KERAJAAN MAJAPAHIT
DISUSUN OLEH
KELAS : 7.1
Jl. Rudus No.45B, 20 Ilir D II, Kec. Kemuning, Kota Palembang, Sumatera Selatan
30164
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia yang
pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga1550 M. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di
Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350
hingga1389. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang
menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam
sejarah Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra,
Semenanjung, Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah
kekuasaannya masih diperdebatkan.
Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya
tidak jelas.Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton
('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawai dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa
Kuno. Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari)
namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit.
Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa
keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal
yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa
Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Kejayaan Majapahit
Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan
dalam Nagarakretagama. Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365
menyebutkan budaya Keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa
seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang
pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang
membentang dari Sumatra ke Papiua, mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku.
Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai
kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit
hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam
pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan
Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi
ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.Pada tahun 1377,
beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut
untuk menumpas pemberontakan di Palembang.
C. Kebudayaan Majapahit
Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di
ibu kota Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan. "Dari semua
bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam
lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai
pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan
bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga,
menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya". Nagarakretagama menyebutkan
budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang
halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata
negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari
semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti atau
pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton
termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali
yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta
wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas. Ibu
kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan
besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan
Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap
sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak
menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai
atau abdi istana muslim saat itu.
Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya,
arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya. Candi-candi Majapahit
berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat
dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat
ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan,
Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur berasal dari masa Majapahit, antara lain
gerbang terbelah Candi Bentar, gapura paduraksa (kori agung) beratap tinggi, dan
pendopo berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini masih dapat ditemukan
dalam arsitektur Jawa dan Bali. Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja
bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua
yang pernah ada. Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan.
Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak,
bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali
berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil
mengalahkannya.
Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit
didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam
bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Poedenone". Ia mengunjungi beberapa
tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim
Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari
Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai
Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai
Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan
darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sultra menuju Eropa pada 1330. Di
buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama
tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan.
Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai
rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan
mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol
beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir
kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini tak lain adalah Majapahit yang
dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan
Jayanegara.
E. Struktur Pemerintahan
a. Aparat birokrasi
b. Pembagian wilayah
G. Jatuhnya Majapahit
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta)
mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan
penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara
tahun 1518 dan 1521 M. Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan
menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah
keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya
tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di
Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya
masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu
Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan
Semeru.
H. Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Tersebar di Indonesia
1. Celengan Majapahit
2. Arca Emas
3. Terakota Wajah
14
4. Surya Majapahit
7. Candi Tikus
8. Candi Sukuh
9. Candi Cetho