PENDAHULUAN
Polimer adalah suatu molekul raksasa yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil
yang terikat melalui ikatan kimia (Andriyanti 2012). Polimer juga didefinisikan sebagai suatu
senyawa yang terdiri atas pengulangan unit kecil atau sederhana yang terikat dengan ikatan
kovalen. Polimer pada umumnya diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, antara lain
berdasar jenis monomernya, asal, sifat termal, dan reaksi pembentukannya (Sampurno 2006).
Berdasarkan reaksi pembentukannya, reaksi polimerisasi dibedakan menjadi dua, yaitu
polimerisasi kondensasi dan polimerisasi adisi. Polimer adisi memiliki atom yang sama seperti
monomer dalam unit ulangnya, sedangkan polimer kondensasi mengandung atom-atom yang lebih
sedikit karena terbentuknya produk sampingan selama berlangsungnya proses polimerisasi (Qian
1991).
Polimer adisi adalah polimer yang terbentuk dari reaksi polimerisasi yang disertai dengan
pemutusan ikatan rangkap dan diikuti oleh adisi dari monomernya yang membentuk ikatan
tunggal. Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang sama atau
monomer yang berbeda dan disertai dengan terbentuknya molekul kecil, seperti H O, NH 3 atau
HCl (Azizah 004). Polistirena merupakan contoh polimer yang terbentuk dari polimerisasi adisi
(Malcolm 001). Viskositas merupakan ukuran yang menyatakan kekentalan suatu larutan polimer.
Perbandingan antara viskositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut murni dapat dipakai
untuk menentukan massa molekul nisbi polimer. Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat,
lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya lebih sederhana. Prinsip kerja Viskometer
Ostwald adalah dengan mengukur waktu yang diperlukan pelarut atau larutan polimer untuk
mengalir diantara 2 tanda x dan y. Penentuan bobot molekul yang dihasilkan menggunakan
viskometer dihitung menggunakan persamaan Mark Houwink dengan membuat grafik hubungan
antara konsentrasi polimer dengan ηred sehingga diperoleh persamaan garis y=a+bx. Dari
persamaan garis tersebut diperoleh nilai viskositas instinsik dari nilai intersepnya yang dapat
digunakan untuk menentukan bobot molekul dari suatu polimer.Tujuan praktikum ini adalah untuk
menentuka Mv dan dimensi polimer secara viskosimeter.
METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah stirofoam (polistirena), toluene, methanol, dan aseton. Alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah neraca analitik, viscometer oswaltd, labu ukur, gelas ukur, beker
gelas, stopwatch, thermometer, batang pengaduk, dan pipet tetes.
Prosedur Percobaan
Sebanyak 1 gram polistirena ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu ukur berukuran 100 Ml,
dan dilarutkan sedikit demi sedikit dengan toluena kemudian disaring bila diperlukan. Sebanyak 15 Ml
pelarut murni toluena dimasukkan kedalam viscometer dan diukur waktu alirnya berkali kali sampai
diperoleh nilai yang konstan. Pengukuran dilakukan sebanyak 4 sampai 5 kali. Viscometer yang baru
dipakai dibilas dengan larutan yang akan diukur waktu alirnya. Cuci dan keringkan viskosieter setiap kali
selesai melakukan pengukuran untuk mendapatkan pengerjaan yang teliti. Larutan yang diukur waktu
alirnya adalah larutan induk dengan konsentrasi polimer 2C, larutan dengan konsentrasi 3C/4, larutan
dengan konsentrasi C/2, larutan dengan konsentrasi C/4, larutan dengan konsentrasi 3C/8. Masukkan 15
mL larutan kedalam viskosimeter untuk setiap pengukuran dan pengukuran dimulai dari larutan yang
paling encer.
Pengukuran dalam pelarut teta dilakukan dengan dua tahap yaitu pengukuran komposisi pelarut
teta dan pembuatan larutan induk dalam pelarut teta dan pengukuran waktu alirnya. Pengukuran
komposisi pelarut teta dilakukan dengan cara memasukkan 10 Ml larutan induk polistiren dalam labu
Erlenmeyer. Methanol ditambahkan sedikit demi sedikit dengan menggunakan pipet tetes ke dalam
larutan induk sambil diaduk-aduk dan sampai larutan berubah warna menjadi keruh. Catat volume
methanol yang digunakan lalu gunakan untuk membuat lrutan induk dalam pelarut teta. Pembuatan
larutan induk dalam pelarut teta dan pengukura waktu alirnya dilakukan dengan melarutkan 1 gram
polistirena ke dalam toluena yang volumenya sedikit lebih kecil dari volume toluena yang terdapat di
dalam 100 Ml pelarut teta. Tambahkan pelarut methanol sebanyak volume yang ada dalam 100 ml pelarut
teta ketika sudah melarut sempurna. Tambahkan toluena sampai batas labu ukur dan larutan harus tetap
jernih . dibuat pelarut teta sebanyak 50 Ml. Waktu alir pelarut teta murni diukur dan kelima jenis larutan
pada konsentrasi yang berbeda – beda.
η𝑠𝑝 0.002
η𝑟𝑒𝑑 = = = 0.005
𝐶 0.375
1.2
0.8
ηred
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
[polistirena]
𝑀1/2
[𝜂] = 𝛷 𝛼 3 𝛽 3
𝑀𝑜 3/2
[𝜂] 𝑀𝑜 3/2
3
𝛽 = √
𝛷 𝛼 3 𝑀1/2
3 0.0975 × 52.0753/2
= √
2.86 × 1023 × 13 × 19.051/2
= 3.08 × 10−8
𝑀
𝑟𝑜 = 𝛽 2
𝑀𝑜
19.05
= (3.08 × 10−8 )2 ×
52.075
= 3.47 × 10−16
𝑟 2 = α2 𝑟𝑜 2
= 12 × (3.47 × 10−14 )2
= 1.20 × 10−31
𝑀 𝑆 2 = 𝛼 2 𝑆𝑜 2
𝑆𝑜 = 𝛼 2 (−𝛽)2
6𝑀𝑜
= 12 × (5.78 × 10−17 )2
2 −8 ))2 19.05
= 1 × (−(3.08 × 10
6×52.075 = 3.34 × 10−33
= 5.78 × 10−17
ηsp 0.076
ηred = = = 0.304
𝐶 0.250
0.25
0.2
0.15
ηred
0.05
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
[polistirena]
𝑀1/2
[𝜂] = 𝛷 𝛼 3 𝛽 3
𝑀𝑜 3/2
[𝜂] 𝑀𝑜 3/2
3
𝛽 = √
𝛷 𝛼 3 𝑀1/2
3 0.3125 × 52.0753/2
= √
2.86 × 1023 × 13 × 97.721/2
= 3.46 × 10−8
𝑀
𝑟𝑜 = 𝛽 2
𝑀𝑜
97.72
= (3.46 × 10−8 )2
52.075
= 2.25 × 10−16
𝑟 2 = α2 𝑟𝑜 2
= 12 × (2.25 × 10−16 )2
= 5.06 × 10−30
𝑀
𝑆𝑜 = 𝛼 2 (−𝛽)2 𝑆 2 = 𝛼 2 𝑆𝑜 2
6𝑀𝑜
= 12 × (3.74 × 10−16 )2
97.72
= 12 (−3.46 × 10−8 )2
6 × 52.075 = 1.40 × 10−31
= 3.74 × 10−16
Polistirena dengan pelarut toluena didapatkan jarak kedua ujung rantai polimer (ro) sebesar
3.47 × 10−16 𝑚 dan jarak jari-jari polimernya (so) sebesar 5.78 × 10−17 𝑚. Pelarut yang baik adalah
pelarut yang dapat berinteraksi dengan polimer akibat terbukanya rantai makromolekul polimer
tersebut. Pada pelarut Φ ada metanol yang menyebabkan pelarut sulit berinteraksi dengan rantai
polimernya sehingga polimer tersebut tetap mempertahankan rantai makromolekulnya, dengan
jarak kedua ujung rantai polimer (ro) sebesar 2.25 × 10−16 𝑚 dan jarak jari-jari polimernya (so)
sebesar 3.74 × 10−16 𝑚.
SIMPULAN
Bobot molekul nisbi (Mv) dari polistirena yang dilarutkan dengan toluena memiliki bobot
molekul lebih besar dibandingkan dengan polistirena yang dilarutkan dengan pelarut teta (Φ).
Dimensi polimer dari polistirena memiliki jarak kedua ujung rantai sebesar 3.47 × 10−16 𝑚
dengan jarak jari-jari polimernya sebesar 2.25 × 10−16 𝑚.
DAFTAR PUSTAKA
Davis FJ. 2004. Polymer Chemistry. New York: Oxford University.
Habibah R, Yunus D, Muis Y. 2013. Penentuan berat molekul dan derajat polimerisasi α–
selulosa yang berasal dari alang-alang (Imperata cylindrica) dengan metode
viskositas. Jurnal Saintis Kimia. Vol 1(2) : 1-6.
Hosier, Alamo R, Lin J. 2004. Lamellar morphology of random metallocene propylene
copolymers studied by atomic force microscopy. Journal of Polymer. Vol 45(1) :
3441-3445.
Malcolm S. 2001. Kimia Polimer. Terjemahan Iis Sopyan. Jakarta : Pradnya Paramita.
Qian JW, Rudin A. 1991. Melt spinning of shear modified plasticized polistirena. Journal
of Applied Polymer Science. Vol 42(1) : 973-977.
Rochima E. 2007. Karakterisasi kitin dan kitosan asal limbah rajungan cirebon Jawa Barat.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Vol 10 (1): 1-13.
Sutiah, Firdaus S, Budi WS. 2008. Studi kualitas minyak goreng dengan parameter
viskositas dan indeks bias. Jurnal Berkala Fisika. Vol 11(2) : 53-58.