Anda di halaman 1dari 18

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

A. LATAR BELAKANG
Setiap Negara memiliki cita-cita, karakteristik, ciri khas, dan budaya yang
berbeda antar satu negara dengan negara lainnya. Perbedaan inilah yang menjadi penyebab setiap
negara memiliki ideologi. Ideologi bagi suatu negara mencerminkan karakteristik dan ciri khas
negara itu sendiri, ideologi setiap negara dibangun berdasarkan adat istiadat, cita-cita dan budaya
bangsanya sendiri. Begitupun Indonesia, Pancasila merupakan ideologi nasional bagi bangsa dan
negara Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
tercantum dalam pembukaan UUD 1945, di Undangkan dalam berita Republik Indonesia tahun 11
No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Pancasila dijadikan sebagai ideologi
nasional diangkat dari budaya, karakteristik, cita-cita, adat istiadat yang melekat pada jati diri
seluruh bangsa Indonesia.
Terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa
Indonesia. Setiap warga negara Indonesia berkewajiban untuk menjunjung tinggi setiap nilai-nilai
yang terkandung dalam ideologi Pancasila. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pancasila sebagai ideologi nasional. Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia
maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran
seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namun Pancasila
diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai kebudayaan, serta nilai religius yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat. Indonesia sebelum membentuk Negara, dengan kata lain perkataaan
unsur-unsur yang merupakan materi Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri sehingga bangsa dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia
merupakan kausa materialis.

B. PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA


Istilah ideologi berasal dari kata “idea” yang artinya gagasan, konsep,
pengetahuan dasar, cita-cita dan “logos” yang berarti ilmu. Dengan demikian, ideologi berarti ilmu
pengetahuan yang membahas ide-ide atau ajaran . Secara umum ideologi dapat dikatakan sebagai
kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, atau keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis
dan mengatur tata kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial, politik bahkan
keagamaan. Jadi ideologi terbuka yaitu : suatu pemikiran yang terbuka tentang ilmu yang
membahas ide atau gagasan.
Pancasila sebagai ideologi terbuka, berarti bangsa Indonesia diharuskan mempertajam
kesadaran akan nilai nilai dasarnya yang bersifat abadi, di lain pihak didorong untuk
mengembangkan secara kreatif dan dinamis untuk menjawab kebutuhan jaman, Jadi Pancasila
sebagai ideologi terbuka adalah bahwa nilai dasarnya tetap namun penjabarannya dapat
dikembangkan secara kreatif dan dinamis sesuai dengan kebutuhan dinamika perkembangan
masyarakat Indonesia sendiri. Selain itu pengertian Pancasila sebagai Ideologi terbuka yang lain
adalah : ideologi yang dimutlakkan dimana nilainya tidak di paksakan dari luar, bukan pemberian
negara tetapi merupakan realita masyarakat itu.
Menurut Abdulkadir Besar dalam tulisannya tentang “Pancasila Ideologi Terbuka” antara
lain menyebutkan bahwa pada umumnya khalayak memahami arti “terbuka” dari pernyataan
“ideologi terbuka” sebagai sifat keterbukaan ideologi itu sendiri. Oleh sebab itu, pernyataan
“Pancasila sebagai ideologi terbuka” banyak dipahami secara harfiah, yaitu berbagai konsep dari
ideologi lain, terutama dari ideologi liberalisme, seperti hak asasi manusia, pasar bebas, mayoritas
tunggal, dualisme pemerintahan, konsekuensi logis sistem oposisi liberal, Tanpa penalaran yang
sistematis, nilai-nilai itu dianggap dan diberlakukan sebagai konsep yang inheren dalam ideologi
Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi terbuka : ideologi yang mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan jaman tanpa pengubahan nilai dasarnya. Indonesia menganut ideologi terbuka
Indonesia menggunakan sistem pemerintahan demokrasi yang di dalamnya membebaskan setiap
masyarakat untuk berpendapat dan melaksanakan sesuatu sesuai keinginannya masing-masing.
Ada pula pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuak yang lain yaitu : ideologi yang
mencerminkan seperangkat nilai terpadu dalam kehidupan politik di Indonesia yaitu sebagai tata
nilai yang dipergunakan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan di tata secara
sistematis menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat menjadi acuan dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari.
Pancasila memiliki syarat sebagai ideologi terbuka sebab :
1. Memiliki nilai dasar yang bersumber pada masyarakat atau realita bangsa. Yaitu Indonesia seperti
Ketuhanan , Kemanusiaan, Persatuan, dan Kerakyatan dan Keadilan. Atau nilai-nilainya tidak
dipaksakan dari luar atau bukan pemberian negara.
2. Memiliki nilai instrumental untuk melaksanakan nilai dasar seperti UUD 45. UU Peraturan-
peraturan, Ketetapan MPR, DPR dan lain-lain.
3. Memiliki nilai yang praksis yang merupakan penjabaran nilai instrumental. Praksis terkandung
dalam kenyataan sehari-hari yaitu bagaimana cara kita melaksanakan nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari hari seperti toleransi, gotong royong, musyawarah dan lain-lain.

Faktor yang mendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideologi Pancasila :


1. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang berkembang
secara cepat.
2. Kenyataan menunjukkan bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan beku dikarenakan
cenderung meredupkan perkembangan dirinya.
3. Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau.
4. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar pancasila yang bersifat abadi dan
hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional.
Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk pola pikir
yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern

Moerdiono menyebutkan beberapa fakta yang mendorong pemikiran Pancasila


sebagai ideologi terbuka yaitu :
Dalam proses pembangunan nasional berencana dinamika masyarakatkita berkembang
amat cepat. Dengan demikian tidak semua persoalan kehidupan dapat ditemukan jawabannya
secara ideologis dalam pemikiran ideologi-ideologi sebelumnya yaiutu kenyataan bangkrutnya
ideologi tertutup seperti maxismelenisme/komunisme. Dewasa ini kubu komunisme dihadapkan
pada pilihan yang amat berat, menjadi suatu ideologi terbuka atau tetap mempertahankan ideologi
lainnya. Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme sangat penting.
Karena pengaruh ideolohi komunisme yang pada dasarnya bersifat tertutup. Pancasila pernah
merosot menjadi semacam dogma yang kaku. Pancasila tidak lagi tampilsebagi acuan bersama,
tetapi sebagai senjata konseptual untuk menyerang lawan-lawan politik. Kebijaksanaan
pemerintah disaat itu menjadi absolute. Konsekuensinya perbedaan-perbedaan menjadi alasan
untuk secara langsung dicap sebagai anti Pancasila. Faktor lain yaitu adanya tekad bangsa
Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai alternative ideologi dunia.

Dua nilai penting terkait Pancasila yaitu :


A. Nilai dasar Pancasila yang Abadi
Nilai dasar yang abadi itu terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945 yang terkandung di
empat alineanya.
Alinea pertama memuat keyakinan pada kemerdekaan hak segala bangsa karena adanya
perikemanusiaan dan keadilan maka penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi merupakan
konsekuensi logis dari keyakinan itu.
Alinea kedua memuat cita-cita nasional sekaligus cita-cita kemerdekaan indonesia, yaitu
negara merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Inilah nilai yang merupakan tolok ukur
terakhir apakah negara ini sudah sesuai dengan yang diharapkan sebelumnya.
Alinea ketiga memuat watak aktif bangsa Indonesia yang menyatakan kemerdekaan untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas tetapi religius dengan kesadaran rahmat Allah Yang
Maha Kuasa serta didorong oleh keinginan luhur. Bangsa Indonesia bukan bangsa yang pasrah
kepada nasib, tetapi aktif dan percaya kepada dirinya serta harus berbuat untuk mengubah nasib.
Jadi nasionalisme Indonesia bukan nasionalisme yang sekuler yang hanya tahu kepada yang nyata
dan terlihat, tetapi nasionalisme yang sarat akan religi dan kemanusiaan.
Alinea keempat memberi arahan mengenai tujuan negara, susunan negara, sistem
pemerintahan, dan sah seperti termuat dalam Inpres No. 12 Tahun 1968
Itulah nilai-nilai dasar yang tidak berubah dan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Prof. Notonegoro, S.H., mengatakan bahwa mengubah
nilai-nilai dasar yang ada dalam Pembukaan UUD 1945 berarti mengubah negara. Oleh karena
itulah, MPR Tahun 1999 sepakat untuk mengamandemen UUD 1945 tetapi tidak termasuk
Pembukaannya.
B. Nilai Instrumetal yang Berkembang Secara Dinamis
Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu
memerlukan penjabaran secara kreatif dan dinamis sebagai arahan untuk kehidupan nyata.
Penjabaran lebih lanjut itu dinamakan nilai instrumental yang tetap mengacu kepada nilai-nilai
dasar yang dijabarkan, oleh karenanya tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang
dijabarkannya. Pancasila merupakan dasar negara yang pelaksanaannya dijabarkan dalam UUD
1945, ketetapan MPR, undang-undang, dan sebagainya. Nilai Instrumental semacam tafsir positif
terhadap nilai dasar yang umum.
Kehidupan berpancasila memag memerlukan kehidupan yang penuh musyawarah dan
mufakat. Dalam hal ini nilai-nilai kesabaran, keterbukaan, kearifan, dan ketekunan dituntut pada
setiap bentuk negara yang hendak menegakkan demokrasi. Nilai-nilai yang sudah disepakati oleh
masyarakat perlu dibakukan dan dimasyarakatkan, serta dibudayakan. Nilai yang belum mendapat
kesepakatan masyarakat perlu dikaji ulang dan dimintakan kesepakatan setelah disempurnakan
oleh masyarakat itu sendiri sehingga lebih sempurna.

Menurut pandangan Dr. Alfian, kekuatan suatu ideologi tergantung pada tiga dimensi
yang terkandung didalam diri Pancasila, yaitu sebagai berikut :
a. Dimensi realitas
Bahwa nilai-nilai dasar di dalam suatu ideologi bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup
dalam masyarakat yang tertanam dan berakar di dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi
itu lahir. Dengan demikian mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar
itu adalah milik mereka bersama.
b. Dimensi Idealisme
Bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme, bukan angan-angan, yang
memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui perwujudan atau pengamalannya
dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari dengan berbagai dimensinya. Ideologi yang tangguh
biasanya muncul dari pertautan erat yang saling mengisi dan saling memperkuat antara dimensi
realitas dan dimensi idealisme yang terkandung di dalamnya.
c. Dimensi fleksibilitas (pengembangan)
Bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang
pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau
mengingkari hakikat (jati diri) yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Dimensi fleksibilitas
atau dimensi pengembangan sangat diperlukan oleh suatu ideologi guna memelihara dan
memperkuat relevansinya dari masa ke masa.

Arti “TERBUKA” dari IDEOLOGI

Arti “terbuka” dari Ideologi ditentukan oleh dua hal, pertama bersifat konseptual (struktur
ideologi) dan kedua bersifat dinamis (sikap para penganutnya)
1. Bersifat konseptual, yaitu struktur ideologi
Menurut Corbett, struktur ideologi tersusun oleh pandangan filsafat tentang alam semesta dan
manusia (ontologi),konsep masyarakat ideal yang dicita-citakan (epistermologi) dan metodologi
untuk mencapainya (metode berpikir). Ketiga unsur tersebut akan selalu terhubung dengan nilai
relasi hearistik (relasi inovatif), yaitu apabila pandangan filsafatnya mengenai alam semesta dan
manusia bersifat tertutup, maka cita-cita intrinsiknya dengan sendirinya bersifat tertutup, sehingga
akan tertutup pula metode berpikirnya. Demikian sebaliknya, apabila ajaran ontologisnya bersifat
terbuka, maka cita-cita intrinsik dan maupun metode berpikirnya berturut-turut bersifat terbuka
pula.
Struktur Ideologi ada kalanya bersifat tertutup yaitu apabila :
 Di antara para penganut atau pendukung terjadi konflik antara kelompok ortodoksi yang dominan
dan kelompok progresif yang tertekan dalam menghadapi persoalan perlu tidaknya melakukan
penyesuaian ideologis dengan tuntutan kemajuan zaman.
 Para pendukung ideologi, dalam hal ini menyelenggarakan pemerintahan negara tidak lagi bekerja
demi terwujudnya kebersamaan hidup ideal, melainkan telah berubah menjadi demi
mempertahankan kekuasaan pemerintahan yang diembannya. Bila hal ini terus dibiarkan, niscaya
akan timbul konflik internal dan selanjutnya dapat merebak menjadi konflik terbuka.

2. Bersifat Dinamis, yaitu sikap para penganutnya


Bahwa ideologi yang bersifat abstrak, nisvaya membutuhkan subjek pengamal/pelaksana,
yaitu sejumlah penganut atau pendukung yang mengidentifikasi hidupnya dengan ideologi yang
dianutnya, menerima kebenarannya, berjuang, dan bekerja dengan setia untuknya. Pencapaian
kebersamaan hidup ideal membutuhkan perjuangan panjang dari generasi ke generasi dalam sistem
sosial yang niscaya bersifat terbuka sejalan dengan perubahan zaman.
Salah satu sifat bawaan ideologi adalah terbuka, artinya demi terwujudnya cita-cita
intrinsiknya ideologi itu harus senantiasa berkemampuan menanggapi tuntutan kemajuan zaman.
Sifat ideologi yang terbuka dan berdaya aktif tersebut menunjukkan bahwa pada kenyataannya
yang aktif melaksanakan perwujudan cita-cita instrinsik dari ideologi dan yang secara konkrit
mewujudkan sifat terbuka sesungguhnya adalah para pendukungnya.

C. Gagasan Pancasila sebagai ideologi terbuka


Gagasan pertama yang mengenai Pancasila sebagai ideologi terbuka secara formal
ditampilkan sekitar tahun 1985, walaupun semangatnya sendiri sesungguhnya dapat ditelusuri dari
pembahasan para pendiri negara pada tahun 1945. Memahami Pancasila sebagai ideologi terbuka
didorong oleh tantangan zaman. Sejarah menunjukkan bahwa betapapun kokohnya suatu ideologi
bila tidak memiliki dimensi fleksibilitas atau keterbukaan, akan mengalami kehancuran dalam
menanggapi tantangan zaman (contoh : runtunya komunisme di Uni Soviet)
Pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka tersirat dalam penjelasan UUD 1945 di mana
disebutkan “Maka telah cukup jika Undang-Undang Dasar hanya memuat garis-garis besar sebagai
instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan
kehidupan negara dan kesejahteraan sosial terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik
hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedang aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya
membuat, mengubah, dan mencabut”.
Dari kutipan diatas kita dapat memahami bahwa UUD 1945 pada hakikatnya mengandung unsur
keterbukaan, karena dasar UUD 1945 adalah Pancasila, maka Pancasila yang merupakan ideologi
nasional bagi bangsa Indonesia bersifat terbuka pula.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan gagasan Pancasila sebagai
ideologi terbuka yaitu :

1. Ideologi Pancasila harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi zaman yang terus
menerus mengalami perubahan. Akan tetapi bukan berarti bahwa nilai dasar Pancasila dapat
diganti dengan nilai dasar lain atau meniadakan jati diri bangsa Indonesia
2. Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar Pancasila dapat
dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan
zaman secara kreatif dengan memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat
Indonesia sendiri.
3. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus mampu memberikan orientasi ke depan, mengharuskan
bangsa Indonesia untuk selalu menyadari bahwa kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya,
terutama menghadapi globalisasi dan keterbukaan.
4. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya
bangsa Indonesia dalam wadahdan ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. Ciri ciri dan Pancasila sebagai ideologi terbuka:


1. Merupakan kekayaan rohani, budaya dan masyarakat.
2. Nilainya tidak diciptakan dan dipaksakan oleh negara tetapi digali dari moral dan budaya
masyarakat itu.
3. Isinya tidak instan atau operasional sehingga tiap generasi boleh menafsirkan nya menurut
zamannya.
4. Tidak pernah memperkosa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat melainkan menginspirasi
masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai dengan falsafah itu.
5. Menghargai keanekaragaman atau pluralitas sehingga dapat diterima oleh berbagi latar belakang
agama atau budaya.
6. Bukan berdasarkan keyakinan ideologi sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dari
konsensus masyarakat tersebut.
7. Nilai-nilai itu bersifat dasar dan hanya secara garis besar sehingga tidak langsung operasional.
8. Opersaional cita-cita yang akan dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus
disepakati secara demokratis
9. Ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter, dan tidak dipakai melegitimasi kekuasaan
sekelompok orang

E. Perwujudan Pancasila sebagai ideologi terbuka


Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa menyelesaikan bebragai persoalan yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia. Namun demikian, faktor manusia baik penguasa maupun rakyat,
sangat menentukan dalam mengukur kemampuan sebuah ideologi dalam menyelesaikan berbagai
masalah. Implementasi ideologi pancasila bersifat fleksibel dan interaktif (bukan doktriner). Hal
ini karena ditunjang oleh ekstitensi ideologi Pancasila yang memang semenjak digulirkan oleh
para founding fathers (pendiri negara) telah melalui pemikiran-pemikiran yang mendalam sebagai
kristalisasi yang digali dari nilai-nilai sosial budaya bangsa Indonesia sendiri. Ideologi Pancasila
bersifat fleksibel karena mengandung nilai-nilai sebagai berikut :
a. Nilai dasar
Merupakan nilai-nilai dasar yang relatif tetap (tidak berubah) yang terdapat di dalam Pembukaan
UUD 1945. Nilai-nilai dasar Pancasila (Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan
Keadilan Sosial) akan dijabarkan lebih lanjut menjadi nilai instrumental dan nilai praksis yang
lebih bersifat fleksibel, dalam bentuk norma-norma yang berlaku di dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Nilai instrumental
Merupakan nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar yang dijabarkan secara lebih kreatif dan
dinamis dalam bentuk UUD 1945, TAP MPR, dan Peraturan Perundang-Undangan lainnya.

c. Nilai praksis
Merupakan nilai-nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Nilai praksis yang abstrak
misalnya menghormati, kerja sama, kerukunan, dan sebagainya dan diwujudkan dalam bentuk
sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-hari. Dengan demikian, nilai-nilai tersebut tampak nyata
dan dapat kita rasakan bersama.
F. Batas keterbukaan ideologi Pancasila
Suatu ideologi, apapun namanya memiliki nilai-nilai dasar atau instrinsik dan nilai
instrumental. Nilai instrinsik adalah nilai yang dirinya sendiri merupakan tujuan (an end in it self).
Seperangkat nilai instrinsik (nilai dasar) yang terkandung di dalam setiap ideologi berdaya aktif.
Artinya ia memberi inspirasi sekaligus energi kepada para penganutnya untuk mencipta dan
berbuat. Dengan demikian, tiap nilai instrinsik niscaya bersifat khas dan tidak ada duanya.
Dalam ideologi Pancasila, nilai dasar atau nilai instrinsik yang dimaksud adalah nilai-nilai
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan sosial yang menjadi jati diri
bangsa Indonesia. Nilai-nilai ini oleh bangsa Indonesia dinyatakan sebagai hasil kesepakatan untuk
menjadi dasar negara, pandangan hidup, jati diri bangsa, dan ideologi negara yang tidak dapat
diubah oleh siapapun termasuk MPR hasil pemilu.
Sedangkan nilai instrumental atau diistilahkan “dambaan instrumental” adalah nilai yang
didambakan berkat efek aktual atau sesuatu yang dapat diperkirakan akan terwujud. Nilai
instrumental menurut Richard B. Brandt adalah nilai yang niscaya dibutuhkan untuk mewujudkan
nilai instrinsik berkat efek aktual yang dapat diperhitungkan hasilnya. Nilai instrumental adalah
penentu bentuk amalan dari nilai instrinsik untuk masa tertentu.
Sifat keterbukaan ideologi mengandung arti bahwa di satu sisi nilai instrumental itu bersifat
dinamis, yaitu dapat disesuaikan dengan tuntutan kemajuan zaman, bahkan dapat diganti dengan
nilai instrumental lain demi terpeliharanya relevansi ideologi dengan tingkat kemajuan
masyarakat. Namun di sisi lain, penyesuaian diri maupun penggantian tersebut tidak boleh
berakibat meniadakan nilai dasar atau instruksinya. Dengan kata lain, keterbukaan ideologi itu ada
batasnya.

 Batas jenis pertama


Bahwa yang boleh disesuaikan dan diganti hanya nilai instrumental sedangkan nilai dasar atau
nilai intrinsiknya mutlak dilarang. Nilai instrumental dalam ideologi Pancasila adalah nilai-nilai
lebih lanjut dari nilai-nilai dasar atau intrinsik yang dijabarkan secara lebih kreatif dan dinamis
dalam bentuk UUD 1945, TAP MPR, dan Peraturan Perundang Undangan lainnya. Supaya nilai-
nilai instrumental yang lebih kreatif dan dinamis itu dapat dengan mudah dapat diimplementasikan
oleh masyarakat, maka nilai-nilai instrumental itu dituangkan dalam bentuk nilai praksis.
Nilai praksis merupakan nilai-nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata
sehari-hari (living reality) baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
Nilai praksis yang bersifat abstrak seperti menghormati, kerja sama, kerukunan, gotong royong,
toleransi, dan sebagainya diwujudkan dalam bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-hari
 Batas jenis kedua, yaitu terdiri dari dua buah norma :
1. Penyesuaian nilai instrumental pada tuntutan kemajuan zaman harus dijaga agar daya kerja nilai
instrumental yang disesuaikan itu tetap memadai untuk mewujudkan nilai instrinsik yang
bersangkutan. Sebab, jika nilai instrumental penyesuaian tersebut berdaya kerja lain, maka nilai
intrinsik yang bersangkutan tak akan pernah terwujud
2. Nilai instrumental pengganti tidak boleh bertentangan dengan linea recta nilai instrumental yang
diganti. Sebab bila bertentangan, itu berarti bertentangan pula dengan nilai intrinsiknya yang
berdaya meniadakan nilai intrinsik yang bersangkutan.

G. Dampak Penerimaan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Sebagai Ideologi terbuka, Pancasila tidak akan melemah bahkan sebaliknya. Pancasila
akan bertambah kuat karena memperoleh kesegaran-kesegaran baru sesuai dinamika kehidupan.
Lain dengan ideologi tertutup , dalam arti ideologi yang tidak lagi bereaksi dengan dinamika
lingkungan sekitarnya, dalam waktu yang singkat akan kehilangan relevansinya. Teknologi
tertutup akan mengalami pembusukan dari dalam.
Di awal dicanangkan gagasan tentang ideologi terbuka ada kekhawatiran dalam
masyarakat, apakah semua ideologi dapat diterima dalam memahami dan menjabarkan nilai-nilai
Pancasila. Secara teori, sesungguhnya tidak mungkin semua ideologi dan tafsiran dapat diterima
dalam memahami dan menjabarkan Pancasila.
Ciri khas ideologi terbuka adalah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat itu
sendiri. Bukan keyakinan ideologi sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dan
masyarakat dalam menemukan diri dan kepribadiannya di dalam ideologi tersebut.
Ideologi terbuka isinya tidak operasional dan akan menjadi operasional jika sudah
dijabarkan ke dalam perangkat yang berupa konstitusi atau peraturan perundangan lainnya. Oleh
karena itu, ideologi terbuka yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia senantiasa terbuka untuk
proses reformasi dalam bidang kenegaraan, karena ideologi terbuka berasal dari masyarakat yang
sifatnya dinamis. Konsekuensi penerimaan Pancasila sebagai ideologi terbuka tentunya akan
membuat Pancasila selalu mengikuti perkembangan zaman, dan berarti dinamis serta tidak akan
ketinggalan zaman. Namun dalam mempertahankan serta memasyarakatkannya diperlukan kerja
keras seluruh warga negara Indonesia dan aparatur negara yang kompak dan bersatu padu.

H. Sikap Positif Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Sebagai warga negara yang baik kita harus mampu mengembangkan sikap positif terhadap
Pancasila yang dapat diwujudkan dengan :
a. Menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam membina kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
b. Menjadikan Pancasila sebagai tolok ukur nilai dan norma yang berkembang di Indonesia pada
masa dahulu, kini, dan sekarang.
c. Berusaha melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen dalam segalaaspek kehidupan.
d. Menjadikan Pancasila sebagai acuan dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia
e. Mengamankan Pancasila dari pengaruh dan ancaman ideologi lain yang muncul dari dalam atau
luar negeri.
f. Menghargai hasil karya orang lain
g. Merasa bangga sebagai bangsa Indonesia yang berideologi Pancasila
h. Sadar dan ikhlas membayar pajak untuk kepentingan bersama
i. Selalu melaksanakan perintah Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan perintah agama yang
duyakininya
j. Mencintai tanah air dan bangsa Indonesia seutuhnya
k. Tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan suku, agama, warna kulit, tingkat ekonomi,
maupun tingkat pendidikan
l. Menyadari bahwa kita diciptakan sama oleh Tuhan, Membela kebenaran dan keadilan juga
menyadari bahwa kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama tanpa melakukan diskriminatif
m. Ikut serta dalam ketertiban dunia, menjunjung tinggi persatuan bangsa, mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan
n. Selalu mengedepankan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam menyelesaikan masalah dan
tidak memaksakan kehendak pada orang lain.
o. Menghormati hasil musyawarah dan ikut serta dalam pemilihan umum
p. Berusaha menolong orang lain, tidak mengintimidasi orang dengan hak milik kita, menjunjung
nilai kekeluargaan dan kewajiban orang lain.

Selain melakukan hal-hal diatas upaya positif yang harus dilakukan bangsa Indonesia
terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah memasyarakatkan Pancasila agar dimengerti,
dikembangkan secara ilmiah dan dilaksanakan dengan penuh kesungguhan.
Adapun cara-cara pemasyarakatan Pancasila dapat ditempu dengan 3 jalur yaitu :
1. Jalur Pendidikan
Pancasila dimasyarakatkan melalui beberapa tingkatan sekolah baik sekolah formal maupun
nonformal. Jalur pendidikan dibagi menjadi 3 macam :
a) Pendidikan Informal
Yaitu pendidikan yang berbasis pada keluarga sebagai pembentuk manusia Pancasila
seutuhnya. Misalnya : anak-anak sejak dini diberi pengertian tentang kebaikan dan
keburukan oleh ayah dan ibunya.
b) Pendidikan formal
Yaitu pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah berdasarkan Undang- Undang
dan kurikulum yang tertentu. Misal mulai dari TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/ SMK sampai
perguruan tinggi. Misalnya dengan memasukkan materi Pancasila pada lembaga kursus,
pelatihan, kelompok belajar, majlis ta’lim atau yang sejenisnya
2. Jalur Media Massa
Media massa seperti pers, radio, televisi, internet, ketoprak, ludruk, wayang dolanan atau mainan
anak-anak dapat dipakai sebagai sarana pemasyarakatan Pancasila.
Misalnya : Cerita ketoprak yang mengisahkan kejahatan penguasa yang akan berakhir dengan
tragis bagi pelakunya
3. Jalur Organisasi Sosial, Politik

Organisasi sosial (PKK, Karang Taruna) dan Organisasi Politik (Golkar, PDIP, PKB, PAN) dapat
pula dipakai untuk media pemasyarakatan Pencasila dengan cara penataran terhadap kader-kader
partainya. Misalnya : Menyeleggarakan kegiatan pembinaan kader, anggota partai politik melalui
seminar, diskusi, penataran, workshop.

I. Info Kewarganegaraan terkait Pancasila sebagai ideologi terbuka

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia Edi
Sudrajat, di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar Pancasila dijadikan
sebagai ideologi terbuka. Pancasila harus terus menerus dimaknai, di wacanakan, dan dijadikan
bahan perdebatan publik dalam rangka mencari solusi atas masalah bangsa yang tidak kunjung
dapat diatasi setelah delapan tahun reformasi. “Tidak ada yang keliru dengan Pancasila. Yang
keliru adalah pemahaman tunggal atasnya untuk mempertahankan kekuasaan seperti terjadi pada
masa lalu.” Ujar Edi , Jenderal pernawirawan berbintang empat, dalam sambutan peringatan Hari
Ulang Tahun ke-7 PKPI di Jakarta.
“Saya prihatin, saat ini semua orang merasa malu berbicara tentang Pancasila. Berbicara tentang
Pancasila dianggap kuno, tidak reformis, dan tidak memiliki cita-cita Indonesia baru. Saya kembali
bertanya, Indonesia baru seperti apa yang dicita-citakan?’’ ujarnya. Ia menghargai adanya
kelompok-kelompok kepentingan tertentu yang ingin merobohkan Pancasila dan
menggantikannya dengan ideologi lain. Upaya sistematiskelompok kepentingan itu, menurut dia
tergambar jelas dalam amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Secara metodologis amandemen
itu tidak sahih dan muatan-muatan dalam perubahan pasal-pasalnya cenderung berfalsafah lain
dari jati diri bangsa Indonesia. “Perubahan pada batang tubuh dapat saja terus menerus merusak
ke Perubahan Pembukaan UUD 1945 di mana Pancasila terbenam di dalamnya” ujarnya.
Edi menyebut, kelompok kepentingan itu adalah liberalisme yang berkolaborasi dengan
kepentingan negara-negara maju. “Semangat kebebasan penting. Tapi manakala tanpa kendali
moral dan etika serta hukum tidak ditegakkan, kebebasan akan menjadi benturan kepentingan dan
pertarungan kelompok yang akan merusak tatanan berbangsa” katanya.
Indonesia Yang Dituju
Dalam sambutannya, Presiden menyatakan kebebasan diperlukan dalam kehidupan
demokratis, tetapi harus bergandengan dengan tatanan hukum. “Kita ingin demokrasi dan
kebebasan makin mekar, tetapi tatanan dan ketertiban kehidupan politik terjamin. Keduanya
adalah kebutuhan kembar kita agar pembangunan yang dirintis sejak Soekarno dapat terus
dilanjutkan. Letakkan kebebasan dalam konteks yang utuh agar kehidupan harmonis” ujarnya.
Presiden sepakat dengan Edi Sudrajat untuk menjadikan Pancasila yang merupakan jati diri
bangsa sebagai ideologi terbuka. “Bapak Edi Sudrajat dengan cerdas dan arif menanyakan kepada
kita semua, Indonesia yang kita tuju adalah sesuai dengan cita-cita kemerdekaan kita yang tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945” katanya. Indonesia di masa depan lanjut Presiden adalah Indonesia
yang maju dan modern dan tidak tercabut dari jati dirinya.

KESIMPULAN DAN SARAN

 KESIMPULAN
Telah kita ketahui bahwa Pancasila adalah ideologi negara. Yaitu Pancasila adalah rumusan
dan gagasan para pendiri bangsa yang menjadi acuan dan batasan dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari agar sesuai dengan norma dan apa yang telah tercantum dalam Pancasila. Hal ini jelas
dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar setiap warga negara
yang baik bisa mena’ati peraturan dan Undang-Undang yang sudah ada sejak pertama kali bangsa
Indonesia lahir. Semua itu bertujuan agar terjadi kehidupan dan tatanan masyarakat bisa menjadi
baik, rakyat hidup rukun, sejahtera, dan makmur. Semua warga wajib menyadari bahwa lima Sila
dalam Pancasila bukan hanya menjadi pajangan di setiap gedung-gedung pemerintahan maupun
gedung pendidikan, namun isi dan makna Pancasila itu sendiri wajib diamalkan demi
kelangsungan hidup yang sejahtera di bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya.
Apalagi semenjak tahun 1985 gagasan Pancasila sebagai ideologi terbuka mulai berkembang.
Hal inilah yang sudah sepantasnya kita manfa’atkan dengan baik karena pada dasarnya Pancasila
sebagai ideologi terbuka artinya : Cita-cita rakyat tidak dapat dipaksakan dan rakyat mempunyai
hak untuk mengapresiasikan gagasan melalui berbagai media. Semisal : Melalui Dewan
Perwakilan rakyat, melalui kegiatan Demonstrasi, maupun dengan ikut dalam anggota partai agar
kita senantiasa tahu sudah seberapa jauh Negara ini mampu menjadi negara yang maju dan mampu
bersaing dengan bangsa yang lain. Selain itu Pancasila sebagai ideologi terbuka berasal dari hati
dan kerohanian seseorang. Meskipun dengan adanya Pancasila sebagai ideologi tebuka kita
mampu menyamapaikan apresiasi kita terhadap tatanan negara, bukan berarti gagasan Pancasila
dapat diubah. Hal ini membuktikan bahwa Pancasila mempunyai makna yang kokoh dan tetap
menghargai hak setiap warga negara. Dalam hal ini rakyat juga dituntut untuk mempunyai
tanggung jawab yang besar dan tugas negara bisa diemban secara bersama-sama, misalnya dalam
proses pembangunan nasional yaitu pelebaran sungai di daerah Jakarta yang kita tahu berteman
dekat dengan banjir. Pemerintah sebagai instansi penting negara akan
Mengeluarkan anggaran dan tenaga yang besar demi pelebaran sungai agar resiko banjir jika
hujan datang dapat terminimalisir. Dalam hal ini rakyat harus sadar dan patuh dengan apa yang
telah menjadi keputusan Pemerintah, yaitu misal dengan meninggalkan daerah di kawasan
sepanjang tepi sungai yang harus digusur demi membantu kelancaran pembangunan. Rakyat harus
berpikir cerdas dan mau meninggalkan tempat disekitar sungai yang tak layak huni dan dipindah
ke rusun-rusun yang bisa di jumpai di kota kota besar yang ada di Indonesia.

 SARAN
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dalam banyak bidang, sudah
seharusnya bangsa Indonesia juga turut serta dalam kemajuan zaman. Dalam hal ini tentunya
perkembangan dan kemajuan zaman itu harus benar-benar disaring agar sesuai dengan ideologi
bangsa agar dapat bermanfa’at bagi kehidupan bermasyarakat. Berikut beberapa saran untuk warga
negara Indonesia terkait dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah :

1. Rakyat harus mena’ati semua peraturan yang telah dibuat oleh Pemerintah dan ditetapkan dalam
Undang-Undang demi ketertiban kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

2. Karena pada dasarnya Indonesia adalah satu kesatuan, maka segala tugas dan tatanan kehidupan
bernegara pun harus dijalankan oleh Pemerintah dan Rakyat. Keduanya harus saling melengkapi
dan saling bahu membahu demi terwujudnya Indonesia yang benar-benar merdeka.
3. Rakyat harus berperan aktif dan ikut serta dalam pengawasan pengelolaan kerja Pemerintah. Hal
ini sangat penting terlebih sudah dicantumkan bahwa Pancasila sebagai ideologi terbuka yaitu
menghargai setiap hak warga negara dalam berpendapat dan mengapresiasikan sesuatu.

4. Dewasa ini, telah menjadi rahasia umum bahwa pelaksanaan demonstrasi di Indonesia amatlah
kacau. Dalam hal ini rakyat harus sadar dan wajib tau bagaimana berdemonstrasi yang baik,
Demonstrasi yang baik bukan berdasarkan keinginan perorangan/kelompok yang ambisius dan
harus terpenuhi. Namun berdemonstrasi yang baik harus dengan menyampaikan segala pendapat
dengan baik, dan apabila hal itu tidak dapat dipenuhi oleh lembaga Pemerintah, ada baiknya kita
berlapang dada karena kita tau berapa juta penduduk Indonesia. Bisa dibayangkan bukan jika
semua rakyat menyampaikan pendapatnya dan menuntut untuk dipenuhi?

5. Negara Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan Sumber Daya Alam. Hal ini harus
diseimbangi dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik pula, dengan keselarasan
tersebut sudah pasti Indonesia mampu menjadi negara yang maju dan rakyat mampu
menghasilkan produk kualitas ekspor dan bisa menambah devisa negara. Hal ini dapat diwujudkan
dengan menjadi seorang pelajar yang rajin agar bisa menjadi pandai, mengikuti organisasi di
sekolah, sering mengikuti penataran, dan aktif dalam lembaga atau organisasi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai