Anda di halaman 1dari 23

PENATAAN KALIMAT

Dosen Pengampu :
Dessy Dwitalia Sari, M.Pd

Disusun Oleh
Kelompok 7

Alfisyah 2310125320029
Miswar Hayati 2310125120029
Nurlayalia Ramadhini 2310125220059
Sri Kurnia Damayanti 2310125220057
Wildiana Rifqa Suriansyah 2310125320027

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan dan berkat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah “Penataan Kalimat” ini dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini menjelaskan lebih mendalam mengenai Tata, pola, bentuk, dan fungsi
kalimat dengan bahasa yang lebih mudah untuk di cerna dan di pahami.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan kalimat bahasa Indonesia, serta
infomasi dari media massa yang berhubungan dengan kalimat yang baik.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua, serta dapat menambah wawasan kita mengenai keluasan kalimat
dalam Bahasa Indonesia. Akhir kata, mungkin dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Kritik dan saran tentunya sangat kami harapkan demi
perbaikan dan kesempurnaan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Banjarmasin, 28 September 2023

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
A. Pengertian Kalimat................................................................................................
B. Unsur-unsur Kalimat.............................................................................................
C. Pola Kalimat..........................................................................................................
D. Jenis-jenis Kalimat................................................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan kepada


orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Pikiran yang
disampaikan dalam pembicaraan atau tulisan diungkapkan melalui rangkaian
kata yang terpilih dan tersusun menurut kaidah tertentu. Bahasa sebagai
simbol yang bermakna terdiri atas satuan-satuan tertentu yang secara
fungsional saling berhubungan sebagai suatu sistem. Satuan terkecil yang
mengandung makna berupa kata atau frasa (kelompok kata), sedangkan satuan
yang lebih besar yang mengandung pikiran berupa kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek
(S) dan predikat (P) serta intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah
berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur
minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-
mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk.
Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung
pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya.
Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan bahasa sebagai sarana berpikir
dan berkomunikasi banyak ditentukan oleh penguasaan kaidah kalimat yang
didukung oleh kosakata yang memadai. Hal inilah yang kemudian menarik
untuk diketahui tentang bagaimana penataan kalimat. Oleh karena itu penulis
berusaha untuk memberikan pemahaman tentang pertanyaan tersebut dalam
makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan
pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.

B. Rumusan Masalah
Agar dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka
penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kalimat?

1
2. Bagaimana unsur-unsur kalimat?
3. Bagaimana susunan pola kalimat?
4. Apa saja jenis-jenis kalimat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kalimat.
2. Untuk mengetahui unsur unsur kalimat.
3. Untuk mengetahui susunan pola kalimat.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis kalimat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun
tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak memiliki
unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Deretan
kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,
yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat
diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir.
Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Untuk
mengenal lebih dalam bahasa Indonesia yaitu bahasa kita sendiri, Kalimat
juga dapat diartikan sebagai gabungan dari dua buah kata atau lebih yang
menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Kalimat adalah kesatuan
ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan, perkataan, ling
satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual ataupun potensial yang terdiri atas klausa.
Sedangkan menurut pakar linguistik, Kalimat adalah satuan bahasa yang
secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir yang
terdiri dari klausa. Jadi dapat disimpulkan Kalimat adalah gabungan beberapa
kata atau klausa yang memiliki unsur subjek dan predikat yang saling
berkaitan satu sama lain, dan diberi irama dengan tanda baca yang
menghasilkan sebuah intonasi sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan
bermakna.

B. Unsur-unsur Kalimat
Ibaratkan sebuah bangunan rumah yang terdiri dari sejumlah komponen
dan unsur yang membangun atau membentuk rumah itu, sosok kalimat juga

3
dapat hadir karena terbangun dari unsur-unsur pembangun kalimat itu. Tanpa
unsur pembangun yang jelas sebuah kalimat tidak terwujud dengan benar dan
baik. Berikut ini dipaparkan satu per satu unsur-unsur pembentuk :
a. Fungsi atau unsur kalimat Hasan Alwi, dkk. (2014:333) menyatakan
bahwa “Fungsi dalam kalimat adalah subjek, predikat, objek, pelengkap
dan keterangan”. Fungsi unsur-unsur kalimat dapat diketahui jika
mengenai ciri umum tiap-tiap fungsi sintaksis. Oleh karena itu, di bawah
ini berturut-turut akan dibicarakan fungsi subjek, predikat, objek,
pelengkap dan keterangan. Berikut ini adalah uraian fungsi atau unsur
kalimat.
1) Subjek
Subjek kalimat (S) atau yang sering juga disebut dengan subyek
adalah pelaku atau orang yang melakukan kegiatan tertentu. Subjek
pada umumnya berupa kata benda seperti nama orang, binatang,
tumbuhan, dan benda. Contoh: Budi, Gajah, Anggrek, sekolah dan
lain-lain. Subjek adalah bagian klausa yang menandai apa yang
dibicarakan oleh pembicara. Bagian klausa yang lain selain subjek
adalah predikat. Subjek tidak selalu sama dengan pelaku atau aktor,
terutama dalam kalimat pasif. Contoh: "Kamu ditangkap polisi" dan
"polisi menangkap kamu" memiliki pelaku/aktor yang sama, yaitu
"polisi" sedangkan subjeknya berbeda: "kamu" dan "polisi".
Finoza (2008:14) menyatakan bahwa "Subjek (S) adalah bagian
kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok, sesuatu hal, atau
suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Selanjutnya, Hasan
Alwi, dkk. (2014:334) menyatakan bahwa ”Subjek merupakan fungsi
sintaktis terpenting yang kedua setelah predikat. Pada umumnya
subjek berupa nomina (kata benda), frasa nomina (frasa benda), atau
klausa’
Ciri-ciri subjek menurut Ernawati Waridah (2018:290)
yaitu,merupakan jawaban atas pertanyaan 'apa dan siapa', dapat disertai
kata 'ini atau itu', dapat berupa frase atau diperluas menjadi klausa,

4
tidak diketahui kata depan seperti di, ke, dalam, kepada, pada, oleh,
dari, berupa kata benda, kelompok kata benda, atau kata kerja.
2) Predikat
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan
perbuatan (action) apa subjek, yaitu pelaku atau tokoh atau sosok di dalam
suatu kalimat. Selain itu, P juga menyatakan sifat atau keadaan bagaimana
subjek. Pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki subjek bisa juga
termasuk sebagai predikat dalam kalimat. Satuan bentuk pengisi predikat
dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berupa kelas verba atau
adjektiva, tetapi dapat juga numerilia, nomina, atau frasa nominal (Finoza,
2008:142). Selanjutnya, Hasan Alwi, dkk. (2014:334) menyatakan bahwa
"Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek
kiri, dan jika ada, konstiten objek, pelengkap dan atau keterangan wajib di
sebelah kanan". Predikat biasanya berupa verba dan adjektif. Pada kalimat
berpola S-P predikat dapat berupa frasa nominal, frasa numeral, frasa
preposional, di samping frasa adjektival. Berikut ini contoh kalima jenis
frasa tersebut.
1) Ayahnya hakim tinggi PN Sumut (P= FN)
2) Abangnya tiga orang (P=F Num)
3) Mamaknya di luar kota (P=Fprep)
4) Adiknya belum tidur (P=FV)
5) Pemandangan itu sangat indah (P=Fadj)
Kalimat yang predikatnya FN seperti pada contoh (1) sukar untuk
mengetahui apakah kalimat ini berpola S-P atau P-S. Untuk itu, diperlukan
ciri pengenalannya. Cara pertama, dengan melihat FN yang diletakan
partikel –lah (jika partikel itu ada). FN yang dilekati partikel -lah, selalu
berfungsi sebagai predikat.
Cara yang kedua, dengan memperhatikan pola intonasinya. Pada
kalimat S-P unsur predikat mempunyai pola intonasi menurun, yaitu (2) c
a, sedangkan pada kalimat berpola P-S mempunyai pola intonasi (2) c b
pada predikatnya, berikut ini contoh pamakaiannya:
(1) a. Pencurinya dia

5
b. Anak itu temannya Doni
(2) a. Anak itu teman Dini
b. Adik Dini anak itu
3) Objek
Hasan Alwi, dkk. (2014:335) “Objek adalah konstituen kalimat yang
kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada
kalimat aktif. Letak objek selalu setelah predikat. Verba predikat pada
kalimat yang memerlukan kehadiran objek biasanya sufiks -kan dan -i
serta prefiks meng-. Ciri- ciri objek menurut Ernawati Waridah (2018:290)
adalah sebagai berikut:
a) Berupa kata benda atau kelompok kata benda,
b) Berada langsung di belakang kata kerja transitif tanpa preposisi
berimbuhan me(N)-kan, dan turunnya yakni memper-, memper- -
kan,dan memper- -i,
c) Dapat menjadi subjek pada kalimat pasif.
4) Pelengkap
Objek sering mencampuradukan pengertian objek dan pelengkap.
Kedua fungsi ini memang mempunyai kemiripan, baik objek maupun
pelengkap sering berwujud nomina dan keduanya sering menduduki
tempat yang sama, yaitu di belakang verba. Perhatikan kedua kalimat
berikut:
a) Dia mendagangkan barang-barang elektronik di Pasar Senen,
b) Dia berdagang barang-barang elektronik di Pasar Senen.
Contoh di atas tampak bahwa barang-barang elekronik adalah frasa
nominal dan berdiri di belakang verba mendagangkan dan berdagang.
Akan tetapi,pada kalimat (1) Frasa nominal ini dinamakan Objek, dan
sedangkan pada kalimat (2)disebut pelengkap atau dinamakan komplemen.
5) Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang berfungsi untuk menambahkan
informasi atau memperjelas maksud yang ada di dalam kalimat. Unsur
keterangan bukanlah unsur utama pembangun kalimat, sehingga unsur
keterangan bisa digunakan tetapi bisa juga tidak ditambahkan, tergantung

6
dengan kebutuhan kalimat itu sendiri. Ada berbagai macam unsur
keterangan (k), diantaranya adalah keterangan cara, kesertaan, dan alat.
Hasan Alwi,dkk (2014 :337) keterangan merupakan fungsi
sintaksis yang paling beragam dan kalimat paling mudah berpindah
letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, di awal dan bahkan di tengah
kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat
mana suka. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa
preposisional, atau frasa adverbial.
Ciri-ciri keterangan menurut Ernawati Waridah (2018:290) yaitu,
a) Memberikan informasi tentang tempat, waktu, cara, alat, sebab, dan
akibat.
b) Posisinya dapat berada di awal, di tengah atau di akhir kalimat.
c) Didahului kata depan, seperti di, ke, dari, pada, kepada, dalam, dengan.
d) Berupa kata atau kelompok kata benda, kelompok kata depan,
kelompok kata keterangan.

C. Pola Kalimat
Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan untuk
membuat berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur
kalimat yang dibentuk dengan lima unsur kalimat, yaitu S,P,O,Pel,Ket.
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada delapan tipe kalimat
yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia.
Kedelapan tipe kalimat itu tercantum di bawah ini :
1. Kalimat dasar berpola SP
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat
kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau
kata bilangan. Misalnya:
a. Mereka (S) / sedang berenang (P) : kata kerja
b. Ayahnya (S) / guru SMA (P) : kata benda
c. Gambar itu (S) / bagus (P): kata sifat
d. Peserta penataran ini (S) / empat puluh orang (P) : kata bilangan
2. Kalimat Dasar Berpola S P O

7
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek.
subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif,
dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.
S P O
3. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif
atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam.
S P Pel.
4. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan
pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa
verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap
berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
S P O Pel.
5. Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus
memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
S P K
6. Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan
keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa
verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S P O K

8
7. Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan
keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa
verba intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva,
dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya
Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
S P Pel. K
8. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal,
pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
S P O Pel. K
Sedangkan berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam
Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1) KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
2) KB + KS : Dosen itu ramah.
3) KB + Kbil : Harga buku itu tiga ribu rupiah.
4) KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
5) KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
6) KB1 + KB 2 : Rustam peneliti.

D. Jenis-jenis Kalimat
1. Jenis Kalimat Menurut Struktur
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat
tunggal dan dapat pula berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat
bersifat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran
(koordinatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam
kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat
majemuk.

9
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada
hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat yang panjang-
panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-
kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang
sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
1) Rina Bernyanyi
S P
2) Farhan membeli semangka
S P O
3) Ani mengunjungi rumah Helna kemarin
S P O K
b. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih.
Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai
berikut.
1) Kalimat majemuk setara perjumlahan, yaitu kalimat majemuk
setara yang terdiri atas dua kalimat atau lebih yang dihubungkan
oleh kata dan, atau, serta.
Contoh:

a) Kami membaca dan mereka menulis.


b) Kakak membersihkan dapur di hari minggu, Adik menata
kebun, dan aku membersihkan ruang tamu.
2) Kalimat majemuk setara pertentangan, yaitu dua kalimat tunggal
atau lebih yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan, atau
melainkan.
Contoh:

a) Rani tidak membeli pulpen, melainkan pensil.


b) Adiknya sangat rajin tetapi ia sendiri pemalas.
3) Kalimat majemuk setara perurutan adalah dua kalimat tunggal atau
lebih yang dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian.
Contoh:

10
a) Raisa membaca buku kemudian mengerjakan tugas.
b) Azkia main di depan rumah, lalu makan masakan ibunya.
4) Kalimat majemuk setara pemilihan, yaitu dua kalimat tunggal atau
lebih yang dihubungkan oleh kata atau.
Contoh:
a) Mereka di perpustakaan sedang belajar atau sedang berpacaran.
b) Kamu bebas memilih jurusan IPA, IPS atau Bahasa.
c. Kalimat Majamuk Setara Serapan
Dalam kalimat majemuk setara, ada kalimat yang berbentuk
kalimat rapatan, yaitu suatu bentuk yang merapatkan dua atau lebih
kalimat tunggal. Yang dirapatkan ialah unsur subjek yang sama.
Dalam hal seperti ini unsur yang sama cukup disebutkan satu kali.
Contoh kalimat majemuk setara rapatan sebagai berikut.
1) Kami berlatih. Kami bertanding. Kami berhasil.
Kalimat ini dapat digabung menjadi:
Kami berlatih, bertanding, dan berhasil.
2) Mita membeli sayur. Mita membeli gula. Mita membeli beras.
Kalimat ini dapat digabung menjadi:
Mita membeli sayur, gula, dan beras.
d. Kalimat Majemuk tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang
bebas (klausa bebas) dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak
bebas (klausa terikat). Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf
kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang
majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan
pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat,
dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam
anak kalimat. Kalimat majemuk tidak setara ini disebut juga kalimat
majemuk bertingkat. Contoh:
Para pemain sudah lelah

Para pemain boleh beristirahat.

Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.

11
Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat

Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak-setara


terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat. Induk kalimat
ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat bukan inti gagasan,
melainkan pertalian gagasan dengan hal-hal lain. Mari kita perhatikan
kalimat di bawah ini.

1) Zahra sedang membaca novel ketika Aulia datang berkunjung.


Anak kalimat: ketika Aulia datang berkunjung.
Induk kalimat: Zahra sedang membaca novel

Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun,


sungguhpun, karena apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika,
sehingga, setelah, sesudah sebelum, kendatipun, sekalipun, bahwa, dan
sebagainya.

e. Kalimat Majemuk Tidak Setara yang Berunsur Sama


Kalimat majemuk taksetara (tidak setara) dapat dirapatkan
andaikata unsur-unsur subjeknya sama. Contoh:
1) Kami sudah lelah.
2) Kami ingin pulang.
3) Karena sudah lelah, kami ingin pulang
Pada anak kalimat terdapat kata kami sebagai subjek anak
kalimat, dan pada induk kalimat terdapat pula kata kami sebagai subjek
induk kalimat. Dalam hal seperti ini, subjek itu ditekankan pada induk
kalimat sehingga subjek pada anak kalimat boleh dihilangkan, dan
bukan sebaliknya.
Perhatikan kalimat ini.
Karena kami sudah lelah, kami ingin pulang. (salah karena subjeknya
diulang)
Perbaikannya:
Karena sudah lelah, kami ingin pulang. (Kalimat ini benar karena
subjek anak kalimat bisa dibuang)
f. Penghilangan Kata Penghubung

12
Ada beberapa kalimat majemuk taksetara rapatan yang mencoba
mengadakan penghematan dengan menghilangkan penanda anak
kalima sehingga kalimat itu menjadi salah. Contoh:
Membaca surat itu, saya sangat terkejut.
Anak kalimat: Membaca surat itu.
Induk kalimat: Saya sangat terkejut.
Subjek anak kalimat itu persis sama dengan subjek pada induk
kalimat, yaitu saya. Kalau tidak ada penanda pada anak kalimat,
kalima majemuk itu tidak benar (tidak baku). Penanda yang dapat
dipakai ialah setelah sehingga kalimat akan menjadi
Setelah (saya) membaca surat itu, saya sangat terkejut.
Setelah membaca surat itu, saya sangat terkejut.
Beberapa contoh:
1) Memasuki masa pensiun, ia merasa mempunyai waktu yang cukup
untuk menolong orang banyak. (Salah)
2) Setelah memasuki masa pensiun, ia merasa mempunyai waktu yang
cukup untuk menolong orang banyak. (Benar)
1) Menderita penyakit jantung, ia terpaksa berurusan dengan dokter
(Salah)
2) Karena menderita penyakit jantung, ia terpaksa berurusan dengan
dokter. (Benar)
g. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (kalimat
majemuk bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas
kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat).
Misalnya:
1) Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
(Bertingkat + Setara)
2) Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum
selesai. (Setara + Bertingkat)
Penjelasan:

13
Kalimat pertama terdiri atas anak kalimat karena hari sudah malam
dan induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami berhenti
dan langsung pulang. Jadi, susunan kalimat pertama adalah bertingkat +
setara.
Kalimat kedua terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat
majemuk setara, kami pulang, tetapi mereka masih bekerja, dan anak
kalimat karena tugasnya belum selesai. Jadi, susunan kalimat kedua
adalah setara + bertingkat.
2. Jenis Kalimat Menurut bentuk Gayanya (Retorikanya)
Tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang
disusunnya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian
pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya sudah
gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan
pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan
membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang
monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu
subjek-predikat-objek-keterangan, atau selalu konstruksi induk kalimat-
anak kalimat.
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-
anak), (2) kalimat yang berklimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang
berimbang (setara atau campuran).
a. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh unsur utama, yaitu
induk kalimat dan diikuti oleh unsur tambahan, yaitu anak kalimat,
gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. Unsur anak kalimat ini
seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini
tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:

1) Saya akan dibelikan iphone oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.

14
2) Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan
yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan
aman.
b. Kalimat yang Berklimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan
diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut
berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru
membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu
setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa
bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh
karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa
berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan. Misalnya:
1) Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
2) Setelah 1.000 hari disekap dalam sebuah ruangan, akhirnya tiga
sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.
c. Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau
majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang
karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan
dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya:

1) Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan


domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2) Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan
tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
3. Jenis Kalimat Menurut Fungsinya
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat diperinci menjadi kalimat
pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan.
Semua jenis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif.
Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan
dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan
oleh bermacam-macam tanda baca.

15
a. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu
dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada
lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun tanda baca titik).
Misalnya:

Positif

1) Presiden SBY mengadakan kunjungan ke luar negeri.


2) Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif

1) Tidak semua nasabah bank memperoleh kredit lemah.


2) Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi
yang memuaskan tentang bisnis kondominium di kota-kota besar.

b. Kalimat Pertanyaan (Introgatif)


Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memeroleh
informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi
menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata
tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.

Misalnya:

Positif

1) Kapan Saudara berangkat ke Singapura?


2) Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif

1) Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bentuk


disepakati?
2) Mengapa tidak semua fakir miskin di negara kita dapat
penghidupannya oleh negara?
c. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)

16
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin menyuruh atau
"melarang" orang berbuat sesuatu. (biasanya, intonasi menurun; tanda
titik atau tanda seru). Misalnya:
Positif
a. Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Bukhari!
b. Tolong buatkan dahulu rencana pembiayaannya.
Negatif
1) Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
2) Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat jika sudah tergolong
orang mampu.
d. Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan
perasaan "yang kuat" atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh
menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau
tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif
1) Bukan main, cantiknya.
2) Nah, ini dia yang kita tunggu.
Negatif
1) Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
2) Wah, target KONI di Sea Games XIII tahun 2005 di Manila tidak
tercapai.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan
atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan
kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda,
dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Unsur-unsur dalam kalimat meliputi subjek, predikat, objek, pelengkap
dan keterangan”. Fungsi unsur-unsur kalimat dapat diketahui jika
mengenai ciri umum tiap-tiap fungsi sintaksis. Oleh karena itu, di bawah
ini berturut-turut akan dibicarakan fungsi subjek, predikat, objek,
pelengkap dan keterangan.
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada delapan tipe kalimat
yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia.
Kedelapan tipe kalimatnya adalah kalimat dasar berpola SP, kalimat dasar
berpola S P O, kalimat dasar berpola S P Pel., kalimat dasar berpola S P O
Pel., kalimat dasar berpola S P K, kalimat dasar berpola S P O K, kalimat
dasar berpola S P Pel. K dan kalimat dasar berpola S P O Pel. K.
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat
tunggal dan dapat pula berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat
bersifat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran
(koordinatif-subordinatif). Menurut gaya penyampaian atau retorikanya,
kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (1)
kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang berklimaks (anak-
induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran). Menurut
fungsinya, jenis kalimat dapat diperinci menjadi kalimat pernyataan,

18
kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jenis
kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif.

B. Saran
Menyadari penulis jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat di pertanggung
jawabkan. Kami juga perlu saran atau kritikan dari pembaca tentang
penulisan makalah kami diatas. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia Ibu Dessy dwitalia
Sari, M.Pd yang telah memberikan tugas membuat makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Zaenal dan S.Amran Tasai. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika pressindo.
Arifin, E.Zaenal, Wahyu Wibobo dan Somadi Sosrohadi. 2010. Bahasa Indonesia
Akademik: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Tangerang: Pustaka
Mandiri.
Hasan, Ahmad Ali. 2011.Gramatika Bahasa Indonesia. Bandung: Acarya.
Mulyono, Iyo. 2012. Ihwal Kalimat Bahasa Indonesia dan Problematik
Penggunaannya. Bandung: Yrama Widya.
Sugono, Dendy. 2011. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1. Jakarta:
BadanPengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

20

Anda mungkin juga menyukai