Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“FRASA BAHASA INDONESIA”

Mata Kuliah: Konsep Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh Kelompok III :

1. Ramdayani (A1G123136)

2. Fitri Rahmadani Ramli (A1G123117)

3. Novia Fitri Ramadhani (A1G123130)

4. Zahratul Jannah (A1G123145)

5. Nur Cahya Aulia Hamid (A1G123131)

6. David Septiadi (A1G123111)

7. Azzarani Meisya Putri Hamizu ( A1G123107)

8. DianDila Trielyawati (A1G123113)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (S1)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatjan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nyalah makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih terhadap dosen mata kuliah yang bersangkutan.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Konsep Dasar Bahasa
dan Sastra”. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
membawa dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun pun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 30 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................2
B. Rumusan Masalah.....................................................................3
C. Tujuan Penulisan.......................................................................4
D. Manfaat .....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................6
A. Frasa Bahasa Indonesia.............................................................7
B. Jenis Frasa Bahasa Indonesia....................................................8
C. Penyusunan Frasa Bahasa Indonesia.........................................9
BAB III PENUTUP...........................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................11
B. Saran........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, dan bahasa dibutuhkan
manusia di dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan
maupun tulisan. Kedua bentuk komunikasi ini tentunya membutuhkan keterampilan
berbahasa yang memadai untuk menghasilkan sebuah komunikasi yang efektif dan
efisien. Efektifitas dan efisiensi dalam berbahasa akansangat dipengaruhi oleh
keterampilan berbahasa khususnya keterampilan dalam penyusunan kalimat yang akan
digunakan untuk berkomunikasi. Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman
mengenai makna kata sebagai penyusun kalimat tersebut, yang selanjutnya akan
membentuk sebuah frasa, klausa, dan pada akhirnya terbentuklah sebuah kalimat untuk
berkomunikasi. Sehingga pentinglah pemahaman mengenai sintaksis sebagai sebuah
cabang linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui para penutur bahasa Indonesia agar
komunikasi menjadi efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang muncul
sebagai berikut:
1. Apa itu Frasa Bahasa Indonesia?
2. Apa Saja Jenis Frasa Bahasa Indonesia?
3. Bagaimana penyusunan frasa bahasa Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, dapat diketahui bahwa
tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Frasa Bahasa Indonesia.
2. Mengetahui Jenis Frasa Bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui penyusunan frasa bahasa Indonesia.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis. Berikut
penjelasan mengenai manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan terhadap ilmu bahasa, khususnya dalam bidang sintaksis
mengenai penggunaan frasa bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis berkaitan dengan apa yang dilakukan supaya aspek kebahasaan
khususnya penggunaan frasa bahasa Indonesia mudah dipahami oleh pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Frasa Bahasa Indonesia


Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi. Unsur-unsur kebahasaan seperti fonem, morfem, frasa, klausa
atau kalimat dianalisis oleh subbidang analisis masing-masing. Satuan bahasa itu akan
diidentifikasi menurut kategori fungsi dan makna. Oleh karena itu munculah subbidang
analisis sintaksis. Sintaksis menjadikan frasa, klausa, kalimat, dan wacana sebagai objek
analisis. Sintaksis itu sendiri adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur
frasa dan kalimat.
Frasa Bahasa Indonesia adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki makna,
serta tidak memenuhi fungsi subjek-predikat. Jika sudah memenuhi fungsi predikat,
maka itu disebut klausa. Hati-hati dalam membedakannya meski serupa, frasa dan kata
majemuk adalah dua hal yang berbeda. Kata majemuk membentuk makna baru
(gabungan morfologis), sedangkan frasa adalah gabungan siktaksis.

B. Jenis Frasa Bahasa Indonesia


Frasa memiliki beberapa kategori yang diklasifikasikan berdasarkan persamaan
distribusi, kategori kata yang menjadi unsur inti, kedudukan, serta makna. Berikut
merupakan tujuh jenis frasa bahasa Indonesia berdasarkan unsur inti:
1. Frasa Preporsional
Frasa preposisional ditandai dengan preposisi atau kata depan yang menyatakan
tempat. Singkatnya, preposisi berkedudukan sebagai unsur utama, sedangkan unsur
keduanya dapat berupa nomina, pronomina, atau adjektiva. Jadi, bila kamu
menemukan kata depan (preposisi) diikuti beberapa kata (bukan klausa), bentuk
tersebut dinamakan frasa preposisional.

2. Frasa Verbal
Frasa verbal adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki unsur inti
berkategori kata kerja. Oleh karena itu frasa ini ditandai dengan afiks verba. Frasa
verbal termasuk dalam kategore frasa endosentrik antributif, yakni hubungan antar
unsur tidak setara, unsur inti bersifat wajib, sedangkan unsur tambahan bersifat
opsional.

3. Frasa Adjektival
Frasa adjektiva sering pula disebut frasa sifat. Hal ini karena ia memiliki unsur inti
berupa kata sifat (adjektiva) dan unsur tambahan berupa adverbia. Adverbia berfungsi
memberi keterangan pada kata lain, seperti: amat, sangat, terlalu, nian, sekali, dan
sebagainya.
Berikut merupakan contoh frasa adjektiva: amat mahal, sangat besar, cantik nian.
Bentuk amat, sangat, dan nian termasuk adverbia, berfungsi menerangkan kata sifat
mahal, besar, dan cantik yang berkedudukan sebagai unsur inti.
4. Adverbia
Kategori adverbia biasanya berkedudukan sebagai atribut tambahan karena fungsinya
sebagai kata keterangan. Namun, terdapat konstruksi frasa yang terdiri dari dua unsur
inti berupa adverbia.
Bentuk tersebut dinamakan frasa adverbial. Contoh frasa adverbial ialah kurang
lebih. Bentuk kurang dan lebih menduduki kategori kata keterangan atau adverbia,
sehingga gabungan keduanya membentuk frasa adverbial.

5. Frasa Nominal
Gabungan sintaksis dua kata atau lebih dengan nomina sebagai unsur inti disebut
frasa nominal. Nomina berfungsi menyatakan segala hal yang dibendakan, misal:
rumah, stasiun, kucing, manusia, apel, dan lain sebagainya.
Frasa nominal dapat memiliki atribut berkategori pronomina, adjektiva, dan adverbia.
Contohnya, rumah dan pekarangan, guru maupun siswa, ibu Lia, dan sepatu saya.

6. Frasa Pronominal
Frasa pronomial adalah frasa dengan unsur inti berupa pronominal yakni kata ganti
yang menggantikan nomina. Pronominal dapat diklasifikasikan sebagai pronominal
persona, kepunyaan, penunjuk, penghubung,kata ganti tanya, dan kata ganti tidak
tentu. Kata saya,kamu,dia merupakan kata ganti pronominal persona.
Contohnya: saya ini sudah tua, aku dan dia suka mengobrol, kamu ini teman saya,

7. Frasa Numeralia
Terbentuk dari kata yang menyatakan jumlah, frasa numeralia berunsur inti kategori
frasa numeralia. Numeralia terbagi menjadi kata bilangan cardinal dan tak takrif.
Numeralia cardinal terdiri dari kata bilangan penuh, kata bilangan pecahan, kata
bilangan gugus, dan kata bilangan tingkat. Frasa numerlia memiliki kata bantu sebagai
unsur tambahan, seperti: buah,ikat,lembar,ekor,dll.
Contoh kalimat: tiga buah sepeda terparkir di bagasi, satu perempat gula dibeli oleh
ibu, satu lusin pensil telah terjual, dua sosok bayangan terekam kamera.

C. Penyusunan Frasa Bahasa Indonesia


Berdasarkan kriteria frasa yang telah dijelaskan pada uraian jenis-jenis frasa, maka
Chaer (2015:120) mencatat adanya penyusunan frasa :
1) Frasa nominal koordinatif (FNK)
2) Frasa nominal subordinatif (FNS)
3) Frasa verbal koordinatif (FVK)
4) Frasa verbal subordinatif (FVS)
5) Frasa ajektifal kordinatif (FAK)
6) Frasa ajektifal subordinatif (FAS)
7) Frasa preposisional (Pprep)
Keterangan: Frasa subordinatif pada dasarnya sama dengan frasa endosentrik, maka
yang merupakan frasa eksosentrik hanyalah frasa preposisional, yang merupakan frasa
eksosentrik direktif, di samping adanya frasa eksosentrik nondirektif).

a. Penyusunan Frasa Nominal


Frasa nominal (FN) adalah frasa yang dapat mengisi fungsi subjek atau objek
didalam klausa. Menurut strukturnya dapat dibedakan adanya frasa nominal
koordinatif (FNK) dan frasa nominal subordinatif (FNS).

1). Penyusunan Frasa Nominal Koordinatif (FNK)


FNK dapat disusun dari :
a). Dua buah kata berkategori nomina yang merupakan pasangan dari antonim
relasional. Contoh :
 siang malam
 guru murid
b) Dua buah kata berkategori nomina yang merupakan anggota dari suatu medan
makna. Contoh :
 sawah ladang
 bantal guling

Makna gramatikal dari FNK adalah menyatakan “himpunan” atau“gabungan”,


sehingga diantara kedua unsurnya secara eksplisit dapat disisipkan konjungsi dan.
Perhatikan :
 siang (dan) malam
 bantal (dan) guling

Namun, makna gramatikal FNK, terutama uang kedua unsurnya merupakan dua
buah kata dari satu medan makna, banyak yang jadi meluas. Misalnya, frasa
piringmangkuk bukan hanya bermakna “piring dan mangkuk”, tetapi juga bermakna
“semua peralatan makan.

2. Penyusunan Frasa Nominal Subordinatif (FNS)


Frasa nominal subordinatif dapat disusun dari nomina + nomina (N + N),nomina +
verba (N + V), nomina + ajektifa (N + A), adverbial + nomina (Adv + N), nomina +
adverbial (N + Adv), nomina + numeralia (N + Num), numeralia + nomina (Num +
N), dan nomina + demonstratifa (N + Dem).
a). FNS yang berstruktur N + N
Sejauh ini berstruktur N + N memiliki makna gramatikal :milik, bagian, asal
bahan, asal tempat, campuran, hasil, jenis, jender, seperti, model, menggunakan,
memakai, peruntukan, ada di, wadah, letak.
 FNS yang berstruktur N + N dan memiliki makna gramatikal ‘milik’ dapat
disusun kalau N yang pertama memiliki komponen makna ( + benda termilik ) dan
N yang kedua memiliki komponen makna (+ insan) atau (+ lembaga). Contoh :
 tanah negar
 rambut nenek

b). FNS yang berstruktur N + V


FNS yang berstruktur N + V sejauh ini memiliki makna gramatikal tempat,
kegunaan, dan yang di.
 FNS yang berstruktur n +v dan memiliki makna gramatikal ‘tempat’ dapat disusun
bila N pertama memiliki kompnen makna ( + ruang) dan N yang kedua memiliki
komponen makna (+ tindakan). Contoh:
 bangsal senam
 halaman parkir
c). FNS yang berstruktur N + A
Sejauh ini FNS yang berstruktur N + A memiliki makna gramatikal keadaan, derajat,
dan rasa atau bau.
 FNS yang berstruktur N+ A dan memiliki gramatikal ‘keadaan’ dapat disusun
apabila N yang pertama memiliki komponen ( + benda) dan N yang kedua
memiliki komponen makna( + keadaan). Contoh;
 mobil rusak
 gubuk reyot
Secara potensial di antarakedua unsurnya dapat disisipkan kata yang
d). FNS yang berstruktur ADV + N
FNS yang berstruktur ADV + N memiliki makna gramatikal yang bergantung pada
jenis adverbianya. Sejauh ini makna gramatikl yang ada adalah makna ingkar, kuantitas,
dan batas.
 FNS yang berstruktur ADV + N dan memiliki makna gramatikal ‘ingkar’ dapat di
susun apabila unsure adverbianya memiliki komponen makna ( +ingkar) contoh:
 bukan bulan
 tanpa modal

e). FNS yang berstruktur N + ADV


Sejauh ini FNS yang berstruktur N + ADV hanya bermaknagramatikal ‘pembatasan’ .
dalam hal ini hanya ada sebuah adverbial pembatasan yaitu saja. Contoh:
 air saja (tidak ada yang lain)
 uang saja (bukan benda yang lain)
 dia saja (orang lain tidak ada)

f.) FNS yang berbentuk Num + N


FNS yang berbentuk Numeral + memiliki makna gramatikal: banyaknya dan himpunan.
 FNS yang berbentuk Num + N memiliki makna gramatikal “banyaknya” .contoh:
 lima ekor buaya
 dua helai daun
g) FNS yang berstuktur N + Num
FNS yang berstuktur N + Num memiliki makna gramatikal “tingkat” contoh:
 juara kedua
 Rumah kelima

h) FNS yang berstuktur N + Dem


FNS yang berbentuk N + Demontratifa memiliki makna gramatikal“penentu contoh:
 anak itu
 topi ini

b. Penyusunan Frasa Verbal (FV)


Frasa verbal adalah frasa yang mengisi atau menduduki fungsi predikat pada sebuah
klausa. Dilihat dari kedudukan di antara kedua unsur pembentuknya dibedakan
adanya frasa verbal koordinatif (FVK) dan frasa verbal subordinatif (FVS).
3. Penyusunan Frasa Verbal Koordinatif (FVK)
Frasa verbal koordinatif dapat disusun dari:
a) Dua buah kata berkategori verbal yang merupakan anggota dari antonim
relasional, dan memiliki makna gramatikal ‘menggabungkan’ sehingga di antara
keduanya dapat disisipkan kata dan. Contoh:
 mundur maju
 naik turun

4. Penyusunan Frasa Verbal Subordinatif (FVS)


Frasa verba subordinatif dapat disusun dari Adv + V,V + Adv, V +N, dan V+A.
a) FVS yang Berstruktur Adv + V
FVS yang berstruktur Adv + V memiliki makna gramtikal:ingkar,
frekuensikuantitas, waktu (kala), keinginan, keselesaian, keharusan, kepastian,
dan pembatasan.Penyusunannya adalah sebagai berikut:
 FVS yang berstruktur Adv + V dan bermakna gramatikal ‘ingkar’ dapat disusun
kalau unsur pertamanya berkategori adverbial dan berkomponen makna (+ ingkar)
atau (+ negasi), sedangkan unsur kedua berkategori verba. Contoh:
 tidak mendengar
 tiada merasakan
b) FVS yang Berstruktur V + Adv
FVS yang Berstruktur V + Advmemiliki makna gramatikal: berulang dan ikut
serta.Aturan penyusunannya adalah sebagai berikut:
 FVS yang berstruktur V + Adv dan bermakna gramatikal ‘berulang’ dapat disusun
apabila unsur pertamanya berkategori V, dan unsur keduanya berkategori adverbia
yang memiliki komponen makna (+ berulang). Contoh:
 lupa lagi
 menonton lagi

c) FVS yang Berstruktur V + N


FVS yang berstruktur V + N memiliki makna gramatikal ‘alat’, dapat disusun
apabila unsur pertama berkategori verba yang memiliki komponen makna (+
tindakan) atau (+ perbuatan), sedangkan unsur kedua berkategori nomina yang
memiliki komponen makna (+ alat). Contoh:
 terjun payung
 lempar cakram
d) FVS yang Berstruktur V + A
FVS yang berstruktur V + A memiliki makna gramatikal ‘keadaan’ atau ‘sifat’
dapat disusun apabila unsur pertama berkategori verba yang memiliki
komponen makna (+ tindakan) atau (+ perbuatan), sedangkan unsur kedua
berkategori ajektifa yang memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ sifat).
Contoh:
 jalan cepat
 membaca nyaring
5. Frasa Verbal Bermakna Idiomatik
Ada sejumlah FVS berstruktur V + N yang bukan bermakna gramatikal,
melainkan bermakna idiomatical. Contoh:
 mandi keringat
 membanting tulang
6. Perluasan Frasa Verbal
Frasa verbal baik FVK maupun FVS, dapat diperluas sesuai dengankeperluan,
terutama dengan unsur di sebelah kiri, yaitu dengan adverbia yang
menyampaikan konsep-konsep makna ‘ingkar’, ‘waktu’, ‘pembatasan’, dan
sebagainya. Simak contoh-contoh berikut:
 tidak mau datang
 belum tentu akan hadir
c. Penyusunan Frasa Ajektifal
Frasa ajektifal adalah frasa yang mengisi atau menduduki fungsi predikatdalam
sebuah klausa ajektifal. Dilihat dari kedudukan kedua unsurnya dibedakan adanya
frasa ajektifa kordinatif (FAK) dan frasa ajektifa subordinatif (FAS).
5. Penyusunan Frase Ajektifal Koordinatif (FAK)
 dua buah kata berkategori ajektifal yang merupakan anggota dari antonim
relasional dan memiliki makna gramatikal ‘pilihan’, sehingga diantara kedua dapat
disisipkan kata atau, contoh:
 tua muda
 jauh dekat
6. Penyusunan Frasa Ajektifal Subordinatif (FAS)
Frase ajektifal subordinatif disusun dengan struktur A + N, A + A, Adv + A, dan A
+ Adv, Adv + A Aturannya sebagai berikut :
a). FAS yang berstruktur A + N dan memiliki makna gramatikal ‘seperti’
apabila unsur pertama berkategori ajektifa dan memiliki koponen makna (+
warna) dan unsur kedua berkategori nimina dan memiliki komponen makna (+
perbandingan); sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti
warna. Contoh:
 merah darah
 hijau daun
 kuning gading
b). FAS yang berstruktur A + A dan memiliki makna gramatikal ‘jenis warna’
dapat disusun dari:  Unsur pertama berkategori ajektifa fan berkomponen
makna (+ warna) dan unsur kedua berkategori ajektifa dan berkoponen makna
(+ cahaya). Contoh:
 Putih kelabu
 Hijau muda
c). FAS yanng berstruktur A + V dan bermakna gramatikal ‘untuk’ memiliki
komponen makna (+ sikap batin), sedang unsur kedua berkategori verba dan
memiliki komponen makna (+ tindakan) atau (+kejadian). Contoh:
 Berani datang
 Takut pulang
d). FAS yang berstruktur Adv + A dan memiliki makna gramatikal ‘ingkar’
dapat disusun apabiila unsur pertama berkategori adverbia yang berkomponen
makna (+ ingkar) dan unsur yang kedua berkategori ajektifa dan berkomponen
makna (+ keadaan) atau (+ sikap batin). Contoh:
 tidak malu
 tidak takut
e).FAS yang berstuktur Adv + A dan bernakna gramatikal ‘derajat’ dapat
disusun bila unsur pertama berkategori adverbia dan berkomponen makna (+
derajat) atau (+ tingkat); sedangkan unsur kedua berkategori ajektifa an
berkomponen makna (+ keadaan) atau (+ sifat). Contoh:
 sangat indah
 lebih buruk
f). FAS yang berstruktur A + Adv dan bermakna gramatikal ‘sangat’ atau
‘tingkat superlatif’ dapat disusun apabila unsur pertama berkategori ajektifa dan
bermakna gramatikal (+ keadaan); sedangkan kedua berkategori adverbia dan
berkomponen makna (+ paling) dalam bentuk kata sekali. Contoh:
 indah sekali
 bagus sekali
3). Frase Abjektual Bermakna
Idiomatik Ada sejumlah frase abjektifal bermakna idiomatik bertruktur A + N.
Sebagai sebuah idiom konstruksi frase ini tidak bermakna leksikal maupun
gramatikal. Jadi, tidak bisa disusun baru. Contoh:
 keras kepala
 keras hati
 buah bibir
4). Perluasan Frase Ajektifal
Sebuah frase ajektifal dapat diperluas, terutama dapat menambah konsepkonsep
makna di sebelah kiri inti frase. Contoh:
 suduh tua sekali
 sudah sangat baik sekali
 tidak hanya nakal

7. Penyusunan Frasa Prepoposisional


frase prepoposisional adalah frase yang berfungsi sebagai pengisi fungsi keterangan
di dalam sebuah klausa. Frase prepoposisional ini bukan frase koordinatif maupun
frase subordinnatif, melainkan frase eksosentrik. Jadi, di dalam frase ini tidak ada
unsur inti dan unsur tambahan. Kedua unsurnya merupakan satu kesatuan yang
utuh.
Frase preposisional tersusun dari kata berkategori proposisi dan kata atau frase
berkategori nominal. Contoh:
 di pasar
 ke dalam kamar
 oleh ayah tiri
 dari rumah sakit
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Frasa adalah gabungan atau pengelompokan dari dua kata atau lebih, namun tidak
bisa membentuk kalimat sempurna karena tidak memiliki predikat. frasa endosentrik
ialah frasa yang unsur-unsurnya memiliki distribusi (posisi/letak) yang sama dengan
unsur lainnya di dalam frasa. Frasa endosentris memiliki unsur-unsur yang
berkedudukan setara. Meski memiliki kedudukan unsur yang setara, frasa ini tidak
tersusun atas unsur-unsur yang setara sehingga tidak dapat dihubungkan dengan
konjungsi. Jenis-jenis frasa yaitu frasa endocentrik koordinatif (Frasa koordinafif
terdiri dari unsur-unsur yang memiliki kedudukan setara. Kesetaraan tersebut dapat
dibuktikan oleh kemungkinan unsur tersebut dihubungkan dengan kata penghubung
dan atau atau), Atributif (Frasa atributif adalah frasa yang unsur-unsurnya tidak
setara. Frasa ini disusun oleh unsur pusat dan atribut), dan Apositif (Frasa apositif
adalah frasa yang unsurnya saling menggantikan dalam kalimat tapi tidak dapat
dihubungkan dengan dan atau atau).

B. Saran
Adapun saran yang yang dapat penulis sampaikan kepada calon pendidik yaitu
hendaknya memahami berbagai kaidah kebahasaan yang disampaikan oleh pakar-
pakar dengan berbagai telaahnya. Calon pendidik juga hendaknya memahami
perkembangan ilmu agar bisa memberikan pengetahuan yang baik dan benar kepada
para peserta didik sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.idntimes.com/life/education/himatul-aliyah-4/kategori-frasa-dalam-
bahasa-indonesia-c1c2-1?page=all
https://www.idntimes.com/life/education/himatul-aliyah-4/kategori-frasa-dalam-
bahasa-indonesia-c1c2-1
https://id.wiktionary.org/wiki/frasa
https://www.academia.edu/38540447/FRASA_BAHASA_INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai