OLEH:
RACHMAT HIDAYAT
NIM. E31115311
MUHAMMAD IHLASUL AMAL
NIM. E31115310
AHMAD AMAR AFIF
NIM. F21115316
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana berpikir untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain atau menerima dari orang lain atau yang biasa kita
sebut sebagai berkomunikasi. Komunikasi diungkapkan melalui rangkaian
kata-kata, disebut juga kalimat, yang memiliki pola-pola tertentu.
Kalimat ini hendaknya harus memenuhi syarat-syarat kelengkapan
dan kejelasan peran dari unsur pembentuknya. Pengenalan tentang
unsur-unsur tersebut tentu sangatlah bermanfaat dan kemudian dapat
digunakan untuk menilai apakah suatu kalimat telah memenuhi kaidah
tata bahasa atau belum.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah unsur-unsur pembentuk kalimat?
2. Bagaimanakah struktur kalimat yang benar?
3. Apakah yang membedakan kalimat tunggal dan majemuk?
4. Bagaimanakah contoh-contoh perluasan kalimat?
BAB II
PEMBAHASAN
B. Bagian-bagian Kalimat
Setidak-tidaknya sebuah kalimat harus memiliki subjek (S) dan
predikat (P). Sedangkan, bagian yang lainnya adalah objek (O) apabila
menggunakan kata kerja aktif transitif, serta pelengkap (Pel) dan
keterangan (K) sebagai penjelas terhadap predikat kalimat. Berikut
penjelasan dari bagian-bagian tersebut.
1. Subjek (S)
Subjek merupakan bagian dari kalimat yang menandai
pembicaraan atau yang menjadi pokok pembahasan. Unsur inilah
3
c. Kategori katanya dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata
sifat.
5. Keterangan (K)
Sesuai namanya, unsur keterangan berfungsi sebagai penjelas
kata atau bagian kalimat yang lain. Posisi keterangan tidaklah
menentu, sehingga dapat berada pada posisi manapun di dalam
sebuah kalimat. Adapun ciri-ciri keterangan, yaitu:
a. Bukan unsur utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap,
keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya
dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
b. Dapat dipindah-pindah posisi/letaknya bebas
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang
memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati
posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan
predikat. Jika tidak dapat di pindah-pindahkan, maka unsur
tersebut tidak termasuk keterangan.
c. Umumnya di dahului oleh preposisi seperti, di, dari, ke, atau
tentang
C. Pola-pola Kalimat
Suatu kalimat tersusun atas pola-pola tertentu tergantung dari
seberapa banyak kata di dalam kalimat tersebut. Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa kalimat setidaknya memiliki subjek (S) dan objek (O).
Jadi, pola kalimat yang paling sederhana yaitu pola S P. Berikut
penjelasan lebih lanjut mengenai pola-pola kalimat.
1. Kalimat berpola S P
Kalimat tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat
untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau
kata bilangan. Contoh:
7
setidaknya memiliki satu subjek (S) dan satu predikat (P). Berikut
ini beberapa contoh kalimat tunggal.
a. Ia berdiri di tempat itu sejak tadi.
b. Aku terjebak macet di sana.
c. Dia sarapan dengan makanan seadanya.
d. Beliau adalah salah satu orang berpengaruh di sini.
2. Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang berpola dua atau lebih.
Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.
Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan
melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di
dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat. Kalimat ini
juga telah mengalami perluasan karena telah memiliki dua kalimat
atau lebih.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang
berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan
cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Berikut ini jenis-
jenis kalimat majemuk.
a. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah penggabungan dua kalimat atau
lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk
setara terdiri dari lima macam, yaitu:
1) Pemilihan yang menggunakan konjungsi atau;
2) Penguatan atau penegasan dengan konjungsi bahkan;
3) Penggabungan dengan konjungsi dan;
4) Urutan waktu dengan konjungsi kemudian, lalu, atau lantas;
dan
5) Berlawanan dengan konjungsi sedangkan, tetapi atau
melainkan.
10
BAB III
PENTUP
A. Kesimpulan
1. Kalimat tersusun atas kata, frasa, atau klausa.
2. Setidaknya kalimat memiliki subjek (S) dan predikat (P).
3. Bagian kalimat selain subjek (S) dan predikat (P) yaitu objek (O),
pelengkap (Pel.), dan keterangan (K).
4. Subjek (S) adalah yang menjadi pokok pembahasan.
5. Predikat (P) adalah bagian yang menandai pembicaraan.
6. Objek (O) adalah orang yang menjadi pokok pembicaraan.
7. Pelengkap (Pel.) adalah unsur yang melengkapi predikat verbal.
8. Keterangan (K) adalah unsur yang berfungsi sebagai penjelas.
9. Kalimat memiliki pola tertentu, yaitu berpola S P, S P O, S P Pel., S
P O Pel., S P K, S P O K, S P Pel. K, dan S P O Pel. K.
10. Kalimat secara garis besar dibagi menjadi kalimat tunggal dan
majemuk.
11. Kalimat tunggal terdiri dari satu klausa dan merupakan kalimat
paling sederhana.
12. Kalimat majemuk adalah kalimat yang telah mengalami perluasan
dengan berpola dua atau lebih.
13. Kalimat majemuk dibagi menjadi kalimat majemuk setara, rapatan,
bertingkat, dan campuran.
B. Saran
1. Sebagai warga negara yang baik, hendaknya kita mempelajari lebih
dalam mengenai Bahasa Indonesia.
2. Kita tidak boleh menyepelekan hal-hal kecil dalam menyusun
kalimat, hendaknya kita kembali merujuk kepada kaidah tata bahas.
13
DAFTAR PUSTAKA