Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemajuan


bangsa dimasa yang akan datang, dan melalui pendidikan ini dapat diwujudkan
generasi muda yang handal baik dalam bidang akademis, sosial, maupun agama.
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran sekolah terutama guru dalam
rangka membantu dan membimbing peserta didik untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan pendidikan dalam Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.1

Begitu juga dengan pendapat S.A Bramata, dkk bahwa: Pendidikan adalah
usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun tidak langsung, untuk
membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasannya.2
Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, penguasaan
metodologi pembelajaran merupakan hal yang paling penting bagi seorang guru,
karena metodologi yang baik akan mampu mewujudkan tujuan pembelajaran.
Wina Sanjaya menyatakan bahwa:
Tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya sekedar
menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik.Namun pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bertujuan mengarahkan peserta didik agar memiliki
kualitas iman, takwa dan akhlak mulia. Oleh sebab itu dalam
pembelajaran,seorang guru hendaknya tidak hanya membangun aspek kognitif

1
Sasmi Nelwati, Dasar-Dasar Pendidikan (IAIN IB Press Padang, 2006), hal. 57
2
Ibid. Hal. 41

1
2

peserta didik namun aspek efektif dan psikomotor peserta didik harus
dikembangkan.3
Jadi dalam proses pembelajaran seorang pendidik selain memberikan
pengetahuan dan penguasaan ilmu yang setinggi-tingginya yaitu secara kognitif,
seorang pendidik juga memberikan pengetahuan secara afektif dan psikomotor
kepada peserta didik, sehingga dapat membantuk kepribadian, serta peradaban
bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta
bertanggung jawab.
Untuk itu, harus diadakan rekonstruksi konsep pendidikan Islam yang
berangkat dan berorientasi pada potensi dasar manusia secara lebih sistematik dan
realistik sebab bagaimanapun sederhananya suatu proses pendidikan, ultimate
goal-nya haruslah diarahkan pada tujuan yang mulia, yakni membuat manusia
benar-benar menjadi manusia dengan melaksanakan proses pendidikan yang
memanusiakan manusia. Untuk mengoptimalkan serta mengaktualkan potensi
dasar kemanusiaan itu menjadi inti kegiatan Tarbiyah Islamiyah.
Untuk mencari serta menemukan paradigma baru, pendidikan Islam yang
humanistik, pekerjaan paling awalnya adalah menelaah manusia itu sendiri baru
kemudian menelaah konstelasi pendidikan Islam agar bisa menemukan hubungan
keduanya. Menurut Abdurrahman Mas’ud, dinyatakan bahwa:
Konsep humanisme religius merupakan sebuah konsep keagamaan yang
menempatkan manusia sebagai manusia, serta upaya humanisasi ilmu-
ilmu dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hablum minallah dan
hablum minannas. Yang jika konsep ini diimplementasikan dalam praktek
dunia pendidik Islam akan berfokus pada akal sehat (common sense),
individualisme (menuju kemandirian), tanggung jawab (responsible),
pengetahuan yang tinggi (first for knowledge), menghargai orang lain
(pluralisme), kontektualisme (hubungan kalimat), lebih mementingkan
fungsi dari simbol, serta keseimbangan antara reward dan punishment.4

3
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
(Jakarta: Kencana, 2006), hal. 80
4
Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Non Dikotomik Humanisme
religius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Gamma Media, 2002, hal. 193
3

Jadi dapat disimpulkan bahwaa humanisme religius merupakan salah satu


nilai keagamaan yang menempatkan manusia sebagai manusia, serta upaya
humanisasi ilmu ilmu dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hablun
minallah dan hablun minan naas.
Dalam ajaran Islam, pembahasan mengenai hablun minallah dan hablun
minan naas mendapat perhatian yang sangat besar sebagaimana termaktub dalam
Al-Qur’an Surah Al-Imran ayat 112. Hal ini dikarenakan manusia merupakan
khalifah atau pemimpin di bumi yang memiliki dua tanggung jawab utama yaitu
tanggung jawab kepada Allah (hablum minallah) dan tanggung jawab kepada
sesama manusia (hablum minan naas), Allah SWT berfirman:

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan
mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi
kerendahan….”5

Menumbuhkan nilai humanisme religius kepada peserta didik ini penting


dan perlu mendapat perhatian lebih karena akhir akhir ini, PAI khususnya, banyak
sekali menghadapi berbagai problem atau masalah, seperti problem degradasi
moral peserta didik yang sampai saat ini masih sulit untuk diatasi, seperti acuh
terhadap sekitarnya, individualis, dan sebagainya. Problem ini semakin merebak
dengan dilatarbelakangi beberapa faktor, misalnya dampak globalisasi yang ada.
Penelitian ini membahas mengenai implementasi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan humanisme religius di Pondok
Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani, dimana humanisme religius merupakan
salah satu nilai keagamaan yang menempatkan manusia sebagai manusia, serta
upaya humanisasi ilmu ilmu dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hablun
minallah dan hablun minan naas.

5
Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: PT. Insan Media Pustaka, 2013), 3:112.
4

Dalam dunia pendidikan, memang tidak dapat kita pungkiri bahwa


dampak globalisasi memberikan berbagai hal positif, misalnya saja adanya
berbagai kemudahan akses dalam penyelenggaraan pendidikan, sehingga
penyelenggaraaan pendidikan bagi peserta didik tidak lagi dibatasi oleh ruang dan
waktu. Namun demikian, juga tidak bisa dipungkiri bahwasanya dengan
kemudahan ini, peserta didik bebas mengakses berbagai hal, termasuk yang
sifatnya negatif.
Persoalan yang juga saat ini sering terjadi adalah banyaknya peserta didik
yang salah mengakses informasi pendidikan, sehingga informasi yang didapat
pada dasarnya tidak sesuai atau tidak relevan. Hal ini dikarenakan lingkungan
globalisasi memberikan akses seluas luasnya kepada seluruh masyarakat untuk
bebas memberikan dan mengambil berbagai informasi, sehingga kesalahan
kesalahan akses informasi mengenai pendidikan tentu tidak dapat dihindari bagi
peserta didik yang kurang cermat.
Dampak globalisasi lainnya adalah kecanggihan teknologi yang kemudian
juga memunculkan dampak negatif di kalangan peserta didik, misalnya
kecanduan teknologi yang membuat peserta didik tidak bisa terlepas dari
penggunaan teknologi tersebut, contohnya kecanduan gadget.
Survey mengenai penggunaan gadget dikalangan peserta didik ini pun
sudah sering kali dilakukan. Salah satunya ialah sebuah survey yang dilakukan
dikalangan anak dan remaja dengan melibatkan 400 responden berusia 10 sampai
19 tahun yang mewakili wilayah perkotaan dan pedesaan di seluruh Indonesia.
Hasilnya sebanyak 98 persen dari anak dan remaja mengaku mengetahui
internet dan 79,5 persen di antaranya adalah pengguna internet.
Motivasi bagi anak dan remaja untuk mengakses internet, yaitu untuk
mencari informasi, dan terhubung dengan teman (baik teman lama maupun teman
baru) serta untuk hiburan. Pencarian informasi yang dilakukan sering didorong
oleh tugas tugas sekolah, sedangkan penggunaan media sosial dan konten hiburan
didorong oleh kebutuhan pribadi.6

6
Kompas.com tanggal akses 12 September 2019, 18:33 WIB tentang motivasi anak dan
remaja mengakses internet.
5

Sebuah penelitian mengenai kecanduan gadget ini juga dilakukan oleh


Fahdian Rahmandani, dkk mengenai analisis dampak penggunaan gadget
terhadap kepribadian dan karakter peserta didik. Hasil penelitian yang diperoleh
menjelaskan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan akan membentuk pola
pikir dan kepribadian peserta didik menjadi cenderung pasif, individualis,
tertutup, kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Hal ini
dikarenakan penggunaan gadget yang berlebihan, secara perlahan lahan
membentuk suatu pola kebiasaan yang individualistik dan oportunis dalam diri
peserta didik.7
Apabila masalah degradasi moral peserta didik ini tidak segera
mendapatkan solusi, maka masalah yang jauh lebih besar tentu tidak dapat
dihindari lagi, misalnya hancurnya rasa kemanusiaan, terkikisnya semangat
religius, kaburnya nilai nilai kemanusiaan serta hilangnya jati diri dan kepribadian
bangsa, merupakan kekhawatiran puncak dalam kancah pergulatan global.8
Namun demikian, tidak dapat kita pungkiri bahwa untuk mengatasi berbagai
problem atau permasalahan ini dibutuhkan berbagai cara dan kesungguhan dari
berbagai pihak. Salah satunya adalah berbagai cara dan kesungguhan dari para
penyelenggara pendidikan di berbagai lembaga pendidikan untuk menumbuhkan
humanisme religius yang berlandaskan ajaran Agama Islam.
Pentingnya menumbuhkan nilai humanisme religius dalam kepribadian
peserta didik yang berlandaskan ajaran Agama Islam ini disebabkan, nilai inilah
yang nantinya akan dijadikan sebagai pedoman kehidupan, baik hubungannya
dengan masyarakat (hablun minannas) maupun hubungannya dengan Allah
SWT (hablun minallah).9Selain itu, apabila kita tinjau lebih jauh mengenai tujuan
pendidikan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, jelaslah bahwa tujuan nasional diselenggarakannya pendidikan adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
7
Fahdian Rahmandani, dkk,”Analisis Dampak Penggunaan Gadget terhadap Kepribadian
dan Karakter Peserta Didik”, Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, P-ISSN 2623-0216, E-ISSN
2623-0224, (Mei 2018), hal. 29
8
Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori, dan Aplikasi
Praksis dalam Dunia Pendidikan), (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), ha1. 7
9
Aat Syafaat, Sohari Sahrani dan Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 16
6

bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu dan
sebaginya.
Dengan demikian implementasi Pembelajaran PAI dalam menumbuhkan
humanisme religius ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam
menyelesaikan problem atau masalah yang sedang dihadapi dunia pendidikan,
khususnya PAI.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
sebuah penelitian kualitatif deskriptif untuk melihat, mengamati dan
mendeskripsikan lebih jauh mengenai implementasi Pembelajaran PAI dalam
menumbuhkan humanisme religius.
Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini ialah PP Darussalam
Aur Duri Sumani. Hal ini dikarenakan, PP Darussalam Aur Duri Sumani
merupakan salah satu lembaga pendidikan terbaik di kabupaten Solok yang sangat
memperhatikan pengembangan dan penerapan ajaran Islam, baik pengembangan
dan penerapan dalam hal ilmu pengetahuan, sikap, nilai ataupun karakter peserta
didik yang diaplikasikan melalui berbagai program pembelajaran, khususnya
melalui pelaksanaan program pembelajaran PAI, baik di dalam maupun
diluar kelas yang kemudian dinternalisasikan kepada peserta didik melalui
berbagai aspek, baik dari aspek karakter yang harus ditampilkan pendidik sebagai
suri tauladan, penyampaian materi atau metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran dan sebagainya demi mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu
membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa.
Melalui berbagai program inilah PP Darussalam Aur Duri Sumani mampu
menumbuhkan dan menanamkan nilai nilai atau karakter yang sesuai dengan
ajaran Islam kedalam pribadi setiap peserta didik, misalnya sikap saling
menghormati, saling menghargai, semangat, sopan santun, sabar, dan sebagainya.
Selain itu, jika ditinjau dari sisi prestasi, PP Darussalam Aur Duri Sumani
merupakan salah satu lembaga yang berhasil mengantarkan peserta didiknya
mengembangkan berbagai potensi yang mereka miliki, sehingga memperoleh
berbagai prestasi, baik prestasi akademik maupun non akademik.10

10
Observasi, PP Darussalam Aur Duri Sumani, 17 Desember 2021
7

Atas dasar inilah peneliti memilih mengadakan penelitian di lokasi


tersebut dengan tema “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dalam menumbuhkan Humanisme Religius di PP Darussalam Aur Duri Sumani”.
B. Perumusan Masalah

Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang akan dicari


jawabannya melalui proses penelitian. Fokus penelitian ini disusun secara
singkat, jelas, spesifik, operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya.
Berdasarkan uraian pada konteks penelitian, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
menumbuhkan humanisme religius di Pondok Pesantren Darussalam Aur
Duri Sumani?
2. Bagaimana karakter humanis religius peserta didik di Pondok Pesantren
Darussalam Aur Duri Sumani?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju
dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian ini mengacu kepada masalah
masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk :
1. Mendeskripsikan metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
menumbuhkan humanisme religius di Pondok Pesantren Darussalam Aur
Duri Sumani.
2. Mendeskripsikan karakter humanis religius peserta didik di Pondok
Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian berisi mengenai kontrubusi yang diberikan setelah
selesai melakukan penelitian. Manfaat penelitian ini dapat bersifat teoritis
maupun praktis, misalnya manfaat bagi instansi, penulis maupun masyarakat
secara keseluruhan.
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang besar baik bagi
peneliti sendiri, lembaga pendidikan ataupun masyarakat pada umumnya.
8

Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
pengetahuan dan wawasan mengenai implementasi Pembelajaran PAI
dalam menumbuhkan humanisme religius.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
a. Pihak perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
1) Menambah literatur perpustakaan UMSB khususnya jurusan PAI
2) Bahan informasi dan ilmu pengetahuan tentang implementasi
Pembelajaran PAI dalam menumbuhkan humanisme religius,
khususnya jika ditinjau dari aspek metode yang digunakan oleh
pendidik, serta karakter humanis religius peserta didik dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi atau
sumbangsih pemikiran bagi lembaga pendidikan PP Darussalam Aur
Duri Sumani khususnya, mengenai implementasi Pembelajaran PAI
dalam menumbuhkan humanisme religius.
c. Bagi Peneliti
1) Penelitian ini memberikan pengalaman tersendiri bagi peneliti
dalam penulisan karya ilmiah baik secara teori maupun secara
praktek.
2) Penelitian ini memperkaya wawasan pengetahuan peneliti
mengenai implementasi Pembelajaran PAI dalam menumbuhkan
humanisme religius.
E. Penjelasan Judul
Definisi istilah berisi mengenai beberapa pengertian dari istilah istilah
penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuan
9

definisi istilah adalah agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah
sebagaimana dimaksud oleh peneliti.
1. Definisi implementasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) implementasi
memiliki arti pelaksanaan atau melaksanakan. 11 Definisi impementasi yang
dimaksud oleh peneliti dalam penelitian ini ialah pelaksanaan suatu proses
pembelajaran PAI dalam sebuah lembaga pendidikan untuk mencapai
tujuan yang di inginkan.
2. Definisi pembelajaran PAI
Pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
merupakan proses, cara dan perbuatan menjadikan orang belajar.12
Sedangkan definisi PAI dapat dipahami sebagai suatu proses pendidikan
yang memberikan tuntunan dan pedoman dalam kehidupan seseorang,
agar dapat membentuk sebuah kehidupan yang sesuai dengan ideologi
Islam.
Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaibany menyebutkan
bahwa Pembelajaran PAI ialah segala upaya untuk mengubah
tingkah laku seseorang baik dalam hal kehidupan pribadinya, kehidupan
kemasyarakatannya maupun kehidupan alam sekitarnya, melalui sebuah
proses pendidikan.13
Definisi Pembelajaran PAI yang dimaksud oleh peneliti dalam
penelitian ini ialah sebuah proses pendidikan yang memberikan tuntunan
dan pedoman untuk memperbaiki kehidupan pribadinya, masyarakat dan
alam sekitarnya sesuai dengan ajaran Islam, agar mampu mencapai
kehidupan yang bahagia dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak.
3. Humanisme religius

11
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hal. 548
12
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal.
24
13
Djumransjah dan Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam: Menggali Tradisi,
Meneguhkan Eksistensi, (Malang: UIN Malang Press), hal. 18-19
10

Humanisme religius merupakan suatu nilai keagamaan yang


menempatkan manusia sebagai manusia, serta upaya humanisasi ilmu ilmu
dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hablun minallah dan hablun
minan naas.14
Definisi humanisme religius yang dimaksud oleh peneliti dalam penelitian
ini ialah suatu nilai keagamaan yang terfokus pada tiga poin utama, yaitu
semangat keilmuan untuk mengembangkan potensi diri, semangat mendekatkan
diri kepada Allah dengan cara mengerjakan segala kewajiban dan menjauhi segala
larangan-Nya, serta menjalin hubungan baik dengan sesama manusia dengan
berlandaskan ajaran agama Islam, seperti seperti saling menghargai antar sesama,
hormat dan patuh terhadap pendidk, memiliki semangat yang kuat. tekun, ulet,
dan sabar.
Berdasarkan definisi-definisi istilah tersebut, maka yang dimaksud
dengaan judul “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
Menumbuhkan Humanisme Religius Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri
Sumani” dalam penelitian ini adalah pelaksanaan sebuah proses dan sistem
pendidikan yang memberikan tuntunan dan pedoman kepada individu atau peserta
didik dalam rangka menumbuhkan nilai humanisme religius (suatu nilai
keagamaan yang terfokus pada tiga poin utama, yaitu semangat keilmuan untuk
mengembangkan potensi diri, semangat mendekatkan diri kepada Allah dengan
cara mengerjakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan-Nya, serta
menjalin hubungan baik dengan sesama manusia dengan berlandaskan ajaran
agama islam, seperti saling menghargai antar sesama, hormat dan patuh terhadap
pendidk, memiliki semangat yang kuat. tekun, ulet, dan sabar) untuk menciptakan
atau membentuk pribadi dan karakter peserta didik yang sesuai dengan ajaran
Islam.
F. Sistematika Penulisan

14
Abdurrahman Mas’ud, Menggagas format pendidikan Nondikotomik (Humanisme
Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam), (Yogyakarta: Gama Media, 2007), hal. 193
11

Sistematika penulisan berisi deskripsi alur pembahasan tesis yang dimulai


dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Berikut ini akan dipaparkan penjelasan
dari bab satu hingga bab terakhir, yaitu sebagai berikut:
Bab Satu berisi pendahuluan, merupakan gambaran global dari judul
tesis yang meliputi: konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, definisi istilah, serta sistematika penulisan. Fungsi bab ini
adalah untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai pembahasan dalam
tesis.
Bab Dua berisi kajian teoritis, pada bab ini akan dipaparkan kajian teori
yang memuat tentang implementasi Pembelajaran PAI serta kajian teori mengenai
humanisme religius. Fungsi dari bab ini adalah sebagai landasan teori pada bab
berikutnya guna menganalisa data yang diperoleh dari penelitian.
Bab Tiga berisi metode penelitian, pada bab ini memuat metode yang
digunakan. Fungsi bab ini adalah untuk acuan atau pedoman dalam penelitian,
berupa langkah langkah yang harus diikuti untuk menjawab pertanyaan dalam
fokus penelitian.
Bab Empat berisi penyajian hasil penelitian dan analisis data, pada bab ini
berisi paparan yang berkaitan dengan gambaran objek penelitian, penyajian data
dan analisis serta pembahasan temuan.
Bab Lima berisi kesimpulan, bab ini merupakan bab terakhir yang
memaparkan tentang kesimpulan dari penelitian yang dilengkapi dengan saran
saran dari penulis dan diakhiri dengan penutup.

BAB III
12

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian lapangan (field
Research), dimana maksud dari penelitian lapangan adalah penelitian yang
dilakukan di suatu lokasi ditengah-tengah masyarakat untuk memberikan
gambaran yang lengkap tentang suatu keadaan.15 Pada dasarnya, pelaksanaan
metode kualitatif dalam suatu penelitian sangatlah bergantung pada ketajaman
analisis, objektifitas, sistematik dan bukan kepada statistik dengan menghitung
beberapa besar kebenaran dalam interpretasinya. 16 Dalam penelitian yang bersifat
lapangan ini, peneliti menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan apa adanya, penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang
tidak berwujud angka atau bilangan akan tetapi menerangkan apa adanya di
lapangan.17
Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa penelitian deskriptif tidak
dimaksud untuk menguji suatu hipotesis tertentu, melainkan hanya untuk
menggambarkan “apa adanya” saja tentang suatu variable gejala atau keadaan. 18
Deskriptif Kualitatif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta
yang tampak sebagaimana adanya tanpa bermaksud mengkomparasikan atau
membandingkan.19
Sehingga, dengan menggunakan metode deskriptif dan pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini peneliti bermaksud ingin menggambarkan keadaan
yang terjadi di lapangan tentang bagaimana Implementasi Pembelajaran PAI
dalam Meningkatkan Humanisme Religius Peserta Didik di Pondok Pesantren
Darussalam Aur Duri Sumani.
15
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h. 24
16
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo: 2004), h. 195-196
17
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h.
5
18
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), h. 310
19
Hadari Nawawi, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajah MadaUniversitas Press, 1996),
h. 23
13

B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Apabila peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data di sebut Responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa
berupa benda, gerak atau proses sesuatu.20
Untuk mengungkap tentang bagaimana Bagaimana Implementasi
Pembelajaran PAI dalam Menumbuhkan Humanisme Religius Peserta Didik di
Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani, maka sumber data dalam
penelitian ini terdiri dari :
1. Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
lapangan yang berkaitan dengan apa yang diteliti atau pokok dari penelitian
yang dilakukan.21 Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian
ini adalah pendidik Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani yang
dapat memberikan data berkenaan dengan bagaimana Implementasi
Pembelajaran PAI dalam Menumbuhkan Humanisme Religius Peserta Didik
di Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani.
2. Sumber data skunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber lain
yang berkaitan dengan apa yang diteliti, dalam hal ini yaitu berkenaan
bagaimana Implementasi Pembelajaran PAI dalam Meningkatkan Humanisme
Religius Peserta Didik di Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani.
3. Sumber data skunder yang dimaksud adalah Kepala Sekolah Pondok
Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani yang ada di Pondok Pesantren
Darussalam Aur Duri Sumani yang dapat memberikan data berkenaan dengan
apa yang diteliti.

C. Teknik Pengumpulan Data

20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta; Rineka
Cipta, 2006), h. 129
21
Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 143
14

Pengumpulan data pada dasarnya merupakan suatu kegiatan operasional


agar tindakannya masuk pada pengertian penelitian yang sebenarnya. Pencarian
data di lapangan dengan mempergunakan alat pengumpul data yang sudah di
sediakan secara tertulis ataupun tanpa alat yang hanya merupakan angan-angan
tentang sesuatu hal yang akan dicari di lapangan, sudah merupakan proses
pengadaan data primer.
Teknik yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data yang
lengkap adalah:
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang di teliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan
data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara
sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan keshahihannya
(validitasnya).22
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki di
Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani sampai terkumpulnya data-
data yang diperlukan dalam penelitian ini.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan.23 Sedangkan menurut Lexy J. Moleong Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 24 Menurut Syafrudin Jamal,
wawancara terbagi kepada dua macam: a) Wawancara bebas yaitu
pewawancara bebas mengajukan apa saja, asalkan data yang dicari dapat
22
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta; Bumi Aksara, 2009), h. 52
23
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), h. 83
24
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1995), h. 135
15

dikumpulkan. b) Wawancara terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan


pewawancara dengan membawa pedoman wawancara (sederetan pertanyaan
lengkap dan terperinci).25
Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru mata
pelajaran PAI, guru non PAI, peserta didik, serta kepala sekolah Pondok
Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani, serta dengan orang-orang yang bisa
dipastikan mengetahui tentang bagaimana Imlementasi Pembelajaran PAI
dalam Meningkatkan Humanisme Religius Peserta Didik.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu data yang diperoleh dari dokumen ataupun
buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 26 Dokomentasi digunakan
untuk mencari data dari dokumen resmi, terutama dokumen internal tentang
Implementasi PAI dalam menumbuhkan Humanisme Religius peserta didik,
serta data-data lain seperti foto, gambar dan lainnya.
D. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Setelah data yang peneliti butuhkan terkumpul, lalu diolah dengan teknik
analisa deskriptif dan kualitatif, yaitu suatu cara pengolahan data yang
dirumuskan dalam bentuk kata-kata bukan angka-angka.27 Sogiyono berpendapat
bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sitematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasi data dalam kategori, menjabarkan dalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.28

Teknik pengolahan dan analisis data ini peneliti menggunakan analisis


data model Miles and Huberman. Miles and Huberman sebagaimana dikutip oleh
Sugiyono mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

25
Syafrudin Jamal, Dasar-dasar Metode Penelitian, (Jakarta Barat: The Minangkabau
Foundation, 2000), h. 64
26
Suharsimi, Op. Cit., (2006), h. 11
27
.Ibid., h. 6
28
Ibid., h. 244
16

datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data
display, dan conclusion drawing/ verification.29
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan batasan masalah dalam
penelitian ini kemudian dicari tema dan polanya. Reduksi berlangsung selama
penelitian dilaksanakan. Memilih data yang mereduksi memberikan gambaran
hasil penelitian. Maksudnya yaitu memeriksa kembali data yang diperoleh
pada setiap pertanyaan sesuai dengan masalah yang diteliti.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya dalah menyajikan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Dalam penelitian ini penyajian data digunakan sesuai dengan yang
diungkapkan Miles and Huberman dalam Sugiyono the most ferequent form of
display data for qualitative research data in the past has been narrative text.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.30
3. Conclusion Drawing/ Verification (Penarikan Kesimpulan)
Penarikan atau pengambilan kesimpulan yaitu pembahasan untuk
mencari hubungan dan mendapatkan inti permasalahan. Menurut Suharsimi
Arikunto terhadap yang bersifat kualitatif, maka pengolahannya dibandingkan
dengan suatu standar atau criteria yang telah dibuat oleh peneliti.31
Berdasarkan beberapa proses itu, dapat disimpulkan bahwa dalam
mengolah dan menganalisis data, dapat dilakukan beberapa langkah sebagai
berikut:
a. Peneliti memeriksa kembali data yang diperoleh pada setiap pertanyaan
sesuai dengan permasalahan yang telah ditelit.

29
Ibid., h. 246
30
Ibid., h. 249
31
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 312
17

b. Peneliti juga mengkaji kembali data secara mendalam dengan


menghubungkan data yang satu dengan data yang lainnya. Kemudian
dihubungkan pula dengan teori yang ada.
c. Peneliti mengambil kesimpulan dengan mengemukakan hal-hal yang
menjadi inti dari hasil penelitian yang paling mendalam.
E. Keabsahan Data
Untuk mendapatkan kriteria keabsahan data terdapat beberapa teknik
antara lain :
1. Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (Credibility). Tehnik ini dapat
dilakukan dengan jalan :
a. Perpanjangan keikutsertaan, dimana keikutsertaan peneliti sebagai
instrumen (alat) tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian,
sehingga memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan.
b. Ketekunan pengamatan, bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari
dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan
demikian perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka
ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. Peneliti hendaknya
mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan
terhadap faktor-faktor yang diteliti.
c. Trianggulasi, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding. Sehingga teknik yang paling
banyak digunakan ialah pemeriksaan terhadap sumber-sumber lainnya.
Pada teknik ini peneliti gunakan untuk membandingkan data yang ada
misalnya data dari leteratur, wawancara, dan sumber-sumber lain.
d. Kecukupan referensi, yakni bahan-bahan yang tercatat atau terekam dapat
digunakan sebagai patokan untuk menguji atau menilai sewaktu diadakan
analisis dan interpretasi data.
18

2. Teknik pemeriksaan keteralihan dengan cara uraian rinci.


Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil fokus penelitian,
dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks
tempat penelitian diadakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus
segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami
penemuan-penemuan yang diperoleh.
3. Teknik pemeriksaan kebergantungan menggunakan cara Auditing
Kebergantungan.
Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan
catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi. Pencatatan
tersebut diklasifikasikan dari data mentah hingga informasi tentang
pengembangan instrument sebelum auditing dilakukan agar mendapatkan
persetujuan resmi antara auditor dengan auditing.
4. Teknik pemeriksaan kepastian dengan cara audit kepastian yang dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Auditor perlu memastikan hasil penemuan yang berasal dari data.
b. Auditor berusaha membuat keputusan secara logis, kesimpulan itu ditarik
dan berasal dari data.
c. Auditor perlu melakukan penilaian terhadap derajat ketelitian.
d. Auditor menelaah kegiatan peneliti dalam melaksanakan pemeriksaan
keabsahan data.32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

32
lexy j. Moleong, Op.Cit., h. 326-338
19

A. HASIL PENELITIAN
Pada hasil penelitian ini, peneliti akan memaparkan data dan hasil
penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, penelitian ini
menggunakan tiga jenis teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi dan
dokumentasi. Ketiga teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data data yang
berkaitan dengan fokus penelitian, yaitu mengenai implementasi Pembelajaran
PAI dalam menumbuhkan humanisme religius. Sehingga, pada bab ini, peneliti
memaparkan dan menganalisis seluruh data yang telah diperoleh selama
melakukan penelitian dilokasi penelitian.
Paparan data dan analisis data ini merupakan proses menguraikan,
menjelaskan, dan menyusun secara sistematis seluruh data yang telah diperoleh
sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh pembaca dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Adapun data data yang telah diperoleh peneliti
mengenai implementasi Pembelajaran PAI dalam menumbuhkan humanisme
religius sebagai berikut:
1. Karakter Humanisme Religius Peserta Didik di Pondok Pesantren
Darussalam Aur Duri Sumani
Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang guru PAI di pesantren
Darussalam Aur Duri Sumani dengan Bapak Syaiful :
Menurut Bapak Syaiful bahwa salah satu tujuan pelaksanaan
Pembelajaran PAI adalah dalam rangka mengembangkan berbagai potensi
yang dimiliki peserta didik serta menumbuhkan dan menanamkan nilai
atau karakter yang humanis dan religius kedalam diri atau pribadi peserta
didik. Proses pembelajaran pada dasarnya dapat dikatakan berhasil, ketika
dua hal tersebut dapat tercapai33.

Ibu Yulvanela selaku salah satu pendidik PAI juga menambahkan


beberapa penjelasan tentang karakter humanisme religius peserta didik di PP
Darussalam Aur Duri Sumani ini, bahwa:
Karakter humanisme religius yang sudah melekat pada siswa dan
sudah bisa kita amati diantaranya hormat dan patuh kepada guru, sopan

33
Syaiful, Wawancara, Sumani, sabtu 23 Juli 2022
20

dan santun dalam berbicara, bersikap ataupun berperilaku34.

Berdasarkan penjelasan Ibu Yulvanela, karakter humanis religius peserta


didik MA PP Darussalam Aur Duri Sumani diantaranya hormat dan patuh kepada
pendidik, sopan serta santun dalam bertutur kata, bertindak maupun berperilaku.
Pernyataan Ibu Yulvanela ini senada dengan pernyataan Ibu Ratna Dewi
dalam Penjelasannya:
Yang pasti setelah berbagai hal atau katakanlah berbagai upaya
yang kita lakukan untuk menumbuhkan nilai religius ini baik melalui
proses pembelajaran, kegiatan atau program sekolah, karakter siswa yang
langsung dapat kita lihat adalah sikap hormat dan patuh mereka, kepada
gurunya ataupun saling menghargai kepada sesama teman. Siswa di
pesantren ini juga dapat dikatakan memiliki sikap hormat, santun, dan
menghargai sesama. Tidak pernah terjadi kasus saling mengejek antar
teman yang satu dengan lainnya35.

Pernyataan di atas didukung dengan hasil observasi peneliti pada selasa 26


Juli 2022 terlihat karakter humanis religius peserta didik berupa sikap hormat,
sopan dan santun kepada pendidik maupun saling menghargai kepada sesama,
memang sangat peneliti rasakan saat melakukan penelitian. Peserta didik di PP
Darussalam Aur Duri Sumani sebagian besar selalu membungkukkan badan
ketika mereka kebetulan berpapasan dan melewati salah satu pendidik ataupun
orang yang dianggap lebih tua. Pada waktu yang lain peneliti melihat seorang
pendidik yang sedang berdiri di depan pintu kelas dan tidak seorangpun peserta
didik yang berani berjalan di depannya walaupun mereka harus melewati kelas
tersebut untuk sampai kekelasnya.36
Kejadian di atas mengundang penasaran peneliti untuk bertanya langsung
peserta didik tersebut, dalam ungkapannya ia mengatakan :
Kami tidak berani melewati guru dari depan mereka, sebab kami
takut keberkahan ilmu yang kami dapat menjadi hilang hanya karena
sebab berjalan di depan guru.37

Mereka juga tidak lupa tersenyum dan bersalaman ketika bertemu dengan

34
Yulvanela, Wawancara, Sumani, Senin 25 Juli 2022
35
Ratna Dewi, Wawancara, Sumani, Senin 25 Juli 2022
36
Observasi, Sumani 26 Juli 2022
37
Mustofa, Wawancara, Sumani, selasa 26 Juli 2022
21

salah satu pendidik, mereka saling mengucapkan salam dengan diselingi


beberapa kalimat penyemangat ataupun doa ketika mereka bertemu dengan teman
dari kelas atau jurusan yang berbeda.
Selain itu, dalam bertutur kata, mereka juga menggunakan kata
kata yang sopan dan santun (seperti : barakaalah, good luck, sekses, dsan
kata semangat lainnya), ketika peneliti meminta untuk berfoto setelah
wawancara dengan salah satu peserta didik, mereka meminta bantuan
kepada temannya dengan terlebih dahulu menanyakan apakah mereka
sedang ada kesibukan atau tidak, kemudian jika mereka menjawab tidak
ada kesibukan, barulah mereka meminta bantuan, tidak lupa dengan
didahului ucapan tolong, maaf karena sudah mengganggu dan nantinya
diakhiri dengan ucapan terima kasih38.
Karakter humanis religius lainnya yang telah berhasil ditumbuhkan dan
tertanam dalam kepribadian atau karakter peserta didik juga dijelaskan oleh
Bapak Hakim Hasami. Berikut penjelasannya:
Selain sikap saling menghormati, sopan dan santun, peserta didik
di pesantren ini menurut saya juga memiliki motivasi dan rasa ingin tahu
yang tinggi dalam belajar, misalnya saja ketika diskusi, siswa yang
bertanya di setiap sesinya dapat dikatakan sangat banyak, bisa sampai
dengan tujuh atau delapan orang disetiap sesinya, begitu juga dengan yang
menjawab atau menanggapi pertanyaan, sehingga pada akhirnya
pertanyaan atau tanggapan diskusi dibatasi39.

Menurut penjelasan Bapak Hakim Hasami mengenai karakter humanis


religius peserta didik di PP Darussalam Aur Duri Sumani, selain sikap saling
menghormati, sopan dan santun, peserta didik di MA PP Darussalam Aur Duri
Sumani juga memiliki motivasi atau semangat belajar yang tinggi.

Pernyataan senada juga dijelaskan oleh Bapak Wahyu Febri Ramadhan


karakter humanis religius peserta didik, bahwasanya:
Karakter humanis religius siswa yang paling menonjol di pesantren
ini yaitu sikap saling menghormati dan semangat mereka dalam belajar.
Sebagian besar anak anak itu biasa datang pagi pagi sekali dan pulang ke
38
Observasi, 26 Juli 2022
39
Hakim Hasami, Wawancara, Sumani, Rabu 27 Juli 2022
22

asrama menjelang maghrib, baik karena ada tugas yang harus dilakukan
atau ekstrakurikuler yang mereka ikuti. Di kelas juga seperti itu, biasanya
kalau dibuka sesi tanya jawab, atau saya bertanya apa ada hal yang belum
dipahami, kurang lebih enam siswa mengajukan pertanyaannya, apalagi
ketika mereka diberi kesempatan bertanya di luar materi juga, masih
banyak yang bertanya.40

Berdasarkan pengamatan peneliti ketika proses Pembelajaran PAI


berlangsung, semangat peserta didik dalam belajar dapat dikatakan sangat
tinggi. Selama proses pembelajaran berlangsung utamanya ketika diskusi
berlangsung, sebagian besar peserta didik memang sangat antusias dalam bertanya
maupun dalam menanggapi pertanyaan. Kurang lebih sekitar enam sampai
delapan anak akan bertanya didua atau tiga sesi tanya jawab dan sebagian besar
akan menanggapi pertanyaan atau memberikan beberapa saran dan kritik41.
Begitupula pada proses Pembelajaran dikelas, semangat atau motivasi
belajar serta rasa ingin tahu peserta didik dapat dikatakan tinggi. Hal ini dapat
dibuktikan dengan keaktifan dan antusias mereka selama proses pembeajaran di
kelas, baik ketika bertanya dan menjawab beberapa pertanyaan atau persoalan
yang berkaitan dengan materi ataupun yang berkaitan dengan kejadian di
masyarakat sekitar42.
Selain itu, semangat peserta didik PP Darussalam Aur Duri Sumani dalam
mengembangkan potensi yang mereka miliki dapat terlihat dari kesungguhan
mereka dalam belajar dan mengikuti berbagai kegiatan yang ada di sekolah.
Sebagian besar peserta didik PP Darussalam Aur Duri Sumani biasa datang pagi
pagi sekali dan pulang menjelang maghrib, baik karena ada tugas yang harus
dilakukan dan diselesaikan atau ekstrakurikuler yang mereka ikuti.

Pada kesempatan yang lain, Bapak Hakim Hasami kembali menjelaskan


karakter humanis religius peserta didik di PP Darussalam Aur Duri Sumani,
bahwasanya:
Sebenarnya ada satu karakter anak anak di pesantren ini yang
sangat saya apresiasi disamping karakter karakter lainnya, yaitu ketekunan
40
Wahyu Febri Ramadhan, Sumani Kamis 28 Juli 2022
41
Observasi , Kamis 28 Juli 2022
42
Observasi, Jumat 29 Juli 2022
23

mereka dalam belajar, misalnya coba kalau istirahat anak anak


diperhatikan, banyak dari mereka yang lebih memilih untuk mengisi jam
istirahat dengan hal positif, belajar mandiri, atau musyawarah
kelompok, bimbingan dengan guru tentang tugas atau materi yang mereka
anggap susah, shalat dhuha bagi yang ingin nambah ataupun yang belum
shalat, meskipun bagi yang belum Shalat Dhuha dipagi hari sudah tercatat
tidak melakukan shalat dhuha di absensi, ataupun kegiatan lainnya.
Absensi Shalat Dhuha itu dari jam 06.00 pagi sampai jam 07.00 pagi.
Anak anak disini juga dapat dikatakan sabar, sabar menghadapi tugas
tugasnya yang banyak, karakter guru yang berbeda beda, juga teman
temannya yang berbeda beda.43

Ketekunan dan kesabaran peserta didik di MA PP Darussalam Aur Duri


Sumani juga peneliti rasakan selama observasi penelitian. Ketekunan peserta didik
dalam belajar atau mengembangkan potensi mereka sangat terasa dan terlihat,
baik selama proses pembelajaran berlangsung maupun diluar jam pelajaran. Pada
saat jam jam istirahat, jam kosong atau saat pulang sekolah, banyak dari mereka
yang memilih untuk melakukan berbagai hal positif yang erat kaitannya dengan
pengembangan diri tanpa melupakan dua hubungan utama manusia yakni
hablum minallah dan hablum minan naas.
Beberapa kegiatan yang biasa peserta didik lakukan diantaranya belajar
mandiri, atau musyawarah kelompok, bimbingan dengan guru tentang tugas atau
materi yang mereka anggap susah, shalat dhuha bagi yang belum, meskipun
sudah tercatat tidak melakukan shalat dhuha di absensi, ataupun kegiatan
lainnya. Tempat tempat yang biasa dijadikan sebagai tempat belajar mandiri atau
kelompok tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di tempat tempat yang mereka
anggap nyaman, seperti di halaman masjid, taman sekolah, perpustakaan, kantin
ataupun tempat tempat lainnya.44
Kemudian selain pengembangan diri berupa belajar mandiri, musyawarah
kelompok, ataupun bimbingan dengan pendidik, kegitan positif lainnya yang
juga mereka lakukan selama jam istirahat pertama adalah Shalat Dhuha bagi
peserta didik yang belum melaksanakannya dipagi hari. Biasanya peserta didik
yang melakukan Shalat Dhuha pada saat jam istirahat adalah peserta didik yang
43
Hakim Hasami, Wawancara, Sumani, Jumat 29 Juli 2022
44
Observasi, Jumat 29 Juli 2022
24

ingin kembali menambah Shalat Dhuha yang sudah dilakukan ataupun peserta
didik yang mengaku tidak sempat melaksanakannya dipagi hari, misalnya karena
kelalaian yang disebabkan beberapa tugas atau kegiatan yang harus mereka
lakukan dan selesaikan dipagi hari, sehingga pada akhirnya dengan terpaksa
mereka melaksankannya di jam istirahat, meski di dalam absensi mereka sudah
terhitung tidak melaksanakan Shalat Dhuha. Hal ini dikarenakan, absensi Shalat
Dhuha tertutup pada jam 07.00 pagi.
Pada beberapa kesempatan, peneliti melakukan beberapa wawancara
dengan peserta didik yang melaksanakan Shalat Dhuha pada jam istirahat.
Sebagian besar mereka menjelaskan bahwa penyebab Shalat Dhuha dijam
istirahat pertama karena ingin menambahkan amal atau pahala Shalat Dhuha
atau karena memang mereka tidak memiliki cukup waktu melaksanakan Shalat
Dhuha di pagi hari dengan beberapa alasan tertentu45. Selain tekun, peserta
didik di PP Darussalam Aur Duri Sumani juga dapat dikatakan memiliki karakter
sabar. Sabar ini dalam artian sabar dalam menyelesaikan berbagai tugas yang
diberikan oleh pendidik, sabar dalam menghadapi karakter pendidik atau teman
yang berbeda, serta sabar dalam menghadapi berbagai masalah yang mereka
hadapi.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa terdapat beberapa karakter
humanis religius peserta didik yang sudah berhasil ditumbuhkan dan
dikembangkan di PP Darussalam Aur Duri Sumani, seperti hormat dan patuh
kepada pendidik serta saling menghormati antar sesama peserta didik, motivasi
atau semangat belajar peserta didik yang tinggi serta tekun dan sabar.
Selain melalui implementasi pembelajaran PAI, terdapat beberapa hal
yang mendukung proses menumbuhkan dan mengembangkan karakter humanis
religius peserta didik. Beberapa faaktor pendukung menumbuhkan dan
mengembangkan karakter humanis religius peserta didik di PP Darussalam Aur
Duri Sumani diantaranya sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh bapak
Hakim Hasami, yakni:
Faktor pendukung lainnya yang juga ikut berpengaruh dalam

45
Wawancara, Peserta didik, Sabtu 30 Juli 2022
25

menumbuhkan karakter siswa ini adalah banyaknya program sekolah yang


mengarah pada penanaman nilai nilai keagamaan, misalnya setiap selasa
pagi peserta didik di rutinkan dengan kegiatan yang dinamakan zikir sehat
bersama bersama seluruh masyarakat pesantren, pada hari jumat pagi
setelah sholat dhuha diadakan acara muhadarah yang digilir setiap kelas,
dan pada siangnya bagi santri laki-laki diwajibkan melaksanakan sholat
jumat di masjid pesantren yang mana khatib dan muazinnya juga di gilir
perkelas. Semuanya ini dilakukan agar anak anak memiliki karakter atau
nilai yang sesuai dengan ajaran Islam46.

Penjelasan serupa juga disampaikan oleh Bapak Zaituni selaku Kepala


Sekolah mengenai faktor pendukung pengembangan karakter humanis religius
peserta didik di PP Darussalam Aur Duri Sumani, bahwa:
Faktor lain yang juga banyak pengaruhnya adalah adanya program
sekolah yang mendukung tercapainya tujuan Pembelajaran PAI dalam
menumbuhkan humanisme religius peserta didik, misalnya ada progam
one day one ayat (satu hari satu ayat) hafalan ayat Al quran sehingga
waktu senggang mereka disibukkan dengan menghafal ayat-ayat Al quran.
Demikian juga kalau bulan Ramadhan, peserta didik diberikan surat
tugas untuk mengisi jadwal ceramah atau dakwah di masjid terdekat di
tempat mereka menetap yang fungsinya untuk melatih setiap peserta didik
mampu umtuk menyampaikan kebaikan-kebaikan di depan umum. Artinya
dukungan pihak sekolah kepada tujuan pembelajaran PAI dalam
menumbuhkan humanism religius ini sangat besar sekali, karena memang
untuk menanamkan nilai atau karakter ini tidak cukup dilakukan hanya
pada waktu pelajaran saja, tapi membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Karena itu kerja sama seluruh warga sekolah itu sangat dibutuhkan47.

Dengan demikian, juga terdapat beberapa kegiatan diluar pembelajaran


PAI, yang mendukung Pembelajaran PAI dalam menumbuhkan humanisme
religius seperti yang disampaikan oleh Pimpina Yayasan yaitu :

Dalam menumbuhkan humanism religius peserta didik terdapat


kegiatan yang dilakukan setiap hari jumat dalam kurun satu kali dua
bulan yaitu dengan berziarah ke kuburan para syekh atau guru-guru agama
terkemuka zaman dahulu termasuk ziarah ke kuburan syech Chotib
sebagai pendiri Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani. Hal ini
dilakukan untuk mengingatkan kepada peserta didik, setiap kebaikan yang

46
Hakim Hasami, Wawancara, Sumani, 01 Agustus 2022
47
Zaituni, wawancara, Sumani, Selasa 02 Agustus 2022
26

dilakukan semasa hidup sampai ke liang lahatpun akan tetap dikenang48.

Pada waktu yang berbeda beliau menambahkan :


Di Pesantren ini juga diadakan rutinitas minimal satu kali dalam
setahun mengundang penceramah kondang yang sedang viral di media
sosial, seperti Ustadz Abdul Shomad, Ustadz Zulkifli Muhammad Ali,
terakhir di tahun ini telah di undang Ustadz Orange. Yang fungsinya untuk
memotivasi peserta didik sekaligus menjadi orang-orang yang terbaik di
zamannya.

Berdasarkan seluruh data wawancara, observasi dan dokumentasi dapat


diketahui bahwa beberapa karakter humanis religius yang telah berhasil
ditumbuhkan dan dikembangkan kepada peserta didik diantaranya: Sikap Hormat
dan patuh kepada pendidik serta saling menghormati antar sesama peserta didik,
motivasi atau semangat belajar peserta didik yang tinggi serta ketekunan dan
kesabaran peserta didik yang juga dapat dikatakan tinggi.
2. Evaluasi Pembelajaran PAI dalam Menumbuhkan Humanisme Religius
Peserta didik di Pondok Pesantren Darussalam
Evaluasi merupakan salah satu komponen yang sudah dirancang dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang mana evaluasi merupakan tahap
akhir dalam proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dimaksudkan untuk
meneliti maupun mengetahui sejauh mana tingkat ketercapaian tujuan
pembelajaran PAI dalam menumbuhkan humanism religius peserta didik di
Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani. Berikit ini peneliti paparkan
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dalam hal evaluasi pemeblajaran
PAI dalam menumbuhkan humanisne religius peserta didik di Pondok Pesantren
Darussalam Aur Duri Sumani.
Sebagaimana wawancara peneliti dengan Bapak Syaiful yang menyatakan
bahwa:
Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani dalam
pembelajarannya mengacu pada kurikulum 2013, yang mana mencakup
kempetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang secara terpadu
disebut dengan pembelajaran authentic. Maka penilaian juga harus
authentic dengan menyesuaikan dengan kurikulum yang dipakai di

48
Burhanudin, Wawancara, Selasa 02 Agustus 2022
27

Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani.49

Pernyataan tersebut di perkuat dengan adanya dokumen berupa RPP yang


di dalamnya berisikan eevaluasi dan juga Rubrik penilaian dalam pembelajaran
PAI yang memuat tiga aspek seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Adapaun pernyataan Bapak Syaiful diperkuat dengan hasil observasi
peneliti di kelas bahwa untuk penilaian sikap (afektif) dalam proses penilaiannya
di dalam kelas yaitu dengan menggunakan metode penilaian teman sebaya, artinya
teman menilai temannya sendiri.50
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru PAI yang lain di Pondok
Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani, yaitu Ibu Yulvanela yang menyatakan
bahwa:
Dalam kurikulum 2013 ini tidak hanya pendidik yang turut andil
akan tetapi juga peserta didik menjadi subjek dalam pembelajaran yang
dikenal dengan istilah Student Basic Learning atau pembelajaran berpusat
pada siswa. Penilaian sikap merupakan penilaian yang sifatnya subyektif,
dalam penilaian sikap pembelajaran PAI, saya sendiri menggunakan dua
metode yang dipakai, yaitu metode observasi yang mana selama proses
pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas saya menilai sikap
peserta didik. Karena pembelajaran PAI sendiri bukan hanya untuk
menilai akademisinya saja namun juga menilai praktik dan penerapannya
di lingkungan luar sekolah.metode yang paling efektif diginakan ialah
dengan menggunakan penilaian teman sebaya karena kalua peserta didik
yang lain lebih mengenal temannya saat berada di luar sekolah.51

Bapak Zaituni selaku kepala sekolah Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri
Sumani juga memaparkan :
Pembelajaran agama merupakan pembelajaran yang kompleks,
karena pembelajaran agama berhubungan dengan hubungan manusia
dengan manusia, dengan alam, dan juga sang pencipta. Bicara tentang
evaluasi semua mata pelajaran juga mengevaluasi proses dan hasilnya.
Dalam menilai sikap tentunya diperlukan adanya pemahaman karakter dari
setiap peserta didik, hingga pendidik mampu untuk menilai setiap peserta
didik secara obyektif. Di pesantren ini terdapat dua absensi di kelas, yaitu
absensi kelas dan absensi yang di pegang masing-masing pendidik yang
dipergunakan untuk mrnjadi acuan dalam menilai sikap peserta didik.

49
Syaiful, Wawancara, Sumani, Selasa 02 Agustus 2022
50
Observasi, Rabu 03 Agustus 2022
51
Yulvanela, Wawancara Rabu 03 Agustus 2022
28

Wawancara pada waktu yang lain tentang penilaian sikap juga peneliti
lakukan dengan Muhammad Al Adan seorang peserta didik kelas XI di Pesantren
Darussalam Aur Duri Sumani yang menjelaskan :
Untuk pembelajaran Ibu Yulvanela terkadang kami peserta didik
diminta untuk menilai sikap teman kami sendiri dengan memberikan
kertas yang berisi pertanyaan tentang sikap teman yang harus di isi dengan
jujur52.

Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa penilaian


teman sebaya sangat efektif dilakukan untuk melaksanakan evaluasi sikap (afektif)
peserta didik, sebab mereka senantiasa bergaul dalam keseharian dengan teman
sebayanya, sudah tentu temannya lebih mengerti dan paham dengan sikap teman
dekatnya. Maka hal ini juga bisa menjadi acuan bagi pendidik untuk melakukan
penilaian sikap terhadap peserta didik di lingkungan pesantren.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti evaluasi kegiatan keagaaman di luar
kelas juga tidak luput dari pandangan pendidik di Pesantren Darussalam Aur Duri
Sumani seperi kegiatan rutin zikir sehat, sholat dhuha berjamaah, sholat dzuhur
berjamaah di pesantren, dan sholat jumat berjamaah bagi laki-laki di masjid
pesantren53.

Wawancara peneliti dengan Bapak Micho Al Ghifari yang bertugas sebagai


pembimbing kegiatan pesantren menjelaskan :
Penilaian kegiatan di luar pembelajaran di kelas biasanya disebut
juga dengan penilaian keterampilan yang merupakan sikap aplikasi dari
materi yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam penilaian sikap terdapat
beberapa materi yang dapat dinilai dengan cara prktik secara langsung
baik individu maupun kelompok, seperti wudhu, tayamum, praktik sholat
mayyit dan sebagainya. Maka penilaian pembelajaran PAI tidak hanya
pembelajaran di kelas saja akan tetapi juga pembelajaran di lingkungan
keluarga dan masyarakat. Di pesantren ini setiap pagi di biasakan sholat
dhuha berjamaah dan sholat dzuhur berjamaah sbelum pulang sehingga
dari sini kami para pendidik dapat menilai keterampilan siswa terutama
dalam hal ubudiyah dan juga akhlakul karimah. Kalua pemebelajaran di
kelas itu hanya sebagai simulasi sebagai bekal untuk ibadah yang
sesungguhnya.54
52
Muhammad Al Adan, Wawancara, Sumani, kamis 04 Agustus 2022
53
Observasi, jumat 05 Agustus 2022
54
Micho Alghifari, Wawaancara, sumani Jumat 06 Agustus 2022
29

Pernyataan tersebut di perkuat lagi oleh Bapak Hakim Hasami yang


menjelaskan :
Untuk mengevaluasi kegiatan rutin peserta didik seperti sholat
dhuha, sholat dzuhur berjamaah, sholat jumat berjamaah, dan hafalan Al
quran peserta didik, sudah di terapkan melalui absensi kehadiran sholat,
dan blanko penilaian hafalan peserta didik, berdasarkan absesnsi tadi akan
nampak peserta didik yang betul mengikuti kegiatan ini atau tidak.
Absensi kegiatan sholat dhuha, sholat jumat dan kegiatan lainnya di
lakukan oleh OSIS Pesantren atau dengan nama lain OSPPD (Organisasi
Siswa Pondok Pesantren Darussalam). Walaupun terlihat seperti
pengawasan ketat, namun ini dilakukan agar tanpa di absensipun kelak
mereka akan terbiasa melaksanakannya di rumah atau dimanapun saja55.

Adapun penilaian atau evaluasi pada ranah kognitif merupakan penikaian


mencakup aktivitas otak atau pengetahuan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
ibu Yulvanela beliau memaparkan :
Dalam penilaian pengetahuan, kami selaku pendidik atau guru PAI
di Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani ini, membagi penilaian
ke dalam tiga bagian, yaitu harian, penilaian tengah semester dan juga
penilaian akhir semester. Dalam penilaian harian saya melakukan pre-test
dengan tujuan untuk menilai materi-materi sebelumnya, yang ke dua saya
melakukan post-test dengan tujuan untuk menilai kefokusan peserta didik,
dan yang ketiga saya melakukan past-test dengan tujuan menilai seberapa
besar materi yang diterimadalam suatu pembelajaran. Dalam penilaian
tengah semester atau yang dikenal dengan UTS merupakan program
semester yang harus menilai kemampuan kognitif peserta didik selama
stengah semester pembelajaran, begitu pula dengan penilaian akhir
semester (PAS) yang bertujuan untuk menilai peserta didik selama satu
semester pembelajaran56.
Senada denga napa yang disampaikan oleh Bapak Syaiful selaku wakil
kesiswaan juga menyampaikan :
Kalau penilaian pengetahuan itu pasti, walaupun itu bukan tujuan utama
karena dengan perkembanagan tekhnologi dan informasi ini, peserta didik dapat
dengan mudah mengakses materi melalui searching internet melalui android
ataupun labor computer sekolah. Sekarang diberlakukan kurikulum 2013 yang
mana tidak hanya menilai pengetahuan saja akan tetapi juga menilai keterampilan
dan juga sikap peserta didik, dalam penilaian kognitif kami mengacu pada buku
lembar kerja peserta didik (LKPD), dan juga dikolaborasikan dengan kemampuan
pendidik, terdapat juga penilaian tengah semester dan penilaian akhir semester,
55
Hakim Hasami, wawancara, Sumani, Sabtu 06 Agustus 2022
56
Yulvanela, Wawancara, Sumani kamis 19 Agustus 2022
30

yang sudah tersusun dalam, program semester57.

B. TEMUAN PENELITIAN
Berdasarkan paparan data hasil penelitian dan analisis data tersebut, maka
dapat dipaparkan temuan penelitian mengenai implementasi Pembelajaran PAI
dalam menumbuhkan humanisme religius di MA PP Darussalam Aur Duri
Sumani yaitu sebagai berikut:

No Fokus Penelitian Temuan Penelitian


1 Karakter humanisme Terdapat beberapa karakter humanis
religius peserta didik di religius peserta didik di MA PP
Pondok Pesantren
Darussalam Aur Duri Darussalam Aur Duri Sumani
Sumani diantaranya:
a. Hormat dan patuh kepada pendidik
serta saling menghargai antar sesama.
b. Motivasi atau semangat belajar
peserta didik yang tinggi serta
c. Tekun dan sabar

2 Evaluasi Pembelajaran Sesuai dengan kurikulum 2013 (K-13)


PAI dalam penilaian atau evaluasi ditekankan pada
Menumbuhkan penilaian proses dan juga hasil, yang mana
Humanisme Religius evaluasi tersebut dilakukan dengan cara :
Peserta Didik di Pondok a. Evaluasi sikap
Pesantren Darussalam
Aur Duri Sumani 1) Observasi pendidik secara
langsung
2) Penilaian tutor sebaya
b. Evaluasi pengetahuan
1) Pre-test, Post-test, dan Past-tes
2) Penilaian Tengah Semester (UTS)
3) Penilaian Akhir Semester (UAS)
c. Evaluasi kegiatan keagaaman di luar
kelas
1) Penilaian kegiatan ubudiyah
2) Penilian kegiatan hafalan quran

57
Syaiful, Wawancara, Sumani, 20 Agustus 2022
31

C. PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN


Bagian ini berisi mengenai beberapa pembahasan mengenai berbagai
temuan penelitian yang telah dipaparkan, baik melalui penggunaan teknik
wawancara, observasi maupun dokumentasi, dimana selanjutnya seluruh data
hasil penelitian ini akan didiskusikan serta dianalisis dengan kajian teori. Pada
bagian ini pula akan dideskripsikan secara sistematis implementasi
Pembelajaran PAI dalam menumbuhkan humanisme religius.
1. Karakter Humanis Religius Peserta Didik di Pondok Pesantren
Darussalam Aur Duri Sumani
Salah satu tujuan Pembelajaran PAI adalah dalam rangka mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki peserta didik serta menumbuhkan dan
menanamkan nilai atau karakter yang humanis dan religius kedalam diri atau
pribadi peserta didik. Proses pembelajaran pada dasarnya dapat dikatakan
berhasil, ketika dua hal tersebut dapat tercapai. Beberapa nilai humanisme religius
yang telah berhasil menjadi karakter atau kepribadian peserta didik di MA PP
Darussalam Aur Duri Sumani diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Hormat kepada pendidik serta saling menghargai antar sesama peserta didik.
Karakter humanis religius peserta didik berupa sikap hormat kepada
pendidik serta saling menghargai antar sesama peserta didik, merupakan salah
satu karakter humanis religius peserta didik yang paling menonjol dan dapat
langsung diamati dan dirasakan ketika memasuki lembaga PP Darussalam Aur
Duri Sumani. Peserta didik di PP Darussalam Aur Duri Sumani sebagian besar
selalu membungkukkan badan ketika mereka kebetulan berpapasan dan melewati
salah satu pendidik ataupun orang yang dianggap lebih tua, serta bertutur kata dan
berperilaku baik dan sopan.
Hal ini dikarenakan menurut ajaran agama Islam, pendidik memiliki
peranan yang sangat penting diantaranya ialah tanggung jawab dalam menentukan
arah pendidikan, karenanya kemudian Islam sangat menghormati dan
menghargai orang yang berilmu serta bertugas sebagi pendidik. Sehingga Allah
mengangkat derajat serta memuliakan mereka melebihi orang orang yang tidak
32

berilmu58.
Sebagaimana yang telah termaktub dalam Quran surah Al-Mujadilah
ayat 11:
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.59

Peserta didik di PP Darussalam Aur Duri Sumani juga senantiasa


mematuhi arahan dan bimbingan pendidik, seperti mengerjakan tugas yang telah
diberikan, menerapkan nilai nilai sesuai dengan tuntunan agama Islam dan
sebagainya. Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim telah dijelaskan bahwa peserta didik
tidak akan memperoleh ilmu dan manfaatnya tanpa mau menghormati dan
mematuhi ilmu dan orang yang mengajarkannya (pendidik)60. Al-Ghazali juga
menjelaskan dalam kitab Ihya’Ulumuddin bahwa:

Artinya: Seorang peserta didik tidak diperbolehkan menyombongkan diri atau


angkuh dengan ilmu yang telah diperolehnya serta jangan sampai
menentang atau tidak mematuhi arahan pendidik.

Hal ini mengandung pengertian bahwa terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan pendidik, agar
senantiasa dapat menunjukkan perilaku hormat diantaranya selalu berperilaku dan
bertutur kata sopan dan lemah lembut, tidak menyombongkan diri, tidak
merendahkan atau meremehkan arahan atau nasihat pendidik dan sebagainya.61

Sejalan dengan penjelasan Az-Zarnuji dan Al-Ghazali, An nawawi juga


menjelaskan bahwasanya peserta didik harus senantiasa mematuhi arahan dan
bimbingan pendidik selama sifatnya baik. Kewajiban peserta didik dalam
58
Saifullah Idris dan Tabrani, “Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks
Pendidikan Islam, hal. 108
59
Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahannya, (Bandung : CV Penerbit Diponegoro, 2000
60
Syaikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’allim, hal. 27
61
Imam Al-Ghazali, Ikhya’Ulumiddin Jilid 1, hal. 50
33

mematuhi arahan dan bimbingan pendidik adalah sebagaimana orang sakit yang
mematuhi arahan dokternya.62

Dengan demikian dapat dipahami bahwa menghormati dan mematuhi


arahan atau bimbingan pendidik merupakan salah satu kewajiban bagi peserta
didik selama bimbingan dan arahan tersebut tidak melanggar nilai Agama dan
norma yang berlaku. Hal ini disebabkan bimbingan, arahan, ataupun nasihat
yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik, pada dasarnya untuk kebaikan
hidup peserta didik agar dapat mencapai apa yang mereka cita citakan.

Selain bersikap hormat dan mematuhi segala arahan dan bimbingan kepada
pendidik, peserta didik di PP Darussalam Aur Duri Sumani juga memiliki karakter
saling menghargai antar sesama peserta didik. Menurut penjelasan beberapa
pendidik, di PP Darussalam Aur Duri Sumani tidak pernah terjadi masalah
mengenai saling mengejek antar sesama teman dengan teman yang lain.

Kewajiban saling menghargai ini sudah dijelaskan dalam Al-Quran,


sebagaimana yang sudah termaktub dalam QS. Al-Hujurat ayat 11:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki - laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang
ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan
itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa
yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.63

Berdasarkan penjelasan Qs. Al-Hujurat ayat 11 tersebut dapat dipahami


bahwa Allah SWT menegaskan larangan untuk merendahkan dan mencela orang
lain, serta memberikan panggilan panggilan yang buruk kepada orang lain.
Penjelasan Qs. Al-Hujurat ayat 11 sekaligus memberikan deskripsi mengenai
indikator saling menghargai antar sesama, sebab jika kita menghindari perilaku
tersebut maka dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap saling

62
An-Nawawi, At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, penerjemah Siri Tarbiyah, (Jakarta:
Konsis Media, 2001), hal.35
63
Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahannya,
34

menghargai yang nantinya dapat memperkuat solidaritas dan ukhuwah


islamiyah.64
b. Motivasi atau semangat belajar peserta didik yang kuat

Peserta didik di PP Darussalam Aur Duri Sumani memiliki motivasi atau


semangat yang tinggi dalam belajar dan mengembangkan potensi yang mereka
miliki. Tingginya motivasi belajar dan pengembangan diri ini dapat terlihat
selama proses pembelajaran maupun melalui berbagai kegiatan atau aktifitas yang
mereka ikuti. Dalam proses pembelajaran, tingginya motivasi atau semangat
belajar peserta didik dapat terlihat ketika tanya jawab ataupun diskusi kelas,
sebagian besar peserta didik akan terlibat penuh selama proses pembelajaran
berlangsung.

Selain itu, tingginya motivasi atau semangat peserta didik di PP


Darussalam Aur Duri Sumani ini juga terlihat diluar proses pembelajaran, seperti
keantusiasan dan keikutsertaan peserta didik kedalam berbagai kegiatan dan
sebagainya. Sebagian besar peserta didik di PP Darussalam ini mulai berada
disekolah bahkan sebelum jam setengah 6 pagi untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler dalam rangka mengembangkan potensi yang mereka miliki,
seperti berlatih atau berolahraga secara individu ataupun secara kelompok serta
menyelesaikan beberapa tugas atau kewajiban mereka lainnya, kegiatan ini
biasanya terus berlangsung sampai sekitar jam 06.30, dengan dilanjutkan dengan
Shalat Dhuha berjamaah.

Proses pembelajaran dimulai dari pukul 07.00 wib sampai dengan


15.00 wib yang nantinya akan dilanjutkan dengan ekstrakurikuler atau kegiatan
mereka lainnya sampai dengan ketentuan batas maksimal disekolah, yakni sampai
pukul 16.30 wib. Semua bentuk kegiatan ataupun ekstrakurikuler yang peserta
didik pilih dan mereka ikuti berdasarkan kemauan dan kemampuan peserta didik
dalam rangka mengembangkan potensi yang mereka miliki.

Maslow menjelaskan bahwa, pada dasarnya motivasi atau semangat dalam


mengembangkan potensi diri merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
64
Zulkarnain, “Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat”, Nuansa Vol. IX, No. 2,
(Desember 2016), 140
35

Maslow menyebutnya dengan kebutuhan aktualisasi diri (self actualization


needs), yaitu kebutuhan untuk menumbuhkan, mengembangkan dan
menggunakan segala kemampuan yang dimiliki (potensi diri). Aktualisasi diri
dilakukan dengan cara berusaha dan mengerjakan segala hal dengan baik dan
sungguh sungguh agar dapat menjadi yang terbaik sesuai dengan potensi yang
dimiliki. Maslow menjelaskan bahwa self actualization needs merupakan
kebutuhan manusia yang paling tinggi dan tentunya tidak mudah untuk dicapai65.

Dengan demikian, semangat peserta didik yang kuat dalam proses


pembelajaran dan pengembangan potensi diri akan mengarahkan mereka pada
pencapaian hasil belajar yang baik.66 Peserta didik yang memiliki semangat kuat
maka tentu juga akan bersungguh sungguh dalam belajar dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya, sehingga mereka mampu
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Imam Az-Zarnuji dalam kitabnya Ta’lim Muta’allim menjelaskan:

Artinya: Kesungguhan dapat mendekatkan sesuatu yang jauh, dan bisa membuka
pintu yang terkunci.67

Hal ini mengandung pengertian bahwa dengan semangat yang kuat dan
senantiasa bersungguh sungguh maka segala hal yang diinginkan dapat tercapai,
begitupun keberhasilan dalam proses pembelajaran. Semangat atau motivasi yang
kuat yang terdapat dalam diri seseorang atau peserta didik memiliki beberapa ciri,
diantaranya:

1 ) Memiliki keinginan atau hasrat yang kuat untuk berhasil mencapai segala
keinginannya.

2 ) Memiliki dorongan tersendiri dalam belajar maupun dalam meningkatkan


potensi diri.

3 ) Giat, suka bekerja keras dan tidak pernah berhenti atau menyerah dalam
menyelesaikan tugas.
65
Abraham H. Motivation and Personality, 46
66
Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Pendidikan Nondikotomik (Humanisme Religius
Sebagai Paradigma Pendidikan Islam), 204-205
67
Syaikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’allim, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009), 40
36

4 ) Senang mencari berbagai macam solusi pemecahan masalah yang ditemui


dalam kehidupan disekitarnya, dan sebagainya.68
c. Tekun dan sabar dalam proses pembelajaran dan pengembangan diri.

Ketekunan, dan kesabaran peserta didik merupakan salah satu aspek


penting dalam proses pembelajaran dan pengembangan diri. Ketekunan dan
kesabaran peserta didik PP Darussalam Aur Duri Sumani dalam belajar dan
mengembangkan potensi mereka sangat terasa dan terlihat, baik selama proses
pembelajaran berlangsung maupun diluar jam pelajaran.

Pada saat proses pembelajaran, ketekunan, dan kesabaran peserta didik


dapat terlihat dari sikap mereka dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Dalam proses pembelajaran, ketekunan peserta didik memiliki pengaruh secara
langsung terhadap hasil belajar peserta didik, sehingga pendidik harus senantiasa
menumbuhkan dan meningkatkan ketekunan dan kesabaran belajar ini dalam
pribadi setiap peserta didik. Adapun alternatif yang dapat dilakukan pendidik
dalam menumbuhkan dan meningkatkan ketekunan, keuletan dan kesabaran
belajar ini adalah dengan memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai
pentingnya ketekunan, keuletan dan kesabaran dalam keberhasilan proses
pembelajaran.69

Sedangkan diluar proses pembelajaran, ketekunan dan kesabaran peserta


didik dapat terlihat pada saat jam istirahat, jam kosong atau saat pulang sekolah.
Hal ini dikarenakan banyak dari mereka (peserta didik) yang memilih untuk
melakukan berbagai hal positif yang erat kaitannya dengan pengembangan diri
tanpa melupakan dua hubungan utama manusia yakni hablum minallah dan
hablum minan naas.

Beberapa kegiatan yang biasa peserta didik lakukan diantaranya belajar


mandiri, atau musyawarah kelompok, bimbingan dengan pendidik mengenai tugas

68
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2014), 83

69
Nurulia Dwiyanti Tamardiyah, “Minat Kedisiplinan dan Ketekunan Belajar”, Jurnal
Manajemen Pendidikan Vol. 12 No. 1 (Januari 2017), ISSN: 1907-4034), 27
37

atau materi yang mereka anggap sulit, shalat dhuha bagi yang belum meskipun
sudah tercatat tidak melakukan shalat dhuha di absensi, ataupun kegiatan lainnya.
Tempat tempat yang biasa dijadikan sebagai tempat belajar mandiri atau
kelompok tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di tempat tempat yang mereka
anggap nyaman, seperti di halaman masjid, taman sekolah, perpustakaan,
kantin ataupun tempat tempat lainnya.

Kemudian selain pengembangan diri berupa belajar mandiri, musyawarah


kelompok, ataupun bimbingan dengan pendidik, kegitan positif lainnya yang juga
mereka lakukan selama jam istirahat pertama adalah Shalat Dhuha bagi peserta
didik yang belum melaksanakannya dipagi hari. Biasanya peserta didik yang
melakukan Shalat Dhuha pada saat jam istirahat adalah peserta didik yang ingin
kembali menambah Shalat Dhuha yang sudah dilakukan ataupun peserta didik
yang mengaku tidak sempat melaksanakannya dipagi hari, misalnya karena
kelalaian yang disebabkan beberapa tugas atau kegiatan yang harus mereka
lakukan dan selesaikan dipagi hari, sehingga pada akhirnya dengan terpaksa
mereka melaksankannya di jam istirahat, meski di dalam absensi mereka sudah
terhitung tidak melaksanakan Shalat Dhuha. Hal ini dikarenakan, absensi Shalat
Dhuha ditutup pada jam 07.00 wib pagi.

Segala aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik PP


Darussalam Aur Duri Sumani ini sesuai dengan indikator karakter tekun, yakni
memiliki tujuan yang hendak dicapai, tidak mudah menyerah atau putus asa,
jelas serta terarah, senantiasa berpegang teguh pada pendirian, dapat
mengidentifikasi hambatan atau masalah serta menemukan solusi
penyelesaiannya.

Pentingnya ketekunan dan kesabaran ini juga dijelaskan oleh Az-


Zurjani, bahwasannya :

Artinya: Barang siapa yang menginginkan segala sesuatu dengan diiringi


ketekunan, maka tentu dia akan sampai pada apa yang diinginkannya.70
70
Syaikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’allim , 39-40
38

Selain tekun, peserta didik di PP Darussalam Aur Duri Sumani juga


memiliki karakter sabar. Sabar yang dimaksud disini memiliki artian sabar dalam
menghadapi berbagai karakter teman atau peserta didik lain yang tentunya
berbeda beda, sabar dalam menghadapi masalah, sabar dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan dan sebagainya.

Pentingnya kesabaran bagi peserta didik dalam proses pembelajaran dan


pengembangan potensi telah dijelaskan dalam Al- Quran, seperti termktub
dalam surah Al Kahfi ayat 66-70 :
Artinya: Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu
supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu
yang telah diajarkan kepadamu?"Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. dan bagaimana kamu
dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya Allah kamu akan
mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan
menentangmu dalam sesuatu urusanpun". Dia berkata: "Jika kamu
mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang
sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".71
Meski demikian, dalam proses menumbuhkan karakter humanis religius
kedalam kepribadian peserta didik, Salah satu faktor pendukung yang memiliki
kontribusi besar dalam menumbuhkan humanisme reigius di PP Darussalam Aur
Duri Sumani ialah adanya beberapa program atau kegiatan sekolah yang
mendukung tercapainya tujuan Pembelajaran PAI, khususnya dalam
menumbuhkan humanisme religius diantaranya program zikir sehat, sholat dhuha
berjamaah, dzuhur berjamaah, hafalan quran, ziarah ke makam para syekh,
muhadaroh, dan sebainya.

Hal ini dilakukan karena untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai


humanisme religius ini dibutuhkan waktu, proses, dan upaya yang tidak sedikit
agar dapat menjadi karakter peserta didik.
2. Evaluasi Pembelajaran PAI dalam Menumbuhkan Humanisme Religius
Peserta Didik di Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani.

Menurut Muhammad Zaini, evaluasi dalam pendidikanndiartikan sebagai

71
Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahannya,
39

usaha mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan


pertimbangan dalam membuat keputusan akan perlu atau tidaknya memperbaiki
suatu sistem pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai72.

Sejauh ini evaluasi pembelajaran PAI di PP Darussalam Aur Duri Sumani


dalam menumbuhkan Humanisme religius peserta didik bisa dikatakan berhasil
mencapai tujuan pembelajaran yaitudari segi pemahaman keagamaan peserta
didik menjadi lebih luas terutama dalam bidang ubudiyah. Hal ini dapat dicapai
dengan adanya kegiatan dhuha berjamaah, dzuhur berjamaah setiap hari, serta
banyaknya praktik-praktik dan hafalan quran peserta didik.

Dalam kurikulum Pendidikan 2013 evaluasi pembelajaran tidak hanya


menilai hasil akan tetapi juga menekankan pada tuga aspek penilaian yaitu
evaluasi sikap (afektif), evaluasi pengetahuan (kognitif), evaluasi keterampilan
(Psikomotorik)73.

Evaluasi sikap peserta didik yang diterapkan oleh pendidik yaitu melalui
observasi mandiri yang secara langsung dikemas melalui buku catatan pendidik
dan juga absensi pendidik. Penilaian sikap yang kedua yaitu melalui teman sebaya
yang dilakukan dengan adanya kusioner yang berisi pertanyaan terkait sikap
peserta didik yang nantinya akan diisi oleh teman sebayanya.

Penilaian sikap observasi terebut relevan dengan teori Rusydi Ananda.


Bahwa sikap dan perilaku keseharian peserta didik direkam melalui pengamatan
dengan menggunakan format yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati, baik yang terkait dengan mata pelajaran maupun secara umum.
Pengamatan terhadap sikap dan perilaku yang terkait dengan mata pelajaran
dilakukan oleh guru yang bersangkutan selama proses pembelajaran berlangsung,
seperti : ketekunan dalam belajar, percaya diri, rasa ingin tahu, kerajinan, kerja
sama, kejujuran, disiplin, peduli lingkungan, dan selama peserta didik berada di
sekolah ataupun di luar sekolah74.
72
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum (Yogyakarta : TERAS, 2009), hal. 142
73
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013
(Jakarta : 2014), hal. 47
74
Rusydi Ananda, Perencanaan Pembelajaran, (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan
Pendidikan Indonesia (LPPPI), 2009), hal. 280
40

Smsentara itu penilaian pengtahuan sendiri ada kalanya yang


menggunakan tes tertulias maupun tes lisan, namun secara umum penilaian
pengetahuan di PP Darussalam Aur Duri Sumani, terbagi menjadi beberapa
penilaian, yaitu :

1. Pre Test, Past Test, dan Past Test

Pre Test, Past Tes, dan Past Test, yang dilakukan oleh PP Darussalam Aur
Duir Sumani yaitu berupa pertanyaan secara lisan dan harus dijawab pula
secara lisan.

Menurut Moh. Sahlan. Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban
dari peserta didik dalam bentuk Bahasa lisan. Tes lisan digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi serta pemahaman
materi secara langsung oleh peserta didik.

a) Pre Tes, yaitu penilaian pengetahuan yang dilakukan pendidik ketika


pendahuluan dalam pelaksanaan pembelajaran yang pertanyaannya berisi
tentang materi-materi sebelumnya, dengan tujuan melatih daya ingat
peserta didik.

b) Past Tes, yaitu penilaian pengetahuan yang dilakukan pendidik Ketika


kegiatan inti berlangsung. Past Tes sendiri bertujuan untuk menilai
seberapa konsentrasi peserta didik Ketika proses pembelajaran.

c) Post Tes, yaitu penilaian pengetahuan yang dilakukan pendidik di akhir


krgiatan pembelajaran guna mengetahui materi telah dipahami peserta
didik75.

Sedangkan Penilaian Tengah Semester (UTS) di PP Darussalam Aur Duri


Sumani dilakukan dengan adanya ujian dalam bentuk ulangan yang berisikan
pilihan ganda ataupun latihan essay.

Penilaian tengah semester juga merupakan salah satu bentuk penerapan


dari tes tulisan, sebangaimna menurut Zainal Arifin, Tes tertulis atau bisa disebut
dengan tes essay merupakan bentuk tes dimana soal dan jawaban diberikan dalam

75
Moh. Sahlan, Evaluasi Pembelajaran, (Jember : STAIN Jember PRESS, 2013), Hal. 5
41

bentuk tulisan, tetapi dalam menjawab tidak selalu merespon dalam bentuk
tulisan, dapat huga dalam bentuk yang lain misalnya memberikan tanda,
mewarnai, mengarsir, dan menggambar.

Sementara penilaian Akhir Semester (PTS) meerupakan jenis penilaian


yang dilakukan untuk mengukur potensi dan tujuan yang telah dicapai selama satu
semester pembelajaran yang dilakukan secara serentak.

Penilaian pengetahuan yang dilakukan oleh PP Darussalam Aur Duri


Sumani relevan denganapa yang disampaikan oleh Zaini, bahwa dalam lingkup
luas evaluasi dibedakan menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif ditujukan untuk menilai peserta didik dalam jangka waktu yang relative
pendek. Evaluasi sumatif ditujukan untuk menilai peserta didik pada jangka waktu
yang relative lama, selama satu semester atau satu tahun76.

Pada bagian evaluasi keterampilan atau penerapan dalam kehidupan sehari


hari dalam hal ini penilaian dapat dilakukan dengan menilai dari praktik-praktik
materi, hafalan, dan juga penilaian langsung Ketika sholat dhuha, dan dzuhur
berjamaah, maupun sholat jumat berjamaah.

Hal tersebut relevan dengan pendapat Moh. Sahlan. Tes untuk unjuk kerja
adalah tekhnik penilaian berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas peserta
didik dalam melakukan sesuatu. Sesuatu tersebut bisa berupa praktik, ataupun
penerapan dalam kehidupan sehari-hari77.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis paparkan pada bab sebelumya,


maka kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Karakter Karakter humanisme religius peserta didik di PP Darussalam Aur
Duri Sumani adalah berupa hormat dan patuh kepada pendidik serta saling
76
Muhammad Zaini Pengembangan Kurikulum, hal. 103
77
Moh. Sahlan Evaluasi Pembelajaran, (Jember ; STAIN Jember PRESS,
2013), hal. 6
42

menghormati antar sesama peserta didik, semangat belajar peserta didik yang
tinggi, serta tekun dan sabar baik dalam dalam menghadapi berbagai karakter
teman atau peserta didik lain yang tentunya berbeda beda, sabar dalam
menghadapi masalah, dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dan
sebagainya.
2. Evaluasi pembelajaran PAI dalam menumbuhkan humanisme religius peserta
didik di Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani adalah berupa
penilaian sikap (afektif) peserta didik dengan melakukan observasi mandiri
atau secara langsung dengan mengamati sikap peserta didik, juga
menggunakan kusioner penilaian sikap teman sebaya untuk menilai sikap
temannya yang lain. Pada penilaian pengetahuan (kognitif) ialah
menggunakan pre test, past tes dan post tes, serta pelaksanaan UTS dan UAS.
Kemudian pada penilaian keterampilan (psikomotor) atau penerapan
pembelajaran PAI di lakukan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan
keagamaan yang ada di Pondok Pesantren Darussalam Auri Duri Sumani,
seperti program sholat dhuha, sholat dzuhur, dan sholat jumat berjamaah di
pesantren.
B. SARAN
1. Bagi Kepala Sekolah Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani
a. Diharapkab mempertahankan dan mengembangkan program program atau
kegiatan yang dapat membantu pembelajaran PAI dalam menumbuhkan
humanism religius peserta didik.
b. Diharapkan senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
seluruh warga Pondok Pesantren Darussalam Aur Duri Sumani..
2. Bagi Pendidik
a. Diharapkan senantiasa memberikan keteladanan, arahan, bimbingan serta
motivasi kepada peserta didik, khususnya dalam menumbuhkan humanism
religius peserta didik.
b. Diharapkan senantiasa mempertahankan dan lebih mengembangkan
penggunaan evaluasi terhadap sikap dan penerapan peserta didik dalam
hal ubudiyah.
43

3. Bagi Peserta Didik


a. Melalui Implementasi Pembelajaran PAI ini diharapkan peserta didik lebih
meningkatkan kualitas hasil belajarnya, khususnya yang berkaitan dengan
nilai humanism religius, baik dalam bertutur kata, berperilaku, maupun
pada nilai pembelajaran PAI.
b. Diharapkan peserta didik senantiasa meningkatkan motivasi belajarnya
serta senantiasa menghormati, meneladani dan mematuhi arahan atau
bimbingan dari pendidik.

Anda mungkin juga menyukai