Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“STRUKTUR DAN GAYA KALIMAT

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu : Ani Ramayanti, S.Pd.,M.Pd

Oleh
Desi Ulpah Fazriyah
Karmanah
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Gaya atau khususnya Gaya Bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style, kata style
diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lililn.
Dalam keahlian menggunakan alat ini dap[at mempengaruhhi jelas tidaknya tulisan pada
lempengan lilin tersebut sehingga penekanan dititik beratkan pada keahlian penulisan indah
, sehingga style berubah menjadi kemanpuan dan keahlian untuk menulis atau mempengaruhi
kata-kata secara indah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana menggunakan kalimat yang benar ?
2. Apa saja struktur dan gaya kalimat ?
3. Apa saja jenis-jenis kalimat ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja struktur dan gaya kalimat.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kalimat,
3. Untuk mengetahui penggunaan kalimat yang benar
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang
mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara
yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi.
Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan
tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.
B. CIRI-CIRI KALIMAT
Susilo (1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri tesebut
ialah: bermakna, bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan
kalimat yang lain, berjeda dan berhenti dengan berakhirnya intonasi. Kelima ciri tersebut
ialah ciri umumsebuah kalimat. kalimat yang memenuhi kelima ciri tersebut ialah kalimat
bahasa Indonesia, namun hal itu belum menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa
Indonesia baku.
Contoh kalimat:
di tempat itu dijadikan tempat pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso.
Kalimat ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat diatas. Hal itu
karena tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat baku menurut Susilo
(1990:4), yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur mubazir, bebas dari kontaminasi,
bebas dari interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa
Indonesia.
Kalimat Gramatikal
Kalimat baku harus gramatikal, yaitu kalimat baku yang harus memenuhi kaidah yang
berlaku di dalam bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah tersebut menurut Susilo (1990:4) ialah
harus memenuhi tata kalimat (sintaksis), tata frase (frasiologi), tata morfem (morfologi) dan
tata fonem (fonemik, fonologi). Kalimat bahasa Indonesia secara gramatikal setidaknya
terdiri atas unsur subjek dan unsur predikat. Sebuah kalimat dapat berdiri sendiri meskipun
tanpa objek atau keterangan, tapi unsur subjek dan predikat tidak dapat ditinggalkan. Karena
kedua unsur ini (subjek dan predikat) memiliki sifat ketergantungan. Unsur subjek tidak akan
memiliki makna tanpa unsur predikat, begitu pula sebaliknya dengan unsur predikat takkan
memiliki makna tanpa adanya unsur subjek.
Contoh kalimat:
George W. Bush telah kehilangan akal untuk menemukan keberadaan Usamah.
Kalimat diatas terdiri dari unsur subjek Geoarge W. Bush, unsur predikat kehilangan akal,
dan unsur keterangan untuk menemukan keberadaan Usamah. Jika unsur keterangan
dihilangkan maka kalimat itu masih dapat diterima dalam tatanan kalimat bahasa Indonesia.
Tapi, lain halnya jika unsur subjek atau unsur predikatnya dihilangkan maka kalimat itu
menjadi tak memiliki makna.
Kata-kata Mubazir Dalam Bahasa Indonesia
Dalam pembuatan kalimat pemakaian kata-kata harus diperhitungkan penggunaan
fungsinya. Jika, ada unsur kata yang tidak berfungsi dalam sebuah kalimat akan
menimbulkan kalimat menjadi tidak baku. Menurut Susilo (1990:10) kata-kata mubazir ialah
kata-kata yang tidak berarti dan tidak berfungsi. Unsur mubazir dalam suatu kalimat dapat
disebabkan oleh faktor bahasa asing. Misalnya kata adalah pada kalimat gadis itu adalah
mahasiswa unesa. Kata adalah merupakan pengaruh to be (is) dalam bahasa inggris the girl
is unesa student. To be (is) dalam bahasa Inggris merupakan sendi kalimat yang tak bisa
ditinggalkan (badudu, 1980:132). Struktur bahasa Indonesia berbeda dengan struktur bahasa
Inggris, sehingga pemakaian kata adalah dalam kalimatgadis itu adalah mahasiswa
unesa tidak diperlukan dalam struktur bahasa Indonesia. Pemakaian dua kata yang sama
dalam sebuah kalimat juga merupakan pembubaziran kata, seperti dalam kata: demi
untuk, agar supaya, amat sangat, mulai dari, sejak dari. Seharusnya hanya salah satunya
yang dipakai tidak perlu memakai keduanya.
Misalnya: demi atau untuk, agar atau supaya, amat atau sangat, mulai atau dari, sejak atau
dari.
Kontaminasi
Kontaminasi berarti rancu atau kacau. Kontaminasi dalam bahasa Indonesia berarti
kerancuan akibat munculnya dua bentuk yang sama dalam sebuah kalimat. Susilo (1990:10)
menyatakan kontaminasi merupakan kerancuan dua kalimat, dua unsur atau dua struktur,
biasanya dapat dikembalikan pada bentuk asalnya.
Kerancuan dalam bahasa Indonesia oleh badudu (1980:60) dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu;
1. Kontaminasi bentuk kata, kontaminasi bentuk kata merupakan kerancuan
yang diakibatkan oleh pembentukkan kata-kata baru. Kata dipelajarkan merupakan
unsur kontaminasi yang berasal dari dua bentuk dipelajari dan diajarkan.
Kata mengenyampingkan juga merupakan kerancuan bentuk kata. Kata ini berasal
dari kata dasar samping lalu diikuti kata depan ke yang menjadi ke samping. Kata ke
samping lalu mengalami penambahan imbuhan me-kan sehingga merubahnyanya
menjadi kata mengesampingkan. Kata daras samping juga ada yang langsung diberi
imbuhan me-kan sehingga menjadi menyampingkan, antara
kata mengesampingkan dengan menyampingkan kemudian mengalami kerancuan
kata menjadi mengenyampingkan.
2. Kontaminasi bentuk frasa, kalimat bahasa Indonesia terdiri dari beberapa
frasa. Frasa ialah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif
(kridalaksana, 1982:46). Kalimat berulang kali ia telah dinasehati terdiri dari tiga
frasa berulang kali, ia, telah dinasehati. Kata berulang kali berasal dari
kata berulang-ulang dan berkali-kali, kedua kata itu kemudian digabungkan sehingga
menjadi kata berulang kali yang sebenarnya merupakan frasa yang rancu.
3. Kontaminas bentuk kalimat, kontaminasi kalimat terlihat pada contoh kalimat
ini Mahasiswa dilarang tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir. Jika, ada
yang bertanya tentang pertanyaan tersebut apa yang dilarang jawabnya adalah tidak
boleh memalsu tanda tangan daftar hadir (tidak memalsu tanda tangan daftar hadir)
makna kalimat ini justru bertolak belakang dengan maksud sebenarnya. Kerancuan
kalimat tersebut dapat dikembalikan pada bentuk aslinya sebagai berikut:
1. Mahasiswa dilarang memalsu tanda tangan daftar hadir.
2. Mahasiswa tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir.
Interferensi
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengalami banyak masukan dari bahasa
daerah di Indonesia maupun bahasa asing. Kosa kata yang berasal dari bahasa daerah
misalnya mantan, nyeri, gambut dsb. Sedangkan kosa kata asing yang masuk ke bahasa
Indonesia berasal dari berbagai negara misalnya kosa kata Belanda lapor, polisi, kantor dan
bahasa Inggris misalnya ekonomi, remidi, biografi dsb. Kosa kata yang berasal dari Arab
seperti pasal, wakaf, wajib, wahyu dsb. Kosa kata dari bahasa portugis
seperti nona, permen, jendela dsb.
Masuknya unsur bahasa daerah dan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat
menguntungkan dan merugikan bahasa Indonesia. Menurut Susilo (1990:11) unsur yang
memeperkaya bahasa Indonesia dapat diterima sebagai unsur serapan, sedangkan unsur yang
memiskinkan ditolak karena merugikan bahasa Indonesia. Interfensi tidak hanya terjadi pada
bahasa Indonesia saja, tapi juga terjadi pada bahasa daerah yang mengalami interferensi
dengan bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Seperti yang terlihat pada
kata sekolahan konteks kalimat saya akan berangkat ke
sekolahan. kata sekolahan interferensi dari bahasa jawa. Di dalam bahasa Indonesia
seharusnya kalimat berbunyi saya akan berangkat kesekolah. Interferensi bahasa daerah
yang lain pada kata latihan dengan konteks kalimat anak-anak sedang latihan drama. Dalam
bahasa Indonesia akhiran -an berfungsi untuk membentuk kata benda, sedangkan
kata latihan berfungsi sebagai kata kerja.

Lafal Bahasa Indonesia Baku


Pemakaian lafal sebagai ujaran dalam bahasa Indonesia masih sering dipakai secara tidak
konsisten oleh masyarakat. Lafal bahasa Indonesia baku menurut badudu (1980:115) lafal
yang tidak memperdengarkan "warna" bahasa daerah, dialek dan "warna" lafal bahasa asing.
Ketidak bakuan dalam pelafalan bahasa Indonesia akibat pengaruh bahasa daerah seperti
lafal t yang dilafalkan oleh penutur bahasa Jawa dan Bali pelafalannya menjadi th seperti
pada kata kota untuk bahasa Bali dan bathi (untung) untuk bahasa Jawa.
Ketidakbakuan akibat pengaruh asing juga terdapat pada pelafalan pasca suku
kata ca seharusnya dilafalkan sesuai bentuk fisiknya, namun pelafalan yang lebih sering
terdengar ialah suku kata ka seperti pelafalan pada kata suka. Kata pasca berasal dari kata
sanksekerta yang berarti sesudah.

C. JENIS-JENIS KALIMAT
Kalimat memiliki beberapa jenis yang membedakannya, yaitu:
Berdasarkan Pengucapan
 Kalimat Langsung ialah kalimat yang secara cermat menirukan suara orang lain. Cirinya
adalah 2 tanda petik ("..."), kalimat langsung tidak hanya berupa kalimat pernyataan tapi juga
dapat berupa kalimat perintah dan kalimat tanya.
Contoh:
Kalimat Pernyataan
" Ayah senang akhirnya kamu lulus ujian ini. " kata Ayah;
Rima mengatakan, " Rama berusahalah dipertandingan nanti. "
Kalimat Perintah
Ibu berkata, " Budi tutup pintu itu. "
Kalimat Tanya
" Siapa yang membuat prakarya itu? ", Tanya Pak guru
 Kalimat Tak Langsung ialah kalimat yang mengalami perubahan dari kalimat langsung
yang menggunakan tanda petik, ke bentuk berita yang tidak menggunakan tanda petik.
Contoh:
Ayah berkata kalau dia senang saya lulus ujian.
Rima mengatakan kepada Rama untuk berusaha dalam pertandingan nanti.
Ibu meminta saya menutup pintu itu.
Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
 Kalimat Tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari
subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat
tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
KB + KK (kata benda + kata kerja)
Contoh:
Ibu memasak.
KB + KS (kata benda + kata sifat)
Contoh:
Anak itu sangat rajin.
KB + KBil (kata benda + kata bilangan)
Contoh:
Apel itu ada dua buah.
Kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata benda.
Contoh:
Adik perempuan saya ada dua orang.
Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.
Contoh:
Saya sedang mandi.
Dua jenis kalimat tunggal diatas dapat dikembangkan dengan menambahkan kata pada tiap
unsur-unsurnya. Dengan adanya penambahan tiap unsur-unsur itu, unsur utama masih dapat
dengan mudah dikenali. Perluasan kalimat tunggal itu terdiri atas:
1. Keterangan tempat, misalnya: disini, lewat jalan itu, di daerah ini, dll.
Contoh: Rumahnya ada di daerah ini.
2. Keterangan waktu, misalnya: setiap hari, pukul, tahun ini, tahun depan, kemaren,
lusa, dll. Contoh: Aktifitasnya dimulai pukul 08.30 pagi.
3. Keterangan alat, misalnya: dengan baju, dengan sepatu, dengan motor, dll.
Contohnya: Dia pergi dengan sepeda motor.
4. Keterangan cara, misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin, dll.
Contoh: Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
5. Keterangan modalitas, misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll. Contoh: Saya
harus giat berlatih.
6. Keterangan aspek, misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah. Contoh: Dia sudah
menyelesaikannya.
7. Keterangan tujuan, misalnya: untuk dirinya, untuk semua orang, dll. Contoh: Orang
itu membuat dirinya terlihat menawan.
8. Keterangan sebab, misalnya: karena rajin, karena panik, dll. Contoh: Dia lulus
ujian karena rajin belajar.
9. Keterangan tujuan (ket. yang sifatnya menggantikan), contoh: penerima medali
emas, taufik Hidayat.
10. Perluasan kalimat yang menjadi frasa, contoh: orang itu menerima predikat guru
teladan.
Contoh perluasan kalimat tunggal:
Ibu sedang menyapu halaman.
Adik saya ada 2 orang yang masih sekolah.
Saya sedang mandi pagi itu.
 Kalimat Majemuk ialah Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari 2
atau lebih kalimat tunggal, yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun
subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
1. Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal,
dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara. Kalimat majemuk setara dapat
dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:
1. Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat diidentifikasi
dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata “dan” atau “serta”. Contoh:
"Aku menulis surat itu dan Dia yang mengirimnya ke kantor pos.", "Murid-murid
membuat prakarya itu serta memajangnya di pameran."
2. Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang
dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”. Contoh:
"Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi nilainya selalu merah.", "Ibu memasak
didapur sedangkan saya membersihkan rumah.", "Yang membuat prakarya itu bukan
adiknya melainkan kakaknya yang membuat prakarya itu.", "Dia tidak membuat
makanan itu namun hanya menyiapkannya untuk para tamu."
3. Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang didalam
kalimatnya dihubungkan dengan kata “atau”. Contoh" "Dia bingung memilih antara
buah apel atau buah anggur."
4. Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami penguatan
dengan menambahkan kata “bahkan”. Contoh: "Dia tidak hanya pandai bermain alat
musik, dia bahkan pandai bernyanyi."
2. Kalimat Majemuk Bertingkat adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur
induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat
pada induk kalimat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk
bertingkat terdiri dari 11 macam, yakni:
1. Waktu, misal: ketika, sejak, saat ini. Contoh: "Rumah makan itu sudah berdiri sejak
orang tuaku menetap di kota ini.", "Orang tuaku meninggalkan kota ini ketika umurku
beranjak 3 tahun."
2. Sebab, misal: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu. Contoh: "Dia pergi
dari rumah karena bertengkar dengan istrinya."
3. Akibat, misal: hingga, sehingga, maka. Contoh: "Hari ini hujan sangat deras di
Ibukota hingga mampu menggenangi beberapa ruas jalan."
4. Syarat, misal: jika, asalkan, apabila. Contoh: "Dia harus giat belajar jika ingin
nilainya sempurna.", "Tanaman itu bisa tumbuh dengan subur asalkan dirawat dengan
baik."
5. Perlawanan, misal: meskipun, walaupun. Contoh: "Dia ingin masuk ke perguruan
tinggi di Jakarta walaupun nilai kelulusannya tidak memenuhi syarat.", "Dia selalu
pergi kesekolah dengan berjalan kaki meskipun dia tahu kalau jarak antara rumah dan
sekolahnya sangat jauh."
6. Pengandaian, misal: andaikata, seandainya. Contoh: "Tim kita bisa menjadi juara
1 andaikata kita berusaha lebih keras lagi."
7. Tujuan, misal: agar, supaya, untuk. Contoh: "Dia bekerja disini agar mendapatkan
biaya hidup.", "Pria itu membuatkan sebuah rumah di daerah "A" untuk kedua
orangtuanya."
8. Perbandingan, misal: bagai, laksana, ibarat, seperti. Contoh: "Wajah anak itu bagai
bulan kesiangan.", "Anaknya yang suka membangkang itu ibarat Malin Kundang di
zaman modern."
9. Pembatasan, misal: kecuali, selain. Contoh: "Dia memiliki bakat menyanyi selain
bakat bermain musik."
10. Alat, misal: (dengan + Kata Benda) dengan mobil, dll. Contoh: "Orang itu pergi ke
kantor dengan mobil."
11. Kesertaan, misal: dengan + orang. Contoh: "Murid-murid sekolah dasar pergi
berdarmawisata dengan para guru."
3. Kalimat Majemuk Campuran adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan
antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan
kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:
1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2. Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3. Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang
kerumahnya. (kalimat majemuk campuran)
Berdasarkan Isi atau Fungsinya
 Kalimat Perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada
seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk lisan biasanya diakhiri
dengan intonasi yang tinggi, sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini akan diakhiri dengan
tanda seru (!).
Beberapa bentuk kalimat perintah :
1. Kalimat Perintah Permintaan, contoh: Tolong, tutup pintu itu!
2. Kalimat Perintah Larangan, contoh: Jangan membuang sampah sembarangan!
3. Kalimat Perintah Ajakan, contoh: Marilah kita bersama-sama melestarikan
kebudayaan Indonesia!
 Kalimat Berita adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan
sesuatu. Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam
pelafalannya kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya kalimat
berita akan berakhir dengan pemberian tanggapan dari pihak yang mendengar kalimat berita
ini.
Beberapa bentuk kalimat berita:
1. Kalimat Berita Kepastian, contoh: Kita akan berangkat ke bandara besok siang.
2. Kalimat Berita Pengingkaran, contoh: Saya tidak akan menghadiri rapat hari ini.
3. Kalimat Berita Kesangsiang, contoh: Guru itu kemungkinan tidak memiliki kinerja yang
baik.
4. Kalimat Berita Bentuk Lain, contoh: Saya tidak tahu kenapa orang itu selalu datang ke
rumah kami.
 Kalimat Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi,
biasanya kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya yang sering
digunakan untuk membuat kalimat Tanya ini ialah bagaimana, dimana, kemana, kapan,
berapa, siapa, mengapa.
Contoh:
Bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis ekonomi saat ini?
Dimana peristiwa itu terjadi?
Kemana korban bencana alam itu diungsikan?
Kapan mereka akan menyerahkan tugas perkuliahan itu?
Berapa banyak dana yang sudah terkumpul?
Siapa yang akan terpilih menjadi ketua pelaksana di acara tersebut?
Mengapa orang-orang itu berhamburan pergi keluar gedung?
 Kalimat Seruan adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan.
Dalam pelafalan biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam
penulisannya kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).
Contoh :
Wah, indah sekali pemandangan itu!
Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat yang dilihat dari unsur kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
 Kalimat Lengkap adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek
dan sebuah predikat. Kalimat majas juga bisa dikategorikan sebagai kalimat lengkap.
Contoh :
Kami membersihkan kelas bersama-sama.
 Kalimat Tak Lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk
tidak sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan ada
yang hanya berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini sering
dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,
larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh:
Selamat siang!
Tegakkan disiplin.
Tutup pintu itu!
Kenapa diam?
Ayo, berangkat!
Terima kasih.
Wah, sangat cantik!
Jangan dilempar!
Hai!
Astaga, indahnya!
Berdasarkan Pola Subjek - Predikat
Kalimat yang dilihat dari struktur Subjek & Predikatnya dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
 Kalimat Inversi
Kalimat Inversi ini dicirikan dengan adanya kata predikat yang mendahului kata subjek.
Kalimat versi biasanya dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata yang pertama
kali muncul pada kalimat versi merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi makna
kalimat, bahkan kata itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan pada pendengarnya.
Contoh:
Bawa buku itu kemari!
Keterangan:
Bawa = Predikat
buku itu kemari! = Subjek
 Kalimat Versi
Kalimat Versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar Bahasa
Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
¤ Kami membeli peralatan sekolah di toko itu.
Keterangan:
Kami = Subjek
membeli = Predikat
peralatan sekolah = Objek
di toko itu = Keterangan
¤ Tukang itu sedang membuat pondasi rumah.
Keterangan:
Tukang itu = Subjek
sedang membuat = Predikat
pondasi rumah = Objek
¤ Barang-barang ini akan dijual di pasar.
Keterangan:
Barang-barang ini = Subjek
akan dijual = Predikat
di pasar = Keterangan
Berdasarkan Gaya Penyajiannya
Berdasarkan gaya penyajiannya kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
 Kalimat yang melepas
Kalimat ini akan terwujud jika kalimat majemuk diawali dengan induk kalimat (kalimat
utama) dan diikuti oleh anak kalimat. Gaya penuilisan itu disebut gaya penyajian melepas.
Contoh:
Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman jika saya selesai mengerjakan pekerjaan
rumah.
Keterangan:
Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman (induk kalimat/kalimat utama)
jika saya selesai mengerjakan pekerjaan rumah. (anak kalimat)
 Kalimat yang klimaks
Kalimat ini akan terbentuk jika anak kalimat berada di awal kalimat majemuk dan diikuti
oleh kalimat utama (induk kalimat).
Contoh :
Karena pola makan yang tidak teratur, penyakit Maagnya sering kambuh.
Keterangan:
Karena pola makan yang tidak teratur (anak kalimat)
penyakit Maagnya sering kambuh. (induk kalimat/kalimat utama)
 Kalimat yang berimbang
Kalimat ini biasanya disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara atau kalimat majemuk
campuran. Gaya penyajian seperti ini ialah untuk memperlihatkan kesejajaran bentuk dan
informasinya.
Contoh:
Harga pangan saat ini makin melonjak, pedagang dan konsumen mempermasalahkan harga
yang semakin naik.
Berdasarkan Subjeknya
Berdasarkan subjeknya kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
 Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang unsur subjeknya melakukan suatu tindakan (pekerjaan).
Untuk predikatnya sendiri dalam kalimat ini berupa kata kerja yang berawalan “me-“ dan
“ber-“, selain itu juga dapat berupa kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan “me-“
seperti: mandi, pergi, dll (kecuali makan & minum)
Contoh:
Imbuhan "me-"
Koki itu membuat menu baru untuk restorannya.
Imbuhan "ber-"
Kami bermain di taman.
Kalimat aktif dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
 Kalimat Aktif Transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita.
Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan selalu dapat dirubah kedalam bentuk kalimat
pasif yang predikatnya berawalan “di-“.
Contoh:
Kami membuat kue. (kalimat aktif) dapat dirubah menjadi Kue dibuat oleh kami. (kalimat
pasif)
 Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita.
Predikat pada kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi
kalimat pasif.
Contoh:
Kami berjaga diluar rumah.
Andi berteriak dari dalam kamar mandi.
 Kalimat Semi Transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam bentuk
pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek.
Contoh:
Adiknya menyerupai Rain.
Keterangan:
Adiknya = Subjek
menyerupai = Predikat
Rain = Pelengkap
Tata tertib ini berdasarkan keputusan bersama.
Keterangan:
Tata tertib ini = Subjek
berdasarkan = Predikat
Keputusan bersama = Pelengkap
Dia menjadi ketua kelas.
Keterangan:
Dia = Subjek
menjadi = Predikat
ketua kelas = Pelengkap
 Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu tindakan. Kalimat bentuk ini
memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata depan
“oleh”. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
 Kalimat Pasif Biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif. Untuk
predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-an”.
Contoh:
Sampah dibuang Rina.
Barang itu dijual paman.
 Kalimat Pasif Zero adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan dengan unsur
objek penderita tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Ciri lainnya ialah unsur predikat
berakhiran “-kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang dari predikat. Predikat juga
bisa menggunakan kata dasar yang bersifat kata kerja, kecuali kata kerja "aus" (kata kerja
yang tidak bisa menggunakan awalan “me-“ dan “ber-“)
Contoh:
akan saya sampaikan pesanmu.
Saya berikan bukuku.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gaya Bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style, kata style diturunkan dari kata
latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lililn. Dalam keahlian
menggunakan alat ini dap[at mempengaruhhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan lilin
tersebut sehingga penekanan dititik beratkan pada keahlian penulisan indah , sehingga style
berubah menjadi kemanpuan dan keahlian untuk menulis atau mempengaruhi kata-kata
secara indah.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang
mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara
yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi.
Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan
tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.
DAFTAR PUSTAKA

https://bagas.wordpress.com/2007/10/25/struktur-kalimat-bahasa-indonesia/
http://kesmas-fkm.blogspot.com/2012/01/struktur-atau-pola-kalimat-dasar-bahasa.html
http://hanafauziah55.blogspot.com/2013/06/jenis-kalimat-berdasarkan-bentuk-gaya.html

Anda mungkin juga menyukai