Anda di halaman 1dari 20

KALIMAT

Di Susun Oleh:
Kelompok 3

RIZKA FAZIRA
MUHAMMAD IQBAL
PUTRI BALQIS
MAWADDAH
SITI SAHAR MAULIDIA
FITRIANI

DOSEN :CUT SANTIKA, S.Pd.M.Pd

UNIVERSITAS ISLAM KEBANGSAAN INDONESIA


BIREUEN – ACEH
TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Ini Tepat Waktu.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar nya. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang konsep kecepatan efektif
membaca ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bireuen, Maret 2022

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
2.1 Pengertian Kalimat ........................................................................................ 2
2.2 Unsur-Unsur Kalimat .................................................................................... 2
2.3 Pola kalimat Dasar ........................................................................................ 4
2.4 Jenis Kalimat ................................................................................................. 6
2.5 Kalimat Efektif ............................................................................................ 12
BAB III PENUTUP........................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 16
3.2 Saran............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sarana berfikir baik untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Secara lisan maupun
tulisan kita tidak menggunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi kita
menggunakan kata-kata sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku sehingga
terbentuklah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau
perasaan yang dinamakan kalimat. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai
struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian
ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Kalimat merupakan salah satu unsur utama
tata bahasa yang dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan. Kalimat merupakan
faktor utama dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan karena perantara kalimat.
Karena peran kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksud dari apa yang
ingin disampaikannya. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami
terlebih dahulu struktur dasar kalimat. Dalam sebuah karangan kita menjumpai
banyak penulisan kalimat yang tidak efektif. Hal ini disebabkan oleh kalimat-
kalimat yang dituliskan kabur, kacau, dan tidak logis. Akibatnya, pembaca sukar
untuk mengerti atau dapat memahami isi dari karangan tersebuit. Berdasarkan
kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat dengan segala
permasalahannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat?
2. Bagaimana bentuk pola kalimat dasar?
3. Apa saja jenis-jenis kalimat?
4. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian kalimat.
2. Menjelaskan bagaimana bentuk pola kalimat dasar.
3. Menjelaskan jenis-jenis kalimat.
4. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan kalimat efektif.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat


Dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan kalimat untuk
beromunikasi. Dengan kalimat kita dapat mengekspresikan diri kita, kita juga dapat
bertanya dengan menggunakan kalimat, dan masih banyak lagi yang bisa kita
lakukan dengan menggunakan kalimat. Berikut ini adalah beberapa pengertian
kalimat menurut para ahli.
 Menurut Arifin dan Tasai (2003:58), kalimat adalah satuan bahasa terkecil,
dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
 Menurut Widjono (2012:187), kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
merupakan kesatuan pikiran.
 Menurut Cook (1971:39-40); Elson dan Picket (1969:82), dalam Tarigan
(2009:6) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri
sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa.
Kalimat menurut penulis: Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat
berdiri sendiri dan berdasarkan pola yang mempunyai pikiran makna yang lengkap.

2.2 Unsur-Unsur Kalimat


Dalam pola kalimat dasar kita dapat menjumpai Subjek (S), Prediket (P),
Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket) yang merupakan unsur
pembangun sebuah kalimat. Unsur-unsur kalimat ini memiliki fungsi dan tugasnya
masing-masing di dalam sebuah kalimat. Kalimat minimal harus memiliki unsur
Subjek (S) dan Prediket (P).
1. Subjek (S)
(Widjono, 2012:188) subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat.
Subjek menentukan kejelasan kalimat. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa
nominal, atau klausa.
Contoh: Saya sedang makan.
Orang-Orang sedang demo kenaikan BBM.

2
2. Predikat (P)
(Alwi dkk, 2003:326)Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai
konstituen subjek di sebelah kiri dan jika ada konstituen objek, pelengkap, dan/atau
keterangan wajib di sebelah kanan. Predikat biasanya berupa frasa verbal atau frasa
adjektival.
Contoh: Ayahnya guru bahasa Inggris.
Adiknya dua.

3. Objek (O)
(Alwi dkk, 2003:328) Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut
oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Objek biasanya berupa
nomina atau frasa nominal.
Contoh: Adi mengunjungi Pak Rustam.
Ibu mencuci baju.

4. Pelengkap (Pel)
(Alwi, dkk, 2003:329) Pelengkap berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa
adjektival, frasa adjektival, frasa preposisional, atau klausa. Pelengkap berada
langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan di belakang objek kalau
unsur ini hadir.
Contoh: Ibunya sakit kepala.
Beliau senang bermain tenis.

5. Keterangan (Ket)
(Alwi, dkk, 2003:330) Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam
dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, di awal,
dan bahkan di tengah kalimat. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa
nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial.
Contoh: Dia memotong rambutnya di kamar.
Dia mencuci piring di dapur.

3
2.3 Pola kalimat Dasar
Kalimat yang jumlahnya banyak biasanya disusun dengan pola yang
mempunyai makna. Pola-pola tersebut disusun berdasarkan unsur-unsur pembangin
kalimat. Berikut merupakan pola kalimat dasar.
1) Kalimat Berpola S P (P: Verba)
Kalimat berpolakan S P merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek dan Predikat
dimana subjek berupa nomina, frasa nomina, atau klausa sedangkan predikat berupa
verba atau frasa verba.
Contoh: Dia sedang tidur.
Vony sedang berolahraga.

2) Kalimat Berpola S P (P: Nomina)


Kalimat yang berpolakan S P merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek dan
Predikat dimana subjek berupa nomina, frasa nomina, atau klausa sedangkan
predikat berupa nomina. Tetapi nomina predikat mempunyai pengertian lebih luas
daripada nomina subjek dan berupa nomina penggolong (identifikasi).
Contoh: Ayahnya guru bahasa Inggris.
Mereka itu mahasiswa

3) Kalimat Berpola S P (P: Adjektiva)


Kalimat yang berpolakan S P merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek dan
Predikat dimana subjek berupa nomina, frasa nomina, atau klausa sedangkan
predikat berupa adjektiva ( kata sifat).
Contoh: Gadis itu cantik.
Sepatu itu mahal sekali.

4) Kalimat Berpola S P Pel


Kalimat yang berpolakan S P Pel merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek,
Predikat, dan Pelengkap dimana subjek berupa nomina(kata benda), frasa nomina,
atau klausa. Predikat berupa verba atau kata sifatdan pelengkap berupa nomina
(kata benda) atau adjektiva (kata sifat).

4
Contoh:Vony makan roti.
Paman membuat lukisan.

5) Kalimat Berpola S P O
Kalimat yang berpolakan S P O merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek,
Predikat, dan Objek dimana subjek berupa nomina (kata benda), frasa nomina, atau
klausa. Predikat berupa verba atau kata sifatdan objek berupa nomina (kata benda)
atau frasa nominal.
Contoh: Mereka menonton film.
Pesawat itu menembus angkasa.

6) Kalimat Berpola S P K
Kalimat yang berpolakan S P K merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek,
Predikat, dan Keterangan dimana subjek berupa nomina (kata benda), frasa nomina,
atau klausa. Predikat berupa verba atau kata sifatdan keteranganberupa frasa
berpreposisi.
Contoh:Dosen itu selalu ramah setiap hari.
Mahasiswa IA sedang berdiskusi di kelas.

7) Kalimat Berpola S P O K
Kalimat yang berpolakan S P O K merupakan kalimat yang terdiri dari Subjek,
Predikat, Objek dan Keterangan dimana subjek berupa nomina (kata benda), frasa
nomina, atau klausa. Predikat berupa verba atau kata sifat, objek berupa nomina
atau frasa nominaldan keteranganberupa frasa berpreposisi.
Contoh: Ayah berangkat ke kantor setiap pagi.
Vony memasak di dapur kemarin sore.

8) Kalimat Berpola S P O Pel


Kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap.
Subjek berupa nomina (kata benda) atau frasa nominal, predikat berupa verba,

5
objek berupa nomina (kata benda) atau frasa nominal, dan pelengkap berupa
nomina (kata benda) atau frasa nominal.
Contoh: Ibuku menggorengkan ayah ikan.
Chervon membukakan ibunya pintu.

2.4 Jenis Kalimat


Kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
1. Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas 2 macam
yaitu:
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari atas satu klausa. Karena terdiri dari
satu klausa yang unsurnya subjek dan predikat yang serba tunggal maka kalimat ini
disebut kalimat tunggal. (Hasnah Faizah, 2009:74)
Berdasarkan jenis frasa pengisi predikatnya, kalimat tunggal dapat dibagi empat
macam:
a. Kalimat Nominal
(Ramlan, 2005:129) Kalimat nominalialah klausa yang predikatnya terdiri dari kata
atau frasa golongan nominal.
Contoh:
- Ia guru.
- Dina dibelikan orang itu sepeda.

b. Kalimat Adjektival
(Ramlan, 2005:132) Kalimat adjektival predikatnya terdiri dari kata golongan
verbal yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri dari frasa golongan verbal
yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
- Udaranya panas sekali.
- Harga buku sangat mahal.

6
c. Kalimat Verbal
(Ramlan, 2005:130) Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya terdiri dari
kata frasa golongan verbal.
Contoh:
- Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.
- Udaranya panas.
d. Kalimat Numeral
(Ramlan, 2005:137) Kalimat numeral adalah kalimat yang predikatnya terdiri dari
kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh:
- Kerbau petani itu terdiri dari dua ekor.
- Anaknya dua orang.

2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau
lebih klausa tunggal (Sri Hapsari Wijayanti dkk, 2013:63) Kalimat majemuk terbagi
menjadi dua golongan yaitu:
a. Kalimat Majemuk Setara
(Ida, 2006:37) Kalimat majemuk setara adalah gabungan beberapa kalimat tunggal
menjadi sebuah kalimat yang lebih besar dan tiap-tiap kalimat tunggal yang
digabungkan tidak kehilangan unsur-unsurnya. Biasanya dihubungkan dengan
konjungsi koordinatif dan, atau, tetapi, dan sedangkan.
Contoh:
- Vony ingin sekali menjadi guru matematika, tetapi dia kurang menyukai
matematika.
- Raja kuliah di UR, sedangkanRisma kuliah di UIR.
b. Kalimat Majemuk Bertingkat
(Ida, 2006:61) Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-
polanya tidak sederajat, salah satu pada bagian yang lebih tinggi kedudukannya
disebut induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut
anak kalimat. Konjungsi subordinatif dapat menyatakan berbagai hubungan makna,

7
yaitu hubungan waktu (sebelum, sejak, sewaktu, setelah), syarat (asalkan, jika,
kalau), pengandaian (jangan-jangan, seandainya), tujuan (agar, biar, supaya),
konsesif (walaupun, sekalipun, sungguhpun), pembandingan (alih-alih, daripada,
ibarat, sebagaimana), sebab/alasan (karena, sebab), hasil/akibat (sampai-sampai,
maka, sehingga), cara (dengan, tanpa), komplementasi (bahwa), atribut (yang),
perbandingan (sama).
Contoh:
- Daripada menganggur, Tessa membantu ibunya di toko.
- Setelah memberikan pertunjukkan, Fitri juga menemui fansnya.
c. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang terdiri dari sebuah pola atasan dan
sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua pola atasan
dan satu atau lebih pola bawahan.
Contoh:
1) Satu pola atasan dan dua polah bawahan
Kami telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang
dimeriahkan oleh para artis ibu kota, serta dihadiri pula oleh para
pembesar kota itu.
2) Satu pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan
Bapak menyesalkan perbuatan itu, dan meminta kami agar kami berjanji
tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, yang dapat
merugikan nama baik dan kedudukannya.

2. Jenis Kalimat Menurut Kelengkapan Unsurnya


Kalimat menurut kelengkapan unsurnya dibagi menjadi dua yaitu:
1. Kalimat Lengkap (Mayor)
Kalimat lengkap adalah kalimat yang memiliki subjek dan predikat.
Contoh:
- Ibu pergi.
- Adik sedang belajar.

8
2. Kalimat Tidak Lengkap (Minor)
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak memiliki salah satu unsur subjek
atau predikatnya. Kalimat ini sering dipakai pada slogan, ucapan atau sapaan dan
bahasa lisan.
Contoh:
- Sampai jumpa lagi.
- Selamat hari ulang tahun.

3. Jenis Kalimat Menurut Susunan Subjek Predikatnya


Kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dibagi menjadi dua yaitu:
1. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang subjek mendahului predikat.
Contoh:
- Agung berangkat ke Jakarta
- Ibu menyiram bunga.
2. Kalimat Invers
Kalimat invers adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjek. Urutan ini
digunakan untuk penegasan makna.
Contoh:
- Bawa bibit itu kemari.
- Disiramnya bunga itu.

4. Jenis Kalimat Menurut Fungsi Isinya


1. Kalimat Berita (Deklaratif)
(Ramlan, 2005:27-28) Jika dilihat berdasarkan fungsinya, kalimat berita pada
umumnya berfungsi untuk memberitahukan sesuatu informasi pada orang lain
sehingga orang yang mendengar informasi tersebut .pun memberi tnggapan seperti
misalnya berupa perhatian pada informasi tersebut. Umumnya kalimat berita
disertai kontur intonasi akhir kalimat yang menurun. Dalam kalimat berita tidak
terdapat kata-kata tanya seperti: apa, siapa, dimana, dan mengapa. Tetapi

9
terdapat kata-kata ajakan seperti: mari dan ayo. Kata persilahkan
seperti: silahkan dan dipersilahkan. Kata larangan seperti: jangan.
Contoh:
- Menurut ilmu sosial konflik dapat terjadi karena penemuan-penemuan baru.
- Belajarlah mereka dengan tekun.

2. Kalimat Tanya (Introgratif)


(Ramlan, 2005:28-39) Jika ditinjau berdasarkan fungsinya, kalimat tanya berfungsi
untuk menanyakan sesuatu. Kalimat tanya ini pola intonasinya berbeda dengan
kalimat berita. Perbedaan utamanya terletak pada nada akhirnya. Kalimat berita
bernada akhir turun sedangkan kalimat tanya berakhir nada naik.Kalimat tanya
seringa menggunakan kata tanya, seperti apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana,
mana, bilamananya, kapan, bila, dan berapa.
a. Contoh kata tanya apa.
Apa yang dibawa petani itu?
b. Contoh kata tanya siapa
Siapa yang menulis surat ini?
c. Contoh kata tanya mengapa.
Mengapa anak-anak itu dipulangkan?
d. Contoh kata tanya kenapa.
Kenapa Vony tidak pergi ke kampus?
e. Contoh kata tanya bagaimana.
Bagaimana Chervon itu dapat lulus di Universitas tersebut?
f. Contoh kata tanya di mana.
Pengusaha itu bertempat tinggal di mana?
g. Contoh kata tanya bilamana, bila, dan kapan.
- Bilamana karyawan itu akan menyelesaikan pekerjaannya?
- Kapan kapal terbang itu mengalami kerusakan?
- Bila bapak guru akan pulang?
h. Contoh kata tanya berapa.
Berapa harga buku tersebut?

10
3. Kalimat Perintah (Imperatif)
(Ramlan, 2005:39-43) Berdasarkan fungsi dalam hubungan situasi, kalimat
perintah mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang lain.
Berdasarkan struktur kalimat perintah dapat digolongkan menjadi.
a. Kalimat suruh yang sebenarnya ditandai oleh pola intonasi suruh. Hanya
partikel lah yang dapat ditambahkan pada kata verbal itu guna menghaluskan
perintah.
Contoh:
- Tertawalah engkau sepuas-puasnya!
- Berangkatlah sekarang juga!
b. Kalimat persilakan yang ditandai oleh pola intonasi suruh, dan penambahan
kata silahkan atau persilahkan yang diletakkan di awal kalimat.
Contoh:
- Silahkan tuan mengambil buku sendiri!
- Silahkan beristirahatlah!
c. Kalimat ajakan yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan, hanya
perbedaannya tindakan itu bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak
berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara atau penuturnya.
Contoh:
- Ayo kita bermain sepak bola!
- Marilah belajar ke perpustakaan pusat!
d. Kalimat larangan, selain ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat ini ditandai
dengan kata jangan atau dilarang di awal kalimat. Partikel lah dapat
ditambahkan pada kata tersebut untuk memperhalus larangan.
Contoh:
- Janganlah suka menyakiti hati orang.
- Dilarang membawa buku itu!

11
4. Kalimat Seruan (Eksklamatif)
(Abdul Chaer, 2011:360)Kalimat seruan digunakan untuk menyatakan emosi atau
perasaan batin yang biasanya terjadi secara tiba-tiba. Misalnya rasa terkejut, marah,
kagum, gemas, kecewa, sedih, cemas, takut, tidak suka, benci, iba, dan sebagainya.
Contoh:
- Betapa kecewanya aku!
- Sungguh indahnya hari ini!

2.5 Kalimat Efektif


(Kunjana Rahardi,2009:129) Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki
kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri pendengar atau
pembaca. (Nursalim A.R,2011:40) Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan penulis secara segar, dan sanggup
menarik perhatian pembaca atau pendengar terhadap pokok persoalan yang
dibicarakan.
Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau
penulis.
b. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau
penulis.
Kalimat efektif menurut penulis: kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
menimbulkan pikiran dan gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain dan
menarik perhatian pembaca mengenai pokok pembicaraan. Sebuah kalimat efektif
mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk,
ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan.
1. Kesepadan Struktur
(Arifin dan Tasai, 2010:97) Kesepadanan struktur adalah keseimbangan antara
gagasan atau pikiran dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat itu
memiliki beberapa ciri, seperti:

12
a) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
b) Tidak terdapat subjek yang ganda.
c) Kata penghubunga intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
d) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a) Kepadasemua pegawaiuntuk memasuki ruang rapat. (Salah)
b) Semua pegawaiuntuk memasuki ruang rapat. (Benar)

2. Keparalelan Bentuk
(Arifin dan Tasai, 2010:99) Keparalelan bentuk adalah kesamaan atau bentuk kata
atau frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga menggunakan nomina.
Kalau bengtuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan
verba.
Contoh :
a) Harga BBM minggu ini segera dibakukan dan kenaikan secara luwes.
b) Harga BBM minggu inisegera dibakukan dan dinaikkan secara luwes.

3. Ketegasan Makna
(Arifin dan Tasai, 2010:100) Ketegasan makna adalah penonjolan pada ide pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu
memberika penekanan atau penegasan pada penonjolan tersebut. Ada berbagai cara
untuk membentuk penekanan dalam kalimat, yaitu:
a) Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan kalimat
Contoh: Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.
b) Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh: Sekali, dua kali, tiga kali, ia selalu membuat kekacauan.
c) Melakukan pengulangan kata
Contoh: Saya suka kecantikannya, saya suka kelembutannya, saya
suka senyumnya.

13
d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh: Novi itutidak cantik, tetapiberhati tulus.
e) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh: Saudaralah yang harus bertanggung jawab.

4. Kehematan Kata
(Arifin dan Tasai, 2010:101) Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat
efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain yang dianggap
tidak perlu. Kehematan tidak harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah
kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap kata
yang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Contoh:
· Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden
datang. (Salah)
· Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden
datang.(Benar)
b.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat (sejumlah perincian).
Contoh:
· Di mana engkau menangkap burung merpati itu? (Salah)
· Di mana engkau menangkap merpati itu?(Benar)
c.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Contoh:
· Sejak dari pagi dia bermenung.(Salah)
· Sejak pagi dia bermenung. (Benar)
d.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata
yang berbentuk jamak.

14
Contoh:
· Para hadirin(Salah)
· hadirin(Benar)

5. Kecermatan dan Kesantunan


(Arifin dan Tasai, 2010:103) Kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak
menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilhan kata.
Contoh:
· Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang,
dan para menteri. (Salah)
· Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.(Benar)
6. Kepaduan Makna
(E.Zaenal Arifin, 2008:103) Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan
pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak
terpecah-pecah.
Contoh:
· Kita harus memperhatikan daripada kehendak rakyat (Salah)
· Kita harus memperhatikan kehendak rakyat (Benar)

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan
berdasarkan pola yang mempunyai pikiran makna yang lengkap. Kalimat yang
jumlahnya banyak pada hakikatnya disusun dengan pola tertentu yang jumlahnya
sedikit. Dalam pola kalimat dasar kita dapat menjumpai Subjek (S), Prediket (P),
Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket) yang merupakan unsur
pembangun sebuah kalimat. Unsur-unsur kalimat ini memiliki fungsi dan tugasnya
masing-masing di dalam sebuah kalimat. Kalimat minimal harus memiliki unsur
Subjek (S) dan Prediket (P).Kalimat yang jumlahnya banyak biasanya disusun
dengan pola yang mempunyai makna. Pola-pola tersebut disusun berdasarkan
unsur-unsur pembangin kalimat. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
menimbulkan pikiran dan gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain dan
menarik perhatian pembaca mengenai pokok pembicaraan.Kalimat
efektif juga mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan
bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan
gagasan, dan kelogisan bahasa.Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat
yang memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Secara tepat dapat mewakili gagasan atau
perasaan pembicara atau penulis. 2) Sanggup menimbulkan gagasan yang sama
tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh
pembicara atau penulis.

3.2 Saran
Agar dalam setiap penulisan kalimat dapat terstruktur dengan baik maka
kita terlebih dahulu harus memahami unsure-unsur yang membangun didalam nya
terlebih dahulu agar penulisan kita dapat dipahami oleh pembaca dengan baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Faizah, Hasnah. 2008. Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Pekanbaru:
Cendikia Insani
Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo
Nursalim. 2011. Pengantar Kemampuan Berbahasa Indonesia Berbasis
Kompetensi. Pekanbaru: Zanafa Publishing
Putrayasa, Ida Bagus. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Refika
Aditama
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-
Mengarang. Jakarta: Erlangga
Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. KARYONO
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa
Wijayanti, Sri Hapsari, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian
Karya Ilmiah. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA

17

Anda mungkin juga menyukai