PEMBAHASAN
Ia berasal dari keluarga yang didaktis dan terkenal alim dalam ilmu agama.Ayahnya
bernama KH Abu Bakar ,seorang imam dan khatib masjid besar Kraton
Yogyakarta.Sementara ibunya bernama Siti Aminah,putri KH Ibrahim yang pernah menjabat
sebagai penghulu di Kraton Yogyakarta.
Sejak kecil Dahlan diasuh dan dididik sebagai putra kyai.Pendidikan dasarnya dimulai
dengan belajar membaca,menulis,mengaji al Quran dan kitab-kitab agama.Pendidikan ini
diperoleh langsung dari ayahnya.Menjelang dewasa,ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu
agama kepada beberapa ulama besar waktu itu.Diantaranya KH Muhammad Shaleh(ilmu
fikh),KH Muhsin (ilmu Nahwu)KHR Dahlan (ilmu Falak)KH mahfudz dan Syekh Khayyat
Sattokh (ilmu hadis)Syekh Amin dan Sayyid Bakri (qira’at Alquran)
Pada tahun 1980 ,KH Ahmad Dahlan pergi ke Mekkah dan bermukim selama
setahun.Tahun 1903,Dia kembali pergi ke Mekah dan banyak bertemu dengan ulama
Indonesia yang bermukim disana seperti Syekh Muhammad Khatib al Minangkabawi,Kyai
Nawawi al Banteni,Kyai Mas Abdullah dan Kyai Fakih Kembang.Pada Saat itu ,dia juga
berkenalan dengan ide-ide pembaharuan dari Ibn Taimiyah,Ibn Qoyim al
Jauziyah,Muhammad bin Abdul wahab,Jamla al Din al Afghani,Muhammad Abduh,Rasyid
Ridha dan sebagainya.
1
Sepulang dari Mekah ia menikah dengan Siti Walidah,anak Kyai Penghulu Fadhil
yang merupakan sepupunya. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan
mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti
Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai
Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir
Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai
Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah
dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.
Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 KH Ahmad Dahlan masuk Boedi
Oetomo - organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau
memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang
diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota Boedi
Oetomo ini menyarankan agar KH Ahmad Dahlan membuka sekolah sendiri yang diatur
dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen. Hal tersebut dimaksudkan
untuk menghindari nasib seperti halnya pesantren-pesantren tradisional yang terpaksa tutup
bila kiai pemimpinnya meninggal dunia.Saran itu kemudian ditindaklanjuti KH Ahmad
Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18
November 1912 (8 Dzulhijjah 1330). Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan
pendidikan. Melalui organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan
membangun masyarakat Islam.
Langkah –langkah radikal yang dilakukan KH Ahmad Dahlan diantaranya adalah
pertama, membetulkan arah kiblat di masjid-masjid di Yogyakarta.Kedua,menganjurkan
untuk umat islam berpuasa dan berhari raya menggunakan hisab falaki.Dengan gerakan tajdid
(pembaharuan)nya, KH Ahmad Dahlan bermaksud mendinamisasi umat islam.Beberapa hal
yang digagas oleh KH Ahmad Dahlan menuju pembaharuan agama islam di Indonesia
diantaranya adalah dalam hal memberantas bid’ah dalam peribadatan,mengkikis khurafat dan
takhayul,beribadah dan beramal dengan tidak bertaklid buta pada ulama,menghilangkan
pemakaman jenasah dengan berbagai pesta dan memberantas penghapusan dosa dan
pengiriman pahala bagi seseorang yang telah meninggal dunia.
Ide-ide kontroversial yang digagas KH Ahmad Dahlan menghadapi berbagai
rintangan dan hambatan.Namun begitu,KH Ahmad Dahlan melalui persyarikatan
Muhammadiyah mampu membuktikan dengan adanya berbagai ortom,majlis dan amal usaha
yang mendukung semangat untuk memurnikan ajaran islam dan kembali pada sumber ajaran
islam Al-Quran dan Hadis.
2
B. Konsep Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan
Gagasan K.H. Ahmad Dahlan tentang pembaharuan islam di Indonesia,selain karena
interaksinya dengan beberapa pemikiran pembaharuan di Timut Tengah,juga dikuatkan
dengan keprihatinannya terhadap kondisi umat islam di Indonesia.Umat islam terjebak pada
kejumudan,kebodohan dan stagnanasi. Hal ini diperparah dengan penjajahan Belanda yang
begitu merugikan bangsa Indonesia.
Secara umum ide pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan dapat diklasifikasikan menjadi
dua yaitu; pertama berupaya memurnikan (purifikasi) ajaran islam dari khurafat,tahayul dan
bid’ah yang tercampur dalam aqidah dan ibadah.Kedua,mengajak umat islam untuk keluar
dari pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin islam dalam rumusan dan
penjelasan yang dapat diterima oleh rasio
Oleh karenanya upaya strategis yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan umat
Islam dari pemikiran yang statis menuju pemikiran yang dinamis adalah melalui
pendidikan.Pendidikan harus menjadi prioritas dalam pembangunan umat.Kunci dari
kemajuan umat adalah dengan kembali pada Al-Quran dan Hadis
Bagi K.H. Ahmad Dahlan, Islam hendaknya didekati serta dikaji melalui kacamata
modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara tradisional. Beliau
mengajarkan kitab suci Al Qur'an dengan terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak hanya
pandai membaca ataupun melagukan Qur'an semata, melainkan dapat memahami makna
yang ada di dalamnya. Dengan demikian diharapkan akan membuahkan amal perbuatan
sesuai dengan yang diharapkan Qur’an itu sendiri. Menurut pengamatannya, keadaan
masyarakat sebelumnya hanya mempelajari Islam dari kulitnya tanpa mendalami dan
memahami isinya. Sehingga Islam hanya merupakan suatu dogma yang mati.
1. Tujuan Pendidikan
Dalam merumuskan konsep dan tujuan pendidikan islam yang ideal,harus dilandaskan
pada sebuah kerangka filosofis yang kokoh.Tugas penciptaan manusia setidaknya ada dua
yaitu sebagai Abd Allah dan sebagai Khalifah di bumi.Oleh karenanya pendidikan yang
diberikan harus mendukung upaya manusia untuk melakukan tugas penciptaannya.
3
potensi yang perlu dikembangkan untuk menyusun kerangka tentang bagaimana menciptakan
hubungan yang harmonis baik secara vertikal maupun horisontal dalam pelaksanaan tugas
penciptaannya.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan
dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
2. Kurikulum Pendidikan
a. Materi Pendidikan
Menurut Ahmad Dahlan materi pendidikan hendaknya mencakup beberapa hal
diantaranya yaitu,
1) Al Quran dan Hadis yang meliputi ibadah,persamaan derajat,fungsi perbuatan manusia
dalam menentukan nasibnya,musyawarah,pembuktian kebenaran AlQuran dan hadis menurut
akal ,kerjasama antara agama-kebudayaan,kemajuan peradapan ,hukum kausalitas
perubahan,nafsu dan kehendak,demokratisasi dan liberalisasi,kemerdekaan berpikir,dinamika
kehidupan dan peranan manusia di dalamnya
2) Membaca, menulis, berhitung dan ilmu bumi
4
3) Menggambar, seni
4) Pendidikan perilaku (akhlak)
Berpijak dari hal di atas, maka sesungguhnya K.H. Ahmad Dahlan menginginkan
pengelolaan pendidikan islam secara modern dan profesional,sehingga pendidikan yang
dilaksanakan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik menghadapi dinamika
zamannya.Untuk itu pendidikan islam perlu membuka diri ,inovatif dan progresif.
Hal ini mencerminkan bahwa islam menolak adanya kejumudan dan taklid buta .Islam
mendorong umatnya untuk mendayagunakan potensi akalnya untuk berpikir dan melakukan
tindakan nyata.Hal ini dilakukan dengan proses ijtihad,yaitu mengerahkan otoritas intelektual
untuk sampai pad asuatu konklusi tentang berbagai persoalan .
K.H. Ahmad Dahlan menggugat praktek pendidikan di Indonesia di masa itu.
Pendidikan hanya dipahami sebagai proses pewarisan adat dan sosialisasi perilaku individu
maupun sosial yang telah menjadi model baku dalam masyarakat.Pendidikan tidak
memberikan kebebasan peserta didik untuk berkreasi dan berprakarsa.Hal ini menyebabkan
proses pendidikan tidak menuju arah dialogis,padahal dengan cara dialogis dimana peserta
didik dikembangkan kemampuan berpikir kritis adalah satu langkah strategis untuk mendapat
pengetahuan yang tinggi.
Untuk itu K.H. Ahmad Dahlan mendirikan lembaga pendidikan yang berorientasi
pada pendidikan modern yaitu menggunakan sistem klasikal.Menggabungkan antara sistem
pendidikan Belanda dan Sistem pendidikan tradisional secara integral.
7
c. Etika murid terhadap pelajaran, murid hendaknya memperhatikan etika sebagai
berikut : memperhatikan ilmu yang bersifat fardhu ‘ain untuk dipelajari, harus mempelajari
ilmu-ilmu yang mendukung ilmu farhu ‘ain, harus menanggapi ikhtilaf para ulama’,
tanamkan antusias dalam belajar, dan lain-lain.
3. Tugas dan tanggung jawab guru
a. Etika seorang guru, antara lain : senantiasa mendekatkan diri kepada allah,
senantiasa takut kepada allah senantiasa tenang kepada allah, senantiasa berhati-hati kepada
allah, tawadhu’, dan lain sebagainya.
b. Etika guru ketika mengajar : mensucikan diri dari hadast dan kotoran, berpakaian
yang sopan dan rapi dan usahakan berbau wangi, berniatlah beribadah ketika dalam
mengajarkan ilmu kepada anak didik, sampaikan hal-hal yang diajarkan oleh allah, biasakan
membaca untuk menambah ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya.
c. Etika guru bersama murid : berniat mendidik dan menyebarkan ilmu pengetahuan
serta menghidupkan syariat islam, menghindari ketidak ikhlasan dan mengajar keduniawian,
mempergunakan metode yang mudah dipahami murid, dan lain-lain,
4. Etika terhadap buku, alat pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengannya, menganjurkan
dan mengusahakan agar memiliki buku pelajaran yang di ajarkan, merelakan, mengijinkan
bila ada kawan meminjam buku pelajaran, sebaliknya bagi peminjam harus menjaga barang
pinjaman tersebut, memeriksa terlebih dahulu bila membeli atau meminjamnya kalau-kalau
ada kekurangan lembarannya, bila menyalin buku pelajaran syari’ah hendaknya bersuci
dahulu dan mengawalinya dengan basmalah, sedangkan bila yang disalinnya adalah ilmu
retorika atau semacamnya, maka mulailah dengan hamdalah (puji-pujian) dan shalawat Nabi.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian akhirnya mendapatkan hasil sebagimana diuraikan
dalam kesimpulan berikut :
Kyai Haji Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868.
Ayahnya adalah Kyai Haji Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar
Kesultanan Yogyakarta pada masa itu. Ibunya adalah putri H. Ibrahim yang juga menjabat
penghulu Kesultanan Yogyakarta pada masa itu. Nama kecil Ahmad Dahlan adalah
Muhammad Darwis. K.H. Ahmad Dahlan merupakan anak keempat dari tujuh orang
bersaudara.
Nama asli K.H. Hasyim Asy’ari adalah Muhammad Hasyim, sedangkan nama Asy’ari
adalah nama ayahnya. Ia dilahirkan pada 24 Dzulqadah 1287/14 februari 1871 di desa
Gedang, sekitar 2 kilometer dari arah timur Jombang. Ia adalah anak ketiga dari sepuluh
bersaudara, yaitu Nafi’ah, Ahmad Shaleh, Radiah, Hassan, Anis, Fathanah, Maimunah,
Maskum Nahrawi dan Adnan.
Pendidikan Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah upaya strategis untuk
menyelamatkan umat Islam dari pola berfikir yang statis menuju pada pemikiran yang
dinamis. Dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai yang sudah termaktub dalam syari’at Islam.
Pendidikan Islam menurut K.H. Hasyim Asy’ari adalah sarana mencapai kemanusiaannya,
sehingga menyadari siapa sesungguhnya penciptanya, untuk apa diciptakan, melakukan
segala perintahnya dan menjahui segala larangannya, untuk berbuat baik di dunia dan
menegakkan keadilan.
Sistem pendidikan yang digunakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam melakukan
pembaruan sistem pendidikan Islam adalah dengan mengikuti pola gubernemen yang
ditambah dengan pelajaran agama. Dan mendirikan madrasah yang lebih banyak
mengajarkan ilmu-ilmu agama.
Sistem yang dilakukan oleh K.H. Hasyim Asy’ari dalam sistem Pendidikan Islam adalah
dengan melakukan pembaharuan yang semula pelajaran dilaksanakan dengan sistem sorogan
dan bandongan juga melakukan tingkatan dengan memasukkan sistem berkelas atau
berjenjang dan memasukkan sistem musyawarah.
9
3.2 Saran
Riwayat hidup seorang tokoh merupakan pelajaran penting bagi kita semua, khususnya
penulis pribadi, dalam meniti jejak yang mereka ambil sehingga bisa mencapai puncak
kejayaan dan mampu memberikan manfaat untuk orang lain. Sehingga ketika mereka telah
meninggalkan dunia ini, maka jasa-jasanya akan selalu masih dalam kenangan, namanya
akan selalu harum di belahan dunia ini. Maka oleh karena itu patutlah bagi kita, generasi
muda yag tangguh, kuat mampu mengambil pelajaran yang amat berharga dan sangat
penting.
Kedua tokoh ini merupakan tokoh-tokoh yang sangat berpengaruh dalam pendidikan
Islam. Pemikirann kedua tokoh ini menggambarkan totalitas dalam mendidik manusia,
totalitas dalam mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam maupun ilmu-ilmu non keagamaan.
Patutlah kiranya kita sedikit melirik tentang hasil pemikirannya yang cemerlang sehingga kita
bisa meniru dan meniti buah pikirannya itu, terutama tentang pendidikan Islam.
10