Anda di halaman 1dari 5

A.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat kita bedakan menjadi 3 macam :

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan /kondisi jasmani dan rohani siswa .

2. Faktor eksternal (faktor dari luar), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembeljaran meteri-meteri
pebelajaran.

1. Faktor Internal Siswa

a. Aspek Pisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh
dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kondisi organ tubuh yang lemah, apabila disertai pusing-pusing misalnya, dapat menurunka kualitas
ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk
mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan dan minuman yang bergizi, selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga
ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab
perubahan pola makan dan minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan
merugikan semangat mental siswa itu sendiri.

b. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang yermasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umunya
dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut : tingkat kecerdasan /intelegensi siswa , sikap siswa,
bakat siswa, motivasi siswa.

1) Intelejensi Siswa
intelejensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi, intelegensi
sebenarnya bukan persoal kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan
tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi lebih menonjol
labih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara
pengontrol” hampir seluruh aktivitas.

2) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecandrungan untuk mereaksi atau
merespon (response tendency ) dengan carayang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda
sajikan merupakan petanda awal yang baik bagi proses belajar bagi siswa tersebut. Sebaliknya, sikap
negatif siswa terhadap anda dan mata pelajaran anda, apalagi jika diiringi kebencian kepada anda atau
kepada mata pelajaran anda dapat menimbulkan keuslitan belajar tersebut. Selain itu, sikap terhadap
ilmu pengetahuan yang bersifat conserving, walaupun mungkin tidak menimbulkan kesulitan belajar,
namun, prestasi yang dicapai siswa akan kurang memuaskan.

3) Bakat Siswa

Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). dengan demikian, sebetulnya
setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat
tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. tapi, secara global bakat itu mirip denga intelegensi.
Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very
superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak yang berbakat.

Sehubungan denga hal diatas, bakat akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-
bidang studi tertentu. Oleh karena ada hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan
kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui bakat
yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak kepada seorang siswa, dan juga ketidaksadaran siswa
terhadap bakatnya sendiri sehingga memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya,
akn berpengaruh bukan terhadap kinerja akademik (academis performance) atau prestasi belajarnya.

4) Minat Siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi dan keinginan yang
besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk popular dalam psikologi karena
ketergantungannya yang besar pada faktor-faktor internal lainnnya seperti : pemuatan perhatian
keinginantahuan, motivasi , dan kebutuhan.

Namun terlepas dari asalah popular atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang
selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasi belajar siswa dalam bidang-bidang studi
tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian
yang intensif trhadapa materi tiulah yang memngkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya
mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan
menigkat minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung di dalam bidang studinya dengan
cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif.

5) Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organis baik manusia ataupun hewan-hewan
mendorongnya untuk berbuat sesuatu . dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer)
untuk bertingkah laku sevara terarah.

Dalam perkembangan selanjutya, motivasi dapat dibedakan menadi dua macam, yaitu :

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasala dari siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar.

b. Motivasi ekstrinsik

motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datng dari luar individu siswa yang juga mendorongnya
untuk mendapatkan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/ tata tertib sekolah, suri teladan
orang tua , guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ektrinsik yang daoat
menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun
yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa daam melakukan proses
pembelajaran materi-materi pembelajaran baik materi di sekolah maupun dirumah.

6) Emosi

Sesuai dengan proses belajar dalam perkembangan kehidupan seseorang aka terbentuklah suatu tipe
atau keadaan kepribadian tertentu, antara lain menjadi seseorang yang emosional,mudah putus asa. Hal
ini tentu ikut menentukan bagaimana ia menerima, menghayati pengalaman yang diperoleh. Keadaan
emosi yang labil, mudah marah, mudah tersinggung, merasa tertekan dapat menggangu keberhasilan
anak dalam belajar. Sedangkan, perasaan yang gembira, bebas, merupakan aspek yang mendukung
dalam kegiatan belajar. [1]
2. Faktor Eksternal Siswa

a. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staff administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan dan perilaku yang
simpatik dapat memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin kususnya dalam hal belajar, misalnya
rajin membaca dan bediskusi, dapat menjadi data dorongan yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tentangga juga juga teman-
teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkunga kumuh
yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas
belajar siswa. Paling tidak, siswa kan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau
berdiskusiatau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.

b. Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang trmasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini di pandang turut menetukan
tingkat keberhasilan belajar siswa.

Contoh: kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tiak
memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) akan mendorong siswa untuk
berkeliaran ketempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan
perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.

Selain itu adapun faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah:

1. Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidakdingin, sinar yang tidak
terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gela, suasana yang sejuk dan tenang, sebaliknya bila kondisi
lingkunagn alam tidak mendikung, proses belajar siswa akan terhambat

2. Faktor istrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Prtama hardware
seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, asilitas belajar, lapangan olah raga dan lain-lain sebagainya.

3. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan kondisi perkembangan
siswa.[2]

3. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan beklajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam
menunjang efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau
mencapai tujuan belajar tertentu.

Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan dimuka, faktor
pendekatan belajar yang berpengaruh terhadap pengaruh terhadap taraf keberhasilan proses
pembalajaran siswa tersebut. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep
misalnya , mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang
menggunakan pendekatan belajar surface dan reproductif

Anda mungkin juga menyukai