Anda di halaman 1dari 29

A.

Judul Penelitian
PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DI PESANTREN TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK
DARUN NAJAH PETAHUNAN SUMBERSUKO LUMAJANG TAHUN
PELAJARAN 2021/2022.
B. Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu
peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.
Ibarat biji mangga bagaimanapun wujudnya jika ditanam dengan baik, pasti
menjadi pohon mangga dan bukannya menjadi pohon jambu.1
Pendidikan merupakan suatu proses yang memberikan manusia berbagai
macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri. Banyak proyek yang
dibicarakan, ketika kita membicarakan pendidikan aspek aspek yang biasanya
paling dipertimbangkan adalah penyadaran, pencerahan, pemberdayaan dan
perubahan prilaku.2
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan tertentu
(pengajaran, bimbingan atau latihan) serta interaksi individu dengan
lingkungannya untuk mencapai manusia seutuhnya (insan kamil). Usaha yang
di maksut adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara sadar
dan terencana sedangkan kemampuan berarti kemampuan dasar atau potensi.
Setiap manusia mempunyai potensi untuk dapat dididik dan dapat mendidik.
Aspek kepribadian menyangkut tentang sikap, bakat, minat, motivasi, nilai-
nilai yang melekat pada diri seseorang.
Pendidikan adalah suatu proses yang di dalamnya terdapat berbagai
komponen yang saling mempengaruhi dan ketergantungan seperti halnya suatu
sistem. Sistem pendidikan terdiri dari 12 komponen utama, yaitu tujuan dan
prioritas, peserta didik, manajemen, struktur dan jadwal waktu, isi/materi, guru

1
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2005), 1.
2
Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi, (Yogjakarta: Ar-Ruzmedia, 2010), 459.
1
dan pelaksana, alat dan sumber, fasilitas, teknologi, pengawasan mutu,
penelitian dan biaya pendidikan.
Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, bab 1 pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pasal 1 ayat (2) undang-undang tersebut dikemukakan bahwa
“pendidikan nasional adalah pendidikan yamg berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman”. Selanjutnya dalam ayat (3) dijelaskan bahwa
“sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang
saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional”.
Sedangkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional diatur dalam bab II pasal 3
yang berbunyi “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab3.
Dari berbagai pendapat tersebut bahwa pendidikan sangatlah penting bagi
peserta didik, lebih-lebihnya bagi pendidik dalam melaksanakan tugasnya, jika
terdapat kesalahan dari pendidik bisa berakibat fatal karena sasaran pendidikan
adalah manusia.
Di dalam tujuan pendidikan nasional, menjadikan peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia dan berilmu. Sehingga pendidikan islam bagi peserta didik
3
Drs. Zainal arifin, M.PD., Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 39
2
sangat penting untuk dipahami. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu
dari tiga subyek pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum setiap
lembaga pendidikan formal di Indonesia. Hal ini karena kehidupan beragama
merupkan salah satu dimensi kehidupan yang diharapkan dapat terwujud secara
terpadu.
Agama merupakan suatu kepercayaan tertentu yang dianut sebagian besar
masyarakat untuk dijadikan pegangan atau pandangan hidup. Islam adalah
berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan sepenuh hati kepada kehendak
ilahi. Kehendak ilahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati oleh manusia itu,
manfaatnya, bukanlah untuk allah sendiri tetapi untuk kemaslahatan atau
kebaikan manusia dan lingkungan hidupnya. Kehendak allah telah disampaikan
oleh malaikat jibril (terakhir) kepada Nabi Muhammad sebagai Rasulnya
berupa wahyu yang kini dapat dibaca dan dikaji selengkapnya dalam al-
Qur’an. Rasulpun telah member penjelasan, petunjuk dengan contoh
bagaimana memahami dan mengamalkan ayat-ayat Qur’an dengan sunah
beliau.4
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, menghayati, hingga mengimani
ajaran agama islam.
Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, setiap peserta didik
melaksanakan proses pembelajaran yang mana oleh guru nantinya akan dinilai
hasil belajarnya sebagai acuan keberhasilan dari mata pelajaran itu sendiri
Nilai hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai
akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Nilai hasil belajar itu sendiri
dipengaruh oleh beberapa faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal anatara lain kesehatan, intelegensi, minat baca dan motivasi
belajar. Sedangkan faktor intertnal antara lain, keluarga, sekolah, masyarakat,
lingkungan masyarakat. Di lingkungakan masyarakat banyak berdiri lembaga
non formal seperti pondok pesantren.

4
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 50.
3
Pesantren merupakan sebuah lembaga yang unik dan khas, jika ditinjau dari
sistem pendidikannya. Keunikan dan kekhasan ihilah yang menyebabkan
begitu sulitnya memberikan devinisi yang representatif untuk istilah pesantren.
Namun, jika menganalisis lebih jauh beberapa definisi yang dirumuskan para
ahli maka dapat disimpulkan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan
yang terdiri atas beberapa komponen yang menjadi indikator sebuah lembaga
pendidikan dikatakan sebagai pesantren. Komponen-komponen tersebut
meliputi pondok, masjid, pengajaran kitab klasik, santri dan kyai.
Pesantren memang merupakan sistem pendidikan islam tradisional di Jawa
dan Madura yang menjadi pusat dakwah bagi pengembangan ajaran islam
secara menyuluruh bagi masyarakat luas. Sebagai pusat dakwah, posisi
pesantren sampai sekarang tak pernah tergantikan oleh lembaga pendidikan
islam lainnya, karena selain memfokuskan pada pendalaman ilmu agama, ia
juga tidak lepas dari kajian-kajian ilmiah yang mengintegrasikan antara iman
dan moralitas ilmu pengetahuan. Secara kultur, pesantren dibangun
berdasarkan basis-basis tradisional yang bermula dari pedesaan dalam rangka
menciptakan perubahan penting bagi kemajuan peradaban islam pada masa
mendatang5.
pesantren cukup efektif untuk berperan sebagai perekat hubungan dan
pengayom masyarakat, baik pada tingkatan lokal, regional dan rasional. Pada
tataran lokal arus kedatangan tamu kepada kyai sangat besar, dimana masing-
masing tamu dengan niat yang berbeda-beda, ada yang ingin bersilaturrahmi,
ada pula yang ingin berkonsultasi, meminta nasihat, memohon do’a, berobat
dan ada pula yang ingin minta jimat untuk sugesti penangkal gangguan dalam
kehidupan sehari-hari. Para kyai juga sering memimpin majlis taklim, baik dari
inisiatif sendiri atau atas inisiatif panitia pengundang yang otomatis dapat
memberikan pembelajaran berbangsa dan bernegara kepada masyarakat di atas
nilai-nilai hakiki (kebenaran al-Qur’an dan al-Hadits) dan asasi dengan
berbagai bentuk, baik melalui ceramah umum atau dialog interatif. Oleh
karenanya, tidak diragukan lagi kyai dapat memainkan peran sebagaib agen
5
Mohammad Takdir, Modernisasi Kurikulum Pesantren, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2018), 24.
4
pembangunan dengan menyampaikan pesan-pesan pembangunan dakwah-
dakwahnya, baik secara lisan dan tindakan (uswah hasanah).
Dengan berbagai peran yang potensial dimainkan oleh pesantren di atas,
dapat dikemukakan bahwa pesantren memiliki tingkat integritas yang tinggi
dengan masyarakat sekitarnya, sekaligus sebagai rujukan moral (reference of
morality) bagi kehidupan masyarakat umum. Fungsi-fungsi ini akan tetap
terpelihara dan efektif manakala para kyai pesantren dapat menjaga
independensinya dari intervensi “pihak luar”.
Sebagai rujukan moral bagi kehidupan masyarakat, maka di dalam
pesantren terdapat pembelajaran yang wajib diikuti oleh santri. Sehingga santri
melaksanakan aktivitas belajar sesuai dengan aturan pondok pesantren. Banyak
sekali aktivitas belajar yang dilakukan oleh santri di dalam pesantren.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah
laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.
Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di
dalam interaksi belajar-mengajar. Sebagai rasionalitasnya hal ini juga
mendapatkan pengakuan dari berbagai ahli pendidikan.
Frobel mengatakan bahwa “manusia sebagai pencipta”. Dalam ajaran agama
pun diakui bahwa manusia adalah sebagai pencipta yang kedua (setelah tuhan).
Secara alami anak didik memang ada dorongan untuk mencipta. Anak adalah
suatu organisme yang berkembang dari dalam. Prinsip utama yang
dikemukakan Frobel bahwa anak itu harus bekerja sendiri. Untuk memberikan
motivasi, maka dipopulerkan suatu semboyan “berpikir dan berbuat”. Dalam
dinamika kehidupan manusia, berpikir dan berbuat sebagai suatu rangkaian
yang tidak dapat di pisahkan. Begitu juga dalam belajar sudah baarang tentu
tidak mungkin meninggalkan dua kegiatan itu, berpikir dan berbuat. Seseorang
yang telah berhenti dan berbuat perlu diragukan eksitensi kemanusiaannya. Hal
ini sekaligis juga merupakan hambatan bagi proses pendidikan yang bertujuan
ingin memanusiakan manusia. Ilustrasi ini menunjukkan penegasan bahwa
dalam belajar sangat memerlukan kegiatan berpikir dan berbuat. Aktivitas

5
belajar adalah kegiatan pembelajaran dan tidak dikatakan pembelajaran jika
tidak ada aktivitas di dalamnya.
Sebagai lembaga pendidikan formal, SMK Darun Najah mendidik dan
mengarahkan peserta didiknya untuk memiliki kepribadian yang jauh lebih
baik, khususnya tentang moral. Mata pelajaran PAI sebagai proses
pembelajaran tentang kerohanian dan ilmu-ilmu agama. Karena ada faktor luar
yakni adanya pesantren, sehingga peserta didik memiliki dua gambaran yang
berbeda. Ada peserta didik yang hanya sekolah. Juga ada sebagaian peserta
didik yang bertempat tinggal di pesantren. Sebagai sekolah umum, SMK Darun
Najah memberikan pendidikan agama terbaik kepada seluruh siswa-siswinya
baik yang bermukim di pesantren ataupun yang tinggal di rumah. Peserta didik
yang bermukim di pesantren akan mendapatkan pembelajaran agama secara
konsisten di pondoknya. Sedangkan peserta didik yang tidak tinggal di
pesantren jarang mendapatkan pembelajaran agama secara konsisten. Adanya
perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang tinggal di rumah
dan di pesantren, mempengaruhi anatara aktivitas belajar dan hasil belajar.
Dari observasi yang peneliti lakukan dengan Ustadz lazim khoironi di SMK
Darun Najah Petahunan Sumbersuko Lumajang bahwa peserta didik yang
bertempat tinggal di pesantren ketika pembelajaran Pendidikan Agama Islam
berlangsung. Siswa-Siswi seperti tidak mempunyai semangat di dalam kelas,
terlihat pada sikap acuh terhadap penjelasan materi yang disampaikan oleh
guru, sebagian siswa yang asyik ngobrol dengan temannya, sebagian siswa
tidur saat jam pelajaran, sebagian siswa yang dengan santainya tidak
mengerjakan tugas dan ada pula siswa yang tidak membawa buku pelajaran
sehingga pada saat pembelajaran berlangsung dan ketika diberi pertanyaan oleh
guru sebagian dari mereka ada yang tidak bisa menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut, bahkan mereka segera mencari pinjaman buku pelajaran
pada siswa lain.6

6
Khoironi lazim, wawancara, Lumajang, 15 januari 2022.
6
Dari permasalahan tersebut, mengakibatkan nilai hasil belajar pendidikan
agama islam sangatlah beragam. Maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul
“PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DI PESANTREN TERHADAP
HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA DI SMK
DARUN NAJAH SUMBERSUKO LUMAJANG TAHUN PELAJARAN
2021/2022”.
C. Pembatasan Dan Rumusan Masalah
Banyak variabel yang dapat di tindak lanjuti dalam penelitian ini. Namun
karena luasnya bidang cakupan serta adanya berbagai keterbatasan yang ada
baik waktu dana dan tenaga maka dalam penelitian ini, peneliti melakukan
batasan masalah yaitu Pengaruh aktivitas belajar di pesantren terhadap hasil
belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMK Darun Najah SumberSuko
Lumajang Tahun Pelajaran 2021/2022.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Adakah Pengaruh aktivitas belajar di pesantren terhadap hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa di SMK Darun Najah SumberSuko
Lumajang Tahun Pelajaran 2021/2022?
2. Bagaimana hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMK Darun
Najah SumberSuko Lumajang Tahun Pelajaran 2021/2022?
D. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya Pengaruh aktivitas belajar di
pesantren terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMK
Darun Najah SumberSuko Lumajang Tahun Pelajaran 2021/2022.
2. Untuk mengetahui hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMK
Darun Najah SumberSuko Lumajang Tahun Pelajaran 2021/2022.
3. Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan para akademisi para pendidik.
7
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini berfungsi untuk meningkatkan, memperbaiki suatu
keadaan berdasarkan penelitian yang dilakukan dan mencari solusi untuk
pemecahan masalah yang di temukan dalam penelitian.
Terdapat beberapa hal yang bisa diambil dari adanya penelitian yang akan
penulis lakukan. Adapun manfat dari penelitian ini, Meliputi:
1) Manfaat bagi obyek penelitian
Penelitian ini dapat memberi gambaran tentang seberapa besar pengaruh
aktivitas belajar terhadap hasil belajar siswa di lembaga yang di jadikan
obyek penelitian atau bisa menjadi acuan lembaga-lembaga lain.
2) Manfat bagi lembaga IAI Syarifuddin Wonorejo Lumajanag
Sebagai pengembangan keilmuan dalam peran pengembangan keilmuan
islam.
3) Manfaat bagi peneliti
a) Sebagai salah satu alat untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan demi masa depan yang erat.
b) Sebagai sumber inspirasi dan motivasi untuk lebih semangat dan giat
dalam berbagai macam ilmu pengetahuan.
c) Sebagai wadah untuk terus berproses dalam belajar menulis karya
ilmiah yang baik dan benar bagi peneliti.
E. Kajian kepustakaan
1. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian tersebut ada beberapa telaah pustaka yang peneliti
temukan.Telaah pustaka tersebut yaitu: pertama, skripsi milik Siti
Jamilah(2018), yang berjudul “Pengaruh Motivasi Belajar dan Keaktifan
Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di
Madrasah Aliyah Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Brotonegaran Ponorogo
Tahun Ajaran 2017/2018”. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan
bahwa : (1) Tingkat motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di
Madasah Aliyah Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Brotonegaran Ponorogo
tahun ajaran 2017/2018 dalam kategori sedang. Hal ini ditunjukkan dengan
8
prosentase jawaban siswa sebesar 69,35% atau sebanyak 43 siswa dari 62
responden. (2) Tingkat keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di
Madasah Aliyah Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Brotonegaran Ponorogo
tahun ajaran 2017/2018 dalam kategori sedang. Hal ini ditunjukkan dengan
prosentase jawaban siswa sebesar 64,52 atau sebanyak 40 siswa dari 62
responden. (3) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di Madasah
Aliyah Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Brotonegaran Ponorogo tahun ajaran
2017/2018 dalam kategori sedang. Hal ini ditunjukkan dengan prosentase
jawaban siswa sebesar 71,00% atau sebanyak 44 siswa dari 62 responden.
(4) Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat motivasi belajar dan tingkat
keaktifan belajar (X1X2) terhadap hasil belajar siswa (Y). Serta dari hasil
perhitungan analisis regresi linier berganda tentang tingkat motivasi belajar
dan tingkat keaktifan belajar.7
Kedua, skripsi milik Khanifatus Solekhah (2016), yang berjudul
“Pengaruh Aktivitas Belajar di Pesantren Terhadap Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Siswa SMK Ma’arif NU Bobotsari”. Dari hasil
analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak ada pengaruh yang positif dan signifikant aktivitas belajar di
pesantren terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa SMK
Ma’arif NU Bobotsari. Di mana besarnya pengaruh aktivitas belajar
terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam sebesar 5,7%.8
Ketiga, skripsi milik Ardi Kismawan(2019), yang berjudul Pengaruh
Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa SMPN 4 Metro Tahun Pelajaran
2018/2019. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh aktivitas belajar terhadap
hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti kelas VIII SMPN 4

7
Siti Jamilah, “Pengaruh Motivasi Belajar dan Keaktifan Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Brotonegaran
Ponorog”. (skripsi, pendidikan agama islam, Iain ponorogo, 2018)
8
Khanifatus Solekhah, “yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Belajar di Pesantren Terhadap
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SMK Ma’arif NU Bobotsari”. (skripsi,
pendidikan agama islam, Iain Purwokerto, 2016)
9
Metro tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini terbukti dari hasil pengujian
hipotesis menggunakan rumus Chi Kuadrat diperoleh harga x2 26.0614
lebih besar dari xtabel signifikan 5% dengan harga 21.026, yakni 26.0614 >
21.026. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis alternatif (Ha) diterima dan
(Ho) ditolak, dengan tingkat pengaruh sedang.Selanjutnya, dari hasil
perhitungan koefesien determinasi, Aktivitas Belajar mempunyai kontribusi
atau pengaruh sebesar 35% dalam mempengaruhi hasil belajar Pendidikan
Agama Islam dan budi pekerti kelas VIII SMPN 4 Metro. Kemudian, 65%
dipengeruhi oleh faktor lain seperti faktor dalam diri maupun luar diri yang
meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.9
Berdasarkan dari ketiga penelitian tersebut yakni milik Siti Jamilah,
Khanifatus Sholeha dan Ardi Kismawan terdapat persamaan yaitu pada
penggunaan variabel yang di teliti. Variabel tersebut adalah aktivitas
belajar. Sedangkan Letak perbedaannya, penelitian yang dilakukan Siti
Jamilah juga menggunakan variable motivasi belajar dan aktivitas belajar
sedangkan yang akan dilakukan peneliti saat ini adalah aktivitas belajar saja.
Penelitian yang dilakukan Khanifatus Sholeha adalah pengaruh aktivitas
belajar terhadap prestasi belajar.Sedangkan peneliti menggunakan aktivitas
belajar terhadap hasil belajar. Perbedaan dengan penelitian Ardi Kismawan
ialah penggunaan variable aktivitas belajar saja.Sedangkan peneliti
menggunakan variabel aktivitas belajar di pesantren.

2. Kajian Teori
a. Hasil belajar
1) Pengertian hasil belajar
9
Ardi Kismawan, “yang berjudul Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa SMPN 4 Metro” (Skripsi, Pendidikan
Agama Islam, Iain Metro, 2019).
10
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang
dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu
konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga
memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif
tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam bertindak.10
Jadi belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses
untuk mencapai tujuan sehingga belajar itu merupakan langkah-
langkah atau prosedur yang harus ditempuh. Sebagai suatu proses
tentu saja ada yang diproses (masukan) dan ada hasil pemrosesan
(keluaran). Masukan adalah siswa dengan segala karakteristiknya,
sedangkan keluaran dalam proses ini adalah hasil belajar.11
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu
setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan
perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan
keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik.
Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar adalah kemampuan
siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman
belajar dalam satu kompetensi dasar.12 Menurut Abdurrahman “Hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar”
Menurut Bloom menyatakan bahwa hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif
adalah knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman),
application (menerapkan), analisis (menguraikan), synthesis
(membentuk bangun baru) dan evalution (menilai). Domain afektif

10
Ahmad Susanto, Teori Belajar Pembelajaran Di Sekolah Dasar, (Jakarta: Fajar Interpratama
Mandiri, 2013), 4.
11
Desi Ayu Nurmala, Lulup Endah, Naswan Suhartono, “Pengaruh Motivasi Belajar Dan
Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Akutansi.Universitas Pendidikan Ganesa, Vol: 4 No: 1
Tahun: 2014, 6
12
Irma Ayunawati, “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation di SMK Tu’maninah Yasin Metro”.Universitas
Nahdlatul Ulama Lampung: Jurnal SAP, Vol. 1 No. 2 Desember 2016
11
adalah menerima, memberi respon, nilai, organisasi, karakteristik.
Domain psikomotorik mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik,
sosial.
2) Bentuk-bentuk hasil belajar
Standart nasional pendidikan mengungkapkan bahwa
“penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan
hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester dan ulangan kenaikan kelas” (SNP).
Dalam hal ini, penilaian juga harus dilakukan terhadap proses
belajar selama pembelajaran berlangsung atau penilaian
pembelajaran. Sehubungan dengan penilaian pembelajaran moekijat
mengemukakan teknik penilaian pembelajaran, yang mencangkup
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai berikut:
a) Penilain belajar pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian
tulis, lisan dan daftar isian pertanyaan.
b) Penilaian belajar keterampilan dapat dilakukan dengan ujian
praktek, analisis keterampilan dan analisis tugas, serta
penilaian oleh peserta didik sendiri.
c) Penilaian belajar sikap, dapat dilakukan dengan daftar isian
sikap dari diri sendiri, daftar isian sikap yang disesuaiakan
dengan tujuan program dan skala deferensial sematik (SDS).
Penilaian pembelajran pada umumnya mencangkup pretes,
penilaian proses, dan postes.13

3) Alat ukur hasil belajar


Untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar dapat
dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan

13
Dewinur Islamiyah, “Pengaruh Pendidikan Madrasah Diniyah Terhadap Hasil Belajar Siswa Di
Mts Roudlatut Tholabah Ngadiluwih Kediri”. (Skripsi, Pendidikan Agama Islam, Iain
Tulungagung, 2019), 39
12
ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan pada
beberapa jenis penilaian, yakni:14
a) Tes formatif
Tes formatis digunakan untuk mengukur satu atau beberapa
pokok bahasa tertentu dan bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan
tersebut. Hasil tes dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki
proses belajar mengajar pada bahan tertentu dan dalam waktu
tertentu pula.
b) Tes sub-sumatif
Tes sub-sumatif meliputi sejumlah bahan pengajaran
tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya
adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa agar
meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Hasil tes sub-sumatif
dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport.
c) Tes sumatif
Tes sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa
terhadap bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu
semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk
menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam
satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini
dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat atau
sebagai ukuran mutu sekolah.

4) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah

14
Pupuh Fathurrohman Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama,
2017), 114
13
kondisi sosiologi dan kondisi psikologis yaitu kecerdasan, bakat,
minat, motivasi, kemampuan kognitif. Faktor eksternal adalah
faktor lingkungan, faktor instrument yaitu kurikulum, program,
sarana prasarana, guru, tenaga pengajar.15
Faktor internal meliputi:
a) kondisi fisiologi
kondisi fisiologi pada umumnya berpengaruh terhadap
belajar seseorang, jika seseorang belajar dalam keadaan
jasmani yang segar akan berbeda dengan seseorang yang
belajar dalam keadaan sakit.
b) kondisi psikologis
(1) intelegensi (kecerdasan)
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan
belajar siswa dilihat dari siswa yang memiliki intelegensi
yang rendah terhadap belajar. Tingkat kecerdasan masing-
masing individu sangat menentukan berhasil atau gagalnya
siswa dalam mengikuti suatu kegiatan belajar
(2) bakat
selain kecerdasan, bakat juga besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Bakat merupakan
potensi bawaan yang masih perlu dikembangkan atau di
latih. Bakat biasanya bukan menentukan mampu atau
tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih
banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan
seseorang dalam suatu bidang
(3) minat
minat besar pengaruhnya terhadap belajar dan hasil
belajar, karena bila materi pelajaran yang dipelajari tidak

15
Desi Ayu Nurmala, Lulup Endah, Naswan Suhartono, “Pengaruh Motivasi Belajar Dan
Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Akutansi.Universitas Pendidikan Ganesa, Vol: 4 No: 1
Tahun: 2014, 7.
14
sesuai dengan minat siswa maka hasil belajar siswa tidak
akan tercapai secara maksimal.
(4) Motivasi
Motivasi adalah dorongan anak atau seseorang
untuk melakukan sesuatu, jadi motivasi adalah kondisi
psikologi yang mendorong seseorang untuk belajar.
(5) Kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang
digunakan untuk memasukkan, menyimpan, dan
mengeluarkan kembali suatu kesan dengan tiga kemampuan
dasar yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir.
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa faktor luar adalah
faktor lingkungan dan faktor instrument.16
a) Faktor lingkungan
Adalah faktor-faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan
yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat.
b) Faktor instrument
Adalah faktor-faktor yang ada dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-
faktor tersebut adalah kurikulum, program, sarana dan prasarana,
fasilitas, guru dan tenaga pengajar.

b. Aktivitas Belajar
1) Pengertian Aktivitas Belajar

16
Desi Ayu, Lulup Endah, Naswan Suhartono, “Pengaruh Motivasi Belajar Dan Aktivitas Belajar
Terhadap Hasil Belajar Akutansi.Universitas Pendidikan Ganesa, Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014, 7
15
aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting
di dalam interaksi belajar-mengajar. Sebagai rasionalitasnya hal ini
juga mendapatkan pengakuan dari berbagai ahli pendidikan.17
Aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar yang
berinteraksi sehingga menimbulkan perubahan dari perilaku
belajarnya. Misalnya dari tidak mampu melakukan kegiatan
menjadi mampu melakukan kegiatan, dan lain sebagainya.
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mempunyai peranan
yang sangat penting dalam pembelajaran tanpa aktivitas belajar itu
tidak mungkin akan berlangsung dengan baik.18
2) Jenis-jenis aktivitas belajar
Karena aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para
ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktivitas
tersebut.19 Beberapa diantaranya adalah:
a) Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksprimen, demonstrasi, pameran dan menngamati orang
lain bekerja atau bermain.
b) Kegiatan kegiatan lisan (orang)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
member saran, mengemukakan pendapat, mewancara,
diskusi, dan interuksi.

c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan

17
Sardiman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta:PT Rajawali Pers,2011),95
18
Irma Ayunawati, “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation di SMK Tu’maninah Yasin Metro”.Universitas
Nahdlatul Ulama Lampung: Jurnal SAP, Vol. 1 No. (2 Desember 2016),3
19
Oemar hamalik, proses belajar mengajar , (Jakarta: pt bumi aksara, 2011), 172
16
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan
percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu
permainan, mendengarkan radio.
d) Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa
karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman,
mengerjakan tes, dan mengisi angket.
e) Kegiatan kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta,
dan pola.
f) Kegiatan-kegiatan metric
Melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggerakan permainan menari, dan berkebun.
g) Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan
membuat keputusan.
h) Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain lain.
Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam
semua jenis kegiatan dan cover lab satu sama lain
3) Pengertian Pondok Pesantren
Sebagai institusi pendidikan islam yang dinilai paling tua,
pesantren memiliki akar transmisi sejarah yang jelas. Orang yang
pertama kali mendirikannya dapat dilacak meskipun ada sedikit
perbedaan pemahaman. Di kalangan ahli sejarah terdapat
perselisihan pendapat dalam menyebutkan pendiri pesantren
pertama kali. Sebagian mereka menyebutkan Syaikh Maulana
Malik Ibrahim, yang dikenal sebagai syaikh Maghribi, dari

17
Gujarat, India, sebagai pendiri/pencipta pondok pesantren yang
pertama di jawa.20
Pesantren sendiri merupakan salah satu lembaga pendidikan
islam yang berkembang pesat di Indonesia yang bersifat
tradisionalis. Lembaga tersebut merepresentasikan sebuah sistem
al-tarbiyah al-islamiyah yang bercorak ke indonesiaan, yang
selanjutnya membentuk komunitas tersendiri yang diberi nama
“pesantren”.
Pendidikan pesantren bukan hanya berperan dalam bidang
keagamaan atau dakwah, melainkan juga dalam bidang revolusi
moral dan perubahan sosial bagi kemaslahatan umat. Tidak heran
jika pesantren dikenal sebagai lembaga multikultur dan multifungsi
yang berperan aktif dalam pengembangan kemasyarakatan dan
keagamaan sehingga eksistensinya melekat dalam struktur dan
dinamika persoalan yang berkembang di lingkungan masyarakat
sekitar.21
4) Tujuan pondok pesantren
Tujuan umum pesantren adalah membina warga negara
agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama
islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi
kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna
bagi agama, masyarakat dan Negara. Adapun tujuan khusus
pesantren adalah sebagai berikut:
a) Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi
seorang muslim yang bertakwa kepada allah SWT, berakhlak
mulia, memiliki kecerdasan keterampilan dan sehat lahir batin
sebagai warga negara yang berpancasila.
b) Mendidik siswa/santri untuk menjadikan manusia muslim
selaku kader-kader ulama dan mubaligh yang berjiwa ikhlas,
20
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi,
(Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama),7.
21
Muhammad Takdir, Moderenisasi Kurikulum Pesantren, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2018), 14.
18
tabah, tangguh, wiraswasta dan mengamalkan sejarah islam
secara utuh dan dinamis.
c) Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya dan bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa
dan negara.
d) Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro
(keluarga) dan regional (pedesaan/masyarakat lingkungannya).
e) Mendidik siswa/santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap
dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan
mental-spiritual.
f) Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka
usaha pembangunan masyarakat bangsa.
Rumusan tujuan ini adalah yang paling rinci diantara
rumusan yang pernah diungkapkan beberapa peneliti, tetapi
harapan untuk memberlakukan tujuan tersebut bagi seluruh
pesantren rupanya kandas. Kyai-kyai pesantren tidak
mentransfer rumusan tersebut secara tertulis sebagai tujuan
baku bagi pesantrennya kendati orientasi pesantren tidak jauh
berbeda dengan kehendak tujuan tersebut.22
5) Fungsi Pondok Pesantren
Secara umum pesantren tetap memiliki fungsi-fungsi sebagai:
a) Lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu agama
(tafaqquh fil aldin) dan nilai-nilai islam.
b) Lembaga keagamaan yang melakukan control sosial.
c) Lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial.

22
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi,
(Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama),6.
19
Azyumardi azra mengemukakan adanya tiga fungsi pesantren
yaitu:
a) Transmisi dan transfer ilmu-ilmu islam.
b) Pemeliharaan tradisi islam.
c) Reploduksi ulama.
Dengan berbagai peran yang potensial dimainkan oleh
pesantren dapat dikemukakan bahwa pesantren memiliki tingkat
integritas yang tinggi dengan masyarakat sekitarnya, sekaligus
menjadi rujukan moral bagi kehidupan masyarakat umum. Fungsi-
fungsi ini akan tetap terpelihara dan efektif manakala para kyai
pesantren dapat menjaga independensinya dari interfensi “pihak
luar”. 23
6) Prinsip-prinsip pendidikan Pondok Pesantren
Nurcholis madjid menjelaskan setidaknya 12 prinsip yang
melekat pada pendidikan pesantren, yaitu:
a) Teosentrik
b) Ikhlas dalam pengabdian
c) Kearifan
d) Kesederhanaan
e) Kolektifitaas
f) Mengatur kegiatan bersama
g) Kebebasan terpimpin
h) Kemandirian
i) Tempat menuntut ilmu dan mengabdi
j) Mengamalkan ajaranj agama
k) Belajar di pesantren bukan untuk mencari sertifikat atau ijazah
l) Kepatuhan terhadap kyai24

23
Sulthon dan khusnuridlo, manajemen pondok pesantren dalam perspektif global, (Yogyakarta:
Laks Bank pressindo, 2006), 14.
24
Sulthon dan khusnuridlo, manajemen pondok pesantren dalam perspektif global, (Yogyakarta:
Laks Bank pressindo, 2006), 15.
20
Melihat prinsip-prinsip yang khas diatas, tidak tepat kiranya
jika ada orang yang menilai pesantren dengan tolak ukur atau
kacamata non pesantren. Misalnya, dalam prestasi akademik,
pesantren selalu identik dengan nilai-nilai moral dan etik.
Kualitas prestasi santri sering diukur dengan tolok ukur
akademik dan kesalihan, bukan indikator-indikator kuantitatif.
F. Kerangka berfikir
Aktivitas belajar sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar.
Aktivitas belajar yang maksimal mampu memahamkan peserta didik dalam
pembelajaran. Sehingga seberapa besar pemahaman peserta didik akan sama
dengan hasil belajarnya.
Apabila peserta didik kurang maksimal dalam aktivitas belajar, maka
pemahamannya akan kurang terhadap pembelajarannya. Sehingga akan
berpengaruh terhadap kurang tercapainya hasil belajar yang baik. Dari
keterangan tersebut maka dalam penelitian ini terdorong untuk meneliti
pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian atau bisa diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi
(parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh
dari sampel penelitian (statistik).25 Hipotesis dibagi menjadi 2 :
a. Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak ada pengaruh aktivitas belajar di pesantren terhadap hasil
belajar siswa di SMK DARUN NAJAH.
b. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada pengaruh aktivitas belajar di pesantren terhadap hasil belajar
siswa di DARUN NAJAH.

25
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Kombinasi, ( Bandung: Alfabeta, 2017),
213.
21
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian tentang pengaruh aktivitas belajar di pesantren terhadap
hasil belajar siswa pendidikan agama islam di SMK DARUN NAJAH
menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sesuai dengan namanya,
penelitian ini menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran terhadap data serta penampilan hasil.

2. Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa-siswi yang
belajar dipondok pesantren Darun Najah, sebagaimana terdapat pada table
berikut:
Tabel 1: Jumlah siswa yang belajar di pondok
No Kelas Jumlah siswa Jenis kelamin
1 10 37 P
2 10 14 L
3 11 19 P
4 11 7 L
5 12 19 P
6 12 6 L
Jumlah siswa 102

Pada penelitian ini menggunakan Random sampling atau


cara pengambilan secara acak karena teknik pengambilan sampel
adalah random maka setiap anggota populasi mempunyai peluang
sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.26

3. Variabel penelitian dan devinisi operasional variabel


Sesuai dengan variabel penelitian ada dua jenis data yang
dikumpulkan.
variabel bebas (x) : Aktivitas belajar
variabel terikat (y) : Hasil belajar

26
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Kombinasi, ( Bandung: Alfabeta, 2017),
1134.
22
Agar tidak terjadi kesalapahaman judul, maka perlu dijelaskan
pengertian sebagai berikut:
Aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar yang berinteraksi
sehingga menimbulkan perubahan dari perilaku belajarnya. Misalnya dari
tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu melakukan kegiatan,
dan lain sebagainya.
Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, efektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar.27
4. Instrumen pengumpulan data
Untuk mendapatkan data yang relevan, maka digunakan metode
atau instrument sebagai berikut:
a. Metode Wawancara (interview)
Wawancara adalah formulir di mana peneliti mencatat
jawaban yang diberikan oleh peserta dalam penelitian. dengan
cara peneliti mengajukan pertanyaan dari panduan wawancara,
mendengarkan jawaban atau mengamati perilaku dan mencatat
respon survei.28
b. Metode Angket (kuesioner)
Teknik pengumpulan data di mana partisipan/ responden
mengisi pertanyaan atau pernyataan kemudian setelah diisi
dengan lengkap mengembalikan kepada peneliti.29 Metode
angket ini digunakan untuk mendapatkan data tentang
pengaruh aktivitas belajar di pesantren terhadap hasil belajar
siswa pendidikan agama islam di SMK DARUN NAJAH.

27
Ahmad Susanto, Teori Belajar Pembelajaran Di Sekolah Dasar, ( Jakarta: Fajar Interpratama
Mandiri, 2016), 5.
28
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Kombinasi, ( Bandung: Alfabeta, 2017),
188.
29
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Kombinasi, ( Bandung: Alfabeta, 2017),
192.
23
c. Metode Observasi
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantara yg terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. teknik pengumpulan data dengan
observasi dingunakan bila, penelitian berkenaan dengan
perilaku manusia. proses kerja, gejalah-gejalah alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.30
Dari paparan diatas, peneliti menyusun instrument, diantaranya
membuat beberapa pernyataan bentuk tertutup. Kuesioner tertutup adalah
kuesioner yang didalamnya telah terdapat alternative jawaban yang telah
ditentukan oleh si pembuat kuesioner. Jawaban tersebut bisa berupa
jawaban setuju atau tidak setuju atau pilihan ganda sehingga responden
tidak berkesempatan untuk mengisi dengan jawaban sendiri.
Metode kuantitatif menggunakan pola pikir deduktif (dari umum
ke khusus) dan menggunakan statistik.31 Menggunakan tabel favorable
dan unfavorable. Dengan demikian maka agar instrument yang disusun
bersifat sistematis, mudah dikontrol, dan dapat dikoreksi terlebih dahulu
dibuat instrumen seperti yang dapat dilhat pada tabel berikut:

Tabel 2: Skor
No Jenis Penilaian Favorable Unfavorable
1. Sangat Setuju 4 1
2. Setuju 3 2
3. Tidak Setuju 2 3
4. Sangat tidak setuju 1 4

Adapun instrumen penelitian diatas adalah dengan menggunakan


kuesioner langsung dimana daftar pertanyaan atau pernyataan yang
dilakukan kepada responden yang dipilih untuk mengisi angket dan
diminta untuk menceritakan keadaan dirinya.
30
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Kombinasi, ( Bandung: Alfabeta, 2017),
196.
31
Ahmad Yustru Daswara. Bahan Ajar Mata Kuliah Metodologi Penelitian. (Lumajang: STIT
Muhammadiyah Lumajang 2015) 20
24
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 4 alternatif jawaban
yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak
setuju (STS). Sedangkan kriteria pemberian nilai meliputi 4 item
favorable, yaitu jawaban sangat setuju (SS) mendapat nilai 4, jawaban
setuju (S) mendapat nilai 3, tidak setuju (TS) mendapat nilai 2, dan sangat
tidak setuju (STS) mendapat nilai 1. Dan kriteria pemberian nilai untuk
item unfavorable meliputi: jawaban sangat setuju (SS) mendapat nilai 1,
jawaban setuju (S) mendapat nilai 2, jawaban tidak setuju (TS) mendapat
nilai 3, dan jawaban sangat tidak setuju (STS) mendapat nilai 4.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber lain terkumpul. kegiatan dalam analisis data
adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan.
Teknis analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan
statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis
penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial meliputi
statistik parametris dan statistik nonparametris.32
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksut membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam penelitian ini statistik
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tentang pengaruh aktivitas
belajar di pesantren terhadap hasil belajar siswa pendidikan agama islam
di SMK DARUN NAJAH.

32
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Kombinasi, ( Bandung: Alfabeta, 2017),
199.
25
Statistik inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris.
statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui
statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. (pengertian
statistik di sini adalah data yang diperoleh dari sampel). sedangkan
statistik nonparametris tidak menguji para meter populasi, tetapi menguji
distribusi. penggunaan kedua statistik tersebut juga tergantung pada jenis
data yang dianalisis. statistik parametris kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris
kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal.33
Data-data yang diperoleh dari penelitian kemudian diolah dan
dianalisa untuk menuju upaya menjawab rumusan masalah dan hipotesis
penelitian yang telah dipaparkan dihalaman sebelumnya.
Dalam proses analisis data, seringkali digunakan metode statistik,
karena statsitik menyedikan cara-cara meringkas data kedalam bentuk
yang lebih banyak. Selain itu statistik memberi dasar-dasar untuk menarik
kesimpulan melalui proses yang mengikuti tata cara yang dapat diterima
oleh ilmu pengetahuan.
Setelah data-data terkumpul melalui kuesioner, peneliti
menggunakan Chi Square Statistic dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

X2 : Chi Square Statistic


f0 : Frekuensi yang diperoleh dari sampel
fh : Frekuensi yang diharapkan
Rumus diatas untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh aktivitas
belajar di pesantren terhadap hasil belajar siswa pendidikan agama islam di
SMK DARUN NAJAH.

33
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Kombinasi, ( Bandung: Alfabeta, 2017),
202.
26
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh aktivitas belajar di
pesantren terhadap hasil belajar siswa pendidikan agama islam di SMK
DARUN NAJAH.
Maka, digunakan teknik Koefesien Kontigensi (KK) yang
formulasinya sebagai berikut :

KK =

Keterangan :
KK : Koefesien Kontigensi
X2 : Nilai Chi Square Statistic
N : Jumlah Responden
Sedangkan interpretasi dari pengaruh dapat diklarifikasikan sebaga
berikut:
Table 3: Interpretasi Nilai r
No UKURAN INTERPRETASI
1 0,800 s/d 1,000 Sangat Tinggi
2 0,600 s/d 0,800 Tinggi
3 0,400 s/d 0,600 Cukup
4 0,200 s/d 0,400 Rendah
5 0,00 s/d 0,200 Sangat Rendah (Tidak Berkolerasi)
Keterangan :
r: Tingkat pendapatan

I. Prosedur Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti membagi menjadi 3
tahapan.
27
Tahapan pertama Berisi pokok-pokok pemikiran yang terdiri dari
judul penelitian, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan kajian Pustaka
Meliputi penelitian terdahulu, kajian teori dan hipotesis penelitian
terkait pengaruh aktivitas belajar di pesantren terhadap hasil belajar siswa
pendidikan agama islam di SMK DARUN NAJAH.
Tahapan kedua meliputi pendekatan dan jenis penelitian, populasi,
sampel, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi
operasional sampel, instrument pengumpulan data, teknis analisis data,
prosedur penelitian.

Tahapan ketiga meliputi daftar pustaka dan lampiran-lampiran

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud.2002. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.
28
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ayunawati, Irma. 2016. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika


Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation di
SMK Tu’maninah Yasin Metro, Universitas Nahdlatul Ulama Lampung:
Jurnal SAP, Vol. 1, No.2.

Daswara, Ahmad Yustru. 2015. Bahan Ajar Mata Kuliah Metodologi Penelitian.
Lumajang: STIT Muhammadiyah Lumajang.

Fathurrohman dkk. 2017. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika


Aditama.

Islamiyah dan Dewinur, 2019. Pengaruh Pendidikan Madrasah Diniyah


Terhadap Hasil Belajar Siswa Di Mts Roudlatut Tholabah Ngadiluwih
Kediri. Skripsi, Pendidikan Agama Islam, Iain Tulungagung.

Nurmala, Desi Ayu, dkk. 2014. Pengaruh Motivasi Belajar Dan Aktivitas Belajar
Terhadap Hasil Belajar Akutansi. Universitas Pendidikan Ganesa, Vol: 4
No: 1.

Qomar, Mujamil. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju


Demokratisasi Institusi. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Sulthon dan khusnuridlo. 2006. manajemen pondok pesantren dalam perspektif


global. Yogyakarta: Laks Bank pressindo.

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta:


Fajar Interpratama Mandiri.

Sugiono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Kombinasi.


Bandung: Alfabeta.

Sholeh, wawancara, Lumajang, 15 Februari 2020.

Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar Sosiologi. Yogjakarta: Ar-Ruzmedia.

Takdir, Mohammad. 2018. Modernisasi Kurikulum Pesantren. Yogyakarta:


IRCiSoD.

Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

29

Anda mungkin juga menyukai