Anda di halaman 1dari 119

MODUL I

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

A. Pengantar
Di Indonesia tumbuh dan berkembang bahasa yang beragam. Sebagian besar orang
Indonesia menguasai atau menggunakan beberapa bahasa sekaligus. Selain menguasai
bahasa Indonesia dan bahasa daerah, tidak sedikit orang Indonesia juga menguasai bahasa
asing. Dalam kondisi penggunaan bahasa seperti itu, perlu diatur agar tidak menimbulkan
dampak yang tidak baik. Setiap bahasa yang ada di Indonesia perlu diletakkan dalam
kedudukan tertentu dan setiap bahasa yang dalam kedudukan itu mempunyai fungsi tertentu
pula.

B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa-bahasa di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahasa persatuan dan
bahasa negara, bahasa daerah, serta bahasa asing. Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai
bahasa persatuan melalui Sumpah Pemuda tahun 1928 dan kemudian dikukuhkan
kedudukannya sebagai bahasa negara pada tahun 1945.

1. Bahasa Persatuan dan Bahasa Negara


Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara sekaligus. Sebagai bahasa
persatuan, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai lambang kebanggaan dan identitas
nasional, serta alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berbeda-beda latar belakang sosial
budaya dan bahasanya.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi yang digunakan di
dalam penyelenggaraan negara. Secara lebih rinci, dalam kedudukan itu bahasa Indonesia
berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di dunia pendidikan, bahasa
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintah, dan bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara membawa konsekuensi bahwa
bahasa Indonesia harus mampu mengemban tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam kehidupan bangsa yang cerdas, setiap warga
negara, apalagi mereka yang telah terdidik, tidak hanya harus mampu memahami berbagai
informasi, tetapi juga mampu menjelaskan, menerapkan, mengevaluasi, dan bahkan mampu

1
mencipta ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni (ipteks), baik sebagai bentuk
implementasi maupun inovasi.

2. Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah bahasa-bahasa suku bangsa di Indonesia. Bahasa ini jumlahnya
sangat banyak dan digunakan menyebar di seluruh daerah di Indonesia. Bahasa daerah
berfungsi sebagai lambang kebanggaan dan lambang identitas daerah, alat perhubungan di
dalam keluarga dan masyarakat daerah, dan sarana pendukung budaya daerah dan bahasa
Indonesia. Dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah merupakan
pendukung bahasa Indonesia, merupakan bahasa pengantar pada tingkat permulaan di
sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar proses pengajaran, selain merupakan
sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia.

3. Bahasa Asing
Bahasa asing diberi batasan sebagai bahasa-bahasa di Indonesia selain bahasa
Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa asing mempunyai fungsi sebagai alat perhubungan
antarbangsa dan sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk
pembangunan nasional. Sehubungan dengan fungsinya sebagai akses untuk memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern, bahasa asing sesungguhnya hanya melengkapi
fungsi bahasa Indonesia yang juga dikembangkan agar menjadi sarana serupa.

C. Bahasa Indonesia Baku


Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam masyarakat multikultural sehingga
bahasa Indonesia mempunyai varian yang sangat banyak, baik varian akibat perbedaan
daerah penggunaan maupun varian akibat kelompok sosial penggunanya. Perbedaan varian
itu di satu sisi dapat dijadikan ciri yang menunjukkan dari daerah mana atau kelompok mana
seorang penutur berasal, di sisi yang lain merupakan perbedaan yang mengganggu interaksi
sosial antarkelompok yang menggunakan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, untuk keperluan
kedua itu, perlu ditetapkan bahasa Indonesia baku yang mewakili setiap varian yang ada.
Bahasa Indonesia baku merupakan inti semua varian bahasa Indonesia. Seandainya
A = {1, 2, 3, 4, 5, 6}; B = {3, 4, 5, 6, 7}; dan C = {5, 6, 7, 8, 9} maka D = {5, 6}. Anggaplah dalam
bahasa Indonesia terdapat dialek A, dialek B, dan dialek C. Bahasa Indonesia baku adalah
anggota irisan dari semua dialek itu. Dengan kata lain, bahasa baku menjadi inti bahasa yang
dapat diterima oleh penutur semua dialek bahasa Indonesia. Dalam istilah ilmu bahasa,
anggota himpunan irisan itu disebut inti bersama. Untuk menyebut orang tua laki-laki kita,
misalnya, dalam bahasa A digunakan kata babe, abah, bapak; dalam bahasa B digunakan kata
abah, bapa, bapak; dan dalam bahasa C digunakan kata bapa, bapak, dan rama. Dengan
2
demikian, kata bapak lah yang dianggap baku. Akan tetapi, kondisi bahasa di Indonesia tidak
sesederhana himpunan A ᴖ B ᴖ C, karena jumlah variasi penggunaan bahasa Indonesia sangat
banyak. Menetapkan bahasa Indonesia baku juga jauh lebih sulit dibandingkan mencari irisan
himpunan A, B, dan C seperti dalam ilustrasi tadi.
Dengan bahasa Indonesia baku, seseorang dapat berinteraksi secara baik dengan
teman-temannya dari daerah mana pun mereka berasal. Itulah sebabnya, pemerintah selalu
mengupayakan pembakuan bahasa, baik ejaan, kosakata, maupun tata bahasanya, agar
komunikasi antara orang Indonesia dari daerah yang satu dan orang Indonesia dari daerah
lain berjalan lancar, tanpa salah pengertian. Dengan memilih inti bersama varian-varian
bahasa Indonesia, bahasa Indonesia baku mempunyai keunggulan dalam dua hal, yaitu
keunggulan jangkauan wilayah penggunaan dan keunggulan waktu penggunaan. Dengan
keunggulan wilayah penggunaan, bahasa Indonesia baku dapat digunakan di wilayah yang
sangat luas jangkauannya. Bahasa Indonesia baku dapat dituturkan dan dimengerti oleh
semua orang Indonesia di mana pun mereka tinggal. Dengan keunggulan waktu penggunaan,
bahasa Indonesia baku dapat digunakan dalam kurun waktu yang relatif lama. Artinya,
walaupun sudah dibuat sepuluh tahun yang lalu, dokumen berbahasa Indonesia baku itu
masih dapat dipahami oleh pembaca saat ini, dan akan dapat dipahami pula oleh pembaca
pada masa yang akan datang.
Selain memiliki keunggulan wilayah dan waktu penggunaan, apa lagi ciri bahasa
Indonesia baku? Masih ada beberapa ciri lain, yaitu kemantapan dinamis dan cendekia.
Bahasa Indonesia baku memiliki kemantapan dinamis. Artinya, kaidah bahasa Indonesia
relatif tetap dan tidak berubah setiap saat. Meskipun demikian, kaidah bahasa Indonesia
harus dapat diterapkan ke semua gejala yang ada di dalam bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia terus berkembang, maka kaidah bahasa Indonesia harus berlaku juga unsur bahasa
yang baru muncul itu.
Bahasa Indonesia baku memiliki ciri cendekia. Artinya, bahasa Indonesia baku
mencerminkan cara berpikir yang teratur, logis, dan sistematis. Untuk mengungkapkan
gagasan, bahasa Indonesia baku dapat digunakan untuk menyampaikan isi pikiran secara
teratur dan sistematis. Oleh karenanya, pemahamannya pun dapat dilakukan secara baik.
Berpikir teratur, logis, dan sistematis itu adalah ciri pemikiran yang cendekia.
Penetapan bahasa Indonesia baku bukan berarti melarang penggunaan bahasa
Indonesia yang tidak baku. Bahasa Indonesia baku mempunyai ranah penggunaan yang
berbeda dengan ranah penggunaan bahasa Indonesia tidak baku dan ranah penggunaan
bahasa-bahasa lain yang ada di Indonesia. Kita akan menggunakan bahasa Indonesia untuk
berbicara di tingkat nasional atau berbicara dengan saudara kita dari daerah lain.
Jika forumnya tidak resmi, kita boleh menggunakan bahasa Indonesia yang tidak
baku. Yang penting yakni penggunaan bahasa Indonesia harus disesuaikan dengan

3
konteksnya. Pemilihan bahasa yang tepat sesuai dengan konteks situasi menunjukkan
kecakapan kita menggunakan bahasa Indonesia.

D. Rangkuman
Bahasa-bahasa di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahasa persatuan dan
bahasa negara, bahasa daerah, serta bahasa asing. Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai
bahasa persatuan melalui Sumpah Pemuda tahun 1928 dan kemudian dikukuhkan
kedudukannya sebagai bahasa negara pada tahun 1945.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan berfungsi sebagai lambang
kebanggaan dan identitas nasional, serta alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berbeda-
beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi sebagai bahasa resmi
kenegaraan, bahasa pengantar di dunia pendidikan, bahasa perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah,
dan bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
serta teknologi modern.
Bahasa Indonesia baku menjadi inti bahasa yang dapat diterima oleh penutur semua
dialek bahasa Indonesia. Ciri bahasa Indonesia baku 1) memiliki keunggulan wilayah dan
waktu penggunaan, 2) kemantapan dinamis, dan 3) cendekia.

E. Latihan
1. Apa yang menjadi dasar sehingga bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
negara?
2. Jelaskan kedudukan dan fungsi:
a. Bahasa Indonesia;
b. Bahasa Daerah; dan
c. Bahasa Asing
3. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia merupakan inti semua varian bahasa
Indonesia?
4. Sebutkan ciri-ciri bahasa Indonesia baku!
5. Jelaskan secara singkat manfaat belajar bahasa Indonesia.

F. Daftar Pustaka
Alwi, H. dkk. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia. Jakarta.
Departemen Penddikan Nasional. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Ed. Ke-
4). Jakarta: Gramedia.
Finoza. Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Bandung: Diksi Insan Mulia.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum EBI Kesalahan Berbahasa. Solo: Genta Smart
Publisher.
Sugihastuti, M.S. 2014. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono, dkk. 2014. ‘Draf Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik’ dalam Workshop
Pengayaan Pembelajaran Berbasisi Saintifik, oleh Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Direktorat Jenderal PT.
Widjono, Hs. 2012. Bahasa Indonesia: Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Kompas Gramedia.

4
BAB II
BAHASA YANG LUGAS DALAM GENRE MAKRO

A. Pengantar
Bahasa yang lugas adalah bahasa yang langsung menunjuk pada apa yang
dibicarakan. Kalimat-kalimat yang disusun tidak akan menimbulkan makna ganda.
Sekurang-kurangnya ada empat segi kebahasaan yang kaidahnya wajib dikuasai oleh para
penulis atau penyusun genre makro. Aturan kebahasaan yang dimaksud yakni kaidah
penyusunan paragraf yang runtut, pembuatan kalimat efektif, pemilihan kata yang tepat, dan
penerapan ejaan yang cermat.
Genre makro adalah genre yang secara global menjadi nama jenis teks yang
dimaksud, yang di dalamnya masih terdapat sejumlah subgenre yang disebut genre mikro.
Beberapa contoh genre makro antara lain iklan, berita, editorial, artikel jurnal, brosur, ulasan
buku (review), dan surat. Adapun genre mikro yang dapat disematkan ke dalam genre2
makro meliputi, antara lain deskripsi, prosedur, rekon, narasi, eksplanasi, eksposisi, dan
diskusi.
Buku yang ada ini tidak menyajikan semua genre makro, tetapi hanya genre makro
surat, ulasan buku, proposal (baik proposal penelitian maupun proposal kegiatan), laporan
(baik laporan penelitian maupun laporan kegiatan), dan artikel ilmiah. Kesemua genre
makro tersebut penulisannya harus mengikuti kaidah kebahasaan.
Berikut ini akan dideskripsikan bagian per bagian

B. Pemakaian Ejaan yang Cermat


Di Indonesia, ejaan telah beberapa kali mengalami penyempurnaan. Pertama, Ejaan
van Ophuysen yang dipakai sejak tahun 1901. Kedua, Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik
yang dipakai sejak tahun 1947. Ketiga, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan ini
diresmikan Presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972 dan menjadi ejaan resmi bahasa
Indonesia, yang dilanjutkan dengan nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
tahun 2015. Penjelasan tentang PUEBI ini tertuang dalam buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia. Di dalamnya diatur, antara lain: pemakaian huruf, penulisan huruf,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca (pungtuasi).

1. Pemakaian/Penulisan Huruf
Kesalahan umum penulisan huruf terjadi pada huruf pertama kata-kata yang
mendahului nama bangsa, suku, bahasa, tahun, bulan, dan hari, serta judul dan daftar isi.
a. Nama bangsa, suku, dan bahasa
Huruf pertarna nama bangsa, suku, dan bahasa, ditulis dengan huruf besar.
Misalnya:
bangsa Indonesia bukan Bangsa Indonesia

5
suku Sunda bukan Suku Sunda
bahasa Indonesia bukan Bahasa Indonesia
jawanisasi bukan Jawanisasi

Dengan mengamati contoh di atas, hanya huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang ditulis dengan huruf besar. Adapun huruf pertama kata bangsa, suku, dan bahasa
yang mengiringi penamaan itu tetap ditulis dengan huruf kecil. Kalau kata yang berkenaan
dengan bangsa dan suku seperti di atas tidak digunakan untuk mengacu pada nama,
penulisan huruf pertamanya tetap dengan huruf kecil. Misalnya:
(1) Kehidupan modern tidak identik dengan kehidupan yang serba kebarat-baratan.
(2) Pengindonesiaan kata-kata serapan hendaknya mengikuti kaidah yang benar.

b. Nama tahun, bulan, dan hari


Huruf pertama nama tahun, bulan, hari-hari besar, dan peristiwa sejarah, ditulis dengan
huruf kapital. Misalnya:
tahun Hijrah bukan Tahun hijrah
bulan Juni bukan Bulan Juni
hari Minggu bukan Hari Minggu
mingguan bukan Mingguan
hari Lebaran bukan Hari Lebaran
Perang Diponegoro bukan perang Diponegoro
Sumpah Pemuda bukan sumpah Pemuda atau sumpah pemuda

c. Judul
Huruf pertama setiap kata dari nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan ditulis dengan huruf besar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, untuk, tetapi,
dan yang. Selain itu, kalau nama buku, majalah, dan surat kabar dikutip dalam karangan,
maka penulisannya menggunakan huruf miring (kalau diketik dengan komputer) atau
diberi garis bawah (bila ditulis tangan atau mesin ketik manual). Khusus untuk judul
karangan seperti artikel, esei, resensi, dan laporan, ditulis dengan menggunakan tanda
petik dan tanpa huruf miring. Contoh:.
Katamsi Ginano menulis resensi Kisah 1001 Malam: Petualangan Sinbad dan
Aladdin dengan menarik. Resensi yang ditulisnya dalam Republika itu berjudul
"Dongeng-dongeng Abadi dari Putri Syahrazad."

Hal lain yang harus diperhatikan, akhir judul yang merupakan kepala karangan,
subjudul, kepala ilustrasi atau tabel, grafik dan sebagainya, tidak dibubuhi tanda titik.
Contoh:
Manfaat Madu bagi Kesehatan
Dan Perang pun Usai
Grafik 9. Perkembangan Peserta Kejar Paket B Selama Pelita V

d. Daftar isi
Nomor urut digit terakhir dari suatu daftar isi dan bagian akhir nama isiannya tidak
perlu dibubuhi tanda titik.
Contoh:
BAB I PEMILIHAN KATA
6
A. Pengertian Pilihan Kata atau Diksi
B. Strategi Permilihan Kata
1. Penyusunan matriks kata
2. Uji konteks

2. Penulisan Kata
Kekeliruan penulisan kata biasanya berkenaan dengan kata turunan, proklitik, ke dan
di kata depan yang sering tertukar dengan imbuhan, partikel pun.

a. Kata turunan
Kata turunan adalah kata yang dibentuk melalui pengimbuhan, pengulangan, dan
pemajemukan. Suatu kata yang terdiri dari dua unsur atau lebih, bila sekaligus mendapat
awalan dan akhiran ditulis serangkai. Misalnya:
menggarisbawahi bukan menggaris bawahi
menyebarluaskan bukan menyebar luaskan
pendayagunaan bukan pendaya gunaan

Kalau salah satu unsur pembentuk kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka
kata itu ditulis serangkai. Unsur yang biasa muncul dalam kombinasi itu, di antaranya: a,
non, eka, dwi, tri, catur, panca, sapta, dasa, in, intra, inter, antar, tele, maha, mono,
ambi, bi, multi, poli, re, de, tuna, infra, pramu, swa, sub, semi, pra, purna, dan pasca.
Misalnya:
ateis nonaktif
dwiwarna caturwulan
pancaindera bilateral
saptamarga dasawarsa
inkonsisten internasional
antarsesama telekonferensi
mahakuasa monoloyalitas

Bila bentuk-bentuk terikat di atas diikuti oleh kata yang diawali huruf besar, maka di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung
Misalnya:
non-Indonesia
non-Amerika
Kata yang dibentuk dengan pemajukan (komposisi) atau disebut juga kata majemuk,
bagian-bagiannya ditulis secara terpisah.
Misalnya:
orang tua keras kepala
mata pelajaran daya guna
kereta api rumah sakit

b. Proklitik ku dan kau


Proklitik ku dan kau dan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:
a) Janganlah kaubiarkan aku tersiksa dalam penyesalan yang panjang.

7
b) Kuperingatkan, jangan kauulangi lagi kesalahanmu itu.

c. Kata depan ke dan di


Bentuk di dan ke sebagai awalan dan kata depan ditulis berbeda. Sebagai awalan,
di- dan ke- ditulis serangkai. Kata yang diberi awalan di- menunjukkan kata kerja;
sedangkan yang diberi awalan ke- menunjukkan kata benda.
contoh:
di + jual : dijual
di + cangkul : dicangkul
ke + kasih : kekasilh
ke + Iima : kelima
Kata depan ke dan di diikuti oleh kata benda yang menunjukkan tempat atau arah.
Penulisan kedua kata itu terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
"Pergilah ke rumah tua itu! Di halamannya banyak tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat lukamu."

d. Partikel pun
Partikel pun yang bersinonim dengan juga ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya. Bentuk pun yang seperti ini biasanya menyertai kata benda, kata kerja,
dan kata sifat.
Contohnya:
1) Aku pun ingin pergi merantau, tapi tak tega meninggalkan ibu yang sudah tua.
2) Tak ada rotan akar pun berguna.

Akan tetapi, untuk kata-kata yang hubungannya dengan partikel pun sudah sangat
padu, partikel itu ditulis serangkai dengan kata yang diikutinva, misalnya: adapun,
meskipun, walaupun, sekalipun, kendatipun, sungguhpun, biarpun, ataupun, maupun,
betapapun, dan bagaimanapun.

3. Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur-unsur dari berbagai
bahasa lain, baik dari bahasa daerah ataupun dari bahasa asing seperti bahasa Sanskerta,
Cina, Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris.
Dilihat dari taraf keintegrasiannya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi atas dua golongan. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia seperti: hand, back, corner, reshuffle, push up, layout, standingparty,
software, hardware, money changer, alumuniumfoil, knock down, check out, check in,
convention hall, dan lain-lain. Unsur-unsur tersebut sering dipakai dalam konteks
berbahasa Indonesia dengan pelafalan yang masih mengikuti cara asing. Unsur asing
tersebut bila dituliskan dalam wacana berbahasa Indonesia menggunakan huruf miring
atau garis bawah.

8
Kedua, unsur pinjaman yang penulisan dan pengucapannya telah sesuai atau
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Unsur pinjaman yang mengalami adaptasi,
perubahannya dilakukan seperlunya sehingga bentuk lndonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kata Asing Penyerapan Penyerapan
yang Salah yang Benar

axiom axioma aksioma


akhir ahir akhir
complex komplek kompleks
congress konggres kongres
coordination kordinasi koordinasi
effective efektip efektif
essay esei esai
February Pebruari Februari
haqiqah (t) hakekat hakikat
hypothesis hipotesa hipotesis
Jum'ah (t) Jum'at Jumat
khabar khabar kabar
management managemen manajemen
method metoda metode
November Nopember November
procedure prosedure prosedur
system sistim sistem

4. Pemakaian Tanda Bac


1) Tanda Titik (.)
a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Bitung.
Adik bungsunya bekerja di Manado.

b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab
dan subbab.
Misalnya:
III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal PMD
B. Direktorat Jenderal Agraria
1. Subdit ...
2. Subdit ...

I. Isi Karangan 1. Isi Karangan


A. Uraian Umum 1.1 Uraian Umum
B. Ilustrasi 1.2 Ilustrasi
1. Gambar 1.2.1 Gambar
2. Tabel 2.2.2 Tabel
3. Grafik 1.2.3 Grafik

9
Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka pada pengkodean sistem digit
jika angka itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka sebelum judul bab
atau subbab.
c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu dan jangka waktu.
Misalnya:
pukul 12.10.20 (pukul 12 1ewat 10 menit 20 detik)
12.10.20 (12 jam, 10 menit, 20 detik)
d) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
la lahir pada tahun 1956 di Manado.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
e) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, tahun terbit, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Lawrence, Marry S. 1974. Writting as a Thinking Process. Ann Arbor: University
of Michigan Press.
f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya:
Calon mahasiswa yang mendaftar mencapai 20.590 orang. Koleksi
buku di perpustakaanku sebanyak 2.799 judul.
g) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku, karangan lain,
kepala ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
Catur untuk Semua Umur (tanpa titik)
Gambar 1: Bentuk Surat Resmi Indonesia Baru (tanpa titik)
h) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Manado, 11 Januari 2018 (tanpa titik)
Yth. Bpk. Nicolas Roeroe (tanpa titik)
Jalan Laut Aru No. 999 (tanpa titik)
Manado, 95115 (tanpa titik)
Sulawesi Utara (tanpa titik)
Kantor Pengadilan Negeri (tanpa titik)
Jalan Sam Ratulangi V/2 (tanpa titik)
Manado, 95115 (tanpa titik)
2) Tanda Koma (,)
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya: Reny membeli permen, roti, dan air mineral.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
Menteri, pengusaha, serta tukang becak perlu makan.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak pak Daud.
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Anak Kalimat Induk Kalimat
Kalau hujan tidak reda, saya tidak akan pergi.
Karena sakit, kakek tidak bias hadir.
10
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Induk Kalimat Anak Kalimat
Saya tidak akan pergi kalau hujan tidak reda.
Kakek tidak bias hadir karena sakit.
d) Tanda koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat
yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi.
Misalnya: Meskipun begitu, kita harus tetap berjaga -jaga .
Jadi, masalahnya tidak semudah itu.
e) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari
kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya: O, begitu?
Wah, bagus, ya!
Aduh, sakitnya bukan main.
f) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Misalnya: Kata ibu, "Saya berbahagia sekali".
"Saya berbahagia sekali," kata ibu, "karena kamu berhasil".
g) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
(1) Sdr. Fernando Imbang, Jalan Wolter Mongisidi VII/54, Manado 95115
(2) Manado, 11 Maret 2018
(3) Bangkok, Thailand

h) Tanda Koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.


Misalnya: Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia,
2001) hlm.27.

i) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya: Mentary M. Roeroe, S.S.
Jein Imbang, M.A.
j) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Misalnya: Guru saya, pak David pandai sekali.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan mengikuti praktik
komputer.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.
Semua siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan
namanya kepada panitia.
k) Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Misalnya: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
l) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru.
Misalnya: "Di mana pameran itu diadakan?" tanya Wulan.
"Baca dengan teliti!" ujar bu guru.
3) Tanda Titik Koma (;)

11
a) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Misalnya: Hari makin siang; dagangannya belum juga terjual.
b) Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya: Ayah mencuci mobil; ibu sibuk mengetik makalah; adik menghafal nama-
nama menteri; saya sendiri asyik menonton siaran langsung pertandingan
sepak bola.
c) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks
yang tidak cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat
secara keseluruhan.
Misalnya:
Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para
orang tua, guru, polisi, atau pamongpraja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini
terdiri atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 21 tahun.

4) Tanda Titik Dua (:)


a ) Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap diikuti
perincian.
Misalnya: Kami memerlukan alat tulis: pensil, penggaris, penghapus, dan kertas.
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kami memerlukan pensil, penggaris, penghapus, dan kertas.
b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya:
a. Ketua :SusanLumi
Sekretaris : Victoria Mogawe
Bendahara : Wulan
b. Hari : Senin
Tanggal : 11 Januari 2018
Waktu : 14.30 WIB
c) Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Dandang Gendis : (memegang tangan Dewi Amisani) Jangan Dewi
mempermainkan hati yang putus asa. Kalau Dewi "benci
kepadaku, katakanlah dengan jelas. Aku sekarang seperti
Dasamuka di pondok Rama membujuk Sinta.
Dewi Amisani: Seperti Dasamuka? Bukan. Akan tetapi, seperti Rama,
karena Tuanlah yang dinanti-nanti jiwaku.

d) Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan,
serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya: Jurnal Perempuan (1996), I:28.
Harahap, Ds. F.K.N. 1986. Sejarah Catur. Bandung: Angkasa.
5) Tanda Hubung (-)
a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian
baris.
Misalnya:
Di samping program lama ada juga prog-
ram yang baru

12
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal
baris.
Misalnya:
Mata kuliah baru yang ditawarkan tahun
ini adalah Estetika dan ....
Bukan
Mata kuliah baru yang ditawarkan tahun i-
ni adalah Estetika dan ....
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.

Kukuran baru ini memudahkan kita me-


Ngukur kelapa.

Senjata itu merupakan alat pertahan-


an yang canggih.

c) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.


Misalnya:
buku-buku
berlari-lari
d) Tanda hubung dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu
ataupun bagian-bagian tanggal, bulan, dan tahun.
Misalnya: r-e-f-o-r-m-a-s-i
16-6-2007
e) Tanda hubung boleh dipakai untuk mempei jelas hubungan bagian kata atau
ungkapan.
Misalnya: ber-evolusi
dua-puluh lima-ribu (20 x 5000)

Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-lima ribuan (25 x 1000)
f) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Asia, hari-H; hadiah ke-3; tahun 60-an; mem-PHK-kan, sinar-X.
g) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Misalnya: di-tackle pen-tackle-an

6) Tanda Pisah (-) *)


a) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di
luar bangun kalimat.
Misalnya:
Hasil pertandingan itu -sungguh di luar dugaan- ternyata imbang.
b) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
*) Panjangnya dua kali tanda hubung
Misalnya:
Rangkaian temuan ini -evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan
13
atom- telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c) Tanda pisah dipakai di antara dua nama tempat atau tanggal dengan arti --sampai
ke-- atau --sampai dengan--.
Misalnya: Jakarta-Bogor
tanggal 10 -15 Oktober 2007

7) Tanda Elipsis ( ...)


a) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Jika demikian ... ya, apa boleh buat.
b) Tanda elipsis menunjukkan dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kolusi di ... akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat
titik: tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai
akhir kalimat.
Misalnya: Dalam karangan, tanda baca harus digunakan ....

8) Tanda Tanya (?)


a) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan Anda diwisuda?
Saudara paham, bukan?
b) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Putri Wulan dilahirkan pada tahun 2002 (?)
Kios sebanyak 200 pintu (?) terbakar.

9) Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah.
Misalnya: Jangan nyalakan lampu!
Merdeka!
Ayo, maju!

10) Tanda kurung ((...))


a) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Penyunting penyelia sudah selesai menyunting KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia)
b) Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:Kumpulan puisi L.K. Ara yang berjudul "Laut Tawar" (nama danau di
Aceh) ditulis Pada tahun 1982.
Data itu (lihat Tabel 10) menunjukkan adanya perkembangan baru di
bidang pemasaran mobil.

a) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam
teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata semiotik diserap ke dalam bahasa lndonesia menjadi semiotik(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (daerah) Minahasa.
d) Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan
keterangan.
14
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) modal, dan (e) sumber daya
manusia.

11) Tanda Kurung Siku ([...])


a) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
Misalnya:
Kata beliau waktu itu, "Kita jangan hanya mau meng[e]ritik, tetapi juga mau
dikeritik".
b) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah tertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II
[lihat halaman 35-38] buku pertama) perlu dibentangkan di sini.

12) Tanda Petik (”...” )


a) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya: "Saya belum siap," kata Sandra, "tunggu sebentar!"
Pasal 36 UUD 45 berbunyi, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia".
b) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul syair, karangan atau bab buku yang diacu
dalam kalimat.
Misalnya: Sajak "Berdiri Aku" adalah ciptaan penyair Amir Hamzah.
Tulisan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Prestasi" dapat
dibaca dalam Tempo No. l .
e. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah atau kata yang mempunyai arti
khusus atau kurang dikenal.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "trial and error" saja. Gadis itu
mengenakan rok "span" berwarna hitam.
d) Tanda petik dipakai untuk mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti
khusus.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Rudi mendapat julukan "si Hitam".
Si Anto sering digelari "Jackpot" karena suka berjudi.
e) Tanda petik dipakai untuk menandai ungkapan atau bagian kalimat yang tidak
rnengandung arti yang sebenarnya.
Misalnya:
Dalam pertandingan sepak bola, para pemain depan sering "dimakan" oleh
lawan.
Menulis surat lamaran pekerjaan pada hakikatnya sama dengan "menjual
diri".
13) Tanda Petik Tunggal ('...')
a ) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain.
Misalnya:
Tanya Deny, "Kau dengan bunyi 'kret-kret' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriakan anakku,'Ibu, bapak pulang',
rasa letihku pun lenyap seketika", ujar pak Sasmita.
b) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna,terjemahan, atau penjelasan
kata atau ungkapan asing.
Misalnya: face-to-face –bersemuka-

15
14) Tanda Garis miring (/)
a) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No.: 7/PK/VIIU2017
Jalan Sam Ratulangi III/C-400
Tahun Akademik 2017/2018
b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan tiap. Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut = dikirimkan lewat darat atau laut
biaya fotokopi Rp 90,00/lembar = biaya fotokopi
Rp 90,00 tiap lembar .
15) Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata.
Misalnya:
Malam ' lah tiba. (' lah = telah)
Anita'kan kusurati ('kan = akan)
17 Agustus '17 ('17 = 2017)

16) Angka

a) Tingkat
Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan menggunakan angka
Romawi, ke-angka Arab, atau penyebutan. Contoh: Abad XX, atau Abad ke-20, atau
Abad kedua puluh, bukan Abad ke-XX, abad ke-XX, abad 20, atau Abad ke 20.
b) Jumlah
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf. Pada awal kalimat, lambang bilangan ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa
lambang bilangan dipakai secara berurutan seperti dalam pemerincian dan pemaparan.
Contoh:
- Barang-barang yang Anda beli dapat dibayar tiga kali.
- Ada lima belas orang yang hadir dalam pertemuan itu.
- Responden peneilitian ini 80 mahasiswa, 25 alumni, dan 5 pengelola UT.

Pada awal kalimat, lambang bilangan ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
atau redaksi kalimat diubah sehingga bilangan itu tidak terdapat lagi di awal kalimat.
Contoh:
- Empat puluh lima peserta mengikuti kegiatan pelatihan itu.
- Kegiatan pelatihan itu diikuti oleh 45 peserta.
- Bukan: 45 peserta mengikuti kegiatan pelatihan itu.

Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dan dapat dieja sebagian
dengan huruf agar lebih mudah dibaca.
Contoh:
- Akibat penyelundupan itu negara telah dirugikan 400 milyar
- Melihat prospek usahanya, bank memberinya pinjaman 250 juta.

Kecuali dalam dokumen resmi, seperti akte, kuitansi, dan proposal, bilangan tidak
perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus.
Contoh:
- Kompleks perumahan Kilu Permai dihuni oleh 90 kepala keluarga.
Bukan:
- Kompleks perumahan Kilu Permai dihuni oleh 90 (sembilan puluh) kepala keluarga.

16
17) Penyingkatan
Unsur-unsur singkatan nama orang atau bagian akhir singkatan nama orang dibubuhi
tanda titik.
Contoh:
- H.M. Fajar H. Ismaya
- Suman Hs.

Pada bagian akhir singkatan atau unsur singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan,
diletakkan tanda titik. Tanda koma digunakan untuk menandai gelar dan, memisahkan
dua gelar atau lebih yang terdapat di belakang nama orang.
Contoh:
- Femmy Pasummiin, M.Si.
- Dr. Alan Imbang, S.H., DEA.
- Kol. Inf. M. Buang Tarore
Singkatan yang terdiri atas dua huruf menggunakan satu titik untuk setiap hurufnya,
sedangkan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik. Contoh:
a. n. bukan a/n atas nama
u. p. bukan u/ p untuk perhatian
dll. bukan d. l. l. dan lain-lain
dsb. bukan d. s. b. dan sebagainya
hlm. bukan h. l. m. halaman
tgl. bukan tg. atau tangg. tanggal

Singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan
keduanya, atau yang terdapat di dalam akronim dan yang sudah diterima oleh
rnasyarakat, tidak perlu menggunakan tanda titik.
Contoh:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
SD Sekolah Dasar
PT Perseroan Terbatas
WHO World Health Organization
Sekjen Sekretaris Jenderal

Singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang, tidak
diakhiri dengan tanda titik.
Contoh:
TNT bukan TNT. trinitrotoluen
cm bukan cm. sentimeter
kg bukan kg. kilogram
Rp bukan Rp. rupiah

C. Pilihan Kata (Diksi)


Pilihan kata atau diksi pada dasarnya merupakan hasil dari upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata dilakukan apabila
tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Dari senarai kata itu
dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian.
Kemahiran memilih kata hanya dimungkinkan bila seseorang (1) menguasai kosa
kata yang cukup luas; (2) dapat membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa
makna serumpun; dan (3) mampu memilih kata-kata yang tepat dan cocok untuk situasi
tertentu.

17
Perhatikan contoh-contoh berikut:
Contoh: 1) Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya.
Mari kita tanyakan langsung kepada dokter ahlinya. (tepat)
2) Marilah kita perhatikan kebersihan daripada lingkungan kita.
Marilah kita perhatikan kebersihan lingkungan kita. (tepat)
3) Antara hak dengan kewajiban dosen haruslah berimbang.
Antara hak dan kewajiban dosen haruslah berimbang. (tepat)
4) Bukan aku yang tidak mau, tetapi dia yang tidak suka.
Bukan aku yang tidak mau, melainkan dia yang tidak suka. (tepat)

D. Kalimat Efektif
Kalimat yang benar dan jelas akan dengan mudah dipahami orang lain secara tepat.
Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki
kemampuan menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar/ pembaca
seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis/pembicara. Hal ini berarti bahwa kalimat
efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis
terhadap pembacanya. Bila hal ini tercapai diharapkan pembaca akan tertarik pada apa yang
dibicarakan dan tergerak hatinya oleh apa yang disampaikan itu.
Untuk dapat mencapai keefetifan, kalimat efektif harus memenuhi syarat berikut,
yaitu (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) keparalelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6)
kelogisan. ( Finoza L., 2005:147)

1. Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam
sebuah kalimat. Dengan satu ide itu, kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan
lebih dari satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan kesatuan yang satu dan yang
lain asalkan ide atau gagasan kalimatnya tunggal.
Contoh: Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan
kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi pengarahan)
Menjadi: Berdasarkan agenda, manajer personalia akan memberi pengarahan kepada
pegawai baru.
atau
Berdasarkan agenda sekretaris, manajer personalia akan memberi
pengarahan kepada pegawai baru.

2. Kepaduan (Koherensi)
Yang dimaksud dengan koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara
unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata,
frasa, klausa, serta tanda baca yang membentuk kalimat.
Syarat pertama bagi kalimat efektif mempunyai struktur yang baik. Artinya,
kalimat itu harus memiliki unsur-unsur subjek, predikat, dan pungtuasi titik atau tanda
tanya atau tanda seru, kemudian dapat diperluas dengan objek, pelengkap atau

18
keterangan. Unsur-unsur subjek, predikat, objek dan keterangan dalam suatu kalimat
secara bersama-sama membentuk kesatuan arti dari kesatuan bentuk. Hubungan timbal
balik antara subjek dengan predikat, predikat dengan objek serta dengan keterangan
melahirkan keterpaduan arti yang merupakan ciri keutuhan kalimat.
Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek di
dalam sebuah kalimat merupakan unsur inti atau pokok pembicaraan.
Perhatikanlah kalimat berikut!
(1) Ia terbaring di ranjang sebuah rumah sakit di Paris.
(2) Yoseph Meister menderita empat belas gigitan anjing.
(3) Sesudah disuntik dua belas kali penyakitnya menghilang.

Kata-kata yang digaris bawah pada kalimat di atas berfungsi sebagai subjek. Subjek dapat
berupa kata atau kelompok kata. Kadang-kadang kata-kata yang berfungsi sebagai
kelompok kata ini didampingi oleh kata-kata lain yang tugasnya memperjelas subjek
seperti contoh berikut:
(4 Anak-anak yang lebih besar membantu teman-temannya.
(5) Anak gajah di Kebun Binatang Ragunan kulitnya menggkilap.

Rata-rata yang dicetak miring disebut juga sebagai keterangan subjek karena
memberi penjelasan mengenai subjek. Keterangan subjek letaknya selalu setelah subjek.
Setiap kalimat harus memiliki struktur yang benar dan jelas. Setiap kata atau
kelompok kata harus jelas fungsinya di dalam kalimat.

3. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-
unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di
dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian, jika unsur pertama menggunakan
verba maka unsur kedua dan seterusnya juga harus verba. Jika unsur pertama berbentuk
nomina maka bentuk berikutnya juga harus nomina.
Contoh kalimat yang tidak paralel
Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling mengerikan dan
berbahaya, sebab pencegahan dan cara mengobatnya tak ada yang tahu!

Contoh kalimat yang paralel


Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling mengerikan dan
membahayakan, sebab pencegahan dan pengobatannya tak ada yang tahu!

4. Ketepatan
Yang dimaksud denagn ketepatan adalah kesesuaian atau kecocokan pemakaian
unsur-unsur yang membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat
dan pasti. Di antara semua unsur yang berperan dalam pembentukan kalimat harus
diakui bahwa kata memegang peranan terpenting. Tanpa kata kalimat tak akan ada. Akan

19
tetapi, perlu diingat kadang-kadang kita harus memilih dengan akurat satu kata, satu
frasa, satu idiom, satu tanda baca dari sekian pilihan demi terciptanya makna yang bulat
dan pasti.
1) Kepada para pasien, mendaftarkan diri sebelum diperiksa.
2) Di dalam keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum
3) Pada pameran itu mengetengahkan karya pelukis-pelukis terkenal.

Kata preposisi yang ada di depan subjek membuat kalimat menjadi tidak tepat,
karena tidak dapat diidentifikasi lagi mana subjek kalimat tersebut. Kalimat di atas akan
menjadi tepat apabila kata kepada, di dalam, dan pada dihilangkan sehingga menjadi
1) Para pasien mendaftarkan diri sebelum diperiksa.
2) Keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum
3) Pameran itu mengetengahkan karya pelukis-pelukis terkenal.

5. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan adalah adanya upaya menghindari pemakaian
kata yang tidak perlu. Hemat di sini berarti tidak memakai kata-kata mubasir; tidak
mengulang subjek; tidak menjamakkan kata yang memang sudah berbentuk jamak.
Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi.
Contoh kalimat tidak hemat kata.
1) Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar seharian dari
pagi sampai petang.
2) Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang baik Anda harus belajar dengan
sungguh-sungguh.

Contoh kalimat hemat kata.

1) Saya melihat sendiri, mahasiswa itu belajar sendirian.


2) Anda harus sungguh-sungguh belajar supaya mendapat nilai yang baik.

6. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang
logis/masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis
(runtut/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah
benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata atau frasanya, dapat
menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika berbahasa.
Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut ini:
1) Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada
waktunya. (berarti “modal” untuk menyelesaikan makalah cukuplah ucapan syukur
kepada Tuhan).
2) Kepada Bapak/Ibu (Dekan), waktu dan tempat kami persilakan. (waktu dan tempat
tidak perlu dipersilakan).

20
E. Paragraf/Alinea
Paragraf atau alinea adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan
alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, alinea
semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah.

1. Syarat-syarat Pembentukan Paragraf

Paragraf yang efektif harus memenuhi dua syarat, yaitu (1) adanya kesatuan dan (2)
adanya kepaduan.
1) Kesatuan Paragraf
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf
hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik/masalah. Jika dalam sebuah paragraf
terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam
paragraf itu terdapat lebih dari satu ide. Perhatikan paragraf di bawah ini.
Sindrom metabolik dikenal pertama sebagai sindrom X, pada tahun 1988, menurut
Prof.Dr.dr. Sidartawan Soegondo, SpPD-KEMD FACE, guru besar FKUI. Penyakit ini timbul
ketika terjadi gangguan pada kerja hormon insulin, atau dikenal dengan resistensi insulin.
Resistensi insulin sendiri merupakan kondisi di mana hormon insulin tidak dapat bekerja
dengan baik.
(Dikutip dari majalah Dokter Kita, 2006)

2) Kepaduan Paragraf
Sepertinya halnya persyaratan kalimat efektif, dalam paragraf juga dikenal istilah
kepaduan atau koherensi. Koherensi paragraf akan terwujud jika aliran kalimat berjalan
mulus dan lancar serta logis. Kepaduan dapat dibangun dengan memperhatikan:
(1) unsur kebahasaan yang digambarkan dengan:
- repetisi atau pengulangan kata kunci
- kata ganti
- kata transisi (kata atau frase penghubung)
- paralelisme
(2) rincian dan urutan isi paragraf
Perhatikan contoh berikut:
Dalam kondisi normal, sistem pencernaan kita akan memecah makanan menjadi
gula di dalam tubuh yang dikenal dengan glukosa. Di dalam tubuh, darah akan
membawa glukosa (yang dibutuhkan sebagai bahan bakar) ke berbagai jaringan
tubuh. Glukosa yang berada dalam darah membutuhkan bantuan rangsangan
hormon insulin untuk bisa masuk ke dalam sel. Pada orang yang mengalami
resistensi insulin, sel tidak dapat berespon terhadap insulin, sehingga gula tidak
bisa masuk ke dalam sel. Akibatnya, kadar glukosa dalam darah meningkat.

2. Letak Kalimat Topik


Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling menunjang dan
hanya mengandung satu gagasan pokok dan dijelaskan oleh beberapa gagasan penunjang.
Gagasan pokok dituang ke dalam kalimat topik (kalimat pokok) dan gagasan penunjang

21
ke dalam kalimat-kalimat penunjang. Jadi, setiap paragraf terdiri dari dua bagian, yaitu
kalimat topik dan kalimat penunjang.
Bila kalimat pokok berada pada awal paragraf akan terbentuk paragraf deduktif,
yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu lalu menyusul
uraian yang terinci (urutan umum-khusus)

Penulis kadang-kadang mengemukakan generalisasi yang menuntut penguraian


dan pembuktian. Uraian dan pembuktian ini dikemukakan dalam kalimat-kalimat
penunjang. Pengembangan paragraf dalam bentuk ini dimulai dengan mengetengahkan
persoalan pokok atau gagasan utama, kemudian diikuti dengan gagasan-gagasan
penunjang yang berfungsi sebagai penjelas. Kalimat topik yang berisi pernyataan umum
berada pada permulaan (awal) paragraf. Pengembangan ini dapat digambarkan sebagai
berikut.

Kalimat topik yang terletak pada awal paragraf kemudian diulang atau ditegaskan
kembali para akhir paragraf dengan kalimat yang bervariasi (deduktif-induktif).
Paragraf juga dapat dimulai dengan peristiwa-peristiwa khusus atau gagasan-gagasan
penunjang, kemudian diakhiri dengan generalisasi. Dalam bentuk ini kalimat topik terletak
pada akhir paragraf. Perhatikan diagram di bawah ini!

22
Ada juga paragraf yang tidak mempunyai kalimat topik. Topik paragraf atau gagasan
pokok tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasanya
kita jumpai dalam karangan narasi (yang berbentuk cerita) atau deskripsi (yang berbentuk
lukisan). Pikiran utama didukung oleh semua kalimat.

3. Jenis Paragraf Berdasarkan Fungsinya dalam Karangan

Berdasarkan fungsinya dalam karangan, paragraf dapat dibedakan atas tiga macam,
yaitu (1) paragraf pembuka, (2) paragraf pengembang/penghubung, dan (3) paragraf
penutup.
Isi paragraf pembuka bertujuan mengutarakan pokok pembicaraan dalam karangan.
Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan, paragraf pembuka harus dapat
difungsikan untuk (1) mengantar pokok pembicaraan, (2) menarik minat dan perhatian
pembaca, dan (3) menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh
karangan.
Bentuk-bentuk berikut ini dapat dipakai sebagai bahan menulis paragraf pembuka,
yaitu: 1) kutipan, peribahasa, anekdot; 2) uraian mengenai pokok pembicaraan; 3) suatu
tantangan atas pendapat atau pernyataan seseorang; 4) uraian tentang pengalaman
pribadi; 5) uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan; 6) sebuah pertanyaan.

23
Paragraf pengembang bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu
karangan yang sebelumnya telah dirumuskan di dalam alinea pembuka. Contoh-contoh
dan ilustrasi, inti permasalahan, dan uraian pembahasan adalah isi sebuah paragraf
pengembang. Paragraf pengembang di dalam karangan dapat difungsikan untuk
1) mengemukakan inti persoalan;
2) memberi ilustrasi atau contoh;
3) menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya;
4) meringkas paragraf sebelumnya;
5) mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan.
Paragraf penutup berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan.
Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan, penyajiannnya
harus memperhatikan hal berikut:
1) Sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang.
2) Isi alinea harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir
sebagai cerminan inti seluruh uraian.
3) Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, hendaknya paragraf ini
dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembaca.

F. Rangkuman
Di Indonesia, ejaan telah beberapa kali mengalami penyempurnaan. Diawali dengan
Ejaan van Ophuysen (sejak tahun 1901), Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik (sejak tahun
1947), Ejaan Yang Disempurnakan (sejak tanggal 16 Agustus 1972 sampai 2015)
dilanjutkan dengan Pedoman Umum Bahasa Indonesia (PUEBI) dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI noor 15 tahun 2915, antara lain mengatur pemakaian huruf,
penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca
(pungtuasi).
Pilihan kata atau diksi merupakan hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk
dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata dilakukan apabila tersedia sejumlah kata
yang artinya hampir sama atau bermiripan. Dari senarai kata itu dipilih satu kata yang paling
tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian.
Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar/pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran
penulis/pembicara. Untuk dapat mencapai keefetifan, kalimat efektif harus memenuhi syarat
berikut, yaitu (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) keparalelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan
(6) kelogisan.
Paragraf atau alinea adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Paragraf yang efektif harus memenuhi dua syarat, yaitu (1)
adanya kesatuan dan (2) adanya kepaduan. Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat
yang saling menunjang dan hanya mengandung satu gagasan pokok dan dijelaskan oleh
beberapa gagasan penunjang. Gagasan pokok dituang ke dalam kalimat topik (kalimat pokok)
dan gagasan penunjang ke dalam kalimat-kalimat penunjang. Jadi, setiap paragraf terdiri dari
dua bagian, yaitu kalimat topik dan kalimat penunjang. Berdasarkan fungsinya dalam
karangan, paragraf dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu (1) paragraf pembuka, (2)
paragraf pengembang/penghubung, dan (3) paragraf penutup.

G. Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa yang lugas?
2. Sebutkan kaidah-kaidah kebahasaan yang wajib dikuasai oleh penulis karangan ilmiah!
3. Ejaan apa yang digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini?
24
4. Jelaskan perbedaan bentuk ke dan di yang ditulis serangkai dengan yang ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya?
5. Apa sajakah dua golongan dalam unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia? Berikan
contohnya selain dari yang telah dipaparkan!
6. Jelaskan penggunaan tanda titik dan tanda koma, dan berikan satu contoh kalimat yang
memuat dua tanda baca tersebut!
7. Jelaskan perbedaan tanda titik koma dengan tanda titik dua! Berikan contoh kalimat
kedua tanda baca tersebut!
8. Jelaskan perbedaan tanda pisah dan tanda hubung! Berikan contoh!
9. Apa yang membuat suatu kalimat menjadi kalimat yang efektif?
10. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat pembentukan paragraf!
11. Masing-masing kelompok menyiapkan satu teks untuk dikritisi dalam kelompok kecil
kemudian disiapkan untuk dipresentasikan dalam kelas. (sampel)

H. Daftar Pustaka
Adiwinarta, Sri Sukesi, dkk. 2010. Tata Istilah Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa
Alwi, Hasan. Dkk. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan bahasa
Indonesia. Jakarta.
Chaer, Abdul. 2008. Bahasa Indonesia 1,2. Dirjen Dikti.
Departemen Penddikan Nasional. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Ed. Ke-
4). Jakarta: Gramedia.
Finoza. Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Bandung: Diksi Insan Mulia.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Moeliono, A.M. (tanpa tahun). Bahasa yang Efisien dan Efektif dalam Bidang Iptek.
Pusat Bahasa. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed. Ke-3). Jakarta: Balai Pustaka.
Ramlan, M. 1998. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono.
Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum EBI Kesalahan Berbahasa. Solo: Genta Smart
Publisher.
Samsuri. 1997. Analisis Bahasa. Jakarta: Sastra Hudaya.
Sugihastuti, M.S. 2014. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugianto, Eko. 2017. Kitab PEUBI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
ANDI.
Sugiyono, dkk. 2014. ‘Draf Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik’ dalam Workshop
Pengayaan Pembelajaran Berbasisi Saintifik, oleh Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Direktorat Jenderal PT.
Widjono, Hs. 2012. Bahasa Indonesia: Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Kompas Gramedia.

25
BAB III
BAHASA DAN JENIS SURAT DINAS

A. Pengantar
Surat-menyurat merupakan jenis komunikasi tulisan. Dalam hal pemenuhan
bahasa surat dinas yang baku, ada sumber-sumber aturan yang dipakai sebagai
acuan. Pertama, yakni Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Kedua,
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Ketiga, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Keempat, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Dalam bab ini, bahasa surat dinas ditekankan dengan lebih banyak
memiperlihatkan contoh kesalahan disertai pembakuannya. Sekiranya ada uraian,
uraian yang teoretik hal itu merupakan pengantar saja. Praktik berbahasa surat dinas
menjadi hal yang paling penting sehingga dalam perkuliahan mahasiswa diharapkan
dapat mengkritisi contoh-contoh surat dinas yang ditemukan mereka di lapangan .

B. Bahasa Surat
Surat adalah suatu sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
informasi tertulis oleh satu pihak kepada pihak lain. Surat dinas adalah surat yang
berisi hal penting berkenaan dengan administrasi pemerintahan dan pembangunan
yang dibuat oleh lembaga pemerintahan. Pada umumnya, surat terdiri atas: 1)
kapala/kop surat, 2) tanggal surat, 3) nomor surat, 4) lampiran, 5) hal/perihal, 6)
alamat tujuan, 7) sifat surat, 8) salam pembuka, 9) alinea pembuka, alinea inti, dan
alinea penutup, 10) salam penutup, 11) nama penanda tangan surat, 12) tanda
tangan, inisial, logo atau lambang, 13) NIP/NIK
Pemakaian ragam baku bahasa Indonesia dalam surat dinas mencerminkan
pikiran yang cendekia dan berwibawa. Berikut ini uraian dan contoh kalimat
pembuka surat dan kalimat penutup surat yang dapat dijadikan contoh dalam
penulisan surat yang diambil dalam
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/412

1. Kalimat Pembuka Surat


Salah satu hal penting di dalam surat, yaitu kalimat pembuka surat. Kalimat
pembuka surat berfungsi sebagai pengantar isi surat yang mengajak pembaca untuk
memperhatikan pokok surat. Untuk menyampaikan hal itu, penulis surat dituntut
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun, kalimat pembuka surat
yang sering ditemukan dari berbagai instansi, antara lain, sebagai berikut.

26
(1) Sehubungan dengan surat Saudara tanggal 22 Juli 2003, No. 225/U.IV/2003
tentang permintaan tenaga pengajar bahasa Indonesia untuk orang asing. Kami ingin
menanggapi sebagai berikut.

(2) Menjawab surat Saudara tanggal 17 April 2003, No.257/F/III/2003 tentang pen -
calonan peserta Seminar Lingkungan Hidup di Jakarta, kami beri tahukan bahwa
semua peserta yang diusulkan dapat diterima.

(3) Bersama ini kami beri tahukan bahwa rapat pemegang saham PT Malabar
dibatalkan karena pembukuan keuangan belum semua dilaporkan.

Penggunaan kalimat pembuka surat seperti (1), (2), dan (3) itu perlu
dicermatkan. Kalimat yang digunakan dalam surat dinas hendaknya sesuai dengan
kaidah bahasa. Kalimat sekurang-kurangnya memiliki subjek dan predikat. Selain itu,
kalimat yang digunakan tidak perlu berbelit-belit. Apabila kita perhatikan, kalimat (1)
tidak benar karena unsur yang ada hanya berupa keterangan yang ditandai oleh
kelompok kata sehubungan dengan dan diakhiri tanda titik (.) sebelum kalimat itu
selesai. Kesalahan kalimat (2) disebabkan oleh tidak adanya kata penghubung
sebagai penanda keterangan yang berbentuk anak kalimat. Kalimat (1) dan (2) di atas
dapat diperbaiki menjadi sebagai berikut.
(1a) Sehubungan dengan surat Saudara tanggal 22 Juli 2003, No. 225/U.IV/2003,
tentang permintaan tenaga pengajar bahasa Indonesia untuk orang asing, kami ingin
menanggapi beberapa hal sebagai berikut.

(2a) Berkenaan dengan surat Saudara tanggal 17 April 2003, No.257/F/III/2003,


tentang pencalonan peserta Seminar Lingkungan Hidup di Jakarta, kami beri tahukan
bahwa semua peserta yang Saudara usulkan dapat kami terima.

Kesalahan kalimat (3) terletak pada isinya. Surat itu hanya memberitahukan
sesuatu, tidak menyertakan lampiran dan bukan merupakan surat pemberitahuan
tentang pengiriman barang sehingga tidak tepat menggunakan ungkapan bersama ini.
Kelompok kata bersama ini digunakan jika ada lampiran yang disertakan atau surat
itu memberitahukan ada sesuatu yang dikirimkan bersama-sama pengiriman surat
itu. Dengan demikian, kalimat (3) sebaiknya diperbaiki menjadi sebagai berikut.
(3a) Kami beri tahukan bahwa rapat pemegang saham PT Malabar dibatalkan karena
pembukuan keuangan belum semua dilaporkan. Berikut ini contoh kalimat pembuka
surat yang disertai lampiran atau pemberitahuan pengiriman barang (4) dan kalimat
pembuka surat yang berisi pemberitahuan (5), (6), dan kalimatnpembuka surat
untuk surat balasan (7).

(4) Bersama ini kami kirimkan contoh laporan yang Saudara minta.

27
(5) Kami mengundang Saudara untuk menghadiri rapat yang akan diselenggarakan
pada hari Selasa, tanggal 6 Agustus 2003.

(6) Sesuai dengan surat Saudara tanggal 14 Februari 2003, No.986/I/IX/2003,


tentang penerimaan pegawai baru, kami ingin memberitahukan beberapa hal berikut.

(7) Surat Anda tanggal 25 Januari 2003 No. 453/L/II/2003 sudah kami terima.
Sehubungan dengan itu, berikut kami sampaikan jawaban kami atas pertanyaan
Anda.

2. Kalimat Penutup Surat


Surat merupakan sarana komunikasi tulis. Agar dapat dipahami oleh
pembacanya, di dalam penulisan surat (resmi), penulis perlu mempertimbangkan
faktor kesederhanaan, kesantunan bahasa, kelugasan kalimat, kecermatan dan
ketepatan dalam pemilihan kata dan struktur kalimat, serta keserasian atak. Walau
pun demikian, faktor kelaziman juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, bagian isi
surat selalu terdiri atas bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup.
Bagian penutup surat dapat berupa harapan pengirim surat atau ucapan
terima kasih kepada penerima surat. Hingga saat ini masih terdapat kalimat pada
bagian penutup surat resmi sebagai berikut.
(1) Demikian agar Saudara maklum adanya.
(2) Atas perhatiannya, diucapkan terima kasih.
(3) Demikian, atas perhatian Bapak, kami haturkan terima kasih.
Setiap surat yang dikirimkan tentu diharapkan untuk dapat dimaklumi oleh
penerima surat. Oleh karena itu, pernyataan seperti pada kalimat (1) tidak diperlukan
lagi. Selain itu, pernyataan pada kalimat (1) "Demikian agar Saudara maklum adanya"
bukanlah sebuah kalimat yang lengkap karena tidak memiliki subjek dan predikat.
Pernyataan itu hanya berupa anak kalimat yang tidak disertai induk
kalimatnya. Oleh karena itu, pernyataan itu dapat dikatakan mubazir karena tidak
informatif. Pada kalimat (2) penggunaan kata ganti -nya pada Atas perhatiannya
diucapkan terima kasih tidak jelas mengacu kepada siapa. Bentuk -nya itu lebih tepat
jika diganti dengan kata sapaan untuk orang kedua, seperti Saudara, Bapak, atau
Anda karena komunikasi yang terjadi di dalam surat ialah komunikasi antara pihak
pertama dan kedua. Selain itu, penggunaan imbuhan di- pada kata diucapkan terasa
tidak masuk akal karena secara logika akan timbul pertanyaan, "Siapakah yang
mengucapkan terima kasih itu." Ucapan terima kasih itu disampaikan oleh penulis
surat kepada penerima surat. Oleh karena itu, kalimat penutup surat yang dapat
digunakan ialah, Atas perhatian Saudara, kami sampaikan ucapan terima kasih. Pada
28
contoh kalimat penutup surat nomor (3), Demikian atas perhatian Bapak, kami
haturkan terima kasih. Kata demikian tidak diperlukan pada penutup surat itu karena
penggunaan kata itu tidak memberikan informasi apa pun. Selain itu, penggunaan
kata haturkan tidaklah tepat karena kata haturkan itu masih bersifat kedaerahan,
sedangkan surat yang dibuatnya adalah surat resmi, yang menuntut penggunaan
kosakata baku bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kata haturkan lebih tepat jika
diganti dengan kata sampaikan apabila kita memang ingin menyampaikan sesuatu,
yaitu ucapan terima kasih kepada penerima surat. Jadi, di dalam penulisan surat
dinas, pada kalimat penutup surat sebaiknya tidak digunakan kata-kata yang masih
bersifat kedaerahan dan tidak digunakan kata-kata yang tidak memberikan kejelasan
informasi.
Ada banyak hal dalam tata ejaan yang terlihat salah di banyak surat dinas, baik
berkaitan dengan pemenggalan huruf, penulisan huruf kapital, penggunaan tanda
baca maupun tata kalimat, sebagaimana kutipan yang dicontohkan oleh Sugihastuti
(2017), tetapi telah dibuat penyesuaian. Berikut bentuk kesalahan yang dikomentari
dan diikuti pembetulannya.
(1) Sehubungan dengan akan diadakan Pameran Forum Dan Komersialisasi Hasil
Riset Dan Teknologi Industri yang akan dilaksanakan di Jakarta pada tanggal
13 s/d 5 Maret 2004, bersama ini kami sampaikan 1 (satu) lembar
pamflet/poster Publikasi Pameran Teknologi, kami mohon bantuan Saudara
untuk di informasihkan atau di sebar luaskan melalui penempelan di instansi
saudara.
Perhatikan pemakaian kata Dan pada contoh di atas. Huruf kapital dipakai
sebagi huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Kata Dan di
atas seharusnya tidak berhuruf kapital.
Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik,
misalnya dll., dsb., dst., hlm., sda., Yth., tetapi s/d ditulis menjadi s.d. digunakan
tanda titik, bukan tanda garis miring.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Bilangan 1 (satu) lembar
pada contoh di atas tidak perlu diperjelas dengan huruf sekaligus karena informasi
itu bukan dokumen resmi atau kuitansi.
Pamflet artinya surat selebaran. Arti denotatif kata pamflet ini berbeda dengan
poster yang artinya plakat yang dipasang di tempat umum berupa pengumuman atau

29
iklan. Pastikan penggunaan kata yang artinya tepat. Pada contoh terlihat bahwa kata
pamflet disamakan dengan poster.
Bentukan kata turunan pada di informasikan dan di sebar luaskan pada contoh
juga salah. Seharusnya gabungan kata itu ditulis serangkai karena di pada contoh
bukan kata depan, melainkan awalan. Bentukannya menjadi diinformasihkan dan
disebarluaskan.
Contoh (1) di atas berkalimat panjang, yang informasinya bertumpuk. Agar
efektif, kalimat itu dapat dipecah sehingga struktur kalimatnya benar. Perhatikan
penggalan kalimat … kami mohon bantuan Saudara untuk diinformasikan atau
disebarluaskan melalui penempelan di instansi Saudara. Kalimat ini berstruktur
salah, bukan? Ubahannya dapat menjadi, misalnya, … kami mohon bantuan untuk
menginformasikannya di instansi Saudara. Selain kalimat contoh di atas rancu terlalu
panjang, juga strukturnya pun belum tepat.
(2) Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Kata Demikian tidak diperlukan dalam kalimat di atas. Bentukan kata turunan
kerjasamanya salah, seharusnya kerja sama. Ubahan kalimat contoh (2) di atas yakni
Atas perhatian dan kerja sama Saudara kami sampaikan terima kasih. Akhiran -nya
pada kata kerjasamanya belum tepat. Sebut saja Saudara, Anda, Bapak, atau Ibu
dengan setiap kata itu diawali dengan huruf kapital sebagai tanda ejaan sebutan
penghormat.

(3) Kepada Yth.


Rektor Universitas Sam Ratulangi
Di Manado
Alamat surat pada surat dinas tidak mencantumkan kata kepada, cukup ditulis
Yth. Dari sejumlah contoh surat masuk, banyak pengirim surat yang belum tepat
menuliskan nama diri, demikian juga nama alamat. Lebih dari itu, alamat surat dinas
juga tidak menyertakan kata depan di. Pengirim surat harus cermat dalam
menuliskan nama diri alamat surat.

(4) Sehubungan dengan dibukanya Penerimaan Mahasiswa Baru Program Pasca


Sarjana Prodi Linguistik UNSRAT semester gasal 2018 / 2019, maka bersama
ini kami kirimkan brosur program tersebut.
Penggunaan huruf kapital pada contoh (4) di atas salah, misalnya pada kelompok
kata Penerimaan Mahasiswa Baru. Seharusnya huruf kapital tidak digunakan.
Demikian juga kesalahan muncul pada Pasca Sarjana yang seharusnya ditulis

30
Pascasarjana. Tanda hubung dan tanda pisah mempunyai aturan-aturan tersendiri.
Dalam hal pengetikan garis miring, tanda itu ditulis rapat dengan huruf/angka
sebelum dan sesudahnya. Misalnya, yang benar adalah 2018-2019 atau 2018/2019.
(5) Kami mohon bantuan Bapak / Ibu untuk dapat menyebarluaskan informasi
kegiatan tersebut di instansi yang Bapak / Ibu Pimpin. Apabila Bapak / Ibu
memerlukan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Sekretariat Program
Pasca Sarjana sebagaimana tercantum dalam brosur.
Penulisan tanda garis miring pada Bapak / Ibu seharusnya rapat dengan huruf
yang mendahului dan mengikutinya, yang benar, yakni Bapak/Ibu. Kalimat pada
contoh (5) tidak efektif karena bersubjek ganda. Alternatif ubahannya dapat men jadi
Kami mohon bantuan untuk menyebarluaskan informasi ini di instansi yang
Bapak/Ibu pimpin. Kalimat kedua pada contoh di atas juga tidak efektif. Ubahannya
dapat, misalnya, menjadi informasi lebih lanjut tercantum dalam brosur.
Brosur artinya (1) bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem, (2) cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman yang dapat
dilipat tanpa dijilid, (3) selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat, tetapi
lengkap tentang perusahaan atau organisasi.
(6) Kami informasikan dalam rangka menyemarakkan Hari Jadi Kotamadia
Manado, Panitia Hari Jadi menyelenggarakan Sembada Fun Bike tahun 2018
pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 6 Juli 2018
Pukul : 06.30 WIB
Start/Finish : Lapangan Stadion Klabat
Jl. Sam Ratulangi, Manado
Guna memeriahkan dan mensukseskan acara tersebut, kami mohon partisipasi
Saudara dengan mengirimkan perwakilan 5 – 10 peserta dari instansi saudara,
dengan fasilitas dan criteria sebagaimana terlampir. Pendaftaran dapat dilakuka n di
Bagian Humas Setda Kotamadia Manado dengan biaya pendaftaran Rp 22.500,- per
peserta.
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan kerja samanya diucapkan
terima kasih.

Manado, 2 Juli 2018


a.n. Ketua Panitia
Wakil Ketua

Dra. Anita Imbang , M.Si.


NIP. 490 024 842
31
Perhatikan kalimat pertama pada contoh (6) di atas. Ada kata sambung bahwa
yang seharusnya dieksplisitkan sesudah Kami informasikan sehingga bentuknya
menjadi Kami informasikan bahwa . . .
Ada kecenderungan massa untuk merasa sok asing dengan menggunakan kata
asing, padahal kata Indonesia dimilikinya, contohnya adalah Sembada Fun Bike.
Mengapa harus memilih kata asing yang sudah ada padanya dalam bahasa Indonesia
jika bangsa ini mencintai dan bangga bahasa nasional dan bahasa negaran ya?
Penulisan tanda titik dua (:) rapat dengan kata yang mendahuluinya, misalnya
pada:. Pemakaian huruf kapital pada kata Hari, Tanggal, Pukul, dan Start/Finish tidak
tepat, seharusnya tidak berhuruf kapital karena masih merupakan satu rangkaian
kalimat dengan kelompok kata sebelumnya. Jika terpaksa menggunakan kata asing,
kata asing itu dicetak miring. Bentukan kata turunan mensukseskan tidak baku, yang
baku adalah menyukseskan karena huruf /s/ pada awal kata luluh jika dilekatkan
dengan awalan me(N)-. Tanda yang dipakai untuk menyatakan arti sampai adalah
tanda pisah, bukan tanda hubung seperti terlihat pada 5 – 10 peserta. Jika tidak ada
tanda pisah, yang wujud garisnya lebih panjang daripada tanda hubung, digunakan
dua tanda hubung yang diketik serangkai (--). Kata saudara sebagai sebutan nama
diri dan sebagai tanda penghormatan ditulis dengan huruf kapital menjadi Saudara;
demikian juga dengan kata Anda, Bapak, dan Ibu. Penulisan angka rupiah yang baku
adalah dengan mencantumkan dua angka nol sesudah angka terakhir dan didahului
dengan tanda koma; sesudah huruf Rp langsung diikuti dengan angka, tanpa jeda,
tidak ada tanda titik. Ubahan Rp 22.500,- menjadi Rp22.500,00. Kata per dapat
digantikan dengan tanda garis miring (/). Masih saja salah, bukan? Penu lisan
kerjasamanya salah, seharusnya kerja sama Anda/Saudara/Bapak/Ibu.
Tanggal surat salah menempatkannya. Tidak seharusnya berada di bagian
penutup surat dinas. Penulisan nomor NIP juga salah, tanpa jeda, tanpa juga titik.
Singkatan NIP tidak diikuti dengan tanda titik.

Contoh Pemberian Kode Surat Dinas


156/H12/KM/2018
Nomor urut surat keluar
Kode unit kerja
Kode perihal
Tahun pembuatan surat

32
3. Pemakaian Singkatan a.n., anb., u.b., apb., plh., wks., dan u.p.

1) a.n. (atas nama); penulisan a dan n dengan huruf keccil dan masing-masing
diakhiri titik, dipergunakan jika yang berwenang menandatangani surat
menguasakan penandatanganan surat kepada pejabat setingkat di bawahnya,
sedangkan pertanggungjawaban isi surat tetap di tangan yang memberi kuasa.
Contoh: a.n. Kepala Biro Umum
Kepala Bagian Tata Usaha

nama jelas
NIP
2) anb. (atas nama beliau); penulisannya dengan huruf kecil semua dan diakhiri
titik, dipergunakan jika pejabat menguasakan penandatanganan surat kepada
pejabat setingkat dibawahnya.
Contoh: Menteri Pendidikan Nasional
Anb.
Sekretariat Jenderal

nama jelas
NIP
3) u.b. (untuk beliau); penulisan u dan b dengan huruf kecil dan masing-masing
diakhiri titik, dipergunakan jika pejabat yang diberi kuasa menandatangani surat
memberikan kuasa lagi kepada setingkat di bawahnya;
Contoh: a.n. Sekretariat Jenderal
Kepala Biru Hukum dan Organisasi
u.b.
Kepala Bagian Ketatalaksanaan

nama jelas
NIP
4) a.p. (atas perintah); penulisan a dan p dengan huruf kecil dan masing-masing
diakhiri titik, dipergunakan jika pejabat yang berwenang menandatangani surat
memberikan kuasa kepada bawahannya;
contoh: a.p. Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kepala Sub Bagian Tata Usaha

nama jelas
NIP
33
5) apb. (atas perintah beliau); penulisannya dengan huruf kecil semua dan diakhiri
titik, dipergunakan jika Pejabat menguasakan penandatanganan surat kepada
bawahannya;
contoh: Menteri Pendidikan Nasional
apb.
Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri

nama jelas
NIP
6) plh. (pelaksana harian); penulisannya dengan huruf kecil semua dan diakhiri
titik, dipergunakan jika pejabat yang berwenang menandatangani surat
berhalangan untuk waktu tertentu karena tugas dinas menguasakan
penandatanganan surat kepada pejabat setingkat di bawahnya selama pejabat
tersebut tidak berada di tempat;
contoh: plh. Kepala Biro Keuangan
Kepala Bagian Anggaran

nama jelas
NIP
7) wks. (wakil sementara); penulisannya dengan huruf kecil semua dan diakhiri
titik, dipergunakan jika pejabat yang belum ditunjuk penggantinya atau
berhalangan karena tugas, untuk sementara penandatanganan surat dilakukan
oleh pejabat yang setingkat dengan eselonnya;
contoh: wks. Kepala Biro Keuangan
Kepala Bagian Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri

nama jelas
NIP
8) u.p. (untuk perintah); penulisan u dan p dengan huruf kecil dan masing-masing
diakhiri titik, dipergunakan atau ditujukan kepada seseorang atau pejabat teknis
yang menangani suatu kegiatan atau suatu pekerjaan tanpa memerlukan
kebijakan langsung dari pimpinan pejabat yang bersangkutan;
contoh: Yth. Kepala Biro Kepegawaian
Departemen Pendidikan Nasinal
u.p. Kepala Bagian Mutasi Dosen
Jalan Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta

34
C. Jenis Surat

35
1. Nota dinas;

Nota dinas adalah surat yang dibuat oleh atasan kepada bawahan atau oleh
bawahan kepada atasan langsung atau yang setingkat berisikan catatan/pesan
singkat tentang suatu pokok persoalan kedinasan.
2. Memo
Memo adalah catatan singkat yang diketik atau ditulis tangan oleh atasan kepada
bawahan tentang pokok persoalan kedinasan.

3. Surat pengantar;
Surat pengantar adalah surat yang ditujukan kepada seseorang atau pejabat yang
berfungsi untuk mengantar surat, dokumen, barang, dan/atau bahan lain yang
dikirim. Surat pengantar dapat berbentuk surat dinas biasa atau surat berbentuk
kolom.
4. Surat edaran;
Surat edaran merupakan surat yang berisi penjelasan atau petunjuk tentang cara
pelaksanaan suatu peraturan perundang-undangan dan/atau perintah.
5. Surat undangan;
Surat undangan merupakan surat pemberitahuan keepada seseorang untuk
menghadiri suatu acara pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. Surat
undangan dapat berbentuk lembaran surat atau kartu.
6. Surat tugas;

36
Surat tugas adalah surat yang berisikan penugasan dari pejabat yang berwenang
kepada seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan. Surat tugas dapat
berbentuk lembaran surat dan berbentuk kolom.
7. Surat kuasa;
Surat kuasa adalah surat yang berisi kewenangan penerima kuasa untuk
bertindak atau melakukan suatu kegiatan atas nama pemberi kuasa.
8. Surat pengumuman;
Surat pengumuman merupakan surat yang berisi pemberitahuan mengenai suatu
hal yang ditujukan kepada para pegawai atau masyarakat umum.
9. Surat pernyataan;
Surat pernyataan adalah surat yang menyatakan kebenaran suatu hal disertai
pertanggungjawaban atas pernyataan tersebut.
10. Surat keterangan;
Surat keterangan adalah surat yang berisikan keterangan mengenai suatu hal
agar tidak menimbulkan keraguan.
11. Berita acara.
Berita acara adalah surat yang berisi laporan tentang suatu kejadian atau
peristiwa mengenai waktu kejadian, tempat kejadian, keterangan, dan petunjuk
lain sehubungan dengan kejadian atau peristiwa tersebut.

D. Rangkuman
Surat adalah suatu sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
informasi tertulis oleh satu pihak kepada pihak lain. Surat dinas adalah surat yang
berisi hal penting berkenaan dengan administrasi pemerintahan dan
pembangunan yang dibuat oleh lembaga pemerintahan. Pada umumnya, surat
terdiri atas: 1) kapala/kop surat, 2) tanggal surat, 3) nomor surat, 4) lampiran, 5)
hal/perihal, 6) alamat tujuan, 7) sifat surat, 8) salam pembuka, 9) alinea pembuka,
alinea inti, dan alinea penutup, 10) salam penutup, 11) nama penanda tangan
surat, 12) tanda tangan, inisial, logo atau lambang, 13) NIP/NIK. Pemakaian ragam
baku bahasa Indonesia dalam surat dinas mencerminkan pikiran yang cendekia
dan berwibawa

37
E. Latihan
1. Apa saja sumber-sumber aturan yang dipakai dalam penulisan bahasa Indonesia
yang baku?
2. Apa fungsi dari kalimat pembuka dan penutup dalam surat?
3. Mengapa dalam penulisan surat harus memakai bahasa Indonesia yang baku?
4. Mengapa penggunaan klausa “atas perhatiannya” merupakan bentuk yang tidak
baku? Apa yang harus diperbaiki dalam klausa tersebut?
5. Jelaskan kepanjangan dari singkatan:
a. a.n.;
b. anb.;
c. u.b.;
d. apb.;
e. plh.;
f. wks.; dan
g. u.p.
6. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis surat dinas!
7. Siapkan satu contoh surat dinas dari salah satu instansi, kemudian kritisi (terutama
ketidaktepatan ejaan, diksi, kalimat dan syarat-syarat yang ada dalam surat dinas,
serta buatkan laporan dalam bentuk powerpoint.

F. Daftar Pustaka
Alwi, H. dkk. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan bahasa
Indonesia. Jakarta.
Departemen Penddikan Nasional. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(Ed. Ke-4). Jakarta: Gramedia.
Finoza. Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Bandung: Diksi Insan Mulia.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa
Indah.
Nadia, Faizatin dan Sugihastuti. 2018. Surat Dinas: Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rizal, Yose. 2003. Pola Komponen-Komponen Dasar Korespondensi.Semarang: CV
Aneka Ilmu.
Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum EBI Kesalahan Berbahasa. Solo: Genta Smart
Publisher.
Sugihastuti, M.S. 2014. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugihastuti. 2017. Bahasa Surat Dinas: Teori dan Praktik. Yogyakarta: A.Com Printing.
Sugiyono, dkk. 2014. ‘Draf Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik’ dalam
Workshop Pengayaan Pembelajaran Berbasisi Saintifik, oleh Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal PT.
Widjono, Hs. 2012. Bahasa Indonesia: Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Kompas Gramedia.

38
BAB IV
MENJELAJAH DUNIA PUSTAKA

A. Pengantar
Bab Menjelajah Dunia Pustaka ini merupakan sarana pembelajaran bahasa
Indonesia berbasis teks yang membantu mahasiswa untuk memperoleh wawasan
yang lebih luas, cara berpikir secara lebih kritis dan kreatif, serta keterampilan
membaca dan menulis teks, khususnya ulasan buku, secara lebih memadai.
Teks ulasan disebut teks review. Ulasan pada umumnya ditulis dalam bentuk
artikel, sehingga teks ulasan dapat disebut artikel ulasan. Di lingkungan kita, karena
ulasan biasanya dibuat pada buku, teks ulasan dinamakan ulasan buku, resensi buku,
atau timbangan buku. Sesungguhnya, ulasan tidak harus dibuat hanya buku, tetapi
uga dapat dibuat untuk karya-karya lain seperti artikel, karya sastra (cerpen, novel,
drama, dan puisi), serta karya seni (musik, tari, kriya, lukis, pertunjukan, dan film).
Bahkan ulasan dapat dibuat merujuk pada sebuah peristiwa, misalnya olah raga atau
kegiatan sosial lainnya.
Ulasan merupakan teks yang berfungsi untuk menimbang, menilai, dan
mengajukan kritik terhadap karya atau peristiwa yang diulas tersebut (Gerot &
Wignell, 1994; Hyland & Diani, 2009). Akan tetapi, pada bab ini hanya akan
memusatkan perhatian pada ulasan buku. Menulis teks ulasan buku tidak sekadar
menguraikan isi buku yang diulas, tetapi harus menjelaskan bagaimana buku tersebut
dapat memenuhi tujuan atau fungsi sosialnya. Sebagai sebuah genre, teks ulasan buku
berisi deskripsi dan evaluasi terhadap buku itu.
Ulasan buku memaparkan tujuan buku ditulis, menguraikan strukturnya,
menjelaskan gaya penulisannya, dan meletakkan isinya ke dalam konteks yang lebih
luas dengan cara membandingkannya dengan buku-buku lain yang sejenis. Oleh
karena itu, menulis teks ulasan buku menuntut pembacaan yang kritis dan analitis
serta menuntut tanggapan personal yang kuat. Jadi, dalam membuat ulasan buku,
perlu menggabungkan kemahiran menguraikan isi buku, menganalisis bagaimana
buku memenuhi tujuannya bagi pembaca, dan mengekspresikan reaksi Anda sendiri.
Secara keseluruhan, proses menguraikan, menganalisis, dan mengekspresikan
pandangan personal melalui teks ulasan ini dapat disebut mengevaluasi buku (Hyland
& Diani, 2009). Kata kunci yang perlu dipegang ketika akan menulis ulasa n buku
adalah menilai atau mengevaluasi.

39
B. Struktur Teks Ulasan Buku
Teks ulasan buku disusun dengan struktur teks identitas^orientasi^tafsiran
isi^evaluasi^rangkuman evaluasi. Struktur teks itu dapat dinyatakan ke dalam bentuk
bagan, seperti tampak pada gambar berikut.

Identitas (Opsional)

Orientasi
51 Struktur teks ulasan
Tafsiran isi

Evaluasi

Rangkuman

Ada baiknya, ulasan buku harus ditulis sesuai dengan konvensi yang berlaku
di lingkungan sosial-akademik. Sebagai istilah teknis yang mengacu kepada jenis-
jenis teks, genre dapat dikelompokkan menjadi genre makro dan genre mikro. Di
dalam ulasan buku sebagai genre makro dapat ditemukan sejumlah genre mikro
seperti deskripsi, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi.

1. Identitas
Ulasan buku lazimnya diawali dengan memberikan informasi tentang identitas
buku yang diulas. Bagian awal teks ulasan berisi informasi penting tentang buku:
judul, penulis, penerbit, tahun penerbitan, hak cipta, jumlah halaman, bahasa yang
digunakan, dan warna sampul buku. Semua informasi itu merupakan fakta -fakta
penting mengenai identitas buku yang diulas. Informasi lain masih dapat
ditambahkan bergantung kepada keperluan sebagai pengulas buku, misalnya harga
buku, nomor ISBN, dan lingkup penerbitan: nasional atau internasional.
Identitas pada ulasan buku berfungsi untuk memberikan deskripsi tentang
wujud fisik buku itu beserta ciri-cirinya. Genre mikro yang digunakan untuk
memaparkan identitas adalah deskripsi. Setiap buku memiliki identitas yang dapat
dilihat pada sampul luar, halaman sampul dalam, dan halaman hak cipta.

2. Orientasi
Tahapan Orientasi identik dengan pengantar pada seluruh ulasan. Tahapan ini
berfungsi untuk: (1) menyampaikan informasi tentang buku apa yang diulas (dalam
hal jenis dan aliran ilmu yang disajikan), siapa penulisnya (dalam hal jati dirinya), dan
40
siapa pembaca yang dituju (dalam hal segmentasinya); (2) memposisikan buku yang
diulas; dan (3) menyatakan pendapat pengulas tentang buku itu. Contoh berikut

TEKS ULASAN “PERANGI NARKOBA”

Tabel 1. Tahapan Orientasi


Paragraf Orientasi

1 Buku ini ditulis oleh Suyadi, seorang akademisi muda yang banyak
bergiat di dunia pendidikan dengan menjadi staf pangajar di
beberapa universitas di Yogyakarta. Di usianya yang masih
tergolong muda (lahir pada tanggal 7 Agustus 1982), penulis yang
dijuluki “si pendekar pena” ini bahkan telah menulis lebih dari 40
judul buku, baik yang sudah terbit maupun yang masih dalam proses
penerbitan.

Buku ini sendiri merupakan pengembangan dari hasil penelitian


mengenai penyalahgunaan narkoba oleh kalangan siswa/remaja
di Yogyakarta. Buku ini sangat berguna dan perlu dimiliki oleh para
pengampu pendidikan bukan hanya karena kekayaan data, tetapi juga
karena solusi nyata yang ditawarkan

Genre mikro yang digunakan untuk merealisasikan Tahapan Orientasi, yaitu


deskripsi dan eksposisi. Tahapan Orientasi teks ulasan “Perangi narkoba” terdiri atas
dua paragraf, seperti dapat diamati pada Tabel 1. Secara umum, pada Paragraf 1
pengulas memaparkan dua hal, yaitu deskripsi tentang seseorang yang bernama
Suyadi (nama penulis buku yang diulas) dan latar belakang kehidupannya, antara lain
pendidikan, asal, pekerjaan, dan seterusnya. Bagian yang dicetak tebal pada Tabel 1
itu menunjukkan formulasi bahasa dalam deskripsi. Adapun pada Paragraf 2,
pengulas mendeskripsikan isi buku secara umum dan mengemukakan pendapat
pribadi pengulas terhadap buku tersebut. Pengajuan pendapat seperti itu memenuhi
ciri eksposisi. Perlu dicatat bahwa argumentasi tentang kebenaran pendapat tersebut
belum disampaikan pada Tahapan Orientasi, tetapi diuraikan pada tahapan-tahapan
berikutnya, terutama pada Tahapan Evaluasi. Argumentasi yang disajikan pada
Tahapan Evaluasi adalah argumentasi dua sisi dalam diskusi. Tahapan Orientasi
sejajar dengan Tahapan Rangkuman Evaluasi. Pokok tertentu yang disampaikan pada
Tahapan Orientasi ditegaskan kembali pada Tahapan Rangkuman Evaluasi. Oleh
sebab itu, dapat dimengerti apabila genre mikro yang digunakan pada kedua tahapan
itu sama.
41
3. Tahapan Tafsiran Isi
Tahapan Tafsiran Isi memuat: (1) penceritaan ulang tentang hal yang
dilakukan oleh penulis saat ia menulis buku itu; (2) isi atau ringkasan buku yang
diulas sebagai hasil dari pembacaan oleh pengulas terhadap buku itu; dan (3)
perbandingan isi buku yang diulas dengan buku-buku lain yang sejenis. Pada tahapan
ini, isi buku itu diuraikan bab demi bab. Memang betul bahwa isi buku itu dapat
disampaikan dalam bentuk ringkasan, tetapi perlu digarisbawahi bahwa teks ulasan
buku tidak sama dengan ringkasan buku. Ringkasan hanya merupakan bagian kecil
dari ulasan buku seluruhnya, dan hanya terletak di Tahapan Tafsiran Isi.
Pembuat ulasan dituntut untuk dapat meringkas materi yang diulas.
Ringkasan dibuat dengan memahami materi itu dan mengungkapkannya dalam
bahasa sendiri dengan lebih pendek. Sangat sering, untuk tujuan penulisan artikel
ilmiah, skripsi, tesis, atau disertasi, penulis meringkas satu buku menjadi beberapa
kalimat saja. Pada karya ilmiah yang disebutkan itu, penulis membanding-
bandingkan beberapa ringkasan dari sejumlah sumber untuk membuat sintesis
gagasan. Ringkasan tersebut harus menggambarkan keseluruhan isi buku yang diulas.
Oleh sebab itu, pembuat ulasan harus memiliki keterampilan membaca kritis,
mencerna, dan mengungkapkan kembali materi yang dibaca itu tanpa mengubah
isinya.
Genre mikro utama yang digunakan untuk mengungkapkan Tahapan Tafsiran
Isi adalah deskripsi dan rekon. Deskripsi digunakan untuk memaparkan hal-hal yang
terkait dengan isi materi, ciri-ciri, keadaan, kualitas, dan sifat-sifat lain yang dimiliki
oleh buku yang diulas itu. Pada Tabel 2, kalimat yang menunjukkan formulasi bahasa
dalam deskripsi dicetak tebal. Adapun rekon digunakan untuk menceritakan kembali
kegiatan yang dilakukan penulis buku pada saat menulis buku tersebut. Misalnya,
untuk memperkuat kebenaran isi bukunya, penulis terlebih dahulu mencari data-data
empiris yang diperlukan melalui penelitian. Kalimat-kalimat yang menunjukkan
formulasi bahasa dalam rekon digarisbawahi.
56

42
Tabel 2. Tahapan Tafsiran Isi
Paragraf Tafsiran isi

3 Buku ini memaparkan data dan fakta seputar penyalahgunaan


narkoba di kalangan remaja/siswa. Melalui sebuah penelitian
lapangan, Suyadi berhasil menemukan lorong-lorong gelap sebagai
tempat berlangsungnya praktik penyalahgunaan narkoba oleh kalangan
pelajar. Dari penelitian itu pula, Suyadi menangkap banyak paradoks
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja atau siswa menengah.

Satu di antara paradoks itu ialah rentannya kalangan remaja/siswa


terperangkap ke dalam penyalahgunaan narkoba, pada satu sisi,
padahal bangsa kita adalah bangsa yang religius serta pendidikan
nasional kita mengajarkan karakter pancasilais, pada sisi lain. Gejala
4 inilah yang menjadi dorongan utama bagi Suyadi untuk melakukan
penelitian saintifik mengenai pola persebaran “penyakit narkoba” di
kalangan remaja/siswa.

Dengan metodologi penelitian yang terukur serta analisis teoretik yang


mendalam, Suyadi menemukan tiga fakta tentang penyalahgunaan
narkoba di kalangan remaja di Yogyakarta. Ketiga fakta itu berkenaan
dengan tingginya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar,
permisifnya guru dan agresifnya polisi, serta kurang efektifnya
penyuluhan narkoba di sekolah. Buku sebagai hasil penelitian ini
juga menjawab pertanyaan tentang mengapa remaja/pelajar rentan
terhadap penyalahgunaan narkoba dan tentang “lorong-lorong
gelap” peredaran narkoba di sekolah. Buku ini juga menyajikan
5 tawaran pemecahan penyalahgunaan narkoba di sekolah. Semuanya
diuraikan secara terperinci dengan disertai ilustrasi, sehingga
mudah ditangkap dan mengesankan.

4. Evaluasi
Tahapan Evaluasi berfungsi untuk menilai karya yang diulas. Dapat dikatakan
bahwa Tahapan Evaluasi adalah bagian inti dari teks ulasan, karena pada tahapan
inilah pengulas dituntut untuk memberikan penilaian analitis, objektif, dan kritis atas
buku atau materi yang diulas.
Selanjutnya, aspek apa saja yang dinilai? Apa yang dijadikan dasar evaluasi?

43
Tabel 3. Tahapan Evaluasi

Paragraf Evaluasi

6 Banyak sekali keunggulan yang terkandung dalam buku ini. Di


antaranya ialah buku ditulis berdasarkan penelitian dengan metodologi
saintifik. Karena berdasarkan penelitian, yang dituliskan bukan sekadar
opini penulis, melainkan data nyata dan faktual. Selain itu, buku ini
memberikan informasi secara terperinci dengan disertai ilustrasi,
sehingga mudah ditangkap dan mengesankan serta memberi arahan
pencegahan penyalahgunaan narkoba. Setidaknya, buku ini sangat
berguna menambah khasanah ilmu, khususnya mengenai narkoba.

Akan tetapi, buku ini juga bukan tanpa kelemahan. Satu ganjalan
pertama dalam membaca buku ini ialah adanya tulisan melingkar
(berbentuk seperti stempel) berbunyi “SMA/MA SMK” pada sampul.
Tulisan seperti stempel pada sampul ini jelas memberi kesan bahwa buku
ini hanya untuk siswa setingkat SLTA. Implikasinya adalah buku ini
memberi kesan sebuah buku pelajaran sekolah (textbook). Padahal buku
ini bukanlah buku pedoman yang perlu diajarkan kepada siswa.
7
Buku ini tampaknya lebih tepat dan bermanfaat bagi para pengampu
pendidikan, yaitu pemerintah sebagai pengelola sekolah, guru/pendidik,
dan orang tua untuk dijadikan sebagai acuan membuat suatu kebijakan
pendidikan. Berbeda dengan buku ini, buku yang berjudul Remaja dan
Bahasa Narkoba– Untuk Sekolah Lanjutan Atas (Abdul Rozak dan Wahdi
Sayuti) ditujukan bagi pelajar dan pembaca remaja. Jika buku yang
disebut pertama menitikberatkan pada praktik penyalahgunaan
narkoba, buku yang disebut belakangan membahas berbagai hal yang
berkaitan dengan definisi narkoba, jenis-jenisnya, dan bahaya serta
sanksi bagi para pemakai, pengedar, dan pembuatnya. Kemudian, jika
buku pertama lebih mengedepankan pendidikan karakter sebagai upaya
mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar, buku kedua
8 mengutamakan pendekatan agama dan pengetahuan terhadap sanksi
hukum bagi pelajar sebagai upaya mencegah penyalahgunaan narkoba.

Meskipun terdapat perbedaan dalam hal pendekatan, kedua buku


ditulis sebagai upaya penyebaran virus positif untuk mencegah para
pelajar agar tidak terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba.

Aspek-aspek yang dinilai meliputi: (1) kedalaman isi buku yang diulas itu; (2)
tata organisasi gagasan yang tergambar pada penataan bab; (3) gaya penulisan yang
terungkap pada kualitas bahasa yang digunakan; serta (4) keunggulan-keunggulan

44
dan kelemahan-kelemahan buku yang diulas itu. Sementara itu, dasar penilaiannya
dikembangkan dari keempat aspek tersebut. Dari aspek kedalaman isi, dapat dinilai:
(1) apakah buku itu dapat memenuhi tujuan sosialnya sebagaimana disebutkan di
bagian Kata Pengantar atau Pendahuluan; dan (2) apakah buku itu dapat memenuhi
kebutuhan target pembaca yang dituju.
Dari aspek tata organisasi gagasan, dapat dinilai: (1) apakah bab-bab pada
buku itu disusun secara berimbang; dan (2) apakah terdapat kesesuaian hubungan
antarbab. Dari aspek gaya penulisan, dapat dinilai: (1) apakah buku itu ditulis dengan
bahasa akademik dan baku; dan (2) apakah buku itu ditulis dengan bahasa yang
mudah dipahami. Adapun dari aspek keunggulan dan kelemahan, dapat dinilai: (1)
apakah buku itu dapat memberikan sumbangan baik secara praktis maupun teoretis;
dan (2) apakah buku itu dapat mengungguli buku lain yang sejenis.
Untuk dapat memformulasikan penilaian seperti ditunjukkan di atas, genre
mikro utama yang digunakan pada Tahapan Evaluasi adalah diskusi. Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan di atas tidak sekadar ya atau tidak tanpa didukung oleh
argumentasi yang kuat. Untuk mempertentangkan berbagai sudut pandang yang
dijadikan dasar evaluasi itu, genre yang paling cocok untuk digunakan adalah genre
diskusi. Perlu Anda ingat kembali bahwa diskusi adalah argumentasi dua sisi (yang
apabila masing-masing sisi itu dipisahkan, masing-masing sisi tersebut menjadi genre
eksposisi).
Formulasi bahasa yang digunakan untuk mempertentangkan dua sudut
pandang dalam diskusi terlihat pada kosakata keunggulan dan kelemahan. Pada
Tabel 3, Paragraf 6 digunakan untuk menyatakan keunggulan, dan Paragraf 7
digunakan untuk menyatakan kelemahan. Keunggulan dan kelemahan itu
dipertentangkan dengan menggunakan penanda wacana akan tetapi. Perbandingan
lain yang menunjukkan genre diskusi disajikan pada Paragraf 8. Buku yang diulas itu,
Mencegah Bahaya Penyalahgunaan Narkoba melalui Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa, dibandingkan dengan buku sejenis yang berjudul Remaja dan Bahasa
Narkoba–Untuk Sekolah Lanjutan Atas. Formulasi bahasa yang digunakan untuk
membandingkan kedua buku itu adalah “Berbeda dengan buku ini, ...”; “Jika buku
yang disebut pertama ..., buku yang disebut belakangan ...”; dan “... jika buku
pertama ..., buku kedua ...”.
Selain perbedaan, persamaan di antara kedua buku itu juga disajikan, yaitu di
Paragraf 9. Persamaan tersebut dinyatakan dengan formulasi bahasa “Meskipun

45
terdapat perbedaan dalam hal pendekatan, kedua buku ditulis sebagai upaya
penyebaran virus positif ...”.
Genre lain yang dapat digunakan bersamaan dengan diskusi adalah eksplanasi.
Melalui eksplanasi, berbagai sudut pandang penilaian tadi dijelaskan dalam hal
hubungan sebab-akibat atau hubungan logis yang timbul pada masing-masing aspek
dan sudut pandang penilaian tersebut. Akan tetapi, Tahapan Evaluasi pada teks
ulasan di atas tidak mengandung genre eksplanasi yang dimaksud.

5. Rangkuman Evaluasi
Tahapan Rangkuman Evaluasi berisi simpulan dan saran atas ulasan buku
yang dibuat. Pada bagian pertama tahap ini, penulis teks ulasan memberi simpulan
akhir mengenai buku yang diulas dan pandangan subjektif pengulas atas buku yang
diulas dengan berdasarkan pada Tahapan Orientasi, Tafsiran Isi, dan Evaluasi yang
diberikan sebelumnya. Dapat disimak pada Tabel 4 bahwa simpulan yang dibuat itu
merupakan penegasan kembali bahwa pendapat pengulas yang disampaikan di
Tahapan Orientasi benar adanya, dan buku itu memang dibutuhkan oleh pembaca
yang dituju. Pada bagian kedua, pengulas mengajukan saran tentang buku itu,
misalnya apakah buku itu perlu diperbaiki, apakah buku itu perlu dimiliki oleh pihak
tertentu, atau apakah buku itu perlu ditindaklanjuti dengan tindakan dan upaya
tertentu.
Genre yang digunakan adalah deskripsi dan eksposisi. Deskripsi digunakan
untuk memaparkan simpulan itu, dan paparan simpulan itu sekaligus digunakan
sebagai alat untuk menegaskan ulang kebenaran pendapat awal. Penegasan seperti
itu memenuhi fungsi reiterasi dalam eksposisi. Pada eksposisi, yang mengandung
struktur teks pernyataan pendapat (tesis)^argumentasi^penegasan ulang pendapat
(reiterasi), reiterasi tidak lain adalah Tahapan Penegasan Ulang Pendapat yang sudah
dikemukakan di Tahapan Pernyataan Tesis. Sejalan dengan pemikiran itu, Tahapan
Orientasi pada ulasan buku mengandung pernyataan pendapat dan Tahapan
Rangkuman Evaluasi mengandung pernyataan ulang pendapat tersebut. Pada Tabel 4,
kalimat yang menunjukkan formulasi bahasa eksposisi dicetak tebal.

46
Tabel 4. Tahapan Rangkuman Evaluasi

Paragraf Rangkuman Evaluasi

10 Buku mencegah bahaya penyalahgunaan narkoba melalui


pendidikan budaya dan karakter bangsa sangat berguna, khususnya
bagi para pengampu pendidikan dan pembuat kebijakan sekolah.
Informasi terperinci tentang fakta penyalahgunaan narkoba di kalangan
remaja/pelajar dapat dijadikan landasan atas upaya memerangi
penyalahgunaan narkoba di sekolah-sekolah. Jadi, upaya Suyadi dalam
menguak dan menyingkap “lorong-lorong gelap” peredaran narkoba di
sekolah patut diberi apresiasi dan acungan jempol.

Struktur teks dan hubungan genre pada teks ulasan buku disajikan pada
Tabel 5. Fungsi retoris perlu dibedakan dengan fungsi sosial. Fungsi yang pertama
berkaitan dengan fungsi genre mikro yang ada pada setiap tahapan, sedangkan fungsi
yang kedua berkaitan dengan fungsi genre makro yang mewadahi tujuan teks ulasan
buku secara keseluruhan.
Tabel 5. Struktur Teks dan Genre Mikro pada Ulasan Buku
Struktur Genre Mikro Fungsi Retoris
Teks yang
Diharapkan
Identitas Deskripsi Menyajikan gambaran mengenai wujud dan
(Opsional) ciriciri buku yang diulas.

Deskripsi ( dan Menyampaikan informasi tentang jenis buku


Orientasi
atau meliputi yang diulas.
Eksposisi) Memposisikan buku yang diulas (beserta jati diri
penulisnya dan sasaran pembacanya).

Menyampaikan pendapat pengulas tentang buku


Tafsiran Deskripsi (dan
itu.
Isi atau
Menyampaikan uraian mengenai ilmu apa yang
meliputi Rekon)
diulas di buku itu, cocok tidaknya dengan
pembaca yang dituju, dan adakah buku lain
selain buku yang diulas tersebut.
Menceritakan hal yang dilakukan penulis saat ia
menulis buku itu.
Diskusi (dan atau
Meliputi
Menyajikan isi buku itu bab demi bab.
Eksplanasi)

47
Evaluasi Deskripsi (dan Menyampaikan penilaian terhadap buku yang
atau meliputi diulas dalam berbagai hal dengan menunjukkan
Eksposisi) keunggulan dan kelemahannya, melalui
Rangkuman perbandingan dengan buku sejenis.
Evaluasi
Menyampaikan kembali apakah pendapat
pengulas di atas benar adanya, dan buku itu
memang dibutuhkan oleh pembaca yang dituju.

C. Membuat Teks Ulasan Buku


Seorang pengulas pada prinsipnya adalah kritikus. Dalam mengulas sebuah
buku atau bahan lain, ia harus bersikap jujur dalam mengungkapkan pendapat dan
pandangannya. Jujur di sini berarti bersikap terbuka dalam mengemukakan
kelebihan dan kekurangan buku yang diulas. Memang, kekurangan dapat menjadi
dorongan untuk menyatakan kritik dalam ulasan, tetapi pada saat bertindak sebagai
pengulas juga perlu melihat bagian-bagian positifnya untuk dikemukakan kepada
khalayak. Apabila memungkinkan, dalam mengulas sebuah karya dari sisi negatifnya,
Anda menawarkan pemikiran untuk memecahkannya. Dengan demikian, kritik yang
dikemukakan harus bermanfaat serta bernilai jujur, benar, dan objektif. Kritikus yang
menghasilkan ulasan yang seperti itu akan disegani, dihormati, dan didengar
pendapatnya.
Dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip seperti yang telah dijelaskan di
atas Saudara diajak untuk membuat teks ulasan. Boleh bertanya kepada siapa pun
dan mencari sumber rujukan dari mana pun untuk memantapkan hasil ulasan. Untuk
menghasilkan ulasan yang baik, diperlukanlah prosedur yang mengandung langkah -
langkah operasional. Langkah-langkah itu adalah dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Mencari buku yang diulas.
Buku yang akan diulas sebaiknya buku yang menjadi bidang minat. Hal ini
diharapkan dapat mempermudah karena bidang itu bukan bidang yang asing.
Selain itu, hasil ulasannya dapat membantu proses studi.
2. Membaca secara kritis.
Sebelum membuat ulasan, membaca dengan teliti dan kritis perlu dilakukan.
Bagian-demi bagian perlu dibaca, termasuk Bab Pendahuluan. Orang sering
mengira bahwa Bab Pendahuluan tidak penting, padahal pada bab itu diuraikanlah
logika dan arah penulisan buku itu, wilayah dan aliran ilmu yang dianut, tujuan

48
penulisan dan pembaca yang ditargetkan. Sambil membaca, dapat membuat
catatan-catatan untuk bagian-bagian yang dianggap penting. Catatan-catatan itu
dapat dimasukkan ke tahapan tertentu pada ulasan.
3. Membuat ringkasan.
Meringkas adalah menyatakan kembali buku yang dibaca dengan lebih singkat
dengan mengungkapkan pokok-pokoknya saja. Ringkasan itu akan dimasukkan ke
dalam Tahapan Tafsiran Isi. Oleh sebab itu, ringkasan hendaknya mencakup isi
buku secara keseluruhan.
4. Menentukan kriteria penilaian
Kriteria dapat ditentukan berdasarkan cakupan isi buku yang diulas,
kedalamannya, kualitasnya, gaya penulisannya, atau pokok-pokok yang menjadi
perhatian khusus. Dengan menetapkan kriteria penilaian, arah penulisan ulasan
buku yang dibuat terasa jelas.
5. Mencari buku pembanding dan referensi untuk rujukan.
Pembanding yang dapat digunakan adalah buku-buku atau bahan-bahan sejenis
yang sudah terbit sebelumnya, baik yang ditulis oleh orang lain maupun oleh
penulis yang bukunya sedang ulas. Referensi diperlukan untuk mempertajam
penilaian, agar penilaian seimbang dan tidak sepihak.
6. Menulis ulasan yang dimaksud
Dalam menulis ulasan buku, pengulas hendaknya selalu berpegang kepada struktur
teks dengan tahapan-tahapan yang menjadi kerangka teks. Nama-nama tahapan
itu tidak harus menjadi judul-judul bagian ulasan yang ditulis, tetapi esensi isi dan
genre yang digunakan untuk merealisasikan masing-masing tahapan itu
terungkap. Setelah ulasan buku jadi, mintalah kepada pihak lain untuk memeriksa
dalam hal isi dan kebahasaannya. Perbaikilah ulasan itu berdasarkan pada
masukan-masukan yang diberikan. Hasil akhir ulasan harus betul-betul bagus,
baik dari segi isi maupun kebahasaan.

D. Rangkuman

Hasil eksplorasi di atas dapat dinyatakan kembali sebagai berikut. Identitas


merupakan identifikasi terhadap buku yang diulas, dan bersifat opsional. Identitas
meliputi data-data penerbitan buku tersebut. Tahapan Orientasi berisi deskripsi
umum tentang buku yang diulas. Deskripsi umum buku dapat berupa paparan
tentang penulis buku, latar belakang penulis, manfaat buku itu, dan sebagainya.
Kemudian, Tahapan Tafsiran Isi berisi paparan isi bab demi bab. Pada bagian ini
pengulas biasanya menceritakan ulang hal yang dilakukan oleh penulis dan
memberikan gambaran terperinci mengenai buku yang diulas. Selanjutnya, pada
49
Tahapan Evaluasi, dilakukan penilaian terhadap karya itu atas berbagai kelemahan
dan kelebihannya dengan membandingkan buku itu dengan buku lain ya ng sejenis.
Evaluasi dapat menyangkut penataan bab, penampilan, atau kualitas buku. Terakhir,
pada Tahapan Rangkuman Evaluasi, pengulas memberikan ulasan akhir yang berisi
simpulan dari buku yang diulas.

E. Latihan
1. Apa fungsi teks ulasan?
2. Apa saja objek yang diulas dalam teks ulasan?
3. Sebutkan dan jelaskan struktur teks ulasan!
4. Langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh dalam membuat teks ulasan?
5. Sebutkan aspek-aspek yang dinilai dalam mengevaluasi buku!
6. Carilah satu teks ulasan dan identifikasi strukturnya!

F. Daftar Pustaka
Alwi, H. dkk. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan bahasa
Indonesia. Jakarta.
Departemen Penddikan Nasional. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(Ed. Ke-4). Jakarta: Gramedia.
Finoza. Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Bandung: Diksi Insan Mulia.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa
Indah.
Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum EBI Kesalahan Berbahasa. Solo: Genta Smart
Publisher.
Sugihastuti, M.S. 2014. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono, dkk. 2014. ‘Draf Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik’ dalam
Workshop Pengayaan Pembelajaran Berbasisi Saintifik, oleh Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal PT.
Widjono, Hs. 2012. Bahasa Indonesia: Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Kompas Gramedia.

50
BAB V
BAHASA PROPOSAL PENELITIAN DAN PROPOSAL KEGIATAN

A. Pengantar
Proposal pada dasarnya merupakan sebuah usulan, rencana, atau tawaran.
Akan tetapi, kini kata proposal lebih sering digunakan daripada ketiga kata yang lain
itu. Dalam bahasa Inggris, kata proposal diberi makna “something (such as a plan or
suggestion) that is presented to a person or group of people to consider” atau “the act of
presenting a plan, suggestion, etc., to a person or group of people” (Webster, 2012).
Makna itu juga digunakan dalam bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) memberikan makna proposal sebagai “rencana yang dituangkan dalam bentuk
rancangan kerja”.
Proposal penelitian atau proposal kegiatan dinyatakan layak apabila dirancang
dengan baik dan mengikuti kelaziman yang telah disepakati dalam tradisi akademik
di Indonesia. Oleh karena itu, baik proposal penelitian maupun proposal kegiatan,
haruslah didesain dengan benar berdasarkan kerangka pemikiran yang dirujuk, mulai
dari penetapan permasalahan sampai dengan metode dan teknik pelaksanaannya.
Untuk itu, proposal harus disusun secara objektif, sistematis, dan terencana dalam
mengeksplorasi masalah, serta harus diungkapkan secara akurat dan berterima
dalam hal gaya penulisannya. Yang pertama terkait dengan isi, dan yang kedua terkait
dengan formulasi bahasa.

B. Formulasi Bahasa
Bahasa proposal banyak diwarnai oleh penggunaan modalitas akan. Kata yang
setaraf dengan akan adalah ingin, tetapi kedua kata itu mengandung perbedaan. Kata
akan berorientasi kepada hal yang dituturkan, sedangkan kata ingin berorientasi
kepada diri penutur. Perbedaan orientasi itu mengisyaratkan bahwa akan terkesan
lebih objektif, sedangkan ingin terkesan lebih subjektif. Namum demikian, kedua kata
itu sama dalam hal waktu yang diacu, yaitu waktu yang akan datang atau keakanan
(sebagai kontras dari kekinian).
Bahasa proposal mengandung makna keakanan. Bahasa yang demikian
menggambarkan bahwa penelitian atau kegiatan yang dimaksud belum dilaksanakan,
tetapi direncanakan untuk dilaksanakan. Dengan demikian, proposal dibuat dengan
formulasi bahasa khusus yang antara lain ditandai oleh makna keakanan tersebut.

51
Selain terlihat pada modalitas akan atau ingin, keadaan bahwa sesuatu belum
terjadi juga tergambar pada penggunaan keterangan waktu atau kosakata tertentu.
Keterangan waktu yang dimaksud, antara lain waktu yang akan datang, di masa
depan, bulan/semester/tahun depan, dan sebulan/dua bulan/setahun/dua tahun ke
depan, atau keterangan-keterangan lain yang menunjukkan makna keakanan.

C. Teks Proposal
Hal penting yang hendaknya diperhatikan dalam mendesain proposal sebagai
genre makro, yakni bahwa seluruh isi dan gagasan dalam proposal seharusnya
disampaikan dengan bahasa Indonesia yang baku. Selain itu, proposal hendaknya
disusun dengan struktur teks yang tepat yang tahapan-tahapan di dalamnya
direalisasikan dengan genre mikro yang tepat pula.
Baik proposal penelitian maupun proposal kegiatan disusun menurut struktur
teks tertentu. Struktur teks itu terdiri atas tahapan-tahapan yang direalisasikan oleh
genre mikro yang sesuai dengan isi dan fungsi tahapan-tahapan tersebut.

1. Teks Proposal Penelitian


Secara umum proposal penelitian memuat unsur-unsur yang terdiri atas (1)
latar belakang dilakukannya penelitian; (2) rumusan masalah dan tujuan penelitian;
(3) manfaat atau pentingnya penelitian; (4) tinjauan teoretis yang menguraikan
acuan teori utama (grand theory) dan elaborasinya, serta keterkaitannya dengan
berbagai hasil penelitian terdahulu; (5) kerangka pikir atau bingkai acuan (frame of
reference) dalam melakukan penelitian terhadap masalah itu; (6) asumsi atau
hipotesis yang akan diuji; (7) sumber data atau subjek penelitian; (8) instrumen
pengumpulan data yang akan digunakan; (9) metode atau prosedur penelitian; (10)
teknik analisis data yang akan dilakukan; dan (11) daftar pustaka sementara (Ali,
2011).
Tahapan-tahapan itu dapat diringkas menjadi pendahuluan, landasan teori
dan tinjauan pustaka, serta metodologi penelitian. Sebenarnya masih ada unsur lain
yang tidak diperhitungkan sebagai tahapan, yaitu daftar pustaka dan lampiran
(apabila ada).

52
a. Pendahuluan

Tahapan Pendahuluan pada proposal penelitian mengandung unsur (1) latar


belakang penelitian, (2) rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) ruang
lingkup penelitian, dan (5) hipotesis. Tahapan Pendahuluan dengan unsur -unsurnya
berfungsi untuk memberikan latar belakang pemikiran yang menuntun ke arah akan
dilaksanakannya penelitian itu, menentukan pokok masalah yang akan diteliti
termasuk pentingnya masalah itu diteliti, dan menentukan tujuan yang akan dicapai
melalui pendekatan/metode/teknik tertentu.
Unsur latar belakang penelitian dikatakan sebagai logika pemikiran yang
menuntun ke arah akan dilaksanakannya penelitian itu, karena pada bagian ini
dinyatakan mengapa pokok masalah tertentu perlu diteliti, bagaimana hal itu akan
diteliti baik secara teoretis maupun metodologis, apa yang akan dihasilkan dari
penelitian ini, dan apa pula akibatnya seandainya hal itu tidak segera diteliti.
Rumusan masalah penelitian berisi pokok persoalan yang akan diteliti.
Rumusan masalah dapat dinyatakan dalam kalimat tanya. Rumusan masalah untuk
penelitian kualitatif dikaitkan dengan strategi penelitian tertentu, misalnya etnografi,
fenomenologi, studi kasus, atau grounded research. Verba yang digunakan untuk
menyatakan rumusan masalah bersifat eksploratif sesuai dengan jenis strategi
penelitian kualitatif yang ditetapkan. Dapat mengawali rumusan masalah dengan kata
“bagaimana” atau “apa” untuk menunjukkan keterbukaan penelitian. Adapun
rumusan masalah penelitian kuantitatif mencerminkan tiga prinsip dasar. Pertama,
membandingkan kelompok variabel bebas untuk melihat dampaknya terhadap
kelompok variabel terikat. Kedua, menghubungkan antara satu atau berbagai variabel
dengan satu atau beberapa variabel lainnya. Ketiga, mendeskripsikan respons
terhadap variabel bebas atau variabel terikat (Cresswell & Plano, 2007).
Persoalan pada rumusan masalah itu dijawab, dan hal itu tergambar pada
tujuan penelitian. Tujuan penelitian merupakan keinginan peneliti untuk
memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan. Oleh seb ab itu,
tujuan penelitian harus relevan dan konsisten dengan identifikasi masalah, rumusan
masalah, dan proses penelitiannya (Riduwan, 2013). Menurut Locke et.al 2007
(dalam Cresswell, 2010) tujuan penelitian berarti menunjukkan mengapa peneliti
ingin melakukan penelitian dan apa yang ingin dicapainya. Begitu pentingnya tujuan
penelitian ini sehingga peneliti perlu menulisnya secara terpisah dari aspek-aspek
lain dalam proposal penelitian dan perlu dibingkai dalam paragraf dan kalimat yang
53
mudah dipahami pembaca. Untuk dapat menyusun tujuan penelitian dengan baik,
gunakan verba tindakan pada penelitian kualitatif, seperti: menemukan,
mendeskripsikan/ mengamati pengalaman (fenomenologi); memahami (etnografi);
mengembangkan (penelitian pengembangan), menyajikan (penelitian deskriptif), dan
sebagainya. Adapun pada penelitian kuantitatif, seperti: hubungan antara,
perbandingan antara, dan pengaruh terhadap.
Jadi, tujuan penelitian berisi rencana jawaban terhadap pokok persoalan
penelitian. Kalimat yang digunakan untuk menyatakan tujuan biasanya berbunyi:
“Penelitian ini bertujuan untuk ...” atau “Tujuan penelitian ini adalah ...”. Pada laporan
penelitian, jawaban yang sesungguhnya terhadap masalah yang diteliti disajikan pada
simpulan. Di pihak lain, pada proposal penelitian, jawaban sementara sering
dinyatakan dalam bentuk hipotesis. Perlu dimengerti bahwa hipotesis berarti dugaan
atau simpulan sementara. Namun demikian, seyogianya dimengerti bahwa tidak
semua proposal disertai hipotesis. Selain rumusan masalah dan tujuan penelitian,
pada Tahapan Pendahuluan juga sering dikemukakan manfaat penelitian secara
eksplisit pada subbab tersendiri. 01
Proposal itu sebuah rencana, sehingga Tahapan Pendahuluan (dan juga
tahapan yang lain) banyak diwarnai oleh penggunaan modalitas akan. Dengan
demikian, formulasi bahasa yang digunakan mencerminkan bahwa sesuatu akan
diteliti untuk membuktikan hal yang dinyatakan dalam hipotesis itu akan benar.
Formulasi bahasa seperti itu berbeda dengan formulasi bahasa laporan penelitian.
Pada laporan penelitian, dinyatakan bahwa sesuatu telah diteliti, dan telah terbukti
bahwa sesuatu yang telah dihipotesiskan itu benar. Genre mikro yang digunakan
untuk merealisasikan Tahapan Pendahuluan adalah eksposisi dan deskripsi. Telah
dinyatakan sebelumnya bahwa eksposisi ditandai oleh pernyataan gagasan awal
(tesis). Pada proposal ini tesis yang dimaksud sama dengan hipoteis yang akan
dibuktikan kebenarannya melalui penelitian yang direncanakan itu. Dengan
demikian, Tahap Pendahuluan mengandung ciri eksposisi. Di sisi lain, deskripsi
digunakan untuk menguraikan kondisi nyata pokok persoalan yang akan diteliti,
termasuk tujuan dan cara (pendekatan/metode/teknik) yang digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut. Selain itu, deskripsi juga digunakan untuk mengidentifikasi
dan mendefinisikan istilah teknis yang ada di dalam proposal.
Salah satu ciri kebahasaan teks akademik, yakni banyak memanfaatkan
istilah teknis. Dalam bagian lain teks proposal, istilah-istilah teknis tersebut

54
hendaknya dijelaskan agar pada diri pembaca terjadi pemahaman yang baik atau
pemahaman yang sama seperti yang dimaksud oleh penulis proposal. Kadang-kadang,
dalam proposal disediakan subbab khusus, yaitu Subbab Definisi Istilah dan Subbab
Definisi Operasional. Subbab yang pertama berisi penjelasan arti istilah-istilah teknis
tersebut. Adapun subbab yang kedua, yang lazimnya tidak serupa dengan Definisi
Istilah, berisi pendefinisian secara operasional variabel-variabel penelitian.
Definisi istilah teknis pada umumnya ditampilkan di latar belakang pada
Tahapan Pendahuluan, bersamaan dengan identifikasi dan perumusan masalah, atau
di bagian manapun pada saat istilah teknis itu muncul untuk kali pertama. Apabila
terdapat kesulitan tentang istilah teknis, kamus istilah teknis yang berkaitan dengan
bidang ilmu yang diteliti dapat digunakan. Definisi operasional pada umumnya
disajikan pada bagian tertentu dalam Tahapan Metodologi atau Tahapan Landasan
Teori dan Tinjauan Pustaka.

b. Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka


Sesuai dengan namanya, ada dua unsur yang disampaikan pada Tahapan
Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka, yaitu landasan teori dan tinjauan pustaka.
Landasan teori berfungsi untuk menyajikan ulasan teoretis dengan memformulasikan
sintesis teori yang akan digunakan sebagai dasar pemecahan masalah yang diteliti. Di
pihak lain, tinjauan pustaka berfungsi untuk menyajikan ulasan penelitian-penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, yang kemudian dibandingkan dengan penelitian
yang akan dilakukan ini. Baik teori maupun penelitian yang diulas diarahkan kepada
pemecahan masalah yang ditelti, sehingga setelah penelitian itu selesai dilakukan dan
hasilnya dilaporkan, diketahui apakah teori tersebut perlu dikembangkan lebih lanjut
dan apakah penelitian ini dapat menutup kekurangan penelitian-penelitian
sebelumnya.
Teori yang disajikan pada landasan teori merupakan perluasan dari
pendekatan yang sudah disebutkan di latar belakang pada Tahapan Pendahuluan. Di
bagian ini dijelaskan bahwa teori yang digunakan itu berada di bawah payung ilmu
tertentu, mencakup wilayah ilmu dengan parameter tertentu, dan mengikuti
pandangan atau paradigma gagasan tertentu dalam penerapannya. Dijelaskan pula
bahwa ulasan penelitian sebelumnya dapat mempertegas posisi penelitian yang akan
dilakukan.

55
Untuk merealisasikan fungsi tersebut, pada Tahapan Landasan Teori dan
Tinjauan Pustaka digunakan genre mikro ulasan (review). Yang diulas yaitu teori yang
akan digunakan dan sejumlah penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Teori
yang diulas tidak hanya berasal dari buku, tetapi juga sumber-sumber lain yang
dirujuk dalam proposal. Sementara itu, penelitian-penelitian yang diulas yakni
penelitian-penelitian sejenis yang relevan.
Untuk keperluan penulisan proposal penelitian, tahapan yang paling
bermanfaat untuk diambil dari teks ulasan yakni Tahapan Tafsiran Isi dan Tahapan
Evaluasi. Kemahiran dalam menafsirkan isi dan mengevaluasi sumber -sumber yang
diulas dapat menuntun untuk membuat sintesis teori yang akan diletakkan pada
Tahapan Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka pada proposal. Dalam menafsirkan isi,
tidak boleh salah memahami sumber-sumber yang diulas. Demikian pula, dalam
mengevaluasi teori, perlu mempertimbangkan keunggulan-keunggulan dan
kelemahan-kelemahannya. Dari sinilah perlu memilih dan menetapkan teori yang
akan digunakan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti.
Pada konteks landasan teori, tafsiran isi adalah gagasan-gagasan atau teori-
teori yang diringkas dari berbagai sumber untuk dievaluasi dan disintesiskan menjadi
satu kesatuan teori yang digunakan untuk memecahkan pokok persoalan yang akan
diteliti. Dengan demikian, unsur landasan teori tidak hanya merupakan tempelan -
tempelan kutipan yang tidak saling berkaitan. Semua kutipan atau ringkasan dari
sumber-sumber tersebut harus diarahkan kepada upaya untuk memecahkan
persoalan penelitian. Seandainya terdapat kutipan atau ringkasan yang tidak
demikian, kutipan atau ringkasan itu harus segera disingkirkan dari Tahapan
Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka.

c. Metodologi Penelitian
Tahapan Metodologi Penelitian menyajikan pendekatan, metode, dan teknik
penelitian yang akan diterapkan, termasuk langkah-langkah yang akan ditempuh.
Genre mikro yang digunakan pada Tahapan Metodologi Penelitian adalah deskripsi,
laporan, dan prosedur. Deskripsi digunakan untuk memaparkan wujud data serta
waktu dan lokasi penelitian, laporan digunakan untuk menjelaskan klasifikasi data
berdasarkan kriteria tertentu, serta prosedur digunakan untuk menunjukkan
langkah-langkah penelitian.

56
Pendekatan menyangkut paradigma dan jenis penelitian yang diikuti:
penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, atau paradigma penelitian kombinasi.
Pada masing-masing paradigma ini dihasilkan sejumlah metode penelitian yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Berkaitan dengan hal ini, peneliti harus
menentukan metode penelitian yang akan digunakannya dengan tepat. Metode
penelitian berisi gambaran keberadaan dan posisi variabel penelitian, teknik yang
digunakan dalam mengumpulkan data, dan menganalisis data. Dalam uraian ini juga
dijelaskan model hubungan antarvariabel yang akan diuji dan bagaimana hubungan
variabel itu. Setiap butir uraian mencakup jawaban tentang apa (keberadaannya),
mengapa (alasannya), dan bagaimana (pelaksanaannya).
Salah satu pertimbangan utama untuk menentukan jenis metode yang akan
digunakan, yaitu tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, jika
tujuannya adalah untuk menguji hubungan, metode yang akan digunakan adalah
metode penelitian korelasional, jika tujuannya untuk membedakan hasil dua
perlakuan, metodenya adalah eksperimen. Selain itu, masih terdapat penelitian
lapangan, penelitian pustaka, penelitian laboratorium, studi kasus, dan seterusnya.
Metode juga menyangkut data dan sumber data. Data adalah keterangan atau
bahan nyata yang dianalisis dalam penelitian yang dijadikan dasar untuk menarik
simpulan. Data mempunyai wujud, dan data penelitian diambil dari sumber data. Jadi,
sumber data adalah tempat data diambil. Sumber data pasti lebih luas daripada data.
Sebagai contoh, apabila peneliti akan meneliti editorial surat kabar, data yang
dimaksud adalah editorial, sedangkan sumber datanya adalah surat kabar.
Pertanyaan yang kemudian dapat diajukan adalah bagaimana data diambil dari
sumber data? Cara mengambil data dari sumber data itu adalah teknik pengumpulan
data. Setelah data terkumpul, apakah diperlukan teknik analisis data?
Jawabnya disajikan dalam penjelasan sebagai berikut. Arikunto (2007)
menyatakan terdapat tiga klasifikasi sumber data yang disingkat dengan 3 p dalam
Bahasa Inggris, yaitu p = person, p = place, dan p = paper. Person adalah sumber data
yang berupa orang, yang dapat memberikan data yang berupa jawaban lisan. Dari
person dapat diperoleh datanya melalui teknik wawancara atau jawaban tertulis dan
angket. Place adalah sumber data yang menyajikan tampilan yang berupa keadaan
diam dan bergerak. Keadaan diam meliputi misalnya ruangan, kelengkapan alat,
wujud benda, warna, dan lain-lain.

57
Sebaliknya, keadaan bergerak ditunjukkan oleh aktivitas, kinerja, laju
kendaraan, ritme nyanyian, gerak tarian, sajian sinetron, kegiatan belajar mengajar,
dan lain sebagainya. Data dari place dapat diperoleh melalui teknik observasi. Paper
adalah sumber data yang menyajikan tanda-tanda yang berupa huruf, angka, gambar,
atau simbol-simbol lain. Wujud sumber data ini terdapat dalam media komunikasi,
seperti di zaman batu dahulu, kayu, tulang, daun lontar, dan sebagainya. Di zaman
sekarang data dapat dibaca dari media kertas, film, hardisk komputer, dan CD.
Apabila populasi suatu penelitian besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan
waktu, peneliti dapat menggunakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi disebut sampel. Yang dipelajari dari sampel adalah bahwa simpulannya akan
dapat diberlakukan untuk populasi. Sehubungan dengan hal tersebut, sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul mewakili dari populasi tersebut
(representatif).
Proses pengambilan sampel dari populasi atau proses pengambilan sebagian
dari keseluruhan objek atau memilih objek-objek dari sebuah populasi disebut
sampling. Jadi, teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel dari populasi.
Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
probability sampling dan nonprobability sampling.
Teknik berkaitan dengan teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Unsur teknik pengumpulan data berisi pemaparan tentang cara-cara yang akan
dilakukan peneliti ketika akan mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang
digunakan seorang peneliti akan sangat bergantung pada tujuan dan metode
penelitian yang ditetapkannya. Oleh sebab itu, teknik pengumpulan data antara satu
ragam penelitian dengan ragam penelitian yang lain akan berbeda. Selanjutnya teknik
pengumpulan data akan mempengaruhi jenis instrumen yang akan digunakan.
Dengan kata lain, jenis instrumen sebagai alat pengumpul data penelitian akan sangat
bergantung pada teknik pengumpulan data yang akan dipilih oleh peneliti.
Unsur instrumen penelitian mencakup jenis instrumen yang digunakan,
prosedur yang digunakan, prosedur penyusunannya, dan pengujian parameternya
sehingga menghasilkan instrumen itu. Pada bagian ini uraian meliputi kisi-kisi
pengembangan instrumen dan berbagai jenis instrumen yang akan digunakan. Pada
bagian uraian tentang pengujian parameter pengukuran dijelaskan teknik pengujian

58
reliabilitas dan validitas instrumen. Pada penelitian kualitatif, peneliti dapat
bertindak sebagai instrumen.
Pada uraian tentang Tahapan Pendahuluan di atas, telah dinyatakan bahwa
istilah teknis perlu didefinisikan. Definisi istilah teknis berbeda dengan definisi
operasional. Definisi istilah teknis disajikan pada Tahapan Pendahuluan, khususnya
pada unsur latar belakang penelitian, sedangkan definisi operasional disajikan pada
Tahapan Metodologi Penelitian. Bahkan di bawah tahapan ini, definisi operasional
kadang-kadang dibuat tersendiri dalam satu subbab. Apabila tidak terkait dengan
variabel-variabel penelitian, definisi operasional dapat disajikan pada Tahapan
Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka.
Definisi operasional adalah definisi yang dibuat untuk membatasi suatu
konsep secara operasional. Hal yang membatasi definisi operasional, yaitu indikator
atau parameter penelitian. Dengan demikian, definisi operasional menunjukkan apa
yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya; apa yang akan diukur dan
bagaimana mengukurnya. Definisi ini diperlukan terutama apabila peneliti
melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal-hal yang tidak dapat diamati
atau diukur secara langsung seperti hasil belajar, kemampuan menalar, dan
intelegensi.
Bagaimana cara membuat definisi operasional? Untuk dapat menyusun
definisi operasional secara tepat, perlu diperhatikan hal-hal berikut.
(1) Gunakan definisi sinonimi atas variabel yang akan didefinisikan.
(2) Tentukan indikator dari konsep yang akan didefinisikan.
(3) Tentukan instrumen yang akan digunakan untuk menjelaskan konsep yang akan
didefinisikan.
(4) Tentukan alat ukur/cara pengukuran yang dapat digunakan untuk mengenali
karakteristik konsep yang akan didefinisikan.4
Secara lebih jelas Suryabrata (2000:76-77) mengemukakan ada tiga
pendekatan untuk menyusun definisi operasional yaitu: (1) yang menekankan
kegiatan apa yang perlu dilakukan, (2) menekankan pada bagaimana kegiatan itu
dilakukan, dan (3) yang menekankan sifat-sifat statis yang didefinisikan. Dalam
menyusun definisi operasional, definisi tersebut sebaiknya dapat mengidentifikasi
seperangkat kriteria unik yang dapat diamati. Semakin unik suatu definisi
operasional, semakin bermanfaat definisi tersebut bagi sebuah penelitian.

59
Persoalan lain yang perlu mendapatkan perhatian pada Tahapan Metodologi
Penelitian, yakni langkah-langkah pelaksanaan penelitian. Langkah-langkah itu
ditempuh secara prosedural atau secara berurutan.
Uraian tentang tahapan penelitian mencakup penjelasan tentang langkah-
langkah penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Bagian ini sangat penting sebab
akan menjadi panduan pelaksanaan teknis penelitian. Dalam menulis langkah-
langkah penelitian, hal yang harus dipertimbangkan adalah metode penelitian yang
dipilih. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa perbedaan metode akan berpengaruh
pada perbedaan langkah penelitian, baik dalam tahap prapenelitian, tahap penelitian,
maupun tahap pasca penelitian.

d. Daftar Pustaka
Meskipun tidak dimasukkan ke dalam tahapan pada struktur teks proposal
penelitian, daftar pustaka merupakan kelengkapan yang sangat penting. Oleh sebab
itu, masalah ini dibahas secara khusus. Model penulisan daftar pustaka yang diikuti
secara internasional pada umumnya adalah sistem APA (American Psychological
Association) atau sistem Harvard. Akan tetapi, penerbit buku atau jurnal sering
mempunyai sistem sendiri, meskipun biasanya merupakan hasil mo difikasi dari
kedua sistem tersebut. Pada bagian ini, sistem yang dianut adalah sistem yang
pertama. Sebagai lembaga, APA mengeluarkan manual yang menjadi pedoman
penulisan, bahkan tidak hanya mengenai daftar pustaka. Manual itu berjudul
Publication manual of American Psychological Association yang edisi keenamnya terbit
pada tahun 2010.
Contoh-contoh di bawah ini adalah cara penulisan daftar pustaka dari sumber
buku dan artikel jurnal. Prinsip yang paling mendasar pada penulisan daftar pustaka
bahwa semua karya yang dimasukkan ke dalam daftar harus disusun secara alfabetis
berdasarkan nama belakang penulis karya tersebut. Hal ini berlaku bagi, baik penulis
asing maupun penulis Indonesia. Berikut ini salah satu model penulisan daftar
pustaka.

60
Dari buku:

Cargill, M., & O’Connor, P. 2009. Writing scientific research articles: Strategy and steps.
Sussex: John Wiley & Sons.

Martin, J.R., & Rose, D. 2008. Genre relations: Mapping culture. London: Equinox.

Dari artikel jurnal:

Gardner, S. 2012. Genres and registers of student report writing: An SFL perspective
on texts and practices. Journal of English for Academic Purposes, 11, 52-63.

Kwan, B.S.C., Chan, H., & Lam, C. 2012. Evaluating prior scholarship in literature
reviews of research articles: A comparative study of practices in two
research paradigms. English for Specific Purposes, 31, 188-201.

Cara penulisan daftar pustaka di atas bukanlah satu-satunya cara penulisan


yang lazim digunakan. Masih terdapat cara-cara yang lain. Pada umumnya, jurnal-
jurnal tertentu atau lembaga-lembaga tertentu menetapkan sebuah cara sebagai gaya
selingkung. Yang perlu dipahami adalah Anda harus menggunakan cara penulisan itu
secara konsisten. Berikut ini adalah cara-cara penulisan daftar pustaka yang lain yang
dapat dijadikan alternatif.
Dari buku:

Cargill, M. dan O’Connor, P. 2009. Writing Scientific Research Articles: Strategy and
Steps. Sussex: John Wiley & Sons.

Martin, J.R. dan Rose, D. 2008. Genre Relations: Mapping Culture. London: Equinox.

Dari artikel jurnal:

Gardner, S. 2012. “Genres and Registers of Student Report Writing: An SFL


Perspective on Texts and Practices”, Journal of English for Academic
Purposes, 11, 52-63.

Kwan, B.S.C., Chan, H. dan Lam, C. 2012. “Evaluating Prior Scholarship in Literature
Reviews of Research Articles: A Comparative Study of Practices in Two
Research Paradigms”, English for Specific Purposes, 31, 188-201.

61
Tabel 6. Struktur Teks dan Hubungan Genre pada Teks Proposal Penelitian

Struktur Teks Genre Mikro Fungsi Retoris


yang
Diharapkan
Pendahuluan Eksposisi Memberikan latar belakang penelitian yang
(dan/atau akan dilaksanakan, permasalahan yang akan
meliputi diteliti, gambaran tentang tujuan, pentingnya
Deskripsi) masalah itu diteliti, dan pendekatan/
metode/teknik yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut.

Landasan Review Menyajikan ulasan teoretis tentang dasar


Teori dan pemikiran yang akan digunakan untuk
Tinjauan memecahkan masalah penelitian.
Pustaka
Menyajikan ulasan tentang penelitian
sebelumnya dan perbandingannya dengan
penelitian yang akan dilasanakan.

Metodologi Deskripsi Menyajikan pendekatan, metode, dan teknik


Penelitian (dan/atau penelitian yang akan diterapkan, termasuk
meliputi langkahlangkah yang akan ditempuh.
Laporan,
Prosedur)

Unsur-unsur yang termuat dalam proposal disusun dalam sistematika


tertentu. Masing-masing perguruan tinggi memiliki struktur yang mungkin berbeda.
Akan tetapi, semuanya disusun secara sistematis dan logis, sehingga susunan itu
mencerminkan alur berpikir yang logis pula. Susunan itu dapat diringkas ke dalam
struktur teks pendahuluan^landasan teori dan tinjauan pustaka^metodologi
penelitian. Setiap tahapan pada struktur teks itu direalisasikan oleh genre mikro
tertentu. Apabila diperhatikan setiap tahapan (bab) dan subtahapan (subbab) yang
ada secara seksama, ternyata tata organisasi bab-bab pada proposal itu adalah
susunan tahapan-tahapan yang membentuk struktur teks proposal tersebut.

2. Teks Proposal Kegiatan


Proposal kegiatan yang dimaksud di sini, yaitu proposal yang dirancang
bukan untuk penelitian, melainkan untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
tugas-tugas akademik yang dikerjakan oleh mahasiswa. Kegiatan-kegiatan itu
meliputi seminar, kongres, lokakarya, pelatihan, pengabdian, magang, dan
62
sebagainya. Proposal kegiatan yang akan dibahas di sini adalah proposal kegiatan
magang, yang apabila magang sudah selesai dilaksanakan kemudian dilaporkan
dalam bentuk laporan magang. Khusus untuk mahasiswa D-3, laporan magang
menjadi syarat kelulusan, tetapi bagi mahasiswa S-1, laporan seperti itu hanya
menjadi kelengkapan mata kuliah saja. Di perguruan tinggi tertentu, laporan magang
dijadikan tugas akhir untuk jenjang D-3. Akan tetapi, di tempat lain, tugas akhir sama
dengan skripsi untuk jenjang S-1.
Dari penelusuran terhadap proposal magang, terdapat unsur-unsur proposal
yang dijadikan bab atau subbab, yaitu pendahuluan, tata laksana kegiatan, dan
penutup. Secara berturut-turut, unsur-unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.

a. Pendahuluan
Tahapan Pendahuluan berisi uraian tentang latar belakang kegiatan yang akan
dilaksanakan, pentingnya kegiatan itu dilaksanakan, tujuan, manfaat, dan strategi
yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Genre mikro yang
digunakan adalah eksposisi dan deskripsi. Eksposisi digunakan untuk mengajukan
argumentasi bahwa kegiatan yang direncanakan pada proposal itu penting untuk
dilaksanakan. Adapun deskripsi digunakan untuk menggambarkan secara ringkas
wujud kegiatan yang diusulkan, tujuan, manfaat, dan strategi pelaksanaannya.
Perlu dicatat bahwa pada Tahapan Pendahuluan, tujuan dan strategi
pelaksanaan kegiatan baru dinyatakan secara ringkas, dan akan diperluas lagi pada
Tahapan Tata Laksana Kegiatan. Selain itu, Tahapan Pendahuluan pada proposal
kegiatan dan pada proposal penelitian hampir sama. Perbedaannya bahwa pada
proposal penelitian kegiatan yang diusulkan berupa penelitian, sedangkan kegiatan
yang diusulkan pada proposal kegiatan yaitu apa pun selain penelitian. Perbedaan
yang lain bahwa pada Tahapan Pendahuluan untuk proposal penelitian terdapat
uraian tentang teori/pendekatan dan penelitian sejenis sebelumnya, tetapi pada
Tahapan Pendahuluan untuk proposal, kegiatan uraian tentang hal-hal itu tidak ada.

b. Tata Laksana Kegiatan


Tahapan Tata Laksana Kegiatan adalah tahapan yang menyajikan strategi yang
akan dilakukan dalam melaksanakan kegiatan, termasuk langkah-langkah yang akan
ditempuh. Pada tahapan ini mencakup pelaksana, tujuan, waktu dan tempat, serta
strategi pelaksanaan. Pelaksana, waktu, dan tempat kegiatan sudah cukup jelas.

63
Kesemuanya dinyatakan dengan genre mikro deskripsi. Akan tetapi, tujuan dan
strategi pelaksanaan kegiatan perlu dibahas lebih lanjut. Tujuan disajikan dengan
genre deskripsi, sedangkan strategi pelaksanaan dinyatakan dengan genre prosedur
yang terdiri atas langkahlangkah yang harus ditempuh.
Adapun strategi yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut bahwa
pelaksana kegiatan terjun langsung ke tempat magang untuk turut serta bekerja
sebagai staf selama kurun waktu tertentu. Di dalam strategi itu, terkandung prosedur
yang ditetapkan untuk diikuti. Prosedur tersebut meliputi serangkaian langkah yang
ditempuh sebelum, pada saat, dan setelah kegiatan berlangsung.

c. Penutup
Tahapan Penutup digunakan untuk menyampaikan harapan agar setelah
diusulkan proposal kegiatan itu diterima dan menghasilkan sesuatu seperti yang
direncanakan. Genre mikro yang digunakan, yakni deskripsi. 24
Tabel 7. Struktur Teks dan Hubungan Genre pada Proposal Kegiatan

Struktur Teks Genre Mikro yang Fungsi Retoris


Diharapkan
Pendahuluan Eksposisi (dan Memberikan latar belakang kegiatan yang akan
atau meliputi dilaksanakan, gambaran tentang jenis dan
Deskripsi) bentuk kegiatan, tujuan, manfaat, serta strategi
yang akan digunakan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut.

Tata Deskripsi (dan Menyajikan strategi yang akan dilakukan dalam


Laksana atau meliputi melaksanakan kegiatan, termasuk
Kegiatan Prosedur) langkahlangkah yang akan ditempuh.

Penutup Deskripsi (dan Menyampaikan harapan agar proposal kegiatan


atau meliptui itu diterima dan menghasilkan sesuatu seperti
Eksposisi) yang direncanakan.

Struktur teks yang berlaku di sebuah perguruan tinggi mungkin berbeda


dengan yang berlaku di perguruan tinggi lain. Akan tetapi, pada prinsipnya proposal
kegiatan dapat disusun dengan struktur teks seperti yang dikemukakan ini. Pada
konteks ini, perlu diperhatikan buku panduan magang yang dikeluarkan oleh
program studi di perguruan tinggi Anda.

64
D. Rangkuman
Proposal pada dasarnya dapat juga disebut dengan kata usulan, rencana,atau
tawaran. Pembuatan proposal harus disusun secara objektif, sistematis, dan terencana
dalam mengeksplorasi masalah, dan diartulasikan secara akurat dan berterima dalam
hal gaya penulisannya. Struktur teks proposal penelitian terdiri dari (i) pendahuluan;
(ii) landasan teori dan tinjauan pustaka; dan (iii) metodologi penelitian, sedangkan
struktur teks proposal kegiatan terdiri dari (i) pendahuluan; (ii) tata laksa na
kegiatan; dan (iii) penutup. Dalam penulisan proposal, bahasa dalam teks proposal
memiliki makna keakanan yang diwarnai dengan banyaknya penggunaan modalitas
akan, dan penggunaan kata keterangan waktu yang bermakna futuristik.

E. Latihan
1. Apa pengertian proposal?
2. Sebutkan unsur-unsur teks proposal secara umum!
3. Apa tujuan dan fungsi, masing-masing:
a. Pendahuluan;
b. Landasan teori; dan
c. Metodologi penelitian.
4. Mengapa teks proposal mengandung makna keakanan?
5. Kemukakan perbedaan struktur dalam teks proposal penelitian dan teks proposal
kegiatan!

F. Daftar Pustaka
Ali, M. 2011. Memahami Riset Perilaku Sosial. Bandung: Pustaka Cendekia Utama.
Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rhineka
Cipta.
Bailey, S. 2011. Academic writing: A Handbook for International Students (Ed. Ke-3).
London & New York: Routledge.
Cargill, M., & O’Connor, P. 2009. Writing Scientific Research Articles: Strategy and
Steps. Sussex: John Wiley & Sons.
Clark, I.L. 2007. Writing the Succesful Thesis and Dissertation. Boston: Prentice Hall.
Cresswell. J.W., & Clark, V.L.P. 2007. Mixed Methods Research. California: Sage
Publication.
Emilia, E. 2008. Menulis Tesis dan Disertasi. Bandung: C.V. Alfabeta.
Lin, L., & Evans, S. 2012. Structural Patterns in Empirical Research Articles: A
Crossdisciplinary Study. English for Specific Purposes, 31, 150-160.
Martin, J.R. 1985a. Process and Text: Two Aspects of Human Semiosis. J.D. Beanson, &
W.S. Greaves, Eds., Systemic Perspectives on Discourse, Vol 1. Norwood, N.J.:
Ablex Publishing Corporation.
M.A.K. Halliday, & J.R. Martin, Writing Science: Literacy and Discursive Power. London:
The Falmer Press.
Martin, J.R., & White, P.R.R. 2005. The Language of Evaluation. London & New York:
Palgrave.
Moeliono, A.M. (tanpa tahun). Bahasa yang Efisien dan Efektif dalam Bidang Iptek.
Pusat Bahasa. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed. Ke-4). Jakarta: Balai Pustaka.
Riduwan. 2013. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta

65
Surata, I.W. 2013. Teknik Squat dan Stoop Menggunakan Electromyography pada
Pekerjaan Manual Materials Handling. Jurnal Teknik Industri, 15, 33-38.
Suryabrata, S. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grafindo.
Veel, R. 1998. The Greening of School Science: Ecogenesis in Secondary Classrooms.
J.R. Martin, & R. Veel, Eds., Reading Science: Critical and Functional
Perspective on the Discourse of Science. London & New York: Routledge.
Wiratno, T. 2012. Ciri-ciri keilmiahan teks ilmiah dalam bahasa Indonesia.
Indonesian Journal of Systemic Functional Linguistics, 1, 88-111.
----------. 2014. Struktur Teks dan Hubungan Genre pada Teks Ilmiah dalam Bahasa
Indonesia. Dipresentasikan pada Kongres Internasional Masyarakat
Linguistik Indonesia, Bandar Lampung, 19-22 Februari 2014.
Wiratno, T., & Santosa, R. 2011. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Universitas
Terbuka.257
Wiratno, T., Wibowo, A.H., & Sawardi, F.X. 2013. Model Penulisan Artikel Ilmiah dalam
Bahasa Indonesia (Laporan Penelitian). Surakarta: FSSR, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Alwi, H. dkk. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan bahasa
Indonesia. Jakarta.
Departemen Penddikan Nasional. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(Ed. Ke-4). Jakarta: Gramedia.
Finoza. Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Bandung: Diksi Insan Mulia.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa
Indah.
Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum EBI Kesalahan Berbahasa. Solo: Genta Smart
Publisher.
Sugihastuti, M.S. 2014. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono, dkk. 2014. ‘Draf Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik’ dalam
Workshop Pengayaan Pembelajaran Berbasisi Saintifik, oleh Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal PT.
Widjono, Hs. 2012. Bahasa Indonesia: Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Kompas Gramedia.

66
BAB VI
BAHASA LAPORAN HASIL PENELITIAN
DAN HASIL KEGIATAN

A. Pengantar

Melaporkan hasil penelitian atau hasil kegiatan (termasuk pengolahan dan


analisis data) dalam bentuk tulisan yang berterima tidaklah mudah. Sering sekali
peneliti atau pelaksana kegiatan mengabaikan pentingnya penulisan laporan, baik
dari segi kebahasaan maupun dari segi ketepatan waktu pelaporan. Padahal,
pengabaian seperti itu merugikan karena dari segi yang pertama, apabila laporan
tidak disusun dengan formulasi bahasa yang sesuai (termasuk struktur teks yang
seharusnya), laporan itu akan sulit dipahami; sedangkan dari segi yang kedua, apabila
penelitian atau kegiatan itu tidak segera dilaporkan, hasil-hasil dan temuan-temuan
penelitian atau kegiatan tersebut tidak akan diketahui oleh berbagai pihak dengan
cepat. Selain itu, apabila penulisan dan pemublikasian penelitian atau kegiatan segera
dilakukan, manfaat teoretis dan praktis penelitian atau kegiatan itu juga dapat segera
dirasakan. Misalnya, untuk penelitian, asalkan temuan-temuannya didasarkan pada
analisis yang dapat dipertanggungjawabkan, laporan penelitian itu dapat digunakan
sebagai referensi, dasar pemikiran, dan pijakan penelitian selanjutnya. Bahkan
sebuah penelitian dapat menjadi inspirasi kemunculan gagasan baru. Di pihak lain,
laporan kegiatan yang bagus dapat dijadikan pedoman untuk merancang kegiatan
yang akan datang. Kekurangan-kekurangan yang ada pada kegiatan yang dilaporkan
itu merupakan pelajaran yang berharga dalam melaksanakan kegiatan yang lain.

B. Model Teks Laporan


Laporan penelitian dan laporan kegiatan disusun menurut struktur teks
tertentu. Struktur teks itu terdiri atas tahapan-tahapan yang direalisasikan oleh genre
mikro yang sesuai dengan isi dan fungsi tahapan-tahapan tersebut.

1. Abstrak
Abstrak merupakan bagian yang sangat penting dalam laporan penelitian.
Kenyataan itu tampak jelas pada definisi yang dikemukakan oleh the American
National Standards Institute (dalam Clark, 2007) bahwa “an abstract is an abbreviated
accurate representation of contents of document, preferably prepared by its author(s)
for publication with it”. Pada laporan penelitian, abstrak adalah genre mikro yang

67
berisi ringkasan seluruh penelitian yang dilaporkan. Pada konteks ini, abstrak juga
disebut ringkasan atau intisari.
Abstrak menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari laporan itu sendiri secara
keseluruhan. Oleh sebab itu, sebagai ringkasan, abstrak berfungsi secara sosial untuk
menjelaskan keseluruhan isi penelitian, yang meliputi: (1) masalah yang diteliti (dan
atau tujuan penelitian), (2) metodologi penelitian, (3) temuan yang dihasilkan dan
pembahasan, serta (4) simpulan, implikasi, dan atau saran. Melalui poin-poin
tersebut, abstrak dapat memotivasi pembaca untuk membaca lebih lanjut laporan
penelitian yang lengkap. Dari abstrak pembaca dapat mengetahui gambaran umum
tentang penelitian itu. Apabila sesuai dengan yang diinginkan, pembaca kemudian
menindaklanjutinya dengan mengulas seluruh penelitian tersebut dan
menjadikannya sebagai referensi. Inisiatif untuk melakukan penelitian baru sering
muncul atas dasar inspirasi yang diperoleh dari abstrak penelitian yang telah
dilakukan terdahulu.
Selain sebagai bagian dari laporan penelitian, abstrak dapat menjadi bagian
dari artikel ilmiah. Bahkan dapat berdiri sendiri sebagai tulisan yang dikumpulkan
pada prosiding atau kompilasi abstrak. Akan tetapi, pada umumnya abstrak disajikan
dalam satu kesatuan dengan artikelnya atau tulisan induknya. Dengan demikian,
abstrak menjadi nama genre tersendiri dan sekaligus nama bagia n artikel atau
tulisan. Apabila abstrak dilepaskan dari keseluruhan laporan penelitian, judul dan
nama peneliti harus ditampilkan pada bagian awalnya.

2. Pendahuluan
Pada laporan penelitian, pendahuluan merupakan tahapan yang berfungsi
untuk menyatakan latar belakang penelitian yang telah dilaksanakan, permasalahan
yang diteliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pentingnya masalah itu diteliti,
dan pendekatan/metode/teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Tiga hal yang disebutkan pertama sering dinyatakan ke dalam subbab tersendiri atau
dinyatakan dalam satu kesatuan dan disisipkan ke dalam paragraf-paragraf
pendahuluan. Adapun dua hal yang disebutkan kemudian cukup disisipkan ke dalam
paragraf-paragraf yang relevan pada pendahuluan itu.
Permasalahan biasanya dirumuskan ke dalam kalimat-kalimat tanya
(meskipun bukan keharusan), tujuan penelitian adalah arah yang dituju oleh
penelitian, dan manfaat penelitian adalah kegunaan yang diperoleh baik secara
teoretis maupun praktis. Di pihak lain, pentingnya masalah itu diteliti adalah alasan
68
yang mendasari dilakukannya penelitian tersebut. Sementara itu,
pendekatan/metode/teknik hanya diuraikan secara singkat dalam hal teori yang
disintesiskan untuk memecahkan masalah, metode penelitian yang diterapkan, serta
teknik pengumpulan dan analisis data yang digunakan.
Perlu digarisbawahi bahwa uraian yang lebih terperinci mengenai hal-hal di
atas (khususnya pendekatan/metode/teknik) tidak disampaikan di Tahapan
Pendahuluan, tetapi di tahapan-tahapan (bab-bab) lain yang terpisah dalam laporan
penelitian yang dimaksudkan. Pendekatan, teori, dan landasan filosofis penelitian
disajikan pada Tahapan Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka, sedangkan
metode/teknik disajikan pada Tahapan Metodologi Penelitian. Perlu digarisbawahi
pula bahwa melalui Tahapan Pendahuluan, pembaca diharapkan sudah mengetahui
isi dan arah penelitian secara keseluruhan. Tahapan
Pendahuluan juga sepadan dengan Tahapan Penutup, karena permasalahan
yang diteliti (termasuk tujuan yang dicapai) dijawab pada Tahapan Penutup yang
meliputi simpulan dan saran/implikasi itu. Apabila Tahapan Pendahuluan dalam
proposal mengandung hipotesis atau jawaban sementara terhadap permasalahan,
jawaban pada Tahapan Penutup adalah jawaban final. Isi Tahapan Pendahulu an pada
laporan penelitian dan pada proposal penelitian pada dasarnya sama. Oleh sebab itu,
genre mikro yang digunakan untuk mengungkapkan Tahapan Pendahuluan dan
Tahapan Penutup pun relatif sama, yaitu eksposisi dan atau meliputi deskripsi.
Perbedaan di antara keduanya terutama terletak pada orientasi waktu. Pendahuluan
pada proposal penelitian menggambarkan rencana yang akan dikerjakan, sehingga
modalitas dan penanda waktu yang akan datang banyak digunakan. Sebaliknya,
pendahuluan pada laporan penelitian merupakan pengungkapan hasil pelaksanaan
dari rencana yang sudah dikerjakan, sehingga modalitas dan penanda waktu yang
digunakan menggambarkan waktu lampau.

3. Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka


Tahapan Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka berisi dua hal. Yang pertama,
adalah landasan teori yang berfungsi untuk menyampaikan ulasan teori yang
digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti, dan yang kedua adalah tinjauan
pustaka yang berfungsi untuk menyatakan perbandingan antara penelitian yang
dilaporkan itu dan penelitian-penelitian sebelumnya. Ada kalanya tahapan ini
dilengkapi dengan kerangka pikir penelitian. Pada prinsipnya kerangka pikir itu

69
berisi alur pelaksanaan penelitian dan logika berpikir yang diikuti dalam
melaksanakan penelitian itu secara keseluruhan.
Genre mikro yang digunakan adalah ulasan atau review. Akan tetapi, yang
paling penting pada Subtahapan Landasan Teori adalah bahwa teori yang digunakan
untuk memecahkan masalah penelitian dirumuskan dengan mengevaluasi
keunggulan dan kelemahan sejumlah teori yang ada dengan membanding -
bandingkan melalui genre mikro diskusi atau eksposisi. Di pihak lain, dengan genre
mikro yang sama pada Subtahapan Tinjauan Pustaka, sejumlah penelitian terdahulu
yang terkait diulas dan dibandingkan dengan penelitian yang dilaporkan ini.
Pada poin ini, dinyatakan bahwa kekurangan-kekurangan pada penelitian
yang terdahulu (gap) dapat ditutup dengan temuan-temuan penelitian yang
dilaporkan itu. Pada dasarnya Tahapan Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka dalam
laporan penelitian dan dalam proposal penelitian itu sama, terutama untuk
Subtahapan Tinjauan Pustaka. Hal yang membuat berbeda adalah bahwa teori yang
telah dirancang pada proposal sering perlu ditata ulang lagi pada laporan penelitian
untuk disesuaikan dengan temuan-temuan penelitian sebagaimana tergambar pada
data.
Formulasi bahasa pada Tahapan Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka sama
dengan formulasi bahasa pada teks ulasan buku terutama pada Tahapan Tafsiran Isi
dan Tahapan Evaluasi. Formulasi bahasa penilaian terhadap beberapa sumber
(seperti penggunaan kosa kata yang menunjukkan sikap, penghargaan, kritik,
keputusan, dan justifikasi) sangat menonjol.

4. Metodologi Penelitian
Tahapan Metodologi Penelitian berisi sajian tentang pendekatan, metode, dan
teknik penelitian yang diterapkan pada penelitian yang dilaporkan, termasuk
langkah-langkah yang ditempuh.
Untuk mengungkapkan kenyataan pada Tahapan Metodologi Penelitian
seperti digambarkan di atas, Biasanya genre mikro yang digunakan adalah deskripsi
dan atau meliputi laporan, rekon, dan prosedur. Deskripsi digunakan untuk
memaparkan lokasi penelitian dan sifat-sifat kekhususan data; laporan digunakan
untuk mengklasifikasikan data; rekon digunakan untuk menyatakan rangkaian
kegiatan yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung; dan prosedur digunakan
untuk menjelaskan langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian.

70
Formulasi bahasa pada Tahapan Metodologi Penelitian ditunjukkan bahwa
penelitian itu sudah dikerjakan di waktu lampau, sehingga nuansa keakanan yang
ditandai oleh penggunaan akan diubah menjadi nuansa kelampauan yang ditandai
oleh penggunaan telah atau sudah. Penanda waktu lampau yang lain dapat digunakan
untuk menggambarkan kegiatan penelitian di waktu lampau. Pada konteks inilah
genre rekon digunakan. Namun demikian, formulasi bahasa yang menunjukkan masa
lampu itu tidak hanya terdapat di Tahapan Metodologi Penelitian.

5. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Tahapan Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri atas dua hal yang berbeda:
hasil penelitian dan pembahasan. Pada laporan penelitian, kedua hal itu dapat
dijadikan satu bab, dengan nama “Hasil Penelitian dan Pembahasan”, atau dijadikan
dua bab, masingmasing dengan nama “Hasil Penelitian” dan “Pembahasan”. Biasanya
uraian tentang hasil penelitian dan pembahasan pada laporan penelitian dinyatakan
pada Bab IV (apabila kedua hal itu dijadikan satu) atau pada Bab IV dan Bab V
(apabila kedua hal itu dipisah, seperti yang dicontohkan di bawah ini). Genre mikro
yang digunakan untuk mengungkapkan Tahapan Hasil Penelitian dan Pembahasan
adalah deskripsi (atau meliputi laporan) dan diskusi (atau meliputi eksplanasi).
Penyajian menjadi satu bab atau dua bab merupakan persoalan gaya
selingkung. Yang lebih penting, yakni laporan penelitian harus mengandung esensi
hasil penelitian dan pembahasan. Secara esensial, keberadaan kedua hal itu
mengisyaratkan perealisasian dua fungsi retoris yang berbeda tetapi sekaligus tidak
dapat dipisahkan. Fungsi Tahapan Hasil Penelitian dan Pembahasan yang pertama
direalisasikan dengan genre deskripsi dan laporan untuk menggambarkan hasil atau
temuan penelitian (yang dipaparkan berdasarkan tema, pertanyaan penelitian, atau
klasifikasi data/metode pengambilan data). Selanjutnya, fungsi yang kedua
direalisasikan dengan genre diskusi (meliputi eksplanasi) untuk membahas dan
menjelaskan hasil atau temuan yang diperoleh itu. Kemudian hasil atau temuan
tersebut dikaitkan dengan teori yang dirujuk dan penelitian-penelitian sejenis
sebelumnya. Dari pembahasan, diketahuilah apakah teori yang dirujuk itu dapat
memecahkan persoalan penelitian sebagaimana yang tergambar pada data, dan
apakah hasil atau temuan itu dapat menjembatani persoalanpersoalan yang belum
terpecahkan pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Perlu dicatat bahwa terdapat banyak laporan penelitian yang tidak
mengandung pembahasan, meskipun Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan secara
71
eksplisit dinyatakan. Pada laporan penelitian yang demikian itu, bab yang dimaksu d
hanya berisi deskripsi data biasa tanpa disertai analisis dengan cara membanding -
bandingkan berbagai temuan yang ada serta tanpa dikonfirmasikan dengan teori
yang dirujuk dan tanpa dikonfrontasikan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Anda tidak diharapkan untuk membuat laporan penelitian seperti itu.
Formulasi bahasa pada Tahapan Hasil Penelitian dan Pembahasan dapat
dikenali dari kekhususan pilihan kata dan konstruksi kalimat. Pilihan kata pada
tahapan tersebut menunjukkan ciri-ciri tertentu. Bahkan kata-kata yang dipilih pada
Subtahapan Hasil Penelitian cenderung berbeda dengan kata-kata yang dipilih pada
Subtahapan Pembahasan. Hasil Penelitian menunjukkan ciri-ciri genre deskripsi dan
laporan, sedangkan pilihan kata pada Subtahapan Pembahasan menunjukkan ciri-ciri
genre diskusi dan eksplanasi. Ciri-ciri tersebut bukanlah satu-satunya ciri dari genre
deskripsi dan laporan, serta diskusi dan eksplanasi. Perlu diingat bahwa deskripsi,
laporan, diskusi, dan eksplanasi yang ada di Tahapan Hasil Penelitian dan
Pembahasan tidak berdiri sendiri sebagai genre mikro, tetapi berada dalam
campuran.

Tabel 8. Pilihan Kata pada Subtahapan Hasil Penelitian


Kosa Kata
Nomina Verba
deskripsi, pendeskripsian mendeskripsikan, dideskripsikan
paparan, pemaparan memaparkan, dipaparkan
pajanan, pemajanan memajankan, dipajankan
sajian, penyajian menyajikan, disajikan
kelompok, pengelompokan mengelompokkan, dikelompokkan
klasifikasi, pengklasifikasian klasifikasi
golongan, penggolongan menggolongkan, digolongkan, tergolong
termasuk, dimasukkan

72
Tabel 9. Pilihan Kata pada Subtahapan Pembahasan
Kosa Kata
Nomina Verba
bahasan, pembahasan membahas, dibahas
penjelasan menjelaskan, dijelaskan
cerminan, pencerminan mencerminkan
gambaran, penggambaran menunjukkan, ditunjukkan
indikasi menggambarkan, digambarkan
perbedaan mengindikasikan, diindikasikan
berbeda, dibedakan
senada dengan, sejalan dengan
penjelasan Menjelaskan
sebab Menyebabkan
akibat berakibat, mengakibatkan

Di pihak lain, Tahapan Hasil Penelitian dan Pembahasan memuat konstruksi


kalimat dengan ciri-ciri tertentu. Hal lain yang perlu diperhatikan pada Tahapan
Hasil Penelitian dan Pembahasan adalah penggunaan tabel, grafik, histogram,
gambar, bagan, dan sejenisnya. Tidak hanya ungkapan verbal (yang berupa kata-kata)
yang dapat berfungsi untuk mendeskripsikan, menjelaskan, mengklasifikasikan, dan
membandingkan fakta-fakta penelitian. Ungkapan nonverbal yang berupa tabel,
grafik, histogram, gambar, atau bagan pun juga dapat mengemban fungsi yang sama.
Meskipun tabel, grafik, histogram, gambar, atau bagan sudah dapat
mendeskripsikan dirinya masing-masing, penjelasan tambahan masih diperlukan.
Namun demikian, tidak semua aspek pada ungkapan nonverbal itu harus dijelaskan.
Aspek-aspek yang dijelaskan adalah aspek-aspek yang menonjol, misalnya yang
menunjukkan pola-pola tertentu, kecenderungan yang ada, atau kontras antara yang
paling tinggi dan yang paling rendah.

6. Penutup
Bab Penutup merupakan tahapan terakhir pada struktur teks laporan
penelitian. Tahapan ini biasanya mengandung dua unsur, yaitu simpulan dan saran.
Selain kedua unsur itu, implikasi penelitian juga sering dimasukkan ke dalam tahapan
tersebut.
Untuk menyampaikan simpulan dan saran (termasuk implikasi hasil
penelitian), genre mikro yang digunakan adalah deskripsi dan atau meliputi
eksposisi. Deskripsi digunakan untuk memaparkan simpulan, yang tidak lain adalah
jawaban langsung terhadap pertanyaan penelitian yang telah disampaikan pada
Tahapan Pendahuluan. Permasalahan yang disampaikan pada Tahapan Pendahuluan

73
itu kadang-kadang disertai jawaban sementara yang disebut hipotesis. Apabila
hipotesis merupakan jawaban sementara, simpulan merupakan jawaban akhir yang
sesungguhnya. Simpulan merupakan penegasan ulang bahwa permasalahan
penelitian telah dijawab atau hipotesis itu benar. Penegasan ulang seperti itu menjadi
penanda genre eksposisi.
Pada dasarnya, simpulan merupakan ringkasan dari temuan penelitian. Di
pihak lain, simpulan harus segaris dengan tujuan penelitian, karena dari simpulan
diketahui bahwa tujuan penelitian itu tercapai atau tidak. Selanjutnya, berdasarkan
temuan-temuan penelitian tersebut, saran diajukan. Saran berisi masukan tentang
tindakan yang seharusnya dilakukan, baik secara teoretis maupun praktis. Adapun
implikasi adalah konsekuensi logis yang timbul sebagai akibat dari temuan-temuan
tersebut. Saran dan implikasi tampak sebagai dua hal yang tumpang tindih, sehingga
implikasi sering disisipkan ke dalam saran.
Dengan memperhatikan saran dan implikasi suatu penelitian, seorang peneliti
sering mendapatkan inspirasi untuk melakukan penelitian lain. Dalam merancang
proposal penelitian yang baru itu, isi penelitian yang menjadi inspirasi tersebut dapat
mempertajam latar belakang masalah dan sekaligus menjadi bahan ulasan pada
Tahapan Landasan Teoretis dan Tinjauan Pustaka. Pengalaman yang dapat Anda
petik sebagai calon peneliti adalah bahwa semakin banyak Anda membaca laporan
penelitian (dengan mencermati saran dan implikasi yang ada di dalamnya) semakin
banyak mendapatkan inspirasi untuk melakukan penelitian baru.

7. Daftar Pustaka dan Lampiran


Daftar pustaka dan lampiran tidak dimasukkan ke dalam struktur teks laporan
penelitian, meskipun dua hal itu penting. Peneliti (termasuk penulis) hendaknya
memasukkan ke dalam daftar pustaka semua sumber (yang berupa buku, artikel
ilmiah/jurnal, atau terbitan lain) yang digunakan sebagai acuan dalam membuat
laporan penelitian. Aspek yang juga perlu dicermati adalah bahwa peneliti hendaknya
memilih secara konsisten salah satu model penulisan sesuai dengan konvensi yang
berlaku, misalnya model yang dikeluarkan oleh APA (American Psychological
Association).
Di sisi lain, lampiran adalah materi pendukung laporan penelitian yang
diletakkan di bagian belakang, di luar bab-bab inti teks laporan. Lampiran dibuat
tersendiri di bagian belakang, karena apabila dijadikan satu dengan bab -bab laporan,
lampiran itu akan mengganggu sajian laporan inti. Namun demikian, hal ini tidak
74
berarti bahwa lampiran tidak penting. Lampiran merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari isi teks laporan secara keseluruhan.
Materi yang dapat dimasukkan ke dalam lampiran berupa materi yang relevan
dengan penelitian, yaitu antara lain:
(1) Transkrip data penelitian. Data-data yang dianalisis pada Bab IV (dan atau Bab V)
biasanya hanya berupa contoh. Data-data secara keseluruhan diletakkan pada
lampiran.
(2) Panduan wawancara kepada informan.
(3) Dokumen yang dijadikan bahan analisis atau rujukan.
(4) Surat-surat pendukung, seperti surat izin untuk melakukan penelitian di lokasi
penelitian, Surat Keputusan Menteri, dan sejenisnya.
(5) Gambar atau foto.

B. Teks Laporan Kegiatan

1. Ringkasan
Meskipun ringkasan dan abstrak itu sama, abstrak laporan kegiatan lebih
cocok disebut ringkasan karena lebih merupakan intisari dari keseluruhan kegiatan
yang dilakukan. Ringkasan laporan kegiatan mengandung unsur -unsur: (1) tujuan
kegiatan, (2) deskripsi kegiatan, (3) pelaksanaan kegiatan, serta (4) saran. Ringkasan
laporan kegiatan berbeda dengan abstrak laporan penelitian. Perbedaan itu terletak
pada unsurunsur pembentuknya. Pada laporan kegiatan tidak terkandung landasan
teori dan metodologi penelitian. Selain itu, kalaupun pada ringkasan laporan kegiatan
terdapat analisis, analisis yang dimaksud bukan analisis menurut prinsip-prinsip
penelitian, melainkan hanya semacam strategi yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan dan untuk mengatasi kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan
kegiatan itu.
Genre yang digunakan untuk mengungkapkan ringkasan adalah deskripsi.
Formulasi bahasa ringkasan laporan kegiatan dapat diidentifikasi dari konstruksi
kalimat yang mengandung penanda-penanda yang menunjukkan keberadaan unsur-
unsur di atas.

2. Pendahuluan
Tahapan Pendahuluan pada laporan kegiatan berfungsi untuk menyampaikan
latar belakang kegiatan yang telah dilaksanakan, gambaran tentang jenis dan bentuk
kegiatan, tujuan, manfaat, serta strategi yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut

75
Genre yang digunakan, berupa deskripsi dan atau meliputi eksposisi. Deskripsi
digunakan untuk memaparkan jenis dan bentuk kegiatan itu sendiri beserta tujuan,
manfaat, dan strategi yang diterapkan.

3. Deskripsi Kegiatan
Tahapan Deskripsi Kegiatan berisi paparan tentang nama kegiatan, lokasi
kegiatan, waktu kegiatan, dan pelaksana kegiatan. Nama kegiatan yaitu kegiatan yang
dilaksanakan itu sendiri. Waktu kegiatan, yaitu rentang waktu dilaksanakannya
kegiatan itu. Adapun pelaksana kegiatan, yaitu orang-orang yang terlibat dalam
kegiatan itu. Untuk memaparkan semua itu, genre mikro yang digunakan yaitu
deskripsi.

4. Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan berisi rangkaian tata cara pelaksanaan
kegiatan. Tahapan ini berfungsi untuk menguraikan kegiatan yang dilakukan, strategi
yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan, kendala yang dihadapi, dan langkah -
langkah yang ditempuh dalam mengatasi kendala tersebut. Untuk mencapai itu
semua, genre mikro yang digunakan adalah deskripsi dan atau meliputi rekon dan
prosedur. Di bawah ini, Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dari laporan praktik kerja di
atas ditampilkan lagi seluruhnya agar semua aspek kegiatan itu dapat dijelaskan
secara terperinci.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mengatasi kendala
diungkapkan dengan genre prosedur (meskipun bukan prosedur yang ketat), dan
apabila kegiatan faktual yang berkaitan dengan praktik kerja itu dilakukan di waktu
lampau, genre yang digunakan adalah rekon.

5. Penutup
Di satu sisi, Tahapan Penutup berisi pernyataan simpulan bahwa kegiatan
yang dimaksud telah dilaksanakan dengan baik dan bermanfaat. Di sisi lain, tahapan
tersebut berisi saran-saran untuk perbaikan kegiatan yang akan datang. Berbeda
dengan simpulan pada penelitian yang dirumuskan berdasarkan analisis, simpulan
pada laporan kegiatan berkaitan dengan pelajaran yang dapat dipetik dari kegiatan
tersebut atau manfaat yang dapat dirasakan oleh pelaksana kegiatan (dalam hal ini
mahasiswa). Di bawah Subtahapan Simpulan pada kutipan di bawah ini, pernyataan
tentang simpulan disajikan terlebih dahulu, kemudian disusul pernyataan tentang
manfaat bagi pelaksana kegiatan (dicetak tebal miring).

76
Saran-saran ditujukan kepada peningkatan pelaksanaan kegiatan di masa yang
akan datang. Saran-saran tersebut diajukan berdasarkan kendala-kendala yang
dihadapi. Saran-saran itu bersifat operasional, yaitu saran-saran yang betul-betul
dapat dilaksanakan, dan apabila saran-saran itu diikuti, kendala-kendala yang
dihadapi dapat diatasi.
Genre mikro yang digunakan untuk mengungkapkan Tahapan Penutup, yakni
deskripsi yang mengandung eksposisi. Formulasi bahasa lain yang menonjol pada
Subtahapan Simpulan, yakni penggunaan kata simpulan itu sendiri dalam konstruksi
kalimat yang dicetak tebal (yang digunakan untuk mengantarkan poin-poin simpulan
di bawahnya). Adapun formulasi bahasa pada Subtahapan Saran terlihat pada
penggunaan kata saran itu sendiri dan pada penggunaan kata perlu. Pada kutipan di
bawah ini, formulasi bahasa yang dimaksud digarisbawahi. Anda boleh
menambahkan formulasi milik Anda sendiri, misalnya simpulan diungkapkan dengan
kelompok kata “dapat disimpulkan bahwa” dan saran tidak hanya diungkapkan
dengan kata perlu, tetapi juga sebaiknya, seharusnya, seyogianya, dan sebagainya.

6. Daftar Pustaka dan Lampiran


Meskipun daftar pustaka dan lampiran itu penting - seperti telah diuraikan
pada pembicaraan tentang daftar pustaka dan lampiran untuk penelitian di atas - dua
hal itu juga tidak dimasukkan ke dalam struktur teks laporan kegiatan. Penyajian
daftar pustaka diletakkan di belakang setelah bab-bab inti. Lampiran merupakan
materi pendukung yang diletakkan di bagian belakang, di luar bab -bab inti teks
laporan kegiatan. Materi yang dapat dimasukkan ke dalam lampiran pada laporan
kegiatan, antara lain:
(1) Dokumen yang dijadikan bahan rujukan penulisan laporan kegiatan.
(2) Surat-surat pendukung, seperti surat izin untuk melakukan kegiatan di lokasi
(misalnya praktik kerja, pentas seni, dan lokakarya), surat tugas, dan sejenisnya.
(3) Rincian penggunaan dana.
(4) Gambar atau foto.

C. Struktur Teks dan Hubungan Genre

1. Laporan Penelitian
Menulis laporan penelitian merupakan rangkaian kegiatan setelah penelitian
dijalankan berdasarkan proposal yang telah didesain sebelumnya. Laporan penelitian
mengandung unsur-unsur yang saling terkait. Laporan penelitian yang lengkap
menurut Paltridge dan Stairfield (2007) mengandung unsur -unsur sebagai berikut:

77
(1) halaman judul; (2) halaman pengesahan pembimbing (untuk skripsi, tesis, dan
disertasi); (3) Kata Pengantar; halaman deklarasi (pernyataan bahwa isi penelitian
itu orisinal); (4) Daftar Isi; (5) Daftar Tabel dan Daftar Gambar; (6) Abstrak (7) Bab I
(Pendahuluan); (8) Bab II (Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka); (9) Bab III
(Metodologi Penelitian); (10) Bab IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan); (11) Bab V
(Penutup: Simpulan, Saran, dan Implikasi); (12) Daftar Pustaka; dan (13) Lampiran.
Unsur-unsur tersebut bervariasi dalam hal nama dan urutan. Setiap lembaga
peneliti bernaung memiliki gaya dan aturan tersendiri. Ini biasanya disebut gaya
selingkung. Akan tetapi, dari berbagai gaya yang ada, tetap dapat diambil
kesamaannya, yakni pada unsur-unsur utama dalam laporan penelitian. Untuk itu,
dari pengeksplorasian di atas, unsur-unsur tersebut dapat dibagi menjadi bagian
depan (Nomor 1 sampai dengan Nomor 5), bagian inti (Nomor 6 sampai dengan
Nomor 11), dan bagian akhir (Nomor 12 sampai dengan Nomor 13).
Unsur-unsur di atas dapat digunakan untuk membentuk sistematika laporan
penelitian secara keseluruhan. Akan tetapi, hanya unsur-unsur intilah yang
digunakan untuk membentuk struktur teks laporan tersebut. Di bawah ini, diberikan
contoh sistematika laporan penelitian. Contoh tersebut bersifat lentur, dapat berubah
menurut kekhususan penelitian yang dilaporkan.

Bagian Depan
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Halaman Pernyataan
Halaman Abstrak
Halaman Kata Pengantar
Halaman Daftar Isi
Halaman Daftar Gambar (kalau ada)
Halaman Daftar Tabel (kalau ada)
Bagian Inti
1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
2. Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teori
2.2 Tinjauan Pustaka
3. Metodologi Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
78
3.2 Data dan Sumber Data
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.4 Teknik Analisis Data
3.5 Tahapan Penelitian
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian
4.2 Pembahasan
5. Penutup
5.1 Simpulan
5.2 Saran (dan Implikasi)
Bagian Akhir
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran

Secara khusus, unsur-unsur pada bagian inti dapat dirangkum ke dalam


struktur teks laporan penelitian dengan urutan abstrak^pendahuluan^ landasan teori
dan tinjauan pustaka ^metodologi penelitian ^hasil penelitian dan pembahasan^
penutup. Struktur teks yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu itu direalisasikan
oleh genre mikro sesuai dengan isi dan fungsi retoris masing-masing. Dapat
disimpulkan bahwa tahapan-tahapan tersebut harus direalisasikan dengan genre
mikro yang sesuai agar fungsi retoris yang diemban dapat tercapai. Dengan demikian,
tidak akan terjadi pengungkapan yang keliru, misalnya Subtahapan Pembahasan
seharusnya diungkapkan dengan genre diskusi, dan tidak akan cocok apabila
diungkapkan dengan genre deskripsi saja. Dengan alasan seperti itu, dapat ditegaskan
bahwa setiap tahapan pada struktur teks harus sejalan dengan genre yang
merealisasikannya dan fungsi retoris yang diharapkan.

Tabel 10. Struktur Teks dan Genre Mikro pada Laporan Penelitian

Struktur Teks Genre Mikro Fungsi Retoris


yang
Diharapkan
Abstrak Abstrak Menjelaskan keseluruhan isi penelitian yang
dilaporkan, yang meliputi (1) masalah dan
atau tujuan penelitian, (2) metodologi
penelitian atau bagaimana metode dan teknik
digunakan, (3) temuan yang dihasilkan dan
pembahasan, serta (4) simpulan, implikasi,
dan atau saran

79
Pendahuluan Eksposisi (dan Menyatakan latar belakang penelitian yang
atau telah dilaksanakan, permasalahan yang diteliti,
meliputi gambaran tentang tujuan, pentingnya masalah
Deskripsi) itu diteliti, dan pendekatan/metode/teknik
yang digunakan untuk mencapai tujuan
tersebut.

Landasan Review Menyajikan ulasan teoretis tentang dasar


Teori dan pemikiran yang digunakan untuk memecahkan
Tinjauan masalah penelitian.
Pustaka
Menyajikan ulasan tentang penelitian
sebelumnya dan perbandingannya dengan
penelitian yang dilaporkan ini.

Metodologi Deskripsi (dan Menyajikan pendekatan, metode, dan teknik


Penelitian atau meliputi penelitian yang diterapkan pada penelitian
Laporan, Rekon, yang dilaporkan, termasuk langkah-langkah
Prosedur) yang ditempuh.

Hasil Deskripsi (dan Menggambarkan data hasil penelitian atau


Penelitian atau temuan berdasarkan tema, pertanyaan
dan meliputi penelitian, atau metode pengambilan data.
Pembahasan Laporan,
Membahas hasil yang diperoleh dikaitkan
Diskusi,
dengan teori yang dirujuk dan penelitian-
Eksplanasi)
penelitian sebelumnya.

Penutup Eksposisi (dan Menyampaikan simpulan, implikasi hasil


atau penelitian, dan saran.
meliputi
Deskripsi)

2. Laporan Kegiatan

Setelah dilakukan penelusuran terhadap struktur teks dan genre mikro yang
digunakan untuk merealisasikan setiap tahapan yang ada dalam laporan kegiatan,
dapat ditarik simpulan bahwa laporan kegiatan merupakan paparan hasil
pelaksanaan kegiatan yang dibuat berdasarkan proposal yang telah dirancang
sebelumnya. Laporan kegiatan mengandung unsur-unsur inti yang saling terkait,
yaitu ringkasan, pendahuluan, deskripsi kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan penutup.
Unsur-unsur lain yang ada meliputi halaman judul, halaman pengesahan, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar pustaka, dan lampiran.

80
Unsur-unsur inti dapat dirangkum ke dalam struktur teks laporan kegiatan
dengan urutan ringkasan^pendahuluan^deskripsi kegiatan^pelaksanaan
kegiatan^penutup. Seperti disajikan berikut, struktur teks yang terdiri atas tahapan-
tahapan tertentu itu direalisasikan oleh genre mikro sesuai dengan isi dan fungsi
retoris masing-masing. Pada dasarnya, tabel tersebut merupakan simpulan dari hasil
penelusuran dan analisis04terhadap unsur-unsur inti dari laporan kegiatan di atas
yang dinyatakan dengan tahapan-tahapan yang diwadahi dalam struktur teks.
Tabel 11. Struktur Teks dan Genre Mikro pada Laporan Kegiatan
Struktur Teks Genre Mikro Fungsi Retoris
Yang Diharapkan
Ringkasan Ringkasan Memberikan ringkasan dari keseluruhan
laporan kegiatan.
Pendahuluan Deskripsi Memberikan latar belakang kegiatan
(dan atau yang telah dilaksanakan, gambaran tentang
Meliputi jenis dan bentuk kegiatan, tujuan, manfaat,
Eksposisi) serta strategi yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut.
Deskripsi Deskripsi Menguraikan, nama kegiatan, lokasi
Kegiatan kegiatan, waktu kegiatan, dan pelaksana
kegiatan
Pelaksanaan Deskripsi Menguraikan kegiatan yang dilakukan,
Kegiatan (dan atau strategi yang digunakan dalam
meliputi melaksanakan kegiatan, termasuk langkah-
Rekon, langkah yang ditempuh.
Prosedur) Mengidentifikasi kendala yang dihadapi
dan cara mengatasi kendala tersebut.
Penutup Deskripsi Menyatakan kegiatan yang telah
(dan atau dilaksanakan dapat berjalan dengan baik
meliputi serta mengajukan saran-saran untuk
Eksposisi) kegiatan yang akan datang.

Apabila unsur-unsur inti dan unsur-unsur yang lain itu dijadikan satu,
terbentuklah sistematika laporan kegiatan. Setiap lembaga pendidikan atau badan
(termasuk organisasi) mempunyai sistematika masing-masing, tetapi unsur-unsur
inti yang membentuk struktur teks laporan kegiatan relatif sama. Selain itu, judul-
judul subbab dapat disesuaikan dengan objek dan nama kegiatan yang dilaksanakan.
Berikut ini dicontohkan sistematika laporan kegiatan yang dapat diikuti oleh
mahasiswa pada saat membuat laporan kegiatan, seperti laporan praktik kerja,
laporan magang, laporan kegiatan pentas seni, laporan kegiatan lokakarya, dan
sejenisnya.

81
Bagian Depan
Halaman Judul05
Halaman Pengesahan
Halaman Pernyataan (kalau ada)
Halaman Ringkasan
Halaman Kata Pengantar
Halaman Daftar Isi
Halaman Daftar Gambar (kalau ada)
Halaman Daftar Tabel (kalau ada)
Bagian Inti
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Kegiatan
1.2 Objek Kegiatan dan Strategi Pelaksanaannya
1.3 Tujuan kegiatan
2. Deskripsi Kegiatan
2.1 Nama Kegiatan
2.2 Lokasi Kegiatan
2.3 Waktu Kegiatan
2.4 Pelaksana Kegiatan
3. Pelaksanaan Kegiatan
3.1 Kegiatan yang Dikerjakan
3.2 Strategi Pelaksanaan Kegiatan
3.3 Kendala yang Dihadapi dan Cara Mengatasinya
4. Penutup
4.1 Simpulan
4.2 Saran
Bagian Akhir
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran

D. Rangkuman

Laporan hasil penelitian maupun hasil kegiatan berfungsi untuk melaporkan


dan memberitahukan kepada pihak tertentu bahwa suatu penelitian ataupun
kegiatan telah dilakukan dan memiliki hasil tertentu. Suatu hasil penelitian terdiri
dari (i) abstrak; (ii) pendahuluan; (iii) landasan teori dan kajian pustaka; (iv)
metodologi penelitian; (v) hasil penelitian dan pembahasan; dan (vi) penutup.
Kemudian, hasil kegiatan terdiri dari (i) ringkasan; (ii) pendahuluan; (iii) deskripsi
kegiatan; (iv) pelaksanaan kegiatan; dan (v) penutup.

82
E. Latihan
1. Sebutkan sistematika pembuatan teks hasil penelitian!
2. Sebutkan sistematika pembuatan teks hasil kegiatan!
3. Carilah contoh lain teks hasil penelitian, amatilah bagian abstrak dan
identifikasilah unsur:
a. Masalah yang diteliti;
b. Metodologi penelitian;
c. Temuan yang dihasilkan dan pembahasan; dan
d. Simpulan.
4. Carilah contoh lain teks hasil kegiatan, amatilah bagian ringkasan dan
identifikasilah unsur:
a. Tujuan kegiatan;
b. Deskripsi kegiatan;
c. Pelaksanaan kegiatan; dan
d. Saran
5. Materi apa sajakah yang dapat dimuat pada bagian Lampiran pada laporan
penelitian dan kegiatan?
6. Sebutkan genre mikro yang diharapkan dari struktur teks laporan penelitian dan
kegiatan!

F. Daftar Pustaka
Alwi, H. Dkk. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ali, M. 2011. Memahami Riset Perilaku Sosial. Bandung: Pustaka Cendekia Utama.
Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rhineka
Cipta.
Alwi, H. dkk. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan bahasa
Indonesia. Jakarta.
Bailey, S. 2011. Academic writing: A Handbook for International Students (Ed. Ke-3).
London & New York: Routledge.
Bazerman, C. 1998. Emerging Perspectives on the Many Dimensions of Scientific
Discourse. J.R. Martin, & R. Veel, Eds., Reading Science: Critical and
Functional Perspective on the Discourse of Science. London & New York:
Routledge.
Cargill, M., & O’Connor, P. 2009. Writing Scientific Research Articles: Strategy and
Steps. Sussex: John Wiley & Sons.
Clark, I.L. 2007. Writing the Succesful Thesis and Dissertation. Boston: Prentice Hall.
Cresswell. J.W., & Clark, V.L.P. 2007. Mixed Methods Research. California: Sage
Publication.
Departemen Penddikan Nasional. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(Ed. Ke-4). Jakarta: Gramedia.
Emilia, E. 2008. Menulis Tesis dan Disertasi. Bandung: C.V. Alfabeta.
Finoza. Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Bandung: Diksi Insan Mulia.
Gerot, L., & Wignell, P. 1994. Making Sense of Functional Grammar: An Introductory
Workbook. Antipodean Educational Enterprises.

83
Hyland, K., & Diani, G. 2009. Introduction: Academic Evaluation and Review Genres.
dalam K. Hyland, & G. Diani, Eds., Academic Evaluation Review Genres in
University Settings. Hampshire: Palgrave Macmillan.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa
Indah.
Lin, L., & Evans, S. 2012. Structural Patterns in Empirical Research Articles: A
Crossdisciplinary Study. English for Specific Purposes, 31, 150-160.
Martin, J.R., & White, P.R.R. 2005. The Language of Evaluation. London & New York:
Palgrave.
Moeliono, A.M. (tanpa tahun). Bahasa yang Efisien dan Efektif dalam Bidang Iptek.
Pusat Bahasa. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed. Ke-4). Jakarta: Balai Pustaka.
Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum EBI Kesalahan Berbahasa. Solo: Genta Smart
Publisher.
Riduwan. 2013. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suryabrata, S. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grafindo.
Sugihastuti, M.S. 2014. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono, dkk. 2014. ‘Draf Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik’ dalam
Workshop Pengayaan Pembelajaran Berbasisi Saintifik, oleh Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal PT.
Widjono, Hs. 2012. Bahasa Indonesia: Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Kompas Gramedia.
Wiratno, T. 2012. Ciri-ciri keilmiahan teks ilmiah dalam bahasa Indonesia. Indonesian
Journal of Systemic Functional Linguistics, 1, 88-111.
----------. 2014. Struktur Teks dan Hubungan Genre pada Teks Ilmiah dalam Bahasa
Indonesia. Dipresentasikan pada Kongres Internasional Masyarakat
Linguistik Indonesia, Bandar Lampung, 19-22 Februari 2014.
Wiratno, T., & Santosa, R. 2011. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Universitas
Terbuka.257
Wiratno, T., Wibowo, A.H., & Sawardi, F.X. 2013. Model Penulisan Artikel Ilmiah dalam
Bahasa Indonesia (Laporan Penelitian). Surakarta: FSSR, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

84
BAB VII
KUTIPAN DAN CATATAN KAKI

A. Pengantar
Dalam penulisan-penulisan ilmiah, baik penulisan artikel-artikel ilmiah, karya-karya
tulis, maupun penulisan skripsi dan disertasi seringkali dipergunakan kutipan-kutipan untuk
menegaskan isi uraian atau untuk membuktikan apa yang dikatakan. Demikian pula dengan
catatan kaki, yang sebenarnya merupakan bagian dari kutipan karena berisi, antara lain
pinjaman kalimat atau pendapat pengarang (buku) atau keterangan atas teks yang tempatnya
berada pada kaki halaman.
Catatan kaki bukan semata-mata dimaksudkan menunjuk sumber tempat
terdapatnya sebuah kutipan, tetapi dapat juga dipakai untuk memberi keterangan-
keterangan lainnya pada teks. Oleh sebab itu, catatan kaki dan bagian dari teks yang
akan diberi penjelasan itu terdapat suatu hubungan yang sangat erat. Dalam
perkembangan penulisan saat ini, ada penulis yang tidak menggunakan lagi catatan kaki,
melainkan memberi keterangan-keterangan tambahan pada setiap akhir bab. Bila
keterangan semacam itu ditempatkan pada akhir bab atau akhir karangan maka
catatan atau keterangan semacam itu disebut saja keterangan.

B. Kutipan
1. Tujuan Membuat Kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan
seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah.
Sangatlah membuang waktu bila sebuah kebenaran yang telah diselidiki dan dibuktikan oleh
seorang ahli dan sudah dimuat secara luas dalam sebuah buku atau majalah harus diselidiki
kembali oleh seorang penulis untuk menemukan kesimpulan yang sama. Di samping itu,
dalam keadaan tertentu seorang penulis karya ilmiah tidak punya waktu untuk menyelidiki
hal yang paling kecil dari tulisannya secara mendalam. Oleh sebab itu, hal-hal yang penting
dan yang sudah dikenal atau sudah ditulis dalam buku-buku tidak perlu diselidiki lagi.
Penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar itu dengan menyebutkan di mana
pendapat itu dibaca sehingga pembaca dapat mencocokkan kutipan itu dengan sumber
aslinya.
Walaupun kutipan atas pendapat seorang ahli itu diperkenankan, tidaklah berarti bahwa
seluruh tulisannya dapat terdiri dari kutipan-kutipan. Penulis harus bisa menahan dirinya
untuk tidak terlalu banyak memggunakan kutipan supaya karangannya jangan dianggap
sebagai suatu himpunan dari berbagai macam pendapat. Garis besar kerangka karangan,
serta simpulan yang dibuat merupakan pendapat penulis sendiri, sebaliknya kutipan-kutipan
hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapatnya itu.

85
2. Jenis Kutipan
Menurus jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan tak langsung
(kutipan isi). Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap
kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Sebaliknya, kutipan tak langsung
adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari atau
iktisar dari pendapat tersebut atau dapat pula berupa parafrase.
Perbedaan antara kedua jenis kutipan ini harus benar-benar diperhatikan karena akan
membawa konsekuensi yang berlainan bila dimasukkan dalam teks. Dalam hubungan ini,
cara mengambil bahan-bahan dari buku-buku pada waktu pengumpulan data, akan sangat
membantu. Semua kutipan langsung yang dicatat pada kartu harus dimasukkan dalam tanda
kutip, sedangkan semua kutipan tak langsung tidak diapit oleh tanda kutip. Dengan cara yang
demikian, penulis tidak akan mengalami kesulitan pada waktu memasukkannya dalam teks.
Dalam membuat kutipan, hendaknya kutipan itu jangan terlalu panjang, misalnya satu
halaman atau lebih. Bila demikian halnya, pembaca sering lupa bahwa yang dibacanya pada
halaman tersebut adalah sebuah kutipan. Sebab itu kutipan hendaknya diambil seperlunya
saja, sehingga tidak merusak atau mengganggu uraian yang sebenarnya. Bila penulis
menganggap perlu memasukkan kutipan yang panjang, maka lebih baik memasukkannya
dalam bagian Apendiks atau Lampiran.
Di samping kutipan yang diambil dari buku-buku atau majalah-majalah, ada pula kutipan
yang diambil dari penuturan lisan. Penuturan lisan ini bisa terjadi melalui wawancara atau
ceramah-ceramah. Namun kutipan semacam ini dalam karya-karya ilmiah akan kurang
nilainya kalau disajikan begitu saja. Agar nilainya lebih dapat dipertanggungjawabkan, maka
harus dimintakan pengesahannya lagi dari orang yang bersangkutan.
3. Prinsip-prinsip Mengutip
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan pada waktu membuat kutipan, sebagai
berikut:
a. Jangan Mengadakan Perubahan
Pada waktu melakukan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata
atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan
perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas bahwa
telah mengadakan perubahan tertentu. Misalnya dalam naskah asli tidak ada kalimat atau
bagaian kalimat yang diletakkan dalam huruf miring (kursif) atau digarisbawahi, tetapi oleh
pertimbangan penulis kata-kata atau bagian kalimat tertentu itu diberi huruf tebal, huruf
miring, atau diregangkan. Pertimbangan untuk mengubah teknik itu dapat bermacam-
macam: untuk memberi aksentuasi, contoh, pertentangan dan sebagainya. Dalam hal yang
mungkin demikian penulis harus memberi keterangan dalam tanda kurung segi empat [ . . . . ]

86
bahwa perubahan teknik itu dibuat sendiri oleh penulis, dan tidak ada dalam teks aslinya.
Keterangan dalam kurung segi empat itu misalnya berbunyi sebagai berikut: [huruf miring
dari saya, Penulis].
b. Bila Ada Kesalahan
Bila dalam kutipan terdapat kesalahan atau keganjilan, baik dalam persoalan
ejaan maupun dalam soal-soal ketatabahasaan, penulis tidak boleh memperbaiki
kesalahan-kesalahan itu. Ia hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula
halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu.
Dalam hal terakhir ini kutipan tetap dilakukan, hanya penulis diperkenankan
mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau
catatan itu dapat ditempatkan sebagai catatan kaki, atau dapat pula ditempatkan
dalam tanda kurung segi empat [ . . . . ] seperti halnya dengan perubahan teknik
sebagaimana telah dikemukakan di atas. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu
langsung ditempatkan di belakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi
catatan, atau yang tidak disetujui itu. Misalnya, kalau kita tidak setuju dengan bagian
itu, maka biasanya diberi catatan singkat: [sic!]. kata sic! yang ditempatkan dalam
kurung segi empat menunjukkan penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu,
ia sekedar mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya.
Coba perhatikan contoh berikut:
“Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis ini kami selalu
berusaha mencari bentuk kata yang mengandung makan [sic!] sentral/distribusi
yang terbanyak sebagai bahan dari daftar Swadesh.”

Kata makan dalam kutipan di atas sebenarnya salah cetak; seharusnya makna.
Namun dalam kutipan, penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Ia
harus memberi catatan bahwa ada kesalahan, dan ia sekadar mengutip sesuai dengan
teks aslinya. Untuk karya-karya ilmiah penggunaan sic! dalam tanda kurung segi
empat yang ditempatkan langsung di belakang kata atau bagian yang bersangkutan
dirasakan lebih mantap.
c. Menghilangkan Bagian Kutipan

Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian-bagian


tertentu dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh mengakibatkan
perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya. Penghilangan itu biasanya
dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik berspasi [ . . .]. Jika unsur yang
dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat, maka ketiga titik berspasi itu
ditambahkan sesudah titik yang mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan
87
itu terdiri dari satu alinea atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan titik-titik
berspasi sepanjang satu baris halaman. Dalam hal ini sama sekali tidak
diperkenankan untuk menggunakan garis penghubung [-] sebagai pengganti titik-
titik. Bila ada tanda kutip, maka titik-titik itu—baik pada awal kutipan maupun pada
akhir kutipan—harus dimasukkan dalam tanda kutip sebab unsur yang dihilangkan
itu dianggap sebagai bagian dari kutipan.
Contoh
Hal ini cocok dengan kehidupan para kepala itu sebagai pimpinan masyarakat,
tetapi juga sebagai pemimpin upacara-upacara keagamaan. Kata Mallinckrodt: “… in
primitieve streken is werzaamheid van het hoofd met betrekking tot de godsdienst
een zijner voornaamste functies en de rechtspraak, op bovenbedoelde wijze opgevat,
word teen ten deele religieuze verrichting, die het magisch evenwicht der
gemeenschap herstellen moet.”

4. Cara-cara Mengutip
Perbedaan antara kutipan langsung dan kutipan tak langsung (kutipan isi) akan
membawa akibat yang berlainan pada saat memasukkannya dalam teks. Begitu pula
cara membuat kutipan langsung akan berbeda pula menurut panjang pendeknya
kutipan itu. Agar tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih jelas,
perhatikan cara-cara berikut:
a. Kutipan Langsung yang Tidak Lebih dari Empat Baris
Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dari empat baris ketikan,
akan dimasukkan dalam teks dengan cara-cara berikut:
(1) kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks;
(2) jarak antara baris dengan baris dua spasi;
(3) kutipan itu diapit dengan tanda kutip;
(4) Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setelah spasi ke atas,
atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang tahun terbit, dan
nomor halaman kutipan itu.
Nomor penunjukan mempunyai pertalian dengan nomor urut penunjukan yang
terdapat pada catatan kaki. Nomor penunjukan ini dapat berlaku untuk tiap bab,
dapat pula berlaku untuk seluruh karangan tersebut. Masing-masing cara tersebut
akan membawa konsekuensi tersendiri. Pada nomor urut penunjukan yang hanya
berlaku pada tiap bab, maka pertama, pada tiap bab akan dimulai dengan nomor urut
1; kedua, untuk penunjukan yang pertama dalam tiap bab, nama pengarang harus
disebut secara lengkap, sedangkan penunjukan selanjutnya dalam bab tersebut cukup

88
dengan menyebut nama singkat pengarang, ditambah penggunaan singkatan -
singkatan ibid., op. cit., atau loc. cit. Sebaliknya bila nomor urut penunjukan berlaku
untuk seluruh karangan, maka hanya untuk penyebutan yang pertama, nama
pengarang ditulis secara lengkap; penyebutan selanjutnya hanya mempergunakan
nama singkat, dan singkatan-singkatan sebagaimana tersebut di atas.
Misalnya:
......................................................................................................................................................................................................
Guru tak dapat memperhatikan muridnya seorang demi seorang. Dalam seminar
“The teaching of modern languages” oleh secretariat UNESCO di Nuwara Eliya, Saillan,
pada bulan Agustus 1953 dikatakan: Because of the very special nature of language,
teaching us well on general education grounds, it is vital that classes should be small”
(hlm.50). untuk waktu yang ….

Jadi kalimat Because of the very special nature of language, ….. dst. merupakan
suatu kutipan, tetapi kutipan itu harus diintegrasikan dengan teks, serta spasi antara
baris dalam spasi rangkap. Tetapi sebagai pengenal bahwa bagian itu merupakan
kutipan, maka bagian itu ditempatkan dalam tanda kutip.
Bila menggunakan cara kedua, maka sesudah kutipan langsung ditempatkan
nama pengarang (singkat), tahun, dan halaman dalam kurung.
b. Kutipan Langsung yang Lebih dari Empat Baris
Bila sebuah kutipan terdiri dari lima baris atau lebih, maka seluruh kutipan itu
harus digarap sebagai berikut:
(1) kutipan itu dipisahkan dari teks dalam jarah 2,5 spasi;
(2) jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi;
(3) kutipan itu boleh atau tidak diapit dengan tanda kutip;
(4) sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke
atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit,
dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu;
(5) seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan; bila kutipan itu
dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan
lagi 5-7 ketikan.
Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan itu terdapat lagi kutipan. Dalam hal
ini dapat ditempuh dua cara:
(1) mempergunakan tanda kutip ganda [“. . .”] bagi kutipan asli dan tanda kutip
tunggal [‘. . .] bagi kutipan dalam kutipan itu, atau sebaliknya;

89
(2) bagi kutipan asli tidak dipergunakan tanda kutip, sedangkan kutipan dalam
kutipan itu mempergunakan tanda kutip ganda.
Untuk jelasnya, perhatikanlah ketiga contoh berikut. Masing-masing
memperlihatkan kutipan langsung yang mempergunakan tanda kutip, yang tidak
mempergunakan tanda kutip dan yang mempergunakan dua jenis tanda kutip.
Contoh (a): Mempergunakan tanda kutip
..................................................................................................................................................................................................
Terjemahan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia banyak yang memuaskan
karena para penerjemah tidak terlatih dalam ilmu penerjemahan (suatu aspek
linguistik terapan yang telah menjadi disiplin ilmiah tersendiri).
Misalnya salah satu terjemahan buku ilmiah pengetahuan populer berkaitan
dengan:
“Suatu fikiran yang telah tersebar dengan luas sekali di kalangan orang
banyak menggambarkan buku-buku sebagai benda-benda yang tak berjiwa,
tidak effektif [sic!], serba damai yang pada tempatnya sekali berada dalam
kelindungan-kelindungan sejuk dan ketenangan akademis dari biara-biara
dan universitas-universitas dan tempat-tempat pengasingan diri yang lain
yang jauh dari dunia yang jahat dan materialistis ini” (Asrul Sani 1959:7).

Buku aslinya berbunyi.


..................................................................................................................................................................................................
Contoh ( b): Tidak mempergunakan tanda kutip
Contoh di atas dapat pula ditempatkan dalam bagian tersendiri dengan tidaknya
mempergunakan tanda kutip. Dalam hal ini tidak akan timbul keragu-raguan, karena
bagian yang dikutip ditempatkan agak ke dalam, serta jarak antara baris adalah spasi
rapat. Perhatikan bagaimana cara menulis kutipan di atas tanpa mempergunakan
tanda kutip:
............................................................................................................................................................................................................
Terjemahan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia banyak yang tidak
memuaskan, karena para penerjemah tidak terlatih dalam ilmu penerjemahan (suatu
aspek linguistik terapan yang telah menjadi disiplin ilmiah tersendiri).
Misalnya salah satu terjemahan buku ilmu pengetahuan populer diprakatai
dengan:
Suatu fikiran yang salah yang tersebar dengan luas sekali di kalangan orang
banyak menggambarkan buku-buku sebagai benda-benda yang tak berjiwa,
tidak efektif, serba damai yang ada pada tempatnya sekali berada da lam
kelindungan-kelindungan sejuk dan ketenangan akademis dari biara-biara dan
universitas-universitas dan tempat-tempat persaingan diri yang lain yang jauh
dari dunia yang jahat dan materialistis ini. (Asrul Sani, 1958:7)

Buku aslinya berbunyi:

90
............................................................................................................................................................................................
Contoh (c): Mempergunakan dua jenis tanda kutip
Bila dalam sebuah kutipan terdapat pula kutipan, maka keduanya dibedakan
dengan mempergunakan tanda kutip yang berlainan. Untuk itu perhatikanlah contoh
berikut:
............................................................................................................................................................................................................
Masih ada pendapat lain tentang konflik itu. Untuk tidak salah tanggap,
pembicara kutip di sini sepenggal tanggapan Mh. Rustandi Kartakusuma tentang apa
itu sebenarnya yang disebut Dramatik, dalam prakatanya dramanya: merah semua
putih semua
“Dramatik timbul oleh pertentangan (konflik); pertentangan dengan Alam
atau Tuhan, dengan diri sendiri, dengan manusia sesama, dengan lingkungan.
Pertentangan menimbulkan plot (alur) atau intrigue.
Akan tetapi pertentangan sendiri dimungkinkan oleh apa? Aapa sumber
pertentangan?
Syahdan sumber pertentangan tidalah lain selain jiwa manusia. Jiwa manusia
sebagai benda logam yang berat bermuatan listrik. Bila bertemu dengan benda lain
yang berlistrik maka timbullah dramatik: ‘Sebelum kutarik handle ini dengan
electron berloncatan dari kutup ke kutup ungu gelora panas-bangis …’
Jadi, dasar dramatik yang paling dalam adalah kejiwaan manusia, ‘benda
bermuatan listrik’, yang voltasenya lebih dari seribu.”
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seperti halnya dengan contoh b, maka contoh di atas pun dapat ditempatkan
dalam cara lain, yaitu tidak mempergunakan tanda kutip. Dalam hal ini kutipan dalam
kutipan itu dapat ditempatkan dalam tanda kutip ganda.

c. Kutipan Tak Langsung

Dalam kutipan tak langsung biasanya inti atau sari pendapat yang dikemukakan.
Oleh sebab itu kutipan tidak boleh mempergunakan tanda kutip. Beberapa syarat
harus diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung:
(1) kutipan itu diintegrasikan dengan teks;
(2) jarak antar baris dua spasi;
(3) kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
(4) sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas,
atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan
nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh

91
..................................................................................................................................................................................................
Pertama-tama harus dibedakan dahulu antara kata ‘aksen’ dan tekanan. Dalam
tata istilah ilmu bahasa ‘aksen’ tidak sama dengan ‘tekanan’. Aksen lebih luas
maknanya daripada tekanan tata aksen dalam suatu bahasa memperbedakan suku -
suku kata yang sama bentuk fonemik-segmentalnya dengan jalan titi nada, kontur
lagu, jangka bunyi dan tekanan. Dengan perkataan lain, tekanan itu hanya satu bagian
dari aksen, di samping titi nada, kontur dan jangka. 21
..................................................................................................................................................................................................
Pada catatan kaki dengan nomor urut penunjukan 21 kita dapat membaca
penjelasan sebagai berikut:
_________________________
21Hockett.
Op.cit. hlm. 33-35; dan selanjutnya juga Hocket, “A Manual of
Phonology” Indiana University Publications in Anthropology and linguistic, Memoir II,
1955; hlm. 43-66

Hal itu menunjukkan kepada kita bahwa inti dari teks tersebut sebenarnya
merupakan suatu sari dari uraian yang lebih panjang, sebagaimana dapat dibaca
dalam tulisan Hockett. Sebagaimana sudah diterangkan di atas, nomor pada teks
sama dengan nomor penunjukan yang terdapat pada kaki halaman yang
bersangkutan.

d. Kutipan Atas Ucapan Lisan

Dalam karya-karya ilmiah atau tulisan-tulisan lainnya, sering pula dibuat


kutipan-kutipan atas ucapan-ucapan lisan, entah yang diberikan dalam ceramah-
ceramah, kuliah-kuliah atau wawancara-wawancara. Sebenarnya kutipan atas
sumber semacam ini sulit dipercaya, kecuali ucapan yang disampaikan seorang tokoh
yang penting dalam suatu kesempatan yang luar biasa, serta dapat diikuti oleh
masyarakat luas.
Bila penulis ingin memasukkan juga kutipan-kutipan semacam itu di dalam
tulisannya, maka sebaiknya ia memperhatikan naskah kutipan itu terlebih dahulu
kepada orang yang memberi keterangan itu untuk mendapatkan pengesahannya.
Kalau ada kekurangan atau kesalahan dapat diadakan perbaikan terlebih dahulu oleh
yang bersangkutan. Dengan demikian tidak perlu timbul bantahan atau hal-hal yang
tidak diinginkan di kemudian hari.
Sumber ucapan-ucapan lisan itu dapat dimasukkan langsung dalam teks, dapat
pula dimasukkan dalam catatan kaki seandainya akan mengganggu jalannya teks itu
sendiri.

92
Cara yang pertama
..................................................................................................................................................................................................
Dalam menjawab nota Keuangan & RAPBD Daerah Khusus Ibukota tahun 1973,
tanggal 2 Pebruari 1973, Gubernur Ali Sadikin mengatakan a.l.: “. . . Tetappi apabila
kita jujur berkenan melihat persoalan itu pada perspektif yang lebih luas dan pada
proporsi yang wajar, maka akan terlihat bahwa kepentingan umum memang benar
menuntut adanya pengorbanan-pengorbanan itu…..”
..................................................................................................................................................................................................

Cara yang kedua


..................................................................................................................................................................................................
Dalam usaha meremajakan Ibukota, Pemerintah DKI Jaya selalu berusaha
memperkecil pengorbanan. Pengorbanan inilah yang pada instansi pertama sering
dirasakan bahwa akibat yang kurang menyenangkan bagi sementara pihak yang
terkena ketentuan itu. Kepentingan umum akhirnya menuntut yang demikian,
sebagaimana ditegaskan dengan kata-kata berikut: “…. Tetapi apabila kita jujur
berkenan melihat persoalan itu pada perspektif yang lebih luas dan pada proporsi
yang wajar, maka akan terlihat bahwa kepentingan umum memang benar menuntut
adanya pengorbanan-pengorbanan itu…...”2
..................................................................................................................................................................................................

Pada catatan kaki dengan nomor urut penunjukan 2 dapat dibaca keterangan
sebagai berikut:
_________________________
2Gubernur Ali Sadikin, dalam menjawab nota Keuangan & RAPBD 1973, tanggal 2

Pebruari 1973.
Jadi keterangan mengenai sumber dan kesempatan sumber itu diucapkan dapat
diintegrasikan dengan teks (cara pertama), dapat pula diterapkan sebagai keterangan
pada catatan kaki (cara kedua)

5. Variasi Membuat Kutipan


Walaupun telah diuraikan secara terperinci cara-cara membuat kutipan
sebagaimana dapat dilihat dalam uraian di atas, namun perlu kiranya diingat bahwa
sebuah pola yang terus-menerus dipakai akan menimbulkan kebosanan. Sebab itu
pola-pola membuat kutipan akan lebih efektif kalau mengandung variasi; variasi
antara kutipan langsung dan kutipan tak langsung, variasi antara kutipan yang
dimasukkan dalam teks dan kutipan yang dimasukkan dalam catatan kaki.
Di samping itu masih ada beberapa cara lain untuk membuat kutipan-kutipan itu
dirasakan lebih mantap. Salah satu cara (terutama untuk kutipan yang singkat)
adalah langsung mulai dengan materi kutipan hingga perhentian terdekat (bisa koma,
frasa yang bebas, bisa juga titik) disusul dengan sisipan penjelas tentang ucapan atau
pendapat itu, untuk mengetahui siapa yang berkata demikian. Perhentian itu dapat
dilakukan sesudah sebuah kata, dapat pula sesudah sebuah frasa atau kalimat
singkat. Untuk itu perhatikan contoh berikut:
93
..................................................................................................................................................................................................
”Jelaslah,” demikian tulis Ny. Haryanti Soebadjo, “bahwa pola tata bahasa bahasa -
bahasa fleksi sukar kita pergunakan untuk bahasa Indonesia. Dengan pola tersebut
kita mendapat kesan,bahwa perasaan untuk membedakan kata kerja dengan kata
nama dalam bahasa Indonesia tidak sungguh bertumbuh…..”
..................................................................................................................................................................................................

1. Tanggung Jawab Penulis

Kutipan hendaknya dibuat dengan penuh tanggung jawab. Dalam hubungan


dengan persoalan tanggung jawab ini, harus diingat bahwa kutipan itu dapat dibuat
sekurang-kurangnya untuk dua tujuan yang berlainan: pertama, kutipan dibuat untuk
mengadakan sorotan, analisis, atau kritik, dan kedua, kutipan dibuat untuk
memperkuat sebuah uraian.
Kutipan jenis pertama tidak begitu banyak menurut pertanggungjawaban
penulis. Pertanggungjawaban penulis hanya berkisar pada persoalan apakah bagian
yang dikutip itu sepenuhnya mencerminkan gagasan pengarang secara bulat dan
kutipan itu dikutip tanpa tanda membuat kesalahan.
Di pihak lain, kutipan kedua di samping menurut pertanggungjawaban sebagai
diuraikan di atas, meminta pertanggungjawaban yang lebih besar. Megutip pendapat
seseorang, berarti penulis menyetujui pendapat itu. Dengan menyetujui pendapat
ituberarti ia bertanggungjawab pula atas kebenarannya, dan bersedia pula
memberikan bukti-bukti untuk mempertahankan pendapat itu. Sebab itu, penulis
harus dengan sungguh-sungguh mempertimbangkan kebenaran pendapat yang
dikutip itu dari segala sudut. Kutipan-kutipan itu akan turun meletakkan dasar-dasar
bagi kesimpulan yang diturunkannya, baik dalam bab tersebut maupun yang akan
direkapitulasinya dalam kesimpulan terakhir dari tulisan itu.
Kadang-kadang orang-orang terpesona dengan ucapan-ucapan atau fakta-fakta
yang diajukan oleh orang-orang yang tinggi kedudukannya seolah-olah itu
merupakan seluruh kebenaran yang harus diikuti tanpa mengadakan penilaian
sejauh mana ucapan itu dapat diterima. Begitu pula ahli-ahli yang kenamaan bisa saja
membuat kesalahan tertentu. Semua yang ditulis dalam buku, belum tentu dapat
diterima seluruhnya. Sebab itu mengutip sebuah pendapat harus disertai
kebijaksanaan dan ketajaman, untuk dapat mempertanggungjawabkannya seolah -
olah pendapat sendiri bukan lagi pendapat pengarang yang dikutip.

94
C. Catatan Kaki

1. Pengertian
Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang
ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Hubungan antara
catatan kaki dan teks yang dijelaskan itu biasanya dinyatakan dengan nomor -nomor
penunjukkan yang sama, baik yang terdapat dalam teks maupun yang terdapat dalam
catatan kaki itu sendiri. Selain mempergunakan nomor-nomor penunjukkan
hubungan itu, kadang-kadang dinyatakan dengan mempergunakan tanda asterik (*)
dan kadang dengan mempergunakan tanda salib (+) pada halaman yang
bersangkutan. Bila pada halaman yang sama terdapat dua catatan atau lebih maka
dipergunakan suatu tanda asterik atau salib untuk catatan yang pertama dan dua
tanda (misl**) untuk catatan yang kedua.

2. Cara Membuat Catatan Kaki


Selain dari kutipan yang dimasukkan dalam teks seperti telah diuraikan di atas,
(baik kutipan langsung maupun kutipan tak langsung), ada pula kutipan yang
ditempatkan pada catatan kaki. Bila ada cara demikian yang dipergunakana maka
kutipan demikian selalu ditempatkan dalam spasi rapat, biarpun kutipan itu singkat
saja. Demikian juga kutipan itu selalu dimasukkan dalam tanda kutip dan dikutip
tepat seperti teks aslinya.
Contoh kutipan yang ditempatkan pada catatan kaki:
..................................................................................................................................................................................................
Berbagai penyelidikan tentang akulturasi yang dilakukan oleh para sarjana ilmu
anthropologi-budaya bangsa Amerika memang telah menunjukkan bahwa
penyelidikan-penyelidikan akan peristiwa perpaduan kebudayaan yang dipandang
dari sudut kompleks-kompleks unsur-unsur yang khusus, telah memberi hasil yang
memuaskan. Karena itu Herskovits beranggapan bahwa pandangan serupa itulah
pandangan yang paling berguna di dalam penyelidikan akulturasi. 2
..................................................................................................................................................................................................

Pada catatan kaki halaman yang sama, di bawah nomor urut penunjukan 2,
dapat dibaca sebuah kutipan langsung seperti di bawah ini:
_________________________
2Kata beliau: “However desirable studies of changes in whole culture may thus

be, it seems most advantageous in practice for the student to analyse into its
components the culture that has experienced contact. . . one can no more study ‘whole
cultures’ than one take as the subject for a specific research project the human body
in is entirety. . . “ (M. J. Herskovits, 1948:536)

Sebagaimana tampak dari contoh di atas, kutipan itu dibuat dalam spasi rapat:
kata ‘whole culture’ mempergunakan tanda kutip tunggal, karena tanda kutip ganda
95
sudah dipergunakan untuk seluruh kutipan itu. Begitu pula perhatikan bagaimana
bagian-bagian yang ditinggalkan dari teks asli diGanti dengan tiga titik berspasi.
Cara membuat catatan kaki mempunyai hubungan pula dengan teks pada
halaman yang sama, maka dalam dua contoh pertama disertakan pula bagian dari
teks yang menunjuk kepada catatan kaki, sehingga dapat dilihat sekaligus cara
menempatkan nomor penunjukan yang terdapat dalam teks, garis pemisah antara
teks dan catatan kaki, serta cara membuat catatan kaki itu sendiri, titik-titik berspasi
yang mendahului dan mengikuti contoh teks berarti ada lebih dari satu alinea yang
dihilangkan sebelum dan sesudah teks yang dikutip tersebut.
a. Referensi pada Buku dengan Seorang Pengarang
..................................................................................................................................................................................................
Kekerabatan umat manusia di seluruh dunia menyebabkan bahwa di dalam
menganalisa suatu sistem kekerabatandi dalam suatu masyarakat itu, mereka
memandang akan istilah-istilah itu sebagai proses-proses hubungan
kemasyarakatan.12 Demikian sistem-sistem kekerabatan itu…
..................................................................................................................................................................................................
________________
12F. Graebner, Etnologie in die Kultur der Gegenwart (Leipzig, 1923). Hlm. 544.

Perhatikan:

(1) Nama pengarang ditulis lengkap, tidak dibalik (karena referensi yang pertama
kali);
(2) Antara nama pengarang dan judul buku dipergunakan tanda koma (pada
bibliografi dipergunakan titik). Antara judul buku dan data publikasi tidak ada
titik atau koma;
(3) Tempat dan tahun terbit ditempatkan dalam tanda kurung; penerbit tidak perlu
diikutsertakan.
b. Referensi pada Buku dengan Dua atau Tiga Pengarang
..................................................................................................................................................................................................
Dan menganalisa riwayat-riwayat hidup dari beberapa individu yang di pilih dari
antara semua penduduk desa Atimelang di Alor itu 5 dan dengan metode-metode
penguji isi jiwa atau projective test method. Hasil …
..................................................................................................................................................................................................

_________________________

5L.Gottschalk, C. Kluckhohn, R. Angell The Use of Personal documents in History,


Antropology and Sociology (New York: Social Science Research Council, 1945),
hlm. 82 – 173.

96
Perhatikan:
Nama penerbit dimmasukkan, sebab itu antara nama tempat dan penerbit diberi
titik dua. Yang lain-lain seperti pada nomor a.
c. Referensi pada Buku dengan Banyak Pengarang
Mulai dari contoh ini dan seterusnya, kutipan teks beserta garis pemisah
ditiadakan, langsung diberikan bentuk dari referensi itu.
7Alton C. Morris, et al., College English, the first year (New York, 1964), hlm. 51-
56).

Perhatikan:
(1) Hanya nama pengarang pertama yang disebut, nama-nama lainnya diganti
dengan singkatan et al.;
(2) Antara nama pengarang ddan singkatan et al., serta antara singkatan et al. dan
judul buku diberi tanda pemisah koma.
d. Kalau Edisi Berikutnya Mengalami Perubahan
8H.A. Gleason, An.Introduction to Descriptive Linguistic (rev.edd.; New Yok, 1961),
hlm. 56.

Perhatikan:
(1) Keterangan tentang ulang-cetak atau edisi yang diperbarui diletakkan dalam
kurung sebelum tempat terbit;
(2) Antara tempat terbit dan keterangan tentang ulang-cetak atau edisi yang
diperbarui diberi tanda pemisah berupa titik koma.
e. Buku yang Terdiri dari Dua Jilid atau Lebih
9A. H. Lighstone, concepts of Calculus (Vol. 1; Now York: Harper & Row, 1966),
hlm. 75.
Atau
9A. H. Lightsone, Concepts of Calculus (New York: Harper & Row, 1966), I, 75.

(1) Keterangan tentang nomor jilid ditempatkan dalam kurung sebelum tempat
terbit, atau

(2) Ditempatkan di luar tanda kurung sebelum nomor halaman;

(3) Nomor jilid selalu dengan angka Romawi sedangkan nomor halaman dengan
angka Arab.

f. Sebuah Edisi dari Karya Seorang Pengarang atau Lebih


10Lukman Ali, ed., Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Tjermin
Manusia Indonesia Baru (Djakarta, 1967), hlm. 84-85.

97
atau
10 Harimurti Kridalaksana., “Pembentukan Istilah Ilmiah dalam Bahasa
Indonesia,” Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Tjermin Manusia
Indonesia Baru, ed. Lukman Ali (Djakarta, 1967), hlm. 84-85

(1) Bila yang lebih ditekankan adalah editornya, maka nama editor yang
dicantumkan lebih dahulu; bila penulis artikel atau karya itu yang
dipentingkan, maka nama pengarang itu didahulukan.
(2) Bila nama pengarang didahulukan maka harus disertakan judul artikel dan
judul bukunya, baru menyusul singkatan ed. Dan nama editornya.
(3) Jika editornya lebih dari seorang, maka caranya sama sperti nomor b dan c.
g. Sebuah Terjemahan
11Multatuli, Max havelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj.
H.B. Jassin (Djakarta, 1972), hlm. 50.

(1) Nama pengarang asli ditempatkan di depan;


(2) Keterangan tentang penerjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisahkan
oleh sebuah tanda koma.
h. Artikel dalam Sebuah Analogi
11David Riesman, “Character and Society,” Toward Liberal Education, eds. Louis G.
Locke, William M. Gibson, and George Arms (New York, 1962), hlm. 572 – 573.

(1) Sama dengan huruf f, contoh yang kedua;

(2) Jika artikel dan judul buku harus dimasukkan; begitu pula nama penulis dan
editornya harus dimasukkan.

i. Artikel dalam Ensiklopedi

Ketiga contoh berikut memperhatikan cara membuat catatan kaki yang


menunjuk pada artikel yang diambil dari sebuah ensiklopedi. Cara pertama
menunjuk pada sebuah ensiklopedi yang terkenal, sebab itu penerbit dan tempat
terbit dapat diabaikan. Contoh yang kedua mencantumkan tempat dan nama
penerbit. Contoh yang ketiga memperlihatkan sebuah artikel ensiklopedi yang
tidak ada nama penulisnya.
13Robert Ralph Bolger, “Rhetoric,” Encyclopaedia Britannica (1970), IXI, 257 –
260.
14T. Wright, “Language Varieties: Language and Dialect,” Encyclopedia of
Linguistics, Information and Control (Oxford: Pergamon Press Ltd., 1969), hlm.
243 – 251.
98
15”Vaccination,” Encyclopaedia Britannica, (14 th ed.) XXII, 921 – 923.

(1) Dalam Encyclopaedia Britannica, nama-nama pengarang ditulis dengan


inisialnya. Untuk mengetahui nama yang lengkap harus dicari keterangan
tentang singkatan-singkatan nama itu pada jilid I.
(2) Bila tidak ada nama pengarang, maka judul artikel yang didahulukan.
(3) Bila dicantumkan penganggalan tanpa tempat terbit dan penerbit, maka
tahun terbit atau nomor edisi itu di tempatkan dalam kurung sesudah judul
ensiklopedi.
j. Referensi pada Artikel Majalah
Ada tiga cara yang dapat dipergunakan untuk membuat catatan kaki yang
merujuk pada artikel dalam sebuah majalah, yaitu:
16Ny.H. Soebadio, “Penggunaan Sansekerta dalam Pembentukan Istilah Baru,”
Madjalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, I (April, 1963), hlm. 47 – 58.
17Harimurti Kridalaksana, “Perhitungan Leksikostatistik atas delapan Bahasa
Nusantara Barat serta Penentuan Pusat Penyebaran Bahasa-bahasa itu
berdasarkan Teori Migrasi,” Madjalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, 2:319-352,
Oktober, 1964.
18Samsuri,M.A., “Sistem Fonem Indonesia dan suatu Penyusunan Edjaan Baru,”
Medan Ilmu Pengetahuan, Oktober, 1960, hlm. 323-341.

(1) Contoh pertama memperlihatkan bentuk yang standar. Nomor jilid


ditempatkan sesudah judul majalah, dipisahkan oleh tanda koma, penanggalan
ditempatkan dalam kurung, nomor halaman dengan angka Arab sesudah
penanggalan, dipisahkan dari kurung penutup oleh sebuah koma.
(2) Contoh yang kedua yakni contoh yang biasa dipakai untuk karya-karya ilmiah;
baik nomor jilid maupun nomor halaman dicantumkan dalam angka Arab,
tetapi dipisahkan oleh sebuah titik dua; sesudah jilid dan nomor halaman baru
dicantumkan bulan dan tahun.
(3) Contoh yang ketiga memperlihatkan suatu referensi yang tidak menyebut
nomor jilid. Dianggap tidak perlu mencantumkan nomor jilid karena sudah
jelas pada bulan dan tahunnya.

k. Referensi pada Artikel Harian


19Tajuk Rencana dalam Kommpas, 19 Januari, 1973, hlm. 4.
20S.A. Arman, ‘Sekali lagi Teroris,’ Kompas, 19 Januari, 1973, hlm. 5.
99
(1) Bilamana pengarang jelas, maka catatan kaki dimulai dengan nama pengarang
yang menulis artikel tersebut.

(2) Dalam hal-hal lain cukup ditulis jenis rubrik (topik) yang ada dalam harian
tersebut: Berita Ekonomi, Tajuk Rencana, Ruang Kebudayaan dsb.

l. Tesis dan Disertasi yang Belum Diterbitkan

Tesis, disertasi atau skripsi merupakan tulisan-tulisan ilmiah yang biasanya


belum diterbitkan, dan masih tersimpan dalam perpustakaan universitas atau
fakultas. Bila sudah diterbitkan maka sumber-sumber tersebut diperlakukan
sebagai buku. Termasuk dalam kelompok disertasi dan skripsi yang belum
diterbitkan yaitu semua tulisan lainnya yang belum diterbitkan sebagai buku
maupun sebagai artikel dalam majalah atau harian.
Walaupun belum diterbitkan, bahan-bahan tersebut sangat berharga bagi
tulisan-tulisan ilmiah karena sering dipergunakan. Seperti halnya dengan
bibliografi, bahan-bahan tersebut diperlakukan sebagai artikel, sehingga harus
ditempatkan dalam tanda kutip. Yang dianggap sebagai data publikasi yakni nama
fakultas atau universitas tempat karya itu dihasilkan, kota dan tahun penulisan
karya itu.
21Jos.
Dan. Parera, “Fonologi Bahasa Gorontalo” (Skripsi Sarjana, Fakultas Sastra
Universitas Indonesia, Jakarta, 1964), hlm. 30.
22Harimurti Kridalaksana, “Implikasi Sosiolinguistik dalam Pengajaran Bahasa
Indonesia” (Prasarana yang disampaikan dalam Seminar Pengajaran Bahasa
Indonesia di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta, 6 Juli, 1972).

(1) Judul skripsi, tesis, disertasi, atau prasaran ditempatkan dalam tanda kutip.
(2) Keterangan tentang jenis karya itu, nama fakultas/universitas atau
kesempatan prasaran itu disampaikan, tempat dan tahun ditempatkan dalam
kurung langsung sesudah judul, tanpa koma.

m. Referensi pada Dua Sumber atau Lebih

Kadang-kadang terjadi bahwa referensi pada catatan kaki bukan saja menunjuk
pada sebuah sumber, tetapi lebih dari satu sumber. Dalam hal ini, catatan kaki
tersebut dapat memuat semua sumber itu, dengan dipisahkan oleh sebuah titik
koma.
Perhatikan contoh berikut:

100
23M.J. Herskovits, Man and His Works: The Science of Cultural Antropology (Now
York: Alfred A. Knopf, 1948), hlm 501; A.A. Goldenweiser, The Principles of limited
Possibilities in the Development of Cultural (London: Kegan Paul, Trench, Trubner
& Co., 1933), hlm. 35 -55.

n. Referensi dari Sumber Kedua

Pada umumnya catatan kaki menunjuk pada sumber asli yang diambil oleh
penulis. Semua karya ilmiah menghendaki sumber pertama. Tetapi kadang-
kadang terjadi sulit untuk mendapat sumber aslinya. Sebab itu seorang penulis
hanya akan mengutip pendapat seseorang dari sumber kedua. Dalam hal yang
demikian akan timbul bahaya bahwa penulis yang mengutip pendapat itu tidak
memahami konteksnya secara keseluruhan, sehingga ia dapat membuat
kesalahan. Tetapi kalau terpaksa untuk mengutipnya juga, maka sumber kedua
itu harus dinyatakan secara jelas dalam catatan kakinya, seperti tampak pada
contoh berikut:
24M. Ramlan, “Partikel-partikel Bahasa Indonesia,” Seminar Bahasa Indonesia
1968 (Ende: Nusa Indah, 1971), hlm. 122, mengutip Charles F. Hockett, A Course
in Modern Linguistic (New York: The MacMillan Company, 1959), hlm. 222.

atau
25Charles F. Hockett, A Course in Modern Linguistic (New York: The MacMillan
Company, 1959), hlm. 222. Dikutip oleh M. Ramlan “Partikel-partikel Bahasa
Indonesia,” Seminar Bahasa Indonesia 1968 (Ende: Nusa Indah, 1971), hlm. 122.

Cara di atas dengan jelas memperlihatkan penulis tidak membaca buku aslinya A
Course in Modern Linguistic mengambilnya dari kutipan M. Ramlan. Kedua cara di
atas dapat digunakan. Bila penulis menganggap karangan Hockett yang lebih
dipentingkan maka ia memakai cara yang kedua, tetapi sebaliknya bila ia
menganggap tulisan M. Ramlan yang lebih penting, maka ia mempergunakan
cara yang pertama.
o. Catatan Penjelas

Semua cara di atas mempersoalkan catatan kaki yang menunjuk kembali pada
sebuah sumber referensi. Sudah dijelaskan, catatan kaki dapat pula dimaksudkan
untuk memberi komentar atau menjelaskan sesuatau yang diuraikan dalam teks.
Dalam hal yang demikian tidak ada sumber yang perlu dimasukkan dalam
catatan kaki. Contoh di bawah ini sekaligus memperlihatkan bagian terakhir dari

101
teks, garis pemisah, dan catatan kaki yang dimaksud. Dengan demikian wujud
dari catatan kaki itu akan lebih jelas.
.........................................................................................................................................................................................
Adapun metode-metode yang dipakai oleh C. Bateson dan M. Mead untuk
mengumpulkan bahan keterangan tentang modal personality structure orang Bali
adalah metode menyelidiki cara-cara asuhan kanak-kanak di dalam masyarakat
orang Bali.2 Hasil fieldwork M. Mead dan G. Bateson menghasilkan juga beberapa
karangan tentang tabiat orang Bali…..
.........................................................................................................................................................................................
_______________
2Metode tersebut terakhir ini, yang biasanya disebut Child training studies

sebenarnya berdasarkan jalan pikiran pokok dalam ilmu psychoanalyse, ialah


jalan pikiran bahwa tabiat seorang individu yang dewasa ini telah dibangun oleh
bahan-bahan pengalaman yang diterima oleh si individu dari sejak waktu ia
masih kanak-kanak. Ilmu Anthropologi Budaya melanjutkan jalan pikiran ini
dengan anggapan bahwa bahan pengalaman yang diterima oleh anak-anak itu
ditentukan oleh susunan dari lingkungan tempat kanak-kanan tadi tumbuh;
sedangkan susunan lingkungan itu tentu mendapat pengaruh daripada
masyarakat dan kebudayaan. Demikian apabila si penyelidik dapat mempelajari
bagaimana susaunan hidup daripada kanak-kanak dalam masyarakat, maka ia
akan mandapat keterangan tentang tabiat umum daripada individu-individu
dewasa di dalam masyarakat obyek penyelidikan itu.

p. Referensi dan Catatan Penjelas

Jenis catatan yang ketiga, yaitu penunjuk pada sebuah sumber ditambah
penjelasan atau komentar-komentar. Seperti halnya dengan catatan penjelas di
atas, maka agar komentar dalam catatan kaki itu dapat lebih jelas posisinya
contoh berikut disertai pula oleh bagian terakhir dari teks yang mengandung hal
yang perlu dijelaskan itu.
..................................................................................................................................................................................
Di dalam rangka kompleks pengertian yang dimaksud di dalam faham
tersebut, J. Mallinckrodt menganggap amat penting, kepercayaan kepada
kekuatan sakti atau kekuatan “magic” 2 yang meliputi seluruh alam semesta.
Kepercayaan serupa itu, yang disebut oleh Mallinckrodt kepercayaan…
..................................................................................................................................................................................
___________________
2J. Mallinckrodt, Het Adetrecht van Borneo (Leiden: M. Dubbeldeman,

1928), I, 50. Demikianlah Mallinckrodt memberi pengertian yang lain sama sekali
kepada istilah magie, daripada misalnya, J.G.Frazer atau sebagian besar daripada
sarjana ilmu anthropologi budaya akan mengartikannya. Menurut Mallinckrodt,
kekuatan magie itu adalah kekuatan sakti. Menurut Frazer, Magie adalah ilmu
gaib.
102
3. Singkatan-Singkatan
Dalam catatan kaki biasanya dipergunakan pula singkatan-singkatan yang oleh
para sarjana sudah diketahui maksudnya. Oleh sebab itu, hendaknya diperhatikan
benar-benar bagaimana mempergunakan singkatan-singkatan itu dalam setiap
catatan kaki. Singkatan yang paling penting yang harus diketahui adalah ibid., op.cit.,
dan loc.cit.
Ibid.: Singkatan ini berasal dari kata Latin ibidem yang berarti pada tempat
yang sama. singkatan ini dipergunakan bila catatan kaki yang berikut menunjuk
kepada karya atau artikel yang telah disebut dalam catatan nomor sebelumnya. Bila
halamannya sama, maka hanya dipergunakan singkatan ibid.: bila halamannya
berbeda maka sesudah singkatan ibid. dicantumkan pula nomor halamannya.
Singkatan ibid. selalu digarisbawahi atau dicetak dengan huruf miring.
Op.Cit.: Singkatan ini berasal dari kata Latin Opere Citato yang berarti pada
pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini dipergunakan bila catatan itu menunjuk
kembali pada sumber yang telah disebut lebih dahulu, tetapi diselingi oleh sumber
lain. dalam hal ini sesudah nama pengarang (biasanya nama keluarga atau nama
singkat) terus dicantumkan singkatan op.cit. Bila ada penunjukan pada halaman atau
jilid dan halaman, maka nomor dan jilid serta halaman ditempatkan sesudah
singkatan op.ci.
Loc.Cit.: Singkatan ini berasal dari bahasa Latin Loco Citato yang berarti pada
tempat yang telah dikutip. Singkatan ini biasa dipakai untuk menyebut atau
menunnjuk pada sebuah artikel majalah, harian atau ensiklopedi yang telah disebut
sebelumnya, tetapi diselingi oleh sumber lainnya. Karena artikel itu merupakan
sebagian dari buku, majalah, atau ensiklopedi, maka ia tidak merupakan sebuah karya
atau opus. Sebab itu hanya boleh dipergunakan kata lokus yang berarti tempat.
Walaupun demikian kadang-kadang loc.cit. dipakai juga untuk menggantikan
singkatan op.cit. Dalam hal ini singkatan loc.cit. tidak boleh diikuti oleh nomor
halaman, karena penunjukan itu tidak pada karya atau Opus secara keseluruhan,
tetapi merujuk pada halaman tersebut. Bagaimanapun juga pemakaian singkatan
loc.cit dengan pengertian pertama di atas merupakan pemakaian yang paling baik.
Di samping singkatan-singkatan di atas, ada pula beberapa singkatan lainnya
yang perlu diketahui karena biasa dipergunakan dalam naskah-naskah atau buku-
buku, baik dalam catatan kaki maupun dalam teksnya.
supra: di atas, sudah terdapat lebih dulu pada teks yang sama.

103
infra: di bawah, lihat pada artikel atau karangan yang sama di bawah.
c. atau ca.: singkatan dari circa yang berarti kira-kira atau sekitar; dipakai untuk
menunjukkan tahun, tetapi diragukan ketepatannya.
Cap. atau Chap.: singkatan dari kata Caput (Latin) atau Chapter (Inggris) yang berarti
bab.
Ed.: singkatan dari editor (penyunting) atau edisi (edition)
et.al.: singkatan dari et alii yang berarti dan lain-lain, dipakai untuk menyatakan atau
menggantikan pengarang-pengarang yang tidak disebut namanya.
E seq. atau et seqq.: singkatan dari et sequens atau et sequentes yang berarti dan
halaman-halaman berikutnya. Singkatan ini dipakai sesudah menyebut nomor
halaman, misalnya: hlm.205 et seq. berarti halaman 205 dan 206; hlm. 205 et
seqq berarti halaman 205, 206, dan 207, dan seterusnya. Dalam buku-buku
bahasa Inggris dipergunakan juga singkatan f. dan ff. yang berarti and the
follow ing pages (pages) dengan maksud dan fungsi yang sama.
Ms.: Manuscript, atau naskah: menurut arti katanya manuscript berarti tulisan tangan,
karena dahulu memang semua naskah ditulis dengan tangan. Sekarang semua
naskah ditulis dengan tangan entah tidak, disebut saja manuscript.
Passim : tersebar di sana-sini. Dipakai untuk menyatakan bahan yang dipergunakan
atau yang dimaksud tersebar pada suatu majalah atau tempat tertentu.
Ser.: Seri
[Sic!]: Demikianlah, seperti pada aslinya. Dipergunakan untuk menunjukkan suatu
kesalahan tertentu terdapat dalam naskah aslinya dan bahwa kutipan itu
diambil tepat seperti itu. Kata sic! Harus ditempatkan dalam kurung segi
empat, karena merupakan suatu catatan yang disisipkan dalam bahan yang
dikutip.
cf. atau conf.: confer berarti bandingkan, atau bandingkan dengan.
Vol.: volume, atau jilid.

4. Penerapan Catatan Kaki dan Singkatan


Bagaimana cara mempergunakan singkatan-singkatan di atas terutama
singkatan-singkatan ibid., op.cit dan loc.cit. dalam kenyataan. Untuk itu perhatikanlah
contoh-contoh berikut. Semua catatan kaki di bawah ini sebenarnya tersebar pada
halaman-halaman yang berlainan, namun semuanya termasuk dalam kesatuan nomor
urut dalam sebuah bab.

104
1. Edgar Sturtevant, An Introduction to Linguistics Science (New Haven, 1947),
hlm. 20 et seq.
2. Ibid.
3. Ibid. hlm. 30.
4. Richard Pittman, ”Nauhatl Honorifics,” International Journal of American
Linguistics, XI (April, 1950), 374 et seqq.
5. H.A. Gleason, An Introduction to Descriptive Linguistics, (Rev. ed.; New York:
Holt, Rinehart and Winston, 1961), hlm. 5152.
6. Ibid.
7. Ibid. hlm. 56.
8. Sturtevant, Op.cit., 42 et seq.
9. M. Ramlan, “Partikel-partikel Bahasa Indonesia,” Seminar Bahasa Indonesia
1968 (Ende: Nusa Indah, 1971), hlm. 122, mengutip Charles F. Hockett, A
Course in Modern Linguistics (New York: The MacMillan Company, 1959),
hlm. 222.
10. Robert Ralph Bolgar, “Rhetoric,” Encyclopedia Britannica (1970), XIX, 257 –
260.
11. Sturtevant, Op.cit. hlm. 50.
12. Ibid.
13. Bolgar, loc. cit., hlm. 260.
14. Pittman, loc. cit., hlm. 376.
15. Ramlan, loc. cit., hlm. 122.
16. Gleason, op. cit. hlm. 54 et seq.

Karena referensi kedua dan ketiga menunjuk kembali kepada referensi


pertama yang mempunyai nomor urut berurutan, maka cukup dipergunakan
singkatan ibid. demikian pula referensi keenam dan ketujuh yang menunjuk kembali
pada referensi nomor lima. Sebaliknya referensi kedelapan yang menunjuk kembali
kepada referensi pertama, dan referensi kesebelas yang menunjuk kembali kepada
referensi pertama, maka masing-masingnya mempergunakan singkatan op.cit.,
karena sudah diselang-selingi oleh karya atau sumber-sumber lainnya. Tetapi
referensi kedua belas menunjuk kepada referensi pertama, mempergunakan
singkatan ibid.
Referensi keempat belas menunjuk kembali kepada referensi keempat. Karena
referensi keempat merupakan penunjuk kepada sebuah artikel, maka referensi
keempat belas tersebut mempergunakan singkatan loc.cit. bukan op.cit. Hal yang
sama berlaku pula untuk referensi ketiga belas yang menunjuk kembali referensi
kesembilan. Referensi keenam belas mempergunakan singkatan op.cit karena ada dua
alasan: pertama, ia menunjuk kepada sebuah karya, dan kedua, karya itu sudah
diselingi oleh sumber-sumber lainnya.
Singkatan-singkatan lain yang dipergunakan dalam contoh di atas adalah et
seq. dan et seqq. Hlm. 20 et seq. berarti halaman 20 dan 21. Sebaliknya dalam

105
referensi keempat terdapat penunjukan nomor halaman dengan angka 374 et seqq.
Itu berarti paling kurang tiga halaman 374, 375, dan 376; sampai halaman ke berapa
tidak jelas. Sebab itu untuk memberi batasan halaman yang lebih jelas, lebih baik
dipergunakan cara lain misalnya: hlm. 374 – 379. Ini jauh lebih jelas daripada
mempergunakan singkatan hlm. 374 et seqq.

D. Rangkuman
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan
seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah. Menurut
jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan tak langsung (kutipan isi).
Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi
kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Sebaliknya, kutipan tak langsung adalah
pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari atau iktisar dari
pendapat tersebut.
Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan
pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Dalam catatan kaki biasanya
dipergunakan singkatan- singkatan ibid., op.cit., dan loc.cit.
Ibid. berarti pada tempat yang sama. Op.Cit. berarti pada pada karya yang telah
dikutip. Loc.Cit. berarti pada tempat yang telah dikutip. Di samping singkatan-
singkatan di atas, ada pula beberapa singkatan lainnya yang perlu diketahui karena
biasa dipergunakan dalam naskah-naskah atau buku-buku, baik dalam catatan kaki
maupun dalam teksnya.
supra: di atas, sudah terdapat lebih dulu pada teks yang sama.
infra: di bawah, lihat pada artikel atau karangan yang sama di bawah.
c. atau ca. berarti kira-kira atau sekitar; dipakai untuk menunjukkan tahun, tetapi
diragukan ketepatannya.
Cap. atau Chap. berarti bab.
Ed. edisi (edition)
et.al. berarti dan lain-lain.
E seq. atau et seqq. berarti dan halaman-halaman berikutnya.
Ms.: Manuscript, atau
Passim : tersebar di sana-sini.
Ser.: Seri
[Sic!]: Demikianlah, seperti pada aslinya.
cf. atau conf.: confer berarti bandingkan, atau bandingkan dengan.
Vol.: volume, atau jilid.

E. Latihan
1. Menurut Anda, mengapa diperlukan catatan kaki dalam tulisan ilmiah?
2. Apa yang harus diperhatikan dalam membuat catatan kaki dari buku dengan
pengarang yang berjumlah satu orang saja?
3. Apa yang dimaksud dengan ibid., op.cit., dan loc.cit.? Bagaimana membedakan
penggunaan ketiga singkatan tersebut dalam catatan kaki?
4. Carilah satu tulisan yang menggunakan catatan kaki sesuai bidang Anda,
kemudian kritisi penggunaan catatan kaki itu mana yang belum tepat.
6. Apa yang dimaksud dengan singkatan et.seq. dan cf.? Jelaskan penggunaannya!

106
F. Daftar Pustaka
Alwi, H. dkk. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan bahasa
Indonesia. Jakarta.
Departemen Penddikan Nasional. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(Ed. Ke-4). Jakarta: Gramedia.
Finoza. Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Bandung: Diksi Insan Mulia.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa
Indah.
Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum EBI Kesalahan Berbahasa. Solo: Genta Smart
Publisher.
Sugihastuti, M.S. 2014. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono, dkk. 2014. ‘Draf Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik’ dalam
Workshop Pengayaan Pembelajaran Berbasisi Saintifik, oleh Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal PT.
Widjono, Hs. 2012. Bahasa Indonesia: Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Kompas Gramedia.

107
BAB VIII
ARTIKEL ILMIAH

A. Pengantar

Artikel ilmiah merupakan salah satu jenis teks akademik. Artikel ilmiah
biasanya diterbitkan pada jurnal ilmiah, yaitu terbitan berkala yang berisi kajian-
kajian ilmiah di bidang tertentu (Rifai, 1995). Artikel ilmiah dapat digolongkan
menjadi artikel penelitian dan artikel nonpenelitian (serta artikel ilmiah populer,
sebagai subjenis yang lain).
Pada dasarnya, artikel penelitian merupakan laporan penelitian yang disajikan
dalam bentuk artikel. Artikel nonpenelitian tidak didasarkan pada penelitian, dan
biasanya merupakan ulasan konsep. Karena itu, artikel nonpenelitian juga disebut
artikel konseptual (Wiratno, 2014). Artikel konseptual pada umumnya berisi
pemikiran teoretis mengenai sesuatu yang disajikan melalui analisis secara kritis.
Adapun artikel ilmiah populer relatif sama dengan artikel konseptual, yaitu artikel
ilmiah yang lebih bergaya informal yang antara lain ditandai oleh penggunaan bahasa
sehari-hari. Apabila artikel penelitian dan artikel konseptual dipublikasikan di jurnal
atau dipresentasikan di forum seperti lokakarya dan seminar, artikel ilmiah populer
biasanya dimuat di koran atau majalah, khususnya di kolom opini.

B. Struktur Teks pada Artikel Ilmiah

Baik artikel penelitian maupun artikel konseptual ditulis menurut konvensi


yang berlaku di masyarakat akademik, sedangkan artikel ilmiah populer tidak terlalu
terikat oleh konvensi.

1. Struktur Teks pada Artikel Penelitian dan Artikel Konseptual


Hal yang paling utama pada konvensi penulisan artikel penelitian adalah
struktur teksnya. Struktur teks artikel penelitian dapat disusun kembali menjadi:
abstrak^pendahuluan^tinjauanpustaka^ metodologi penelitian^hasil^ pembahasan^
simpulan (Wiratno, 2014).
Sementara itu, pada umumnya, formulasi struktur teks artikel konseptual atau
artikel nonpenelitian lebih bervariasi. Struktur teks yang sering dijumpai di jurnal-
jurnal ilmiah adalah abstrak^pendahuluan^tinjauan pustaka^pembahasan^simpulan
(Wiratno, 2014). Kenyataan itu antara lain disebabkan oleh luas tidaknya cakupan
pokok persoalan yang disajikan di dalamnya dan beragam tidaknya preferensi
yang2dipilih oleh penulis. Berbeda dengan artikel penelitian, karena artikel
108
konseptual tidak ditulis berdasarkan penelitian, tentu saja artikel tersebut tidak
mengandung metodologi penelitian dan presentasi data atau presentasi hasil. Untuk
itu, tahap metodologi dan hasil tidak diperlukan.
Struktur teks artikel konseptual lebih fleksibel daripada struktur teks ar tikel
penelitian. Kefleksibelan itu bahkan sering berdampak pada pemberian judul pada
tahapan-tahapan yang tidak selalu sama dengan nama-nama tahapan pada struktur
teks. Hal ini masih dapat diterima asalkan esensi isi masing-masing tahapan tersebut
tidak hilang, dan genre mikro yang terkandung di dalamnya juga tidak diabaikan.

2. Artikel Ilmiah Populer

Seperti struktur teks pada artikel konseptual, struktur teks pada artikel ilmiah
populer tidak kaku, bahkan sering disusun menurut kehendak penulisnya. Hal ini
tidak berarti bahwa artikel ilmiah populer tidak mempunyai struktur teks. Pada
umumnya, artikel ilmiah populer dipublikasikan di koran atau majalah sebagai
tulisan opini. Pada konteks ini, artikel ilmiah populer dapat disebut artikel opini.
Untuk menghemat ruang, artikel tersebut ditata dengan judul dan subjudul
yang hanya memanfaatkan sedikit kata. Selain judulnya singkat, bagian yang diberi
subjudul biasanya hanyalah bagian isi yang dianggap sangat penting, dan bagian
pendahuluan atau penutup tidak pernah diberi subjudul. Bahkan, sering sekali
seluruh artikel tidak mengandung subjudul. Secara keseluruhan, artikel dengan
karakteristik struktur teks seperti itu berbentuk esai. Pada umumnya, esai ditulis
dengan genre eksposisi atau diskusi. Dengan demikian, struktur teksnya pun adalah
struktur teks eksposisi atau diskusi. Eksposisi mempunyai struktur teks pernyataan
tesis^argumentasi^reiterasi dan diskusi mempunyai struktur teks isu^argumentasi
mendukung^argumentasi menentang^simpulan dan rekomendasi. Berbeda dengan
artikel penelitian atau artikel konseptual, artikel ilmiah populer tidak mengandung
abstrak, sama seperti genre eksposisi atau diskusi, juga tidak mengandung abstrak.

C. Hubungan Genre pada Teks Artikel Ilmiah


Artikel ilmiah merupakan salah satu genre. Sebagai genre makro, artikel
ilmiah mengandung genre mikro yang terletak pada tahapan-tahapan atau bab-bab di
dalamnya (abstrak^pendahuluan^ tinjauanpustaka^metodologi penelitian^ hasil^
pembahasan^ simpulan untuk artikel penelitian dan abstrak^pendahuluan^tinjauan
pustaka^pembahasan^simpulan untuk artikel non-penelitian). Setiap tahapan
mengandung genre mikro yang berbeda-beda. Masalah timbul apabila penulis artikel
109
ilmiah tidak menempatkan genre mikro sesuai dengan tempatnya (Wiratno, 2014).
Alasannya adalah bahwa nama-nama genre mikro pada setiap tahapan itu
mengemban fungsi retoris tertentu. Apabila di bawah tahapan-tahapan pada struktur
teks artikel ilmiah tidak diisi dengan genre mikro yang tepat–padahal genre mikro itu
mengemban fungsi retoris pada tahapan-tahapan tersebut–hal ini berarti bahwa
tujuan sosial-akademik teks ilmiah itu tidak tercapai.

1. Teks Artikel Penelitian dan Teks Artikel Konseptual


Struktur teks artikel penelitian adalah abstrak^pendahuluan^ tinjauan
pustaka^ metodologi penelitian^ hasil^pembahasan^ simpulan. Genre mikro yang
terdapat di masing-masing tahapan pada struktur teks artikel penelitian beserta
fungsi retoris yang diemban. Di pihak lain, struktur teks artikel konseptual adalah
abstrak^pendahuluan^tinjauan pustaka^ pembahasan ^simpulan. Genre mikro yang
terdapat pada masing-masing tahapan pada struktur teks artikel konseptual beserta
fungsi retoris yang diemban.
Secara esensial tahapan-tahapan dalam struktur teks artikel ilmiah (terutama
yang artikel penelitian) sama dengan tahapan-tahapan dalam struktur teks laporan
penelitian.
Tabel 12. Struktur Teks dan Genre Mikro pada Artikel Penelitian
Struktur Teks Genre Mikro Fungsi Retoris
yang
Diharapkan
Abstrak Abstrak Menyajikan ringkasan yang dapat mewakili
seluruh artikel.
Eksposisi Memberikan latar belakang penelitian,
Pendahuluan (dan atau permasalahan penelitian, gambaran tentang
meliputi tujuan, dan pendekatan/metode/ teknik
Deskripsi) untuk mencapai tujuan tersebut.

Tinjauan Review Menyajikan ulasan teoretis tentang dasar


Pustaka pemikiran yang digunakan untuk
memecahkan masalah penelitian.
Menyajikan ulasan tentang penelitian
sebelumnya dan perbandingannya dengan
penelitian yang dilaporkan pada artikel yang
dimaksud.
Metodologi Rekon (dan Menyajikan pendekatan, metode, dan teknik
Penelitian atau meliputi penelitian, termasuk langkah-langkah yang
Deskripsi, ditempuh.
Prose-dur,
Laporan)
Hasil Deskripsi Menyajikan temuan-temuan
(dan atau penelitian.
110
meliputi
Laporan,Rekon
)
Diskusi (dan Membahas (dan atau menjelaskan) temuan-
Pembahasan atau temuan penelitian dari berbagai sudut
meliputi padang teori yang telah disajikan pada bab
Eksplanasi) Tinjauan Pustaka.
Membahas apakah kekurangan-kekurangan
penelitian sebelumnya dapat ditutup oleh
penelitian yang dilaporkan ini.
Simpulan Eksposisi Menyajikan uraian bahwa pokok persoalan
(dan atau yang disajikan telah diperlakukan sedemikian
meliputi rupa dengan hasil seperti yang telah disajikan
Deskripsi) pada pembahasan, diikuti dengan saran baik
secara teoretis maupun praktis.
(Wiratno, Wibowo, & Sawardi, 2013)
222
Berikut ini, uraian yang komprehensif tentang genre mikro konseptual.

Tabel 13. Struktur Teks dan Genre Mikro Artikel Konseptual


Struktur Teks Genre Mikro yang Fungsi Retoris
Diharapkan
Abstrak Abstrak Menyajikan ringkasan yang dapat
mewakili seluruh artikel.
Pendahuluan Eksposisi (dan Memberikan latar belakang masakah,
atau yang menyangkut pernyataan masalah,
meliputi Deskripsi) pentingnya masalah tersebut dibahas, dan
informasi tentang cara atau strategi yang
digunakan dalam memperlakukan masalah
tersebut.
Tinjauan Review Menyajikan ulasan teoretis tentang dasar
Pustaka pemikiran yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang diajukan.
Pembahasan Diskusi (dan atau Membahas (dan atau menjelaskan)
meliputi Eksplanasi) permasalahan dengan disertai
pemecahannya.
Simpulan Eksposisi (dan Menyaji kan uraian bahwa pokok
atau persoalan yang disajikan telah
meliputi diperlakukan sedemikian rupa dengan
Deskripsi) hasil seperti yang telah disajikan pada
pembahasan, diikuti dengan saran baik
secara teoretis maupun praktis.
(Wiratno, Wibowo, & Sawardi, 2013)

Baik struktur teks pada artikel penelitian maupun struktur teks pada artikel
konseptual belum mencakup judul artikel, daftar pustaka, dan lampiran.

111
a. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan dari artikel ilmiah seluruhnya, baik yang
berupa artikel penelitian maupun yang konseptual. Semua isi bab pada artikel
dimasukkan ke dalam abstrak. Pada prinsipnya, abstrak pada kedua jenis artikel itu
mengemban fungsi retoris yang sama, yaitu menyajikan ringkasan dari keselu ruhan
artikel, meskipun terdapat perbedaan di antara keduanya dalam hal kandungan
unsur-unsur yang disajikan.
Pada artikel penelitian unsur-unsur yang disajikan meliputi: (1) pokok
persoalan yang dibahas (dan, tetapi tidak selalu, tujuan penelitian) dengan latar
belakang seperlunya, (2) teori atau pendekatan yang digunakan untuk membahas
pokok persoalan tersebut, (3) metodologi penelitian yang diterapkan, (4) hasil atau
temuan yang diperoleh, (5) pembahasan, dan (6) simpulan dan saran yang, apabila
memungkinkan, disertai implikasi (baik secara teoretis maupun secara praktis)
(Wiratno, 2014).
Pada artikel konseptual tidak terkandung metodologi penelitian yang
diterapkan dan hasil atau temuan yang diperoleh, sehingga pada artikel konseptual,
Poin (3) dan Poin (4) tidak ada. Semua unsur di atas dimasukkan ke dalam abstrak.
Namun demikian, karena abstrak itu sangat ringkas, agar semua unsur dapat
dimasukkan ke dalam abstrak, unsur-unsur itu perlu dimampatkan terlebih dahulu.
Abstrak dapat berdiri sendiri atau dilepaskan dari artikelnya. Abstrak yang
demikian itu sering dikirimkan ke panitia seminar dan dikumpulkan dalam buku yang
disebut prosiding. Akan tetapi, pada umumnya abstrak ditampilkan dalam satu
kesatuan dengan artikelnya. Jika demikian halnya, abstrak menjadi nama genre dan
sekaligus nama bagian artikel apabila berada di dalam artikel yang dimaksud. Apabila
berdiri sendiri, abstrak menjadi genre makro, tetapi apabila berada dalam satu
kesatuan artikel, abstrak menjadi genre mikro.

b. Pendahuluan
Bab Pendahuluan berfungsi sebagai pembuka artikel ilmiah. Dari bab ini
pembaca mengetahui arah pembicaraan pada artikel tersebut. Kandungan yang
terdapat pada Bab Pendahuluan adalah: (1) pokok persoalan yang dieksplorasi pada
artikel, (2) alasan tentang pentingnya pokok persoalan itu dieksplorasi, dan (3) cara
(dalam hal pendekatan, metode, dan teknik) yang digunakan untuk mengeksplorasi
pokok persoalan. Selain itu, pada Bab Pendahuluan sudah disinggung teori yang
digunakan untuk membahas pokok persoalan yang diajukan, dan khusus untuk

112
artikel penelitian, sudah disinggung pula keterkaitan antara penelitian yang
dilaporkan pada artikel tersebut dan penelitian-penelitian sejenis yang telah
dilakukan sebelumnya.
Genre mikro yang terdapat pada Bab Pendahuluan adalah semacam eksposisi
yang disertai deskripsi. Baik artikel penelitian maupun artikel konseptual
mengandung Bab Pendahuluan yang relatif sama. Sebagian perbedaannya terletak
pada Poin (3). Pada kedua jenis artikel itu, pendekatan dimaknai sebagai
teori/konsep/filsafat ilmu yang dijadikan dasar pembahasan; sementara itu, metode
dan teknik pada artikel penelitian berkaitan dengan metodologi penelitian serta
metode pengumpulan data dan metode analisis data, sedangkan pada artikel
konseptual hal itu berkaitan dengan teori/konsep/filsafat ilmu yang digunakan untuk
memecahkan pokok persoalan.
Namun demikian, perlu disadari bahwa pendekatan, metode, dan teknik belum
diuraikan lebih jauh pada Bab Pendahuluan, tetapi baru diberitahukan kepada
pembaca. Uraian yang lebih terperinci mengenai hal tersebut disajikan pada Bab
Tinjauan Pustaka untuk teori/ konsep/filsafat ilmu (baik pada artikel penelitian
maupun pada artikel konseptual) dan pada Bab Metodologi Penelitian untuk metode
dan teknik (hanya pada artikel penelitian).

c. Tinjauan Pustaka
Pada prinsipnya, Bab Tinjauan Pustaka pada artikel penelitian berisi dua hal:
pertama, ulasan tentang teori yang digunakan untuk memecahkan pokok persoalan
yang dibahas; dan kedua, ulasan terhadap penelitian-penelitian sejenis yang telah
dilakukan oleh orang lain atau oleh penulis artikel itu sendiri. Kadang-kadang Bab
Tinjauan Pustaka juga dilengkapi dengan kerangka pikir.
229 Ulasan yang pertama merupakan uraian secara rinci tentang pendekatan atau
teori yang telah disebutkan pada Bab Pendahuluan yang dipilih untuk landasan
analisis data. Landasan teori ini dibangun melalui sintesis terhadap beberapa gagasan
yang diambil dari sumber-sumber pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ulasan yang kedua berisi tinjauan kritis terhadap penelitan-penelitian sebelumnya,
untuk selanjutnya dibandingkan dengan penelitian yang dilaporkan pada artikel yang
dimaksud. Pada bagian ini, perlu disampaikan apakah rumpang-rumpang pada
penelitian sejenis sebelumnya dapat ditutup dengan hasil-hasil yang didapatkan pada
penelitian yang dilaporkan di artikel itu. Adapun kerangka pikir adalah uraian (dapat

113
berupa bagan) yang menunjukkan peta jalan penelitian. Dari kerangka pikir dapat
diketahui alur pemikiran penelitian yang dilaporkan tersebut.
Di bawah Bab Tinjauan Pustaka, terdapat genre mikro review (atau pada buku
yang Anda pegang ini disebut ulasan buku). Bab Tinjauan Pustaka direalisasikan
dengan genre ulasan untuk membangun landasan teori dari banyak sumber, tidak
hanya dengan genre deskripsi yang hanya menyajikan paparan teori. Ulasan
menyajikan penjelasan dan evaluasi terhadap teori apakah teori tersebut dapat
diterapkan pada analisis data dan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya,
sehingga posisi dan arah penelitian yang dilaporkan pada artikel itu jelas.
Pada artikel konseptual, Bab Tinjauan Pustaka lebih diarahkan kepada
landasan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Karena
artikel konseptual didasarkan pada pemikiran mengenai sesuatu yang dilihat dari
sudut pandang teori tertentu, bab ini sering diberi judul sesuai dengan sesuatu yang
dibahas itu. Judul tersebut sekaligus digunakan untuk menamai bab.

d. Metodologi Penelitian
Bab Metodologi Penelitian pada artikel penelitian memuat uraian tentang
jenis, desain, dan tata cara pelaksanaan penelitian, termasuk langkah-langkah yang
ditempuh. Pada bab ini, dijelaskan secara rinci pendekatan, metode, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data. Instrumen dan bahan yang digunakan
pada penelitian itu juga dijelaskan. Sementara itu, pada artikel konseptual tidak
terdapat Bab Metodologi Penelitian. Sebagai gantinya, penulis artikel konseptual
dapat mengungkapkan alur pemikiran dan langkah-langkah penyelesaian masalah
yang dibahas.
Genre mikro yang digunakan pada Bab Metodologi peneltian adalah rekon,
deskripsi, laporan, dan prosedur. Rekon digunakan untuk menggambarkan bahwa
kegiatan penelitian itu dilaksanakan pada waktu lampau. Deskripsi digunakan untuk
menjelaskan wujud dan sifat-sifat data. Laporan digunakan untuk mengklasifikasikan
data. Adapun prosedur digunakan untuk menyatakan langkah-langkah penelitian.

e. Hasil
Bab hasil hanya terdapat pada artikel penelitian. Isinya adalah sajian
temuantemuan penelitian sesuai dengan klasifikasi data yang ada. Sajian tersebut
dapat dinyatakan dengan grafik, tabel, histogram, gambar, atau bagan alir. Pada bab
ini belum disajikan interpretasi dan perbandingan antarkelompok data. Kalaupun
terdapat interpretasi, interpretasi itu baru bersifat individual, terkait dengan
114
karakteristik data yang dilaporkan. Interpretasi lebih jauh dan perbandingan
antarkelompok data disampaikan pada Bab Pembahasan.
Genre mikro yang terdapat pada Bab Hasil adalah deskripsi dan laporan.
Deskripsi digunakan untuk menyajikan data secara individual, sedangkan laporan
digunakan untuk melaporkan temuan-temuan yang terungkap dalam data sesuai
dengan pengelompokan masing-masing. Karena penelitian yang dilaporkan itu telah
dilaksanakan di waktu lampau, dalam hal tertentu data dapat pula disajikan dengan
rekon.

f. Pembahasan
Seperti terlihat dari namanya, Bab Pembahasan berisi pembahasan (dan atau
penjelasan) mengenai temuan-temuan penelitian dari berbagai sudut pandang teori
yang telah disajikan pada Bab Tinjauan Pustaka (Bailey, 2011). Bab ini merupakan
tempat untuk menjawab persoalan yang dikemukakan pada Bab Pendahuluan.
Temuan-temuan yang diperoleh dibanding-bandingkan sesuai dengan klasifikasi
data. Interpretasi individual dari setiap data diakumulasikan dan digeneralisasikan
untuk membentuk teori baru. Perlu ditegaskan apakah teori yang digunakan yang
diambil dari Bab Tinjauan Pustaka itu dapat memecahkan masalah penelitian. Jika
dapat, perlu dijelaskan apakah temuan-temuan tersebut mendukung teori yang ada;
dan jika tidak, apakah teori tersebut perlu dimodifikasi atau disempurnakan lagi.
Pada poin ini, penulis yang sekaligus peneliti itu, dapat menciptakan teori baru. Di
sini pulalah letak keunggulan penelitian yang dilaporkan pada artikel itu.
Selain itu, pembahasan juga meliputi apakah kekurangan-kekurangan
penelitian sebelumnya dapat ditutup oleh penelitian yang dilaporkan ini. Perlu
dijelaskan kekurangan yang mana yang dapat ditutup, dan kekurangan yang mana
yang tidak dapat ditutup. Kemudian, penulis dapat mengajukan penelitian seperti apa
yang seharusnya dilakukan oleh peneliti lain di kemudian hari. Kenyataan ini dapat
digunakan untuk menentukan saran yang disampaikan pada Bab Simpulan.
Genre mikro yang sesuai untuk diterapkan pada Bab Pembahasan adalah
diskusi dan atau meliputi eksplanasi. Seandainya Bab Pembahasan tidak
direalisasikan dengan genre mikro diskusi dan atau meliputi eksplanasi (tetapi
dengan deskripsi saja), hakikat pembahasan itu hilang, dan yang terjadi adalah
pemaparan belaka. Padahal pada bab itu diperlukan penjelasan tentang
perbandingan antarklasifikasi data, justifikasi apakah teori yang digunakan dapat
memecahkan masalah penelitian atau tidak, dan pembenaran atau penolakan
115
terhadap temuan-temuan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Semua itu hanya
dapat dilakukan dengan genre mikro diskusi, bukan deskripsi.

g. Simpulan
Bab simpulan, baik pada artikel penelitian maupun pada artikel konseptual
berisi uraian yang menunjukkan pokok persoalan yang disajikan pada Bab
Pendahuluan telah diperlakukan sedemikian rupa dengan hasil seperti yang telah
disajikan pada pembahasan. Perbedaannya adalah pada artikel penelitian pokok
persoalan itu dieksplorasi melalui data penelitian. Bab ini pada umumnya disertai
implikasi penelitian dan saran, baik secara teoretis maupun praktis. Implikasi dan
saran serupa juga dapat ditambahkan pada Bab Simpulan untuk artikel konseptual.
Bab ini merupakan jawaban langsung terhadap pokok persoalan yang
disajikan pada Bab Pendahuluan, maka genre mikro yang digunakan pun sama
dengan genre mikro yang digunakan pada Bab Pendahuluan, yaitu eksposisi yang
meliputi deskripsi. Dengan demikian, Bab Simpulan sejajar dengan Bab Pendahuluan.

h. Judul, Daftar Pustaka, dan Lampiran


Judul artikel ilmiah menggambarkan isi keseluruhan artikel. Judul harus
mudah dipahami dan hendaknya tidak terlalu panjang. Judul dapat dirangkai dari
kata-kata kunci yang diambil dari artikel. Judul sebaiknya disampaikan secara ringkas
dan jelas. Mengenai faktor keringkasan, dapat diterangkan bahwa sebaiknya judul
tidak dinyatakan dalam bentuk kalimat, tetapi dalam bentuk kelompok kata.
Alasannya, biasanya, judul yang dinyatakan dalam kalimat lebih panjang daripada
kelompok kata. Selain itu, kalimat yang memungkinkan digunakan sebagai judul
adalah kalimat tanya, meskipun hal itu sangat jarang, dan pada buku ini judul yang
demikian itu tidak disarankan. Dengan demikian, judul yang ringkas adalah judul
yang pendek, tetapi padat akan makna. Tentang faktor kejelasan, dapat diungkapkan
bahwa judul yang baik menggambarkan isi tulisan secara keseluruhan, termasuk
variabel-variabel yang dibahas (Wiratno, 2014).
Di sisi lain, Daftar Pustaka (yang dalam bahasa Inggris disebut Reference atau
Bibliography) merupakan bagian yang sangat penting pada artikel ilmiah, baik artikel
penelitian maupun artikel konseptual. Daftar pustaka adalah daftar yang memuat
semua sumber (yang berupa buku, artikel ilmiah/jurnal, atau terbitan lain) yang
digunakan sebagai acuan dalam menulis. Daftar Pustaka ditulis secara alfabetis dan
ditata menurut aturan tertentu. Di dunia ini terdapat beberapa aturan penulisan
Daftar Pustaka yang terkenal. Dua di antaranya adalah sistem Harvard dan sistem
116
yang dikeluarkan oleh APA (American Psychological Association). Setiap media
penerbitan atau panitia seminar mengikuti sistem sendirisendiri. Sebagai penulis
artikel ilmiah sudah sepantasnya mengikuti tata cara yang biasanya berlaku di media
atau forum tempat artikel itu dipublikasikan. Pada artikel ilmiah, lampiran biasanya
berisi data-data yang dianalisis atau instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data.

2. Teks Artikel Ilmiah Populer

Pada dasarnya artikel ilmiah populer sama dengan artikel konseptual. Akan
tetapi, dalam hal formulasi bahasa, artikel ilmiah populer disajikan dengan gaya yang
cenderung informal, sedangkan artikel konseptual (seperti artikel penelitian)
disajikan dengan gaya yang lebih formal. Ketidakformalan bahasa pada artikel ilmiah
populer ditandai oleh penggunaan ragam bahasa sehari-hari dan sedikit istilah teknis.
Biasanya ragam bahasa yang demikian itu akan lebih mudah diterima oleh pembaca
awam.
Dalam hal struktur teks, apabila artikel konseptual disusun dengan struktur
teks yang mengandung tahapan-tahapan yang fleksibel, artikel ilmiah populer bahkan
disusun dengan struktur teks yang mengandung tahapan-tahapan yang tidak
mengikat. Tahapan-tahapan itu disusun dengan memberikan nama-nama subbab
atau subjudul secara bebas disesuaikan dengan nama-nama pokok persoalan yang
disajikan. Atau, bahkan nama-nama tahapan pada struktur teks dan nama-nama
subbab atau subjudul tidak digunakan sama sekali meskipun esensi tahapan-tahapan
itu ada secara implisit. Dengan karakteristik seperti itu, sebagaimana telah
dinyatakan di atas, genre yang digunakan untuk mengungkapkan seluruh artikel
ilmiah populer pada umumnya adalah eksposisi atau diskusi. Perlu diingat lagi bahwa
struktur teks eksposisi adalah pernyataan tesis^argumentasi^reiterasi dan struktur
teks diskusi adalah isu^argumentasi mendukung^ argumentasi menentang^ simpulan
dan rekomendasi. Yang menarik adalah artikel ilmiah populer tidak mengandung
abstrak.

117
D. Rangkuman
Artikel ilmiah merupakan salah satu jenis teks akademik. Artikel ilmiah terdiri
dari tiga jenis, yakni (i) artikel ilmiah penelitian; (ii) artikel ilmiah nonpenelitian atau
konseptual; dan (iii) artikel ilmiah populer. Artikel ilmiah penelitian dan konseptual
biasanya diterbitkan pada jurnal-jurnal ilmiah atau dipresentasikan dalam forum
seperti lokakarya dan seminar, sedangkan artikel ilmiah populer biasanya dimuat di
koran atau majalah, khususnya di kolom opini. Sebuah artikel ilmiah biasanya terdiri
dari (i) abstrak; (ii) pendahuluan; (iii) tinjauan pustaka; (iv) metodologi penelitian;
(v) hasil; (vi) pembahasan; dan (vii) simpulan.

E. Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan artikel ilmiah?
2. Jelaskan perbedaan artikel penelitian dan artikel konseptual! Berikan contoh!
3. Apa sajakah struktur dari artikel penelitian? Sertakan juga dengan genre mikro
yang diharapkan dari struktur tersebut!
4. Apa yang membedakan struktur teks artikel penelitian dan artikel konseptual?
5. Apa yang menjadi persamaan dan perbedaan dari teks artikel ilmiah populer
dengan artikel ilmiah konseptual?

F. Daftar Pustaka

Alwi, H. dkk. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Bailey, S. 2011. Academic writing: A Handbook for International Students (Ed. Ke-3).
London & New York: Routledge.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan bahasa
Indonesia. Jakarta.
Cargill, M., & O’Connor, P. 2009. Writing Scientific Research Articles: Strategy and
Steps. Sussex: John Wiley & Sons.
Clark, I.L. 2007. Writing the Succesful Thesis and Dissertation. Boston: Prentice Hall.
Cresswell. J.W., & Clark, V.L.P. 2007. Mixed Methods Research. California: Sage
Publication.
Departemen Penddikan Nasional. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(Ed. Ke-4). Jakarta: Gramedia.
Emilia, E. 2008. Menulis Tesis dan Disertasi. Bandung: C.V. Alfabeta.
Finoza. Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Bandung: Diksi Insan Mulia.
Hyland, K., & Diani, G. 2009. Introduction: Academic Evaluation and Review Genres.
dalam K. Hyland, & G. Diani, Eds., Academic Evaluation Review Genres in
University Settings. Hampshire: Palgrave Macmillan.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Lin, L., & Evans, S. 2012. Structural Patterns in Empirical Research Articles: A
Crossdisciplinary Study. English for Specific Purposes, 31, 150-160.
Martin, J.R., & Veel, R., Eds. 1998. Reading Science: Critical and Functional Perspective
on the Discourse of Science. London & New York: Routledge.
Martin, J.R., & White, P.R.R. 2005. The Language of Evaluation. London & New York:
Palgrave.
Moeliono, A.M. (tanpa tahun). Bahasa yang Efisien dan Efektif dalam Bidang Iptek.

118
Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum EBI Kesalahan Berbahasa. Solo: Genta Smart
Publisher.
Riduwan. 2013. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sudaryanto. 1996. Beberapa Catatan Sekitar dan tentang Bahasa Akademik Indonesia.
Dari Sistem Lambang Kebahasaan sampai Prospek Bahasa Jawa.
Yogyakarta: Yayasan Kantil & Duta Wacana University Press.
Sugihastuti, M.S. 2014. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono, dkk. 2014. ‘Draf Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik’ dalam
Workshop Pengayaan Pembelajaran Berbasisi Saintifik, oleh Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal PT.
Suryabrata, S. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grafindo.
Widjono, Hs. 2012. Bahasa Indonesia: Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Kompas Gramedia.
Wiratno, T. 2009. Makna Metafungsional Teks Ilmiah dalam Bahasa Indonesia pada
Jurnal Ilmiah: Sebuah Analisis Sistemik Fungsional (Disertasi). Surakarta:
Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.
----------. 2012. Ciri-ciri keilmiahan teks ilmiah dalam bahasa Indonesia. Indonesian
Journal of Systemic Functional Linguistics, 1, 88-111.
----------. 2014. Struktur Teks dan Hubungan Genre pada Teks Ilmiah dalam Bahasa
Indonesia. Dipresentasikan pada Kongres Internasional Masyarakat
Linguistik Indonesia, Bandar Lampung, 19-22 Februari 2014.
Wiratno, T., Wibowo, A.H., & Sawardi, F.X. 2013. Model Penulisan Artikel Ilmiah dalam
Bahasa Indonesia (Laporan Penelitian). Surakarta: FSSR, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

119

Anda mungkin juga menyukai