Di Susun Oleh:
Kelompok 3
RIZKA FAZIRA
MUHAMMAD IQBAL
PUTRI BALQIS
MAWADDAH
SITI SAHAR MAULIDIA
FITRIANI
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Ini Tepat Waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar nya. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang konsep kecepatan efektif
membaca ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
PENULIS
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sarana berfikir baik untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Secara lisan maupun
tulisan kita tidak menggunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi kita
menggunakan kata-kata sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku sehingga
terbentuklah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau
perasaan yang dinamakan kalimat. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai
struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian
ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Kalimat merupakan salah satu unsur utama
tata bahasa yang dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan. Kalimat merupakan
faktor utama dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan karena perantara kalimat.
Karena peran kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksud dari apa yang
ingin disampaikannya. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami
terlebih dahulu struktur dasar kalimat. Dalam sebuah karangan kita menjumpai
banyak penulisan kalimat yang tidak efektif. Hal ini disebabkan oleh kalimat-
kalimat yang dituliskan kabur, kacau, dan tidak logis. Akibatnya, pembaca sukar
untuk mengerti atau dapat memahami isi dari karangan tersebuit. Berdasarkan
kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat dengan segala
permasalahannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat?
2. Bagaimana bentuk pola kalimat dasar?
3. Apa saja jenis-jenis kalimat?
4. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian kalimat.
2. Menjelaskan bagaimana bentuk pola kalimat dasar.
3. Menjelaskan jenis-jenis kalimat.
4. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan kalimat efektif.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Predikat (P)
(Alwi dkk, 2003:326)Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai
konstituen subjek di sebelah kiri dan jika ada konstituen objek, pelengkap, dan/atau
keterangan wajib di sebelah kanan. Predikat biasanya berupa frasa verbal atau frasa
adjektival.
Contoh: Ayahnya guru bahasa Inggris.
Adiknya dua.
3. Objek (O)
(Alwi dkk, 2003:328) Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut
oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Objek biasanya berupa
nomina atau frasa nominal.
Contoh: Adi mengunjungi Pak Rustam.
Ibu mencuci baju.
4. Pelengkap (Pel)
(Alwi, dkk, 2003:329) Pelengkap berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa
adjektival, frasa adjektival, frasa preposisional, atau klausa. Pelengkap berada
langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan di belakang objek kalau
unsur ini hadir.
Contoh: Ibunya sakit kepala.
Beliau senang bermain tenis.
5. Keterangan (Ket)
(Alwi, dkk, 2003:330) Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam
dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, di awal,
dan bahkan di tengah kalimat. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa
nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial.
Contoh: Dia memotong rambutnya di kamar.
Dia mencuci piring di dapur.
3
2.3 Pola kalimat Dasar
Kalimat yang jumlahnya banyak biasanya disusun dengan pola yang
mempunyai makna. Pola-pola tersebut disusun berdasarkan unsur-unsur pembangin
kalimat. Berikut merupakan pola kalimat dasar.
1) Kalimat Berpola S P (P: Verba)
Kalimat berpolakan S P merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek dan Predikat
dimana subjek berupa nomina, frasa nomina, atau klausa sedangkan predikat berupa
verba atau frasa verba.
Contoh: Dia sedang tidur.
Vony sedang berolahraga.
4
Contoh:Vony makan roti.
Paman membuat lukisan.
5) Kalimat Berpola S P O
Kalimat yang berpolakan S P O merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek,
Predikat, dan Objek dimana subjek berupa nomina (kata benda), frasa nomina, atau
klausa. Predikat berupa verba atau kata sifatdan objek berupa nomina (kata benda)
atau frasa nominal.
Contoh: Mereka menonton film.
Pesawat itu menembus angkasa.
6) Kalimat Berpola S P K
Kalimat yang berpolakan S P K merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek,
Predikat, dan Keterangan dimana subjek berupa nomina (kata benda), frasa nomina,
atau klausa. Predikat berupa verba atau kata sifatdan keteranganberupa frasa
berpreposisi.
Contoh:Dosen itu selalu ramah setiap hari.
Mahasiswa IA sedang berdiskusi di kelas.
7) Kalimat Berpola S P O K
Kalimat yang berpolakan S P O K merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek,
Predikat, Objek dan Keterangan dimana subjek berupa nomina (kata benda), frasa
nomina, atau klausa. Predikat berupa verba atau kata sifat, objek berupa nomina
atau frasa nominaldan keteranganberupa frasa berpreposisi.
Contoh: Ayah berangkat ke kantor setiap pagi.
Vony memasak di dapur kemarin sore.
5
objek berupa nomina (kata benda) atau frasa nominal, dan pelengkap berupa
nomina (kata benda) atau frasa nominal.
Contoh: Ibuku menggorengkan ayah ikan.
Chervon membukakan ibunya pintu.
b. Kalimat Adjektival
(Ramlan, 2005:132) Kalimat adjektival predikatnya terdiri dari kata golongan
verbal yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri dari frasa golongan verbal
yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
- Udaranya panas sekali.
- Harga buku sangat mahal.
6
c. Kalimat Verbal
(Ramlan, 2005:130) Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya terdiri dari
kata frasa golongan verbal.
Contoh:
- Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.
- Udaranya panas.
d. Kalimat Numeral
(Ramlan, 2005:137) Kalimat numeral adalah kalimat yang predikatnya terdiri dari
kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh:
- Kerbau petani itu terdiri dari dua ekor.
- Anaknya dua orang.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau
lebih klausa tunggal (Sri Hapsari Wijayanti dkk, 2013:63) Kalimat majemuk terbagi
menjadi dua golongan yaitu:
a. Kalimat Majemuk Setara
(Ida, 2006:37) Kalimat majemuk setara adalah gabungan beberapa kalimat tunggal
menjadi sebuah kalimat yang lebih besar dan tiap-tiap kalimat tunggal yang
digabungkan tidak kehilangan unsur-unsurnya. Biasanya dihubungkan dengan
konjungsi koordinatif dan, atau, tetapi, dan sedangkan.
Contoh:
- Vony ingin sekali menjadi guru matematika, tetapi dia kurang menyukai
matematika.
- Raja kuliah di UR, sedangkanRisma kuliah di UIR.
b. Kalimat Majemuk Bertingkat
(Ida, 2006:61) Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-
polanya tidak sederajat, salah satu pada bagian yang lebih tinggi kedudukannya
disebut induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut
anak kalimat. Konjungsi subordinatif dapat menyatakan berbagai hubungan makna,
7
yaitu hubungan waktu (sebelum, sejak, sewaktu, setelah), syarat (asalkan, jika,
kalau), pengandaian (jangan-jangan, seandainya), tujuan (agar, biar, supaya),
konsesif (walaupun, sekalipun, sungguhpun), pembandingan (alih-alih, daripada,
ibarat, sebagaimana), sebab/alasan (karena, sebab), hasil/akibat (sampai-sampai,
maka, sehingga), cara (dengan, tanpa), komplementasi (bahwa), atribut (yang),
perbandingan (sama).
Contoh:
- Daripada menganggur, Tessa membantu ibunya di toko.
- Setelah memberikan pertunjukkan, Fitri juga menemui fansnya.
c. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang terdiri dari sebuah pola atasan dan
sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua pola atasan
dan satu atau lebih pola bawahan.
Contoh:
1) Satu pola atasan dan dua polah bawahan
Kami telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang
dimeriahkan oleh para artis ibu kota, serta dihadiri pula oleh para
pembesar kota itu.
2) Satu pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan
Bapak menyesalkan perbuatan itu, dan meminta kami agar kami berjanji
tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, yang dapat
merugikan nama baik dan kedudukannya.
8
2. Kalimat Tidak Lengkap (Minor)
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak memiliki salah satu unsur subjek
atau predikatnya. Kalimat ini sering dipakai pada slogan, ucapan atau sapaan dan
bahasa lisan.
Contoh:
- Sampai jumpa lagi.
- Selamat hari ulang tahun.
9
terdapat kata-kata ajakan seperti: mari dan ayo. Kata persilahkan
seperti: silahkan dan dipersilahkan. Kata larangan seperti: jangan.
Contoh:
- Menurut ilmu sosial konflik dapat terjadi karena penemuan-penemuan baru.
- Belajarlah mereka dengan tekun.
10
3. Kalimat Perintah (Imperatif)
(Ramlan, 2005:39-43) Berdasarkan fungsi dalam hubungan situasi, kalimat
perintah mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang lain.
Berdasarkan struktur kalimat perintah dapat digolongkan menjadi.
a. Kalimat suruh yang sebenarnya ditandai oleh pola intonasi suruh. Hanya
partikel lah yang dapat ditambahkan pada kata verbal itu guna menghaluskan
perintah.
Contoh:
- Tertawalah engkau sepuas-puasnya!
- Berangkatlah sekarang juga!
b. Kalimat persilakan yang ditandai oleh pola intonasi suruh, dan penambahan
kata silahkan atau persilahkan yang diletakkan di awal kalimat.
Contoh:
- Silahkan tuan mengambil buku sendiri!
- Silahkan beristirahatlah!
c. Kalimat ajakan yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan, hanya
perbedaannya tindakan itu bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak
berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara atau penuturnya.
Contoh:
- Ayo kita bermain sepak bola!
- Marilah belajar ke perpustakaan pusat!
d. Kalimat larangan, selain ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat ini ditandai
dengan kata jangan atau dilarang di awal kalimat. Partikel lah dapat
ditambahkan pada kata tersebut untuk memperhalus larangan.
Contoh:
- Janganlah suka menyakiti hati orang.
- Dilarang membawa buku itu!
11
4. Kalimat Seruan (Eksklamatif)
(Abdul Chaer, 2011:360)Kalimat seruan digunakan untuk menyatakan emosi atau
perasaan batin yang biasanya terjadi secara tiba-tiba. Misalnya rasa terkejut, marah,
kagum, gemas, kecewa, sedih, cemas, takut, tidak suka, benci, iba, dan sebagainya.
Contoh:
- Betapa kecewanya aku!
- Sungguh indahnya hari ini!
12
a) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
b) Tidak terdapat subjek yang ganda.
c) Kata penghubunga intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
d) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a) Kepadasemua pegawaiuntuk memasuki ruang rapat. (Salah)
b) Semua pegawaiuntuk memasuki ruang rapat. (Benar)
2. Keparalelan Bentuk
(Arifin dan Tasai, 2010:99) Keparalelan bentuk adalah kesamaan atau bentuk kata
atau frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga menggunakan nomina.
Kalau bengtuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan
verba.
Contoh :
a) Harga BBM minggu ini segera dibakukan dan kenaikan secara luwes.
b) Harga BBM minggu inisegera dibakukan dan dinaikkan secara luwes.
3. Ketegasan Makna
(Arifin dan Tasai, 2010:100) Ketegasan makna adalah penonjolan pada ide pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu
memberika penekanan atau penegasan pada penonjolan tersebut. Ada berbagai cara
untuk membentuk penekanan dalam kalimat, yaitu:
a) Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan kalimat
Contoh: Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.
b) Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh: Sekali, dua kali, tiga kali, ia selalu membuat kekacauan.
c) Melakukan pengulangan kata
Contoh: Saya suka kecantikannya, saya suka kelembutannya, saya
suka senyumnya.
13
d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh: Novi itutidak cantik, tetapiberhati tulus.
e) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh: Saudaralah yang harus bertanggung jawab.
4. Kehematan Kata
(Arifin dan Tasai, 2010:101) Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat
efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain yang dianggap
tidak perlu. Kehematan tidak harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah
kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap kata
yang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Contoh:
· Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden
datang. (Salah)
· Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden
datang.(Benar)
b.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat (sejumlah perincian).
Contoh:
· Di mana engkau menangkap burung merpati itu? (Salah)
· Di mana engkau menangkap merpati itu?(Benar)
c.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Contoh:
· Sejak dari pagi dia bermenung.(Salah)
· Sejak pagi dia bermenung. (Benar)
d.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata
yang berbentuk jamak.
14
Contoh:
· Para hadirin(Salah)
· hadirin(Benar)
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan
berdasarkan pola yang mempunyai pikiran makna yang lengkap. Kalimat yang
jumlahnya banyak pada hakikatnya disusun dengan pola tertentu yang jumlahnya
sedikit. Dalam pola kalimat dasar kita dapat menjumpai Subjek (S), Prediket (P),
Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket) yang merupakan unsur
pembangun sebuah kalimat. Unsur-unsur kalimat ini memiliki fungsi dan tugasnya
masing-masing di dalam sebuah kalimat. Kalimat minimal harus memiliki unsur
Subjek (S) dan Prediket (P).Kalimat yang jumlahnya banyak biasanya disusun
dengan pola yang mempunyai makna. Pola-pola tersebut disusun berdasarkan
unsur-unsur pembangin kalimat. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
menimbulkan pikiran dan gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain dan
menarik perhatian pembaca mengenai pokok pembicaraan.Kalimat
efektif juga mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan
bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan
gagasan, dan kelogisan bahasa.Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat
yang memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Secara tepat dapat mewakili gagasan atau
perasaan pembicara atau penulis. 2) Sanggup menimbulkan gagasan yang sama
tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh
pembicara atau penulis.
3.2 Saran
Agar dalam setiap penulisan kalimat dapat terstruktur dengan baik maka
kita terlebih dahulu harus memahami unsure-unsur yang membangun didalam nya
terlebih dahulu agar penulisan kita dapat dipahami oleh pembaca dengan baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Faizah, Hasnah. 2008. Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Pekanbaru:
Cendikia Insani
Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo
Nursalim. 2011. Pengantar Kemampuan Berbahasa Indonesia Berbasis
Kompetensi. Pekanbaru: Zanafa Publishing
Putrayasa, Ida Bagus. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Refika
Aditama
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-
Mengarang. Jakarta: Erlangga
Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. KARYONO
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa
Wijayanti, Sri Hapsari, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian
Karya Ilmiah. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA
17