Anda di halaman 1dari 14

KATA

MAKALAH
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan
Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:
ARPANDI
NIM.23742350016

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (HTN)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
BUMI SILAMPARI LUBUKLINGGAU
TAHUN 2024 M / 1445 H
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

dengan judul “Kata” guna memenuhi salah satu syarat perkuliahan Bahasa

Indonesia.

Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam

menyelesaikan makalah ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Ongky Alexander, M.H. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Hukum Tata Negara.

2. Bapak Muhamad Akip, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah

Bahasa Indonesia.

3. Teman-Teman seperjuangan.

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan

makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi

penulis.

Lubuklinggau, Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................2
C. Tujuan ........................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Kata ..........................................................................................3
B. Unsur Pembentukan Kata ..........................................................................4
C. Kata Dasar dan Berimbuhan ......................................................................4

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................6
B. Saran ..........................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata adalah suatu bagian yang terkecil dalam sebuah tata bahasa, namun

meskipun demikian kata merupakan suatu yang sangat vital dan fungsional yang

struktural dalam pembentukan kohesi di sebuah kalimat maupun bagian terbesar

dari itu sehingga menjadi sebuah paragrap dalam bahasa.(Ramadan & Mulyati,

2020)

Kalimat efektif sangatlah memiliki kaitan yang erat akan pola kata di

dalamnya. Begitupun sebuah paragraf, juga memiliki susunan kalimat yang

benar sangat ditentukan melalui struktur katanya. Dengan demikian, dapat kita

tarik sebuah kesimpulan bersama bahwa sangatlah penting tingkat pemahaman

kita akan sebuah kata.(Putrayasa, 2016)

Lebih dari itu, jika kita kaji secara lebih mendalam, maka kata memiliki

cakupan yang sangatlah luas di dalamnya yang bahkan tidak cukup dengan

penjelasan sekilas, karena perlu diuraikan untuk dapat lebih mudah dipahami.

Disinilah jelas terlihat bahwa pengetahuan akan kata merupakan sebuah

kebutuhan yang harus dipenuhi, bukan hanya bagi mahasiswa tetapi para

pengguna bahasa seperti pada masyarakat umum.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kata?

2. Apa unsur-unsur pembentukan kata?

3. Apa kata dasar dan berimbuhan?

1
C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian kata.

2. Untuk mengetahui unsur-unsur pembentukan kata.

3. Untuk mengetahui kata dasar dan berimbuhan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kata

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu.

Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan

perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa.

Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap

sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian

terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk

yang lebih kecil.(Setiawati, 2016)

B. Unsur Pembentukan Kata

Pembentukan kata disebut juga morfologi. Sedangkan morfologi adalah

subsistem yang berupa proses untuk mengolah leksem atau huruf menjadi kata.

Untuk dapat digunakan dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka setiap

bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih

dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, proses

reduplikasi, maupun proses komposisi. (Santoso, 2016)(Siregar,

2020)(Gurisatti, 2019)

Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu:

1. Inflektif yaitu Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya

berupa afiks, yang mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga berupa

modifikasi internal, yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar

itu.(Sutiono, 2004)

3
2. Derivatif, Pembentukan kata secara inflektif, tidak membentuk kata baru,

atau kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal

ini berbeda dengan pembentukan kata secara derivatif atau derivasional.

Pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas

leksikalnya tidak sama dengan kata.(Mustakim, 2019)

Berikut ini beberapa proses pembentukan kata, yaitu :

1. Gramatikalisasi

Proses gramatikalisasi adalah proses perubahan tataran dari morfem ke kata,

yang dalam tataran sintaksis merupakan perubahan tataran pertama. Tidak

semua morfem dengan sendirinya dapat langsung berubah menjadi kata.

Seperti morfem ber-, ter-, ke-, dan sejenisnya yang tergolong morfem terikat

tidak dapat langsung menjadi kata. Seperti halnya juang tidak dapat langsung

menjadi kata karena juang termasuk morfem terikat. Sedangkan rumah dapat

langsung menjadi kata karena dapat berdiri sendiri dan bermakna. (A.

Ridwan, 2017)

2. Afiks (imbuhan)

Satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila di tambahkan pada

kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak

dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar.

istilah afiks termasuk, prefiks, sufiks, dan konfiks. (Rini, 2018)

a. Prefiks (awalan)

Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata

baru dengan arti yang berbeda.

4
b. Sufiks (akhiran)

Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru

dengan arti yang berbeda.Contoh; Gilang –em- = gemilang

c. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks)

Konfiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di

belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi.

Konfiks adalah satu afiks dengan satu makna gramatikal, sedangkan

kombinasi afiks bukanlah satu afiks, dan kemungkinan dengan beberapa

makna gramatikal. Dalam bahasa Indonesia setidak-tidaknya ada empat

konfiks yaitu: ke-…-ar, pen-…-an, per-…-an, dan ber-…-an. Contoh:

keadaan, pengiriman, persahabatan, bertolongan.

d. Kombinasi Afiks

Kombinasi afiks adalah pembentukan kata berupa pemberian afiks. Secara

kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dihubungkan dengan sebuah

bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya dikenal beberapa

kombinasi afiks: me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, pe-an,

dan se-nya.

3. Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik

secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan

bunyi, seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki

(dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik

(dari dasar balik). Reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis

bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas

5
bentuk dasarnya yang diulang. Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis

(infleksional) dan dapat pula bersifat derivasional. Reduplikasi yang

paradigmatic tidak mengubah identitas leksikal, melainkan hanya memberi

makna gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti “banyak meja” dan kecil-

kecil yang berarti “banyak yang kecil”. Yang bersifat derivasional

membentuk kata baru atau kata yang identitas leksikalnya berbeda dengan

bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia bentuk laba-laba dari dasar laba

dan pura-pura dari dasar pura. (Zamzani, 1993)(R. Ridwan, 2018)

4. Komposisi

Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan

morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk

sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang

baru. Dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini sangat produktif. Hal ini

dapat dipahami, karena dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak

sekali memerlukan kosakata untuk menampung konsep-konsep yang belum

ada kosakatanya atau istilahnya dalam bahasa Indonesia. Produktifnya proses

komposisi itu dalam bahasa Indonesia menimbulkan berbagai masalah dan

berbagai pendapat karena komposisi itu memiliki jenis dan makna yang

berbeda-beda. (Iverson & Dervan, 2020)

5. Konversi dan Modifikasi Internal

Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi,

adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa

perubahan unsur segmental. Modifikasi internal (sering disebut juga

penambahan internal atau perubahan internal) adalah proses pembentukan

6
kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam

morfem yang berkerangka tetap Contoh: 'dia laki-laki menulis', 'sudah

ditulis’(Adhetya et al., 2010)

6. Pemendekan

Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan

leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama

dengan makna bentuk utuhnya. Hasil proses pemendekan ini kita sebut

kependekan. Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (utuhnya

halaman), l (utuhnya liter), hankam (utuhnya pertahanan dan keamanan), dan

SD (utuhnya Sekolah Dasar).(Afria & Wahyudi, 2020)

C. Kata Dasar dan Berimbuhan

Kata merupakan suatu unsur bahasa yang diucapkan atau ditulis dan

merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan

dalam berbahasa. Kata merupakan salah satu unsur yang membentuk

berbagai jenis-jenis kalimat. Kata Dasar dan Kata Berimbuhan.

1. Kata Dasar

Dalam istilah linguistik, kata dasar diartikan sebagai dasar dari pembentukan

kata yang lebih besar. Kata dasar merupakan jenis kata yang dapat berdiri

sendiri dan tersusun atas morfem atau gabungan morfem. Kata dasar terdiri

atas dua jenis, yaitu kata dasar tunggal dan kata dasar kompleks. Kata dasar

tunggal atau monomorfenis merupakan kata dasar yang hanya terdiri atas stu

morfem. Sementara itu, kata dasar kompleks adalah kata dasar yang

mempunyai dua morfem atau lebih. Kata dasar kompleks terjadi jika sebuah

7
kata dasar mengalami beberapa proses, seperti pemberian imbuhan atau

menngalami reduplikasi (perulangan kata). (Fauziyah & Sofyan, 2018)

2. Kata Berimbuhan

Kata berimbuhan adalah kata dasar yang telah diberi imbuhan, baik itu

awalan, sisipan, akhiran, serta awalan-akhiran. Karena pemberian imbuhan

tersebut, maka kata turunan mengalami pergeseran makna. Nama lain dari

kata berimbuhan adalah kata turunan. (Nadirudin et al., 2022)

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu.

Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan

perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa.

Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap

sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian

terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk

yang lebih kecil.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya

penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas

dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung

jawabkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adhetya, B., Fariza, A., & Soelistijorini, R. (2010). Konversi Kata Bahasa
Indonesia-Bahasa Jepang Beserta Cara Penulisannya Berbasis Web. EEPIS
Final Project, 1–6. http://repo.pens.ac.id/403/

Afria, R., & Wahyudi, G. T. (2020). Analisis Bentuk Pemendekan Kata dalam
Permainan DoTA 2. Jurnal Bastrindo, 1(2), 173–186.
https://doi.org/10.29303/jb.v1i2.52

Fauziyah, S. W., & Sofyan, A. N. (2018). Kemampuan Kosakata (Kata Dasar Dan
Turunan) Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Paud Al-Haidar Bandung. JPUD -
Jurnal Pendidikan Usia Dini, 12(2), 351–360.
https://doi.org/10.21009/jpud.122.16

Gurisatti, G. (2019). Morfologia. Dizionario Fisiognomico, 113–132.


https://doi.org/10.2307/j.ctvdf0kbr.8

Iverson, B. L., & Dervan, P. B. (2020). Analisis Komposisi dalam Cerpen


“Pengantar Tidur Panjang” Karya Eka Kurniawan: Kajian Morfologi. 7823–
7830.

Mustakim. (2019). Bentuk dan Pilihan Kata: Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia.
85 p.

Nadirudin, A., Kurniaman, O., & Guslinda. (2022). Analisis Penggunaan Kata
Berimbuhan pada Antologi Cerita Pendek Mahasiswa PGSD UNRI Angkatan
2017. Jurnal Educhild: Pendidikan Dan Sosial, 11(1), 10–15.
https://pdfs.semanticscholar.org/4a6f/6c113bdff39a4c5d5abb33a4ab2874592
20e.pdf

Putrayasa, I. G. N. K. (2016). Jenis - Jenis dan Pola Kalimat Bahasa Indonesia.


Https://Repositori.Unud.Ac.Id/Protected/Storage/Upload/Repositori/C5Af54
69574856E21718C34882583925.Pdf, 10.

Ramadan, S., & Mulyati, Y. (2020). Makna Kata dalam Bahasa Indonesia (Salah
Kaprah dan Upaya Perbaikannya). Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 9(1), 90.
https://doi.org/10.26499/rnh.v9i1.1036

Ridwan, A. (2017). Gramatikalisasi Verba Hein Dan Sein. Paramasastra, 3(1).


https://doi.org/10.26740/parama.v3i1.1543

Ridwan, R. (2018). Reduplikasi Dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X


Sekolah Menengah Atas (Sma). Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Rini, R. D. P. (2018). Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Afiks pada Judul Berita
Surat Kabar Radar Banyumas Edisi Februari 2017 dan Implikasinya Bagi
Pembelajaran Bahasa Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 7–
54.

Santoso, J. (2016). Pengertian dan Ruang Lingkup Morfologi. Linguistikid.Com,


Blog Bahasa. https://www.linguistikid.com/2016/11/pengertian-dan-ruang-
lingkup-morfologi.html

Setiawati, S. (2016). Penggunaan Kamus Besar Dalam Pembelajaran Kosa Kata


Baku Dan Tidak Baku. Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat, 2(1), 44–51.

Siregar, I. (2020). Monograf Morfologi. Monograf Morfologi, 1–61.


http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_IN
DONESIA/RIKA_WIDAWATI/PENGERTIAN_MORFOLOGI.pdf

Sutiono. (2004). Afiks-Inflektif-Pada-Verba-Bahasa.pdf.

Zamzani. (1993). Pemerian Wujud Reduplikasi Bahasa Indonesia. In Diksi (Vol. 2,


Issue 1, pp. 41–51).

Anda mungkin juga menyukai