Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan Allah SWT untuk
menerima wahyu berupa kitab suci Al-Qur’an, yang berfungsi sebagai
pedoman serta petunjuk bagi seluruh umat manusia dan alam semesta.
Kita tentu tahu bahwa kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW terdiri dari 30 juz dan 114 surah yang surah-surah
tersebut terdiri dari surah Makiyyah dan Madaniyyah.
Surah makiyyah dan madaniyyah pasti lah ada perbedaan-
perbedaan antara ke duanya. Untuk itu kita perlu mempelajari apa
pengertian makiyyah dan madaniyyah serta apa saja perbedaan antara
makiyyah dan madaniyyah agar kita menjadi paham dan mengerti mana
surat yang tergolong kedalam ayat makiyyah atau tergolong ke dalam surat
madaniyyah. Sehingga kita akan menjadi lebih khusyuk dalam membaca
dan mengamalkan isi kitab suci Al-Qur’an, serta semoga kita menjadi
hamba Allah SWT yang senantiasa berada dalam lindungan, inayah, dan
syafa’at-Nya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian makiyyah dan madaniyyah ?
2. Bagaimana klasifikasi ayat/surat makiyyah dan madaniyyah ?
3. Apa ciri-ciri makiyyah dan madaniyyah ?
4. Bagaimana bentuk menentukan ayat-ayat makiyyah dan madaniyyah ?
5. Apa kegunaan makiyyah dan madaniyyah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian makiyyah dan madaniyyah.
2. Untuk mengetahui klasifikasi ayat/surat makiyyah dan madaniyyah.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri makiyyah dan madaniyyah.

1
4. Untuk mengetahui bentuk menentukan ayat-ayat makiyyah dan
madaniyyah.
5. Untuk mengetahui kegunaan makiyyah dan madaniyyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makiyyah dan Madaniyyah


Ada empat hal yang perlu dicermati dalam pemaknaan Makiyyah
dan Madaniyyah, yaitu masalah ruang, waktu, subjek, dan konten. Karena,
atas empat dasar itulah batasan pengertian tentang Makiyyah dan
Madaniyyah dijadikan sebagai rujukan dan acuan oleh para ulama’.1
1. Pengertian Mengacu Kepada Ruang atau Tempat Diturunkannya
Pengertian Makiyyah jika mengacu kepada ruang adalah surah-
surah atau ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad s.a.w. ketika berada di Makkah atau sekitarnya, baik
sebelum beliau hijrah ke Madinah atau sesudahnya, yaitu 12 tahun 5
bulan 13 hari. Yakni dari 17 Ramadhan tahun 41 dari Milad hingga
awal Rabi’ul awwal tahun 54 dari Milad Nabi.2 Termasuk ke dalam
kategori ini adalah ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi sedang
berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah, dan sebagainya.
Sedangkan Madaniyyah ialah surah-surah atau ayat-ayat yang
diturunkan di Madinah dan daerah sekitarnya, yaitu selama 9 tahun 9
bulan 9 hari, dari permulaan Rabi’ul Awal tahun 54 dari Milad Nabi ,
hingga 9 Dzulhijjah tahun 63 dari Milad Nabi, atau tahun 10 Hijriah3.
Termasuk dalam kelompok ayat ini adalah ayat-ayat yang diturunkan
pada saat Nabi berada berada di Badar, Uhud, dan lain-lain.
Kelebihan dari teori ini adalah rumusannya yang jelas dan tegas,
sedangkan kelemahannya rumusan yang ditampilkan tidak dapat
sepenuhnya dijadikan patokan, sebab belum mencakup keseluruhan
ayat-ayat Al-Qur’an.

1
Usman, 2009, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras), Cet. I, h.193
2
https://zenyqq.wordpress.com/2012/12/28/makiyah-dan-madaniyah/di akses pada
tanggal 12 Desember 2016 pukul 20:32:17
3
https://zenyqq.wordpress.com/2012/12/28/makiyah-dan-madaniyah/di akses pada
tanggal 12 Desember 2016 pukul 20:32:19

3
2. Pengertian Mengacu Kepada Periode Waktu Diturunkannya
Makiyyah adalah surah-surah atau ayat-ayat al-Qur’an yang
diturunkan sebelum Nabi s.a.w. berhijrah dari Makkah ke Madinah
meski ayat-ayat itu diturunkan di luar kota Makkah. Sedangkan
Madaniyyah adalah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan setelah Nabi
s.a.w. berhijrah ke Madinah meski turunnya di Makkah atau daerah-
daerah lainnya.
Keunggulan dari teori ini adalah mencakup keseluruhan ayat-ayat
Al-Qur’an, sehingga tidak ada satu ayat pun yang dieksepsikan dari
batasan tersebut.
3. Pengertian Mengacu Kepada Subjek dari Surah atau Ayat Yang
Diturunkan
Makiyyah adalah surah-surah atau ayat-ayat yang ditujukan kepada
penduduk Makkah. Ayat-ayat itu umumnya dimulai dengan lafal:
“Yaa ayyuhannaas”, “Yaa ayyuhaalkaafiruun”, “Yaa banii aadam”.
Diawalinya ayat-ayat makkiyah dengan lafal tersebut karena
kebanyakan dari penduduk Makkah saat itu terdiri dari orang-orang
kafir dan musyrik, meski penduduk lain yang kafir yang kafir dan
musyrik juga termasuk didalamnya. Sedangkan Madaniyyah ialah
ayat-ayat al-Qur’an yang ditujukan kepada penduduk Madinah. Ayat-
ayat tersebut biasanya diawali dengan lafal: “Yaa ayyuha al-ladziina
aamanuu”. Diawali dengan lafal itu karena mayoritas penduduk
Madinah saat itu adalah dari orang-orang yang beriman, meskipun
penduduk lainnya ikut terpanggil dalam ayat tersebut.
Kelemahan dari teori ini yang pertama pengertiannya tidak
mencakup seluruh ayat Al-Qur’an dan yang kedua batasan pengertian
dan kriteria yang dikemukakan di atas tidak dapat berlaku secara
menyeluruh. Namun demikian ada kelebihan dari teori tersebut yaitu
mudah dimengerti salah satu dari sekian banyak ciri surah Makiyyah
ataupun Madaniyyah.

4
4. Pengertian Menngacu Kepada Konten atau Informasi yang Terdapat di
Dalam Ayat Yang Diturunkan
Makkiyah adalah surah-surah atau ayat-ayat al-Qur’an yang
menampilkan cerita-cerita mengenai para Nabi dan umat-umat
terdahulu, baik menyangkut kejayaan maupun kehancuran (khususnya
bagi umat-umat itu). Sedangkan Madaniyyah adalah surah-surah atau
ayat-ayat yang memuat mengenai berbagai ketentuan seperti hudud,
faraidl dan sebagainya.
Keunggulan dari rumusan pengertian diatas yaitu kriterianya cukup
jelas, sehingga mudah dipahami. Sedangkan kelemahannya adalah
batasan pengertiannya kurang praktis, sebab seseorang yang hendak
menentukam salah satu dari dua kategori di atas harus terlebih dahulu
mencermati kandungan masing-masing ayat yang terdapat di
dalamnya.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari batasan-batasan
pengertian yang telah dikemukakan di atas yang pasti bahwa masing-
masing batasan pengertian tersebut telah memberikan sumbangan dan
pengetahuan yang sangat berarti bagi pengkajian lebih jauh terhadap
isi kitab suci Al-Qur’an yang selama ini menjadi pusat perhatian kaum
muslimin.

B. Klasifikasi Ayat atau Surat Makiyyah dan Madaniyyah


Sebagian ulama’ ada yang berpendapat bahwa jumlah surah
Makiyyah adalah 94 surah, sedangkan surah Madaniyyah berjumlah 20
surah. Sebagiannya lagi ada yang mengatakan, jumlah surah Makiyyah
sebanyak 84 surah dan Madaniyyah adalah 30 surah.
Menurut ‘Abdullah Syihhatah, surah-surah Al-Qur’an yang
disepakati para ulama’ sebagai Makiyyah adalah 82 surah, sedangkan yang
disepakati Madaniyyah sebanyak 20 surah. Selebihnya 12 surah masih

5
diperbincangkan mengenai status ke-Makiyyah-annya atau ke-
Madaniyyah-annya.4
Al-Khudhary dalam kitab Tarikh Taysri’ menetapkan bahwa
jumlah surah Al-Qur’an yang turun di Makkah berjumlah 91 dan yang
turun di Madinah berjumlah 28.5
Apabila kita periksa dalam mushaf dan kita perhatikan keterangan-
keterangan yang terdapat di permulaan tiap-tiap surat, nyata bahwa surah
Makiyyah berjumlah 86 sedangkan surah Madaniyyah berjumlah 28.
Perbedaan-perbedaan yang disebutkan diatas disebabkan oleh
adanya sebagian dari surah-surah itu seluruh ayat-ayatnya adalah
Makiyyah dan Madaniyyah, dan terdapat beberapa surah lainnya yang
digolongkan kedalam surah Makiyyah atau Madaniyyah tetapi didalamnya
ditemukan beberapa ayat yang statusnya berbeda. Atas dasar itulah, maka
surah-surah dalam Al-Qur’an dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:6
1. Surah-surah yang keseluruhan ayat-ayatnya Makiyyah, tidak terdapat
didalamnya satupun dari ayat Madaniyyah. Surah-surah yang termasuk
kategori ini berjumlah 58 surah. Surah-surah yang dimaksud
diantaranya adalah; surah Al-Fatihah (1), Yunus (10), Ar-Rad(13), Al-
Anbiya (21), Al-Mukminun (23), An-Naml(27), Shad (38), Fathir(35),
dan surah-surah dalam juz ‘amma (juz 30) mulai dari surah An-Naba’
(78) sampai dengan surah An-Nas (114).
2. Surah-surah yang keseluruhan ayat-ayatnya Madaniyyah, yang tidak
terdapat di dalamnya ayat-ayat Makiyyah. Surah yang berstatus
Madaniyyah ini adalah sebanyak 18 surah. Surah-surah yang dimaksud
diantaranya adalah; Ali ‘Imran (3), An-Nisa (4), An-Nur (24), Al-
Ahzab (33), Al-Hujurat (49), Al-Mumtahanah (60), dan Al-Munafiqun
(63).

4
Usman, 2009, Ulumul Qur’an, h. 199
5
Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, 2009, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir, (Semarang: Pustaka Rizki Putra), h. 44
6
Usman, 2009, Ulumul Qur’an, h. 199

6
3. Surah-surah Makiyyah tetapi di dalamnya terdapat ayat Madaniyyah
yaitu surah-surah yang sebagian besar ayat-ayatnya adalah Makiyyah,
sehingga berstatus sebagai surah Makiyyah namun didalamnya dapat
dijumpai satu atau dua ayat yang dinisbatkan kepada Madaniyyah.
Surah yang termasuk dalam kategori ini lebih kurang berjumlah 32
surah diantaranya; surah Al-An’am (6), Al-A’raf (7), Hud (11), Yusuf
(12), Ibrahim (14), Al-Furqan (25), Az-Zumar (39), As-Syura (42), dan
Al-Waqi’ah (56).
4. Surah-surah Madaniyyah yang di dalamnya ada ayat Makiyyah, yaitu
surah-surah yang kebanyakan ayat-ayatnya berstatus Madaniyyah
tetapi di dalamnya terdapat satu atau dua ayat yang dinisbatkan kepada
Makiyyah. Yang dimasukkan dalam kategori ini ada 6 surah yaitu:
surah Al-Baqarah (2), Al-Maidah (5), Al-Anfal (8), At-Taubah (9) Al-
Hajj (22) dan surah Muhammad (47).
Terkait dengan klasifikasi ayat-ayat dan surah-surah Al-Qur’an itu,
dapat dikemukakan dasar-dasar dilakukannya pengklasifikasian
tersebut, sehingga tampak sebagaimana dijelaskan di atas. Dasar-dasar
yang dimaksud adalah dapat disimak dalam dua hal sebagai berikut
yaitu :
1. Dasar Mayoritas, yaitu suatu surah apabila kebanyakan ayatnya
adalah Makiyyah, maka dikategorikan sebagai surah Makiyyah.
Sebaliknya, apabila kebanyakan dari surah itu ayat-ayatnya adalah
Madaniyyah, maka surah tersebut dikategorikan surah Madaniyyah.
2. Dasar Kontinuitas, yaitu pada permulaan suatu surah diawali
dengan ayat-ayat Makiyyah yang menampilkan cerita-cerita
mengenai para Nabi dan umat-umatnya, maka surah yang demikian
dikategorikan sebgai surah Makiyyah. Begitu pula sebaliknya, bila
awal dari suatu surah menampilkan masalah hukum, maka ia
disebut sebagai surah Madaniyyah.

7
C. Ciri-ciri Umum Makiyyah dan Madaniyyah
1. Ciri-ciri Umum Surah Makiyyah
a. Ayat-ayat dan surah-surahnya pendek-pendek dan dinamai dengan
ayat-ayat Qishar.
b. Nada kata-katanya keras dan bersajak.
Contohnya yaitu pada suruh Al-Muddatstsir dan surat Al-Qamar.
c. Kuatnya pilihan diksi.
d. Isinya mengajak untuk mengimani Allah dan hari kemudian,
mengajak orang berbudi luhur dan selalu loyal dalam kebaikan.
e. Mengkritik orang-orang musyrik dan membeberkan kekeliruan-
kekeliruan mereka.
f. Di dalamnya banyak dijumpai sumpah Allah dan keterangan
tentang surga maupun neraka.7
2. Ciri-ciri Umum Surah Madaniyyah
a. Kebanyakan dari surah dan ayatnya panjang-panjang yang dinamai
dengan Thiwal.
b. Gaya bahasa dan penjelasan-penjelasan hukum-hukumnya bernada
datar.
c. Argumentasi-argumentasi dan dalil-dalil tentang hakikat dan
kebenaran agama islam bersifat rinci.8
D. Ciri-ciri Khusus Makiyyah dan Madaniyyah
1. Ciri-ciri Khusus Surah Makiyyah
a. Didalamnya terdapat ayat sajdah.
Terdapat 14 surat yang didalamnya terdapat ayat sajdah yaitu;
Surat al-A’raf, Ar-Rad, an-Nahl, al-Isra’, Maryam, al-Hajj, al-
Furqan, an-Naml, as-Sajdah, al-Fush-Shilat, an-Najm, al-Insyiqaq,
dan al-Alaq.
b. Didalamnya terdapat lafal kalla.

7
A. Athaillah, 2010, Sejarah al-Qur’an Verifikasi tentang al-Qur’an, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar), Cet. I, h.150
8
A. Athaillah, Sejarah al-Qur’an Verifikasi tentang al-Qur’an, h. 151

8
Lafal kalla disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak 33 kali, di
15 surah yang terletak pada bagian terakhir Al-Qur’an. Hikmah
lafal “Kalla” yang demikian itu untuk menahan dan melarang
orang yang sombong dan keras kepala. Karena yang demikian itu
cocok digunakan untuk berbicara pada kaum musyrikin di Mekah.

c. Didalamnya terdapat kata atau lafal : ‫ياايهاالناس‬ (yaa

ayyuhannaas), dan tidak terdapat ‫ياايهاالذين امنوا‬ (yaa

ayyuhaalladziina aamanuu), kecuali surah An-Nisa dan Al-Hajj.


d. Di dalamnya terdapat cerita tentang iblis dan nabi Adam, para nabi
dan umat-umat terdahulu, kecuali surah Al-Baqarah dan Ali-Imran.
e. Setiap surah yang dibuka dengan huruf-huruf muqaththa’ah seperti
Alif-laam-mim, Haa-mim, dan sebagainya.
f. Setiap surah yang dibuka atau diawali dengan qasam (sumpah).
Surat yang dimulai dengan qasam (sumpah) ada 15 yakni; Surat
ash-Shaffat, az-Zariyat, ath-Thur, an-Najm, al-Mursalat, an-Naziat,
al-Buruj, ath-Thariq, al-Fajr, asy-Syams, al-Lail, adh-Dhuha, at-
Tin, al-Adiyat, al-Ashr.

2. Ciri-ciri Khusus Surah Madaniyyah

a. Setiap surah yang ayatnya memuat lafal ‫( ياايهاالذين امنوا‬yaa


ayyuhalladziina aamanu), dan tidak terdapat lafal ‫( ياايهاالناس‬yaa

ayyuhannaas).
b. Didalamnya terdapat legalisasi jihad atau perang.
c. Surah-surahnya umumnya menyinggung atau memuat mengenai
orang-orang munafik, dalam hal sifat-sifat dan perbuatan-
perbuatan mereka serta cara-cara untuk menyikapinya.
d. Didalamnya terdapat hukum-hukum yang berkenaan dengan
kekeluargaan, keperdataan, kemasyarakatan dan kenegaraan, hak

9
dan kewajiban seseorang, faraidh, serta sanksi-sanksi bagi
pelanggar kejahatan.
Dengan adanya perbedaan karakter atau ciri-ciri antara
surah-surah atau ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah dari segi
lafal, gaya bahasa dan konten serta makna-maknanya, maka dapat
dikatakan bahwa Al-Qur’an sangat memperhatikan keberadaan
subjek yang dilawan bicara. Karena, memang antara penduduk
Makkah dan Madinah memamang terdapat dalam hal sifat ataupun
karakter masing-masing. Keadaan yang seperti itu dimungkinkan
oleh situasi dan kondisi alam dan lingkungan yang berbeda.

E. Menentukan Ayat-Ayat Makiyyah dan Madaniyyah


Untuk menentukan ayat-ayat dan surah-surah Makiyyah atau
Madaniyyah para ulama bersandar kepada dua cara, yaitu9 :
1. Naqli al-Sima’i (Pendekatan Transmisi/Periwayatan)
Cara ini dilakukan melalui periwayatan dari salah seorang sahabat
yang hidup pada saat turunnya wahyu Al-Qur’an dan disaksikannya
ayat Al-Qur’an itu diturunkan. Atau dapat juga periwayatan itu dinukil
dari salah seorang tabi’in (generasi kedua setelah Nabi s.a.w.) yang
telah mendengar dan menerima secara langsung dari sahabat
bagaimana, dimana, dan kapan serta peristiwa apa yang berkaitan
dengan turunnya wahyu itu. Sebagian besar penentuan ayat-ayat atau
surah-surah Makiyyah dan Madaniyyah tersebut didasarkan dengan
cara seperti ini. Keterangan mengenai penentuan seperti itu dipaparkan
secara khusus dan panjang lebar di dalam kitab-kitab tafsir, khususnya
tafsir bi al-ma’tsur dan kitab-kitab yang berbicara mengenai asbab al-
nuzul maupun di dalam pembahasan-pembahasan ilmu-ilmu Al-
Qur’an. Rasulullah s.a.w. sendiri tidak pernah memberi penjelasan
mengenai hal itu, karena dianggap sesuatu yang tidak perlu diketahui,

9
Usman, 2009, Ulumul Qur’an, h. 202

10
kecuali dalam batas-batas yang mengharuskan kita membedakan
antara ayat-ayat yang nasikh dan yang mansukh.
2. Qiyasi-Ijtihadi (Pendekatan Analogi)
Cara ini didasarkan pada hasil pengamatan terhadap ciri-ciri
Makiyyah dan Madaniyyah. Yaitu dengan mendasarkan pada
kekhususan surah Makiyyah dan kekhususan surah Madaniyyah.
Apabila dalam satu suatu surah terdapat ciri-ciri Makiyyah, maka surah
itu dinamakan surah Makiyyah. Sebaliknya apabila Sebaliknya apabila
dalam suatu surah terdapat ciri-ciri Madaniyyah, maka surah itu
dinamakan surah Madaniyyah. Contohnya: apabila ayat itu dimulai
dengan yaa ayyuhannaas, maka ini diqiyas ijtihad yang sehingga dapat
dikatakan semua surah yang memuat kalimat tersebut dan yang
memuat kisah para nabi dan umat-umat dahulu adalah Makiyyah. Atau
bisa juga diartikan apabila dalam surah Makiyyah terdapat suatu ayat
yang mengandung sifat atau peristiwa Madaniyyah, maka dikatakanlah
sebagai ayat Madaniyyah. Sebaliknya, apabila dalam surah
Madaniyyah itu ditemukan ayat dengan sifat atau peristiwa Makiyyah,
maka ayat tersebut dinamakan ayat Makiyyah.
Dengan menamakan sebuah surah itu Makiyyah atau Madaniyyah
tidak berarti bahwa surah tersebut seluruhnya Makiyyah atau
Madaniyyah, sebab dalam surah Madaniyyah terdapat ayat-ayat
Makiyyah. Dengan demikian penamaan surah Makiyyah atau
Madaniyyah adalah menurut sebagian besar ayat-ayat yang terkandung
didalamnya. Terdapat pula ayat yang diturunkan di makkah tetapi
hukumnya Madaniyyah dan ayat yang diturunkan di Madinah tetapi
hukumnya Makkiyyah.

F. Kegunaan Makiyyah Dan Madaniyyah


Mempelajari dan mengetahui surah-surah dan ayat-ayat Makiyyah-
Madaniyyah baik dari segi lafal maupun makna dan isinya sangat penting
karena akan memberikan manfaat yang sangat berarti bagi setiap orang.

11
Dengan adanya Makiyyah dan Madaniyyah, dapat membantu kita
mengetahui lebih jauh makna dari keberadaan Al-Qur’an sebagai kitab
yang berisi petunjuk dan bimbingan bagi manusia. Untuk lebih jelasnya
mengenai manfaat dan kegunaan Makiyyah dan Madaniyyah, antara lain
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Sebagai Penolong atau Alat Bantu dalam Menafsirkan Al-Qur’an,10
Sebab dengan mengetahui mengenai tempat turunnya suatu ayat
dapat membantu untuk memahami maksud ayat tersebut serta dapat
dilakukan penafsiran yang benar, walaupun yang menjadi pegangan
adalah pengertian umum lafal, bukan sebab khusus.
2. Dapat Meresapi Gaya Bahasa Al-Qur’an dalam Metode Berdakwah
Menuju Jalan Allah.
Sebab, situasi dan kondisi yang berbeda harus dihadapi dengan
bahasa dan metode tersendiri. Dengan memperhatikan karakteristik
gaya bahasa Makiyyah dan Madaniyyah dalam Al-Qur’an pun orang
dapat memahami metode yang sesuai dalam menyampaikan pesan
sesuai dengan kondisi psikologis lawan bicara. Dari sini dapat
diketahui, bahwa setiap tahapan dakwah mempunyai topik atau pola
penyampaian tersendiri berdasarkan situasi dan kondisi masyarakat
yang dihadapi. Hal ini tampak dalam cara-cara Al-Qur’an menyeru
berbagai golongan, baik dari kalangan orang-orang beriman, orang-
orang ahli kitab, orang-orang kafir, orang-orang munafik, dan lain
sebagainya.
3. Mengetahui Sejarah Hidup Nabi Melalui Ayat-Ayat Qur’an.
Dengan ilmu Makiyyah dan Madaniyyah dapat diketengahkan
sejarah Nabi s.a.w. dengan cara mengikuti jejak langkah beliau dalam
berada di Makkah maupun ketika berada di Madinah. Kondisi Nabi di
Makkah dapat dijadikan sebagai acuan dalam keteguhan hati dan
kesabaran menghadapi dan memperbaiki kondisi umat, sedangkan

10
Mana’ul Quthan, 1998, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta), Cet II,
h.61

12
kondisi di Madinah dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
mengambil kebijakan, baik sebagai pemimpin umat maupun sebagai
pemimpin negara.
4. Mengetahui Bentuk-Bentuk Sekaligus Pebedaan Gaya Bahasa Al-
Qur’an
Gaya bahasa Al-Qur’an adalah bersifat tegas sekaligus lembut,
memberikan optimisme kepada kebaikan dan kebahagiaan,
memberikan peringatan dan ancaman dengan menggunakan gaya
bahasa yang ringkas dan padat dalam Makiyyah serta menggunakan
gaya bahasa yang relatif lebih rinci dalam Madaniyyah sesuai dengan
tuntutan subjek dan sasarannya.
5. Mengetahui Tingkat Perhatian Kaum Muslimin Terhadap Al-Qur’an
Dengan ilmu Makiyyah dan Madaniyyah dapat diketahui dan
dijelaskan tingkat perhatian kaum muslimin terhadap Al-Qur’an,
termasuk di dalamnya hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan
tentang sejarah pembentukan suatu hukum sekaligus hikmah
pensyariatannya serta fase-fase pembebanannya. Dengan demikian
keyakinan terhadap kenyataan fase-fase tersebut tidak diragukan
bahwa itu adalah semata-mata berdasarkan kehendak Allah S.W.T.
sesuai dengan kesiapan serta kesanggupan manusia. Hal ini dapat
dilihat pada pensyariatan penetapan pengharaman khamar (minuman
keras). Pertama-tama hanya dijelaskan bahayanya lebih besar
dibandingkan dengan manfaatnya, sebagaimana dijelaskan dalam
firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 219 yang artinya : Mereka
bertanya kepadamu tentang khamar dan judi, katakanlah pada
keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya. Kemudian
dijelaskan tentang keharaman meminum khamar pada waktu-waktu
tertentu, khususnya ketika hendak melakukan shalat. Allah, dalam
kaitan ini berfirman dalam Q.S An-Nisa ayat 43 yang artinya : Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kalian melakukan shalat

13
sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kalian mengerti apa
yang kalian ucapakan. Pada akhirnya ditegaskan mengenai keharaman
khamar secara mutlak dalam Q.S Al-Maidah ayat 90 yang artinya :
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi,
berkurban untuk berhala dan mengundi nasib dengan panah adalah
perbuatan keji dari tindakan syetan, maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kalian memperoleh keberuntungan.
6. Dapat Lebih Mudah Mengetahui Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Nasikh
dan Mansukh.
Dengan ilmu Makiyyah dan Madaniyyah dapat lebih mudah
diketahui ayat Al-Qur’an yang nasikh dan mansukh, khususnya
apabila terdapat dua ayat yang menerangkan mengenai hukum suatu
masalah, tetapi ketetapan hukumnya tampak bertentangan antara satu
dengan yang lain. Dengan demikian harus dicari mana ayat yang
diturunkan terlebih dahulu, ayat Makiyyah misalnya, sehingga
memungkinkan ayat itu dapat dipahami sebagai ayat yang mansukh
(dihapus), kemudian diganti hukum atau bacaannya oleh ayat yang
diturunkan belakangan, ayat Madaniyyah misalnya, yang dalam hal ini
sebagai nasikh (yang menghapus, mengganti).

7. Mengetahui Ayat Yang Lebih Dahulu Diturunkan


Melalui ilmu Makiyyah dan Madaniyyah kita dapat
mengetahui ayat yang lebih dahulu diturunkan dan ayat yang
diturunkan belakangan, dalam kondisi apa dan bagaimana ayat yang
lebih dahulu itu diturunkan, begitu juga sebaliknya, dalam kondisi
bagaimana ayat yang belakangan diturunkan atau diterima, demikian
seterusnya, sehingga dapat diketahui dengannya mana ayat yang
nasikh dan mana yang mansukh.
Itulah diantaranya manfaat dan hikmah eksplisit yang dapat
diambil dari kegunaan ayat-ayat dan surah-surah Makiyyah-

14
Madaniyyah. Dengan demikian sebagai salah satu bagian dari ilmu-
ilmu Al-Qur’an yang penting untuk dipelajari dan diketahui.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan materi Makkiyah dan Maddaniyah yang
telah diuraikan dalam makalah ini, maka pemakalah mencoba
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Empat hal yang perlu dicermati dalam pemaknaan makiyyah dan
madaniyyah, yaitu masalah ruang, waktu, subjek, dan konten.
2. Terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang jumlah surat
Makiyyah dan Madaniyyah.
3. Terdapat ciri-ciri umum surah Makiyyah seperti Ayat-ayat dan surah-
surahnya pendek-pendek, nada kata-katanya keras dan bersajak.
Sedangkan ciri umum surah Madaniyyah seperti kebanyakan dari
surah dan ayatnya panjang-panjang, serta gaya bahasa dan penjelasan-
penjelasan hukum-hukumnya bernada datar.
4. Untuk menentukan ayat-ayat dan surah-surah Makiyyah atau
Madaniyyah para ulama bersandar kepada dua cara yaitu Naqli al-
Sima’i dan Qiyasi-Ijtihadi.
5. Kegunaan mempelajari Makiyyah dan Madaniyyah diantaranya untuk
mengetahui tempat di mana ayat atau surat tersebut diturunkan, dan
atau sebagai alat bantu dalam menafsirkan al-Qur’anul Karim.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran
yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah khazanah
pengetahuan, manfaat untuk kita semua. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.

16
DAFTAR PUSTAKA

Usman. 2009. Ulumul Qur’an. Yogyakarta : Teras.

Mana’ul Quthan. 1998. Mabahits fi’ Ulumil Qur’an. Jakarta : Rineka


Cipta.

Moenawar Kholil. 1994. Al-Qur’an Dari Masa Ke Masa. Solo :


Ramadhani.

Ash-Shiddieqy, T.M.Hasbi. 2002. Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran


dan Tafsir. Semarang : Pustaka Rizki Putra.

A.Athaillah. 2010. Sejarah Al-Qur’an Verifikasi tentang Ontentitas Al-


Qur’an. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

https://zenyqq.wordpress.com/2012/12/28/makiyah-dan-madaniyah/

17

Anda mungkin juga menyukai