Anda di halaman 1dari 4

 

perdamaian keadilan dan kelembagaan yang tangguh :  ragam peran mahasiswa


baru fakultas ilmu sosial dalam upaya menyelesaikan permasalahan sosial di
indonesia melalui program SDGs 

Nama : 
NIM :  
Prodi : 

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504
pulau, sekitar 600 diantaranya tidak berpenghuni tetap yang menyebar disekitar kathulistiwa.
Indonesia terdiri dari 5 (lima) pulau besar, yaitu: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan
Papua. Salah satu dari kelima pulau tersebut terletak di bagian paling timur Indonesia dan
langsung berbatasan dengan negara tetangga yaitu, Papua. Papua memiliki luas 808.105 km2
dan merupakan salah satu pulau terluas di Indonesia yang memiliki 2 (dua) provinsi besar,
yakni Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Indonesia sejak sebelum maupun sesudah
merdeka telah mengalami berbagai macam masalah yang dialami, baik masalah internasional
maupun masalah non internasional. Meskipun masalah ini dapat diselesaikan dengan berbagai
cara, namun ada saja pihak-pihak yang tidak mau untuk menyelesaikannya dengan cara
damai.
Jika konflik yang terjadi tidak kunjung selesai, hal ini bisa saja menimbulkan
terpecahnya suatu peperangan yang lahir dari konflik yang ada khususnya konflik bersenjata.
Perang non internasional atau yang lebih dikenal dengan sebutan perang saudara ialah
sengketa bersenjata yang terjadi antara pemberontak yang berperang (belligerent) dengan
instansi pertahanan pemerintahan negara yang sah dan terjadi di wilayah negara dari suatu
negara yang sedang mengalami konflik tersebut contohnya seperti yang terjadi pada saat ini
di Papua yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Organisasi Papua Merdeka
didirikan pada bulan desember 1961 yang bertujuan untuk menentang penguasaan Indonesia
terhadap Irian Jaya ( pada saat ini disebut Papua dan Papua Barat) serta mereka mengaku
bahwa Papua merupakan suatu wilayah kedaulatan yang berdiri sendiri dan ingin membentuk
suatu negara yang merdeka (Histori.id, 2019).
Awal dari gerakan OPM menurut Aditjondro adalah serangan sekelompok orang dari
suku Arfak ke barak pasukan Batalyon 751 (Brawijaya). Penyerangan ini dipicu oleh
penolakan para anggota PVK Batalyon Papua dari suku Arfak dan Biak yang hendak di
mobilisasi. Kemudian pemberontakan OPM meluas ke sejumlah Kabupaten di Irian Jaya
seperti Biak Numfor, Sorong, Paniai, Fakfak, Yapen Waropen, Merauke, Jayawijaya dan
Jayapura. Aksi pemberontakan ditandai oleh tindakan perlawanan fisik dengan menggunakan
senjata, penyanderaan, demonstrasi, pengibaran bendera Papua Barat, penyebaran dan
penempelan pamphlet, serta berbagai aksi perusakan. Aksi-aksi tersebut menyebabkan
tingginya perlintasan di wilayah perbatasan menuju Papua Nugini (Djopari, 2003).
Belum terlaksananya perdamaian pada ebagian wilayah di di Indonesia perlu untuk 
diperbaiki. Salah satu solusi yang diberikan pemerintah untuk menyelesaikan masalah 
ketimpangan ini ialah dengan melaksanakan program Sustainable Development Goals 
(SDGs) yang sedang digemakan diranah Internasional. Pemerintah dapat merancang dan
merumuskan program-program yang berhubungan dengan penciptaan perdamaian,
memberikan keadilan yang merata dan membentuk lembaga pemerintahan yang Tangguh.
Program SDGs yang berkaitan dengan isu  pendidikan dan program-program yang berkaitan
dengan penyediaan akses keadilan, perdamaian dan membangun kelembagaan yang efektif
ialah  SDGs nomor 16, yakni perdamaian keadilan dan kelembagaan yang tangguh. Salah
satu target dari adanya program SDGs 16 ini  ialah untuk mengurangi segala bentuk
kekerasan secara signifikan dan bekerja dengan pemerintah dan komunitas untuk menemukan
solusi jangka Panjang dalam menghadapi konflik dan rasa tidak nyaman ((PBB), 2015).
Memperkuat aturan hukum dan mempromosikan hak-hak asasi manusia adalah kunci
berjalannya proses ini, selain untuk mengurangi genjata senjata, peredaran senjata illegal,
memperkuat partisipasi negara-negara berkembang dalam institusi dan pemerintah global.
Sesuai dengan prinsip inklusivitas SDGs bahwa tidak ada satupun yang tertinggal (no
one left behind), pemuda menjadi bagian dalam target pencapaian SDGs. Namun, posisi
pemuda diharapkan tidak hanya sebagai target/penerima manfaat, tetapi dapat dioptimalkan
sebagai subjek/pelaku pembangunan. Hal ini sangat tepat dalam menggambarkan
semangat no one left behind (Foundation, 2020). Goal 16 dalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB) atau yang dikenal dengan sebutan SDGs memiliki tujuan mendukung
masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan. SDGs dalam
universitas berfokus pada bagaimana universitas dapat mendukung institusi yang kuat di
negaranya dan mempromosikan perdamaian dan keadilan. Ini mengeksplorasi penelitian
universitas tentang hukum dan hubungan internasional, partisipasi universitas sebagai
penasihat bagi pemerintah dan kebijakan universitas tentang kebebasan akademik.
Di era sekarang, mahasiswa sebagai pemuda yang menjadi kekuatan ekonomi dan
tulang punggung pembangunan negara. Penduduk yang berstatus pemuda di saat ini, akan
mendominasi populasi dalam bonus demografi yang diperkirakaan mencapai puncaknya pada
pada 2030-2040. Sebagai pelaku, mahasiswa yang mempunyai potensi besar untuk
berkontribusi dalam pembangunan. Sifat mahasiswa yang selalu ingin tahu, rasa penasaran
yang tinggi, kemauan belajar yang besar, membuatnya berpotensi dalam mendukung.
Mahasiswa juga optimistis dalam memandang keberagaman. Menurut IDN Research Institute
dalam Indonesia Millenial Report 2019, 81.5% mahasiswa yang merupakan pemuda
Indonesia mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia dan 81.4% mendukung Pancasila
sebagai ideologi negara. Hal ini selaras dengan Tujuan 10: Berkurangnya kesenjangan dan
Tujuan 16: Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk membantu 
pemerintah dan negara dalam mewujudkan penuntasan permasalah sosial melalui
perdamaian, penegakan keadilan dan lembaga yang kuat di Indonesia,  target dan tujuan
program SDGs 16 yakni perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang Tangguh dapat
digunakan sebagai acuan  solusi dari adanya konflik pemberontakan, penyerangan dan
peperangan di Indonesia. Mahasiswa sebagai sosok dan aktor  yang aktif dan optimis dalam
penegakan keadilan dan penerimaan keberagaman di Indonesia, memiliki peranan penting
dalam proses  berjalannya tujuan dan target program SDGs 16 perdamaian, keadilan dan
lembaga yang tangguh. Dalam hal ini,  mahasiswa dapat merealisasikan cita-cita dan harapan
bagi perdamaian dan keadilan di Indonesia mulai dari saat ini. Sedangkan untuk dimasa yang
akan datang, peran penting mahasiswa salah satunya  ialah sebagai tombak dan penggerak
dalam membangun pemuda yang berkarakter dan menjadi pemimpin masa untuk generasi
penerus bangsa. Sebagai mahasiswa yang  bergelut di bidang ilmu sosial dan kependidikan,
Jika dibekali dengan keterampilan dan kemampuan yang baik, mahasiswa bisa menjadi kunci
dalam kesuksesan pencapaian SDGs. Akses terhadap pendidikan berkualitas serta
pembangunan karakter sebagai pemimpin masa depan adalah salah satu dukungan yang
dibutuhkan mahasiswa.

REFERENSI
(PBB), P. B.-B. (2015, Agustus 19). SDGs (Sustainable Development Goals). Diambil
kembali dari United Nasions: https://sdgs.un.org/goals

Djopari, J. R. (2003). Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka. Jakarta: Grasindo.


Foundation, T. (2020, Oktober 1). Tanoto Foundation. Diambil kembali dari Tanoto
Foundation: https://www.tanotofoundation.org/id/news/pemuda-dan-perannya-dalam-
pencapaian-sdgs/

Histori.id. (2019, Mei 7). Histori.id. Diambil kembali dari Organisasi Papua Merdeka:
http://histori.id/sejarah-organisasi-papua-merdeka-opm/

Anda mungkin juga menyukai