Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yuditya Firdauza Yasmin

NIM : 14010119420020

REVIEW JURNAL
MEMBANGUN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN
KI HADJAR DEWANTARA
Jurnal by I Gusti Agung Made Gede Mudana

Arus globalisasi yang kian berkembang telah memasuki budaya di Indonesia melalui
teknologi dan informasi. Globalisasi tidak selalu menuai dampak positif, banyak dampak negatif
yang terjadi seperti, pola hidup masyarakat yang semakin hedonis, konsumtif dan materialistik.
Akibat dari semua itu yakni banyak pemuda masa kini yang belajar hanya untuk meraih hasil
yang baik dengan mengandalkan berbagai cara, salah satunya yaitu mencontek yang mana sudah
menjadi budaya bagi seorang pelajar demi sebuah nilai tanpa mementingkan ilmu. Perilaku dan
sikap bangsa Indonesia di kalangan generasi muda perlu diperkuat sehingga dapat melahirkan
generasi muda yang memiliki karakter kuat, salah satunya dengan menumbuhkan minat baca
untuk menambah wawasan pengetahuan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai lembaga yang bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan pendidikan di Indonesia memandang pentingnya pendidikan karakter
agar dapat menjadi bekal di masa depan. Berdasarkan UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003,
tujuan pendidkan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
yang bermartabat. Dalam hal ini, penanaman nilai moral pada anak sangatlah penting. Ki Hadjar
Dewantara membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga yang dikenal dengan Tri Pusat
Pendidikan yakni lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah menjadi
peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya sangat besar pada jiwa anak. Jadi, selain
keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah juga mempunyai fungsi penting sebagai pusat
pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Pendidikan pada masa sekarang kurang relevan
untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara Indonesia. Krisis tersebut
diantaranya adalah pergaulan bebas, kekerasan pada anak dan remaja, kejahatan terhadap teman,
pencurian, pornografi, penggunaan obat-obatan dan perusakan milik orang lain sudah menjadi
masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Sistem pendidikan di
Indonesia masih jauh dari kata berhasil untuk mencetak generasi muda yang cerdas ilmu dan
perilaku.
Ki Hadjar Dewantara mengemukakan pendidikan sebagai upaya memajukan
pertumbuhan budi pekerti, pikiran dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh
dipisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan
dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya” [CITATION Tam77 \l 1057 ].
Pendidikan yang dimaksud Ki Hadjar Dewantara memperhatikan keseimbangan cipta, rasa dan
karsa tidak hanya sekedar proses alih ilmu pengetahuan saja atau transfer of knowledge, tetapi
sekaligus pendidikan juga sebagai transformasi nilai (transformation of value). Dengan kata lain,
pendidikan adalah proses pembentukan karakter manusia agar menjadi sebenar-benar manusia.
Karakter adalah pola untuk membentuk peserta didik yang beradab, membangun watak manusia
yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, luhur akal budinya, cerdas dan memiliki keterampilan,
menjadi mandiri dan bisa bertanggung jawab.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pokok ajaran yang cocok untuk anak-anak Indonesia
adalah Pendidikan Nasional. Untuk itu Ki Hadjar Dewantara mendirikan Perguruan Taman
Siswa yang bertujuan untuk membuat rakyat pandai, sebab beliau berkeyakinan bahwa
perjuangan pergerakan tidak akan berhasil tanpa kepandaian. Ki Hadjar Dewantara telah
menciptakan sistem pendidikan yang merupakan sistem pendidikan perjuangan. Dalam
pelaksanaan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara menggunakan sistem “among” , yang mana dalam
setiap pamong sebagai pemimpin dalam proses pendidikan diwajibkan bersikap: Ing ngarsa sung
tuladha, Ing madya mangun karsa dan Tut wuri handayani [ CITATION MLP92 \l 1057 ].
Apa yang dikatakan oleh Ki Hadjar Dewantara mengenai Tri Pusat Pendidikan yang
mana pendidikan bermula dari lingkup keluarga, kemudian lingkup sekolah dan lingkungan
masyarakat dan pendidikan sekolah merupakan tingkatan pendidikan yang paling membawa
pengaruh besar bagi karakter anak, sangat relevan. Selain sekolah menjadi faktor utama dalam
kecerdasan anak, sekolah sebagai faktor utama pertumbuhan dan perkembangan anak karena
ketika seorang anak sudah berada dibangku sekolah (katakanlah tingkat SMP atau SMA), 70%
keseharian mereka berada di sekolah. Untuk itu, sekolah menjadi dominan penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Hal ini juga sangat penting untuk seorang
pendidik (guru) memperhatikan sistem pendidikan yang digunakan Ki Hadjar Dewantara yakni
“Sistem Among”. Karena dimanapun, seorang pendidik akan dipanuti oleh anak didiknya. Untuk
itu sangat penting untuk memperhatikan tingkah laku dan bagaimana harus bersikap. Menjadi
seorang pendidik juga dituntut harus bisa kreatif dan memberikan semangat kepada peserta
didiknya, jangan sebaliknya membuat peserta didik tidak bersemangat untuk menuntut ilmu.
Kemudian seorang pendidik harus bisa mengarahkan peserta didiknya agar memiliki keberanian
untuk maju dan bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
MLPTS. 1992. Peraturan Besar dan Piagam Persatuan Taman Siswa. Yogyakarta: MLPTS.

Anda mungkin juga menyukai