Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KAIDAH DASAR BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh: Kelompok 3

Muh Afdol Isnan 200701501078


Muh Yasin Ahmad 200701502116
Muh Hilal Fauzan 200701501086
Muh Setiawan Sahib 200701500024
Intan Sarina 200701500064
El-Shaddai Nugraha 200701501126
Magfira Diah Lestari 200701502092

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS PSIKOLOGI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan bahasa yang utama ialah sebagai penyampaian


maksud dan pengungkapan perasaan seseorang kepada orang
lain. Ditinjau dari sudut ini, maka dapat dikatakan bahwa
benarlah sudah bahasa seseorang bila dia sudah mampu
mengemban amanat tersebut. Namun mengingat bahwa situasi
kebahasaan itu bermacam-macam, maka tidak selamanya bahasa
yang benar itu baik, atau sebaliknya bahasa yang baik itu
benar.

Dalam bahasa indonesia dikenal pula kata – kata tertentu


yang mengandung pengertian jamak atau banyak. Kata – kata
tersebut misalnya : rombongan, ikatan, gabungan, daftar,
persatuan, perserikatan, para, dan kaum . Oleh karena itu,
apabila sudah ada salah satu kata penunjuk jamak tersebut,
kata benda dibelakangnya atau yang mengikutinya tidak boleh
diulang.

Bahasa indonesia sebagai bahasa yang hidup mempunyai


variasi – variasi yang masing masing mempunyai fungsi sendiri
dalam proses komunikasi. Variasi tersebut dinamakan bahasa
standar atau baku.Variasi – variasi lain yang disebut bahasa
nonstandar atau tidak baku tetap hidup dan berkembang sesuai
dengan fungsinya yaitu dalam pemakaian bahasa yang tidak
resmi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kaidah kaidah yang terdapat pada bahasa


indonesia
2. Bagaimana bahasa indonesia standar dan baku

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa apa saja kaidah kaidah yang


terdapat pada bahasa indonesia
2. Untuk mengetahui bahasa indonesia standar dan baku
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kaidah Dasar Ejaan Dalam Bahasa Indonesia

Peran Ejaan sangat penting karena merupan representasi dari


bahasa yang di tuangkan dalam bentuk fisual sehingga dapat di
mengerti semua orang. Karena fungsinya tersebut, maka dalam
ejaan bahasa Indonesia terdapat kaidah kaidah tertentu yang
mencakup aturan penulisan huruf, penulisan kata, dan
penulisan tanda baca. Adapun kaidah Ejaan tersebut antara
lain:

1. Penulisan huruf
a. Penggunaan huruf kapital atau huruf besar:
- kata pada awal kalimat
- petikan langsung (yang utuh)
- dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan
dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan
- nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
diikuti nama orang
- nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
- nama orang 3
- nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa
- nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah
- nama khas dalam geografi
- nama badan resmi, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi
- nama semua kata dalam judul buku, majalah, surat kabar,
kecuali kata partikel, seperti di, ke, dari, untuk, yang,
dan yang tidak terletak pada posisi awal
- singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan
- kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu,
adik, paman yang dipakai sebagai kata ganti sapaan

b. Penggunaan Huruf Miring


- menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam karangan
- menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau
kelompok kata
- menuliskan kata atau ungkapan asing, kata nama ilmiah,
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
3. Penulisan kata
a. Gabungan kata
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang dapat
menimbulkan kesalahan pengertian bisa diberi tanda hubung
untuk menegaskan pertaliannya. Contoh: alat pandang-dengar
Buku sejarah-lama (sebagai imbangan buku sejarah- moderen).

b. Kata ganti ku, kau, mu, dan nya


Kata ganti ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya.
- a. Ketidakjujuran tidak kusukai.
b. Ketidakjujuran tidak aku sukai.

- a. Lawan harus kaukalahkan dengan cara yang sportif.


b. Lawan harus engkau kalahkan dengan cara yang
sportif.

- a. Aku tahu, buku itu milikmu.


b. Aku tahu, buku itu milik kamu.

c. Kata Turunan
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus
mendapat awalan dan akhiran, kata-kata itu ditulis serangkai.
Contoh: tidak adil + ke-an: ketidakadilan

Partikel per yang berarti ‘ mulai’, ‘tiap’, dan ‘demi’ ditulis


terpisah
Contoh:
- Mereka masuk satu per satu.
Mereka masuk satu persatu (x)

- Harganya Rp 3.000,00 per helai.


Harganya Rp 3.000,00 perhelai (x).
Gaji naik per 1 April.

d. Singkatan dan Akronim


Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan atau pangkat
diikuti dengan
tanda titik (.).
Contoh: M. Amin, Drs., Prof., Kol.
Singkatan yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan
huruf kapital
dan tidak diikuti dengan tanda titik (.).
Contoh: MPR
Singkatan umum terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti
tanda titik.
Contoh: dst., dsb., dkk., dto.

Akronim adalah singkatan yang terdiri atas gabungan huruf


awal, gabungan suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata
yang diperlakukan
sebagai kata, seperti:
Contoh: ABRI, PASI, SIM, Akabri, Bappenas

Akronim yang bukan nama diri/lembaga ditulis sebagai


berikut:
pemilu, rapim, tilang

B. Kaidah Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia

a.Kaidah Kata Imbuhan


Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses
pengimbuhan (afiksasi). Imbuhan atau afiks adalah satuan
bahasa yang digunakan dalam bentuk dasar untuk menghasilkan
suatu kata. Hasil dari proses pengimbuhan itulah yang
kemudian membentuk kata baru yang disebut kata berimbuhan.
Imbuhan dalam bahasa Indonesia jumlahnya bermacam-macam.
Secara
garis besar imbuhan tersebut dibagi ke dalam empat jenis,
yakni prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Prefiks atau awalan
adalah imbuhan yang diikatkan di depan bentuk dasar. Contoh:
- me(N)- → membaca, menulis, menyapa
- ber- → berjalan, berbicara, bermalam
- di- → dibaca, ditulis, disapa
- ter- → terbawa, termakan, terindak
- pe(N)- → penjual, pembeli, penulis
- per- → peranak, peristri
- se- → sekelas, setara, secangkir
- ke- → kepada, kekasih, kedua
- maha- → mahakuasa, mahaagung, mahakuasa

Infiks atau sisipan adalah imbuhan yang diikatkan di tengah


bentuk dasar. Contoh:
- -el-, → geletar, telunjuk
- -em- → gemetar
- -er- → gemertak, seruling, gerigi
Sufiks atau akhiran adalah imbuhan yang diikatkan di belakang
bentuk dasar. Contoh:
- -kan → tanamkan, bacakan, lembarkan
- -an → tulisan, bacan, lemparan
- -i → akhiri, jajaki, tulisi
- -nya → agaknya, rupanya
- -wan → rupawan, hartawan, ilmuwan

Konfiks adalah imbuhan yang dilekatkan di depan-belakang


bentuk dasar secara bersamaan. Contoh:
- ke-an → keamanan, kesatuan, kebetulan
- pe(N)-an → penanaman, pemahaman, penyesuaian
- per-an → perusahaan, persawahan, pertokoan
- ber-an → berhamburan, bersamaan, bersalaman
- se-nya → selama-lamanya, sejauh-jauhnya

b. Kaidah Kata Ulang


Kata ulang (reduplikasi) adalah kata yang mengalami proses
perulangan, baik sebagian atau pun seluruhnya dengan disertai
perubahan bunyi atau pun tidak. Kata ulang memiliki beberapa
makna, di antaranya, adalah makna ‘banyak
taktentu’, seperti contoh berikut.
- batu-batu negara-negara
- buku-buku orang-orang
- kuda-kuda pohon-pohon
- makanan-makanan peraturan-peraturan
- menteri-menteri rumah-rumah

Ada juga kata ulang yang bermakna ‘banyak dan bermacam-


macam’, seperti contoh berikut:
- bau-bauan, dedaunan
- bibit-bibitan, lauk-pauk
- buah-buahan, pepohonan
- bumbu-bumbuan, sayur-mayur
- bunyi-bunyian, tanam-tanaman

Makna kata ulang lainnya adalah ‘menyerupai dan bermacam-


macam’, seperti contoh berikut ini:
- kuda-kuda mobil-mobilan
- kuda-kudaan orang-orangan
- kucing-kucingan robot-robotan
- langit-langit rumah-rumahan
- mata-mata siku-siku.

Makna kata ulang berikutnya adalah ‘agak atau melemahkan


sesuatu’ yang disebut pada kata dasar Contoh:
- kebarat-baratan , malu-malu
- kehijau-hijauan, pening-pening
- keinggris-inggrisan, sakit-sakitan
- kekanak-kanakan, tidur-tiduran
- kekuning-kuningan

Kata ulang bisa pula bermakna ‘Intensitas kualitatif’, seperti


terlihat pada contoh berikut ini:
- keras-keras, segiat-giatnya
- kuat-kuat, setinggi-tingginya

Di samping itu, kata ulang dapat bermakna ‘intensitas


kuantitatif’, seperti contoh berikut:
- bercakap-cakap, manggut-manggut
- berlari-lari, mengangguk-angguk
- berputar-putar, mondar-mandir
- bolak-balik, tersenyum-senyum
- menggeleng-gelengkan, tertawa-tawa

Kata-kata ulang di dalam contoh berikut ini memperlihatkan


makna ‘kolektif’
- dua-dua, kedua-duanya
- empat-empat, ketiga-tiganya

Terakhir, kata ulang dapat bermakna ‘saling’, seperti yang


tampak pada contoh-contoh di bawah ini;
- berpandang-pandangan, pukul-pukulan
- bersalam-salaman tendang-menendang
- lempar-lemparan, tolong-menolong

C. Kaidah Dasar dalam Bahasa Indonesia

Peranan bahasa yang utama ialah sebagai penyampaian


maksud dan pengungkapan perasaan seseorang kepada o rang
lain. Ditinjau dari sudut ini, maka dapat dikatakan bahwa
benarlah sudah bahasa seseorang bila dia sudah mampu
mengemban amanat tersebut. Namun mengingat bahwa situasi
kebahasaan itu bermacam-macam, maka tidak selamanya bahasa
yang benar itu baik, atau sebaliknya bahasa yang baik itu
benar.

Berpegang dalam batasan tadi, maka ada dua syarat utama


yang harus dipenuhi oleh setiap pemakai bahasa Indonesia agar
bahasa yang dipakainya itu baik dan benar. Kedua syarat yang
dimaksud yaitu :
- Pertama, memahami baik – baik kaidah bahasa Indonesia,
dan
- Kedua, memahami benar situasi kebahasaan yang
dihadapinya.

Beberapa kaidah dasar bahasa Indonesia tersebut adalah :

1. Kata yang penting disebutkan atau dituliskan lebih dulu,


sesudah itu baru keterangannya atau kata yang diterangkan
di depan kata yang menerangkan. Dengan istilah lain
bahasa Indonesia mengikuti hukum D-M (Diterangkan –
Menerangkan)

Berdasarkan hukum tersebut, jelaslah susunan kata –


kata sedikit waktu, mini sepeda, ini malam, banyak dan
terima kasih, bukanlah susunan yang benar. Dalam usaha
berbahasa Indonesia yang baik dan benar susunannya
seperti itu harus kita tinggalkan. Dengan demikian, kata –
kata tersebut harus kita ubah menjadi  waktu sedikit,
sepeda mini, malam ini, dan terima kasih banyak.

2. Perubahan bentuk kata benda sebagai akibat penjamakan

Untuk menyatakan jamak atau banyak, bahasa Indonesia


menggunakan kata bilangan, baik bilangan tertentu
maupun tidak tertentu. Kata bilangan tertentu,
misalnya : dua, empat, sepuluh, seratus, dan seribu .
Sementara itu, kata bilangan tidak ter tetntu
misalnya : sedikit, sejumlah, sekelompok, beberapa dan
sebagian.

Dalam bahasa Indonesia dikenal pula kata – kata tertentu


yang mengandung pengertian jamak atau banyak. Kata –
kata tersebut misalnya : rombongan, ikatan, gabungan,
daftar, persatuan, perserikatan, para, dan kaum . Oleh
karena itu, apabila sudah ada salah satu kata penunjuk
jamak tersebut, kata benda di belakangnya atau yang
mengikutinya tidak boleh diulang. Menurut aturan bahasa
Indonesia yang benar ialah susunan seperti :
-    Rombongan penari, ikatan mahasiswa, gabungan
pengusaha rokok, daftar pustaka, persatuan pelajar, para
tamu serta kaum terpelajar.  Dan bukan
-    Rombongan para penari, ikatan mahasiswa – mahasiswa,
gabungan pengusaha – pengusaha rokok, daftar buku –
buku, persatuan para pelajar, para tamu – tamu, para
kaum terpelajar,  dan sejenisnya.
Karena kata para pada contoh di atas menunjukkan
pengertian banyak, maka cukup dipakai salah satunya saja.

3. Tidak mengenal tingkatan dalam pemakaian

Bahasa Indonesia ialah Ia tidak mengenal tingkatan


dalam pemakaian dan tidak mengenal perubahan bentuk
kata kerja sehubungan dengan perubahan orang atau subyek
yang melakukan pekerjaan tersebut. Berbeda hal dengan
adat bahasa – bahasa daerah. Bahasa daerah seperti, Jawa,
sunda dan Aceh, mengenal kata – kata yang sopan dan
tidak sopan. Pemakaian bahasa Aceh yang baik selalu
menggunakan kata yang dianggap sopan tersebut kepada
lawan berbicaranya yang lebih tua atau lebih tinggi derajat
atau pangkatnya misalnya :
Kata “pergi kemana?” dalam bahasa Aceh yaitu hoe neu ja?
(halus), hoe ja? (sedang) dan hoe ka ja? (kasar).

D. Bahasa Indonesia Standar dan Baku

Bahasa indonesia bukanlah sebuah sistem yang tunggal.


Bahasa indonesia sebagai bahasa yang hidup mempunyai
variasi yang masing – masing mempunyai fungsi sendiri dalam
proses komunikasi. Variasi tersebut dinamakan bahasa standar
atau baku.
Variasi – variasi lain yang disebut bahasa nonstandar atau
tidak baku tetap hidup dan berkembang sesuai dengan
fungsinya yaitu dalam pemakaian bahasa yang tidak resmi.
Adapun fungsi pemakaian bahasa Indonesia standar atau baku
yaitu :
1. Dipergunakan dalam wacana teknis, misalnya karangan –
karangan ilmiah, buku – buku pelajaran, dan laporan –
laporan resmi.
2. Sebagai alat komunikasi resmi, yakni dalam surat –
menyurat resmi, pengumuman – pengumuman yang di
keluarkan oleh instansi – instansi resmi, undang – undang,
surat – surat keputusan dan sebagainya.
3. Dipakai dalam pembicaraan dengan orang – orang yang
dihormati, termasuk di antaranya ialah pembicaraan
dengan orang – orang yang belum akrab benar atau baru
kita kenal.

Bahasa Indonesia standar atau baku tersebut mempunyai ciri –


ciri sebagai berikut :
1. Memakai ucapan baku (pada bahasa lisan)
2. Memakai ejaan resmi (sekarang Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan, EYD)
3. Terbatasnya unsur daerah, baik leksikal maupun dramatikal
4. Pemakaian fungsi dramatikal (subyek, prediket, dan
sebagainya) secara eksplisit dan konsisten.
5. Pemakaian konjungsi bahwa  atau   karena  (bila ada) secara
eksplisit
6. Pemakaian awalan me- atau ber- (bila ada) secara eksplisit
dan konsisten.
7. Pemakaian partikel lah, kah, tah, pun, (bila ada) konsisten
8. Pemakaian kata depan yang tepat
9. Pemakaian pola aspek-pelaku-tindakan secara konsisten
10. Memakai kontruksi sintetis
11. Menghindari pemakaian unsur – unsur leksikal yang
terpengaruh oleh bahasa– bahasa dialek atau bahasa sehari
– hari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan makalah tentang Kaidah Dasar Bahasa
Indonesia, dapat di Tarik kesimpulan bahwa dalam bahasa
Indonesia terdapat kaidah kaidah yang merupakan aturan dan
tata cara, baik itu berupa kaidah penulisan, maupun kaidah
kebahasaan. Kaidah kaidah yang terdapat dalam bahasa
Indonesia ini sangat penting karena merupakan pondasi
berbahasa yang baik dan benar, sering kali kita menemui dalam
kehidupan sehari hari adanya penyimpangan dalam penggunaan
bahasa Indonesia. kurang fahamnya orang orang tentang tata
cara berbahasa yang baik merupakan salah satu faktornya.
Padahal bahasa adalah identitas dan alat pemersatu kita
sebagai warga negara Indonesia di tengah kemajemukan yang
ada.
D AF T A R P US T A K A

Umar, Azhar. (2017). Sumber Pembelajaran Penunjang


PLPG 2017, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Firdaus, Winci., Syahminan. (2013). Bahasa Indonesia,


Banda Aceh: CV. P&G Kilat Jaya.

Anda mungkin juga menyukai