A. LATAR BELAKANG
Setiap Negara memiliki cita-cita, karakteristik, ciri khas, dan budaya yang
berbeda antar satu negara dengan negara lainnya. Perbedaan inilah yang menjadi penyebab setiap
negara memiliki ideologi. Ideologi bagi suatu negara mencerminkan karakteristik dan ciri khas
negara itu sendiri, ideologi setiap negara dibangun berdasarkan adat istiadat, cita-cita dan budaya
bangsanya sendiri. Begitupun Indonesia, Pancasila merupakan ideologi nasional bagi bangsa dan
negara Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
tercantum dalam pembukaan UUD 1945, di Undangkan dalam berita Republik Indonesia tahun 11
No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Pancasila dijadikan sebagai ideologi
nasional diangkat dari budaya, karakteristik, cita-cita, adat istiadat yang melekat pada jati diri
seluruh bangsa Indonesia.
Terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa
Indonesia. Setiap warga negara Indonesia berkewajiban untuk menjunjung tinggi setiap nilai-nilai
yang terkandung dalam ideologi Pancasila. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pancasila sebagai ideologi nasional. Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia
maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran
seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namun Pancasila
diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai kebudayaan, serta nilai religius yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat. Indonesia sebelum membentuk Negara, dengan kata lain perkataaan
unsur-unsur yang merupakan materi Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri sehingga bangsa dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia
merupakan kausa materialis.
Menurut pandangan Dr. Alfian, kekuatan suatu ideologi tergantung pada tiga dimensi
yang terkandung didalam diri Pancasila, yaitu sebagai berikut :
a. Dimensi realitas
Bahwa nilai-nilai dasar di dalam suatu ideologi bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup
dalam masyarakat yang tertanam dan berakar di dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi
itu lahir. Dengan demikian mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar
itu adalah milik mereka bersama.
b. Dimensi Idealisme
Bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme, bukan angan-angan, yang
memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui perwujudan atau pengamalannya
dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari dengan berbagai dimensinya. Ideologi yang tangguh
biasanya muncul dari pertautan erat yang saling mengisi dan saling memperkuat antara dimensi
realitas dan dimensi idealisme yang terkandung di dalamnya.
c. Dimensi fleksibilitas (pengembangan)
Bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang
pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau
mengingkari hakikat (jati diri) yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Dimensi fleksibilitas
atau dimensi pengembangan sangat diperlukan oleh suatu ideologi guna memelihara dan
memperkuat relevansinya dari masa ke masa.
Arti “terbuka” dari Ideologi ditentukan oleh dua hal, pertama bersifat konseptual (struktur
ideologi) dan kedua bersifat dinamis (sikap para penganutnya)
1. Bersifat konseptual, yaitu struktur ideologi
Menurut Corbett, struktur ideologi tersusun oleh pandangan filsafat tentang alam semesta dan
manusia (ontologi),konsep masyarakat ideal yang dicita-citakan (epistermologi) dan metodologi
untuk mencapainya (metode berpikir). Ketiga unsur tersebut akan selalu terhubung dengan nilai
relasi hearistik (relasi inovatif), yaitu apabila pandangan filsafatnya mengenai alam semesta dan
manusia bersifat tertutup, maka cita-cita intrinsiknya dengan sendirinya bersifat tertutup, sehingga
akan tertutup pula metode berpikirnya. Demikian sebaliknya, apabila ajaran ontologisnya bersifat
terbuka, maka cita-cita intrinsik dan maupun metode berpikirnya berturut-turut bersifat terbuka
pula.
Struktur Ideologi ada kalanya bersifat tertutup yaitu apabila :
Di antara para penganut atau pendukung terjadi konflik antara kelompok ortodoksi yang dominan
dan kelompok progresif yang tertekan dalam menghadapi persoalan perlu tidaknya melakukan
penyesuaian ideologis dengan tuntutan kemajuan zaman.
Para pendukung ideologi, dalam hal ini menyelenggarakan pemerintahan negara tidak lagi bekerja
demi terwujudnya kebersamaan hidup ideal, melainkan telah berubah menjadi demi
mempertahankan kekuasaan pemerintahan yang diembannya. Bila hal ini terus dibiarkan, niscaya
akan timbul konflik internal dan selanjutnya dapat merebak menjadi konflik terbuka.
1. Ideologi Pancasila harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi zaman yang terus
menerus mengalami perubahan. Akan tetapi bukan berarti bahwa nilai dasar Pancasila dapat
diganti dengan nilai dasar lain atau meniadakan jati diri bangsa Indonesia
2. Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar Pancasila dapat
dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan
zaman secara kreatif dengan memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat
Indonesia sendiri.
3. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus mampu memberikan orientasi ke depan, mengharuskan
bangsa Indonesia untuk selalu menyadari bahwa kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya,
terutama menghadapi globalisasi dan keterbukaan.
4. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya
bangsa Indonesia dalam wadahdan ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Nilai instrumental
Merupakan nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar yang dijabarkan secara lebih kreatif dan
dinamis dalam bentuk UUD 1945, TAP MPR, dan Peraturan Perundang-Undangan lainnya.
c. Nilai praksis
Merupakan nilai-nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Nilai praksis yang abstrak
misalnya menghormati, kerja sama, kerukunan, dan sebagainya dan diwujudkan dalam bentuk
sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-hari. Dengan demikian, nilai-nilai tersebut tampak nyata
dan dapat kita rasakan bersama.
F. Batas keterbukaan ideologi Pancasila
Suatu ideologi, apapun namanya memiliki nilai-nilai dasar atau instrinsik dan nilai
instrumental. Nilai instrinsik adalah nilai yang dirinya sendiri merupakan tujuan (an end in it self).
Seperangkat nilai instrinsik (nilai dasar) yang terkandung di dalam setiap ideologi berdaya aktif.
Artinya ia memberi inspirasi sekaligus energi kepada para penganutnya untuk mencipta dan
berbuat. Dengan demikian, tiap nilai instrinsik niscaya bersifat khas dan tidak ada duanya.
Dalam ideologi Pancasila, nilai dasar atau nilai instrinsik yang dimaksud adalah nilai-nilai
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan sosial yang menjadi jati diri
bangsa Indonesia. Nilai-nilai ini oleh bangsa Indonesia dinyatakan sebagai hasil kesepakatan untuk
menjadi dasar negara, pandangan hidup, jati diri bangsa, dan ideologi negara yang tidak dapat
diubah oleh siapapun termasuk MPR hasil pemilu.
Sedangkan nilai instrumental atau diistilahkan “dambaan instrumental” adalah nilai yang
didambakan berkat efek aktual atau sesuatu yang dapat diperkirakan akan terwujud. Nilai
instrumental menurut Richard B. Brandt adalah nilai yang niscaya dibutuhkan untuk mewujudkan
nilai instrinsik berkat efek aktual yang dapat diperhitungkan hasilnya. Nilai instrumental adalah
penentu bentuk amalan dari nilai instrinsik untuk masa tertentu.
Sifat keterbukaan ideologi mengandung arti bahwa di satu sisi nilai instrumental itu bersifat
dinamis, yaitu dapat disesuaikan dengan tuntutan kemajuan zaman, bahkan dapat diganti dengan
nilai instrumental lain demi terpeliharanya relevansi ideologi dengan tingkat kemajuan
masyarakat. Namun di sisi lain, penyesuaian diri maupun penggantian tersebut tidak boleh
berakibat meniadakan nilai dasar atau instruksinya. Dengan kata lain, keterbukaan ideologi itu ada
batasnya.
Selain melakukan hal-hal diatas upaya positif yang harus dilakukan bangsa Indonesia
terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah memasyarakatkan Pancasila agar dimengerti,
dikembangkan secara ilmiah dan dilaksanakan dengan penuh kesungguhan.
Adapun cara-cara pemasyarakatan Pancasila dapat ditempu dengan 3 jalur yaitu :
1. Jalur Pendidikan
Pancasila dimasyarakatkan melalui beberapa tingkatan sekolah baik sekolah formal maupun
nonformal. Jalur pendidikan dibagi menjadi 3 macam :
a) Pendidikan Informal
Yaitu pendidikan yang berbasis pada keluarga sebagai pembentuk manusia Pancasila
seutuhnya. Misalnya : anak-anak sejak dini diberi pengertian tentang kebaikan dan
keburukan oleh ayah dan ibunya.
b) Pendidikan formal
Yaitu pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah berdasarkan Undang- Undang
dan kurikulum yang tertentu. Misal mulai dari TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/ SMK sampai
perguruan tinggi. Misalnya dengan memasukkan materi Pancasila pada lembaga kursus,
pelatihan, kelompok belajar, majlis ta’lim atau yang sejenisnya
2. Jalur Media Massa
Media massa seperti pers, radio, televisi, internet, ketoprak, ludruk, wayang dolanan atau mainan
anak-anak dapat dipakai sebagai sarana pemasyarakatan Pancasila.
Misalnya : Cerita ketoprak yang mengisahkan kejahatan penguasa yang akan berakhir dengan
tragis bagi pelakunya
3. Jalur Organisasi Sosial, Politik
Organisasi sosial (PKK, Karang Taruna) dan Organisasi Politik (Golkar, PDIP, PKB, PAN) dapat
pula dipakai untuk media pemasyarakatan Pencasila dengan cara penataran terhadap kader-kader
partainya. Misalnya : Menyeleggarakan kegiatan pembinaan kader, anggota partai politik melalui
seminar, diskusi, penataran, workshop.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia Edi
Sudrajat, di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar Pancasila dijadikan
sebagai ideologi terbuka. Pancasila harus terus menerus dimaknai, di wacanakan, dan dijadikan
bahan perdebatan publik dalam rangka mencari solusi atas masalah bangsa yang tidak kunjung
dapat diatasi setelah delapan tahun reformasi. “Tidak ada yang keliru dengan Pancasila. Yang
keliru adalah pemahaman tunggal atasnya untuk mempertahankan kekuasaan seperti terjadi pada
masa lalu.” Ujar Edi , Jenderal pernawirawan berbintang empat, dalam sambutan peringatan Hari
Ulang Tahun ke-7 PKPI di Jakarta.
“Saya prihatin, saat ini semua orang merasa malu berbicara tentang Pancasila. Berbicara tentang
Pancasila dianggap kuno, tidak reformis, dan tidak memiliki cita-cita Indonesia baru. Saya kembali
bertanya, Indonesia baru seperti apa yang dicita-citakan?’’ ujarnya. Ia menghargai adanya
kelompok-kelompok kepentingan tertentu yang ingin merobohkan Pancasila dan
menggantikannya dengan ideologi lain. Upaya sistematiskelompok kepentingan itu, menurut dia
tergambar jelas dalam amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Secara metodologis amandemen
itu tidak sahih dan muatan-muatan dalam perubahan pasal-pasalnya cenderung berfalsafah lain
dari jati diri bangsa Indonesia. “Perubahan pada batang tubuh dapat saja terus menerus merusak
ke Perubahan Pembukaan UUD 1945 di mana Pancasila terbenam di dalamnya” ujarnya.
Edi menyebut, kelompok kepentingan itu adalah liberalisme yang berkolaborasi dengan
kepentingan negara-negara maju. “Semangat kebebasan penting. Tapi manakala tanpa kendali
moral dan etika serta hukum tidak ditegakkan, kebebasan akan menjadi benturan kepentingan dan
pertarungan kelompok yang akan merusak tatanan berbangsa” katanya.
Indonesia Yang Dituju
Dalam sambutannya, Presiden menyatakan kebebasan diperlukan dalam kehidupan
demokratis, tetapi harus bergandengan dengan tatanan hukum. “Kita ingin demokrasi dan
kebebasan makin mekar, tetapi tatanan dan ketertiban kehidupan politik terjamin. Keduanya
adalah kebutuhan kembar kita agar pembangunan yang dirintis sejak Soekarno dapat terus
dilanjutkan. Letakkan kebebasan dalam konteks yang utuh agar kehidupan harmonis” ujarnya.
Presiden sepakat dengan Edi Sudrajat untuk menjadikan Pancasila yang merupakan jati diri
bangsa sebagai ideologi terbuka. “Bapak Edi Sudrajat dengan cerdas dan arif menanyakan kepada
kita semua, Indonesia yang kita tuju adalah sesuai dengan cita-cita kemerdekaan kita yang tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945” katanya. Indonesia di masa depan lanjut Presiden adalah Indonesia
yang maju dan modern dan tidak tercabut dari jati dirinya.
KESIMPULAN
Telah kita ketahui bahwa Pancasila adalah ideologi negara. Yaitu Pancasila adalah rumusan
dan gagasan para pendiri bangsa yang menjadi acuan dan batasan dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari agar sesuai dengan norma dan apa yang telah tercantum dalam Pancasila. Hal ini jelas
dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar setiap warga negara
yang baik bisa mena’ati peraturan dan Undang-Undang yang sudah ada sejak pertama kali bangsa
Indonesia lahir. Semua itu bertujuan agar terjadi kehidupan dan tatanan masyarakat bisa menjadi
baik, rakyat hidup rukun, sejahtera, dan makmur. Semua warga wajib menyadari bahwa lima Sila
dalam Pancasila bukan hanya menjadi pajangan di setiap gedung-gedung pemerintahan maupun
gedung pendidikan, namun isi dan makna Pancasila itu sendiri wajib diamalkan demi
kelangsungan hidup yang sejahtera di bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya.
Apalagi semenjak tahun 1985 gagasan Pancasila sebagai ideologi terbuka mulai berkembang.
Hal inilah yang sudah sepantasnya kita manfa’atkan dengan baik karena pada dasarnya Pancasila
sebagai ideologi terbuka artinya : Cita-cita rakyat tidak dapat dipaksakan dan rakyat mempunyai
hak untuk mengapresiasikan gagasan melalui berbagai media. Semisal : Melalui Dewan
Perwakilan rakyat, melalui kegiatan Demonstrasi, maupun dengan ikut dalam anggota partai agar
kita senantiasa tahu sudah seberapa jauh Negara ini mampu menjadi negara yang maju dan mampu
bersaing dengan bangsa yang lain. Selain itu Pancasila sebagai ideologi terbuka berasal dari hati
dan kerohanian seseorang. Meskipun dengan adanya Pancasila sebagai ideologi tebuka kita
mampu menyamapaikan apresiasi kita terhadap tatanan negara, bukan berarti gagasan Pancasila
dapat diubah. Hal ini membuktikan bahwa Pancasila mempunyai makna yang kokoh dan tetap
menghargai hak setiap warga negara. Dalam hal ini rakyat juga dituntut untuk mempunyai
tanggung jawab yang besar dan tugas negara bisa diemban secara bersama-sama, misalnya dalam
proses pembangunan nasional yaitu pelebaran sungai di daerah Jakarta yang kita tahu berteman
dekat dengan banjir. Pemerintah sebagai instansi penting negara akan
Mengeluarkan anggaran dan tenaga yang besar demi pelebaran sungai agar resiko banjir jika
hujan datang dapat terminimalisir. Dalam hal ini rakyat harus sadar dan patuh dengan apa yang
telah menjadi keputusan Pemerintah, yaitu misal dengan meninggalkan daerah di kawasan
sepanjang tepi sungai yang harus digusur demi membantu kelancaran pembangunan. Rakyat harus
berpikir cerdas dan mau meninggalkan tempat disekitar sungai yang tak layak huni dan dipindah
ke rusun-rusun yang bisa di jumpai di kota kota besar yang ada di Indonesia.
SARAN
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dalam banyak bidang, sudah
seharusnya bangsa Indonesia juga turut serta dalam kemajuan zaman. Dalam hal ini tentunya
perkembangan dan kemajuan zaman itu harus benar-benar disaring agar sesuai dengan ideologi
bangsa agar dapat bermanfa’at bagi kehidupan bermasyarakat. Berikut beberapa saran untuk warga
negara Indonesia terkait dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah :
1. Rakyat harus mena’ati semua peraturan yang telah dibuat oleh Pemerintah dan ditetapkan dalam
Undang-Undang demi ketertiban kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
2. Karena pada dasarnya Indonesia adalah satu kesatuan, maka segala tugas dan tatanan kehidupan
bernegara pun harus dijalankan oleh Pemerintah dan Rakyat. Keduanya harus saling melengkapi
dan saling bahu membahu demi terwujudnya Indonesia yang benar-benar merdeka.
3. Rakyat harus berperan aktif dan ikut serta dalam pengawasan pengelolaan kerja Pemerintah. Hal
ini sangat penting terlebih sudah dicantumkan bahwa Pancasila sebagai ideologi terbuka yaitu
menghargai setiap hak warga negara dalam berpendapat dan mengapresiasikan sesuatu.
4. Dewasa ini, telah menjadi rahasia umum bahwa pelaksanaan demonstrasi di Indonesia amatlah
kacau. Dalam hal ini rakyat harus sadar dan wajib tau bagaimana berdemonstrasi yang baik,
Demonstrasi yang baik bukan berdasarkan keinginan perorangan/kelompok yang ambisius dan
harus terpenuhi. Namun berdemonstrasi yang baik harus dengan menyampaikan segala pendapat
dengan baik, dan apabila hal itu tidak dapat dipenuhi oleh lembaga Pemerintah, ada baiknya kita
berlapang dada karena kita tau berapa juta penduduk Indonesia. Bisa dibayangkan bukan jika
semua rakyat menyampaikan pendapatnya dan menuntut untuk dipenuhi?
5. Negara Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan Sumber Daya Alam. Hal ini harus
diseimbangi dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik pula, dengan keselarasan
tersebut sudah pasti Indonesia mampu menjadi negara yang maju dan rakyat mampu
menghasilkan produk kualitas ekspor dan bisa menambah devisa negara. Hal ini dapat diwujudkan
dengan menjadi seorang pelajar yang rajin agar bisa menjadi pandai, mengikuti organisasi di
sekolah, sering mengikuti penataran, dan aktif dalam lembaga atau organisasi masyarakat.