Anda di halaman 1dari 21

Jurnal Jurnal Pusat Penelitian Politik-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2Politik-LIPI)

merupakan media pertukaran pemikiran mengenai masalah-masalah strategis yang


Penelitian Politik
terkait dengan bidang-bidang politik nasional, lokal, dan internasional; khususnya
mencakup berbagai tema seperti demokratisasi, pemilihan umum, konflik, otonomi
daerah, pertahanan dan keamanan, politik luar negeri dan diplomasi, dunia Islam serta
isu-isu lain yang memiliki arti strategis bagi bangsa dan negara Indonesia.

P2Politik-LIPI sebagai pusat penelitian milik pemerintah, dewasa ini dihadapkan


pada tuntutan dan tantangan baru, baik yang bersifat akademik maupun praktis
kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan persoalan dengan otonomi daerah,
demokrasi, HAM dan posisi Indonesia dalam percaturan regional dan internasional.
Secara akademik, P2Politik-LIPI dituntut menghasilkan kajian-kajian unggulan
yang bisa bersaing dan menjadi rujukan ilmiah, baik pada tingkat nasional maupun
internasional. Sementara secara moral, P2Politik-LIPI dituntut untuk memberikan
arah dan pencerahan bagi masyarakat dalam rangka membangun Indonesia baru yang
rasional, adil, dan demokratis. Karena itu, kajian-kajian yang dilakukan tidak semata-
mata berorientasi praksis kebijakan, tetapi juga pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan
sosial, khususnya perambahan konsep dan teori-teori baru ilmu politik, perbandingan
politik, studi kawasan dan ilmu hubungan internasional yang memiliki kemampuan
menjelaskan berbagai fenomena sosial- politik, baik lokal, nasional, regional, maupun
internasional.

Mitra Bestari Prof. Dr. Syamsuddin Haris (Ahli Kajian Kepartaian, Pemilu, dan Demokrasi)
Prof. Dr. R. Siti Zuhro, MA (Ahli Kajian Otonomi Daerah dan Politik Lokal)
Dr. Lili Romli (Ahli Kajian Pemilu dan Kepartaian)
Drs. Hamdan Basyar, M.Si (Ahli Kajian Timur Tengah dan Politik Islam)
Dr. Sri Nuryanti, MA (Ahli Kepartaian dan Pemilu)
Dr. Kurniawati Hastuti Dewi, S.IP, M.A. (Ahli Gender dan Politik)
Dr. Ganewati Wuryandari, MA (Ahli Kajian Hubungan Internasional)
DR. Yon Machmudi, M.A (Ahli Studi Islam dan Timur Tengah)
Dr. Sri Budi Eko Wardani, M.Si (Ahli kepemiluan dan kepartaian)

Penanggung Jawab Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI


Pemimpin Redaksi Esty Ekawati, S.IP., M.IP

Dewan Redaksi Prof. Dr. Firman Noor, M.A (Ahli Kajian Pemikiran Politik, Pemilu dan Kepartaian)
Moch. Nurhasim, S.IP., M.Si (Ahli Kajian Pemilu dan Kepartaian)
Dra. Sri Yanuarti (Ahli Kajian Konflik dan Keamanan)
Drs. Heru Cahyono (Ahli Kajian Politik Lokal)

Redaksi Pelaksana Dra. Awani Irewati, MA (Ahli Kajian ASEAN dan Perbatasan)
Indriana Kartini, MA (Ahli Kajian Dunia Islam dan Perbandingan Politik)

Sekretaris Redaksi Dini Rahmiati, S.Sos., M.Si


Sutan Sorik, SH

Produksi dan Sirkulasi Adiyatnika, A.Md


Prayogo, S.Kom
Anggih Tangkas Wibowo, ST., MMSi

Alamat Redaksi Pusat Penelitian Politik-LIPI, Widya Graha LIPI, Lantai III & XI
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 10 Jakarta Selatan 12710
Telp/Faks. (021) 520 7118, E-mail: penerbitan.p2p@gmail.com
Website: www.politik.lipi.go.id | http://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp

ISSN p-: 1829-8001, e: 2502-7476

Terakreditasi Kemeristek Dikti Nomor 10/E/KPT/2019


Jurnal Penelitian

Vol. 16, No. 1, Juni 2019

DAFTAR ISI

Daftar Isi i
Catatan Redaksi
iii
Artikel
• Penguatan Sistem Presidensial dalam Pemilu Serentak 2019
Efriza 1–15
• Upaya Mobilisasi Perempuan melalui Narasi Simbolik
‘Emak-Emak dan Ibu Bangsa’ Pada Pemilu 2019
Luky Sandra Amalia 17–33
• Netralitas Polri menjelang Pemilu Serentak 2019
Sarah Nuraini Siregar 35–46
• Populisme di Indonesia Kontemporer: Transformasi Persaingan
Populisme dan Konsekuensinya dalam Dinamika Kontestasi
Politik Menjelang Pemilu 2019
Defbry Margiansyah 47–68
• Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019
R. Siti Zuhro 69–81
• Menelaah Sisi Historis Shalawat Badar: Dimensi Politik
dalam Sastra Lisan Pesantren
Dhurorudin Mashad 83–99

Review Buku
• Penataan Demokrasi dan Pemilu di Indonesia Pasca Reformasi
Sutan Sorik 101–107

Tentang Penulis 109–110

| i 
CATATAN REDAKSI

Pemilihan umum serentak (pemilu serentak) sebutan bagi perempuan pendukung paslon
yang diselenggarakan tahun 2019 di Indonesia penantang sedangkan ibu bangsa merupakan
merupakan pemilu pertama di mana pemilihan panggilan untuk perempuan yang berada di
presiden dan wakil presiden (pilpres) dilaksanakan barisan kubu petahana. Tulisan ini berpendapat
bersamaan dengan pemilihan anggota legislatif bahwa label emak-emak maupun ibu bangsa yang
(pileg). Oleh karena itu, menarik untuk melihat disematkan oleh kedua kubu capres-cawapres
dinamika sosial politik yang terjadi pra-pemilu kepada pemilih perempuan hanya sebatas narasi
2019. simbolis untuk memobilisasi suara perempuan
Jurnal Penelitian Politik nomor ini yang mencapai lebih separoh jumlah pemilih.
menyajikan 6 artikel yang membahas topik-topik Tidak ada yang lebih konkrit dari yang lain, kedua
yang terkait dengan isu elektoral. Artikel pertama istilah tersebut sama-sama mendomestikasi peran
yang ditulis oleh Efriza, “Penguatan Sistem perempuan. Melalui label emak-emak maupun
Presidensial dalam Pemilu Serentak 2019,” ibu bangsa, kedua kubu seolah menegaskan
mencoba menjelaskan mengenai dinamika koalisi bahwa perempuan harus menjadi ibu/emak yang
dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo tugasnya hanya di ranah domestik. Kondisi ini
dan sekaligus menjelaskan upaya koalisi dalam tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya
pemilu serentak 2019. Tulisan ini juga membahas patriarki yang masih berkembang di masyarakat.
mengenai penerapan sistem presidensial Sementara itu, artikel “Netralitas Polri
yang dapat dikatakan ada kelemahan karena Menjelang Pemilu Serentak 2019” yang
diterapkannya sistem multipartai. Disamping ditulis oleh Sarah Nuraini Siregar menganalisa
itu, tulisan ini mengkritisi ketiadaan perubahan secara khusus netralitas Polri dalam proses
besar dari diterapkannya sistem pemilihan pemilu 2019. Terdapat dua pertimbangan atas
umum serentak 2019, yang disebabkan oleh ulasan ini. Pertama, karena Polri mengemban
masih diterapkannya presidential threshold dan fungsi keamanan dan ketertiban umum dalam
masih lemahnya pelembagaan partai politik itu masyarakat; termasuk dalam hal ini menjaga
sendiri, sehingga pola koalisi yang dibangun oleh keamanan pemilu 2019. Kedua, karena Polri
kedua pasangan calon presiden tetap bersifat juga memiliki fungsi preventif untuk mencegah
pragmatis semata. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya gangguan keamanan, khususnya
bahwa Pemilu Serentak 2019 membawa harapan menjelang pemilu. Secara umum fungsi ini
terjadinya coattail effect, sehingga terjadi dijalankan oleh setiap anggota Polri, namun
peningkatan dukungan politik di legislatif secara khusus fungsi preventif berupa deteksi
terhadap pemerintahan yang terpilih nantinya. potensi gangguan keamanan sampai di tingkat
Hal ini menunjukkan terjadinya penguatan desa melekat pada anggota Babinkamtibmas.”
terhadap sistem presidensial karena dukungan yang ditulis oleh
memadai di legislatif. Fenomena “Populisme Di Indonesia
Artikel berikutnya, “Upaya Mobilisasi Kontemporer: Transformasi Persaingan
Perempuan Melalui Narasi Simbolik ‘Emak- Populisme dan Konsekuensinya dalam Dinamika
Emak Dan Ibu Bangsa’ Pada Pemilu 2019”. Kontestasi Politik Menjelang Pemilu 2019” ditulis
Artikel yang ditulis oleh Luky Sandra Amalia oleh Defbry Margiansyah mencoba menganalisa
ini membahas upaya mobilisasi suara perempuan transformasi dari persaingan populisme di dua
dilakukan melalui penyematan label ‘emak- pemilu berbeda dan konsekuensi yang ditimbulkan
emak’dan ‘ibu bangsa’. Emak-emak adalah bagi politik elektoral, termasuk elaborasi pola-

Catatan Redaksi | iii 


pola kerja populisme dalam proses kontestasi ini dimaksud untuk melakukan rekonstruksi
politik dan faktor-faktor yang melatarbelakangi historis tetang konteks politik ketika Shalawat
kembalinya politik populisme di Indonesia. Badar lahir, menelusuri akar penyebab shalawat
Dengan menggunakan konsep populisme secara ini menjadi kental dengan nuansa politik, serta
eklektik dan tesis penyesuaian elit, tulisan alasan di balik realitas politik bahwa Shalawat
ini menunjukkan bagaimana politik populis ini akhirnya menjadi dipakai sebagai sarana
hanya diinstrumentalisasikan sebagai wahana mobilisasi kaum santri.
kepentingan elit dan oligarki penyokong dengan Pada penerbitan kali ini kami juga
mengesksploitasi berbagai aspek mulai dari menghadirkan review buku karya Ni’matul
identitas primordial, relasi klientalistik, prestasi Huda dan M. Imam Nasef, “Penataan Demokrasi
dan personality kandidat secara pragmatis, tetapi & Pemilu di Indonesia Pasca Reformasi”.
tidak memberikan prospek yang lebih besar bagi Review yang ditulis Sutan Sorik mengulas
transformasi politik dan pendalaman demokrasi buku yang ditulis oleh Ni’matul Huda dan M.
secara substansial kedepannya. Imam Nasef tentang Demokrasi dan Pemilu di
Artikel selanjutnya membahas tentang Indonesia Pasca Reformasi. Ulasan berfokus
“Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019” yang pada tiga hal yaitu tentang dinamika pelaksanaan
ditulis oleh R. Siti Zuhro yang membahas demokrasi dan pemilu di Indonesia dengan
tantangan konsolidasi demokrasi dalam pemilu batasan pasca reformasi, baik dari segi aspek
presiden (pilpres) 2019. Pembangunan demokrasi normatif maupun empiris, bagaimana desain
Indonesia sebagaimana tercermin dari pilpres sistem penyelenggaraan pemilu, serta bagaimana
masih mengalami banyak masalah. Pendalaman pemecahan dan harapan untuk masa depan
demokrasi belum terwujud dengan baik karena demokrasi dan kelembagaan penyelenggara
pilar-pilar demokrasi yang menjadi faktor pemilu agar mampu meng-upgrade demokrasi
penguat konsolidasi demokrasi belum efektif. yang sedang dibangun. Walaupun ada kritik
Pilpres 2019 belum mampu menghasilkan suksesi untuk buku ini tentang belum mengupas
kepemimpinan yang baik dan belum mampu pula persoalan sumber daya manusia (SDM) yang
membangun kepercayaan publik. Hal tersebut memengaruhi performa lembaga-lembaga yang
bisa dilihat dari munculnya kerusuhan sosial menjalankan demokrasi dan pemilu, akan tetapi
setelah pengumuman hasil rekapitulasi pilpres ulasan ini sepakat dengan penulis bahwa masih
oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Satu perlu adanya penataan demokrasi dan pemilu di
kandidat menolak hasil pemilu. Adalah jelas Indonesia.
pilpres belum selesai. Sekarang Mahkamah Ucapan terima kasih secara khusus kami
Konstitusi (MK) menjadi penentu akhir hasil sampaikan kepada para mitra bestari dan dewan
pilpres karena dua kandidat mengklaim sebagai redaksi yang telah memberikan komentar
pemenang pilpres. atas semua naskah artikel yang masuk untuk
Artikel selanjutnya membahas mengenai penerbitan nomor ini. Redaksi berharap hadirnya
“Menelaah Sisi Historis Shalawat Badar : Jurnal Penelitian Politik nomor ini dapat
Dimensi Politik Dalam Sastra Lisan Pesantren” memberikan manfaat baik bagi diskusi maupun
ditulis oleh Dhuroruddin Mashad. Tulisan ini kajian mengenai isu-isu atau dinamika social
membahas mengenai tradisi lisan pesantrens politik yang terjadi menjelang pemilu 2019.
alah satunya Shalawat Badar yang ternyata Selamat membaca.
memperlihatkan karakateristiknya yang beda,
yakni tampil kental dengan nuansa politik.
Redaksi
Shalawat ini acapkali dijadikan sarana mobilisasi
kaum santri dalam berbagai kontestasi politik.
Realitas ini menjadi bukti bahwa entitas Shalawat
Badar kenyataannya merupakan manifestasi dari
relasi antara sastra – agama - politik. Naskah

iv | Jurnal Penelitian Politik | Volume 16 No. 1 Juni 2019


DEMOKRASI DAN PEMILU PRESIDEN 2019

DEMOCRACY AND THE 2019 ELECTION

R. Siti Zuhro

Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Email: rszuhro@gmail.com

Diterima: 26 April 2019; Direvisi: 3 Mei 2019; Disetujui: 25 Juni 2019

Abstract

This paper will discuss the challenges of democratic consolidation in the 2019 presidential election. Developing
democracy in Indonesia as shown from this presidential election still experienced problems. Deepening democracy
failed to exist due to lack of effective pillars of democracy to support democratic consolidation. The 2019
presidential election has not able to produce a good succession and also that to strengthen public trust. This can
be seen from the emergence of social unrest after the announcement of the recapitulation result of presidential
election by General Election Commission (KPU). One candidate strongly refused the election result. It is clear that
the election unfinished yet. Finally the Constitutional Court (MK) has become a determiner for the final result of
this election due to the two candidates claimed as the winner of this presidential election.

Keywords: Deepening Democracy, Presidetial Election, Politicization of Identity, Effective Government, Trust
Building.

Abstrak

Tulisan ini membahas tantangan konsolidasi demokrasi dalam pemilu presiden (pilpres) 2019. Pembangunan
demokrasi Indonesia sebagaimana tercermin dari pilpres masih mengalami banyak masalah. Pendalaman
demokrasi belum terwujud dengan baik karena pilar-pilar demokrasi yang menjadi faktor penguat konsolidasi
demokrasi belum efektif. Pilpres 2019 belum mampu menghasilkan suksesi kepemimpinan yang baik dan belum
mampu pula membangun kepercayaan publik. Hal tersebut bisa dilihat dari munculnya kerusuhan sosial setelah
pengumuman hasil rekapitulasi pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Satu kandidat menolak hasil pemilu.
Adalah jelas pilpres belum selesai. Sekarang Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi penentu akhir hasil pilpres
karena dua kandidat mengklaim sebagai pemenang pilpres.

Kata kunci: Pendalaman Demokrasi, Pemilu Presiden, Politisasi Identitas, Pemerintahan Efektif, Membangun
Kepercayaan.

Pendahuluan diwarnai dengan polarisasi politik antara kedua


Sejak era Reformasi, Indonesia sudah menggelar kubu pendukung capres. Tak ayal bara pilpres
empat kali pemilu. Tetapi, pemilu ke lima tahun pun cenderung semakin mempertajam timbulnya
2019, khususnya, pemilu presiden (pilpres) pembelahan sosial dalam masyarakat.
memiliki konstelasi politik yang lebih menyita Tulisan ini mencoba melihat demokrasi
perhatian publik.Sebagaimana diketahui, untuk Indonesia melalui fenomena pilpres 2019 yang
kedua kalinya Joko Widodo (Jokowi) kembali merupakan salah satu sarana untuk memilih
berhadapan dengan Prabowo Subianto, head pemimpin secara demokratis. Ritual politik
to head, untuk memperebutkan kursi presiden. lima tahunan tersebut menarik untuk dilihat
Memanasnya kontestasi pilpres 2019 juga di tengah tingginya pro-kontra terkait kinerja

Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019 | R. Siti Zuhro | 69 


pemerintah dan pentingnya semua pihak untuk Pemilihan kepala daerah secara langsung
selalu menjaga stabilitas sosial politik nasional merupakan terobosan penting yang dimaksudkan
dan keutuhan NKRI. Pertanyaannya kemudian, sebagai upaya pendalaman demokrasi (deepening
bagaimana dampak pilpres yang telah digelar democracy), yakni suatu upaya untuk mengatasi
beberapa kali terhadap upaya pendalaman dan kelemahan praktek demokrasi substantif,
konsolidasi demokrasi? khususnya dalam merespon tuntutan-tuntutan
masyarakat lokal.
Sementara itu, proses demokrasi yang
Deepening Democracy dan Tantangannya berlangsung di tingkat nasional (setelah tiga
Demokrasi secara sederhana dapat dimaknai kali melaksanakan pemilu presiden langsung)
sebagai ‘pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, menunjukkan arah yang tak mudah, khususnya
dan untuk rakyat’. Namun, untuk mewujudkan dalam hal membangun kualitas pilpres dan
makna tersebut tidaklah mudah karena demokrasi pendalaman demokrasi (deepening democracy)
memerlukan proses panjang dan tahapan-tahapan atau konsolidasi demokrasi. Proses ini krusial
penting yang harus dilalui, seperti proses karena semua tahapan yang dilalui dalam
konsolidasi demokrasi. Seperti dikatakan pilpres akan berpengaruh terhadap kualitas tata
Laurence Whitehead (1989), konsolidasi kelola pemerintahan. Secara khusus pilpres
demokrasi merupakan salah satu sarana untuk yang berkualitas akan berpengaruh positif
meningkatkan secara prinsip komitmen seluruh terhadap pemerintahan yang efektif (governable).
lapisan masyarakat pada aturan main demokrasi. Secara umum bila demokrasi dimaknai sebagai
Ia tidak hanya merupakan proses politik yang pemberdayaan rakyat, suatu sistem politik yang
terjadi pada level prosedural lembaga-lembaga demokratis seharusnya dapat menjamin warga
politik, tetapi juga pada level masyarakat. masyarakat yang kurang beruntung melalui setiap
Demokrasi akan terkonsolidasi bila aktor-aktor kebijakan publiknya.2
politik, ekonomi, negara, masyarakat sipil
Pelaksanaan pilpres pada dasarnya juga
(political society, economic society, the state, dan
merupakan tindak lanjut perwujudan prinsip-
civil society) mampu mengedepankan tindakan
prinsip demokrasi yang meliputi jaminan
demokratis sebagai alternatif utama untuk meraih
atas prinsip-prinsip kebebasan individu dan
kekuasaan.1
persamaan, khususnya dalam hak politik.
Dalam konteks Indonesia, proses Dalam konteks ini, pilpres langsung dapat
demokrasi yang berlangsung dipengaruhi dikategorikan sebagai proses demokrasi formal
beberapa faktor,misalnya budaya politik, yang merupakan tindak lanjut jaminan terhadap
perilaku aktor dan kekuatan-kekuatan politik. hak-hak politik tersebut. Oleh karena itu, dalam
Proses demokrasi (demokratisasi) tersebut studi ini pilpres dilihat bukan hanya sebatas
berlangsung relatif dinamis, khususnya sejak pesta demokrasi semata, melainkan juga sebagai
Pemilu 1999. Dinamikanya, bahkan, semakin instrumen proses pendalaman demokrasi di
pesat dan semarak setelah dilaksanakannya tingkat nasional. Sebagai instrumen pendalaman
pemilu presiden secara langsung sejak 2004 demokrasi, pilpres merupakan upaya penciptaan
dan pemilihan kepala daerah (pilkada) secara pemerintahan yang efektif pasca pemilu.
langsung sejak 2005.
Pendalaman demokrasi bisa berasal dari
Demokrasi yang berlangsung di daerah- negara dan bisa pula dari masyarakat. Dari
daerah merupakan landasan utama bagi sisi negara, pendalaman demokrasi dapat
berkembangnya demokrasi di tingkat nasional. bermakna, pertama, pengembangan pelembagaan
1
“A democracy becomes consolidated—that is, it is expected
mekanisme penciptaan kepercayaan semua
to endure—when political actors accept the legitimacy of aktor politik seperti masyarakat sipil, partai
democracy and no actor seeks to act outside democratic politik dan birokrasi (state apparatus). Kedua,
institutions for both normative and self-interested reasons.
In other words, democracy is consolidated when, to use
pengembangan penguatan kapasitas administratif
a common phrase, it is “the only game in town,” Yana
Gorokhovskaia, “Democratic Consolidation”, https://www. 2
D.E Reuschmeyer et.al., Capitalist Development and
oxfordbibliographies.com. Democracy, (UK: Polity Press, 1992), hlm.41.

70 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 16 No. 1 Juni 2019 | 69–81


– teknokratik yang menyertai pelembagaan yang demokratisasi dan penciptaan pemerintahan yang
telah dibentuk. legitimate dan efektif? Untuk menjawab hal ini
Dari sisi masyarakat, pendalaman demokrasi kiranya perlu dipahami bahwa demokratisasi
merujuk pada pelembagaan penguatan peran adalah proses yang terus-menerus dan tak
serta masyarakat dalam aktivitas politik formal di boleh henti. Seiring dengan itu, tantangan
tingkat lokal. Pilpres langsung menjadi langkah yang dihadapi sejak penyelenggaraan pilpres
awal bagi penguatan peran masyarakat. Peran langsung yang berupa kecenderungan munculnya
ini tentunya harus berkesinambungan sampai kompromi-kompromi kepentingan antara elite
terjadinya pergantian pemerintahan. Dengan penguasa dan elite masyarakat seharusnya
cara itu, peran masyarakat akan senantiasa dicarikan solusinya agar pemilu di Indonesia bisa
mewarnai implementasi program pemerintah, memenuhi harapan yang diinginkan. Untuk itu,
dan sebaliknya pemerintah akan mendapat kiranya perlu dikedepankan kembali tujuan utama
dukungan penuh dari masyarakat. pilpres sebagai sarana untuk menegakkan dan
mewujudkan kedaulatan rakyat dan kebebasan
Pendalaman demokrasi juga dapat
politik masyarakat.
dipandang sebagai upaya untuk merealisasikan
pemerintahan yang efektif. Menurut Migdal Partisipasi masyarakat (political
(1988), negara dan masyarakat seharusnya saling participation), menggambarkan bagaimana
bersinergi sehingga bisa saling memperkuat tingkat keterlibatan masyarakat dalam proses
perannya masing-masing. Dengan kapasitasnya politik: apakah hanya sekedar manipulasi,
tersebut negara diharapkan mampu melakukan konsultasi, aktif atau sampai tingkat decision
penetrasi ke dalam masyarakat, mengatur making process? Diantaranya ketaatan dan
relasi sosial, mengambil sumber daya dan kepatuhan hukum (apakah elite dan masyarakat
mengelolanya. Selain itu, negara juga harus menaati ketentuan-ketentuan aturan yang dijadikan
mampu memberdayakan masyarakat untuk acuan dalam proses politik dan pemerintahan?);
terlibat aktif dalam proses kehidupan berbangsa Budaya kekerasan (apakah praktek-praktek
dan bernegara, terutama dalam kontrol sosial. kekerasan masih mendominasi atau masih
Berhasil tidaknya kontrol sosial ini akan terjadi dalam proses politik dan pemerintahan?);
mencerminkan kuat tidaknya peran negara. Keterbukaan politik (apakah tersedia semua
Negara yang kuat, menurut Migdal (1988), informasi bagi aktifnya masyarakat dalam
adalah yang mampu melakukan ketiga fungsi proses politik dan pemerintahan?); Toleransi
dasar tersebut. (apakah masyarakat dapat menerima perbedaan
pendapat dan siap melakukan konsensus dalam
Argumen Smith (1985) dan Arghiros
setiap perbedaan); Egalitarianisme (apakah
(2001) menyatakan bahwa nilai-nilai demokrasi
terdapat kesamaan status, kedudukan, hak dan
telah mendasari perilaku, baik elite maupun
kewajiban masyarakat secara politik atau justru
masyarakat. Untuk itu, sebagian besar pemilih
masih banyaknya budaya feodal/patrimonial);
terlebih dulu perlu memiliki kesadaran dan
Penghormatan terhadap HAM (apakah terdapat
kematangan politik yang cukup memadai.
budaya yang menghormati hak-hak dasar
Dengan cara itu, masyarakat diasumsikan
manusia?).
memiliki kapasitas untuk melakukan pilihan
dan mengambil keputusan atas pilihannya
berdasarkan rasionalitas politik.
Kondisi politik Indonesia yang sedang dalam
proses konsolidasi demokrasi memunculkan
pertanyaan, yakni apakah pilpres langsung
saat ini relevan dan bermanfaat bagi penguatan

Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019 | R. Siti Zuhro | 71 


Tabel 1. Demokrasi Prosedural dan Demokrasi Substantif
Ukuran Keberhasilan Ukuran Keberhasilan Demokrasi yang
Variabel
Formal-Prosedural Substantif-Berkualitas
 Pemilih yang kritis
 Kuantitas dan kualitas  Tidak ada diskriminasi bagi pemilih
Partisipasi
pemilih  tidak ada partisipasi semu karena
mobilisasi dan vote buying
 Jumlah kompetitor dan  Kualitas kompetisi (jurdil)
Kompetisi syarat formal kandidat  Peluang yang sama bagi semua warga
terpenuhi untuk dipilih (political equality)
 Tidak ada pembajakan hak-hak politik
Civil Liberties  Secara formal diakui
warga oleh elite

 Peningkatan kualitas responsiveness dan


pertanggungjawaban (accountability)
kepala negara pada warga
Hasil akhir  Terpilihnya kepala negara-
 Mendekatkan pemerintah dengan
pemilu wakil kepala negara
masyarkat
 Meningkatkan pelayanan publik dan
kesejahteraan rakyat

Sumber: R. Siti Zuhro et al, Model Demokrasi Lokal. (Jakarta: PT THC Mandiri, 2011), hlm. 49-50.

Melihat tabel di atas, kiranya dapat dikatakan Sulit dinafikan bahwa kompetisi dan
bahwa demokrasi Indonesia yang berjalan selama kontestasi dalam pilpres melalui kampanye
21 tahun (1998-2019) masih diwarnai prosedural diwarnai oleh tingginya kegaduhan yang terjadi
ketimbang substantif. Masalahnya kepastian di media massa dan media sosial (medsos).
sosial politik (social political certainty) terasa Emosi masyarakat tak jarang ikut terlibat dan
menjauh seiring dengan hadirnya keriuhan, mengundang keprihatinan tersendiri karena
kegaduhan, penistaan agama, isu intoleransi, tidak sedikit di antaranya yang akhirnya harus
masalah kebhinekaan yang menimbulkan konflik/ berurusan dengan hukum. Menkopolhukam,
sengketa dan silang pendapat serta berita-berita Wiranto, misalnya, menyebutkan bahwa sepanjang
hoax yang muncul tanpa henti. tahun 2018 ada 53 kasus hoax (berita bohong) dan
Dinamika politik menjelang pemilu 324 hate speech (ujaran kebencian) yang terjadi dan
2019cenderung memanas, terutama terkait sebagian sudah diselesaikan secara hukum.4
tuduhan kecurangan. Hingga 20 April 2019 Selain persoalan hoaks dan ujaran
Badan Pemenangan Nasional (BPN) Capres/ kebencian, isu politisasi agama dalam pilpres
Cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin 2019 menjadi salah satu hal yang paling
Uno, misalnya, secara resmi telah melaporkan menonjol dalam masa kampanye. Uniknya,
sekitar 1.200 daftar sementara kecurangan Pilpres kedua belah pihak mengklaim paling mewakili
2019 kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). suara umat Islam. Penggunaan politisasi agama
Hal yang sama juga terjadi diTim Kampanye dan character assassination dalam kampanye
Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin yang juga semakin mempertajam ketegangan sosial yang
menerima 14.843 laporan dugaan pelanggaran berdampak pada munculnya rasa saling tak
atau kecurangan yang menguntungkan paslon percaya dan saling tak menghargai antarsesama
Prabowo-Sandiaga.3 anak bangsa. Dampaknya, demokrasi yang
3
Muhammad Hafil, “BPN Resmi Laporkan 1.200 Dugaan akan-laporkan-14843-dugaan-kecurangan-yang-untungkan-
Kecurangan Pilpres 2019”, 20 April 2019, https://nasional.republika. paslon-02, diakses pada 5 Mei 2019.
co.id/berita/nasional/politik/, diakses pada 22 April 2019;
Redaksi, “TKN Jokowi-Maruf akan Laporkan 14.843 Dugaan 4
Niken Purnamasari, “Wiranto: Ada 53 Kasus Hoax dan 324 Hate
Kecurangan yang Untungkan Paslon 02”, 2 Mei 2019, http:// Speech Sepanjang 2018”, 25 Oktober 2019, https://news.detik.com/
www.tribunnews.com/nasional/2019/05/02/tkn-jokowi-maruf- berita/d-4272642/, diakses pada 2 Maret 2019.

72 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 16 No. 1 Juni 2019 | 69–81


terbangun menafikan nilai-nilai budaya positif, Pemilu serentak 2019 adalah pemilu kelima
seperti saling menghargai/menghormati, saling pasca Orde Baru dan merupakan pemilu serentak
mempercayai dan saling berempati.5 pertama yang melangsungkan pileg dan pilpres
Keragaman yang menjadi spirit Bhinneka dalam waktu bersamaan. Berbeda dengan
Tunggal Ika cenderung diabaikan, padahal pemilu-pemilu sebelumnya, pemilu 2019
Indonesia yang berbentuk archipelago, menjadi test case penguatan sistem presidensial,
membentang dari Sabang sampai Merauke pelembagaan parpol dan koalisi parpol yang
memiliki karakteristik dan kekhasannya sendiri terukur dan terformat. Untuk memenuhi hal itu,
membutuhkan nilai-nilai toleransi, yakni semua pihak harus berkomitmen untuk selalu
menerima perbedaan, baik agama maupun suku meningkatkan kualitas pemilu, bukan saja secara
atau etnis (SARA). Berkurangnya nilai-nilai prosedural, melainkan juga secara substansial.
toleransi, khususnya, dalam pemilu telah Dengan kata lain, pilpres dan pileg 2019 perlu
menimbulkan ekses negatif, seperti kekerasan dan disikapi dengan cara-cara yang rasional, dewasa,
kerusuhan. Berbeda dengan pilpres sebelumnya, profesional, adil, jujur, bijak dan beradab sesuai
seusai pengumuman pemilu oleh KPU pilpres dengan nilai-nilai Pancasila.
2019 diwarnai oleh adanya kerusuhan 22 Pemilu serentak jauh lebih kompleks dan
Mei 2019.6 Realitas sosial tersebut jelas tidak rumit, baik bagi penyelenggara pemilu, parpol,
hanya mengancam harmoni sosial, tetapi juga maupun rakyat. Ini juga merupakan pemilu
berpengaruh terhadap proses konsolidasi yang paling gamang. Sebab, di satu sisi dengan
demokrasi. adanya presidential threshold (PT) mereka harus
berkoalisi dalam mengusung pasangan calon
presiden (capres) dan calon wakil presidennya
Pemilu Presiden 2019 dan Masalahnya
(cawapres), di sisi lain dalam saat yang bersamaan
Sebagai pilar utama demokrasi, pemilu mereka juga harus berjuang secara sendiri-sendiri
merupakan sarana dan momentum terbaik bagi untuk merebut kursi legislatif.
rakyat, khususnya, untuk menyalurkan aspirasi
politiknya, memilih wakil-wakil terbaiknya di
lembaga legislatif dan presiden/wakil presidennya Politisasi Identitas: Berebut Suara Muslim
secara damai. Keberhasilan penyelenggaraan Pemilu serentak 2019 tak lepas dari isu politisasi
pemilu (pemilu legislatif, pemilihan kepala daerah identitas dan agama. Fenomena politisasi
dan pemilihan presiden) dan pelembagaan sistem identitas dan agama juga diwarnai dengan
demokrasi mensyaratkan kemampuan bangsa berebut suara muslim.7 Munculnya sejumlah
untuk mengelola politik dan pemerintahan sesuai isu yang oleh sebagian umat Islam dipandang
amanat para pendiri bangsa. Meskipun hak-hak merugikan mereka pada akhirnya melahirkan
politik dan kebebasan sipil telah dijamin oleh gerakan ijtima’ulama untuk mengusung pasangan
konstitusi serta partisipasi politik masyarakat calon (paslon) presiden dan wakil presiden.
semakin luas, di tataran empirik pemilu masih hasil ijtima’, -yang di dalamnya terdapat
belum mampu mengantarkan rakyat Indonesia representasi ulama sebagai penantang petahana-
benar-benar berdaulat. merekomendasikan Prabowo untuk memilih
cawapres yang berasal dari kalangan ulama
(pasangan capres-cawapres bertipe nasionalis-
5
Berkenaan dengan character assassination, di satu sisi, Jokowi,
agamis). Dua tokoh seperti Ketua Majelis Syura
misalnya, kerap dicap sebagai PKI, lihat: Ihsanuddin, “Presiden: Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Salim Segaf
Akhir-akhir Ini Banyak Spanduk Jokowi PKI”, 7 Desember
2018, https://nasional.kompas.com/read/2018/12/07/13292441/
presiden-akhir-akhir-ini-banyak-spanduk-jokowi-pki, diakses
pada 2 Maret 2019.
6
Patricia Diah Ayu Saraswati, “Live Report: Kerusuhan 22 Mei 7
Politisasi identitas di tataran empirik menunjukkan tarikan
Usai Pengumuman Pemilu 2019”, 22 Mei 2019, https://www. isu-isu terkait identitas seperti agama, ras/etnisitas, dan suku
cnnindonesia.com/nasional/20190522083812-32-397230/ ke ranah politik. Khususnya hal ini digunakan dalam pilkada,
live-report-kerusuhan-22-mei-usai-pengumuman-pemilu-2019, pemilu presiden dan pemilu legislative untuk mendongkrak
diakses pada 10 Juni 2019. elektabilitas.

Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019 | R. Siti Zuhro | 73 


al-Jufri dan ulama kondang, Ustad Abdul Somad pada pemilu 2014 suaranya turun menjadi
muncul dalam bursa cawapres Prabowo. 8 31.4%. 10 Gambaran tersebut dengan jelas
Yang menarik hasil ijtima ulama tersebut memperlihatkan bahwa dikotomi santri-abangan
justru mendapat sanggahan dari kelompok umat telah semakin kurang relevan.
Islam lainnya karena dinilai tidak mewakili
ulama-ulama lainnya. Sebab, NU, misalnya, Pemilu dan Kegagalan Parpol
tidak merasa turut terlibat dalam ijtima’ ulama
Pemilu bukan hanya penanda suksesi
tersebut. Sebagai contoh, sekitar 400 kiai dan
kepemimpinan, tapi juga merupakan koreksi/
pengurus pesantren seluruh Indonesia menyatakan
evaluasi terhadap pemerintah dan proses
mendukung pasangan capres dan cawapres Joko
deepening democracy untuk meningkatkan
Widodo/Jokowi-Ma’ruf Amin.9 Sebagai “ayah
kualitas demokrasi yang sehat dan bermartabat.11
biologis PKB”, secara de facto pilihan politik
Dalam proses konsolidasi tersebut, parpol
NU struktural, khususnya, berada seiring sejalan
sebagai pelaku utama pemilu idealnya dapat
dengan pilihan politik PKB, yakni menjadi bagian
melaksanakan fungsinya sebagai penyedia kader
dari koalisi petahana. Hal tersebut bisa dipahami
calon pemimpin. Namun, ketika fungsi parpol
dengan terpilihnya Ma’ruf Amin, ketua MUI dan
tidak maksimal, proses konsolidasi demokrasi
ketua umum syuriah PBNU, sebagai cawapres
terhambat. Hal ini tampak jelas dalam pemilu
Jokowi. Pilihan Jokowi tersebut tidak saja
2019 di mana banyak parpol gagal dalam proses
dimaksudkan untuk meraih dukungan umat Islam,
kaderisasi. Hal ini dapat dilihat dari maraknya
tetapi juga sekaligus untuk membantah tuduhan
partai yang memilih mencalonkan kalangan
yang mengatakan bahwa pemerintahannya anti
selebritis sebagai caleg. Tujuannya menjadikan
Islam.
selebritis tersebut sebagai vote getter partai
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya dalam pemilu.12 Partai Nasdem, misalnya, tercatat
Muslim, berebut suara muslim merupakan hal sebagai partai yang paling banyak mengambil
yang logis dan selalu terjadi dalam setiap pemilu. artis sebagai calon legislatifnya dalam pemilu
Meskipun dikotomi santri-abangan cenderung 2019.13
makin cair, pendapat tentang pentingnya pasangan
Sejak 1999 kinerja parpol tidak kunjung
calon yang merepresentasikan santri dan abangan
menghasilkan landasan atau platform politik
masih cukup kuat. Tetapi, hal tersebut tidak dengan
nasional. Kampanye lebih merupakan pameran
sendirinya memberikan jaminan kemenangan.
pernak-pernik demokrasi ketimbang untuk
Sejauh ini, dua tokoh utama NU lainnya, yakni
memetakan dan menjawab persoalan bangsa.
Solahuddin Wahid dan Hasyim Muzadi, juga
Parpol hanya memperdebatkan soal electoral
pernah menjadi cawapres dari capres Nasionalis,
threshold sebagai legitimasi kelayakan, namun
yakni Wiranto dan Megawati, tetapi keduanya
kalah. Lebih dari itu, sejak pemilu 1955 parpol 10
Abdul Hakim MS, “Sejak Pemilu 1955, Parpol Islam Selalu
Islam pun belum pernah memperlihatkan dominasi Kalah Dengan Parpol Nasionalis. Kenapa?”, http://www.
politiknya. Bahkan, suaranya cendrung semakin skalasurveiindonesia.com/parpol-islam-selalu-kalah-dengan-
parpol-nasionalis-kenapa/, diakses pada 2 Maret 2019.
mengalami penurunan. Jika pada pemilu 1955,
gabungan suara parpol Islam mencapai 43,7%, 11
Zuhro, R. Siti, “Demokrasi: Peluang dan Tantangannya”,
makalah yang dipresentasikan dalam Simposium Doktor
dan Guru Besar KAHMI yang diselenggarakan MN KAHMI
bekerjasama dengan FISIP Universitas Brawijaya, Malang,
23 Maret 2019.
8
Fathiyah Wardah, “Hasil Ijtima Ulama II Pastikan Dukungan
Bagi Prabowo-Sandiaga”, 14 September 2018, https://www. 12
Ine Yulita Sari, “Ini Dia 54 Artis Nyaleg di Pemilu Legislatif
voaindonesia.com/a/hasil-ijtima-ulama-ii-pastikan-dukungan- 2019”, 21 Juli 2018, https://www.liputan6.com/pileg/
bagi-prabowo-sandiaga/4571457.html, diakses pada 2 Maret read/3595944/ini-dia-54-artis-nyaleg-di-pemilu-legislatif-2019,
2019. diakses pada 2 Maret 2019.
9
Nur Habibie, “400 Kiai dan Pengurus Pesantren se-Indonesia 13
Redaksi, “Daftar Caleg dari Kalangan Artis dalam Pemilu
Dukung Jokowi-Ma’ruf Amin”, 16 September 2018, https:// 2019, Terbanyak dari Partai Nasdem”, 16 April 2019, http://
www.liputan6.com/pilpres/read/3644936/400-kiai-dan- jatim.tribunnews.com/2019/04/16/daftar-caleg-dari-kalangan-
pengurus-pesantren-se-indonesia-dukung-jokowi-maruf-amin, artis-dalam-pemilu-2019-terbanyak-dari-partai-nasdem,
diakses pada 2 Maret 2019. diakses pada 20 April 2019.

74 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 16 No. 1 Juni 2019 | 69–81


minim wacana mengenai ide atau program yang intensif. Padahal baik dan buruknya parpol akan
hendak ditawarkan pada rakyat. Perhatian parpol berpengaruh terhadap penguatan dan peningkatan
pada rakyat umumnya hanya terjadi pada saat efektivitas sistem pemerintahan. Bahkan praktik
pemilu ketika mereka membutuhkan dukungan sistem presidensial banyak menghadapi kendala
suara. Setelah itu, hak dan kedaulatan rakyat di tengah pelaksanaan sistem multipartai.
tercampakkan. Pengalaman dari pemilu ke pemilu
Dalam perkembangannya aktivitas parpol menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi
mewarnai pemerintahan dan parlemen. Perannya relatif sama: perilaku distortif, melanggar hukum
cenderung menguat dan berpengaruh signifikan dan menghalalkan semua cara (vote buying). Tapi
terhadap peta politik Indonesia, meskipun parpol sebagai peserta pemilu belum mampu
pengaruhnya tidak seluruhnya positif. Contohnya, merespon dan memberi solusi konkrit. Harapan
fragmentasi parpol yang terjadi belakangan ini rakyat pasca pemilu, mereka bisa menyaksikan
menyebabkan parpol tidak solid. Jumlah fraksi kinerja pemerintah/parlemen yang lebih berpihak
dari periode ke periode cenderung meningkat. pada nasib rakyat. Karena pemilu diharapkan
Ironisnya, fragmentasi kepartaian semakin berkorelasi positif terhadap kesejahteraan rakyat.
meningkat ketika kebijakan untuk menaikkan
electoral threshold diterapkan. Padahal, ketika
Pemilu dalam Masyarakat Plural
electoral threshold dinaikkan, asumsinya jumlah
partai semakin sedikit. Mungkin bijak untuk memahami makna
demokrasi dalam sebuah negara yang plural dan
Di tataran praksis sebagaimana disebutkan
multikultural seperti Indonesia, dengan mengutip
sebelumnya tingkat ketidakpuasan massa
teori etik filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-
terhadap parpol cenderung makin tinggi.
1804) yang mengingatkan, jika dalam suatu
Masalahnya, aspirasi dan kepentingan massa
masyarakat majemuk masing-masing kelompok
tidak terwakili dalam proses pengambilan
mengklaim kebenaran absolut agama, moralitas,
keputusan/kebijakan publik. Parpol tidak
atau kulturnya, yang menjadi hasil akhirnya
melakukan fungsi intermediasi secara maksimal.
adalah konflik. Dalam konteks Indonesia, kiranya
Representasi yang seharusnya dilakukan parpol
jelas bahwa yang dihadapi tidak hanya kemajemukan
untuk menyuarakan kepentingan dan aspirasi
etnik dan daerah, tetapi pada saat yang bersamaan
rakyat absen. Parpol juga tampak sibuk dan
adalah ’subbudaya etnik dan daerah’ yang majemuk
terjebak dalam pergulatan kepentingannya
pula.14
sendiri dan mengabaikan massa yang menjadi
pendukungnya dalam pemilu. Proses pengabaian Dalam konteks pilpres 2019 tampaknya
ini secara lambat tapi pasti telah mendelegitimasi tidak semua pihak menyadari pentingnya nilai-
eksistensi parpol. nilai budaya sendiri sebagai perisai ketahanan
sosial bangsa di mana empat pilar kebangsaan
Bagi massa, parpol gagal melaksanakan
Indonesia (yaitu Pancasila, UUD NRI 1945,
peran dan fungsinya dan cenderung menggunakan
NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika) berakar dari
institusinya hanya untuk memperjuangkan
falsafah dan sejarah hidup bangsa. Gambaran
kekuasaan dan kepentingannya sendiri. Absennya
tersebut sangat terasa dalam pilpres 2019 di mana
beberapa fungsi yang tak dilakukan parpol
masyarakat cenderung mengalami pembelahan
tersebut membuat kepercayaan rakyat ke
sosial yang cukup tajam. Penggunaan istilah
parpol menurun drastis. Parpol belum menjadi
“cebong” sebagai julukan pendukung Jokowi dan
partai kader, tapi lebih mengandalkan peran
“kampret” sebagai julukan pendukung Prabowo
ketokohan seorang ketua umum/ketua dewan
bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa.
pembina sebagaimana ditunjukkan selama
Demikian juga dengan penggunaan politisasi
ini. Di sisi lain, pembenahan partai tampak
identitas (SARA). Sebagai sarana demokrasi
semakin sulit di tengah maraknya kasus korupsi
rutin lima tahunan, pilpres dan pileg 2019 belum
yang dialami partai atau politisi di parlemen.
Upaya untuk menyehatkan politik Indonesia tak Uraian mengenai beberapa budaya politik daerah dengan
��

kunjung menjadi realita di saat distorsi makin berbagai karakteristik yang berbeda-beda di setiap daerah dapa
dilihat dalam Kuntjaraningrat (1983).

Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019 | R. Siti Zuhro | 75 


disikapi secara positif dengan mengedepankan penyelenggaraan pemerintahan. Kehadiran
nilai saling menghargai/menghormati, saling lembaga-lembaga pengawas extra parlementer
mempercayai dan saling berempati sebagaimana tersebut menunjukkan bahwa politisi dan partai
tersirat dalam nilai-nilai Pancasila. politik dihadapkan pada tantangan baru, yakni
Lepas dari itu, harus diakui juga bahwa semakin semaraknya ‘kompetitor’ yang terlibat
pemilu di era reformasi telah memberikan nilai (engage) dalam isu-isu governance.
positif. Misalnya, proses liberalisasi politik di era Pemilu serentak pada dasarnya merupakan
transisi ini tidak hanya membuat proses politik upaya demokratis yang diharapkan dapat
menjadi semakin plural, tetapi juga kompetitif. menjadikan legislator dan eksekutif menjadi lebih
Setidaknya, hal ini bisa dilihat dalam berbagai akuntabel di hadapan rakyat sebagaimana tuntutan
arena kontestasi politik. Dalam arena politik demokrasi ideal. Jika legislator terpilih tidak
kepartaian, hal tersebut bukan hanya terlihat bekerja dengan baik, rakyat akan mempunyai
dari tingkat persaingan antarpartai politik pilihan untuk tidak memilihnya lagi pada pemilu
dalam pemilu, melainkan juga dari kontestasi berikutnya. Pemilu juga signifikan untuk lebih
antaraktor dalam internal partai yang semakin mengenalkan nilai-nilai demokrasi di Indonesia
tajam. Walaupun banyak kritik yang ditujukan yang merupakan masyarakat heterogen. Sudah
pada kompetisi internal partai politik yang masih tentu ada sejumlah ruang yang harus diisi untuk
berkarakter oligarkis, data lain menunjukkan perbaikan-perbaikan, namun hal yang pasti
bahwa persaingan terbuka antarpolitisi untuk adalah demokrasi masih tetap menjadi agenda
merebut jabatan politik strategis dalam partai bangsa ini.
atau dalam proses rekruitmen anggota legislatif
sulit untuk dipungkiri. Situasi kompetitif itu
Pemilu dan Politisasi Birokrasi
semakin terbuka ketika kerangka regulasi
nasional yang mengatur tentang pemilu mengarah Sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan
pada pemurnian sistem proporisonal terbuka, demokrasi yang substansial, reformasi politik
di mana politisi yang terpilih untuk duduk di dan pemilu juga menuntut lahirnya reformasi
parlemen adalah politisi yang berhasil meraih birokrasi yang profesional terbebas dari
suara terbanyak dalam pemilu.15 pragmatisme dan kooptasi partai politik dan
penguasa. Ketidaknetralan birokrasi dalam
Terbukanya ruang kebebasan membuat
pemilu bisa berakibat pada lemahnya legitimasi
politisi bukan satu-satunya aktor yang
kinerja pemerintah, penyelenggara pemilu dan
menjalankan fungsi artikulasi dan agregasi
hasilnya. Sejauh ini tataran empirik menunjukkan
kepentingan rakyat karena setelah era Reformasi
adanya tarikan politik, khususnya, dari penguasa
bermunculan lembaga-lembaga pengawas
terhadap birokrasi. Hal ini tampak sangat kuat.
extra parlementer yang juga melibatkan diri
Salah satunya adalah adanya video viral yang
dalam fungsi artikulatif dan pengawasan
memperlihatkan dugaan dukungan camat se-
terhadap pemerintahan. Dengan demikian, proses
Makassar kepada paslon Joko Widodo-Ma’ruf
liberalisasi politik tidak hanya memunculkan
Amin.16 Politisasi birokrasi makin tampak nyata
CSO, tetapi juga menghadirkan media-media
dengan dijadikannya menteri-menteri, kepala-
– baik media cetak maupun elektronik – yang
kepala lembaga, kepala-kepala daerah sebagai
semakin bebas dan berani dalam mengawasi
pemenangan paslon dalam pilpres. Artinya,
birokrasi terlibat politik praktis tak hanya di
15
Selain itu, berlangsung pula perubahan prosedur pengisian pusat, tapi juga sampai ke daerah-daerah.17
anggota DPR/DPRD. Bila pemilu terdahulu menggunakan
sistem proporsional daftar calon tertutup, pemilu 2004 16
Redaksi, “Camat di Makassar Dukung Jokowi, Gubernur Sulsel:
menggukanan sistem terbuka. Dengan demikian, warga negara ASN Harus Netral!”, 22 Februari 2019, https://news.detik.com/
yang mempunyai hak pilih dalam pemilu 2004 tidak hanya berita/d-4439492/camat-di-makassar-dukung-jokowi-gubernur-sulsel-
memilih lambang partai politik, tetapi juga nama calon anggota asn-harus-netral, diakses pada 2 Maret 2019.
DPR/DPRD. Berbeda dengan sistem pemilihan anggota DPR/
DPRD, pemilihan DPD menggunakan sistem distrik berwakil 17
Redaksi, “Bawaslu: Tren Pelanggaran Pilkada Bukan SARA,
banyak. Dengan kata lain, di masing-masing provinsi warga tetapi Keterlibatan Pejabat”, 26 Juni 2018,https://nasional.
negara yang memiliki hak pilih bisa memilih secara langsung kompas.com/read/2018/06/26/11363281/bawaslu-tren-
anggota DPD yang akan mewakili provinsinya. pelanggaran-pilkada-bukan-sara-tetapi-keterlibatan-pejabat,

76 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 16 No. 1 Juni 2019 | 69–81


Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan Setelah dua dekade berlalu, birokrasi
demokrasi, contoh tersebut menyiratkan Indonesia masih belum terbebas dari model
pentingnya pembenahan birokrasi. Secara birokrasi patrimonial, yakni sistem birokrasi
konseptual demokratisasi dan debirokratisasi18 yang bercirikan patron-client, sarat dengan power
berjalan seiring dan saling melengkapi. Dengan culture, moral hazard, dan safety first philosophy.
kata lain, perubahan sistem politik dari sistem Dalam sistem pemilu saat ini, bahkan, netralitas
otoritarian ke sistem demokrasi seharusnya birokrasi sulit tercapai karena banyaknya
mampu mengubah secara signifikan birokrasi, penetrasi politik ke dalam birokrasi. Sebagai
termasuk birokrasi kepemiluan. akibatnya, seusai pemilu/pilkada tidak sedikit
Pemilu dalam konteks demokrasi tak lain pejabat yang jabatannya terancam.20 Tidak jarang
dimaksudkan untuk menghasilkan pemerintahan muncul protes terhadap mutasi yang dianggap
yang efektif. Sedangkan salah satu isu krusial tidak sesuai dengan prosedur.21
pilpres 2019 adalah politisasi birokrasi. Sejak era reformasi masalah reformasi
Persoalannya, bagaimana menjadikan birokrasi birokrasi dan demokrasi di Indonesia telah
tetap profesional, independen dan netral secara menjadi isu sentral dan perdebatan publik.
politik dalam pemilu. Harus diakui bahwa Krusialnya isu reformasi birokrasi ini tidak dapat
birokrasi sangat rentan dijadikan alat kepentingan dilepaskan dari tuntutan rakyat yang semakin
politik. Keberpihakan birokrasi pada satu kuat agar birokrasi menjadi ‘abdi rakyat’. Adalah
kekuatan politik tertentu akan menimbulkan sulit diingkari bahwa kualitas birokrasi yang
kerawanan tersendiri. “Kewajiban” pimpinan buruk menjadi salah satu sumber keterbelakangan
kementerian/lembaga/pemda menjadi tim Indonesia.22 Selain infrastruktur dan korupsi,
pemenangan pilpres, misalnya, juga berpengaruh birokrasi telah menjadi salah satu penghambat
cukup signifikan terhadap birokrasi pusat/ pembangunan.23
daerah. Pengalaman empirik menunjukkan Gambaran tersebut menunjukkan betapa
bahwa sejak berlangsungnya pemilu (2004) dan netralitas birokrasi – khususnya dalam
pilkada (2005) yang dipilih oleh rakyat, birokrasi memperkuat hak politik pegawai negeri sipil/
pusat/daerah sulit independen secara politik. aparatur sipil negara dan kesetaraan partai politik
Bahkan, tak sedikit ditemukan kasus penggunaan – menjadi tantangan utama yang harus mendapat
fasilitas pemerintah pusat/daerah (Pemda) untuk perhatian untuk membangun iklim demokrasi
pemenangan calon tertentu/petahana dalam yang lebih sehat. Salah satunya adalah melakukan
pemilu/pilkada. Penggunaan anggaran daerah pemisahan politik dari karir administrasi (public
untuk pemenangan calon tertentu pun sulit service) dalam pemerintahan dan depolitisasi
dihindarkan karena kentalnya politisasi birokrasi. public service. Seperti dikatakan Asmerom dan
Kongkalikong politik dan birokrasi banyak Reis di bawah ini
ditemukan, baik dalam pemilu/pilkada maupun
pasca pemilu/pilkada.19
20
Redaksi, “Ancaman Mutasi Besar-besaran Usai Pilkada
Garut,” https://www.liputan6.com/regional/read/3575778/
diakses pada 2 Maret 2019.  ancaman-mutasi-besar-besaran-usai-pilkada-garut, diakses
pada 20 April 2019.
18
Secara sederhana debirokratisasi adalah penghapusan atau
pengurangan hambatan yang terdapat dalam sistem birokrasi. 21
Redaksi, “Komisi ASN minta Anies Kembalikan Jabatan
Debirokratisasi merupakan upaya untuk menyederhanakan dan yang Dicopot,” https://www.liputan6.com/news/read/3602468/
merampingkan birokrasi publik agar disfungsi birokrasi dapat komisi-asn-minta-anies-kembalikan-jabatan-yang-dicopot,
dikurangi.“Debureaucratization or decrease in bureaucratism diakses pada 20 April 2019.
is the process of removing the monopoly of a few bureaucrat-
politicians in the government. This is done by making room 22
Meskipun pendapatan per kapita penduduk Indonesia tahun
for the participation of citizen organizations in the country 2010 naik menjadi $ 3.500 dollar, peringkat Indonesia masih
governance. berada di bawah Brunei ($ 51,000), Singapura ($ 49,700),
Malaysia ($ 13,300), danThailand ($7,900).
19
Redaksi, “Bawaslu Terima 165 Laporan Pelanggaran Netralitas
ASN, Jateng Terbanyak”, https://news.detik.com/berita/d-4458440/ Redaksi, “Infrastruktur dan Faktor Legal Masih Hambat Investasi”
23

bawaslu-terima-165-laporan-pelanggaran-netralitas-asn-jateng- 30 Maret 2018, http://www.republika.co.id, diakses pada 2


terbanyak, diakses pada 20 April 2019. Maret 2019.

Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019 | R. Siti Zuhro | 77 


“Politics and policy are separated from bisa dijadikan kekuatan politik karena memiliki
administration; public servants are appointed jaringan struktur hingga ke basis masyarakat,
and promoted on the basis of merit rather menguasai informasi yang memadai, dan
than on the basis of party affiliation or
memiliki kewenangan eksekusi program
contributions; public servants do not engage
in partisan political activities; public servants dan anggaran. Keberadaan birokrasi dapat
do not express publicly their personal views dimanfaatkan untuk kepentingan publik, tapi
on government policies or administration; pada saat yang sama juga bisa digunakan untuk
public servants provide forthright and motif politik tertentu. Hal ini membuat birokrasi
objective advice to their political masters in cenderung menjadi alat untuk memperoleh dan
private and confidence. In return, political mempertahankan kekuasaan.
executives protect the anonymity of public
servants by publicly accepting responsibility
for departmental decisions”.24 Penutup
Konsolidasi demokrasi di Indonesia cenderung
Secara umum, pola relasi antara birokrasi fluktuatif dan belum berjalan secara regular
dan politik cenderung dinamis, khususnya ketika karena pilar-pilar pentingnya (pemilu, partai
proses politik berlangsung, yaitu saat birokrasi politik, civil society, media massa) belum
dan politik sedang memproses penyusunan berfungsi efektif dan belum maksimal. Sebagai
peraturan atau perundang-undangan dan peraturan pilar penting demokrasi, pemilu diperlukan
daerah. Intensitas relasi juga terjadi saat birokrasi untuk suksesi  kepemimpinan dan mengoreksi
menjalankan programnya dan saat institusi politik kinerja pemerintahan. Pemilu juga mensyaratkan
melakukan pengawasan. Keseimbangan pola unsur kejujuran, keadilan, transparansi dan
relasi antara politik dan birokrasi berpengaruh akuntabilitas. Prasyarat untuk menciptakan hal
terhadap proses pembangunan, baik di pusat tersebut memerlukan prakondisi dan komitmen
maupun daerah. Pengalaman Indonesia semua elemen bangsa untuk mematuhi peraturan
menunjukkan bahwa relasi politik dan birokrasi yang ada. Konsolidasi demokrasi atau proses
ditandai dengan ciri-ciri seperti praktik lobi untuk pendalaman demokrasi akan terhambat ketika
mencari posisi/jabatan dan intervensi politik parpol melalui para elitenya dan stakeholders
dalam penentuan jabatan dan politik anggaran. terkait pemilu menunjukkan perilaku yang tidak
Era reformasi menghasilkan politisi yang sangat mendorong proses demokrasi. Mereka cenderung
pragmatis yang acapkali melakukan manuver constraining dan tidak concern dengan nilai-nilai
politik dengan melakukan politisasi birokrasi demokrasi substansial, khususnya yang terkait
seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. dengan partisipasi genuine masyarakat, kualitias
Relasi birokrasi dan politik sebagaimana kompetisi, political equality, dan peningkatan
diuraikan di atas menunjukkan kuatnya motif political responsiveness.
politik dalam birokrasi.25 Birokrasi, bahkan, Tantangan pendalaman demokrasi semakin
besar ketika kondisi sosial, ekonomi, politik dan
Asmerom, Haile K. dan Elisa P. Reis, 1996, Democratization
24
hukum juga kurang memadai. Kondisi ini tidak
and Bureaucratic Neutrality. London: Macmillan Press, hlm.
22-23.
hanya berpengaruh terhadap kualitas pemilu dan
demokrasi, tapi juga stabilitas nasional. Apalagi
Politisasi birokrasi dalam Pilkada, misalnya, telah mengoyak
��
ketika pemilu berlangsung di tengah keterbelahan
soliditas birokrasi yang menyebabkan terkotak-kotaknya
PNS. Kepala daerah sebagai pembina PNS/birokrasi di daerah sosial, menyeruaknya berita-berita sensasional
memanfaatkan birokrasi sebagai alat untuk mewujudkan di medsos, ujaran kebencian dan maraknya
kepentingan politik. Netralitas PNS tergadaikan dalam
berita-berita hoax membuat hasil pemilu rentan
pilkada karena mereka menghadapi dilema: mendukung salah,
tidak mendukung juga salah. Tidak sedikit pula PNS yang dengan sengketa dan konflik.
“dinonjobkan” pasca pilkada karena tidak menjadi pendukung Beberapa masalah yang muncul selama
kepala daerah. Kepala daerah, misalnya, bisa bertindak
bebas terhadap birokrasi. Bahkan, kepala daerah bisa juga tahapan-tahapan pilpres tidak mendapatkan
“memainkan” birokrasi seperti melakukan mutasi, merekrut solusi yang konkrit dan memadai. Beberapa
dan memasang orang-orang kepercayaan, serta memanfaatkan
seluruh instrumen birokrasi untuk kepentingan-kepentingan
masalah seperti politisasi identitas dan sengitnya
politik jangka pendek. perebutan suara Muslim, permasalahan parpol dan

78 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 16 No. 1 Juni 2019 | 69–81


semua stakeholders terkait pemilu yang belum demokrasi yang terbangun melalui pemilu akan
mampu mengefektifkan dan memaksimalkan semakin besar kemungkinan munculnya public
peran pentingnya dengan penuh tanggungjawab, trust dan pemilu yang damai. Sebaliknya,
tata kelola pemilu yang belum mampu semakin prosedural demokrasi yang terbangun
mengakomodasi keragaman masyarakat, dan melalui pemilu akan semakin besar pula ketidak
kentalnya politisasi birokrasi menjadi pekerjaan percayaan publik dan semakin rentan pula
rumah yang harus segera dibenahi Indonesia. sengketa/konflik yang akan muncul.
Kepercayaan sebagian publik terhadap Sejauh ini Indonesia mampu melaksanakan
netralitas birokrasi minim, demikian juga terhadap pemilu yang aman dan damai. Pemilu 2019
penyelenggara pemilu dan institusi penegak yang kompleks, dengan tingkat kerumitan yang
hukum. Padahal trust building merupakan suatu cukup tinggi dan hasilnya yang dipersoalkan
keniscayaan dalam proses deepening democracy/ menjadi pelajaran yang sangat berharga. Pemilu
konsolidasi demokratisasi. Tumbuhnya rasa yang berkualitas memerlukan parpol dan
saling percaya di antara penyelenggara pemilu, koalisi parpol yang juga berkualitas. Ini penting
parpol dan masyarakat menjadi syarat utama karena pemilu tidak hanya merupakan sarana
terbangunnya demokrasi yang berkualitas dan suksesi kepemimpinan yang aspiratif, adil
penopang terwujudnya stabilitas politik dan dan damai, tapi juga menjadi taruhan bagi
keamanan dalam masyarakat. Secara teoretis ketahanan sosial rakyat dan eksistensi NKRI.
konflik atau sengketa dalam pemilu bisa diredam Tantangan yang cukup besar dalam menjalani
jika peserta pemilu (parpol), penyelenggara pemilu serentak 2019 membuat konsolidasi
pemilu, pemerintah, dan institusi penegak demokrasi yang berkualitas sulit terbangun.
hukum mampu menunjukkan profesionalitas dan Nilai-nilai demokrasi dalam pilpres tak cukup
independensinya, tidak partisan dan memiliki dikedepankan. Sebagai negara demokrasi nomor
komitmen yang tinggi dalam menyukseskan 4 terbesar di dunia, Indonesia tampaknya belum
pemilu. mampu memperlihatkan dirinya sebagai negara
Proses pendalaman demokrasi/konslidasi yang menjalankan demokrasi substantif.
demokrasi memerlukan peran penting
stakeholders terkait pemilu dan juga elemen- Daftar Pustaka
elemen kekuatan lainnya seperti civil society, Buku
elite/aktor, media massa dan medsos serta
Arghiros, Daniel. Democracy, Development and
lembaga survey. Independensi, kedewasaan dan Decentralizationin in Provinscial Thailand.
partisipasi kekuatan-kekuatan sosial (societal Richmon, Surrey, UK: Curzon, 2001.
forces) tersebut sangat diperlukan. Civil society, Asmerom, Haile K. dan Elisa P. Reis. Democratization
misalnya, perlu tetap kritis dalam mengawal and Bureaucratic Neutrality. London:
pemilu dan hasilnya. Media massa bisa menjadi Macmillan Press,1996.
pemasok berita yang obyektif dan melakukan Aspinall, Edward dan Marcus Mietzner, ed., Elections,
kontrol sosial yang berpihak pada rakyat. Institutions and Society. Singapore: ISEAS,
2010.
Berkenaan dengan hal tersebut semua
Cassinelli, C.W., The Politics of Freedom: An Analisis
stakeholders terkait pemilu seperti partai
of the Modern Democratic State. Seattle:
politik, penyelenggara pemilu (KPU, Bawaslu, University of Washingtong Press, 1961.
DKPP), pemerintah (pusat dan daerah) dan
Dowse, Robert E. dan John A, Hughes. Political
institusi penegak hukum perlu bersinergi secara Sociology. Great Britain: John Wiley &Sons
profesional untuk memperbaiki kepercayaan Ltd. Second Edition, 1986.
publik terhadap hasil pilpres. Hal tersebut Fung, A. dan E. Olin Wright. Thinking about
perlu dilakukan karena sukses tidaknya pemilu, Empowered Participatory Governance.
konflik tidaknya pilpres sangat bergantung pada London: Verso Press, 2003.
tinggi-rendahnya tingkat kepercayaan rakyat Kuntjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di
kepada para stakeholders tersebut. Karena itu Indonesia. Jakarta: Jembatan, 1983.
bisa disimpulkan bahwa semakin substansial

Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019 | R. Siti Zuhro | 79 


Migdal, Joel S., Strong Socities and Weak States: State Ihsanuddin, “Presiden: Akhir-akhir Ini Banyak
– Society Relations and State Capabilities in the Spanduk Jokowi PKI”, 7 Desember
Third World. Princeton: Princeton University 2018, https://nasional.kompas.com/
press,1988. read/2018/12/07/13292441/presiden-akhir-
Ramos, Charmaine. Decentralization and Democratic akhir-ini-banyak-spanduk-jokowi-pki, diakses
Deepening in the Philippines. Manila: Institute pada 2 Maret 2019.
for Popular Democracy and LOGOLINK, 2007. Muhammad Hafil, “BPN Resmi Laporkan 1.200 Dugaan
Reuschemeyer, D.,E. et al., Capitalist Development Kecurangan Pilpres 2019”, 20 April 2019, https://
and Democracy. UK: Polity Press, 1992. nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/,
diakses pada 22 April 2019.
Smith, B.C., Decentralization: The Territorial
Dimension of the State. London: Allen and Niken Purnamasari, “Wiranto: Ada 53 Kasus Hoax dan
Unwin, 1985. 324 Hate Speech Sepanjang 2018”, 25 Oktober
2019, https://news.detik.com/berita/d-4272642/,
Whitehead, Laurence, “The Consolidation of Fragile
diakses pada 2 Maret 2019.
Democracies?”, dalam Robert Pastor (ed),
Democracy in the Americas. New York: New Nur Habibie, “400 Kiai dan Pengurus Pesantren se-
York Holmes, 1989. Indonesia Dukung Jokowi-Ma’ruf Amin”, 16
September 2018, https://www.liputan6.com/
Zuhro, R. Siti dkk. Model Demokrasi Lokal. Jakarta:
pilpres/read/3644936/400-kiai-dan-pengurus-
PT THC Mandiri, 2011.
pesantren-se-indonesia-dukung-jokowi-maruf-
amin, diakses pada 2 Maret 2019.
Makalah Seminar Patricia Diah Ayu Saraswati, “Live Report: Kerusuhan
Zuhro, R. Siti, “Demokrasi: Peluang dan 22 Mei Usai Pengumuman Pemilu 2019”, 22
Tantangannya”, makalah yang dipresentasikan Mei 2019, https://www.cnnindonesia.com/
dalam Simposium Gurubesar KAHMI yang nasional/20190522083812-32-397230/live-
diselenggarakan MN KAHMI bekerjasama report-kerusuhan-22-mei-usai-pengumuman-
dengan FISIP Universitas Brawijaya, Malang, pemilu-2019, diakses pada 10 Juni 2019.
23 Maret 2019. Redaksi, “Daftar Caleg dari Kalangan Artis dalam
Pemilu 2019, Terbanyak dari Partai Nasdem”,
Surat Kabar 16 April 2019, http://jatim.tribunnews.
com/2019/04/16/daftar-caleg-dari-kalangan-
Zuhro, R. Siti, “Politik 2018 dan Pilpres 2019, artis-dalam-pemilu-2019-terbanyak-dari-
Kompas, 2 Januari 2019 partai-nasdem, diakses pada 20 April 2019
___________, “Pilpres Milik Kita”, Kompas, 17 Redaksi, “Camat di Makassar Dukung Jokowi, Gubernur
April 2019. Sulsel: ASN Harus Netral!”, 22 Februari 2019,
https://news.detik.com/berita/d-4439492/camat-
Sumber Online di-makassar-dukung-jokowi-gubernur-sulsel-asn-
Abdul Hakim MS, “Sejak Pemilu 1955, Parpol harus-netral, diakses pada 2 Maret 2019.
Islam Selalu Kalah Dengan Parpol Nasionalis. Redaksi, “Bawaslu: Tren Pelanggaran Pilkada
Kenapa?”, http://www.skalasurveiindonesia. Bukan SARA, tetapi Keterlibatan Pejabat”,
com/parpol-islam-selalu-kalah-dengan-parpol- 26 Juni 2018,https://nasional.kompas.com/
nasionalis-kenapa/, diakses pada 2 Maret 2019. read/2018/06/26/11363281/bawaslu-tren-
Fathiyah Wardah, “Hasil Ijtima Ulama II Pastikan pelanggaran-pilkada-bukan-sara-tetapi-
Dukungan Bagi Prabowo-Sandiaga”, 14 keterlibatan-pejabat, diakses pada 2 Maret 2019
September 2018, https://www.voaindonesia. Redaksi, “Bawaslu Terima 165 Laporan Pelanggaran
com/a/hasil-ijtima-ulama-ii-pastikan- Netralitas ASN, Jateng Terbanyak”, https://news.
dukungan-bagi-prabowo-sandiaga/4571457. detik.com/berita/d-4458440/bawaslu-terima-
html, diakses pada 2 Maret 2019. 165-laporan-pelanggaran-netralitas-asn-jateng-
Ine Yulita Sari, “Ini Dia 54 Artis Nyaleg di Pemilu terbanyak, diakses pada 20 April 2019.
Legislatif 2019”, 21 Juli 2018, https://www. Redaksi, “Ancaman Mutasi Besar-besaran Usai
liputan6.com/pileg/read/3595944/ini-dia-54- Pilkada Garut,” https://www.liputan6.com/
artis-nyaleg-di-pemilu-legislatif-2019, diakses regional/read/3575778/ancaman-mutasi-besar-
pada 2 Maret 2019. besaran-usai-pilkada-garut, diakses pada 20
April 2019.

80 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 16 No. 1 Juni 2019 | 69–81


Redaksi, “Komisi ASN minta Anies Kembalikan
Jabatan yang Dicopot,” https://www.liputan6.
com/news/read/3602468/komisi-asn-minta-
anies-kembalikan-jabatan-yang-dicopot,
diakses pada 20 April 2019.
Redaksi, “Infrastruktur dan Faktor Legal Masih Hambat
Investasi” 30 Maret 2018, http://www.republika.
co.id, diakses pada 2 Maret 2019.
Redaksi, “TKN Jokowi-Maruf akan Laporkan 14.843
Dugaan Kecurangan yang Untungkan Paslon
02”, 2 Mei 2019, http://www.tribunnews.com/
nasional/2019/05/02/tkn-jokowi-maruf-akan-
laporkan-14843-dugaan-kecurangan-yang-
untungkan-paslon-02, diakses pada 5 Mei 2019.

Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019 | R. Siti Zuhro | 81 


TENTANG PENULIS

Efriza Supremasi Sipil dan Transformasi Pertahanan,


Penulis merupakan dosen tetap program studi Evaluasi Penerapan Darurat Militer di Aceh
ilmu politik di Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan 2003-2004, dan Hubungan Sipil Militer Era
Abdi Negara (STIP-AN), Jakarta. Beberapa Megawati dan lainnya. Penulis dapat dihubungi
tulisannya antara lain: “Political Explore: Sebuah melalui email: nurainisarah30@gmail.com.
Kajian Ilmu Politik”, “Ilmu Politik: Dari Ilmu
Politik Sampai Sistem Pemerintahan”, “Studi Defbry Margiansyah
Parlemen: Sejarah, Konsep, dan Lanskap Politik Penulis merupakan peneliti di Pusat Penelitian
Indonesia”. Penulis dapat dihubungi melalui Politik LIPI yang tergabung dalam Tim Penelitian
email: efriza.riza@gmail.com Agama dan Politik. Ia menyelesaikan pendidikan
tingkat sarjana di Jurusan Ilmu hubungan
Luky Sandra Amalia Internasional Universitas Pasundan pada
Penulis merupakan peneliti pada Pusat Penelitian tahun 2013 dengan penelitian akhir mengenai
Politik LIPI ini adalah sarjana Ilmu Politik Tantangan Masyarakat Islam di Eropa: Analisis
dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Resistensi Kelompok Konservatif kanan terhadap
Universitas Airlangga, Surabaya (2005) dan Muslim. Penulis juga merupakan alumnus Global
mendapatkan gelar Master of Development Studies Programme di Institut für Soziologie,
Studies dari Murdoch University. Bidang kajian Albert-Ludwig-Universität Freiburg, Jerman.
yang diminati adalah mengenai pemilu dan Penulis dapat dihubungi melalui email: defbry@
gender. Berbagai tulisan mengenai pemilu dan yahoo.com
perempuan dalam politik sudah dihasilkannya
baik artikel jurnal maupun book chapter. Penulis R. Siti Zuhro
dapat dihubungi melalui email: sandra_thok@ Penulis adalah peneliti senior di Pusat Penelitian
yahoo.com. Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(P2P LIPI). Gelar sarjana di bidang Hubungan
Sarah Nuraini Siregar Internasional diperoleh dari FISIP Universitas
Sejak tahun 2004 sampai sekarang, penulis menjadi Jember. Mendapatkan gelar MA Ilmu Politik dari
salah satu peneliti di bidang perkembangan the Flinders University, Australia dan Ph.D Ilmu
politik nasional di Pusat Penelitian Politik-LIPI Politik dari Curtin University, Australia. Sebagai
dengan konsentrasi studi tentang militer dan peneliti senior, Beliau sudah banyak menghasilkan
kepolisian. Menyelesaikan studi di tingkat karya tulis diantaranya Demokratisasi Lokal;
Sarjana tahun 2002 dan Pasca Sarjana di jurusan Perubahan dan Kesinambungan Nilai-nilai
Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Budaya Politik Lokal di Jawa Timur, Sumatera
Universitas Indonesia tahun 2005, dan sekarang Barat, Sulawesi Selatan dan Bali (Yogyakarta:
sedang melanjutkan pendidikan S3 di Universitas Ombak, 2009), Demokratisasi Lokal; Peran
Indonesia. Ia juga aktif sebagai salah satu staf Aktor dalam Demokratisasi(Yogyakarta: Ombak,
pengajar di jurusan Ilmu Politik FISIP UI sejak 2009); Kisruh Perda: Mengurai Masalah dan
tahun 2002 hingga sekarang. Beberapa tulisannya Solusinya (Yogyakarta: Ombak, 2010) dan
antara lain: Problematik Pengelolaan Keamanan lainnya. Penulis dapat dihubungi melalui email:
dan Pertahanan di Wilayah Konflik (Aceh dan wiwieqsz@yahoo.com.
Papua), Model Kaji Ulang Pertahanan Indonesia:

Tentang Penulis | 109 


Dhuroruddin Mashad
Penulis adalah peneliti senior di Pusat Penelitian
Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(P2P LIPI) dengan bidang kepakaran politik,
politik dan pemerintahan, yang lebih berfokus
kepada politik dibidang Agama, Asia Selatan,
Dunia Islam, dan Minoritas. Penulis mendapatkan
Gelar S1 dan S2 dari jurusan Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia. Beliau sudah banyak menghasilkan
karya tulis baik artikel maupun buku terkait
pemilu, agama dan politik. Penulis dapat
dihubungi melalui email: dhur001@lipi.go.id

Sutan Sorik
Penulis merupakan peneliti di Pusat Penelitian
Politik LIPI yang tergabung dalam Tim Penelitian
Nasional di bidang Pemilu. Gelar sarjana di
bidang Hukum Tata Negara diperoleh dari
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
Medan. Penulis dapat dihubungi melalui email:
sutan.sorik98@gmail.com

110 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 16 No. 1 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai