Anda di halaman 1dari 14

1

MAKALAH

TATA KATA BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh :

ANGGELA MEYLIA MAHARANI (2013411006)


DINDA PERMATA SARI (2013411018)
OKTANIA ROSIDA (2013411034)
SILVA AMIRA(2013411048)

Program Studi D III Gizi Tanjungkarang Jurusan


Gizi
Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
2020/2021
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kedua orang tua
penulis yang memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan judul ―Tata Kata Bahasa Indonesiaǁ
dengan baik semua ini tidak lepas dari bantuan dan masukan yang diberikan oleh Dosen sebagai
sumber segala informasi dan juga bagi rekan-rekan yang membantu penulis.

Penulis menyadari dari kekurangan-kekurangan yang perlu penulis ketahui, untuk itu
sangat membutuhkan kritik, saran maupun masukan untuk menyempurnakan makalah ini.
Terima kasih.
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... 2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................... 4
B. Rumusan masalah............................................................................... 4
C. Tujuan masalah................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tata Kata Bahasa Indonesia..............................................5


B. Kata Dasar...........................................................................................5
C. Kata Turunan.......................................................................................6
I. Pengimbuhan.......................................................................................9
II. Pengulangan........................................................................................ 9
III. Pemajemukan.................................................................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................13
B. Saran..................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat
komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan,
di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakatdituntut secara
aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara
baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media
penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara
tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakanmedia tersebut secara baik dan benar.

Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku
tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu
memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesiayang baik dan benar. Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran
yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasasecara tertulis sehingga diharapkan informasi
tersebut dapat di sampaikan dan di fahamisecara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya
diharapkan aturan tersebut dapatdigunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses
penggunaan tata bahasa Indonesiadapat digunakan secara baik dan benar.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari Tata Kata Bahasa Insonesia?
2. Bagaimana bentuk kata dasar dan kata turunan?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Tata Kata Bahasa Insonesia
2. Untuk mengetahui bentuk kata dasar dan kata turunan
5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tata Kata Bahasa Indonesia

Tata kata ialah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan
bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Yang dimaksud dengan kata
adalah satuan gramatikal bebas yang terkecil (Kushartanti, 2007:151). Kata disusun oleh satu atau
beberapa morfem. Morfem merupakan satuan hasil abstraksi wujud Iahiriah atau bentuk(- bentuk)
fonologisnya (Kushartanti, 2007: 146). Kata bermorfem satu disebut kata monomorfemis,
sedangkan kata bermorfem lebih dari satu disebut kata polimorfemis. Dalam kalimat Amin
sedang mempelajari soal itu, misalnya, terdapat empat kata monomorfemis, yaitu Amin, sedang,
soal, dan itu, dan satu kata polimorfemis, yaitu mempelajari. Penggolongan kata menjadi
monomorfemis dan polimoffemis adalah penggolongan berdasarkan jumlah morfem yang
menyusun kata.
Kata polimorfemis dapat dilihat sebagai hasil proses moffologis yang berupa perangkaian
modern. Kata seperti Amin, sedang, soal, dan itu dapat dianggap tidak mengalami proses
morfologis, sedangkan kata seperti mempelajari dan persoalan merupakan kata hasil suatu proses
morfologis.

Dilihat dari bentuknya, kata dapat digolongkan ke dalam lima bentuk: kata/bentuk dasar,
berimbuhan, ulang, pengimbuhan, dan majemuk. Berikut paradigma pembentukan kata.

B. Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata dasar adalah kata
yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar. Contohnya adalah makan, duduk,
pulang, tinggal, datang, minum, langkah, pindah,tidur,bangun dll.
Contoh kalimat:
1. Ular yang mati itu sangat panjang
2. Aku pergi ke sekolah dengan ayah
6

3. Budi datang ke sekolah sangat pagi


C. Kata Turunan
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata – kata yang telah berubah
bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata – kata tersebut telah diberi imbuhan yang
berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), dan awalan – akhiran (konfiks).
Contohnya adalah menanam, berlari, tertinggal,bermain,berkelahi,bercanda,catatan,gemetar, dll.
Kata turunan dapat berupa kata dasar yang mendapat imbuhan; awalan, sisipan dan akhiran.
Imbuhan itu ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh;
catatan (kata dasar [catat], mendapat akhiran [-an])
berlari (kata dasar [lari], mendapat awalan [ber-])
gemetar (kata dasar [getar], mendapat sisipan [-em-])

a.) Contoh Penulisan Kata Turunan yang benar


Kata turunan bisa ditulis dengan berbagai cara, yaitu:

1. Kata dasar yang diberi imbuhan (awalan, akhiran, awalan-akhiran, sisipan) harus ditulis
dengan cara dirangkai atau digabungkan. Contoh :

 menari
 makanan
 luapan
 berserakan
 beterbangan
2. Dihubungkan dengan tanda hubung (-) jika imbuhan diberikan pada kata dasar yang berbentuk
singkatan atau istilah bahasa asing. Contoh :

 mem-PHK
 men-DO
 update-an
 di-review
 mem-follow
7

3. Jika kata dasarnya adalah gabungan kata, maka imbuhan awalan atau akhiran, penulisannya
digabungkan pada kata awal atau akhirnya. Contoh :

 bertenggang rasa
 berlapang dada
 malam mingguan
 luluh lantahkan
 puta balikkan

4. Jika gabungan kata dasar mendapat imbuhan awalan-akhiran, maka kedua kata dasarnya harus
digabungkan. Contoh :

 pertanggungjawaban
 melipatgandakan
 menjungkirbalikkan
 memadupadankan
 memutarbalikkan

5. Jika salah satu unsur gabungan kata adalah kata yang digunakan saat kombinasi kata, maka
kedua unsur gabungan kata digabung seperti halnya pada poin 4. Contoh :

 multifungsi
 purnawaktu
 purwarupa
 swafoto
 subjudul

6. Jika sebuah kata terikat dibubuhkan pada kata berawalan kapital, maka keduanya harus
dihubungkan dengan tanda hubung (-). Contoh :

 non-Jabodetabek
 pro-Pancasila
 pan-Nasionalisme
8

 pos-Kolonialisme

7. Jika kata maha yang merujuk pada Tuhan diikuti kata berimbuhan, maka keduanya harus
ditulis secara terpisah dan huruf awal pada kedua kata tersebut harus menggunakan huruf kapital.
Contoh :

 Maha Pengampun
 Maha Pengasih
 Maha Penyayang
 Maha Mengetahui
 Maha Mengawasi

8. Jika kata maha diikuti kata dasar, maka keduanya harus digabungkan, kecuali
jika maha bertemu dengan esa. Contoh :

 Mahasuci
 Mahatunggal
 Maharaja
 Mahakuasa
 Mahaagung
 Maha Esa

9. Jika kata tak bertemu dengan kata dasar, maka keduanya harus digabung. Namun apabila
bertemu dengan kata yang berimbuhan, maka penulisannya ditulis terpisah. Contoh :

 taktentu
 takmungkin
 takusah
 taktembus
 tak berhenti
 tak menyangka
 tak mengaku
 tak menanyai
9

I. Pengimbuhan

Kata berimbuhan dapat dibentuk melalui penggunaan awalan, akhiran, sisipan, dan gabungan
awalan dan akhiran. Pengimbuhan awalan me-/meng- mengalami perubahan bunyi bergantung
pada bunyi awal kata dasar. Demikian pula awalan pe-/pengdan ber-.
Salah satu contoh proses morfologis ialah pengimbuhan atau afiksasi (penambahan afiks).
Penambahan afiks dapat dilakukan di depan (prefiks), di tengah (infiks), di belakang (sufiks),
atau di depan dan belakang (sirkumfiks) morfem dasar. Ada beberapa macam imbuhan dalam
bahasa Indonesia, yaitu:

1. Awalan : ber-, per-, meng-, di-, ter-, se-, peng-


Contoh : berptaktik, menganalisis, penerbit, sebanding, terukur.
2. Sisipan : -el-, -em-, -er-, -in-
Contoh : gerigi, gemuruh, gelosok
3. Akhiran : -kan, – i, -an , -nya, -is, isme, -wan
Contoh : tindaki, tindakan, pagukan
4. Gabungan imbuhan : ber-kan, ber-an, per—an, pe—an, per-i, me-kan, memper-, memper—
kan, memper—i (Depdikbud, 1988: 70).
Contoh : penyatuan, persatuan, kesatuan

II. Pengulangan

Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.

Misalnya:

 anak-anak
 biri-biri
 lauk-pauk
 berjalan-jalan
 buku-buku
 cumi-cumi
 mondar-mandir
10

 mencari-cari
 hati-hati
 kupu-kupu
 ramah-tamah

Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.

Misalnya:

 surat kabar → surat-surat kabar


 kapal barang → kapal-kapal barang
 rak buku → rak-rak buku
 kereta api cepat → kereta-kereta api cepat

catatan :

bila bentuk ulang diberi huruf kapital, misalnya pada nama diri (nama lembaga, dokumen, dll.),
bentuk ulang sempurna diberi huruf kapital pada huruf pertama tiap unsurnya, sedangkan bentuk
ulang lain hanya diberi huruf kapital pada huruf pertama unsur pertamanya. Misalnya :

 Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".


 Slogan "Terus-menerus Ramah-tamah" dikampanyekan gubernur baru itu.
III. Pemajemukan

Kata Majemuk adalah gabungan dua kata (morfem) dasar yang pada akhirnya memiliki
makna baru.Bentuk kata ini akan dengan mudah teman-teman temukan dalam pelajaran Bahasa
Indonesia selain kalimat majemuk kalimat majemuk. Namun, teman-teman harus jeli untuk
membedakannya dengan frasa sebab keduanya berbeda jenis.
Dalam kasus penggabungan kata dengan bentuk frasa, teman-teman akan menyadari
bahwa kata yang satu merupakan inti, sedangkan kata yang lain menjelaskan ataupun
menerangkan kata intinya. Tiap morfem dasar yang membentuknya berkedudukan sama. Tidak
ada morfem yang bersifat menjelaskan atau dijelaskan. Alhasil, di sini kalian akan menemukan
11

makna baru dari gabungan dua kata dasar, yang mungkin saja artinya jauh berbeda dengan
makna per katanya

Ciri-ciri Kata Majemuk

 Tidak Bisa Disisipi

Untuk mengetahui sebuah gabungan kata adalah jenis kata majemuk atau hanya frasa, dapat
dilihat dengan memberikan sisipan di antara dua kata dasar pembentuknya. Umumnya,
sisipannya berupa preposisi atau kata depan. Jika gabungan kata tersebut dapat disisipi, berarti ia
hanyalah bentuk frasa. Namun jika ketika disisipi maka artinya berubah, berarti ia dapat
dikategorikan sebagai kata majemuk.

Contoh: ―kacamataǁ tidak dapat diganti menjadi ―kaca dari mataǁ ataupun ―kaca pada mataǁ.
Sementara itu sakit mata dapat disisipi penulisannya menjad ―sakit di mataǁ atau ―sakit pada
mataǁ.

 Tidak Dapat Diperluas

Perluasan sebuah kata dapat terjadi dengan pemberian afiks (imbuhan). Khusus untuk kata
majemuk, perluasan tidak bisa diberikan pada satu kata saja, namun harus mencakup kedua kata
pembentuknya. Hal ini berbeda dengan frasa yang salah satu katanya bisa diperluas dengan
pembubuhan afiks.

Contoh: ―kereta apiǁ tidak dapat diperluas menjadi perkereta api atau kereta apian. Namun, harus
memakai imbuhan awal dan akhir untuk mengapit kedua kata yang membentuknya. Maka, kereta
api baru dapat diperluas menjadi perkeretaapian.

 Posisi Tidak Dapat Ditukar

Kata-kata yang membentuk sebuah kata majemuk bersifat tetap. Jadi, kalian tidak dapat
menukarkan posisi antarkatanya, sebab jika dipertukarkan, maknanya akan hilang atau berubah
total.
12

Contoh: ―angkat kakiǁ memiliki makna ‗pergi‘. Namun jika posisi kata-kata dasar yang
membentuknya di balik, menjadi kaki angkat, maknanya menjadi hilang dan tidak jelas.

 Penulisan

Dalam bahasa Inggris, penulisan kata majemuk sudah pasti digabung antar-unsurnya.
Akan tetapi, di bahasa Indonesia, masih ada yang tiap unsurnya ditulis terpisah dan ada yang
digabung. Jika penulisan tiap unsurnya terpisah, maka bentuknya disebut tidak senyawa.
Sementara itu, yang rangkaian morfem dasarnya digabung disebut sebagai kata majemuk
senyawa.

Contoh:
Majemuk Senyawa : matahari, kacamata, saputangan, dukacita, sukacita, segitiga
Majemuk Tidak Senyawa: kereta api, rumah sakit, mata kaki, harga diri

 Makna

Selain dari segi penulisannya, kita juga dapat membedakannya berdasarkan maknanya.
Berikut ini pengklasifikasian berdasarkan maknanya:

1. Idiom

Sebuah kata majemuk dapat digolongkan menjadi idiom apabila tidak ada lagi makna
salah satu kata dasar yang mengarah pada makna baru kata tersebut. Hemat kata, yang berupa
idiom adalah kata bermakna baru yang artinya melenceng dari makna kata-kata dasar yang
membentuknya.Contoh: harga diri dan matahari

2. Semi-idiom

Pada jenis yang satu ini, kita masih bisa menemukan makna asli dari satu kata dasar yang
membentuknya. Namun, makna tersebut mengalami pergeseran sehingga artinya agak
berubah.Contoh kata majemuk: rumah sakit dan buku tulis
13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagaialat
komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan,
di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini.

Bahasa secara umum dapat difenisikan sebagai lambang. Pengertian lain dari bahasa adalah
alat komunikasi yang berupa sistem lambang yang dihasilkan oleh alat ucap pada manusia. Perlu
kita ketahui bahwa bahasa terdiri dari kata-kata atau kumpulan kata.

Tata kata ialah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan
bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Yang dimaksud dengan kata
adalah satuan gramatikal bebas yang terkecil (Kushartanti, 2007:151). Kata disusun oleh satu atau
beberapa morfem. Morfem merupakan satuan hasil abstraksi wujud Iahiriah atau bentuk(- bentuk)
fonologisnya (Kushartanti, 2007: 146).

Dilihat dari bentuknya, kata dapat digolongkan ke dalam lima bentuk: kata/bentuk dasar,
berimbuhan, ulang, pengimbuhan, dan majemuk

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas masih terdapat kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.
14

DAFTAR PUSTAKA

https://askurifaibaksin.com/materi-bahasa-indonesia-4-tata-kata/

https://dosenbahasa.com/penulisan-kata-dasar-dan-turunan-yang-benar

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/kata/bentuk-ulang/

http://ridhoapriansah0.blogspot.com/2015/10/pengertian-kata-dasar-kata-turunan-kata.html

Anda mungkin juga menyukai