Anda di halaman 1dari 8

MANUSIA DAN KEADILAN

Dosen Pembimbing:
RANI AINUN MASRUROH, S.Sos .M.Pd.I

Oleh :
1. Feri Dhani Hasri (B91217118)
2. Fatimatus zahro(B91217117)
3. Miatu khabbah (B91217075)
4. M Sultan Hakim (B01217028)

Kelas A2

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN AMPEL
SURABAYA

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim
Segala puji hanya Allah swt.
Yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kami,
sehingga kami bias menyelesaikan makalah yang berjudul Manusia dan Keadilan
ini dengan sebaik-baiknya
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Drs. Syahroni A.Jaswadi,M.Ag
dan kepada Ibu Rani Ainun Masruroh,S.Sos,M.Pd.I selaku asisten dosen mata kuliah
IAD-IBD-ISD.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya , 06 September 2017


Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
Manusia Dan Keadilan ............................................................................................................................ 4
A. Keadilan....................................................................................................................................... 4
1. Makna keadilan ....................................................................................................................... 4
B. Kejujuran dan Kebenaran............................................................................................................ 5
C. Kecurangan ................................................................................................................................. 5
D. Pemulihan Nama Baik ................................................................................................................. 6
E. Pembalasan ................................................................................................................................. 6
F. Kesimpulan.................................................................................................................................. 7
Daftar pustaka......................................................................................................................................... 8

3
Manusia Dan Keadilan

A. Keadilan
Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata adil berarti tidak berat sebelah atau
tidak memihak atau sewenang-wenang, sehingga keadilan mengandung pengertian
sebagai salah suatu hal yang tidak berat sebelah atau tidak memihak atau sewenang-
wenang.
Keadilan pada umumnya sulit diperoleh sehingga kalau terpaksa harus dituntut.
Dalam hal ini, untuk memperoleh keadilan biasanya diperlukan pihak ketiga sebagai
penengah. Dengan harapan, pihak tersebut dapat bertindak adil terhadap pihak-pihak
yang berselisih akan bersikap konfrontatif yang apabila dibiarkan dapat mengarah kepasa
kekerasan. (supartono widyosiswoyo, 1995: III, 105).

1. Makna keadilan
Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk tertinggi yang memiliki gejala-
gejala istimewa yang hanya terdapat pada manusia saja, dan tidak terdapat pada benda
mati ataupun benda hidup seperti pada hewan ataupun pada tumbuh-tumbuhan. Gejala-
gejala istimewa itu bisa kita golongkan menjadi tiga jenis yang disebut akal, rasa dan
kehendak akal. Rasa dan kehendak ini menyatu dalam diri manusia yang terdiri atas
manunggalnya jiwa kecerdasan ataupun kecakapan manusia dalam mengatur hidupnya.
xkebenaran dan kenyataan, berusaha untuk keindahan, kehendak untuk memenuhi hasrat
memperoleh hal-hal yang baik dan kebaikan. Semuanya ini menjadi sumber kemampuan
manusia untuk menciptakan sesuatu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang
bersifat rohaniah maupun jasmaniahnya dan sumber kemampuan inilah yang menjadikan
manusia sebagai pencipta yang kedua sesudah Tuhan. (Drs. Joko Tri Prasetyo, dkk, 1991:
133)

Di dalam mengatur hubungan kodrat manusia ini perlu adanya keserasian,


keseimbangan, kesesuaian ataupun kesamaan dalam tingkah laku baik untuk kepentingan
pribadi(individu) ataupun untuk kepentingan masyarakat. Kemampuan yang demikian itu
menjelma sebagai tingkah laku adil yang kemudian menjadi tujuan umat manusia dalam
mengatur kehidupannya. Oleh sebab itu tingkah laku adil atau keadilan menjadi tumpuan
harapan manusia, semua orang menghendaki keadilan.

Dengan keinsyafan dan kesadaran akan keadilan, kita akan mampu memenuhi
cipta, rasa dan karsa manusia terhadap sesama atau pihak lain sehingga akan membentuk
hati nurani manusia, yang kita sebut cinta kasih.

4
B. Kejujuran dan Kebenaran
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seorang sesuai dengan hati
nuraninya apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan
yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih
hatinya dari perubuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hokum. Untuk itu
dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama
dengan perbuatannya. Karena itu jujur juga berarti menepati janji atau kesanggupan
yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam hati nuraninya
yang berupa kehendak, harapan dan niat.

Kebenaran atau benar dalam arti moral berarti tidak palsu, tidak munafik, yakni
bila perkataannya sesuai degan keyakinan batinnya atau hatinya. Suatu kebenaran sejati,
berlaku bagi setiap orang yang mengetahui. Demikianlah kebenaran dan kejujuran yang
dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi adalah kesadaran moral yang tinggi adalah
kesadaran tentang akan sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap perbuatan
salah atau dosa. Kesadaran moral adalah kesadaran tentang diri sendiri, kesadaran
melihat dirinya sendiri berhadapan dengan pilihan hal yang baik dan buruk, yang halal
maupun yang haram atau yang boleh dan tidak boleh dilakukan meskipun dapat
dilakukan. Kejujuran dan keadilan merupakan landasan untuk keadilan. (Joko Tri
Prasetya, Solo: 1991, 138-139)

C. Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama
pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa yang
diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninhya atau, orang itu memang dari hatinya
sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan
berusaha.

Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin menimbun


kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang hebat, paling
kaya, dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita. Bermacam-macam
sebab orang melakukan kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam
sekitarnya, ada 4 aspek yaitu aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban dan
aspek teknik. Apabila keempat aspek tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya
akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hokum. Akan tetapi, apabila
manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia akan
melakukan berbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah kecurangan. (Tasmuji
dkk, Surabaya: 2017, 207-208).

5
D. Pemulihan Nama Baik
Pemulihan nama baik, berarti mengembalikan nama bai seseorang yang semula
dinilai tidak baik, sehingga pada saat penilaian tersebut ditiadakan atau dicabut,
orang tersebut akan memilki nama baiknya kembali. Dalam hubungannya dalan
keadilan merupakan hal yang adil dan manusiawi, apabila seorang yang pada waktu
dinilai sudah baik berhak memperoleh nama baiknya kembali (Supartono
Widyosiswoyo, Jakarta: 1992, 112).

Seseorang yang ingin mengembalikan itu melalui beberapa proses yaitu harus
memperoleh rehabilitasi, grasi, amnesty, dan abolish. Pada kehidupan selanjutnya
tergantung pada orang itu sendiri, bagaimana dia dapat menyesuaikan dirinya dengan
kehidupan masyarakat. Pengembalian nama baik seseorang tidak hanya cukup secara
yuridis-formal, tetapi juga perlu diikuti dengan situasi yang sifatnya etis-sosial yaitu
bahwa seseorang yang memperoleh nama baik, memperoleh tempat yang layak dan
perlakuan yang sewajarnya

Sebenarnya nama baik merupakan tujuan utama orang hidup, sehingga seseorang
berusaha menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik, yang pada hakikatnya
sesuai dengan kodrat manusisa, yaitu:

a. Manusia menurut sifat dasarnya adalah makhluq moral


b. Adanya aturan-aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk
mewujudkan dirinya sebagai makhluq moral tersebut. (Tasmuji, Surabaya:
2017, 209).

E. Pembalasan
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa
perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku
yang seimbang.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan pemabalasan yang positf atau pun negatif


merupakan produk manusia yang sifatnya tidak abadi karena ketentuan atau hukum
tersebut diubah sesuai dengan kebutuhan manusia pada sewaktu-waktu. Pembalasan biasa
terjadi karena adanya pergaulan, pergaulan yang sahabat mendapat balasan yang
bersahabat, sebaliknya pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang
tidak bersahabat pula.

6
F. Kesimpulan
Keadilan adalah suatu hal yang tidak berat sebelah atau tidak memihak, atau
sewenang-wenang, yang merupakan pengakuan atau perbuatan seimbang antara hak dan
kewajiban.

Kejujuran dan kebeneran berarti apa yang dikatakan seseorang itu sesuai dengan
hati nuraninya apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Dan apabila
keadilan dilakukan dengan kecurangan pasti akan terjadi pembalasan dan harus
melakukan pemulihan nama baik.

7
Daftar pustaka

Prasetya, Joko Tri. ILMU BUDAYA DASAR. Solo: PT RINEKA CIPTA, 1991.
Tasmuji, dkk. IAD-ISD-IBD. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2017.
Widyosiswoyo, Supartono. ILMU BUDAYA DASAR. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai