1
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 1.
2
Arif Rohman, Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: C.V Aswaja Pressindo, 2014),
hlm. 6.
3
Asmaun Sahlan, “Mewujudkan Budaya Religius ...”, hlm. 1.
4
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 1992), hlm. 16.
1
Tujuan adanya pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini
sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan juga pendidikan
nasioanal bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.5
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia. Hal ini berarti sekolah merupakan salah satu sarana belajar yang sangat luas
untuk pendidikan karakter. Sekolah harus mengetahui bahwa sekolah memang wajib
menanamkan karakter dasar untuk peserta didiknya. Karakter dasar manusia terbentuk
sejak masa kecil dan akan melekat sepanjang hayatnya. Oleh sebab itu pendidikan karakter
memerlukan keteladanan dan contoh yang baik.
Berdasarkan realita yang ada, manusia pada saat ini memasuki kehidupan modern
dan arus globalisasi, yang ditandai dengan kehidupan serba teknikal dan profesional,
diramalkan banyak orang yang mengabaikan dimensi moral dan agama dalam kehidupan
individu maupun sosial. Dampak buruk dari adanya globalisasi ini salah satunya adalah
pada remaja. Remaja adalah harapan bangsa yang akan menentukan kehidupan keluarga,
bangsa dan negara di masa yang akan datang.
Isu globalisasi bukan hanya wacana baru dalam dunia pendidikan. Globalisasi
menjadi suatu keadaan yang harus dihadapi dengan sungguh-sungguh dan pethitungan
yang matang. Zaman modern seperti saat ini membuat segala sesuatu menjadi cepat dan
mudah. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi kumonikasi ini mempercepat akses
5
Dadan Nurulhaq dan Wawan Kurniawan, Pengembangan Karakter Religius di Sekolah, (Purwokerto:
CV Amerta Media, 2020), hlm. 2-3.
6
Dadan Nurulhaq dan Wawan Kurniawan, “Pengembangan Karakter Religius ...”, hlm. 8.
2
globalisasi. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting dalam kehidupan terutama
dalam dunia pendidikan serta menciptakan tantangan dan permasalahan baru yang harus
dipecahkan.
Adanya realita tersebut, apabila hal tersebut dibiarkan tentu akan merusak karakter
siswa. Permasalahan tersebut tidak boleh dibiarkan terus-menerus. Dalam hal ini harus ada
solusi dalam mengatasinya, maka dari itu semua lapisan masyarakat, baik itu pemerintah,
tokoh masyarakat, tokoh agama, orang tua, dan para pendidik harus berjuang keras untuk
mengatasinya.8 Adapun salah satu solusi yang dapat ditempuh untuk mengatasi
permasalahan tersebut yaitu dengan melalui pendidikan karakter religius.
Proses pendidikan karakter religius tidak dapat dilakukan dalam waktu yang cepat
dan hasilnya tidak dapat langsung dilihat. Pendidikan karakter religius berkaitan dengan
periode waktu yang panjang, sehingga pendidikan karakter religius harus terlaksana dalam
kehidupan sekolah, baik dalam pembelajaran maupun kegiatan di luar kelas.
7
Musthofa Rembagy, Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah
Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 13.
8
Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru: Upaya Membangun Kepribadian Guru yang Sehat di
Masa Depan, (Purwokerto: STAIN Press, 2011), hlm. 1.
9
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 2.
10
Syahraini Tambak, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan: Gagasan Pemikiran Dalam
Mewujudkan Pendidikan Berkualitas untuk Kemajuan Bangsa Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm.
89.
3
Menurut Hasan indikator keberhasilan pendidikan karakter religius dalam
pembelajaran adalah mengucapkan salam, berdoa sebelum dan sesudah belajar,
melaksanakan ibadah keagamaan, dan merayakan hari raya agama. Ditinjau dari proses
pembelajaran di sekolah, ada dua asumsi yang menyebabkan gagalnya pendidikan karakter
religius dalam proses pembelajaran di sekolah. Pertama, munculnya anggapan atau
pemikiran bahwa persoalan pembentukan karakter religius adalah persoalan lama yang
penanganannya sudah menjadi bagian dari tanggung jawab guru-guru agama. Kedua,
rendahnya pengetahuan dan kemampuan guru yang berkaitan dengan strategi pendidikan
karakter religius ke dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan.11
Pendidikan karakter religius pada peserta didik tidak semerta-merta dilakukan oleh
guru PAI namun juga menjadi tanggung jawab seluruh guru. Karena Menurut Muhammad
Munahibun Nafis. Guru merupakan bapak ruhani bagi peserta didik, yang memberikan
ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk.13 Jadi pendidikan
karakter religius pada peserta didik merupakan tanggung jawab seluruh guru yang berada
di sekolah.
Dalam melaksanakan pendidikan karakter religius bukan hanya tugas seorang guru
PAI melaikan juga merupakan tugas dari seluruh guru non-PAI. Kontribusi yang diberikan
oleh guru non-PAI akan memilik dampak yang sangat baik dalam pendidikan karakter
religius pada peserta didik sehingga dapat terwujudnya peserta didik yang memiliki sikap
religius. Melalui pendidikan karakter religius diharapkan dapat menjadikan peserta didik
lebih memiliki nilai dan makna dalam menjalani kehidupan sehingga memberikan
uswatun hasanah bagi lingkungannya.
Peneliti dalam hal ini akan melakukan penelitian pada salah satu sekolah menengah
pertama swasta yang berada di kota Semarang, yakni SMP H Isriati. SMP H. Isriati
merupakan SMP Swasta unggulan dengan akreditasi A yang ada di kecamatan Semarang.
SMP H. Isriati adalah lembaga pendidikan dibawah naungan Yayasan Masjid Raya
11
Aris Shoimin, Guru Berkarakter untuk Implementasi Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Gava Media,
2014), hlm. 62.
12
Muhammad Ulyan, “Budaya Religius ...”, hlm. 34.
13
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 88.
4
Baiturrahman yang menerapkan sistem pendidikan terpadu antara kurikulum pendidikan
nasional untuk tingkat SMP dengan muatan agama Islam. Dengan menerapkan kurikulum
terpadu ini nantinya akan tercipta generasi bangsa yang menguasai IPTEK dan
berwawasan Qurani. Tentunya juga akan membentuk peserta didik yang memiliki akhlak
yang baik.
Bukan hanya itu saja, di SMP H. Isriati juga sangat menjunjung tinggi nilai religius
dan memiliki banyak kegiatan keagamaan yang didalamnya melibatkan seluruh peserta
didik. Kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut sudah rutin dilaksanakan dan menjadikan
sekolah ini memiliki perbedaan dengan sekolah pada umumnya yang hanya
mementingkan pembelajaran yang bersifat umum saja dan hanya sedikit dalam
menanamkan nilai-nilai keagamaan.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka rumusan masalah
yang akan di kaji dalam penelitian ini adalah: “Apa saja langkah-langkah yang dilakukan
guru-guru mata pelajaran non-PAI dalam rangka pendidikan karakter religius siswa di SMP H.
Isriati Semarang?”.
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah: Mengetahui apa saja langkah-langkah yang dilakukan guru-guru mata
pelajaran non-PAI dalam rangka pendidikan karakter religius siswa di SMP H. Isriati
Semarang?
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
2) Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan untuk membantu pembentukan karakter
religius siswa di sekolah.
3) Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan akademis yang
sedang melaksanakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru
tentang pendidikan karakter religius siswa di SMP H. Isriati Semarang.
b. Secara Praktis
1) Bagi sekolah
6
2) Bagi guru
3) Bagi peneliti
D. Kajian Teori
1. Pendidikan Karakter
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas setiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa, dan negara. Karakter dapat dianggap sebagai sebuah nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, tata
krama, hukum, adat istiadat maupun budaya. Karakter adalah perilaku seseorang
yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam
bertindak.15
14
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Rajawali Pers, 2017), hlm. 229.
15
Muchlas Samani dan Hariyanto, “Konsep dan Model ...”, hlm. 41-42.
7
juga dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik
mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik
berperilaku sebagai insan kamil.16
16
Muchlas Samani dan Hariyanto, “Konsep dan Model ...”, hlm. 45-46.
17
Dharma Kusuma. dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 5.
18
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter BerbasisTotal Quality Managemen, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2018), hlm. 100.
19
Nopan Omeri, “Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan”, Jurnal Manajer
Pendidikan, (Vol. 3, No. 1,Tahun 2020), hlm. 467.
8
a) Mengembangkan potensi nuraniatau afektif peserta didik sebagai manusia dan
warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
Ada delapan belas nilai pendidikan karakter yang dapat ditanamkan dan
dikembangkan ke dalam pribadi peserta didik antara lain: religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
20
Nurul Hidayah, “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komik Pada Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Kelas IV MI Nurul Hidayah Roworejo Negerikaton Pesawaran”, Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Dasar, (Vol. 4, No. 1, Tahun 2017), hlm. 34.
9
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.21
Pendidikan karakter di sekolah akan terlaksana dengan lancar, jika guru dalam
pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas
2010 telah memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan
karakter yang efektif sebagai berikut:
e) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan prilaku yang baik.
i) Mengfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai tim mitra dalam usaha
membangun karakter.
10
2. Pendidikan Karakter Religius
Suatu karakter akan selalu melekat dengan nilai dari perilaku. Karenanya tidak
ada perilaku anak yang tidak bebas dari nilai. Dalam kehidupan, terdapat banyak
nilai yang ada di dunia ini, sejak dahulu sampai saat ini, maupun yang akan datang.
Beberapa nilai dapat kita contoh sebagai nilai yang penting bagi kehidupan anak
baik saat ini maupun yang akan datang.24
23
Muchlas Samani dan Hariyanto, “Konsep dan Model ...”, hlm. 45-46.
24
Dharma Kusuma. dkk, “Pendidikan Karakter ...”, hlm. 11.
25
Megawangi, Ratna, Pendidikan Karakter Solusi Yang Tepat Untuk Membangun Bangsa, (Jakarta: BP.
Migas, 2004), hlm.5.
26
Nur Rosyid. Dkk, Pendidikan Karakter Wacana dan Kepengaturan, (Yogyakarta: Mitra Media, 2013),
hlm. 158.
11
Indikator keberhasilan pendidikan karakter, menurut Umar Sulaiman al-
Ashqar, sebagaimana yang dikutip oleh Jalaluddin dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai
berikut:27
c) Mereka memperoleh kekuatan untuk menyerukan dan berbuat benar, dan selalu
menyampaikan kebenaran kepada agamanya.
g) Memiliki kelapangan dan ketentraman hati serta kepuasan batin, hingga sabar
menerima cobaan.
h) Mengetahui tujuan hidup dan menjadikan akhirat sebagai tujuan akhir yang lebih
baik.
i) Kembali kepada kebenaran dengan melakukan tobat dari segala kesalahan yang
pernah diperbuat sebelumnya.
27
Jalauddin, Teologi Pendidikan, Cet 1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 201.
28
Jalauddin, “Teologi Pendidikan ...”, hlm. 201.
12
Pengembangan pendidikan karakter religius dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain sebagai berikut:29
2. Kebutuhan batin
Adanya dorongan dalam diri manusia untuk taat, patuh dan mengabdi
kepada Allah SWT. Manusia memiliki unsur batin yang cenderung
mendorongnya kepada zat yang ghaib, selain itu manusia memiliki potensi
beragama yaitu berupa kecenderungan untuk bertauhid.
1. Lingkungan Keluarga
29
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 94-95.
30
Jalaluddin, “Psikologi Agama ...”, hlm. 35.
13
keadaan emosi atau sikap orang tua terutama ibu pada masa mereka berada
dalam kandungan.
2. Lingkungan Sekolah
3. Lingkungan Masyarakat
31
Jalaluddin, “Psikologi Agama ...”, hlm. 39.
14
akan terpengaruh untuk berperilaku seperti temannya. Hal ini terjadi, apabila
anak kurang mendapar bimbingan agama dari orang tuanya.32
Menurut Zakiyah Daradjat pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam
seara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan
serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.34
32
Jalaluddin, “Psikologi Agama ...”, hlm. 41.
33
Mulyasa E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.
255.
34
Abdul Majib dan Dian Andayani, “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 130.
15
diberikan harus dikumpul sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan dan
apabila lalai maka ada konsekwensi yang diberikan.35
35
Triyatimini, “Manajemen Pembelajaran Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran Umum di SMAN 1
Murung Kabupaten Murung Raya”, Jurnal Ilmu Pendidikan, (Vol. 08, No. 01, Tahun 2021), hlm. 19.
36
Kamarullah, “Pendidikan Matematika di Sekolah Kita”, Jurnal Penddikan dan Pembelajaran
Matematika, (Vol. 1, No. 1, Tahun 2017), hlm. 21.
37
Triyatimini, “Manajemen Pembelajaran Pendidikan Karakter ...”, hlm. 19.
38
Triyatimini, “Manajemen Pembelajaran Pendidikan Karakter ...”, hlm. 21.
16
4. Pendidikan Karakter Religius di Sekolah
b) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai religius
yang dikembangkan oleh sekolah. Hal ini memiliki bahwa pendidika karakter
memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku anak yang negatif menjadi
positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengkoreksian dimaknai sebagai
proses yang pedagogis, bukan suatu yang pemaksaan atau pengkondisian yang
tidak mendidik.
a) Mengajarkan
39
Dharma Kusuma dkk, “Pendidikan Karakter ...”, hlm. 9.
17
secara kontekstusl, namun dia mampu mempraktekkan hal tersebut dalam
kehidupan mereka tanpa disadari.40
b) Menentukan Prioritas
40
M. Mahbubi, Pendidikan Karakter: Implementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan Karakter,
(Yogyakarta: Pustaka Ilmu yogyakarta, 2012), hlm. 49-50.
41
Doni Koesoema Albertus, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: PT
Grasindo, 2007), hlm. 213.
42
Doni Koesoema Albertus, “Pendidikan Karakter ...”, hlm. 213.
18
sekolah tersebut, karena setiap sekolah mempunyai karakter masing-masing,
komitmen yang harus dijaga agar nantinya dapat dilaksanakan kesemua pihak
yang terkait.
c) Praksis Prioritas
Unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan karakter adalah bukti
dilaksanakannya prioritas nilai pendidikan karakter tersebut. Berkaitan dengan
tuntutan lembaga pendidikan atas prioritas nilai yang menjadi visi kinerja
pendidikannya, lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi sejauh
mana visi sekolah telah dapat direalisasikan dalam lingkungan pendidikan
melalui berbagai unsur yang ada dalam lembaga pendidikan tersebut.43
d) Refleksi
43
Doni Koesoema Albertus, “Pendidikan Karakter ...”, hlm. 216.
44
Doni Koesoema Albertus, “Pendidikan Karakter ...”, hlm. 217.
19
Perencanaan pengembangan pendidikan budaya dan karater bangsa dapat
dilakukan melalui langkah-langkah dalam pembentukan karakter melalui kegiatan
sehari-hari, diantaranya melalui kegiatan-kegiatan berikut:45
a) Kegiatan Rutin
b) Kegiatan Spontan
Kegiatan spontan merupakan kegiatan yang dilakukan pada waktu itu juga.
Kegiatan ini biasanya dilakukan guru apabila melihat siswa melakukan perbuatan
yang kurang baik, guru dengan spontan akan memberikan nasihat berupa
pengarahan dan pemahaman kepada siswa bahwa hal tersebut kurang baik dan
memberikan contoh yang seharunya. Kegiatan spontan dilakukan tidak hanya
mengenai perilaku siswa yang negatif, namun juga pada kegiatan siswa yang
positif. Kegiatan ini dilakukan oleh guru tanpa adanya perencanaan terlebih
dahulu dan dilakukan seketika saat itu juga.47
c) Keteladanan
d) Pengkodisian
45
Masyur Ramly. dkk, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter: Berdasarkan Pengalaman di
Satuan Pendidikan Rintisan, (Jakarta: Puskurbuk, 2011), hlm. 8.
46
Masyur Ramly. dkk, “Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter ...”, hlm. 8.
47
Masyur Ramly. dkk, “Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter ...”, hlm. 8.
48
Mawi Khusni Albar, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Prudents Media, 2013), hlm. 23.
20
Pengkodisian adalah membuat suasana sekolah dikondisikan sedemikian
rupa untuk mendukung terwujudnya internalisasi nilai karakter ke dalam diri
siswa. Kondisi sekolah yang mendukung menjadikan proses penanaman nilai-
nilai pendidikan karakter di sekola menjadi lebih mudah.49
a) Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber, seperti agama,
ideology, pendidikan, dll.
b) Nilai membentuk pola pikir seseorang yang secara keseluruhan keluar dalam
bentuk rumusan visi.
c) Visi turun ke wilayah hati membentuk suasana jiwa yang keseluruhan membentuk
mentalitas.
d) Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara
keseluruhan disebut sikap.
Pada kajian pustaka ini, penulis akan memaparkan beberapa penelitian terdahulu
yang relevan dengan apa yang akan diabahas dalam penelitian ini. Penulis mengambil
beberapa kajian pustaka sebagai rujukan perbandingan yang diantaranya adalah sebagai
berkut:
Pertama, skripsi yang ditulis oleh Ma’aayisi mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Purwokerto dengan judul “Pembentukan Karakter Religius Pada Siswa
Melalui Kegiatan Boarding School di SMA Ma’arif NU 1 Ajibarang Kabupaten
49
Masyur Ramly. dkk, “Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter ...”, hlm. 9.
21
Banyumas”.50 Pada skripsi yang ditulis oleh Ma’aayisi jenis penelitian yang digunakan
yaitu penelitian lapapangan dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian skripsi ini menunjukkan bahwa pembentukan karakter religius pada siswa
melalui kegiatan boarding school di SMA Ma’arif NU Ajibarang Kabupaten Banyumas
yaitu : (1) dengan melakukan langkah-langkah seperti adanya kegiatan harian, mingguan,
tahunan dan spontan. (2) kurikulum yang dirancang dalam boarding school meliputi
kurikulum yang tergolong tekstual dan kontekstual.
Kedua, skripsi yang ditulis oleh M. Zainul Labib mahasiswa jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah dengan judu
“Implementasi Pendidikan Karakter dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Akademik Siswa
Kelas VI SD Negeri Jombang 1 Ciputat”. 51 Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh
yang kuat dan tinggi implementasi pendidikan karakter terhadap perilaku akademik siswa
dengan korelasi 0,812 dan koefisien determinasi sebesar 67%.
Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Rizka Saputri mahasiswa STAIN Purwokerto yang
berjudul “Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikan Agama Islam di SD
50
Ma’ayisi, (Pembentukan Karakter Religius Pada Siswa Melalui Kegiatan Boarding School di SMA
Ma’arif NU 1 Ajibarang Kabupaten Banyumas), Skripsi, (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2018).
51
Zainul Labib, (Implementasi Pendidikan Karakter dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Akademik
Siswa Kelas VI SD Negeri Jombang 1 Ciputat), Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014).
22
Islam Ta’alumul Huda Bumiayu Tahun Pelajaran 2013/2014”.52 Hasil dari penelitian
tersebut yaitu pelaksanaan pendidikan karakter berbasis agama Islam menekankan pada
nilai-nilai karakter secara menyeluruh seperti amanah, jujur, disiplin, peduli, tanggung
jawab, dan menghormati, yang dilaksanakan melalui mata pelajaran pendidikan agama
Islam.
Keempat, skripsi yang ditulis oleh Masyud mahasiswa IAIN Purwokerto yang
berjudul “Pendidikan Karakter di Madrasah Ibtidayah Ma’arif NU 2 Langgongsari
Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015”.53 Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Masyud adalah di sekolah tersebut telah melaksanakan
pendidikan karakter seperti disiplin, mandiri, rajin, jujur melalui metode pembiasaan,
keteladanan, dan nasehat.
Kelima, Jurnal yang ditulis oleh saudara Wayan Eka Santika yang berjudul
“Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Daring”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui inovasi yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di rumah agar tetap
menyenangkan dan mampu memenuhi tujuan pembelajaran terutama dalam pendidikan
karakter.54 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wayan menunjukkan bahwa pendidikan
52
Rizka Saputri, (Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikan Agama Islam di SD Islam
Ta’alimul Huda Bumiayu Tahun Pelajaran 2013/2014), Skripsi, (Purwokerto: STAIN Purwokerto, 2013).
53
Masyud, (Pendidikan Karakter di Madrasah Ibtidayah Ma’arif NU 2 Langgongsari Kecamatan
Cilongok Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015), Skripsi, (Purwokerto: IAIN Purwpkerto, 2015).
54
Wayan Eka Saputra, “Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Daring”, Jurnal Indonesian Values and
Character Education, (Vol. 3, No. 1, tahun 2020).
23
karakter melalui multiple intelligences pada setiap mata pelajaran, pengalaman langsung
serta internalisasi di masyarakat menciptakan pembelajaran yang bermakna.
F. Kerangka Berpikir
Dalam sebuah lembaga pendidikan tentu ada yang namanya masalah yang
menyebabkan ketidakberhasilan mencapai tujuan pendidikan. Masalah dapat ditemukan
dalam subjek yaitu orang atau kelompok yang bertugas untuk memberikan pengetahuan,
maupun objek yaitu peserta didik. Ketidakberhasilan bukan hanya sekedar rendahnya nilai
yang didapatkan dari ujian mata pelajaran, melainkan rendahkan karakter religius peserta
didik.
Oleh sebab itu, maka penelitian yang akan dilaksanakan menitikberatkan kepada
proses bagimana pendidikan karakter religius siswa sebagai suatu hal yang harus
diupayakan sekaligus menjadi salah satu tujuan oleh subjek pendidikan yang mana dalam
penelitian ini yang akan diteliti sebagai subjek adalah guru non-PAI.
Yang dimaksud guru non-PAI sebagai subjek adalah guru non-PAI akan menjadi
pemeran dalam pendidikan karakter religius pada mata pelajaran non-PAI di SMP H
Isriati. Guru non-PAI akan berupaya dalam membentuk karater religius siswa. Sedangkan
guru membutuhkan proses yang dimana proses ini merupakan jalan cerita dari pendidikan
karakter religius siswa pada mata pelajaran non-PAI. Maka perlu diperhatikan apakah
guru sudah menjalankan tugasnya sebagai mana mestinya yaitu sebagai contoh ataupun
teladan bagi peserta didiknya. Misalnya, guru mengajar dengan setulus hati dengan tidak
mengharapkan gaji dan apakah guru sudah menerapkan karater religius daat pembelajaran
berlangsung. Kemudian peserta didik sebagai objek atau sasaran diberlakukannya
pembelajaran. Dalam penelitian ini akan ada dua macam peserta didik. Pertama, peserta
didik yang memiliki karakter religius yang sangat tinggi. Peserta didik seperti ini akan
diupayakan sebagai contoh dan efek baik bagi peserta didik lainnya. Kedua, peserta didik
24
dengan karakter religius yang rendah. Ini akan menjadi tugas utama subjek pendidik yaitu
guru dalam pendidikan karakter religius.
Melalui pendidikan karakter religius siswa pada mata pelajaran non-PAI diharapkan
siswa mampu meningkatkan dan mengamalkan karakter religius dalam kehidupan sehari-
hari dan dapat menjadikan peserta didik lebih memiliki karakter yang baik dan makna
dalam menjalani kehidupan sehingga memberikan uswatun hasanah bagi lingkungannya.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif. Penelitian jenis ini
digunakan untuk memperoleh data berdasarkan sesuatu yang terjadi di lapangan.
Penelitian kualitatif adalah mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala,
fakta atau realita.55 Menurut Creswell penelitian kualitatif adalah sebagai suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi alami.56
3. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah subyek darimana data diperoleh. Adapun sumber
data yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah sumber data utama yang berupa
55
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif (jenis, karakteristik, dan keunggulan), (Jakarta: Grasindo,
2013), hlm. 1.
56
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta:
Prenamedia Grup, 2011), hlm. 34.
57
Juliansyah Noor, “Metodologi penelitian ...”, hlm. 34.
25
kata-kata dan tindakan atau pengamatan, serta sumber data tambahan yang berupa
dokumen-dokumen.
Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, waka kesiswaan, waka
kurikulum, guru mata pelajaran non-PAI, siswa dan pihak-pihak yang terkait dengan
proses pembelajaran di SMP H. Isriati Semarang, yang berkaitan dengan pendidikan
karakter religius. Dari beberapa sumber data yang penulis sebutkan diharapkan
nantinya penulis akan menemukan data apakah pendidikan karakter religius sudah
terlaksana dengan baik di sekolah tersebut dan untuk mengumpulkan data-data seperti:
sejarah berdirinya SMP H. Isriati Semarang, keadaan guru dan siswa di sekolah
tersebut, dan keadaan sarana prasarana. Sumber data tersebut nantinya diharapkan
dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian ini dan menjadi bahan dalam
menyeleasaikan masalah yang terjadi.
4. Fokus Penelitian
Adapun data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti data tentang
gambaran-gambaran umum di SMP H Isriati Semarang meliputi: Letak geografis, visi,
misi dan tujuan, struktur organisasi, keadaan guru maupun siswa dan karyawan,
kemudian data bagaimana proses pendidikan karakter religius siswa pada mata
pelajaran non-PAI di SMP H Isriat Semarang. Semua data tersebut bisa didapatkan dari
kepala sekolah, guru, dewan guru, dan siswa melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi.
Untuk memperoleh data yang menjadi faktor utama dalam penelitian ini, maka
dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan berbagai
metode berikut:
a. Wawancara
26
responden).58 Wawancara disini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang
secara umum tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang dirancang untuk
memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan. Pertanyaan-pertanyaan
yang ditanyakan adalah pertanyaan yang relevan dengan penelitian yang sedang
berlangsung.
b. Observasi
Teknik observasi inu digunakan peneliti dalam memperoleh data yang benar
tentang keadaan sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter religius di sekolah.
Observasi yang peneiti lakukan adalah observasi langsung pada saat sebelum jam
pembelajaran dimulai, saat pelaksanaan pembelajaran dan aktifitas yang terjadi di
lingkungan sekolah.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan dan
observasi non partisipan. Pengamatan pastisipan dilakukan peneliti dengan ikut
langsung dalam kegiatan yang dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai religius.
Sedangkan pengamatan non partisipan juga dilakukan peneliti dengan mengamati
setelah kegiatan dilaksanakan, kejadian apa yang ada dan apa yang ditimbulkan dari
58
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm. 52.
59
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm.
90.
60
J.R. Raco, “Metode Penelitian ...”, hlm. 112.
27
kegiatan penanaman nilai-nilai religius. Kedua teknik observasi ini digunakan agar
data yang dihasilkan dalam observasi menyeluruh dan baik.
c. Dokumentasi
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.62
Menurut pendapat Miles dan Huberman bahwa analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif melalui proses sebagai berikut:
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya sangat banyak, untuk itu perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Oleh karenanya, segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Reduksi data dapat dibantu dengan
61
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 201.
62
Sugiyono, “Metode Penelitian ...”, hlm. 335.
28
peralatan elektronik seperti komputer mini, memberikan kode pada aspek-aspek
tertentu.63
Metode ini akan penulis gunakan untuk mereduksi data tentang bagaimana
guru dalam pendidikan karakter religius. Kemudian data tersebut dianalisis dengan
memilih data yang diperlukan dalam penelitian, sehingga data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana pendidikan karakter
religius siswa yang dilakukan oleh guru non-PAI di SMP H. Isriati Semarang.
Dalam penelitian ini penulis gunakan untuk menyajikan data atau informasi
yang telah diperoleh dalam bentuk deskriptif tentang pendidikan karakter religius
siswa pada mata pelajaran non-PAI sehingga penulis dan pembaca dapat memahami
dan memperoleh gambaran berdasarkan deskripsi tersebut.
63
Sugiyono, “Metode Penelitian ...”, hlm. 245.
64
Sugiyono, “Metode Penelitian ...”, hlm. 335.
65
Miles B. Mathew dan Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-
Metode Baru, (Jakarta: UIP, 1992), hlm. 18.
29
maka pada tahap analisis kesimpulan itu harus diverifikasi, dan dengan
bertambahnya data yang diperoleh, kesimpulan bisa lebih baik.66
H. Kepustakaan
Achmadi. 1992. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.
Albar, Mawi Khusni. 2013. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Prudents Media.
Albertus, Doni Koesoema. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: PT Grasindo.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Aris Shoimin, Aris. 2014. Guru Berkarakter untuk Implementasi Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: Gava Media.
Faisal, Sanapiah. 2008. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Hasbullah. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Rajawali Pers.
Hidayah, Nurul. 2017. “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komik Pada Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV MI Nurul Hidayah Roworejo
Negerikaton Pesawaran”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. Vol. 4, No.
1.
Jalaluddin. 2006. Psikologi Agama, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Mulyasa
E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
-------. 2001. Teologi Pendidikan. Cet 1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kamarullah. 2017. “Pendidikan Matematika di Sekolah Kita”. Jurnal Penddikan dan
Pembelajaran Matematika. Vol. 1, No. 1.
Kusuma,Dharma, dkk. 2013. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Labib, Zainul, 2014. (Implementasi Pendidikan Karakter dan Pengaruhnya Terhadap
Perilaku Akademik Siswa Kelas VI SD Negeri Jombang 1 Ciputat). Skripsi. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah.
Ma’ayisi. 2018. (Pembentukan Karakter Religius Pada Siswa Melalui Kegiatan Boarding
School di SMA Ma’arif NU 1 Ajibarang Kabupaten Banyumas). Skripsi.
Purwokerto: IAIN Purwokerto.
Mahbubi, M. 2012. Pendidikan Karakter: Implementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan
Karakter. Yogyakarta: Pustaka Ilmu yogyakarta.
66
Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi, (Sulawesi Selatan: Sekolah Tinggi
Theologi Jaffray, 2018), hlm. 55.
30
Majib, Abdul dan Dian Andayani. 2005. “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Masyud. 2015. (Pendidikan Karakter di Madrasah Ibtidayah Ma’arif NU 2 Langgongsari
Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015). Skripsi.
Purwokerto: IAIN Purwpkerto.
Mathew, Miles B. dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UIP.
Nafis, Muhammad Muntahibun. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah. Jakarta: Prenamedia Grup.
Nurulhaq, Dadan dan Wawan Kurniawan. 2020. Pengembangan Karakter Religius di
Sekolah. Purwokerto: CV Amerta Media.
Omeri, Nopan. 2020. “Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan”. Jurnal
Manajer Pendidikan. Vol. 3, No. 1.
Raco, J.R. 2013. Metode Penelitian Kualitatif (jenis, karakteristik, dan keunggulan).
Jakarta: Grasindo.
Ramly, Masyur, dkk. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter: Berdasarkan
Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan.Jakarta: Puskurbuk.
Ratna, Megawangi. 2004. Pendidikan Karakter Solusi Yang Tepat Untuk Membangun
Bangsa. Jakarta: BP. Migas.
Ratnawati, Diana. 2016. “Kontribusi Pendidikan Karakter dan Lingkungan Keluarga
Terhadap Soft Skill Peserta Didik SMK”. Jurnal Tadris: Jurnal Kependidikan dan
Ilmu Tarbiyah. Vol. 1, No. 1.
Rembagy, Musthofa. 2010. Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan
Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras.
Rohman, Arif. 2014. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: C.V
Aswaja Pressindo.
Roqib, Moh dan Nurfuadi. 2011. Kepribadian Guru: Upaya Membangun Kepribadian
Guru yang Sehat di Masa Depan. Purwokerto: STAIN Press.
Rosyid, Nur, Dkk. 2001. Pendidikan Karakter Wacana dan Kepengaturan, (Yogyakarta:
Mitra Media, 2013),
Sahlan, Asmaun. 2010. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah. Malang: UIN-Maliki
Press.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Saputra, Wayan Eka. 2020. “Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Daring”. Jurnal
Indonesian Values and Character Education. Vol. 3, No. 1.
Saputri, Rizka. 2013. (Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikan Agama
Islam di SD Islam Ta’alimul Huda Bumiayu Tahun Pelajaran 2013/2014). Skripsi.
Purwokerto: STAIN Purwokerto.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
31
Tambak, Syahraini. 2013. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan: Gagasan Pemikiran
Dalam Mewujudkan Pendidikan Berkualitas untuk Kemajuan Bangsa Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Triyatimini. 2021. “Manajemen Pembelajaran Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran
Umum di SMAN 1 Murung Kabupaten Murung Raya”. Jurnal Ilmu Pendidikan.
Vol. 08, No. 01.
Wijaya, Hengki. 2018. Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi. Sulawesi
Selatan: Sekolah Tinggi Theologi Jaffray.
Wiyani, Novan Ardy. 2018. Pendidikan Karakter BerbasisTotal Quality Managemen.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
32