Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM Nama : Dewi Nur Wulandari

KIMIA POLIMER NIM : G44170107


Kelompok :A
Hari/tanggal : Rabu, 4 September 2019
Waktu : 13.00-16.00 WIB
Asisten :
PJP : Dr. Tetty Kemala, MSi

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOSIMETER

PENDAHULUAN
Polimer adalah suatu molekul raksasa yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil
yang terikat melalui ikatan kimia (Andriyanti 2012). Polimer juga didefinisikan sebagai suatu
senyawa yang terdiri atas pengulangan unit kecil atau sederhana yang terikat dengan ikatan
kovalen. Polimer pada umumnya diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, antara lain
berdasar jenis monomernya, asal, sifat termal, dan reaksi pembentukannya (Sampurno 2006).
Berdasarkan reaksi pembentukannya, reaksi polimerisasi dibedakan menjadi dua, yaitu
polimerisasi kondensasi dan polimerisasi adisi. Polimer adisi memiliki atom yang sama seperti
monomer dalam unit ulangnya, sedangkan polimer kondensasi mengandung atom-atom yang lebih
sedikit karena terbentuknya produk sampingan selama berlangsungnya proses polimerisasi (Qian
1991).
Polimer adisi adalah polimer yang terbentuk dari reaksi polimerisasi yang disertai dengan
pemutusan ikatan rangkap dan diikuti oleh adisi dari monomernya yang membentuk ikatan
tunggal. Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang sama atau
monomer yang berbeda dan disertai dengan terbentuknya molekul kecil, seperti H O, NH 3 atau
HCl (Azizah 004). Polistirena merupakan contoh polimer yang terbentuk dari polimerisasi adisi
(Malcolm 001). Viskositas merupakan ukuran yang menyatakan kekentalan suatu larutan polimer.
Perbandingan antara viskositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut murni dapat dipakai
untuk menentukan massa molekul nisbi polimer. Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat,
lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya lebih sederhana. Prinsip kerja Viskometer
Ostwald adalah dengan mengukur waktu yang diperlukan pelarut atau larutan polimer untuk
mengalir diantara 2 tanda x dan y. Penentuan bobot molekul yang dihasilkan menggunakan
viskometer dihitung menggunakan persamaan Mark Houwink dengan membuat grafik hubungan
antara konsentrasi polimer dengan ηred sehingga diperoleh persamaan garis y=a+bx. Dari
persamaan garis tersebut diperoleh nilai viskositas instinsik dari nilai intersepnya yang dapat
digunakan untuk menentukan bobot molekul dari suatu polimer.Tujuan praktikum ini adalah untuk
menentuka Mv dan dimensi polimer secara viskosimeter.
METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah stirofoam (polistirena), toluene, methanol, dan aseton. Alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah neraca analitik, viscometer oswaltd, labu ukur, gelas ukur, beker
gelas, stopwatch, thermometer, batang pengaduk, dan pipet tetes.

Prosedur Percobaan
Sebanyak 1 gram polistirena ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu ukur berukuran 100 Ml,
dan dilarutkan sedikit demi sedikit dengan toluena kemudian disaring bila diperlukan. Sebanyak 15 Ml
pelarut murni toluena dimasukkan kedalam viscometer dan diukur waktu alirnya berkali kali sampai
diperoleh nilai yang konstan. Pengukuran dilakukan sebanyak 4 sampai 5 kali. Viscometer yang baru
dipakai dibilas dengan larutan yang akan diukur waktu alirnya. Cuci dan keringkan viskosieter setiap kali
selesai melakukan pengukuran untuk mendapatkan pengerjaan yang teliti. Larutan yang diukur waktu
alirnya adalah larutan induk dengan konsentrasi polimer 2C, larutan dengan konsentrasi 3C/4, larutan
dengan konsentrasi C/2, larutan dengan konsentrasi C/4, larutan dengan konsentrasi 3C/8. Masukkan 15
mL larutan kedalam viskosimeter untuk setiap pengukuran dan pengukuran dimulai dari larutan yang
paling encer.

Pengukuran dalam pelarut teta dilakukan dengan dua tahap yaitu pengukuran komposisi pelarut
teta dan pembuatan larutan induk dalam pelarut teta dan pengukuran waktu alirnya. Pengukuran
komposisi pelarut teta dilakukan dengan cara memasukkan 10 Ml larutan induk polistiren dalam labu
Erlenmeyer. Methanol ditambahkan sedikit demi sedikit dengan menggunakan pipet tetes ke dalam
larutan induk sambil diaduk-aduk dan sampai larutan berubah warna menjadi keruh. Catat volume
methanol yang digunakan lalu gunakan untuk membuat lrutan induk dalam pelarut teta. Pembuatan
larutan induk dalam pelarut teta dan pengukura waktu alirnya dilakukan dengan melarutkan 1 gram
polistirena ke dalam toluena yang volumenya sedikit lebih kecil dari volume toluena yang terdapat di
dalam 100 Ml pelarut teta. Tambahkan pelarut methanol sebanyak volume yang ada dalam 100 ml pelarut
teta ketika sudah melarut sempurna. Tambahkan toluena sampai batas labu ukur dan larutan harus tetap
jernih . dibuat pelarut teta sebanyak 50 Ml. Waktu alir pelarut teta murni diukur dan kelima jenis larutan
pada konsentrasi yang berbeda – beda.

DATA DAN PERHITUNGAN


Tabel 1 Pengukuran waktu alir pelarut toluena
Ulangan Waktu alir (s)
1 0.8400
2 0.8000
3 0.8200
4 0.7800
5 0.8200
̅𝑡 0.8120
Contoh perhitungan:
𝑡𝑖 (0.8400 + 0.8000 + 0.8200 + 0.7800 + 0.8200) 𝑠
𝑡̅ = = = 0.8120 𝑠
5 5

Tabel 2 Pengukuran waktu alir polistirena dalam pelarut toluena


Waktu alir (s) pada [polistirena]
Ulangan
C/4 3C/8 C/2 3C/4 2C
1 0.74 0.81 0.87 0.93 0.98
2 0.73 0.81 0.87 0.93 0.98
3 0.74 0.82 0.87 0.93 0.97
4 0.74 0.82 0.86 0.92 0.96
5 0.75 0.81 0.87 0.92 0.96
𝑡̅ 0.740 0.814 0.868 0.928 0.970
Contoh perhitungan:
𝑡𝑖 (0.74 + 0.73 + 0.74 + 0.74 + 0.75) 𝑠
𝑡̅ = = = 0.740 𝑠
5 5

Tabel 3 Pengukuran massa molekul polistirena dalam pelarut toluena


[Polistirena] waktu alir (s) ηr ηsp ηred
0.2500 0.740 0.911 0.089 0.356
0.3750 0.814 1.002 0002 0.005
0.5000 0.868 1.069 0.069 0.138
0.7500 0.928 1.143 0.143 0.190
2.0000 0.970 1.195 0.195 0.098
Contoh perhitungan:
𝑡 0.814 𝑠
η𝑟 = = = 1.002 η𝑠𝑝 = η𝑟 − 1 = 1.002 − 1 = 0.002
𝑡0 0.812 𝑠

η𝑠𝑝 0.002
η𝑟𝑒𝑑 = = = 0.005
𝐶 0.375
1.2

0.8
ηred

0.6 y = -0.385x + 1.0277


R² = 0.9427

0.4

0.2

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
[polistirena]

Gambar 3 Kurva hubungan [polistirena] dengan ηred dalam pelarut toluena

Persamaan: 𝑦 = 0.0113𝑥 + 0.0975 → η𝑟𝑒𝑑 = [𝜂] + 𝐾 ′ 𝐶 𝜂2


[𝜂] = 𝐾𝑀𝑣 𝑎 → [𝜂] = 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑡, 𝐾 = 12 × 10−3 , 𝑑𝑎𝑛 𝑎 = 0.71
[𝜂]
𝑎 log 𝑀𝑣 = log 𝐾
0.0975
0.71 log 𝑀𝑣 = log → 𝑀𝑣 = 102,82 → 𝑀𝑣 = 19.05 𝑔/𝑚𝑜𝑙
0.012

𝑀1/2
[𝜂] = 𝛷 𝛼 3 𝛽 3
𝑀𝑜 3/2

[𝜂] 𝑀𝑜 3/2
3
𝛽 = √
𝛷 𝛼 3 𝑀1/2

3 0.0975 × 52.0753/2
= √
2.86 × 1023 × 13 × 19.051/2

= 3.08 × 10−8

𝑀
𝑟𝑜 = 𝛽 2
𝑀𝑜
19.05
= (3.08 × 10−8 )2 ×
52.075
= 3.47 × 10−16
𝑟 2 = α2 𝑟𝑜 2
= 12 × (3.47 × 10−14 )2
= 1.20 × 10−31

𝑀 𝑆 2 = 𝛼 2 𝑆𝑜 2
𝑆𝑜 = 𝛼 2 (−𝛽)2
6𝑀𝑜
= 12 × (5.78 × 10−17 )2
2 −8 ))2 19.05
= 1 × (−(3.08 × 10
6×52.075 = 3.34 × 10−33
= 5.78 × 10−17

Tabel 4 Pengukuran waktu alir pelarut Ф


Ulangan Waktu alir (s)
1 0.98
2 1.03
3 1.09
4 0.94
5 0.93
𝑡̅ 0.994
Contoh perhitungan:
𝑡𝑖 (0.98 + 1.03 + 1.09 + 0.94 + 0.93)𝑠
𝑡̅ = = = 0.994 𝑠
5 5

Tabel 5 Pengukuran waktu alir polistirena dalam pelarut Ф


Waktu alir (s) pada [polistirena]
Ulangan
C/4 3C/8 C/2 3C/4 2C
1 0.93 1.02 1.12 1.17 1.28
2 1.11 1.07 1.11 1.29 1.23
3 1.09 1.09 1.11 1.20 1.26
4 1.09 1.10 1.14 1.25 1.32
5 1.13 1.10 1.09 1.20 1.32
Rerata 1.07 1.076 1.114 1.222 1.282
Contoh Perhitungan:
𝑡𝑖 (0.93 + 1.11 + 1.09 + 1.09 + 1.13)𝑠
𝑡̅ = = = 1.070 𝑠
5 5
Tabel 6 Pengukuran massa molekul polistirena dalam pelarut Ф
[Polistirena] waktu alir (s) ηr ηsp ηred
0.2500 1.070 1.076 0.076 0.304
0.3750 1.076 1.082 0.086 0.218
0.5000 1.114 1.121 0.121 0.242
0.7500 1.222 1.229 0.229 0.305
2.0000 1.282 1.289 0.289 0.145
Contoh perhitungan:
𝑡 1.070𝑠
ηr = = = 1.076 ηsp = ηr − 1 = 1.076 − 1 = 0.076
𝑡0 0.994𝑠

ηsp 0.076
ηred = = = 0.304
𝐶 0.250
0.25

0.2

0.15
ηred

0.1 y = -0.0145x + 0.1599


R² = 0.0589

0.05

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
[polistirena]

Gambar 4 Kurva hubungan [polistirena] dengan ηred dalam pelarut Ф

Perhitungan massa molekul:


Persamaan: 𝑦 = −0.0806𝑥 + 0.3125 → 𝜂𝑟𝑒𝑑 = [𝜂] + 𝐾 ′ 𝐶 𝜂2
[𝜂] = 𝐾𝑀𝑣 𝑎 → [𝜂] = 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑡, 𝐾 = 12 × 10−3 , 𝑑𝑎𝑛 𝑎 = 0.71
[𝜂]
𝑎 log 𝑀𝑣 = log
𝐾
0.3125
0.71 log 𝑀𝑣 = log → 𝑀𝑣 = 101,99 → 𝑀𝑣 = 97.72 𝑔/𝑚𝑜𝑙
0.012

𝑀1/2
[𝜂] = 𝛷 𝛼 3 𝛽 3
𝑀𝑜 3/2
[𝜂] 𝑀𝑜 3/2
3
𝛽 = √
𝛷 𝛼 3 𝑀1/2

3 0.3125 × 52.0753/2
= √
2.86 × 1023 × 13 × 97.721/2

= 3.46 × 10−8

𝑀
𝑟𝑜 = 𝛽 2
𝑀𝑜
97.72
= (3.46 × 10−8 )2
52.075
= 2.25 × 10−16

𝑟 2 = α2 𝑟𝑜 2
= 12 × (2.25 × 10−16 )2
= 5.06 × 10−30

𝑀
𝑆𝑜 = 𝛼 2 (−𝛽)2 𝑆 2 = 𝛼 2 𝑆𝑜 2
6𝑀𝑜
= 12 × (3.74 × 10−16 )2
97.72
= 12 (−3.46 × 10−8 )2
6 × 52.075 = 1.40 × 10−31
= 3.74 × 10−16

HASIL DAN PEMBAHASAN


Polistirena adalah polimer yang tersusun dari monomer stirena, sebuah hidrokarbon cair
yang dibuat secara komersial dari minyak bumi. Polistirena dapat meningkatkan kekuatan regang
pada bahan lain yang ditambahkannya. Selain itu, keunggulan lain Polistirena antara lain kuat,
tahan lama, mudah dibentuk, dan murah. Keunggulan ini membuat Polistirena sering digunakan
sebagai bahan plastik, pemaketan cakram kompak, dan banyak objek lainnya (Davis 2004).
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan cairan yang berhubungan erat
dengan hambatan untuk mengalir. Viskositas dalam cairan ditimbulkan oleh gesekan dalam
lapisan-lapisan dalam cairan, sehingga makin besar gesekan yang terjadi maka viskositasnya akan
semakin besar, begitupun sebaliknya. Larutan yang memiliki konsentrasi yang besar, akan
memiliki gesekan antar partikel yang lebih besar juga, sehingga semakin tinggi konsentrasi suatu
larutan akan menaikkan viskositasnya (Sutiah 2008). Viskositas larutan sebanding dengan waktu
alir larutan tersebut karena diasumsikan bahwa massa jenis larutan yang digunakan hampir sama
dengan massa jenis pelarutnya. Dengan waktu alir ini viskositas larutan dapat ditentukan. Laju alir
pada pelarut toluena maupun pada pelarut teta (Φ) terus meningkat seiring dengan pertambahan
konsentrasi larutan tersebut. Viskositas relatif menunjukkan perbandingan antara viskositas
larutan polimer dan viskositas pelarut murninya (Rochima 2007). Dalam Viskositas relatif, larutan
yang memiliki konsentrasi yang lebih besar waktu alirnya akan semakin lama, sehingga memiliki
viskositas relatif yang lebih tinggi juga. Pada tabel 2 dan tabel 6, konsentrasi 2C memilki viskositas
relatif yang lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih encer.
Viskositas spesifik (ηsp) menunjukkan viskositas pelarut akibat adanya suatu zat terlarut tertentu,
yang dihitung berdasarkan perbandingan antara kecepatan aliran suatu larutan dan pelarutnya.
Viskositas reduksi (ηred) merupakan perbandingan antara viskositas spesifik (ηsp) dengan
konsentrasi larutan. Semakin besar nilai ηsp maka nilai ηred akan semakin besar atau semakin besar
konsentrasinya maka nilai ηred akan semakin kecil (Rochima 2007). Gambar 3 menunjukkan grafik
hubungan antara ηred dengan konsentrasi dalam pelarut toluena, dengan persamaan garis 𝑦 =
0.0113𝑥 + 0.0975 dengan R2 = 0,9427. Bobot molekul dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan Mark-Houwink, yaitu [𝜂𝑟𝑒𝑑 ] = 𝐾 𝑀𝑣 𝑎 . Bobot molekul yang didapatkan sebesar
19.05 𝑔/𝑚𝑜𝑙. Pada gambar 4 menunjukkan grafik hubungan antara ηred dengan konsentrasi dalam
pelarut Φ, dengan persamaan garis : 𝑦 = −0.0806𝑥 + 0.3125 dengan R2 = 0,0589. Dengan
menggunakan persamaan yang sama, bobot molekul dapat diperoleh sebesar 97.72 𝑔/𝑚𝑜𝑙.

Polistirena dengan pelarut toluena didapatkan jarak kedua ujung rantai polimer (ro) sebesar
3.47 × 10−16 𝑚 dan jarak jari-jari polimernya (so) sebesar 5.78 × 10−17 𝑚. Pelarut yang baik adalah
pelarut yang dapat berinteraksi dengan polimer akibat terbukanya rantai makromolekul polimer
tersebut. Pada pelarut Φ ada metanol yang menyebabkan pelarut sulit berinteraksi dengan rantai
polimernya sehingga polimer tersebut tetap mempertahankan rantai makromolekulnya, dengan
jarak kedua ujung rantai polimer (ro) sebesar 2.25 × 10−16 𝑚 dan jarak jari-jari polimernya (so)
sebesar 3.74 × 10−16 𝑚.

SIMPULAN
Bobot molekul nisbi (Mv) dari polistirena yang dilarutkan dengan toluena memiliki bobot
molekul lebih besar dibandingkan dengan polistirena yang dilarutkan dengan pelarut teta (Φ).
Dimensi polimer dari polistirena memiliki jarak kedua ujung rantai sebesar 3.47 × 10−16 𝑚
dengan jarak jari-jari polimernya sebesar 2.25 × 10−16 𝑚.

DAFTAR PUSTAKA
Davis FJ. 2004. Polymer Chemistry. New York: Oxford University.
Habibah R, Yunus D, Muis Y. 2013. Penentuan berat molekul dan derajat polimerisasi α–
selulosa yang berasal dari alang-alang (Imperata cylindrica) dengan metode
viskositas. Jurnal Saintis Kimia. Vol 1(2) : 1-6.
Hosier, Alamo R, Lin J. 2004. Lamellar morphology of random metallocene propylene
copolymers studied by atomic force microscopy. Journal of Polymer. Vol 45(1) :
3441-3445.
Malcolm S. 2001. Kimia Polimer. Terjemahan Iis Sopyan. Jakarta : Pradnya Paramita.
Qian JW, Rudin A. 1991. Melt spinning of shear modified plasticized polistirena. Journal
of Applied Polymer Science. Vol 42(1) : 973-977.
Rochima E. 2007. Karakterisasi kitin dan kitosan asal limbah rajungan cirebon Jawa Barat.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Vol 10 (1): 1-13.
Sutiah, Firdaus S, Budi WS. 2008. Studi kualitas minyak goreng dengan parameter
viskositas dan indeks bias. Jurnal Berkala Fisika. Vol 11(2) : 53-58.

Anda mungkin juga menyukai