Pictogram atau ideogram25,
merupakan logo-logo yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. hingga kini
manusia modern masih menggunakan logo-logo tersebut untuk berbagai keperluan, seperti
logo-logo dalam lalu lintas, atau pun untuk menunjukkan tempat seperti toilet, masjid, dan
lain-lain. Seorang penulis di bidang sejarah bahasa tulis juga menjelaskan bahwa bahasa tulis
pertama muncul ketika manusia terdesak dengan kebutuhan akan tulisan. Ada saat-saat di
mana pesan tulisan adalah satu-satunya cara untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau
saat-saat di mana masyarakat terdesak untuk melakukan pendokumentasian, maka saat itu
munculnya bahasa tulis, salah satu literatur mengatakan bahwa bahasa tulis pertama muncul
di Iraq, Mesopotamia. Sejarawan memang cenderung kepada pendapat bahwa peradaban
manusia yang paling tua ada di Mesopotamia, daerah yang kini meliputi, Iraq, Yordania,
Syiria, dan Libanon. Dan yang kedua barulah peradaban Mesir kuno.
25
En.Wikipedia.com
26
http://imstuff-it.blogspot.co.id/2014/10/ragam-bahasa.html
12
3. Tidak terikat ruang dan waktu.
4. Ini adalah salah satu ciri yang menarik, karena dengan ciri inilah, kita bisa
mempelajari lagi pengetahuan dan ilmu para ilmuwan yang telah meninggal puluhan
bahkan ratusan tahun yang lalu. Tulisan mereka membuat pengetahuan dan dan
informasi yang mereka tulis tersebut bisa kita nikmati hingga saat ini.
5. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Berbeda dengan bahasa lisan, bahasa tulisan memiliki tanda baca-tanda baca dan
ejaan yang bermacam-macam, tanda baca atau ejaan itu berfungsi untuk memudahkan
pembaca dalam memahmi nada penulis, emosi, konteks dan ekspresi yang perlu
disampaikan, seperti tanda seru untuk ekspresi kaget dalam kalimat, ataupun tanda
tanya yang memberikan ekspresi rasa ingin tahu.
27
Fahd Khalil Zayid: Mustawa Kitabi Maharat Kitabah wa Fununuha, Dar Shofwah Hlm 38
13
permisalan, dan hiperbola, dan tidak terlalu banyak menggunakan kosa kata yang bersifat
formal dan kaku.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Bahasa lisan dan Bahasa tulis memiliki kelebihan masing-masing, dan setiap orang
harus mampu menggunakan kedua ragam Bahasa tersebut untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Bila seseorang ingin menyampaikan idenya kepada orang banyak dan dalam
waktu yang lama, maka ia bisa menggunakan Bahasa tulis, agar bisa tersimpan dan
disebarkan dengan mudah. Dan bila seseorang ingin menyampaikan hal-hal yang bersifat
cepat dan pribadi, maka sebaiknya ia menggunakan Bahasa lisan. Dan kedua ragam Bahasa
tersebut akan senantiasa mewarnai peradaban manusia di masa lalu, masa kini, dan masa
yang akan datang.
Selain itu terdapat beberapa karakteristik dari ragam bahasa tulis dan bahasa lisan.
Karakteristik bahasa lisan antara lain:
Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada didepan
pembicara.
Didalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, dan objek
dinyatakan. Unsur unsur itu kadang- kadang dapat ditinggalkan.
Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu.
Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara.
14
Referensi
15