Anda di halaman 1dari 15

Karakteristik Ragam Bahasa Tutur

dan Bahasa Tulis


Ditulis sebagai bagian dari tugas

di Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan Pendidikan Bahasa Arab

UIN Jakarta

Dosen:

Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA

Penyusun:

Mohammad Nurdin (21150120000008)

Mohammad Izdiyan Muttaqin (21150120000001)

Jakarta

2015

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. TENTANG RAGAM BAHASA LISAN DAN TULISAN


Ragam Bahasa lisan dan tulisan yang dibahas dalam makalah ini adalah tentang
variasi dan macam-macam jenis dari bahasa lisan dan tulisan. Secara umum Bahasa memang
terbagi menjadi dua jenis, Bahasa lisan dan Bahasa tulisan. Dan makalah ini akan membahas
ragam bahasa dari kedua jenis bahasa tersebut, lisan dan tulisan.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bahasa adalah sarana atau perantara untuk
saling memahami antara sesama manusia1, maka pengetahuan tentang ragam bahasa lisan dan
tulisan merupakan pengetahuan penting, agar kita mampu menggunakan alat komunikasi ini
dengan maksimal, dengan menggunakan setiap ragam bahasa di tempatnya yang sesuai.
Karena sebagaimana kita ketahui bersama bahwa terdapat banyak perbedaan antara
bahasa tulisan dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan tulisan adalah dua perwujudan yang
berbeda dari bahasa, setiap perwujudan tersebut memiliki nilai makna yang unik, yang
mampu diterima oleh manusia melalui panca inderanya.2
Sebagian ahli menyebutkan, penggunaan bahasa tulisan baru mulai marak setelah
masa kebangkitan eropa, bersamaan dengan semakin dalamnya perbedaan bahasa lisan dan
bahasa tulisan dalam bahasa latin.3 Ditambah dengan ditemukannya mesin cetak oleh
Henchen zu Gutenberg atau yang lebih dikenal sebagai Johnny of Gutenberg.4

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam artikel ini kami akan membahas tentang:
1. Pengertian Ragam Bahasa Tulis dan Bahasa Lisan
2. Ragam Bahasa Tulis
3. Ragam Bahasa Lisan

1
Abdalla Shobak Muhammad: Talim al-Lughah al-Arabiyah li natiqin bighoiriha bi toriqoh allati iktasabuha
min lughotihim al-Um, Arabiyat Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, Vol. 1, No. 1, Juni 2014
2
Dede Najib: al-Lughah baina Kitabah wal Kalam. Ditampilkan pada website niefrar.org, 14 Desember 2014
3
Farouq al-Qadi: Afaq Tamarrud; Qiroah Naqdiyah fi Tarikh Aurobbi wal Arobi wal Islami, Beirut, AIRP
2004, Hlm. 56
4
Diana Childress: Johannes Gutenberg and the Printing Press, Pivotal Moments in History, Twenty-First
Century books, 2007 Hal. 128

2
BAB II
PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK RAGAM BAHASA TULIS DAN BAHASA LISAN

A. BAHASA LISAN (TUTUR)

I. Pengertian Bahasa Lisan

Bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem
sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal.
Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau
tekanan, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. 5.
Sudah tentu, bahwa bahasa yang diucapkan dengan lisan berbeda dengan bahasa yang
dituliskan dengan tulisan. Bahasanya mungkin sama, namun ukuran, bentuk dan susunan
katanya seringkali berbeda. Hal ini tentu saja lumrah dan tidak mengejutkan kita. Sebagaimana
mana nada yang sama bisa menghasilkan genre musik berbeda seperti pop, rock, dan orkestra,
demikian pula halnya dengan bahasa. Dan hal yang membuat kedua bentuk ini berbeda terletak
pada waktu ketika dibuatnya kedua bentuk bahasa tersebut.6
Ketika suatu pesan diproduksi oleh seseorang, terjadilah proses pengkondisian, dan
proses penafsiran. Biasanya bahasa yang keluar akan berbeda meskipun dari orang yang sama,
antara bahasa tulisannya dengan bahasa lisan. Terkadang bahasa lisan lebih mudah dipahami
oleh pendengar dan terkadang tidak. Dan faktor terbesar yang mempengaruhi perbedaan
tersebut adalah penekanan dalam hal waktu. Bahasa lisan memiliki waktu yang sangat terbatas
bagi pengguna bahasa7 untuk memilih kata dan struktur yang cocok untuk situasi dan kondisi
yang ada, bagaimana mengungkapkannya, ataupun untuk mengecek apakah poin yang dia
inginkan sudah tersampaikan dengan baik.
Bahasa lisan dan tulisan berbeda dalam hal kerapihan dan kepadatannya. Bahasa tulisan
lebih rapih dan padat, sedangkan bahasa lisan lebih tidak rapih dan berpencar-pencar.8 Bahasa
tulisan cenderung lebih tidak teratur, terputus-putus, dan sederhana.9

5
http://intl.feedfury.com/content/15241462-ragam-bahasa.html
6
Marin Bygate: Speaking, OUP Oxford, 1987, hlm 14
7
Loc.cit
8
Michael Alexander Kirkwood Halliday: Spoken and written language, Oxford University Press 1989 hlm 62
9
Ibid. Hlm 87

3
Perbedaan dari segi waktu ini akhirnya mendorong pengguna bahasa lisan untuk
melakukan beberapa hal yang berbeda dari yang dilakukan oleh pengguna bahasa tulis. Mereka
akhirnya sering melakukan perbaikan-perbaikan kata secara langsung, ditambah lagi karena
pemahaman yang lebih baik tentang keadaan dan situasi pendengar, dia pun sering
menggunakan elipsis, atau pelesapan atau pemenggalan kata. Dan karena tekanan waktu pula,
biasanya seorang pengguna bahasa lisan akan menggunakan beberapa cara untuk
memanfaatkan waktu yang ada untuk memproduksi bahasa lisannya, di antaranya dengan
menggunakan jeda antara kalimat seefisien mungkin.10
Dua orang individu dapat saling mengerti satu sama lain, jika kaidah yang dimiliki oleh
masing masing orang itu memiliki kesamaan satu sama lain.11. Tidak dapat dipungkiri, bahwa
semua bahasa mempunyai ragam tulis dan ragam lisan, Ada pendapat yang mengatakan bahwa
ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan kedalam ragam tulis (huruf). Pendapat ini tidak
dapat dibenarkan seratus persen sebab tidak semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya,
tidak semua ragam tulis dapat dilisankan. Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu
berlaku bagi ragam tulis. 12
Berbeda dengan bahasa lisan, dalam bahasa tulisan anusia dapat menuangkan apa yang
ada dalam pikirannya pada secarik kertas dan kemudian disimpan untuk sehari, sebulan,
setahun, atau bahkan lebih dari itu. Bahan dalam bentuk tulisan ini dimengerti oleh siapapun
yang membacanya selama mereka memakai bahasa yang sama. Meskipun untuk tujuan yang
berbeda, apa yang dikatakan oleh Carnie (2002: 3) berikut : .. Tidak ada makhluk lain didunia
ini yang dapat berkomunikasi dengan symbol- symbol seperti ini ! namun, berbeda dengan
kemampuan berujar, kemampuan membaca bukanlah sesuatu yang kodrati. Orang tidak harus
dapat membaca untuk mempertahankan hidupnya.13
Di luar kedua cara komunikasi linguistik ini, yaitu lisan dan tulisan, boleh dikatan tidak
ada cara lain untuk berkomunikasi, mengingat, terutama dalam pembahasan dasar seperti ini,
kita harus mengesampingkan sistem sistem yang khusus dan terbatas seperti komunikasi
dengan isyarat yang dipakai para tuna rungu dan tuna wicara, dan sistem sistem sekunder
lainnya.

10
Marin Bygate: Speaking, OUP Oxford, 1987, hlm 14
11
Tarigan, Henry Guntur: Psikolinguistik, Bandung, Aksara hlm 30
12
Arifin, Zaenal, E dkk: Cermat barbahasa Indonesiauntuk perguruan tinggi, Jakarta : AKAPRES edisi revisi.
hlm 18
13
Dardjowidjojo,Soenjono Psikolinguistik : Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia 2005, cet. II. H. 291

4
II. Penggunaan Kata pada Bahasa Lisan (tutur) dan Bahasa Tulis
Dalam penggunaan bahasa baik tulis maupun lisan itu tidak sama, hal ini karena dalam
penggunaan bahasa tulis maupun lisan mempunyai kaidah- kaidah sendiri sendiri dalam
penggunaan kata, kosakata dan struktur kalimat. Perhatikan penggunaan bahasa tulis dan lisan
berikut ini :
1. Bahasa Tulis
a. Penggunaan Bentuk Kata
1. Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
2. Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan. Itu.
3. Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dahulu oleh pemimpin akademi.
b. Penggunaan kosakata
1. Saya sudah member tahu mereka tentang hal itu.
2. Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.
3. Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlamatan dana yang diterima.
c. Penggunaan Struktur Kalimat
1. Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
2. Asah Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.
3. Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda, ia makin bingung untuk
menyelesaikan pekerjaan itu. 14
2. Bahasa Lisan
a. Penggunaan Bentuk Kata
1. Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
2. bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan. Itu.
3. Fotokopi ijazah harus dilegalisir dahulu oleh pemimpin akademi.
b. Penggunaan kosakata
1. Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
2. Mereka lagi bikin denah untuk pameran entar.
3. Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlamatan dana yang diterima.
c. Penggunaan Struktur Kalimat
1. Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
2. Dalam Asah Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.

14
Arifin, Zaenal, E dkk .. hlm 21

5
3. Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda,sehingga ia makin bingung untuk
menyelesaikan pekerjaan itu. 15
III. Perbedaan bahasa lisan (tutur) dan bahasa tulis)

Ragam tulis dan ragam lisan merupakan ragam bahasa yang biasa dipakai dalam
komunikasi, namun kedua ragam itu berbeda, perbedaannya adalah sebagai berikut :
1. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada didepan
pembicara, sedangkan ragam tulis tidak menharuskan adanya teman bicara berada di
depan.
2. Didalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, dan objek dinyatakan.
Unsur unsur itu kadang- kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang
digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimic, pandangan, anggukan atau intonasi.
Contoh :
Orang yang berbelanja dipasar
Bu, berapa cabenya ?
Tiga puluh.
Bisa kurang ?
Dua lima saja, nak.
Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap dari pada ragam lisan. Fungsi-fungsi
gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di
depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang diajak bicara
mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan- tulisan dalam buku, majalah,dan
surat kabar.
3. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan
secara lisan di dalam sebuah ruang kelas, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu
saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi susastra belum tentudapat
dimengerti oleh orang yang berada diluar ruang itu. Sebaliknya ragam tulis tidak terikat
oleh situasi, kondisi,ruang dan waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku yang dituis oleh
seorang penulis Indonesia dapat dipaika pahami oleh orang yang berada di Amerika atau
Inggris. Sebuah buku yang ditulis pada tahun 1985 akan dapat dipahami dan dibaca oleh
orang yang hidup tahun 2008 dan seterusnya. Hal itu dimungkinkan oleh kelengkapan
unsur unsur dalam ragam tulis.

15 Arifin, Zaenal, E dkk Cermat barbahasa h.20

6
Contoh ragam lisan lainnya.
Seorang direktur berkata kepada sekretarisnya. kenapa dia, san.
tahu, tuan, miring sekali.
Kalau kita tidak berada dalam suasana itu, jelas kita tidak mengerti apa yang
diperbincangkannya itu.
4. Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan
ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
IV. Ragam Baku dan Tidak Baku
Pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan tidak baku.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan kerangka rujukan norma bahasa dalam
penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh
cirri cirri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam baku itu mempunyai sifat sifat sebagai berikut :
1. Mantap
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa dibubuhi awalan pe-, akan
terbentuk kata perasa. Kata raba dibubuhi pe- akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu,
menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin, bukan
pengrajin. Kalau kita berpegang pada bentuk lepas tangan, lepas pantai, dan lepas landas
merupakan contoh kemantapan kaidah bahasa baku.
2. Dinamis
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk
mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan
tempat took tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang
yang berlangganan itu disebut pelanggan.
3. Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat tempat resmi.
Pewujud ragam baku ini adalah orang orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh
pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal.

Disamping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam
otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang
jelas dalam otak pendengar atau pembaca.
Contoh kalimat yang tidak cendekia sebagai berikut :

7
Rumah sang jutawan yang aneh akan dijual
Frasa rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu rumahnya yang
aneh atau sang jutawan yang aneh. Kalimat itu tidak memberikan informasi yang jelas.
Agar menjadi cendekia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut :
a. Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual.
b. Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.

4. Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses
penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik titik
keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memekai istilah pramugara dan
pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut
steward atau stewardes sampai dengan saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul
dalam masyarakat ialah pramugara atau pramugari.

V. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan


Dalam kehidupan berbahasa, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam tulisan, ragam
baku dan tidak baku. Oleh sebab itu, muncul ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam
baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku buku pelajaran atau buku
buku ilmiah lainnya.
Bagaimana dengan masalah ragam baku lisan ? ukuran dan nilai ragam baku lisan
bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang
dapat dikatan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol
pengaruh logat atau dialek daerahnya. 16
Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa
baku lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya
tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat
yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis
diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur
bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur
kalimat.

16
Arifin, Zaenal, E dkk Cermat barbahasah.21-24

8
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di
dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam
ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam
memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.

B. RAGAM BAHASA TULIS


I. Pengertian dan Ulasan Tentang Ragam Bahasa Tulis
Bahasa tulis, dalam bahasa arab Lughatu al-Kitabah, berasal dari kata kitab. Yang
memiliki arti kesepakatan, dan juga memiliki arti pengetahuan. Secara istilah, tulisan atau
kitabah didefinisikan sebagai suatu produk yang bersifat halus, yang ditampilkan dalam
wujud yang tampak, untuk menyampaikan maksud melalui sebuah sistem.17
Bahasa tulis dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan
kata lain penggunaan ragam bahasa tulis, menuntut adanya kelengkapan unsur kata seperti
bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan
dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.18
Dalam bahasan-bahasan sebelumnya, telah kita ketahui bersama bahwa pada intinya
bahasa adalah suara, maka bentuk asli dan utama adalah bentuk suara, seperti yang dikatakan
Ibnu Jinni, bahwa bahasa adalah suara yang digunakan setiap kelompok masyarakat untuk
mengungkapkan maksud mereka19. Namun walau demikian bahasa tulis tetap merupakan
bagian dari pembahasan linguistik, tetapi tetap saja pembahasan primernya adalah bahasa
lisan, dan bahasa tulis menjadi pembahasan sekunder20. Karena memang bahasa tulis muncul
setelah bahasa lisan, bahkan hingga saat ini masih ada bahasa-bahasa yang hanya berbentuk
lisan dan belum ada bentuk tulisannya.
Meskipun pembahasannya adalah pembahasan sekunder, namun bahasa tulis memiliki
peran yang sangat penting di zaman moderen ini, dan membantu masyarakat untuk
melakukan aktifitas sehari-hari mereka. Kelebihan dari bahasa tulisan, bahwa bahasa tulisan
setelah penulisannya, bisa menembus ruang dan waktu, karena bisa disimpan dengan mudah,

17
Fahd Khalil Zayid: Maharat Kitabah wa Fununuha, Dar shofwah, Oman, 2010
18
Roisah: Ragam Bahasa Indonesia, ditampilkan dalam website roisah.weebly.com
19
Ibnu Jinni: al-Khoshoish, Tahqiq Mohammad Ali an-Najjar, Haiah Ammah lil Kitab, Jilid 1 hlm 33
20
Abdul Chaer: Linguistik Umum, Penerbit Rineka Cipta, hlm 82

9
dan tidak langsung hilang, sehingga bisa dilihat kembali bahkan hingga penulisnya
meninggal dunia, pesan tersebut masih bisa dilihat oleh generasi-generasi yang akan datang,
berbeda dengan bahasa lisan yang pada umumnya hilang setelah pengucapannya, kecuali jika
direkam dan kemudian disimpan. Karena itulah kebanyakan sumber sejarah kita adalah dari
peninggalan tulisan dari nenek moyang dan para pendahulu kita. Dan kini Setelah munculnya
penemuan-penemuan di zaman modern ini kita juga bisa menyimpan pesan berbentuk suara
yang juga bisa menembus ruang dan waktu.
Bahasa tulis sebenarnya merupakan rekaman dari bahasa lisan.21 Namun
kekurangan dari rekaman yang berbentuk tulisan adalah ada bagian-bagian dari bahasa lisan
yang tidak bisa ikut terekam dalam bahasa tulisan, seperti intonasi pembicara, kemudian
penekanan-penekanan pada suku kata, logat, dan lainnya. Namun meski demikian bahasa
tulisan tetap merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia yang memudahkan mereka
dalam berkomunikasi dan bermasyarakat, khususnya dalam masalah pencatatan administratif,
dan penyimpanan dokumen-dokumen penting.
Yang menarik dari bahasa tulisan adalah bahwa pemberi pesan tulisan harus berhati-
hati dalam menulis pesan tertulis, karena pesan tersebut tidak bisa langsung diubah, berbeda
dengan bahasa lisan yang bisa langsung diubah jika terdapat kesalahan dalam pengucapan.
Akhirnya, kesalahan yang terlanjur tersebar bisa menimbulkan kesulitan bagi si pemberi
pesan. Masalah lainnya adalah bahwa bahasa tulis terkadang memiliki arti yang bisa
ditafsirkan berbeda, atau memiliki beberapa makna, yang bisa membuat pembaca salah
paham. Salah satu contoh yang menarik telah disampaikan oleh Abdul Chaer dalam bukunya
Linguistik umum seperti berikut:
Buku sejarah baru
Jika kita baca kalimat tersebut beberapa kali, kita akan menyadari bahwa kalimat
tersebut memiliki dua makna: yang pertama, bahwa buku sejarahnya baru, dan itu adalah
ketika kita menyambung kata buku dengan kata sejarah, sehingga menjadi:
Buku-sejarah baru
Namun kita bisa mengambil makna yang berbeda jika kita menyambungkan kata
sejarah dengan kata baru, sehingga yang baru bukanlah bukunya, namun sejarahnya, bila
ditulis menjadi seperti berikut:
Buku sejarah-baru

21
Ibid Hlm 83

10
Demikianlah kalimat yang sama ternyata bisa memiliki makna yang berbeda jika
tidak ditulis dengan kelengkapan keterangan, sehingga bahasa penulisan memang kadang
kala disalah artikan oleh orang-orang tertentu dikarenakan ada bagian-bagian dari pesan
penulis yang tidak bisa direkam dengan baik oleh tulisan, seperti penyambungan kata yang
telah kita contohkan di atas. Selain itu contoh lainnya adalah kalimat berikut ini:
Istri dosen yang baru itu cantik
Kalimat tersebut memiliki dua arti, bisa jadi dosen tersebut memang baru saja
menikah lagi, sehingga dia memiliki istri baru yang cantik, atau bisa jadi dosen tersebut
adalah dosen baru, yang akhirnya orang-orang baru mengetahui bahwa istrinya cantik. Cara
mengatasi masalah seperti ini adalah dengan menata kembali cara penulisan sehingga bisa
disesuaikan dengan maksud yang diinginkan.
II. Sejarah Bahasa Tulis
Ada beragam versi asal mula tulisan, masing-masing kelompok masyarakat berbeda
dengan yang lainnya dalam hal ini. Orang eropa memiliki literatur bahwa tulisan pertama kali
ditemukan oleh seorang pangerang Phunisia yang kemudian dibawa ke yunani22, sedangkan
masyarakat di bagian yang lain dari belahan bumi ini, tepatnya di China percaya bahwa
tulisan pertama kali dibawa oleh naga Tuhan bermata empat bernama Tsang Chien. Dari
bangsa Babilonia kita mendapatkan cerita pula bahwa tulisan pertama kali diperkenalkan oleh
Tuhan mereka, yaitu Nebo. Sedangkan Mesir salah satu negeri pemilik kebudayaan tertua di
dunia memiliki literatur bahwa mereka pertama kali mengenal tulisan dari tuhan mereka,
Tut23. Lain lagi Rabi Akiba, sarjana bangsa Talmud percaya bahwa tulisan sudah ada bahkan
sebelum manusia tercipta. Sedangkan literatur islam mengajarkan bahwa tulisan pertama kali
diajarkan oleh Allah kepada Nabi Idris AS, lalu kemudian beliaulah yang mengajarkannya
kepada umat manusia.24
Dewasa ini para ahli meyakini bahwa bahasa tulisan pertama kali muncul di gua-gua,
beberapa bukti fisik ditemukan di gua di Spanyol. Di tembok-tembok gua tersebut kita bisa
mendapati simbol-simbol yang ditinggalkan oleh manusia-manusia purba, simbol-simbol
tersebut sekarang dinamakan piktogram. Piktogram ini dianggap sebagai bahasa tulis yang
kala itu memang digunakan oleh manusia pada zaman dahulu kala.

22
Ibid Hlm 85
23
http://www.bibliotecapleyades.net/thot/esp_thot_9.htm
24
http://www.albayan.ae/supplements/ramadan/prophet/2014-07-18-1.2166194

11
Piktogram atau yang dalam bahasa inggris disebut Pictogram atau ideogram25,
merupakan logo-logo yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. hingga kini
manusia modern masih menggunakan logo-logo tersebut untuk berbagai keperluan, seperti
logo-logo dalam lalu lintas, atau pun untuk menunjukkan tempat seperti toilet, masjid, dan
lain-lain. Seorang penulis di bidang sejarah bahasa tulis juga menjelaskan bahwa bahasa tulis
pertama muncul ketika manusia terdesak dengan kebutuhan akan tulisan. Ada saat-saat di
mana pesan tulisan adalah satu-satunya cara untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau
saat-saat di mana masyarakat terdesak untuk melakukan pendokumentasian, maka saat itu
munculnya bahasa tulis, salah satu literatur mengatakan bahwa bahasa tulis pertama muncul
di Iraq, Mesopotamia. Sejarawan memang cenderung kepada pendapat bahwa peradaban
manusia yang paling tua ada di Mesopotamia, daerah yang kini meliputi, Iraq, Yordania,
Syiria, dan Libanon. Dan yang kedua barulah peradaban Mesir kuno.

III. Karakteristik Ragam Bahasa Tulis


Ragam bahasa tulis memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik-karakteristik ini
membuatnya berbeda bila dibandingkan dengan ragam bahasa tutur. Di antaranya26:
1. Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
Ini adalah salah satu ciri dari bahasa tulis, karena bahasa tulis bersifat seperti
rekaman, yang bila ditulis di kertas maka bisa dipahami oleh setiap orang yang
membacanya, maka tanpa penulisnya hadir pun, orang sudah bisa menerima pesan
yang dimaksud.
2. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
Walaupun tidak semua komunikasi dalam tulisan menggunakan gramatikal yang
lengkap, namun secara umum bahasa tulisan memang cenderung lebih formal
daripada bahasa lisan. Hal ini tentu saja bertujuan untuk menghindari kesalah
pahaman antara penulis dengan pembaca. Karena kesalahan dalam bahasa tutur bisa
langsung diperbaiki, sedangkan kesalahan dalam bahasa tulis membutuhkan proses
yang lebih lama untuk memperbaikinya.

25
En.Wikipedia.com
26
http://imstuff-it.blogspot.co.id/2014/10/ragam-bahasa.html

12
3. Tidak terikat ruang dan waktu.
4. Ini adalah salah satu ciri yang menarik, karena dengan ciri inilah, kita bisa
mempelajari lagi pengetahuan dan ilmu para ilmuwan yang telah meninggal puluhan
bahkan ratusan tahun yang lalu. Tulisan mereka membuat pengetahuan dan dan
informasi yang mereka tulis tersebut bisa kita nikmati hingga saat ini.
5. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Berbeda dengan bahasa lisan, bahasa tulisan memiliki tanda baca-tanda baca dan
ejaan yang bermacam-macam, tanda baca atau ejaan itu berfungsi untuk memudahkan
pembaca dalam memahmi nada penulis, emosi, konteks dan ekspresi yang perlu
disampaikan, seperti tanda seru untuk ekspresi kaget dalam kalimat, ataupun tanda
tanya yang memberikan ekspresi rasa ingin tahu.

IV. Klasifikasi Bahasa Tulis


Ada beberapa klasifikasi dari bahasa tulis, yang dibuat oleh para penulis di bidang ini,
di antara beberapa klasifikasi tersebut antara lain, klasifikasi berdasarkan maksudnya, seperti
yang diutarakan oleh Fahd Khalil Zayid:
Pembagian Ragam Bahasa Tulis Berdasarkan Maksudnya
Dalam literatur dunia islam, para ahli bahasa banyak membagi klasifikasi ragam
bahasa tulis ke dalam dua jenis, dari segi maksudnya, antara lain27:
Bahasa Tulis Fungsional
Bahasa tulis jenis ini lebih bersifat formal dan baku. Bahasa tulis jenis ini digunakan
oleh kalangan akademis, pejabat, pegawai dan pemerintahan. Juga digunakan sebagai sarana
komunikasi antar negara atau pun antar kelompok masyarakat. Bahasa ini memiliki bentuk
yang beragam mulai dari surat, pengumuman, undangan, pemberitahuan, peraturan-peraturan,
dekrit, catatan-catatan, dan lain sebagainya.
Bahasa Tulis Kreatif
Bahasa tulis jenis ini digunakan untuk mengungkapkan perasaan dari sang penulis.
Tulisan jenis ini biasanya penuh dengan nuansa hati yang bergejolak mulai dari rasa cinta,
marah, benci, rindu, dan sebagainya. Tulisan jenis ini dibuat untuk membuat pembaca ikut
merasakan apa yang sedang dirasakan oleh sang penulis, dan dimaksudkan untuk membawa
pembaca masuk ke dalam alam pikiran penulis. Tulisan jenis ini penuh dengan sajak,

27
Fahd Khalil Zayid: Mustawa Kitabi Maharat Kitabah wa Fununuha, Dar Shofwah Hlm 38

13
permisalan, dan hiperbola, dan tidak terlalu banyak menggunakan kosa kata yang bersifat
formal dan kaku.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Bahasa lisan dan Bahasa tulis memiliki kelebihan masing-masing, dan setiap orang
harus mampu menggunakan kedua ragam Bahasa tersebut untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Bila seseorang ingin menyampaikan idenya kepada orang banyak dan dalam
waktu yang lama, maka ia bisa menggunakan Bahasa tulis, agar bisa tersimpan dan
disebarkan dengan mudah. Dan bila seseorang ingin menyampaikan hal-hal yang bersifat
cepat dan pribadi, maka sebaiknya ia menggunakan Bahasa lisan. Dan kedua ragam Bahasa
tersebut akan senantiasa mewarnai peradaban manusia di masa lalu, masa kini, dan masa
yang akan datang.
Selain itu terdapat beberapa karakteristik dari ragam bahasa tulis dan bahasa lisan.
Karakteristik bahasa lisan antara lain:
Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada didepan
pembicara.
Didalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, dan objek
dinyatakan. Unsur unsur itu kadang- kadang dapat ditinggalkan.
Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu.
Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara.

Sedangkan karakteristik ragam bahasa tulis antara lain:


Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
Tidak terikat ruang dan waktu.
Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

14
Referensi

1. Abdalla Shobak Muhammad: Talim al-Lughah al-Arabiyah li natiqin bighoiriha bi


toriqoh allati iktasabuha min lughotihim al-Um, Arabiyat Jurnal Pendidikan Bahasa
Arab dan Kebahasaaraban, Vol. 1, No. 1, Juni 2014
2. Abdul Chaer: Linguistik Umum, Penerbit Rineka Cipta
3. Abu al-Fath Usman Ibnu Jinni: al-Khoshoish, PDF diunduh dari www.kutubpdf.net
4. Arifin, Zaenal, E dkk: Cermat barbahasa Indonesia untuk perguruan tinggi, Jakarta
: AKAPRES edisi revisi
5. Dardjowidjojo,Soenjono: Psikolinguistik : Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia 2005
6. Dede Najib: al-Lughah baina Kitabah wal Kalam. Ditampilkan pada website
niefrar.org, 14 Desember 2014
7. Diana Childress: Johannes Gutenberg and the Printing Press, Pivotal Moments in
History, Twenty-First Century books, 2007
8. Farouq al-Qadi: Afaq Tamarrud; Qiroah Naqdiyah fi Tarikh Aurobbi wal Arobi wal
Islami, Beirut, AIRP 2004
9. Fahd Khalil Zayid: Mustawa Kitabi Maharat Kitabah wa Fununuha Dar Shofwah,
Oman 2010
10. Kamil Abdu Salam Tharawinah: Maharat Fanniyah fi Kitabah, wal Qiroah, wal
Muhadatsah, Dar Usamah
11. Marin Bygate: Speaking, OUP Oxford, 1987
12. Michael Alexander Kirkwood Halliday: Spoken and written language, Oxford
University Press 1989
13. Tarigan, Henry Guntur Psikolinguistik, bandung : aksara
14. Roisah: Ragam Bahasa Indonesia, ditampilkan dalam website roisah.weebly.com
15. http://www.bibliotecapleyades.net/thot/esp_thot_9.htm
16. http://www.albayan.ae/supplements/ramadan/prophet/2014-07-18-1.2166194
17. En.Wikipedia.com
18. http://imstuff-it.blogspot.co.id/2014/10/ragam-bahasa.html

15

Anda mungkin juga menyukai