Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang berpusat di
Jawa Timur yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M oleh
Raden Wijaya, tepatnya di daerahTrowulan yang sekarang menjadi
Mojokerto. Berdirinya Kerajaan Majapahit merupakankelanjutan dari
Kerajaan Singosari yanng runtuh akibat serangan dari bangsa Mongol.
Kerajaanini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang
menguasai wilayah yang luasdi Nusantara pada masa kekuasaan Hayam
Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.Kerajaan Majapahit
adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantaradan
dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.
Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra,
Semenanjung Malaya, Borneo,Kepulauan Sulu, Manila (Saludung), hingga
Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannyamasih diperdebatkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya kerajaan majapahit?
2. Dimanakah letak kerajaan majapahit?
3. Apa saja aspek kehidupan masyarakat kerajaan majapahit?
4. Bagaimanakah kebudayaan kerajaan majapahit?
5. Bagaimanakah struktur pemerintahan kerajaan majapahit?
6. Bagaimanakah runtuhnya kerajaan majapahit?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya kerajaan majapahit
2. Untuk mengetahui letak kerajaan majapahit
3. Untuk mengetahui aspek kehidupan masyarakat kerajaan majapahita
4. Untuk mengetahui kebudayaan kerajaan majapahit

ii
5. Untuk mengetahui struktur pemerintahan kerajaan majapahit
6. Untuk mengetahui runtuhnya kerajaan majapahit

D. Manfaat Makalah
1. Sebagai bahan pembelajaran siswa
2. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan siswa

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit


Pada saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas
menghadang bagian utara,ternyata serangan yang lebih besar justru
dilancarkan dari selatan. Maka ketika Raden Wijayakembali ke Istana, ia
melihat Istana Kerajaan Singasari hampir habis dilalap api dan
mendengarKertanegara telah terbunuh bersama pembesar-pembesar lainnya.
Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih setia dan
dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasaaman ia pergi ke Madura
meminta perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya ia
berhasilmenduduki tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden
Wijaya sebagai daerahkekuasaannya. Ketika tentara Mongol datang ke Jawa
dengan dipimpin Shih-Pi, Ike-Mise, dan KauHsing dengan tujuan menghukum
Kertanegara, maka Raden Wijaya memanfaatkan situasi itu untuk bekerja
sama menyerang Jayakatwang. Setelah Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol
berpesta poramerayakan kemenanganya. Kesempatan itu pula dimanfaatkan
oleh Raden Wijaya untuk berbalikmelawan tentara Mongol, sehingga tentara
Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke negrinya. Makatahun 1293 Raden
Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.
Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran
Kertarajasa. Berlokasisemula di Candi Simping, Blitar, kini menjadi koleksi
Museum Nasional Republik Indonesia.Sebelum berdirinya Majapahit,
Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal inimenjadi
perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim
utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut Uperi.
Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasariyang terakhir menolak untuk
membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan
merusakwajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu
memberangkatkan ekspedisi besarke Jawa tahun 1293.Ketika itu,

ii
Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh
Kertanegara. Atassaran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan
pengampunan kepada Raden Wijaya, menantuKertanegara, yang datang
menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha,
yangmembawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin
mengabdi kepadaJayakatwang. Jawaban dari surat diatas disambut dengan
senang hati. Raden Wijaya kemudian diberihutan Tarik. Ia membuka hutan itu
dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yangnamanya
diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan
Mongol tiba,Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur
melawan Jayakatwang.
Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik
menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksamereka menarik pulang
kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeriasing.
Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin
muson agardapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan
lagi di pulau yang asing.Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal
kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai
raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan
tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa
Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya
Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak
melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil.
Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi,
Ra JaranWaha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati.

B. Letak Kerajaan Majapahit


Secara geografis letak Kerajaan Majapahit sangat strategis karena adanya
di daerah lembahsungai yang luas, yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo,
serta anak sungainya yang dapat dilayarisampai ke hulu, dengan pusat di hutan
Tarik di Desa Trowulan Mojokerto, Jawa Timur.

ii
C. Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Majapahita
1. Kehidupan Sosial Kerajaan Majapahit
Pola tata masyarakat majapahit dibedakan atas lapisan lapisan
masyarakat yang perbedaannya lebih bersifat statis. Walaupun di
Majapahit terdapat empat kasta sepertidiindia, yang lebih dikenal dengan
catur warna, tetapi hanya bersifat teoritis dalamliteratur istana. Pola ini
dibedakan menjadi empat golongan masyarakat, yaitu brahmana, ksatria,
waisya dan sudra. Brahmana (kaum pendeta) mempunyai kewajiban
menjalankan enamdharma, yaitu mengajar, belajar, melakukan persajian
untuk diri sendiridan oranglain. Dari aspek kedudukan kaum wanita dalam
kerajaan majapahit, merekamempunyai status yang lebih rendah dari para
lelaki.
2. Kehidupan Budaya Kerajaan Majapahit
Bukti-bukti perkembangan kebudayaan di kerajaan Majapahit
dapat diketahuimelalui peninggalan-peninggalan seperti candi antara lain,
candi panataran (blitar), canditegalwangi dan surawana (pare, kediri), dan
candi sawentar (blitar). Bidang sastra antaralain, kitab negarakertagama,
kitab arjunawiwaha, dan kitab kunjarakarna.
3. Kehidupan Politik kerajaan majapahit
Raja kertanegara wafat pada tahun 1291 M, ketika keraton
singasari saat itusecara mendadak oleh jayakatwang (keturunan raja
kediri). Dalam serangan itu radenwijaya, menantu kertanegara, berhasil
meloloskan diri dan lari ke madura untuk meminta perlindungan dari
bupati arya wiraraja. Atas bantuan dari arya wiraraja, raden wijayaditerima
dan diampuni oleh jayakatwang dan diberikan sebidang tanah di tarik.

D. Kebudayaan Kerajaan Majapahit


Nagarakertagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan
anggun, dengan cita rasa senidan sastra yang halus, serta sistem ritual
keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tatanegara digelar tiap
hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua

ii
wilayahtaklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak.
Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton
termasuk kawasan ibukota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur
dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk
langsungoleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara
yang menikmati otonomi luas.Perkembangan budaya di Kerajaan Majapahit
dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan berikut;
1. Candi
Candi peninggalan Kerajaan Majapahit antara lain Candi Panataran
(Blitar), CandiTegalwangi dan Surawana (Pare, Kediri), Candi Sawentar
(Blitar), Candi Sumberjati(Blitar), Candi Tikus (Trowulan), dan bangunan-
bangunan purba lainnya, terutama yangterdapat di daerah Trowulan.
2. Sastra
Hasil sastra zaman Majapahit dapat kita bedakan menjadi,
a. Sastra zaman Majapahit awal, hasil sastra pada zaman ini adalah: Kitab
Negarakartagama karangan Mpu Prapanca (1365 M), Kitab Sutasoma
dan KitabArjunawiwaha karangan Mpu Tantular, Kitab Kunjarakarna
tidak diketahui pengarangnya.
b. Sastra zaman Majapahit akhir, hasil sastra pada zaman Majapahit akhir
ditulis dalam bahasa Jawa Tengah, diantaranya ada yang ditulis dalam
bentuk tembang (kidung)dan gancaran (prosa). Hasil sastra terpenting
antara lain:
1) Kitab Pararaton, menceritakan riwayat raja-raja Singhasari
danMajapahit
2) Kitab Sundayana, menceritakan Peristiwa Bubat
3) Kitab Sorandaka, mencerikatan Pemberontakan Sora
4) Kitab Ranggalawe, menceritakan pemberontakan Ranggalawe
5) Panjiwijayakrama, menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai
menjadiraja

ii
6) Kitab Usana Jawa, tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah
Mada danAryadamar, pemindahan keraton Majapahit ke Gelgel,
dan penumpasanraja raksasa Maya Denawa
7) Kitab Usana Bali, tentang kekacauan di Pulau bali akibat
keganasanMaya Denawa yang akhirnya dibunuh oleh dewa.
Selain kitab-kitab tersebut, masih ada kitab-kitab sastra lainnya
sepertiPaman Cangah, Tantu Pagelaran, Calon Arang, Korawasrama,
Babhuksah, TantriKamandaka, dan Pancatantra

E. Struktur Pemerintahan Kerajaan Majapahit


Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang
teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan tampak struktur dan
birokrasi tersebut tidak banyak berubahselama perkembangan sejarahnya.Raja
dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan
dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah
raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat dibawah, antara lain :
1. Rakryan Mahamantri Katrini biasa dijabat putra-putra raja
2. Rakryan Mantri Pakiran dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
3. Dharmmadhyaksa para pejabat hukum keagamaan

F. Runtuhnya Kerajaan Majapahit


Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit
berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389,
Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta.
Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang
menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk
juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut
haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan
terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana.
Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi

ii
ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini
melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut
Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal
muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai
1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas
muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti
di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki
pijakan di pantai utara Jawa. Wikramawardhana memerintah hingga tahun
1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun
1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir
yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan
pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah
hingga tahun 1451.
Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar
Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD.
Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta.
Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat
pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran
Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat
dirinya sebagai raja Majapahit. Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim
dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad
ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai
berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang
berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat
Nusantara.
Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa
lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan
abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke
Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di
daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari

ii
kekuasaan Majapahit. Setelah mengalami kekalahan dalam perebutan
kekuasaan dengan Bhre Kertabumi, Singhawikramawardhana mengasingkan
diri ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus
melanjutkan pemerintahannya di sana hingga digantikan oleh putranya
Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan
Kertabhumi dengan memanfaatkan ketidakpuasan umat Hindu dan Budha atas
kebijakan Bhre Kertabumi serta mempersatukan kembali Majapahit menjadi
satu kerajaan.
Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1498 dengan gelar
Girindrawardhana hingga ia digulingkan oleh Patih Udara. Akibat konflik
dinasti ini, Majapahit menjadi lemah dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan
Demak yang didirikan oleh keturunan Bhre Wirabumi di pantai utara Jawa.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun
1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim
pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan ) hingga tahun 1518.
Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi
sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya
Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478
Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun
yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya
Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana.
Raden Patah yang saat itu adalah adipati Demak sebetulnya berupaya
membantu ayahnya dengan mengirim bala bantuan dipimpin oleh Sunan
Ngudung, tetapi mengalami kekalahan bahkan Sunan Ngudung meninggal di
tangan Raden Kusen adik Raden Patah yang memihak Ranawijaya hingga
para dewan wali menyarankan Raden Fatah untuk meneruskan pembangunan
masjid Demak. Hal ini diperkuat oleh prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya
mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota
ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Ranawijaya dengan
Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi.
Sebenarnya perang ini sudah mulai mereda ketika Patih Udara melakukan

ii
kudeta ke Girindrawardhana dan mengakui kekuasan Demak bahkan menikahi
anak termuda Raden Patah, tetapi peperangan berkecamuk kembali ketika
Prabu Udara meminta bantuan Portugis.
Sehingga pada tahun 1518, Demak melakukan serangan ke Daha yang
mengakhiri sejarah Majapahit dan ke Malaka. Sejumlah besar abdi istana,
seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali.
Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan
hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya
melawan Kertabhumi. Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak
pada tahun 1518, kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya
mengalahkan sisa kerajaan Majapahit. Demak di bawah pemerintahan Raden
(kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan
Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden
Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri
China.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia
(Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan
Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari
Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M. Demak memastikan
posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang
berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan
Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di
ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian
barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat
Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu
Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo
dan Semeru.

ii
G. Gambar Keruntuhan Kerajaan Maja Pahit

ii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang
teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan
birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya.
Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas
politik tertinggi.
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan.
Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian
mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang
menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300,
pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter
penting terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang “kepeng” yaitu
keping uang tembaga impor dari China.

B. Saran
Dari keberadaanya Kerajaan Majapahit di wilayah kita pada masa yang
lalu. Maka kita wajibmensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan
dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulusserta di dorong rasa tanggung
jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenekmoyang
kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita
ikut mengangkatderajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita
bersama-sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang
menjadi kebanggaan kita semua
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan
berusaha menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di
Indonesia.

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah sejarah "Runtuhnya Kerajaan Maja Pahit".
Makalah ini saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi penyusunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami berharap kepada semua pihak agar memberikan saran dan kritik, agar dapat
memperbaiki makalah ini .
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan mafaat
dan inspirasi bagi pembaca.

Bangko, September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan Makalah.............................................................................. 2
D. Manfaat Makalah............................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah berdirinya kerajaan majapahit............................................ 3
B. Letak kerajaan majapahit................................................................ 4
C. Aspek kehidupan masyarakat kerajaan majapahit.......................... 5
D. Kebudayaan kerajaan majapahit..................................................... 5
E. Struktur pemerintahan kerajaan majapahit..................................... 7
F. Runtuhnya kerajaan majapahit........................................................ 7
G. Gambar Keruntuhan Kerajaan Maja Pahit...................................... 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Slamet. (2006). Tafsir Sejarah Nagarakretagama. Jakarta: PT. LKiS


Pelangi Aksara.
Komandoko, Gamal. (2009). Gajah Mada: Menangkis Ancaman Pemberontakan
Ra Kuti: Kisah
Ketangguhan Seorang Patih Majapahit Dalam Menjaga Keutuhan Takhta Sang
Raja. Jakarta: Narasi.
https://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit

ii

Anda mungkin juga menyukai