Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PEMBENTUKAN DAN PERLUASAN KALIMAT

OLEH:
KELOMPOK IV
MUTIYAH AMALIA RACHMAT
(L031191061)
DEDI MUHAMMAD IQBAL
(L031191006)
WILLIAM FABIANTO
(L031101018)
ATIRA REWA
(L031191046)
FIRDA ANNISA DARMAWAN
(L0311910)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan akhirnya dapat
terselesaikan tanpa adanya hambatan yang sulit bagi kami.
Terlepas dari hal tersebut di atas, tentu saja makalah ini belum mendekati
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar kami ke depannya dapat membuat makalah yang bisa mendekati
kesempurnaan.
Akhirnya, kami sangat mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi semua
pihak, terkhususnya bagi kami, sehingga dapat menjadi inspirasi bagi pembacanya.
Makassar, September 2015

Penulis
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 1
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.............................................. 1
BAB II: PEMBAHASAN........................................................................... 2
A. Unsur-unsur Pembentuk Kalimat.......................................... 2
B. Bagian-bagian Kalimat.......................................................... 2
C. Pola-pola Kalimat.................................................................. 6
D. Macam-macam dan Perluasan Kalimat................................ 8
BAB III: PENUTUP................................................................................... 12
A. Kesimpulan............................................................................ 12
B. Saran..................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana berpikir untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain atau menerima dari orang lain atau yang biasa kita sebut sebagai
berkomunikasi. Komunikasi diungkapkan melalui rangkaian kata-kata, disebut juga
kalimat, yang memiliki pola-pola tertentu.
Kalimat ini hendaknya harus memenuhi syarat-syarat kelengkapan dan
kejelasan peran dari unsur pembentuknya. Pengenalan tentang unsur-unsur
tersebut tentu sangatlah bermanfaat dan kemudian dapat digunakan untuk menilai
apakah suatu kalimat telah memenuhi kaidah tata bahasa atau belum.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah unsur-unsur pembentuk kalimat?
2. Bagaimanakah struktur kalimat yang benar?
3. Apakah yang membedakan kalimat tunggal dan majemuk?
4. Bagaimanakah contoh-contoh perluasan kalimat?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Agar dapat diketahui apa saja yang menyusun suatu kalimat.
2. Untuk mengetahui lebih jelas struktur kalimat yang benar.
3. Untuk mengetahui apakah hal yang membedakan kalimat tunggal dan
majemuk.
4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk dari perluasan kalimat.
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Unsur-unsur Pembentuk Kalimat


Kalimat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “satuan bahasa
yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual
ataupun potensial terdiri atas klausa.” Sehingga dari definisi tersebut, sebuah
kalimat dapat dikatakan tersusun atas kata, frasa, atau klausa.
1. Kata
Kata merupakan morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan
dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang
bebas. Misalnya saya, duduk, makan, dll.
2. Frasa
Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.
Misalnya gunung tinggi, sapu tangan, anak pertama, dll.
3. Klausa
Klausa merupakan satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek (S) dan predikat (P) dan berpotensi menjadi kalimat. Misalnya dia
datang, saya membaca, Fikal menulis, dll.

B. Bagian-bagian Kalimat
Setidak-tidaknya sebuah kalimat harus memiliki subjek (S) dan predikat (P).
Sedangkan, bagian yang lainnya adalah objek (O) apabila menggunakan kata kerja
aktif transitif, serta pelengkap (Pel) dan keterangan (K) sebagai penjelas terhadap
predikat kalimat. Berikut penjelasan dari bagian-bagian tersebut.
1. Subjek (S)
Subjek merupakan bagian dari kalimat yang menandai pembicaraan atau
yang menjadi pokok pembahasan. Unsur inilah yang wajib ada pada suatu
kalimat. Kadang-kadang, subjek juga merupakan pelaku yang ada pada
sebuah kalimat. Adapun ciri-ciri subjek, yaitu:
a. Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk
3

subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya


siapa.
b. Biasanya disertai kata itu, ini, yang dan tersebut (sebagai pembatas
antara subjek dan predikat)
c. Mempunyai keterangan pewatas/atribut yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih
lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan
keterangan pewatas.
d. Tidak didahului preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada.
Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu
sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
e. Berupa kata benda atau frase kata benda
Subjek kebanyakan berupa kata benda atau frase kata benda. Di samping
kata benda, subjek dapat berupa kata kerja atau kata sifat, biasanya,
disertai kata penunjuk itu.
2. Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang menandai pembicaraan atau tindakan
subjek serta penjelas dari subjek yang dapat berupa kata atau frasa. Adapun
ciri-ciri predikat, yaitu:
a. Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat.
Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan
predikat yang berupa kata benda penggolong (identifikasi). Kata tanya
berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa
numeralia (kata bilangan) atau frase numeralia.
b. Kata adalah atau ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu
terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang
sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
c. Dapat diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang
diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk
4

predikat yang berupa kata kerja atau kata sifat. Di samping tidak sebagai
penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang
berupa kata benda atau predikat kata merupakan.
d. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
Predikat kalimat yang berupa kata kerja atau kata sifat dapat disertai kata-
kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu
terletak di depan kata kerja atau kata sifat. Kalimat yang subjeknya berupa
kata benda bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang
menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
3. Objek (O)
Objek adalah perkara atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Objek
berada di belakang predikat apabila bentuk kalimatnya aktif transitif dan dapat
berubah menjadi subjek (S) apabila kalimatnya berbentuk pasif. Adapun ciri-
ciri objek, yaitu:
a. Langsung di belakang predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah
mendahului predikat.
b. Dapat menjadi subjek kalimat pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan
perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat
pasif yang disertai dengan perubahan bentuk kata kerja predikatnya.
c. Tidak didahului preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat dan tidak
didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak
dapat disisipkan preposisi.
d. Kategori katanya kata benda/frase kata benda
e. Dapat diganti dengan -nya
f. Didahului kata bahwa
g. Anak kalimat pengganti kata benda ditandai oleh kata bahwa dan anak
kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
h. Kebanyakan kata kerja berawalan ber- atau ter- tidak memerlukan objek
(intransitif)
i. Kebanyakan kata kerja berawalan me- memerlukan objek (transitif)
5

4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap merupakan unsur yang melengkapi predikat verbal dan berada di
belakang predikat. Berbeda dengan objek, pelengkap tidak dapat berubah
menjadi subjek ketika dipasifkan. Adapun ciri-ciri pelengkap, yaitu:
a. Terletak di belakang predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang
predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu
objek.
b. Tidak didahului preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang
didahului preposisi disebut keterangan.
c. Kategori katanya dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata sifat.
5. Keterangan (K)
Sesuai namanya, unsur keterangan berfungsi sebagai penjelas kata atau
bagian kalimat yang lain. Posisi keterangan tidaklah menentu, sehingga dapat
berada pada posisi manapun di dalam sebuah kalimat. Adapun ciri-ciri
keterangan, yaitu:
a. Bukan unsur utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan
merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar
kebanyakan tidak bersifat wajib.
b. Dapat dipindah-pindah posisi/letaknya bebas
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki
kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir
kalimat, atau di antara subjek dan predikat. Jika tidak dapat di pindah-
pindahkan, maka unsur tersebut tidak termasuk keterangan.
c. Umumnya di dahului oleh preposisi seperti, di, dari, ke, atau tentang

C. Pola-pola Kalimat
Suatu kalimat tersusun atas pola-pola tertentu tergantung dari seberapa
banyak kata di dalam kalimat tersebut. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kalimat
setidaknya memiliki subjek (S) dan objek (O). Jadi, pola kalimat yang paling
sederhana yaitu pola S P. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai pola-pola
kalimat.
6

1. Kalimat berpola S P
Kalimat tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe
ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Contoh:

a) Mereka sedang berenang


S P
b) Ayahnya guru SMA.
S P
c) Gambar itu bagus
S P
2. Kalimat berpola S P O
Kalimat tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa
nomina atau frasa nominal. Contoh:
a) Mereka sedang menyusun karangan ilmiah
S P O
b) Dia sedang menulis novel
S P O
3. Kalimat berpola S P Pel.
Kalimat tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat,
dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Contoh:
Anaknya beternak ayam
S P Pel.
4. Kalimat berpola S P O Pel.
Kalimat tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa
nominal. Contoh:
Dia mengirimi saya surat
S P O Pel.
5. Kalimat berpola S P K
7

Kalimat tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur
keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa
nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Contoh:
Mereka berasal dari Surabaya
S P K
6. Kalimat berpola S P O K
Kalimat tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek
berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh:
Kami memasukkan pakaian ke dalam lemari
S P O K
7. Kalimat berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Contoh:
Ungu bermain musik di atas panggung
S P Pel. K
8. Kalimat berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina
atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Contoh:
Dia mengirimi ibunya uang setiap bulan
S P O Pel. K

D. Macam-macam dan Perluasan Kalimat


Menurut struktur gramatikalnya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat
tunggal dan kalimat majemuk.
1. Kalimat tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri dari satu klausa. Kalimat ini
merupakan kalimat paling sederhana. Kalimat tunggal setidaknya memiliki
satu subjek (S) dan satu predikat (P). Berikut ini beberapa contoh kalimat
tunggal.
8

a. Ia berdiri di tempat itu sejak tadi.


b. Aku terjebak macet di sana.
c. Dia sarapan dengan makanan seadanya.
d. Beliau adalah salah satu orang berpengaruh di sini.
2. Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang berpola dua atau lebih. Kalimat
majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan
anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk
kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada
anak kalimat. Kalimat ini juga telah mengalami perluasan karena telah
memiliki dua kalimat atau lebih.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda,
sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata
penghubung yang digunakannya. Berikut ini jenis-jenis kalimat majemuk.
a. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah penggabungan dua kalimat atau lebih
kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara
terdiri dari lima macam, yaitu:
1) Pemilihan yang menggunakan konjungsi atau;
2) Penguatan atau penegasan dengan konjungsi bahkan;
3) Penggabungan dengan konjungsi dan;
4) Urutan waktu dengan konjungsi kemudian, lalu, atau lantas; dan
5) Berlawanan dengan konjungsi sedangkan, tetapi atau melainkan.

Berikut ini beberapa contoh kalimat majemuk setara.


1) Kita menyelesaikan tugas itu dengan segera atau menyerahkannya
kepada orang lain.
2) Ia pulang ke rumahnya lalu pergi menjenguk anaknya.
3) Adik menyanyi dan saya menari.
b. Kalimat majemuk rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah gabungan beberapa kalimat tunggal
yang karena subjek, predikat, atau objeknya sama, maka bagian yang
sama hanya disebutkan sekali. Contoh kalimat majemuk rapatan, yaitu:
9

1) Kalimat 1: Pekerjaannya hanya makan.


Kalimat 2: Pekerjaannya hanya tidur.
Kalimat 3: Pekerjaannya hanya merokok.
Kalimat akhir: Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok.
2) Kalimat 1: Ia hanya datang di sekolah.
Kalimat 2: Ia hanya duduk di sekolah.
Kalimat akhir: Ia hanya datang dan duduk di sekolah.
c. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih
kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk
bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat
timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk
bertingkat terdiri dari sepuluh macam, yaitu:
1) Syarat dengan konjungsi jika, kalau, manakala, andaikata, atau
asal(kan);
2) Tujuan dengan konjungsi agar, supaya, atau biar;
3) Perlawanan atau konsesif dengan konjungsi walaupun, kendati(pun),
atau biarpun;
4) Penyebaban dengan konjungsi sebab, karena, atau oleh karena;
5) Pengakibatan dengan konjungsi maka atau sehingga;
6) Cara dengan konjungsi dengan atau tanpa;
7) Alat dengan konjungsi dengan atau tanpa;
8) Perbandingan dengan konjungsi seperti, bagaikan, atau alih-alih;
9) Penjelasan dengan konjungsi bahwa; dan
10)Kenyataan dengan konjungsi padahal.
Berikut ini beberapa contoh kalimat majemuk bertingkat.
1) Ia berhasil mengembangkan pabriknya setelah memperoleh pinjaman
dari bank.
2) Saya akan bekerja dengan tekun bila berhasil diterima sebagai
pegawai di kantor itu.
3) Engkau harus belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat mencapai
IPK yang tinggi.
4) Meskipun hari ini hujan, anak itu tetap berangkat ke sekolah.
10

d. Kalimat majemuk campuran


Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari
tiga kalimat. Berikut ini contoh kalimat majemuk campuran.
Kalimat 1: Toni bermain dengan Kevin.
Kalimat 2: Rina membaca buku di kamar.
Kalimat 3: Ketika aku datang ke rumahnya.
Kalimat akhir: Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku di
kamar ketika aku datang ke rumahnya.
11

BAB III
PENTUP

A. Kesimpulan
1. Kalimat tersusun atas kata, frasa, atau klausa.
2. Setidaknya kalimat memiliki subjek (S) dan predikat (P).
3. Bagian kalimat selain subjek (S) dan predikat (P) yaitu objek (O), pelengkap
(Pel.), dan keterangan (K).
4. Subjek (S) adalah yang menjadi pokok pembahasan.
5. Predikat (P) adalah bagian yang menandai pembicaraan.
6. Objek (O) adalah orang yang menjadi pokok pembicaraan.
7. Pelengkap (Pel.) adalah unsur yang melengkapi predikat verbal.
8. Keterangan (K) adalah unsur yang berfungsi sebagai penjelas.
9. Kalimat memiliki pola tertentu, yaitu berpola S P, S P O, S P Pel., S P O Pel.,
S P K, S P O K, S P Pel. K, dan S P O Pel. K.
10. Kalimat secara garis besar dibagi menjadi kalimat tunggal dan majemuk.
11. Kalimat tunggal terdiri dari satu klausa dan merupakan kalimat paling
sederhana.
12. Kalimat majemuk adalah kalimat yang telah mengalami perluasan dengan
berpola dua atau lebih.
13. Kalimat majemuk dibagi menjadi kalimat majemuk setara, rapatan, bertingkat,
dan campuran.

B. Saran
1. Sebagai warga negara yang baik, hendaknya kita mempelajari lebih dalam
mengenai Bahasa Indonesia.
2. Kita tidak boleh menyepelekan hal-hal kecil dalam menyusun kalimat,
hendaknya kita kembali merujuk kepada kaidah tata bahas.
12

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga


University Press.
Djafar, Muhammad Rasyidin S. 2013. “Pembentukan dan Perluasan Kalimat,”
(Online). (link: http://rasydinsjatry.blogspot.com/2013/04/pembentukan-dan-
perluasan-kalimat.html, diakses pada hari Jumat tanggal 4 September 2015).
Madjid, Fadilah. 2013. “Pembentukan dan Perluasan Kalimat,” (Online). (link:
http://fadilahmadjid.blogspot.com/2013/03/pembentukan-dan-perluasan-
kalimat.html, diakses pada hari Jumat tanggal 4 September 2015).
Tim Wikipedia. 2015. “Kalimat,” Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas
(Online). (link: https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat, diakses pada hari Jumat
tanggal 4 September 2015).
Usman, Arifin, et. al. 2014. Himpunan Materi Kuliah Bahasa Indonesia, edisi revisi.
Modul UPT-MKU Universitas Hasanuddin.
Yulianto, Iqbal. 2008. “Perluasan Kalimat Tunggal,” (Online). (link:
http://iqbalyulianto.blogspot.com/2008/12/perluasan-kalimat-tunggal.html,
diakses pada hari Jumat tanggal 4 September 2015).

Anda mungkin juga menyukai