Anda di halaman 1dari 16

KERAJAAN MAJAPAHIT

Nama Kelompok
• Annisa Nurul
• Ruby Citralaksana
• Dwiyanti
• Salwa
• Fikri
• Tursina Adhani
• Kania
• Dewi Nur Wulandari
Latar Belakang Majapahit
Pada tahun 1290 Kerajaan Singasari mengalahkan kerajaan
Melayu diSumatra dan menjadi kerajaan terkuat di daerah
tersebut. Hal ini menggelitikKan dari Kekaisaran Mongol dan
Kaisar dari Dinasti Mongol Yuan yang bernama Kubilai Khan
dimana ia mengirim beberapa utusan yang meminta upeti. Raja
Kertanegara yang saat itu adalah raja terakhir kerajaan Singasari
menolak untuk membayar upeti dan malah menghina serta
menantang Kubilai Khan, dan sebagai responnya dikirim lah
1.000 kapal ekspedisi menuju Jawa dari Mongolia. namun,
Kertanagara telah tewas di tangan Jayakatwang yang merupakan
adipati Kediri. Ketika itu, Raden Wijaya yang merupakan
menantu Kertanegara diberikan sebuah tanah bernama Tarik yang
ia gunakan untuk membangun sebuah desa yang menjadi awal
mula sejarah Berdirinya kerajaan Majapahit. Ketika pasukan
Mongol tiba, Raden Wijaya langsung memilih untuk membantu
mereka menghancurkan Jayakatwang. Setelah kekuasaan
Jayakatwang runtuh, Raden Wijaya menyerang pasukan Mongol.
Kebingungan, pasukan Mongol tersebut terpaksa mundur dan
mengikuti tiupan angin monsoon terakhir pada musim itu.
Letak & Sumber Wilayah
• Letak Geografis
• Secara geografis letak kerajaan Majapahit sangat strategis karena adanya di daerah lembah
sungai yang luas, yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo, serta anak sungainya yang dapat
dilayari sampai ke hulu.
•  
Sumber Sejarah
Sumber sejarah mengenai berdiri dan berkembangnya kerajaan Majapahit berasal dari berbagai
sumber yakni :
1. Prasasti Butok (1244 tahun). Prasasti ini dikeluarkan oleh Raden Wijaya setelah ia berhasil naik
tahta kerajaan. Prasasti ini memuat peristiwa keruntuhan kerajaan Singasari dan perjuangan
Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan
2. Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama, kedua kidung ini menceritakan Raden
Wijaya ketika menghadapi musuh dari kediri dan tahun-tahun awal perkembangan Majapahit
3. Kitab Pararaton, menceritakan tentang pemerintahan raja-raja Singasari dan Majapahit
4. Kitab Negarakertagama, menceritakan tentang perjalanan Rajam Hayam Wuruk ke Jawa Timur.
Kehidupan Politik
• Perkembangan politik Kerajaan Majapahit
• a.       Pemerintahan Kertarajasa
• Untuk meredam kemungkinan terjadinya pemberontakan, Raden Wijaya
(Kertarajasa) melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
• 1. Mengawini empat putri Kertanegara dengan tujuan mencegah terjadinya
perebutan kekuasaan antar anggota keluarga raja.
• 2. Memberikan kedudukan dan hadiah yang pantas kepada para
pendukungnya

Kepemimpinan Kertarajasa yang cukup bijaksana menyebabkan


kerajaan menjadi aman dan tenteram. Ia wafat pada tahun 1309 dan
dimakamkan di Simping (Blitar) sebagai Syiwa dan di Antahpura (dalam
kota Majapahit) sebagai Buddha. Arca perwujudannya adalah Harikaya,
yaitu Wisnu dan Syiwa digambarkan dalam satu arca. Penggantinya adalah
Jayanegara.
Kehidupan Politik
• b.      Pemerintahan Jayanegara
• Masa pemerintahan Jayanegara dipenuhi pemberontakan akibat kepemimpinannya
kurang berwibawa dan kurang bijaksana. Pemberontakan-pemberontakan itu
sebagai berikut.
• a.       Pemberontakan Ranggalawe pada tahun 1231. Pemberontakan ini dapat
dipadamkan pada tahun 1309.
• b.      Pemberontakan Lembu Sora pada tahun 1311.
• c.       Pemberontakan Juru Demung (1313) disusul Pemberontakan Gajah Biru.
• d.      Pemberontakan Nambi pada tahun 1319. Nambi adalah Rakryan Patih
Majapahit sendiri.
• e.       Pemberontakan Kuti pada tahun 1319. Pemberontakan ini adalah yang paling
besar dan berbahaya. Kuti berhasil menduduki ibu kota kerajaan sehingga
Jayanegara terpaksa melarikan diri ke daerah Bedander.
Jayanegara kemudian dilindungi oleh pasukan Bhayangkari pimpinan Gajah Mada. Berkat
kepemimpinan Gajah Mada, Pemberontakan Kuti dapat dipadamkan. Namun, meskipun
berbagai pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan, Jayanegara justru meninggal akibat
dibunuh oleh salah seorang tabibnya yang bernama Tanca. Ia lalu dimakamkan di candi
Singgapura di Kapopongan
Kehidupan Politik
• c.       Pemerintahan Tribhuwanatunggadewi
Takhta Kerajaan Majapahit diserahkan kepada Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhana
(1328-1350) yang menjalankan pemerintahan dibantu suaminya, Kertawardhana. Masa
pemerintahan Tribhuwanatunggadewi diwarnai permasalahan dalam negeri, yakni meletusnya
Pemberontakan Sadeng. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada yang pada saat
itu baru saja diangkat menjadi Patih Daha.

• d.      Pemerintahan Hayam Wuruk


Tribhuwanatunggadewi terpaksa turun takhta pada tahun 1350 sebab Rajapatni Dyah Dewi
Gayatri wafat. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk yang lahir pada
tahun 1334. Hayam Wuruk naik takhta pada usia 16 tahun dengan gelar Rajasanegara. Dalam
menjalankan pemerintahan, ia didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada. 
Namun, sepeninggal Gajah Mada yang wafat pada tahun 1364, Hayam Wuruk tidak berhasil
mendapatkan penggantinya yang setara. Kerajaan Majapahit pun mulai mengalami
kemunduran.
Kondisi Majapahit berada di ambang kehancuran ketika Hayam Wuruk juga wafat pada tahun
1389. Sepeninggalnya, Majapahit sering dilanda perang saudara dan satu per satu daerah
kekuasaan Majapahit pun melepaskan diri. Seiring dengan itu, muncul kerajaan-kerajaan Islam
di pesisir. Pada tahun 1526, Kerajaan Majapahit runtuh setelah diserbu oleh pasukan Islam dari
Demak di bawah pimpinan Raden Patah.
Kehidupan Ekonomi
Keberadaan kerajaan Majapahit ditopang oleh sektor pertanian dan perdagangan. Dengan
demikian berarti kerajaan Majapahit adalah kerajaan agraris dan maritim. Pedagang asing yang
datang ke Majapahit berasal dari Campa, Khmer, Tahiland, Burma, Srilangka, dan India. Sekitar
tahun 1949 M terdapat dua jalur pelayaran dari dan ke China(Grace Wong, 1984), yaitu jalur
pelayaran barat dan jalur pelayaran timur. Jalur pelayaran yang sering digunakan pedagang jawa
adalah jalur pelayaran barat, meliputi Vietnam-Thailand-Malaysia-Sumatera-Jawa-Bali-Timor.
Barang-barang yang diperdagangkan adalah
• a.         Barang kebutuhan hidup sehari-hari.
• b.         Barang produksi kelompok pengrajin
• c.         Barang komoditi internasional
Mata uang yang digunakan pada zaman Majapahit awal adalam mata uang kepeng dari
China. Untuk mendapatkannya Majapahit mengimport mata uang dari China, uang tersebut
berasal dari dinasti T’ang (618-907), Song (960-1279), Ming (1368-1644), dan Qing (1644-
1911). hal ini terjadi karena China banyak mengomport merica dari Majapahit, sehingga banyak
mata uang kepeng yang mengalir ke Majapahit12. Pusat perdagangan di kerajaan Majapahit
adalah pasar yang biasa disebut pkanatau pkěn. Selain perdagangan salah satu sumber kerajaan
adalah pajak.
Kehidupan Sosial
Pola tata masyarakat Majapahit dibedakan atas lapisan-lapisan masyarakat (strata)
yang perbedaannya lebih bersifat statis. Walaupun di Majapahit terdapat empat kasta
seperti di India, yang lebih dikenal dengancatur warna, tetapi hanya bersifat teoritis
dalam literatur istana. Pola ini dibedakan atas empat golongan masyarakat,
yaitu brahmana, ksatria,waisya, dan sudra. Namun terdapat pula golongan yang berada
di luar lapisan ini, yaitu Candala, Mleccha, dan Tuccha, yang merupakan golongan
terbawah dari lapisan masyarakat Majapahit.
Dari aspek kedudukan kaum wanita dalam masyarakat Majapahit, mereka
mempunyai status yang lebih rendah dari para lelaki. Hal ini terlihat pada kewajiban
mereka untuk melayani dan menyenangkan hati para suami mereka saja. Wanita tidak
boleh ikut campur dalam urusan apapun, selain mengurusi dapur rumah tangga mereka.
Dalam undang-undang Majapahit pun para wanita yang sudah menikah tidak boleh
bercakap-cakap dengan lelaki lain, dan sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk
menghindari pergaulan bebas antara kaum pria dan wanita.
Kebudayaan
Zaman Majapahit menghasilkan banyak karya sastra. Periodisasi sastra masa
Majapahit dibedakan menjadi dua, yaitu sastra zaman Majapahit awal dan
sastra zaman Majapahit akhir. Karya sastra zaman Majapahit awal adalah kitab
Negarakertagama karangan Mpu Prapanca (1365), kitab Sutasoma karangan
Mpu Tantular, kitab Arjuna Wiwaha karangan Mpu Tantular, kitab Kunjarakama
(anonim), dan kitab Parthayajna (anonim).
Karya sastra zaman Majapahit akhir ditulis dengan bahasa Jawa dalam
bentuk tembang (kidung) dan gancaran (prosa). Karya-karya sastra pada zaman
ini adalah kitab Pararaton yang berisi tentang riwayat raja-raja Majapahit, kitab
Sundayana berisi tentang Peristiwa Bubat, kitab Surandaka menceritakan
tentang Pemberontakan Sora di Lumajang, kitab Ranggalawe tentang
Pemberontaan Ranggalawe dari Tuban, kitab Panji Wijayakrama berisi
tentang riwayat Raden Wijaya, kitab Vsana Jawa menceritakan tentang
penaklukkan Bali oleh Gajah Mada, kitab Usana Bali mengisahkan tentang
kekacauan Bali akibat keganasan Maya Danawa, kitab Pamancangah, kitab
Panggelaran, kitab Calon Arang, dan kitab Korawasrama.
Jenis peninggalan kebudayaan yang lain dari Kerajaan Majapahit adalah
candi. Candi-candi peninggalan Majapahit, antara lain, candi Sumberjati, candi
Sanggapura, candi Panataran, dan candi Pari di dekat Porong. Candi Pari
memiliki keistimewaan, yaitu arsitekturnya memperlihatkan adanya langgam
bangunan dari Campa.
Kehidupan Agama
Terdapat tiga aliran yang hidup berdampingan di kerajaan majapahit, yaitu agama
Siwa, Wisnu dan Buddha Mahayana. Segala Upacara keagamaan berjalan secara
berdampingan. Di kalangan atas, di kalangan para ahli pikir terdapat proses
sinkretisme yang membuat Siwa dan Buddha sama nilainya. Sewaktu hidup raja
dipandang sebagai titisan Wisnu, tetapi setelah wafat raja dimakamkan sebagai Siwa.
Ada beberapa pendapat yang menguatkan bahwa Siwa dan Buddha hidup
berdampingan dalam masyarakat Majapahit, antara lain:
a.       Pendapat Krom (1923) bahwa sinkretisme Siwa dan Buddha tampak dalam
kesenian dengan bukti di Candi Jawi terdapat arca Siwa dan arca Aksobhya yang terjadi
akibat pengaruh ajaran Tantrayana terhadap kedua agama.
b.      Pendapat Rassers (1926) bahwa pertautan agama Hindu dan Buddha di Jawa
Timur merupakan aspek dari satu agama yang tunggal yang berpangkal pada
kepercayaan Jawa purba.
c.       Pendapat Goda (1970) bahwa penyamaan dewa-dewa agama Siwa dan Buddha
tidak hanya terjadi di Jawa tetapi juga di Kamboja, Nepal, dan India sendiri. Maka
kebudayaan asli bukan satu-satunya penyebab terjadinya koalisi agama Siwa dan
Buddha.
 
Masa Kejayaan Majapahit
Pada tahun 1336 Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi mengangkat Gajah Mada sebagai
Patih Majapahit. Di saat pengangkatan inilah Patih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa
yang termashur itu. pada sumpah itu dia berjanji akan mendirikan sebuah kemaharajaan dengan
menyatukan Nusantara. Dan memang terbukti semasa pemerintahan Tribhuwana
Wijayatunggadewi bersama Pajtih Gajah Mada, Majapahit tumbuh berkembang menjadi
kerajaan yang sangat besar.

Kemudian kekuasaan sang ratu diteruskan oleh putranya yaitu Hayam Wuruk yang juga
disebut Rajasanegara di tahun 1350 – 1389. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah
Mada inilah Majapahit mencapai puncak kejayaan dan memiliki wilayah kekuasaan di hamper
seluruh wilayah Nusantara sampai ke semenanjung Malaya. Dan bahkan jangkauan ekspedisi
armada laut Majapahit mencapai Laut Cina Selatan.

Walaupun secara akurat tidak ada bukti sejarah yang cukup banyak mengenai kekuasaan
Majapahit, namun beberapa data dari beberapa sumber seperti Kitab Negarakertagama dan
Kitab Pararaton ditambah dengan beberapa prasasti ternyata mengalami kecocokan dengan
catatan-catatan dari negeri Tiongkok.
Runtuhnya Majapahit
• Faktor-faktor runtuhnya kerjaan majapahit:
• 1. Faktor politik
Setelah gajah mada meninggal, banyak daerah cina yang tak membayar pajakdan
meninggalkan kerajaan majapahit.
• 2. Faktor perselisihan
karena terjadinya perang saudara dan pemberontakan besaroleh seorang bangsawan pada
tahun 1468.
• 3. Faktor ekonomi
pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15 mulai berdirinya kerajaan-kerajaan islam yang
menyebabkan pengikut majapahit berpindah ke kerajaan islam.
Peninggalan Majapahit
1. Candi
Candi penataran(diBlitar), Candi Tegalwangi dan Candi
Tikus (diTrowulan)
2. Sastra
-Kitab Negarakertagama
-Kitab Sutasoma
-Kitab Arjunawiwaha
-Kitab Kunjarakarna
-Kitab Parhayajna

Anda mungkin juga menyukai