Anda di halaman 1dari 5

Filsafat Patristik dan Skolastika

(Tertullianus, Augustinus, Thomas Aquinas)

1. Tertullianus
Nama lengkap Tertullianus adalah Quimtus Septimius Florens Tertulianus.
Dialahir, hidup, dan meninggal di Kartago (sekaranag Tunisia). Ia berasal dari
keluarga pagan (kafir: bukan Kristen), namun pada perkembangannya ia menjadi
pembela Kristen yang fanatik. Ia menolak kehadiran filsafat Yunani, karena
Filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Ia berpendapat bahwa wahyu tuhan
sudahlah cukup, dan tidak ada hubungan antara teologi dengan filsafat.
Ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, maka segala yang
dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting, karena apa yang
dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai
kutipan dari kitab suci. Akan tetapi lama kelamaan Tertullianus akhirnya
menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berfikir yang rasional. Alasannya,
bagaimanapun juga berfikir yang rasional diperlukan sekali. Sehingga akhirnya
Tertullianus, melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja dan ia menerima
filsafat dengan cara atau metode berfikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan
tuhan beserta sifat- sifatnya. Pemikiran Tertullianus sebagai berikut :
a. Tri Tunggal
Pada tahun 196 M ketika Tertullianus mengalihkan kemampuan
intelektualnya pada pokok-pokok Kristen, ia mengubah pola pikir dan
kesusasteraan gereja di wilayah Barat hingga digelari "Bapak Teologi
Latin" atau "Bapak Gereja Latin". Ia memperkenalkan istilah "Trinitas".
Menurutnya Trinitas adalah tiga pribadi yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus
yang dapat berbagi satu hakikat (kedaulatan ilahi).
Dalam sebuah wacana mengatakan bahwa Tuhan yang pertama (Bapa)
diibaratkan sebagai seorang raja, kemudian mengirimkan diri(ruh)Nya ke
dalam rahim Maryam. Kemudia tumbuh dan lahir, itulah Tuhan Anak
(disebut Yesus Kristus), Ia pun menjadi wakil si Bapa di bumi (seperti
konsep ke-khalifahan manusia). Sedangkan posisi Roh Kudus mirip seperti
“distributor” perintah. Dari sini, ia menyimpulkan bahwa tidaklah
mungkin ada pertentangan pikiran (rasio: perkataan) antara satu sama lain,
karena ketiganya memang satu.
b. Ruh
Meskipun Tertulianus mempersoalkan "Apa urusan Athena
(filsafat) dengan Yerusalem (gereja)?", namun, filsafat Stoa yang populer
pada masa itu turut mempengaruhinya (pada pembahasan konsep dosa).
Ada yang berkata bahwa ide dosa asal bermula dari Stoisisme, kemudian
diambil alih Tertullianus dan selanjutnya merambat ke Gereja Barat. Ia
berpendapat bahwa roh (jiwa) itu adalah sebentuk benda seperti tubuh
dibentuk ketika pembuahan, maka roh pun demikian. Dosa Adam
diwariskan seperti rangkaian genetik.
c. Derajat dan Kuasa Manusia (termasuk uskup)
Meskipun Tertulianus pernah menekankan ide suksesi para rasul –
pengalihan kuasa dan wibawa para rasul kepada para uskup – (mungkin
salah satu bentuk upaya kristenisasi), namun ia tidak dapat menerima
bahwa para uskup memiliki kuasa mengampuni dosa. Ia berpendapat
bahwa ini akan menjurus pada terpuruknya moral. Sementara itu para
uskup terlampau yakin akan kuasa tersebut. Apakah ini Gereja para orang
kudus yang dikelola mereka sendiri, ataukah sekumpulan orang kudus dan
orang-orang berdosa yang dikelola "kelas" profesional yang dikenal
sebagai rohaniwan? Hal itu digunakan olehnya sebagai penolakan adanya
“kuasa” manusia untuk mengatur yang lain secara mutlak, terlebih dalam
ke-ilahi-an.
2. Augustinus
Augustinus lahir di Tagaste, Aljazair, Afrika Utara, 13 November 354 M.
Pemikirannya sebagai berikut :
a. Dasar Etika
Menurut Agustinus, Allah mengetahui segala hal sebelum manusia
bertindak. Namun, hal itu bukan berarti segala sesuatu telah terjadi
menurut takdirnya. Allah memang berkuasa, namun Allah tetap
memperbolehkan manusia untuk berkehendak. Agustinus menyebutkan
dua buah kehendak, yaitu kehendak bebas Allah dan kehendak bebas
manusia. Perbedaannya, kehendak manusia seringkali digunakan dengan
cara yang salah, seperti melontarkan kata-kata kotor, kelancangan, dan
fitnah.
b. Dua Kota Allah
Agustinus membedakan kota Allah dan kota dunia. Kota Allah
berdasarkan cinta kepada Allah dan berujung pada kekekalan. Kota dunia
berdasarkan kepada cinta diri serta barang-barang yang dapat hancur dan
berujung pada kebinasaan. Menurut Agustinus, cinta yang paling bawah
adalah cinta yang diarahkan kepada barang-barang yang dapat hancur.
Tingkatan selanjutnya adalah cinta kepada diri sendiri dan sesamanya.
Tingkatan yang terluhur adalah cinta kepada Allah. Dalam cinta sejati,
yakni cinta yang diarahkan kepada Allah, manusia menemukan pedoman
bagi tindakannya. Itulah sebabnya, Agustinus berkata, "Dilige et quod vis
fac" (cintailah dan lakukan apa saja yang kamu kehendaki).
c. Damai dan Keadilan
Menurut Agustinus, kedamaian adalah tujuan universal seluruh umat
manusia. Norma moral adalah kedamaian yang dihubungkan dengan
keadilan. Kedamaian yang seperti ini hanya berasal dari Allah. Keadilan
yang terdapat dalam diri manusia bersumber dari Allah.
d. Seksualitas Manusia
Menurut Agustinus, manusia perlu mengendalikan nafsu seksnya.
Agustinus sendiri telah merasakan bagaimana menahan nafsunya, saat ia
memutuskan untuk bertobat. Ia menolak hubungan seksual di luar masa
subur. Menuruti nafsu seksual dianggap sebagai pemberontakan terhadap
Allah.
e. Kekayaan
Menurut Agustinus, kekayaan bukanlah kejahatan. Kekayaan juga
merupakan ciptaan Allah yang baik adanya. Namun, manusia dengan
kehendaknya- menyalahgunakan kekayaan tersebut. Padahal seharusnya
kekayaan itu yang dipergunakan untuk memuliakan Allah.
3. Thomas Aquinas
Thomas Aquinas lahir di Italia dan mencapai karir profesor di universitas
italia. Pokok-pokok filsafatnya yang penting adalah sebagai berikut :
a. Penciptaan
Ajarannya berdasarkan konsep partisipasi (plato dan augustinus). Segala
sesuatu yang di ciptakan mengambil bagian atau berpartisipasi dalam adanya
Allah. Filsafat neo platonic mengemukakan ajaran emanasi yaitu dunia
mengalir dari Allah sebagaimana air mengalir dari sumbernya. Bagi Thomas,
bukan emanasi tetapi dari eksnigilo (exnihilo), artinya:
1) Dunia tercipta bukan dari semacam bahan dasar, tetapi tergantung
dari Allah.
2) Penciptaan tidak terbatas pada satu saat saja. Berarti penciptaan
berjalan terus.
b. Pengenalan akan Allah
Kemampuan rasio manusia sanggup untuk mengenal adanya Allah,
tetapi pengenalan Allah secara langsung, melainkan melalui ciptaan-ciptaan-
Nya. Karena-nya, iya menolak bukti ontologis yang di usulkan Anselmus dalam
bukun Yasumma Theologiae yang mengemukan bahwa lima bukti adanya
Allah (quinqueviae). Bukti pertama menyerupakan bukti yang dikemukakan
aristoteles, yang berpangkal pada adanya gerak atau perubahan, dalam dunia
jasmani. Setiap gerak pasti punya sebab, tetapi dengan mencari sebab kita tidak
dapat terus sampai kepada tidak terhingga. Karena itu, kita harus menerima
penyebab pertama atau suatu penggerak yang di gerakkan. Penyebab pertama
atau penggerak itu adalah Allah.
c. Hilemorfisme
1) menyempurnakan ajaran Aristoteles mengenai”materi dan bentuk”.
Hilemorfisme juga berarti individuasi, artinya suatu benda adalah
individual, yang dimungkinkan oleh materi misalnya bunga melati ini,
bunga melati itu.
2) Struktur “essentia-exintentia” (essential = essensi = hakikat, existential =
ekstensi = beradanya) yang terdapat pada segala sesuatu. Malaikat-malaikat
tidak punya struktur “materi bentuk” (karena bukan makhluk jasmani),
tetapi punya struktur essensi –eksistensi (karena diciptakan). Allah tidak
punya struktur “essensi-eksistensi” , dan tunggal, bukan majemuk (esse
subsistems).
d. Manusia
Aquinas juga menyempurnakan ajaran aristoteles dengan menekankan
kesatuan manusia. Manusia suatu subtansi saja. Jiwa adalah yang menjiwai
materi atau badan, yang melakuakan aktivitas melebihi yang badani saja
(berfikir, berkehendak sebagai aktivitas roh). Setelah manusia mati jiwa hidup
terus. Ini berlawanan dengan aristoteles. Ini cocok dengan ajaran kristiani
mengenai kebangkitan badan.

Daftar Pustaka

http://2beahumanbeing.blogspot.com/2012/06/filsafat-zaman-patristik.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemikiran_etis_Agustinus

Burhanudin Salam. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai