Anda di halaman 1dari 8

Seratan Abqon

MAKALAH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Sungguh ironi permasalahan di negeri tercinta ini yang notabenya penduduk muslim terbesar di dunia
terjadi korupsi, kini sudah menjadi permasalahan serius di negeri ini, budaya korupsi sudah sangat
mengakar dari generasi pendahulu sampai sekarang kasus korupsi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya.
Meskipun sudah ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan beberapa Instansi anti korupsi lainnya.
Namun faktanya negeri ini masih menduduki rangking atas sebagai Negara terkorup didunia. Karena dari
itu, korupsi patut menjadi perhatian serius bagi kita semua.

Pendidikan anti korupsi sesungguhnya sangat penting guna mencegah tindak pidana korupsi. Jika KPK
dan beberapa instansi anti korupsi lainnya menangkapai para koruptor, maka Pendidikan anti korupsi
juga penting guna mencegah adanya koruptor. Seperti pentingnya pelajaran akhlak, moral dan
sebagainya. Pelajaran akhlak penting guna mencegah terjadinya kriminalitas. Begitu halnya pendidikan
anti korupsi itu penting guna mencegah aksi korupsi.

B. Rumusan Masalah

Pada makalah ini kami akan membahas tentang:

1. Apakah yang dimaksud korupsi?

2. Pendidikan anti Korupsi Perspektif Islam.

3. Pendidikan anti Korupsi menurut beberapa ulama dan para pakar.

4. Pendidikan anti Korupsi yang dibahas dalam buku.


Dan disusunnya makalah ini adalah bertujuan agar kita memahami Justifikasi yang diberikan Islam dalam
pelaksanaan Pendidikan anti korupsi.

BAB II

PAMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi.

Secara etimologi Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyuap. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat
publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan
publik yang dipercayakan kepada mereka.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:

1. Perbuatan melawan hukum;

2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;

3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;

4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:

1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);

2. Penggelapan dalam jabatan;

3. Pemerasan dalam jabatan;

4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);

5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan,
dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
The Encyclopedia Americana mendefinisikan korupsi sebagai “a general term for the misuse of public
position of trust for private gain. Its specific definition and application vary according to time, place and
culture…political corruption concerns the illegal pursuit or misuse of public office”.

Sedangkan The Harper Collin Dictionary of Sociology mendefinisikan korupsi sebagai “the abandonment
of expected standards of behavior by those in authority for the sake of unsanctional personal
advantage”.

Menurut Bank Dunia, korupsi adalah “the abuse of public power for private benefit”.

Dari aspek hukum, korupsi merupakan “all illegal or unethical use of governmental authority as result of
considerations of personal or political gain”.

Jika melihat dari pengertian korupsi diatas, bisa disimpulkan jika korupsi adalah sejenis penghianatan,
dalam hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang telah memberikan amanah dalam mengemban
tugas tertentu.

B. Pendidikan anti Korupsi perspektif Islam

Allah SWT melarang Korupsi karena korupsi adalah salah satu bentuk penghianatan. Bahkan Rosulluloh
menerangkan lebih rinci dalam hal ini. Beliau bersabda: “Terlaknatlah orang yang disuap dan yang
menyuap” (HR. Ahmad)

‫َ عفاَننتعبظبرا‬,‫َ ابعذا هويسعدا نالعنمهر إبعلىِ عغنيبر اعنهلببه‬:‫ضاَععتهعهاَ؟ عقاَعل‬ ‫َ عكني ع‬:‫َ فععقاَعل‬,‫ت نالععماَنعةه عفاَننتعبظبر السساَعععة‬
‫ف إب ع‬ ‫َ فعإ بعذا ه‬:‫ضعي اه ععننهه عقاَعل‬
‫ضييعع ب‬ ‫ععنن اعببىِ ههعرنيعرةع عر ب‬
‫لسساَععبة‬

Artinya: Dari Abu Hirairah ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Jika amanah disia-siakan,
maka tunggulah kehancuran. Kemudian dinyatakan: “bagaimana maksud amanah disia-siakan itu? Rasul
menjawab: “Jika suatu perkara (amanat/ pekerjaan) diserahkan pada orang yang tidak ahli (profesional),
maka tunggulah saat kehancuran” (HR. Bukhori).

Korupsi, selain diartikan sebagai khianat, suap dan sebagainya. Juga dapat diartikan memakan harta
sebagian yang lain dengan jalan bathil. Dengan bathil karena korupsi adalah menghabiskan milik Negara
yang harusnya untuk kebutuhan umum dan untuk memfasilitasi rakyat. Maka dari itu jelas jika hal
tersebut dilarang.

Berkenaan tentang Pendidikan anti korupsi, maka kita patut menganalogikan hal tersebut. Jika Allah
mewajibkan sholat misalkan, maka kita harus belajar ilmu-ilmu sholat. Jika kita tidak belajar ilmu-ilmu
sholat, mustahil kita bisa sholat dengan baik. Begitu pula ketika Alloh menyuruh umatnya untuk amanat.
Maka kitapun arus belajar tentang amanat tersebut agar manusia senantiasa wara’ dalam hidupnya.

Jadi, jika Alloh telah memberikan lampu merah pada perbuatan korupsi. Maka jelas ini adalah lampu
hijau untuk menjalankan pendidikan anti korupsi. Seperti halnya pendidikan Islam yang didalamnya
mengkaji segala kewajiban-kewajiban dan larangan manusia, maka jelas pendidikan anti korupsi perlu
guna memberikan pemahaman lebih matang kepada umat manusia dalam bertndak amanah dan
menjauhi khianat yang salah satu didalamnya adalah korupsi. Karena bukan tidak mungkin jika orang
yang korupsi itu karena serakah, melainkan karena tidak memahami bentuk-bentuk dari korupsi itu
sendiri.

C. Pendidikan Anti Korupsi Menurut Beberapa Tokoh.

Banyak tokoh yang cukup vocal dalam berbicara masalah ini. Menurut mereka pendidikan korupsi adalah
suatu hal penting dalam upaya pemberantasan korupsi. Salah satu tokoh yang cukup vocal dalam hal ini
adalah Mantan Nahkoda KPK sebelum digantikan Antasari Azhar yaitu Taufiequrachman Ruki. Dia
berpendapat jika pemberantasan korupsi bukan hanya menyangkut bagaimana menangkap dan
memidanakan pelaku tindak pidana korupsi, tapi lebih jauh adalah bagaimana mencegah tindak pidana
korupsi agar tidak terulang pada masa yang akan datang melalui pendidikan anti korupsi, kampanye
antikorupsi dan island of integrity (daerah percontohan bebas korupsi). Hal ini dinyatakannya mengacu
definisi korupsi yang telah jelas diatur dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001.

Menurutnya, tindakan preventif dan represif ini dilakukan dengan memosisikan KPK sebagai katalisator
(trigger) bagi aparat atau institusi lain agar tercipta good and clean governance dengan pilar utama
transparansi, partisipasi dan akuntabilitas.

Taufiequrachman Ruki mengemukakan data hasil survei Transparency Internasional mengenai penilaian
masyarakat bisnis dunia terhadap pelayanan publik di Indonesia. Hasil survei itu memberikan nilai IPK
(indeks persepsi korupsi) 2,2 kepada Indonesia. Nilai ini menempatkan Indonesia pada urutan 137 dari
159 negara tersurvei. Survei Transparency International Indonesia berkesimpulan bahwa lembaga yang
harus dibersihkan menurut responden, adalah lembaga peradilan (27%), perpajakan (17%), kepolisian
(11%), DPRD (10%), kementerian/departemen (9%), bea dan cukai (7%), BUMN (5%), lembaga
pendidikan (4%), perijinan (3%), dan pekerjaan umum (2%).

Lebih lanjut disampaikan, survei terbaru Transparency International yaitu "Barometer Korupsi Global",
menempatkan partai politik di Indonesia sebagai institusi terkorup dengan nilai 4,2 (rentang penilaian 1-
5, 5 untuk yang terkorup). Masih berangkat dari data, di Asia, Indonesia menduduki prestasi sebagai
negara terkorup dengan skor 9.25 (terkorup 10) di atas India (8,9), Vietnam (8,67), Philipina (8,33) dan
Thailand (7,33).

Dengan adanya fakta terukur bahwa keberadaan korupsi di Indonesia telah membudaya sistemik dan
endemik maka Taufiequrachman berasumsi bahwa kunci utama dalam pemberantasan korupsi adalah
integritas yang akan mencegah manusia dari perbuatan tercela, entah itu corruption by needs,
corruption by greeds atau corruption by opportunities.

Selain Taufiequrachman Ruki, tokoh yang juga berpendapat senada adalah Faisal Djabbar yang juga
Fungsional Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dia
berpendapat jika Memerangi korupsi bukan cuma menangkapi koruptor. Sejarah mencatat, dari sejumlah
kejadian terdahulu, sudah banyak usaha menangkapi dan menjebloskan koruptor ke penjara. Era orde
baru, yang berlalu, kerap membentuk lembaga pemberangus korupsi. Mulai Tim Pemberantasan Korupsi
di tahun 1967, Komisi Empat pada tahun 1970, Komisi Anti Korupsi pada 1970, Opstib di tahun 1977,
hingga Tim Pemberantas Korupsi. Nyatanya, penangkapan para koruptor tidak membuat jera yang lain.
Koruptor junior terus bermunculan. Mati satu tumbuh seribu, kata pepatah.

Salah satu kekeliruan upaya pemberantasan korupsi selama ini adalah terlalu fokus pada upaya
menindak para koruptor. Sedikit sekali perhatian pada upaya pencegahan korupsi. Salah satunya lewat
upaya pendidikan antikorupsi. Terakhir, era reformasi melahirkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
yang selain diserahi tugas penindakan, juga tugas pencegahan tindak pidana korupsi, seperti pendidikan
antikorupsi kepada masyarakat.

Menyadari hal ini, timbul gagasan memasukkan materi antikorupsi dalam kurikulum pendidikan tingkat
SD hingga SMU, sebagai bentuk nyata pendidikan antikorupsi. Tujuan pendidikan antikorupsi adalah
menanamkan pemahaman dan perilaku antikorupsi.

Ide memasukkan materi antikorupsi dalam kurikulum mendapat respons positif masyarakat. Hasil jajak
pendapat harian Seputar Indonesia terhadap 400 responden (27/5), sebanyak 87% menyatakan perlunya
memasukkan pendidikan antikorupsi dalam kurikulum. Keyakinan masyarakat juga relatif besar. Hampir
200 responden menyatakan keyakinannya bahwa pendidikan antikorupsi bisa berjalan efektif
membendung perilaku korupsi di Indonesia.

Jajak pendapat itu menjaring pula pendapat masyarakat seputar pentingnya pendidikan antikorupsi.
Masyarakat berharap pendidikan antikorupsi memberikan pengetahuan seputar korupsi dan bahayanya,
mencetak daya manusia yang berkesadaran tinggi terhadap hukum, serta memutus mata rantai korupsi.

Lebih dari itu, masyarakat berkeinginan agar upaya pendidikan antikorupsi berjalan paralel dengan upaya
lainnya, yakni maksimalisasi penegakan hukum, fungsi pengawasan yang ketat, sosialiasi dan kampanye
gerakan antikorupsi secara berkala dan berkesinambungan, dan menghilangkan praktik korupsi dalam
birokrasi.

Sementara itu, tokoh lain yaitu pakar Pendidikan Arief Rahman berpendapat lain. Dia berpendapat jika
tidak tepat bila pendidikan antikorupsi menjadi satu mata pelajaran khusus. Alasannya, karena siswa
sekolah mulai SD, SMP, hingga SMU sudah terbebani sekian banyak mata pelajaran. Dari segi
pemerintah, menurut Arief Rachman, akan berbuntut pada kesulitan-kesulitan, seperti pengadaan buku-
buku antikorupsi dan repotnya mencari guru antikorupsi.

Arief Rahman memberikan saran jika pendidikan anti korupsi lebih tepat dijadikan pokok bahasan dalam
mata pelajaran tertentu. Sebuah usulan yang mesti dicermati. Materi pendidikan antikorupsi nantinya
bisa saja diselipkan dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN),
Matematika, Bimbingan Karir, Bahasa. Pokok bahasan mencakup kejujuran, kedisiplinan, kesederhanaan,
dan daya juang. Selain itu, juga nilai-nilai yang mengajarkan kebersamaan, menjunjung tinggi norma
yang ada, dan kesadaran hukum yang tinggi.
Pendapat lainnya adalah dari H. Abdul Djamil (Rektor IAIN Walisongo Semarang) dia berpendapat jika
peran agama untuk pemberantasan korupsi sebenarnya bagus yakni mengajarkan dalam bentuk
Pendidikan, berlomba-lomba meraih kebajikan dan menjahui segala kemungkaran atau kejahatan.
Sayangnya hidup manusia yang beragama, tidak pernah konsisten. Manusia beragama masih bergantung
pada situasi dan kondisi. Jika di lingkungan tempat ibadah, patuh pada hukum agama, namun sebaliknya
jika kondisi memungkinkan, jauh pada aturan agama. Karena itu, korupsi yang juga terjadi di tingkat
masyarakat bawah sangat mungkin terinspirasi dari korupsi di tingkat atas. Sistem pemerintahan yang
ada belum mampu menciptakan masyarakat bersih karena dalam diri pribadi tersimpan watak korup.

Mantan Ketua MPR Hidayat Nurwahid, menyatakan bahwa pendidikan perlu dielaborasi dan
diinternalisasikan dengan nilai-nilai anti korupsi sejak dini. Pendidikan anti korupsi yang diberikan di
sekolah diharapkan dapat menyelamatkan generasi muda agar tidak menjadi penerus tindakan-tindakan
korup generasi sebelumnya. Tapi hanya saja memberikan pendidikan anti korupsi bukan hal mudah.
Sebab, bahkan lahirnya fenomena praktik korupsi juga berawal dari dunia pendidikan yang cenderung
tidak pernah memberikan sebuah mainstream atau paradigma berperilaku jujur dalam berkata dan
berbuat. Termasuk sekolah-sekolah di negeri ini. Misalnya guru menerangkan hal-hal idealis dalam
memberikan pelajaran, menabung pangkal kaya, tetapi realitanya banyak guru yang korupsi, seperti
korupsi waktu, korupsi materi pelajaran yang diberikan,. korupsi berupa absen mengajar tanpa izin kelas.
Hal-hal yang dilakukan itu, juga dapat memicu praktik korupsi yang lebih buruk di dunia pendidikan.

Menurut Hasyim Muzadi (Mantan ketua PBNU) bahwa Pendidikan anti korupsi harus ditekankan pada
nilai Moralitas. Moralitas menjadi bidikan utama langkah preventif pemberantasan korupsi karena
moralitas akan menentukan tingkah laku. Secara kriminologis, penyebab utama korupsi adalah moralitas
yang bobrok yang mengakibatkan keserakahan. Karena itu, wajar jika moralitas perlu mental masyarakat.
Kesehatan mental (mental health higine) masyarakat juga terus ditingkatkan melalui pendidikan formal,
informal dan nonformal, termasuk melalui pendidikan budipekerti, wawasan kebangsanaan, dan
pendidikan agama. Anak-anak juga perlu ditingkatkan kesadaran moralnya, termasuk meningkatkan
kesejahteraannya.

D. Pendidikan anti Korupsi dalam buku

Buku-buku yang membahas tentang korupsi dan pendidikan anti korupsi. Antara lain:

Buku berjudul NU Melawan Korupsi: Kajian Tafsir dan Fiqih yang diterbitkan oleh Tim Kerja Gerakan
Nasional Pemberantasan Korupsi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (GNPK PB NU), 2006. Buku ini
mengelaborasi fenomena korupsi di Indonesia serta membahasnya melalui pandangan Islam dan strategi
pemberantasannya.

Buku berjudul Ayat-Ayat Korupsi yang dibuat Hakim Muda Harahap, M.Ag. dan diterbitkan oleh Gama
Media, 2009. Buku ini hanya membahas ayat-ayat al-qur’an yang relevan dengan tindakan korupsi dan
hukuman bagi perilaku korupsi.
Dalam buku yang ditulis oleh Abu Fida’ Abdur Rafi’ yang berjudul Terapi Penyakit Korupsi Dengan
Tazkiyatun Nafs dan di terbitkan oleh Republika, 2006. Buku ini hanya membahas bagaimana mengatasi
praktek-praktek korupsi dan memberikan terapi dan tips agar sembuh dari penyakit korupsi.

Buku berjudul Fiqih Korupsi Amanah Vs Kekuasaan yang di terbitkan solidaritas masyarakat Transparansi
NTB (SOMASI NTB), 2003. Buku ini berisikan kumpulan artikel dari berbagai pakar yang intinya
membahas bagaimana memberantas korupsi di Indonesia dan pentingnya peran ulama’ dalam
memberantas korupsi.

BAB III

KESIMPULAN

Dari berbagai pemaparan diatas dapat disimpukan jika Pendidikan anti korupsi penting guna mencegah
praktek korupsi yang kian hari kian memprihatinkan ini. Islam dengan beberapa ayatnya dengan tegas
melarang perilaku korupsi. Diantaranya QS. Annisa:58 yang artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
Melihat.

Dan beberapa tokohpun juga banyak yang mendukung akan pentingnya pendidikan atikorupsi. Meskipun
ada beberapa pihak yang mengatakan jika hal itu sulit dan butuh waktu yang lama, namun secara umum
mereka menyetujui adanya pendidikan anti korupsi sebagai upaya pencegahan penyakit kronis yang
telah mengakar di negeri ini. Karena hal itu adalah salah satu jalan mutlak jika ingin mencapai kehidupan
yang adil dan makmur serta Negara yang maju.

Semoga dengan kita memahami betapa sangat bahaya yang ditimbulkan akibat perbuatan korupsi
maka kita selayaknya harus kita awali dari diri kita sendiri yaitu berprilaku jujur dalam segala aspek
kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemahnya.1998. Surabaya: Al Hidayah

http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi diakses 28-05-2010


http://tokohindonesia.com/TaufiequrachmanRuki diakses 26-05-2010

Jurnal Al-Marawid Prodi Hukum Islam Fakultas Ilmu Agama Universitas Islam Indonesia, terbitan 2009
ditulis Hujair AH. Sanaky.

http://imamsuprayogo.com/IslamdanPendidikanAntiKorupsi diakses 26-05-2010

www.pendidikan.net/tentangkurikulumantikorupsi diakses 26-05-2010

http://si-fahri.blogspot.com/

abdul qonik di 16.28

Berbagi

1 komentar:

Ifa Rahmiati Azahra8 Mei 2017 16.26

assalamualakum...

maaf kk admin mhon izinnya untuk di copy untuk tambah-tambah pengetahuan mngenai korupsi

Balas

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai