Anda di halaman 1dari 8

Dampak Kesenjangan Budaya dalam Interaksi Komunikasi bagi Mahasiswa Universitas

Kristen Satya Wacana, Salatiga-Jawa tengah

No. 17 November 2015

F.X. Nicolas Susanto


Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
Email: 232015040@student.uksw.edu

ABSTRAK
Penelitian ini dibuat untuk mengetahui dan mendeskripsikan hambatan dan pengalaman
mahasiswa luar Jawa yang mengalami kesenjangan budaya dalam menempuh kuliah diluar
daerahnya. Kesenjangan budaya merupakan gejala sosial yang dialami perantau ketika pindah dan
mendiami daerah dengan kultur yang berbeda. Kesenjangan budaya terjadi disebabkan adanya
perbedaan persepsi. Adapun objek yang digunakan dalam penelitian ini ialah mahasiswa perantau
(luar Jawa). Metode yang digukan dalam penilitian ini ialah metode deskriptif kualitatif. Dalam
penilitian ini mengupas seputar pengalaman dan pola komunikasi mahasiswa luar Jawa yang
berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga-Jawa Tengah. Jenis pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat
disimpulkan bahwa (1) mahasiwa luar Jawa mengalami kendala dalam bahasa yang digunakan
karena penggunaan bahasa jawa dilingkungan kampus lebih dominan (2) Perbedaan nilai budaya
menagkibatkan rasa canggung untuk berinteraksi dengan budaya setempat (3) Perbedaan pola-pola
perilaku kultural.

Kata Kunci: Kesenjangan budaya, Komunikasi anatar budaya, Mahasiswa luar Jawa.

PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah dikenal sangat heterogen dalam berbagai aspek,
seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, serta budaya dan sebagainya.
Budaya pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang muncul dari proses interaksi antar-individu. Nilai-
nilai ini diakui, baik secara langsung maupun tidak, seiring dengan waktu yang dilalui dalam
interaksi tersebut. Bahkan terkadang sebuah nilai tersebut berlangsung di dalam alam bawah sadar
individu dan diwariskan pada generasi berikutnya (Nasrullah : 2012). Menurut buku dari Samovar,
Porter, dan McDaniel (2010) yang berjudul Komunikasi Lintas Budaya mengutarakan bahwa,
1
komponen budaya terbesar adalah ruang lingkup budaya dimana komunikasi itu terjadi. Rangka
berpikir seperti ini berpengaruh pada semua lingkungan, karena melibatkan perilaku dan peraturan
yang dipelajari dibawa dalam suatu komunikasi. Buku ini juga membahas lebih mendalam bahnwa
tidak ada batasan anatara budaya dan komunikasi, karena budaya adalah komunikasi dan komunikasi
adalah budaya.
Disebabkan banyaknya budaya yang dimiliki oleh Indonesia, Universitas Kristen Satya
Wacana yang merupakan salah satu universitas di Indonesia yang terkenal sebagai Indonesia mini
telah menjadi salah satu pilihan para perantau untuk menimba ilmu. Fenomena ini membuat para
mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang berasal dari luar pulau jawa mengalami hambatan
dalam interaksi komunikasi. Hambatan ini tidak lain disebabkan oleh adanya kesenjangan budaya.
Berdasarkan pendapat Ansyori (2015), kesenjangan budaya adalah fenomena yang akan dialami oleh
setiap orang yang melintasi suatu budaya ke budaya lain sebagai reaksi ketika berpindah hidup
dengan orangorang yang berbeda pakaian, rasa, nilai bahkan bahasa dengan yang dimiliki orang
tersebut. Kesenjangan budaya akan terjadi bila seseorang memasuki suatu budaya asing, semua atau
hampir semua petunjuk ini lenyap. Ia bagaikan ikan yang keluar dari air lalu akan mengalami frustasi
dan kecemasan (Kalvero Oberg dalam Mulyana : 2010). Maka dari itu, ketika seseorang berada
disuatu lingkungan yang mempunyai latar belakang budaya serta bahasa yang berbeda dengan yang
biasa dialaminya pada lingkungan sebelumnya, kemungkinan besar seseorang akan mengalami
perasaan yang asing dan cemas ketika dihadapi dengan kesenjangan budaya.
Ada sebuah peribahasa Dimana Bumi Dipijak, di Sana Langit Dijunjung merupakan
pribahasa yang tepat untuk mendeskripsikan tentang bagaimana mahasiswa mudah menyesuaikan
diri dengan masyarakat dan peraturan setempat, namun masih ditemukan masalah yang dialami
mahasiswa luar jawa ketika pertama kali berada ditempat yang baru, mulai dari hal pergaulan,
interaksi komunikasi, pendidikan, nilai-nilai moral, dan juga karakteristik kebudayaan.
Dalam proses adaptasi ini peneliti melihat adanya mahasiswa luar jawa yang mengalami
kesenjangan budaya di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Setelah dilakukan penelitian lebih
lanjut para mahasiswa tersebut mengalami kesulitan dalam interaksi komunikasi karena perbedaan
budaya dan bahasa sehingga sulit untuk bergaul dilingkungan tempat tinggal dan di kampus.

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif
merupakan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis suatu peristiwa,
fenomena, sikap, aktivitas sosial, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang baik secara individual
maupun kelompok.

2
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam metode deskriptif kualitatif ini teknik pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara.

3. Teknik Sampling
Dalam rangka memenuhi penelitian kualitatif ini, peneliti akan mewawancarai 5 orang
mahasiswa/mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana dengan berstatus mahasiswa aktif yang
berasal dari luar pulau Jawa. Dalam memilih partisipan peneliti akan menggunakan sampling acak
sederhana, karena peneliti akan secara acak memilih partisipan tanpa melihat jenis kelamin, umur
DLL, tetapi peneliti akan membatasi ruang lingkup penelitian yaitu hanya di Universitas Kristen
Satya Wacana.

4. Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif
digunakan bila data-data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif. Data kualitatif dapat
berupa kata-kata, kalimat-kalimat atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam
maupun observasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesenjangan budaya adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan
yang diderita orang-orang yang secara tiba-tiba berpindah atau dipindahkan ke suatu daerah tertentu,
(Abadi : 2013). Sebagaimana kebanyakan penyakit lainnya, kesenjangan budaya juga mempunyai
gejala-gejala dan pengobatannya secara tersendiri. Kesenjangan budaya ditimbulkan oleh kecemasan
yang disebabkan oleh kehilangan tanda-tanda dalam pergaulan sosial. Tanda-tanda tersebut meliputi
seribu satu cara yang kita lakukan dalam dalam mengendalikan diri sendiri dalam menghadapi situasi
sehari-hari.
Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Sebab itu, Manusia belajar berpikir,
mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan,
kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan politik, dan
tekhnologi, merupakan landaskan pola-pola budaya. Terdapat beberapa orang yang berbicara bahasa
tagalog, memakan ular, menghindari minuman keras yang terbuat dari anggur, menguburkan orang-
orang yang mati, berbicara melalui telepon, atau meluncurkan roket ke bulan, ini semua karena
mereka telah dilahirkan atau sekurang-kurangnya dibesarkan dalam suatu budaya yang mengandung
unsur-unsur tersebut. Apapun yang orang-orang lakukan, bagaimana mereka bertindak, bagaimana
mereka hidup dan berkomunikasi, merupakan respon-respon dan fungsi-fungsi dari budaya mereka.

3
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan
sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan diri, nilai, sikap, hierarki, agama, waktu,
peranan, hubungan ruang, makna, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh
sekelompok besar orang dari generasi kegenerasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya
menampakkan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku yang
berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang
memungkinkan orang-orang tinggal dalam suatu masyarakat disuatu lingkungan geografis tertentu
pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu.
Budaya juga berkenaan dengan sifat-sifat dari objek-objek materi yang memainkan peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari. Objek-objek seperti rumah, alat dan mesin yang digunakan
dalam industri, pertanian, serta jenis-jenis transportasi telah menyediakan suatu landasan utama bagi
kehidupan sosial. Budaya berkesinambungan dan hadir dimana-mana, budaya meliputi semua
peneguhan perilaku yang diterima selama periode kehidupan. Budaya juga berkenaan dengan bentuk
dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang tanpa disadari telah mempengaruhi kehidupan
masyarakat itu sendiri. Dalam perihal ini, cara untuk memahami pengaruh budaya adalah dengan
contoh seperti: programmer memprogramkan komputer agar dapat melakukan sesuatu, budaya pun
memprogram masyarakat agar masyarakat itu sendiri dapat melakukan sesuatu yang menjadikan
kehidupan apa adanya. Budaya dengan pasti telah mempengaruhi masyarakat sejak dalam kandungan
hingga mati dan bahkan setelah matipun dikuburkan dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya
yang ada.
Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena komunikasi merupakan jembatan
yang menghubungkan budaya-budaya masyarakat Indonesia yang berbeda-beda. Sebenarnya seluruh
perbendaharaan perilaku masyarakat sangat bergantung pada budaya tempat diamana masyarakat itu
sendiri dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi, bila budaya beraneka
ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi.
Maka dari itu setelah ditinjau lebih dalam inilah hambatan dan pengalaman yang muncul pada
mahasiswa perantau luar Jawa yang sedang berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana. Salah
satu hambatan yang terjadi pada mahasiwa UKSW adalah hambatan pembentukan dan pemrograman
budaya, hambatan ini terjadi dalam suatu proses akulturasi yang berlangsung antara imigran dengan
masyarakat pribumi. Masalah umum yang sering timbul adalah hambatan stereotype dan prasangka
yang biasanya berkembang sejak semula pada saat kita melalui komunikasi antarpribadi ataupun
komunikasi massa.
Berdasarkan pendapat dari informan pertama, saudari SM yang berasal dari Bali dalam
hambatan untuk berkomunikasi, ia mengalami sedikit kesulitan karena kebanyakan orang
disekitarnya saling berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Dalam bahasa jawa sendiri saudari
SM tidak dapat menggunakannya dalam komunikasi interaksi tetapi hanya memahami beberapa arti
4
kata dalam bahasa jawa, walaupun Ibunya asli Jember untuk dirumah saudari SM tetap berbicara
bahasa Indonesia.

Menurut informan kedua, saudara HC telah mengalami kesulitan dalam berkomunikasi saat
pertama kali sampai di Salatiga, karena ia berasal dari Ketapang dan belum pernah menginjakan kaki
di pulau jawa sebelumnya. Masyarakat Salatiga yang kerap kali menggunakan bahasa jawa (bahasa
yang mereka anggap biasa dan mudah untuk berkomunikasi), mereka juga gunakan untuk
berkomunikasi dengan masyrakat luar jawa yang tidak mengerti bahasa jawa sama sekali . Maka dari
itu mahasiswa luar Jawa yang berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana sulit mengerti dan
memahami apa yang masyarakat Salatiga bicarakan, sehingga membutuhkan waktu untuk mereka
berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

Saudari SM juga menambahkan, bahwa ia sedikit terkejut karena Salatiga menggunakan adat
yang sangat sopan dalam berkomukasi dan berinteraksi. Misalnya saat berbicara dengan orang tua,
masyarakat jawa harus berbicara dengan menggunakan nada yang pelan sedangkan kebanyakan
orang Bali berbicara dengan nada yang tinggi.

Berbeda pengalaman dengan Informan ketiga, saudara AJ, ia merasa senang karena akan
bertemu dengan teman-teman baru. Akan tetapi disisi lain ada ketakutan kalau nantinya susah
berkomunikasi dan beradaptasi di lingkungan baru karena memang saudara AJ agak susah untuk
bersosialisasi apalagi dengan masyarakat jawa yang masih menggunakan adat-istiadat yang sangat
sopan dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Terlebih lagi, menurut pandangan SM, beliau
menyatakan bahwa: dari pengalaman pribadi, ketika berada di budaya atau etnis yang baru saudari
SM hanya butuh proses untuk menyesuaikan diri terhadap etnis yang baru tersebut, disinilah peran
sebagai manusia yang harus peka terhadap lingkungan budaya.
Dari pendapat semua para informan diatas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang sedang
berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana, saat menginjakan kaki pertama kali di Salatiga telah
mengalami kesenjangan budaya. Mereka merasa asing dengan bahasa jawa yang digunakan oleh
teman sesama mereka, karena bahasa jawa sendiri yang digunakan memiliki tingkatanya sendiri,
mulai dari bahasa Ngoko (kebiasaan sehari-hari) atau dengan menggunakan Bahasa Krama Inggil
(kebiasan digunakan kepada orang tua). Terlebih lagi adat masyarakat jawa yang diharuskan untuk
bersalaman kepada orang yang lebih tua jika ingin berpamitan kesuatu tempat dan harus
membungkukan badan ketika ingin berjalan melewati orang lain. Sebab itulah mahasiswa luar Jawa
mau tidak mau harus mendengar dan belajar adat-istiadat dan budaya masyarakat Jawa
Informan terakhir, saudari AN juga menambahkan bahwa AN akan berkomunikasi dengan
sebaik mungkin dan menggunakan bahasa Indonesia pastinya dan menyesuaikan budaya mereka atau
kebiasaan mereka. Dari pendapat ini menyatakan bahwa semakin AN bisa menyesuaikan budaya
5
mereka dengan tekun dan rutin akan menimbulkan kebiasaan dalam berinteraksi setiap harinya
sehingga kesulitan yang dialami diawal akan berlangsung hilang.

KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Kesenjangan budaya yang dialami mahasiswa Perantau luar jawa di Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga-Jawa tengah yakni penggunaan bahasa dalam berkomunikasi bagi mahasiswa luar
jawa yang tidak terbiasa dengan bahasa Jawa dan minimnya penggunaan Bahasa Indonesia.

2. Saran
a. Akademis
Peneliti merasa hasil dari penelitian ini masih adanya kekurangan atau keterbatasan. Oleh
karena itu penelitian ini dapat dijadikan literatur untuk lebih mendalam dan dapat dikembangkan ke
dalam penelitian yang akan datang dengan metode yang berbeda, obyek peneliti yang berbeda dan
menambah sudut pandang permasalahan yang berbeda untuk dikembangkan lagi
b. Praktis
Diharapkan mahasiswa lebih menggunakan bahasa Indonesia dalam interaksi di lingkungan
kampus, mengingat mahasiwa yang kuliah di UKSW datang dari berbagai daerah dan kebudayaan
yang berbeda.
Bagi mahasiswa yang berasal dari luar pulau jawa agar mengenali terlebih dahulu atupun
mencari informasi sebelum mendatangi suatu daerah yang memiliki kebudayaan berbeda agar
kesenjangan budaya dapat diminimalisi.

DAFTAR PUSTAKA

Nasrullah., R. (2012). Komunikasi Antar Budaya: Di era Budaya Siber. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
Samovar., L., A., Porter., R., E., dan McDaniel., E., R. (2010). Komunikasi Lintas Budaya,
Edisi 7. Jakarta: Salema Humanika.
Mulyana., D. (2004). Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya, Cetakan I.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ansyori., I. (2015). Pola Komunikasi Mahasiswa Etnis Minangkabau Yang Mengalami
Culture Shock Dalam Interaksi Sosial, skripsi. Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas
Muhammadiyah-Surakrta.
Abadi., F., S. (2013). Makala Gegar Budaya (Shock Culture). Diakses November 10, 2015,
Dari life.story web site: https://omgeboy.wordpress.com/2013/11/28/makalah-gegar-budaya-shock-
culture/.
Dewi., S., M., T. (2015, November 13). Dampak Kesenjangan Budaya dalam Interaksi
Komunikasi bagi Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga-Jawa tengah. (Susanto., F.,
X., N, Pewawancara)
6
Tampubolon., A., J., L., C. (2015, November 14). Dampak Kesenjangan Budaya dalam
Interaksi Komunikasi bagi Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga-Jawa tengah.
(Susanto., F., X., N, Pewawancara)
Cipta., Hendra. (2015, November 14). Dampak Kesenjangan Budaya dalam Interaksi
Komunikasi bagi Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga-Jawa tengah. (Susanto., F.,
X., N, Pewawancara)
Anestasia. (2015, November 14). Dampak Kesenjangan Budaya dalam Interaksi Komunikasi
bagi Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga-Jawa tengah. (Susanto., F., X., N,
Pewawancara)

7
8

Anda mungkin juga menyukai