GEOPOLITIK INDONESIA
Penulis
Daftar Isi
HYPERLINK \l "_TOC_250017" Kata Pengantar.........................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Geopolitik.....................................................................................3
2.2 Perkembangan Teori Geopolitik....................................................................3
2.3 Beberapa Pandangan Para Pemikir Mengenai Geopolitik...........................3
2.4 Pengertian Wawasan Nusantara.....................................................................6
2.5 Kedudukan Wawasan Nusantara...................................................................7
2.6 Peranan Wawasan Nusantara.........................................................................7
2.7 Wawasan Nusantara Sebagai Landasan Konsepsi Ketahanan Nasional....7
2.8 Wawasan Nusantara Sebagai Pembangunan Nasional.................................7
2.9 Wawasan Nusantara Sebagai Wawasan Pertahanan dan Keamanan Negara. 9
2.10 Wawasan Nusantara Sebagai Wawasan Kewilayahan....................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................12
3.2 Saran.....................................................................................................................12
Daftar Pustaka...........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi yang ada
di bawah kakinya. Demikian, kata Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 dihadapan sidang BPUPKI.
Oleh karena itu, setelah membangsa orang menyatakan tempat tinggal sebagai negara. Dalam
perkembangan selanjutnya pengertian negara tidak hanya tempat tinggal, tetapi diartikan lebih
luas lagi yang meliputi institusi, yaitu pemerintah, rakyat, kedaulatan, dan lain - lain.
Karena orang dengan tempat tinggalnya tidak dapat dipisahkan, perebutan ruang yang
menjadi hal yang menimbulkan konflik antar manusia induvidu, keluarga, masyarakat dan
bangsa hingga kini, meskipun bentuknya dapat secara fisik ataupn nonfisik. Untuk dapat
mempertahankan ruang hidupnya, suatu bangsa harus mempunyai kesatuan cara pandang yang
dikenal sebagai wawasan nasional. Para ilmuwan politik dan militer menyebutnya sebagai
geopolitik yang merupakan kepanjangan dari geografi politik.
Konsep wawasan bangsa tentang wilayah mulai dikembangkan sebagai ilmu pada akhir abad
XIX dan awal abad XX dan dikenal sebagai geopolitik, yang pada mulanya membahas geografi
dari segi politik negara (state). Selanjutnya, berkembang konsep politik _dalam arti distribusi
kuatan_ pada hamparan geografi negara sehingga tidaklah berlebihan bahwa geopolitik sebagai
ilmu “baru” dicuragai sebagai pembenaran pada kosepsi ruang. Oleh karena itu, dalam
membahas masalah wawasan nasional bangsa, di samping membahas sejarah terjadinya konsep
wawasan nasional, akan dibahas pula teori geopolitik dan implementasinya pada negara
Indonesia.
Geopolitik, dibutuhkan oleh setiap negara di dunia, untuk memperkuat posisinya terhadap
negara lain, untuk memperoleh kedudukan yang penting di antara masyarakat bangsa-bangsa,
atau secara lebih tegas lagi, untuk menempatkan diri pada posisi yang sejajar di antara negara-
negara raksasa.
Konsep wawasan nasional setiap bangsa berbeda. Hal ini berkaitan dengan profil diri bangsa
sejarah, pandangan hidup, ideology, budaya dan sudah barang tentu ruang hidupnya, yaitu
geografi. Kedua unsur pokok profil bangsa dan geografi inilah yang harus diperhatikan dalam
membuat konsep geopolitik bangsa dan Negara.
Dalam sidang-sidang ini yang patut dicatat adalah pendapat Dr. Supomo, S.H. dan
Muh.Yamin, S.H. pada 31 Mei 1945, serta Ir.Sukarno pada 1 Juli 1945.
Supomo menyatakan,antara lain:
“Tentang syarat mutlak lain –lainnya, pertama tentang daerah, saya mufakat dengan pendapat
yang menga-takan: pada dasarnya Indonesia yang harus meliputi batas Hindia Belanda…”.
Muh.Yamin menghendaki, antara lain:
“….. bahwa Nusantara terang meliputi Sumatera, Jawa-Madura, Sunda Kecil, Borneo, Selebes,
Maluku-Ambon, dan Semenanjung Malaya, Timor dan Papua…..Daerah kedaulatan negara
Republik Indonesia ialah daerah yang delapan yang menjadi wilayah pusaka bangsa Indonesia”.
Sokarno dalam pidaonya, antara lain:
“…Orang dan tempat tidak dapat dipisihkan. Tidak dapat di pisahkan rakyat dari bumi yang ada
di bawah kakinya. … Tempat itu yaitu tanah-air. Tanah-air itu adalah satu kesatuan. Allah SWT
membuat peta dunia, meyusun peta dunia, kita dapat menunjukkan di mana “kesatuan-kesatuan”
di situ. Seorang anak kecil pun, jikalau ia melihat dunia, ia dapat menunjukakan bahwa
kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan…”.
Adapun yang disepakati sebagai wilayah negara Indonesia adalah bekas wilayah Hindia
Belanda. Namun, dalam rancangan UUD atau pun dalam keputusan PPKI tentang UUD 1945
ketentuan tentang wilayah negara Indonesia itu tidak dicantumkan. Hal ini di jelaskan oleh ketua
PPKI Ir. Sukarno bahwa dalam UUD yang modern, daerah (=Wilayah) tidak perlu masuk
dalam UUD (Setneg RI, tt: 347). Berdasarkan penjelasan dari Ketua PPKI tersebut, jelaslah
bahwa wilayah, tanah air, atau tumpah darah Indonesia meliputi batas bekas Wilayah Hindia
Belanda.
Untuk menjamin pelestarian kedaulatan, serta melindungi unsur wilayah dan kepentingan
nasional, dibutuhkan ketegasan tentang batas wilayah. Ketegasan batas wilayah tidak saja untuk
mempertahankan wilayah, tetapi juga untuk menegaskan hak bangsa dan negara dalam pergaulan
internasional. Wujud geomorfologi Indonesia berdasarkan pancasila—dalam arti persatuan dan
kesatuan—menuntut suatu konsep kewilayahan yang memandang daratan/pulau, lautan, serta
udara angkasa di atasnya sebagai satu kesatuan wilayah. Dari dasar inilah, laut bukan lagi
sebagai alat pemisah wilayah.
3.1 Kesimpulan
1. Kata geo-politik berasal dari kata geo dan politik. “geo” berarti bumi dan “politik” berasal dari
bahasa Yunani politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan teia yang
berarti urusan. Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip),
keadaan, cara yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu.
2. Geopolitik semula sebagai ilmu politik, kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang
sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi ciri _khas negara yang berupa bentuk, Luas, letak,
iklim, dan sumber daya alam_ sutau negara untuk membangun dan membina Negara. Adapun
geostrategi diartikan sebagai pelaksanaan geopolitik dalam negara.
3. Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan berasal dari kata
wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi. Selanjutnya
muncul kata mawas yang berarti memandang, meninjau atau melihat. Wawasan artinya
pandangan, tujuan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang, cara melihat.
Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan. Antara artinya
menunjukkan letak anatara dua unsur. Nusantara artinya kesatuan kepulauan yang terletak antara dua
benua, yaitu benua Asia dan Australia dan dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Pasifik.
Berdasarkan pengertian modern, kata “Nusantara” digunakan sebagai pengganti nama Indonesia
4. Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional sebagai doktrin dasar pengaturan kehidupan
nasional. Sementara itu, politik dan strategi nasional, sebagai kebijaksanaan dasar nasional
dalam bentuk GBHN masa ORBA yang dijabarkan lebih lanjut dalam kebijaksanaan strategi
pada strata di bawahnya.
5. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan, menumbuhkan rasa tanggung jawab atau
pamanfaatan lingkungannya, menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional dan
merentang hubungan Internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.
3.2 Saran
1. Para penulis makalah selanjutnya, untuk lebih banyak membaca dan mengumpulkan referensi
agar dapat menyempurnakan makalah dengan materi dan pembahasan yang lebih baik lagi.
2. Para pembaca makalah ini, untuk lebih giat mempelajari dan menelaah pelajaran khususnya
materi kewarganegaraan dan dapat mengamalkannya serta mengingatkan penulis untuk
memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam makalah ini.
Daftar Pustaka
Buku :
Pendidikan Kewarganegaraan 2012. Hartomo Media Pustaka. Jakarta
Pendidikan Pancasila. 201. Ghalia Indonesia. Bogor
2005. Geopolitik Indonesia, Jakarta, Dirjendikti, Makalah SUSCADOS Angkatan I 2005
Internet :
https://lms.unhas.ac.id