Anda di halaman 1dari 23

KETERKAITAN INTEGRASI NASIONAL DAN IDENTITAS NASIONAL

DALAM MENJAGA KESATUAN INDONESIA


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 2
1.2 Identifikasi dan perumusan masalah .............................................. 2
1.3 Tujuan dan manfaat ........................................................................ 2
1.4 Metode Penulisan ........................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4
2.1 Landasan teori ................................................................................ 4
1. Identitas Nasional ..................................................................... 4
2. Integrasi Nasional ..................................................................... 7
2.2 Pembahasan .................................................................................... 9
1. Permasalahan Integrasi Nasional .............................................. 9
2. Identitas dan Integrasi Nasional ................................................ 12
3. Hubungan Identitas Nasional Dengan Integrasi Nasional......... 15
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 18
3.2 Rekomendasi .................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

ii
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho
Allah SWT, karena tanpa Rahmat dan RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu pendidikan
kewarganegaraan yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah membantu
dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah
ini kami menjelaskan tentang Hubungan Antara Integrasi Nasional dengan Identitas
Nasional.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih adanya
kekurangan. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari pembaca agar
tercapainya makalah yang sempurna.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pertanyaan yang muncul seiring dengan mulai terasanya pengaruh
globalisasi di hampir semua sektor kehidupan manusia adalah mengapa suatu
bangsa memerlukan identitas? Bagi bangsa Indonesia, berbagai persoalan
dalam negeri yang tumbuh berbarengan dengan munculnya penomena
globalisasi seakan-akan memberi peringatan akan kesadaran nasional untuk
memperteguh identitas diri sebagai suatu bangsa.
Setiap bangsa pada dasarnya senantiasa berdiri diatas landasan pluralitas
sosio-kultur. Tak ada suatu bangsa yang benar-benar homogen masyarakatnya.
Bahkan keanekaragaman jelas-jelas merupakan keniscayaan yang tak mungkin
terelakkan dan tak terbantahkan dalam realitas kehidupan bersama sebangsa,
dimana pun dan kapan pun. Bangsa Indonesia telah lama menyadari akan
beragaman suku, agama , ras dan budaya. Lebih dari itu masyarakat Indonesia
mengakui keberagaman merupakan anugerah dari Tuhan yang harus dijaga dan
terintegrasi.
Segala keragaman yang ada di Indonesia, tidak mengahalangi bangsa
Indonesia dalam menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa yang nantinya
akan membentuk sebuah integrasi bangsa yang mampu hidup damai saling
berdampingan. Rasa integrasi ini telah terbukti dengan adanya kemerdekaan
yang diraih oleh Indonesia dimana Indonesia mampu bebas dan bangkit dari
belenggu- belenggu para penjajah.
Bhineka Tunggal Ika menjadi semboyan akan bersatunya bangsa
Indonesia untuk hidup rukun berdampingan. Melalui ini bangsa Indonesia
mampu menciptakan integrasi didalam keragaman suku bangsa yang luar biasa.
Hasrat dan semangat bangsa Indonesia ini juga tertuang didalam pancasila yang
meletakkan dalam sila ke tiga yakni persatuan Indonesia dimana suku- suku
bangsa diharapakan agar bisa menyatu, rukun, berkeluarga, serta menjunjung
tinggi toleransi antar suku bangsa.

1
Keberagaman suku bangsa tidak hanya memberikan suatu poin positif
bagi bangsanya namun juga akan menimbulkan masalah yang besar bahkan
mampu memecah belah suatu bangsa. Inilah suatu tantangan bagi bangsa
Indonesia, agar tetap bisa menjaga integrasi antar suku bangsa yang ada di
Indonesia. Negara memiliki andil besar dalam penentuan masa depan bangsa di
Indonesia.

1.2 Identifikasi dan perumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, kita dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian identitas nasional?
2. Apa unsur-unsur pembentukan identitas nasional?
3. Apa itu integrasi nasional?
4. Bagaimana keterkaitan intergasi nasional dan identitas nasional?

1.3 Tujuan dan manfaat


Berdasarkan rumusan maslah di atas,tujuanya adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian identitas nasional
2. Mengetahui unsur-unsur pembentukan identitas nasional
3. Mengetahui apa itu integrasi nasional
4. Mengetahui keterkaitan integrasi nasional dan identitas nasional
5. Menambah pengetahuan kita tentang integrasi nasional dan identitas
nasional

1.4 Metode Penulisan


Pada penulisan makalah ini menggunakan metode study kepustakaan
dilakukan yang telah dilakukan melalui pengumpulan informasi yang
dibutuhkan dilakukan dengan mencari referensi-referensi yang berhubungan
dengan makalah yang dikaji, referensi dapat diperoleh dari buku-buku atau
internet.

2
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan makalah ini, penulis membuat
sistematika dalam 3 Bab yaitu:
Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah,
batasan/ruang lingkup masalah, maksud dan tujuan, sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan
Bab ini berisi teori-teori pendukung dan pembahasan mengenai indentitas
nasional dan integrasi nasional.
Bab III Penutup
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan pembahasan, serta saran-saran yang
penulis berikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan teori


1. Identitas Nasional
a. Pengertian Identitas Nasional
Konsep mengenai Identitas Nasional merupakan sebuah konsep yang
multidimensional dimana dikembangkan dan dianalisis oleh berbagai
disiplin ilmu dan relevan dengan berbagai bidang penelitian. Psikologi
merupakan salah satu cabang ilmu yang mengkaji Identitas Nasional
sebagai kajian psikologi sosial.
Identitas Nasional merupakan salah satu bentuk dari identitas sosial
(Michener dan Delamater, 1999; Bostock Dan Smith, 2001). Identitas
Nasional dianggap sebagai konsep utama dari identifikasi individu pada
kelompok sosial dalam dunia modern (Davidov, 2009). Kelekatan anggota
kelompok terhadap negara mereka diekspresikan dengan rasa memiliki,
cinta, loyalitas, kebanggaan, dan perlindungan terhadap kelompok dan
tanah air-nya (Davidov,2009).
Tajfel dan Turner (1986) menyatakan bahwa secara umum Identitas
Nasional menggambarkan perasaan yang subjektif terhadap suatu bangsa,
yang pada dasarnya bersifat positif. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Blank, Schmidt dan Westle (2001) menggambarkan Identitas Nasional
sebagai perasaan kedekatan yang kuat terhadap negara sendiri.
Berdasarkan definisi Identitas Nasional menurut beberapa ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa Identitas Nasional merupakan salah satu bentuk
dari identitas sosial yang mencerminkan identifikasi, perasaan dan penilaian
yang positif dari individu terhadap bangsa dan negaranya.

b. Fungsi Identitas Nasional


Menurut Smith (1991) terdapat tiga fungsi dari Identitas Nasional,
yaitu:

4
1) Identitas Nasional memberikan jawaban yang memuaskan terhadap rasa
takut akan kehilangan identitas melalui identifikasi terhadap bangsa.
2) Identitas Nasional menawarkan pembaharuan pribadi dan martabat bagi
individu dengan menjadi bagian dari keluarga besar suatu bangsa
3) Identitas Nasional memungkinkan adanya realisasi dari perasaan
persaudaraan, terutama melalui simbol-simbol dan upacara.

c. Unsur yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Nasional


Unsur atau faktor yang mempengaruhi pembentukan Identitas
Nasional bangsa Indonesia, meliputi primordial, sakral, tokoh, bhineka
tunggal ika, konsep sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan
(Surbakti, 1999).
1) Primordial
Ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) dan kesamaan suku
bangsa, daerah, bahasa, dan adat-istiadat merupakan faktor-faktor
primordial yang dapat membentuk negara-bangsa. Primordialisme tidak
hanya menimbulkan pola perilaku yang sama, tetapi juga melahirkan
persepsi yang sama tentang masyarakat negara yang dicita-citakan.
2) Sakral
Kesamaan agama yang dianut oleh suatu masyarakat, atau ikatan
ideologi yang kuat dalam masyarakat, juga merupakan faktor yang dapat
membentuk negara-bangsa.
3) Tokoh
Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan
dihormati secara luas oleh masyarakat dapat menjadi faktor yang
menyatukan suatu bangsa- negara. Pemimpin ini menjadi panutan sebab
warga masyarakat mengidentifikasikan diri kepada sang pemimpin,
dan ia dianggap sebagai "penyambung lidah" masyarakat.
4) Sejarah
Persepsi yang sama tentang asal-usul (nenek moyang) dan tentang
pengalaman masa lalu, seperti penderitaan yang sama akibat dari

5
penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas (sependeritaan dan
sepenanggungan), tetapi juga tekad dan tujuan yang sama antar
kelompok suku bangsa.
5) Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) merupakan
salah satu faktor yang dapat membentuk bangsa-negara. Bersatu dalam
perbedaan artinya kesediaan warga masyarakat untuk bersama dalam
suatu lembaga yang disebut Negara, atau pemerintahan walaupun
mereka memiliki suku bangsa, adat-istiadat, ras atau agama yang
berbeda.
6) Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan
spesialisasi pekerjaan yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Semakin tinggi mutu dan semakin bervarariasi kebutuhan
masyarakat, semakin tinggi pula tingkat saling bergantung di antara
berbagai jenis pekerjaan.
7) Kelembagaan
Proses pembentukan bangsa berupa lembaga-lembaga
pemerintahan dan politik, seperti birokrasi, angkatan bersenjata, dan
partai politik. Setidak- tidaknya terdapat dua sumbangan birokrasi
pemerintahan (pegawai negeri) bagi proses pembentukan bangsa, yakni
mempertemukan berbagai kepentingan dalam instansi pemerintah
dengan berbagai kepentingan di kalangan penduduk sehingga tersusun
suatu kepentingan nasional, watak kerja, dan pelayanannya yang
bersifat impersonal; tidak saling membedakan untuk melayani warga
negara.

d. Identitas Nasional Bangsa Indonesia


Proses pembentukan Identitas Nasional bangsa Indonesia cukup
panjang, dimulai dari kesadaran adanya perasaan senasib sepenanggungan
"bangsa Indonesia" akibat penjajahan Belanda, kemudian memunculkan

6
komitmen bangsa (tekad dan kemudian menjadi kesepakatan bersama).
Dalam perkembangan selanjutnnya dirumuskan beberapa Identitas
Nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 dalam pasal
35-36C, yaitu:
1) Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
2) Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih
3) Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4) Lambang Negara yaitu Pancasila
5) Semboyan Negara yaitu Bhinnika Tunggal Ika
6) Dasar Falsafah Negara yaitu pancasila
7) Konstituti (Hukum Dasar) Negara yaitu UUD1945
8) Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9) Konsepsi Wawasan Nusantara
10) Kebudayaan daerah yang telah diteria Kebudayaan Nasional

2. Integrasi Nasional
a. Pengertian Nasional
Istilah Integrasi nasional dalam bahasa Inggrisnya adalah “national
integration”. "Integration" berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Kata ini
berasal dari bahasa latin integer, yang berarti utuh atau menyeluruh.
Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan sebagai
pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. “Nation” artinya
bangsa sebagai bentuk persekutuan dari orang-orang yang berbeda latar
belakangnya, berada dalam suatu wilayah dan di bawah satu kekuasaan
politik.
Berikut ini disajikan beberapa pengertian integrasi nasional dalam
konteks Indonesia dari para ahli/penulis:
1) Menurut Djuliati Suroyo (2002) Integrasi Nasional adalah Bersatunya
suatu bangsa yang menempati wilayah tertentu dalam sebuah negara
yang berdaulat.

7
2) Menurut Saafroedin Bahar (1995) Integrasi Nasional adalah Upaya
menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan
wilayahnya.
3) Menurut Kurana (2010) Integrasi Nasional adalah kesadaran identitas
bersama di antara warga negara. Ini berarti bahwa meskipun kita
memiliki kasta yang berbeda, agama dan daerah, dan berbicara bahasa
yang berbeda, kita mengakui kenyataan bahwa kita semua adalah satu.
Jenis integrasi ini sangat penting dalam membangun suatu bangsa yang
kuat dan makmur.
4) Menurut Ramlan Surbakti (2010) Integrasi Nasional adalah Proses
penyatuan berbagai kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan
wilayah dan dalam suatu identitas nasional.

b. Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Nasional sebagai berikut:


1) Bhineka Tunggal Ika
2) Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
3) Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana
dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
4) Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana
dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi
kemerdekaan.
5) Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara,
sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur
di medan perjuangan.
6) Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi
Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu
kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.

8
c. Faktor-Faktor Penghambat Integrasi Nasional sebagai berikut:
1) Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam
faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan
daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.
2) Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan
yang dikelilingi oleh lautan luas.
3) Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan
bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
4) Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan
dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak
puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan
Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan,
demonstrasi dan unjuk rasa.
5) Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa
yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain.

2.2 Pembahasan
1. Permasalahan Integrasi Nasional
Integrasi Nasional merupakan masalah yang dialami oleh semua negara
atau nation yang ada di dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang
dihadapinya. Beberapa Negara yang berdiri setelah Perang Dunia II ternyata
banyak yang tidak mampu mengintegrasikan berbagai golongan dalam
masyarakatnya. Perang Saudara yang terjadi di Nigeria terjadi karena Nigeria
tidak berhasil mengintegrasikan suku-suku bangsa Hausa, Fulani, Ibo, dan
Yoruba, sehingga lahirlah negara baru yag menanamkan diri Republik Baifara.
Ketidak mampuan India mempersatukan seluruh wilayahnya, melahirkan
Negara Pakistan. Ketika Wilayah Timur memberontak, Pakistan tidak mampu
mempersatukan kedua wilayah itu sehingga pada tahun 1971 lahirlah
Bangladesh. Amerika Serikat, Kanada, dan Australia menghadapi masalah

9
integrasi bangsa-bangsa Imigran. Demikianlah bentuk-bentuk permasalahan
yang disebabkan oleh masalah integrasi ini.
Menghadapi masalah integrasi ini sebenarnya tidak memiliki kunci yang
pasti karena masalah yang dihadapi beberapa dan latar belakang sosiologi
kultura nation state yang berbeda pula. Sehingga masalah integrasi ini
cenderung di selesaikan sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan. Ada
yang menempuh jalan kekerasan dan ada yang menempuh strategi poltik yang
lebih lunak.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam integrasi nasional ini adalah
adanya cara pandang yang berbeda tentang pola laku duniawi dan cara untuk
mencapai tujuan. Dengan kata lain masalah integrasi nasional ini pada
prinsipnya bersumber pada perbedaan ideologi. Perbedaan ideologi ini
disebabkan karena perbedaan falsafah hidup yang banyak berpengaruh dalam
proses sosialisasinya, maupun dalam pembentukan konsepsi nalarnya.
Termasuk faktor dominan dalam pembemtukan suasana kesenjangan ideologi
ini adalah masalah agama. Karena agama dipandang sebagai nilai hakiki
sehingga kontrol sosial masyarakat agama cenderung lebih peka dan sering
tajam.
Permasalahan yang kedua, permasalahan yang ditimbulkan oleh kondisi
masyarakat majemuk, yang terdiri dari berbagai kelompok etnis baik di antara
penduduk pribumi maupun keturunan asing. Kelompok etnis atau suku-suku
bangsa yang ada di daerah merupakan nation-nation pribumi yang telah
terbentuk lama sebelum nation Indonesia diproklamirkan. Mereka memiliki
ciri-ciri sendiri yang merupakan ciri-ciri suatu nation. Memiliki kebudayaan
sendiri, bahasa sendiri, daerah teritorial sendiri dan perasaan solidaritas antara
anggota-anggota warga masyarakat yang bersangkutan.
Perasaan solidaritas yang tinggi menyebabkan nation- nation lama tidak
bisa hilang walaupun telah bergabung dalam nation Indonesia yang baru. Hal
ini menyebabkan bahwa masalah integrasi berbagai kelompok etnis merupakan
masalah pokok bagi integrasi nasional Indonesia. Selain masalah etnis pribumi
Indonesia juga menghadapi masalah integrasi warga keturunan asing. Karena

10
merupakan yang tergolong keturunan asing ini secara genitas masih memiliki
hubungan dengan negara asalnya, maka mereka berusaha mengembangkan
kebudayaan negara asalnya di Indonesia. Ini merupakan masalah baru bagi
negara Indonesia dari segi kemungkinan memberontak untuk memperjuangkan
satu wilayah sendiri, keturunan asing merupakan peranakan membuat jarak
yang tegas dengan kelompok pribumi. Ini juga masalah yang cukup rumit bagi
kelancaran integrasi nasional secara utuh.
Permasalahan ketiga, adalah masalah daerah yang sering kali berjarak
cukup jauh. Lebih-lebih Indonesia yang berbentuk negara kepulauan dan
merupakan arus lalu lintas dua benua dan dua samudra. Kondisi ini akan lebih
mempererat rasa solidaritas kelompok etnis tertentu.
Masalah yang keempat, ditinjau dai kehidupan dan pertumbuhan partai
politik. Permasalahan politik di Indonesia berpengaruh pula dalam mencapai
integrasi nasional. Beberapa indikator pertentangan politik di Indonesia yaitu,
terjadinya demonstrasi, kerusuhan, serangan bersenjata, meningkatnya angka
kematian akibat kekerasan politik, pemindahan kekuasaan eksekutif yang
bersifat ireguler. Di samping itu adanya patai- partai politik yang terkait oleh
kepentingan-kepentingan primordial yang secara tidak langsung terkait oleh
kepentingan daerah dan kelmpok elite dan kelompok etnis tertentu. Integrasi
nasional Indonesia mempunyai dua dimensi yaitu dimensi horizontal dan
dimensi vertikal. Dimensi horizontal dimaksudkan untuk menunjukan perbeda
suku, agama, aliran dan lain-lain, sedangkan dimensi vertikal dimaksudkan
untuk menunjukan kesenjangan kelompok elite nasional dengan masa tang
terahir ini mengakibatkan partisipasi politik masa yang sangat kecil.
Di samping perbedaan golongan itu sendiri mempunya potensi untuk
menuju ke arah integrasi dengan sistem silang- menyilang (Cross cutting
Affilation) yang akan melahirkan pelapisan sosial yang saling silang-menyilang,
atau paling tidak akan membuat konflik sosial tidak menjadi terlalu tajam, maka
diusahakan pula langkah-langkah yang lebih sistematis dan operasional.
Demikianlah dengan sistem silang-menyilang ini konflik antara suku-suku
bangsa daerah akan dapat diredakan dengan adanya pertemuan di bidang

11
agama. Upaya-upaya yang dilaksanakan untuk memperkecil dan kalau mungkin
menghilangkan kesenjangan-kesenjangan itu antara lain: Pertama: Untuk
mempertebal keyakinan seluruh warga negara dengan membangun dan
memperkuat kerukunan antar umat agama yang terdiri dari berbagai golongan
itu terhadap ideologi

2. Identitas dan Integrasi Nasional


Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk
fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah
penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia
Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Akan di era yang berkembang pada
saat ini, apakah identitas nasional dapat ditandai dari ekspresi fisikal tersebut
atau dibutuhkan reinterpreasi tentang tentang identitas nasional?
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat
dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas
sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang
berlangsung demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah
suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi
yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek ruang juga bukan hanya satu atau
tunggal, tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas. Lapis-lapis identitas itu
tergantung pada peran-peran yang dijalankan, keadaan objektif yang dihadapi,
serta ditentukan pula dari cara menyikapi keadaan dan peran tersebut.
Dengan demikian, di satu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan
kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung
dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita
untuk meresponsnya. Dan, respons tersebut secara tidak langsung juga memberi
bentuk lain terhadap apa yang kita anggap sebagai diri kita saat ini.
Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu
kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan
keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu
tergantung dari proses yang membentuknya. Seperti halnya identitas kita pada

12
saat ini, menunjukkan gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural.
Pluralitas pada perkembangan saat ini tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan
etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah. Pluralitas pada
perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentingan-
kepentingan. Seseorang bisa berbeda dengan orang lain, bukan lantaran dia
berasal dari etnis yang berbeda, profesi yang berbeda, latar belakang pendidikan
yang berbeda, bahkan asal asul daerah yang berbeda. Kepentingan masing-
masing oranglah yang kemudian menyatukan identitas tersebut.
Sebagai contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa –
terutama industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar
belakang pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai
kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup,
lantaran dikostruksi tayangan televisi. Interaksi antarindividu yang dikonstruksi
tayangan televisi berlangsung sangat cepat. Ia telah membentuk gerakkan arus
besar tentang relasi-relasi antara yang mendominasi dan yang terdominasi,
antara yang mempengaruhi dan yang terpengaruhi, antara yang memprovokasi
dan yang terprovokasi, antara yang berkuasa dengan yang dikuasai, bahkan
antara gambaran ruang yang bersifat publik dengan yang bersifat domestik.
Tayangan televisi telah menjadi bagian dari refleksi kehidupan sehari-
hari. Ia menjadi model dari sebuah habitus yang berperan aktif dalam ranah
sosial. Ia telah menjadi fenomena komunikasi yang tidak bisa dilepaskan dari
karakterisitik individu- individu yang kemudian menjadi objek dan subjeknya.
Bahkan, tanpa sadar ia telah membangun hubungan-hubungan sosial melalui
interaksi sosial dalam konteks politik, ekonomi, dan kultural. Ruang dan waktu
tak lagi menjadi pembatas dan kendala terjadinya perubahan. Teknologi
komunikasi itu seolah menelusup dari ruang publik ke setiap individu hingga
ruang-ruang privasi. Kita didorong untuk masuk dalam lorong waktu dan
perisitiwa yang nyaris tak terbatas, sejalan juga dengan tanda-tanda yang makin
rumit dan tak terbatasi. Pesawat televisi telah menjadi “totem” yang selalu ada
di mana-mana. Di rumah-rumah reot tanpa WC dan kamar mandi, di kios-kios
rokok, warung-warung kopi, hingga di sejumlah perumahan, pesawat televisi

13
merupakan “berhala” yang selalu menghiasi ruang-ruang tersebut. Dari sinilah
lahir kebudayaan massa yang cepat dan penuh perubahan. Di tengah
kebudayaan massa yang serba cepat itulah sejumlah ekspresi tentang nilai,
pengetahuan, norma, dan simbol, menandai kebudayaan masyarakat kita.
Bertolak dari sejumlah gambaran tersebut, identitas yang menyertai kita
saat ini lebih ditandai oleh kepentingan yang kita kembangkan sendiri. Identitas
dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan
sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama
pembangunan kebudayaan nasional. Identitas sebagai sarana pembentukan pola
pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk
dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional
selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang
mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan
martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi
(ketergantungan, ketertundudukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing.
Dengan demikian, integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk
pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-
masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan: bangsa Indonesia. Untuk
menciptakan pergaulan dalam pembentukan integrasi nasional tersebut identitas
justru berfungsi secara ganda.
Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang
mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya,
kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi
keagamaan. Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk
apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari
segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak
kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian
membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
Ada beberapa contoh berikut untuk menjelaskan permasalahan tersebut,
salah satu contoh adalah tentang keberadaan Bahasa Indonesia di negeri ini.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang berasal dari kepulauan Riau, dan pada

14
awalnya menjadi suatu atribut dari identitas penduduk kepulauan Riau, bahasa
itu kemudian berkembang menjadi Melayu Pasar, yang digunakan oleh
berbagai kelompok etnis yang bertemu di pasar dalam interaksi perdagangan.
Akan tetapi dalam perkembangan lebih lanjut muncul dengan komunitas baru
dengan jaringan yang jauh lebih luas, yaitu kelompok-kelompok yang
menggunakan bahasa Melayu Pasar sebagai sarana komunikasi antara mereka.
Akibatnya bahasa Melayu Pasar sebagai lingua franca kemudian menjadi ciri
baru bagi suatu komunitas pengguna bahasa tersebut dan kemudian kembali
berfungsi sebagai penunjuk identitas dari suatu jaringan kelompok-kelompok
yang merasa dan ternyata dihubungkan satu sama lain oleh bahasa tersebut dan
menemukan suatu kesatuan baru berupa integrasi yang lebih luas.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok
yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis,
ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL)
membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda
atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan
tersebut, seorang PKL yang beretnik Minang akan bersatu dengan PKL- PKL
beretnik lain. Singkat kata, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas
untuk satu kepentingan bersama.

3. Hubungan Identitas Nasional Dengan Integrasi Nasional


Antara Integrasi Nasional dan Identitas nasional negara indonesia
memang saling berkaitan, hal itu terjadi karena adanya berbagai macam suku
bangsa yang disatukan melalui persatuan dibawah bendera merah putih dan
“Bhineka Tunggal Ika”, dan melalui proses ini terjadilah proses integrasi
nasional dimana perbedaan yang ada di persatukan sehingga tercipta
keselarasan dan persatuan nasional yang kompleks, dari kemajmukan suku
inilah yang kemudian menjadi salah satu ciri khas bangsa indonesia. Tidak luput
dari itu setiap negara juga harus memiliki rasa nasionalisme sebagai wujud
integrasi nasional karena suatu integrasi yang terbentuk akan mampu menjaga
identitas nasional yang bersembayan di negara tersebut.

15
Jadi, antara integrasi nasional dan identitas nasional memiliki keterkaitan,
dimana dalam hal ini di indonesia integrasi nasional di jadikan sebagai salah
satu identitas nasional dan semboyan Bhinika Tunggal Ika sebagai hasil dari
integrasi nasional yang kemudian di jadikan sebagai suatu identitas nasional,
Semboyan ini tidak akan pernah ada di ngara lain, semboyan ini hanya ada di
indonesia dan menjadi identitas bangsa yang membedakannya dengan negara
lain.
Identitas nasional bangsa Indonesia ditunjukkan dari keberagaman suku,
budaya, agama dan bahasa. Keberagaman inilah yang seringkali menjadi
penghalang upaya untuk menyatukan perbedaan yang ada dalam bingkai
“Bhineka Tunggal Ika”. Perbedaan yang terjadi memanglah menjadi suatu nilai
yang khas dari bangsa kita, menjadi identitas nasional yang membedakan
bangsa kita dari bangsa-bangsa lainnya. Namun perbedaan itulah yang menjadi
kendala dalam mewujudkan integrasi nasional di Indonesia.
Antara integrasi nasional dan identitas nasional memiliki kaitan yang erat.
Keberagaman di indonesia menjadi suatu identitas nasional dan keberagaman
itu perlu disatupadukan untuk menciptakan suatu keselarasan, dan proses untuk
menciptakan keselarasan itu merupakan bentuk dari integrasi nasional. Dan
hasil dari proses integrasi nasional itulah yang menciptakan identitas nasional
kita yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, berbeda-beda tetapi tetap satu.
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multi
dimensional. Untuk mewujudkannya diperlukan keadilan dan kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa
dan sebagainya. Dengan demikian upaya integrasi nasional dengan strategi
yang mantap perlu terus dilakukan agar terwujud integrasi bangsa Indonesia
yang diinginkan.
Upaya pembangunan dan pembinaan integrasi nasional ini perlu karena
pada hakekatnya integrasi nasional tidak lain menunjukkan tingkat kuatnya
persatuan dan kesatuan bangsa yang diinginkan. Pada akhirnya persatuan dan
kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya negara yang
makmur, aman dan tentram. Jika melihat konflik yang terjadi di Aceh, Ambon,

16
Kalimantan Barat dan Papua merupakan cermin dan belum terwujudnya
integrasi nasional yang diharapkan. Sedangkan kaitannya dengan identitas
nasional adalah bahwa adanya integrasi nasional dapat menguatkan akar dari
identitas nasional yang sedang dibangun.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti
kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi nasional adalah usaha dan proses
mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga
terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Identitas Nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-
kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik
seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik, seperti keinginan,cita-cita
dan tujuan. Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang
dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut
dengan bangsa yang lain.
Integrasi nasional sangat diperlukan oleh negara indonesia karena dari
integrasi nasional dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada di
indonesia, sehingga tidak adanya konflik perpecahan yang terjadi dikarenakan
perbedaan semata. Walaupun Indonesia ini berbeda-beda suku, ras, agama, dan
budaya, tetapi tetap Indonesia adalah negara yang satu yang mempunyai satu
tujuan untuk memakmurkan negara indonesia.

3.2 Rekomendasi
Untuk mencapai integrasi tentunya membutuhkan proses yang panjang
karena integrasi membutuhkan pemahaman yang baik akan perbedaan. Dari
masalah-masalah yang ada, kita didorong untuk memahami satu sama
lain meskipun bangsa ini memilliki banyak perbedan atau multikultur.
Pemerintah harus mampu menjaga kestabilan yang ada, baik dari segi
pembangunan yang harus merata maupun segala bentuk pelayanan yang dapat
memicu disintegrasi karena pelayan yang sepihak. Masyarakat juga dituntut
tidak tinggal diam melihat fenomena sosial di Indonesia yang disebabkan
perbedaan sehingga memicu perang antara suku, budaya dan yang terjadi

18
sekarang ini adalah konflik antara agama yang sangat berpotensi memecah
bangsa Indonesia. Masyarakat harus menjaga keutuhan Indonesia dengan
berbagai ragam budaya, suku, ras dan agama di dalamnya, agar tetap terjaga
pula identitas Negara dalam satu keutuhan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Blank, T., Schmidt, P., & Westle, B. (2001). “Patriotism” – A Contradiction, A.


Possibility, or An Empirical Strategy?. Grenole: ECPR. Bostock

Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT Mata


Kuliah Pengembangan Kepribadian.

Bohlan, (2005). Integrasi nasional. (http://www.basic-integrasi-nasional.org)


Diakses pada tanggal 11 Agustus 2018.

Bostock, W. W., & Smith, G. W. (2001). On measuring national identity. Hobart:


Sosial Science Paper Publisher.

Davidov, E. (2009). Measurement Equivalence of Nationalism and Constructive


Patriotism in the ISSP: 34 Countries in a Comparative Perspective.
Political Analysis, 17, 64-82.

Mahfud, Choirul. 2011. Pendidikan Multikultural. Yogykarta: Pustaka Pelajar.

Nikolas, (2007). Pentingnya integrasi nasional indonesia. (http://www.education-


penteingnya-integrasi-nasional.org/wiki) Diakses pada 11 Agustus 2018

Saafroedin Bahar, dkk., penyunting, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-


Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945-22 Agustus 1945. Jakarta:
Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995.

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Widya Sarana

Suroyo, A.M. Djuliati, “Penanaman Negara di Jawa dan Negara Kolonial” dalam
J.Thomas Lindblad, Fondasi Historis Ekonomi Indonesia, (Yogyakarta,
Pustaka Pelajar), 2002.

Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat : Berkaca dari Pengalaman Republik


Rakyat Cina, gramedia, Jakarta.

Winarno. 2007, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan


Tinggi. Bumi aksara, jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai