Anda di halaman 1dari 23

BAB I

URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. Pengertian dan Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan.


1. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Para Ahli:
a. Azyumardi Azra1
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang
mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi,
lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan
kewajiban warganegara serta proses demokrasi.
Pendidikan demokrasi menyangkut: Sosialisasi;
Diseminasi dan aktualisasi konsep; Sistem; Nilai; Budaya;
dan Praktek demokrasi melalui pendidikan.Pendidikan
demokrasi menyangkut: Sosialisasi; Diseminasi dan
aktualisasi konsep; Sistem; Nilai; Budaya; dan Praktek
demokrasi melalui pendidikan.

Pendidikan HAM mengandung pengertian,“sebagai


aktivitas mentransformasikan nilai-nilai HAM agar tumbuh
kesadaran akan penghormatan, perlindungan dan penjaminan
HAM sebagai sesuatu yang kodrati dan dimiliki setiap
manusia”

b. Zamroni

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan


demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga
masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis.

1
Minto Rahayu, Pendidikan Kewarganegaraan, Grasindo, 2007, 10.

1
c. Merphin Panjaitan

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan


demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda
menjadi warganegara yang demokratis dan partisipatif
melalui suatu pendidikan yang dialogial.”

d. Soedijarto

Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan


politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk
menjadi warganegara yang secara politik dewasa dan ikut
serta membangun sistem politik yang demokratis.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan


kewarganegaraan adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang pemerintahan, kionstitusi, lembaga demokratis,
HAM, dan masih banyak lagi. Yang mempunyai tujuan
untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menjadi rakyat
yang dapat bersikap demokratis (dari rakyat, untuk rakyat,
dan oleh rakyat).
2. Rangkuman.
Dari berbagai devinisi dari para ahli di atas maka dapat di
katakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebuah ilmu
yang mempelajari segala hal tentang bagaimana kita menjadi
warga negara yang baik dengan memahami dan mematuhi segala
norma dan peraturan yang ada di Indonesia, sehingga diharapkan
kita akan menjadi seorang warga negara yang berperilaku

2
berdasarkan asas Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun
1945.

3. Soal Latihan.
1) Jelaskan pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut
Soedirjo!

2) Menurut Zamroni Pendidikan Kewarganegaraan adalah


pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan
warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis.
Yang di maksud bertindak demokratis adalah?

3) Dalam devinisi AzyumardiAzra, Pendidikan


Kewarganegaraan adalah suatu ilmu yang membahas tentang
apa saja?

4) Menurut Anda, apa yang di harapkan masyarakat ketika


mempelajari ilmu Pendidikan Kewarganegaraan ini?

5) Menurut Anda, apa pentingnya Mahasiswa mempelajari ilmu


ini?Jelaskan pendapat Anda!

4. Jawaban.

1) Menurut Soedirjo pendidikan politik yang bertujuan untuk


membantu peserta didik untuk menjadi warganegara yang
secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem
politik yang demokratis.

2) Ilmu yang dikaji dalam Pendidikan Kewarganegaan menurut


Azyumardi Azra adalah pemerintahan, konstitusi, lembaga-
lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban
warganegara serta proses demokrasi.

3
3) Bertindak demokratis adalah mengutamakan hak rakyat
dalam memilih apa yang menjadi kemaslahatan dalam
kehidupanya.

4) Menurut kami harapan masyarakat ketika mempelajari ilmu


Pendidikan Kewarganegaraan ini adalah agar bisa menjadi
seorang warna negara yang baik dan bisa membawa
Indonesia menjadi negara yang terkenal dengan persatuan
dan kedaulatannya.

5) Menurut kami, ketika mahasiswa mempelajari ilmu ini maka


memang penting karna seorang mahasiswa adalah harapan
bangsa yang akan menjadi generasi di mana Mahasiswa akan
membawa Indonesia kepada masa depan yang sejahtera.

B. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan


1. Latar Belakang
Pada hakekatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu
masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin
kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya. Agar
dapat membentuk kepribadian masyarakat yang cinta tanah air
dan bangga terhadap negaranya. Selaku warga
masyarakat,warga bangsa dan negara,secara berguna dan
bermakna serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang
selalu berunah dan selalu terkait dengan konteks dinamika
budaya,bangsa,negara dan hubungan international,maka
pendidikan tinggi tidak dapat mengabaikan realita kehidupan
yang mengglobal yang digambarkan sebagai perubahan
kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketidak
keterdugaan.

a. Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia sejak era


sebelum dan selama penjajahan ,dilanjutkan era merebut dan

4
mempertahankan kemerdekaan sampai dengan mengisi
kemerdekaan,menimbulkan kondisi dan tuntutan yang
berbeda-beda sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan
yang berbeda-beda diharap bangsa Indonesia berdasarkan
kesamaan nilai-nulai kejuangan bangsa yang dilandasi
jiwa,tekad dan semangat kebangsaan. Semangat perjuangan
bangsa yang tidak mengenal menyerah harus dimiliki oleh
setiap warga negara Republik Indonesia.

b. Semangat perjuangan bangsa mengalami pasang surut sesuai


dinamika perjalanan kehidupan yang disebabkan antara lain
pengaruh globalisasi yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan IPTEK, khususnya dibidang informasi,
Komunikasi dan Transportasi, sehingga dunia menjadi
transparan yang seolah-olah menjadi kampung sedunia tanpa
mengenal batas negara. Kondisi yang demikian menciptakan
struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Indonesia serta mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan
masyarakat Indonesia.

c. Semangat perjuangan bangsa indonesia dalam mengisi


kemerdekaan dan menghadapi globalisasi. Warga negara
Indonesia perlu memiliki wawasan dan kesadaran
bernegara,sikap dan perilaku, cinta tanah air serta
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka
bela negara demi utuh dan tegaknya NKRI.

2. Rangkuman

Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu ilmu yang


mengajarkan suatu bentuk kecintaan kita dalam membahas
hal tentang barbangsa dan bernegara yang baik serta,
perjuangan ini di landasi oleh nilai nilai perjuangan bangsa

5
sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadran
bernegara,sikap dan perilaku yang cintan tanah air dan
mengutamakan persatuan serta kesatuan bangsa dalam
rangka bela negara demi tetap utuh dan tegaknya NKRI.

3. Soal Latihan

1) Apa yang dimaksud dengan Pendidikan?

2) Bagaimana peran dari bidang pendidikan untuk kemajuan


perkembangan negara?

3) Menurut anda bagaimana peran mahasiswa dalam menyikapi


pendidikan kewarganegaraan?

4)

5)

4. Jawaban.

1) Pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan


pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup
dan kehidupan generasi penerusnya.

2) Menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas serta


menjadikan masyarakatnya bisa menjadi warga negara yang
baik.

3) Menurut kami, dalam menyikapi pendidikan kewarganegaraan


harus di pelajari dengan mempraktekkannya sekaligus karna
kami khususnya sebagai mahasiswa akan menjadi generasi yang
akan menjadi harapan Indonesia dalam kemajuannya di masa
depan.

6
4)

C. Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan

a. UUD 1945
b. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita,
tujuan dan aspirasi Bangsa Indonesia tentang
kemerdekaanya).
c. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam
hukum dan pemerintahan.
d. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya
bela negara.
e. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
f. Pasal 31 (1), hak Warganegara mendapatkan pendidikan.
g. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
h. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006
tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

D. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

a. Agar para mahasiswa memahami dan mampu melaksanakan


hak dan kewajibannya secara santun, jujur dan demokratis
serta ikhlas.
b. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
kejuangan, patriotisme, cinta tanah air dan rela berkorban bagi
bangsa dan negara.

7
c. Menguasai pengetahuan dan memahami aneka ragam masalah
dasar kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang akan
diatasi dengan pemikiran berdasarkan Pancasila, Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional secara kritis dan
betanggung jawab.
d. Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung
keberhasilan pencapaian Pendidikan Nasional, yaitu
“Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan
keterampilan, kesehatan jasmani, dan rohani, kepribadian
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan. Serta mewujudkan Kepribadian masyarakat
yang demokratis.
e. Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang
diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu
perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai
golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang
adil dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran
pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah
mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk
mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.

E. Ruang Lingkup Kajian Pendidikan Kewarganegaraan.

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam


perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif

8
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan
jaminan keadilan.

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan


keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di
masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan
nasional, Hukum dan peradilan internasional

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan
internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan
HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga
diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi,
Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan
bersama, Prestasi diri Persamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan
konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah
digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan
konstitusi.
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan
kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat,
Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi
menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam
masyarakat demokrasi.
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar
negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

9
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar
negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi,
Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
Mengevaluasi globalisasi.

F. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk


membangun dan menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara,
sikap serta perilaku yang mencintai tanah air dan bersendikan
kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional
dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan
mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuaan dan teknologi
serta seni.

Dangan hal berbeda bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia


indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat
jasmani dan rohani.

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap


mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik.
Sikap ini disertai perilaku yang:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa serta


menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masnyarakat berbangsa
dan bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga
negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.

10
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.

Melalui pendidikan Kewarganegaraan , Rakyat Republik


indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisa, dan
menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat ,
bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan
dalam cita-cita dan tujuan nasional seperti yang di gariskan dalam
pembukaan UUD 1945.

G. Pendekatan Pendidikan Kewarganegaraan.

Beberapa pendekatan nilai dan moral yang digunakan dalam


Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

1. Evokasi

Pendekatan ini menekankan pada inisiatif siswa untuk


mengekspresikan dirinya secara spontan yang didasarkan pada
kekebasan dan kesempatan. Pendekatan seperti ini baik sekali
namun dilihat dari budaya masyarakat ini terumata yang jauh
dari kehidupan kota melaksanakan pendekatan tersebut tentulah
menghadapi kendala-kendala cultural dan psikologikal. Untuk
dapat mengimplementasikan pendekatan ini, pernana guru amat
diperlukan dalam apa yang disebut dengan “breaking the ice”
agar setiap anak merasakan adanya suasana terbuka, bersahabat
dan kondusif untuk dapat “menyatakan dirinya” menyatakan apa
yang menjadi pemikirannya dan mengungkapkan perasaannya.

Melatih siswa dengan cara seperti itu pada dasarnya merupakan


salah satu bentuk pendewasaan agar terbiasa dalam merasakan
manfaat situasi seperti itu, sehingga untuk masa-masa yang akan
dating mereka pun dapat berbuat yang sama atau bahkan

11
melebihinya. Keberhasilan pendekatan tersebut juga amat
bergantung pada dorongan dan rangsangan yang diberikan guru
dengan mengandalkan pada stimulus-stimulus tertentu. Selain
peranan guru, peranan keluarga dan masyarakat juga amat
penting oleh karena apa yang dibicarakan dalam kelas yang
dibatasi oleh empat dinding kelas dapat member makna dalam
belajar siswa.

Peranan kedua unsut tersebut dalam menumbuhkan keyakinan


siswa tentang nilai mora yang dibahas di kelas, harus sejalan
dengan apa yang di lihat dan dialaminya dalam kehidupan di
keluarga dan di masyarakat. Jika tidak ada kesesuian di antara
ketifa unsut tersebut maka akan terjadi konflik dalam diri anak
yang dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan disebut intra
personal conflict yaitu konflik yang terjadi dalam diri siswa.
Konflik dalam diri pribadi anak itu dapat berlanjur menjadi
konflik antar pribadi yang disebut inter personal conflict karena
melihat tidak adanya keajekan antara nilai yang dipelajari dan
diuakininya dengan apa yang terjadi di sekolah dan di
masuarakat secara keseluruhan.

Pengalaman dan pembiasaan nilai-nilai Pancasila sebagai tujuan


PKn merupakan langkah-langkah penting dalam pengajaran
nilai. Hal itu sejalan dengan pendapat Dewey yang menyatakan
bahwa “…intellectual and ethical competence could be achieved
only by reflecting on one’s actual, concrete, concrete
experience.” Sebabnya adalah walaupun dikenalkan berbagai
konsep nilai misalnya tentang demokrasi, keadilan dan
menghargai orang lain jika struktur kelas dan sekolah tetap saja
mencontoh dan menekankan pada hubungan social yang otoriter
maka hangan diharapkan aka nada belajar yang efektif.

12
Kepedulian terhadap hubungan antara abstraksi dengan
pengalaman siswa sendiri dalam pemahaman Dewey disebut
dengan istilah “child centeredness.” Anak membutuhkan moral
yang ideal yang diharapkan dapat dikuasainya secara intelektual.
Pendidikan moral yang didasarkan pada kerangka kerja Dewey
adalah kegiatan kerjasama kelompok, bekerja dengan orang lain
dalam masalah yang katual atai masalah yang sebenarnya, dalam
bidang apa saja (seni, sains, politik, mekanik) akan membantu
anak menghargai pandangan dan nilai saling member dan
menerima (mutual exchange).

Moralita memang tidak dapat diajarkan hanya melalui contoh


kata-kata yang disampaikan oleh guru. Siswa membutuhkan
untuk saling berinteraksi pada kegiatan-kegiatan yang betul-
betul merupakan kepedulian dan perhatian mereka. Teknik
mengajar yang dapat digunakan dalam menggunakan
pendekatan ini diantaranya adalah teknik mengungkapkan nilai
yang dikenal dengan Value Clarification Technique.

Hersh (1980) dkk. Misalnya menjelaskan bahwa Sikap atau


perilaku moralitas itulah yang kiranya menjadi tugas dan
sekaligus tantangan utama guru SD. Masalah akan semakin
rumit terutama jika dikaitkan pengajar nilai dan moral untuk SD.

2. Inkulkasi (Menanamkan).

Pendekatan ini didasarkan pada sejumlah pertanyaan nilai


yang telah disusun terlebuh dahulu oleh guru. Tujuannya adalah
agar pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah nilai
tersebut dapat digunakan untuk mempengaruhi dan sekaligus
mengarahkan siswa kepada suatu kesimpulan nilai yang sudah
direncanakan. Peranan guru dalam hal ini amat menentukan oleh
karena gurulah yang menentuka kearah mana siswa akan dibawa
atau diarahkan atau dikondisikan secara halus dan hati-hati.

13
Gurulah dengan pertanyaan dan arah kesimpulan atau pendapat
yang menentukan dalam penkdekatan ini adalah Teknik Inkuiri
Nilai (Value Inquiru Question Technique) di mana target nilai
yang diharapkan dapat dicapai dengan memanipulasi kedalam
sejumlah pertanyaan.

3. Pendekatan Kesadaran.

Dalam hal ini yang menjadi sasaran adalah bagaimana


mengungkap dan membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai
tertentu yang ada pada dirinya atau pada orang lain. Tentu saja
kesadaran itu akan tumbuh menjadi sesuatu yang menumbuhkan
kesadarannya tentang nilai atau seperangkat nilai-nilai tertentu.
Hanya dengan kesadaran tertentu itu melalui kegiatan-kegiatan
tertentu yang direncanakan oleh guru anak dapat
mengungkapkan nilai-nilai dirinya atau nilai-nilai orang lain.
Jendela Johary (Johary Window) kiranya dapat membantu
menumbuhkan kesadaran siswa tentan gidirnya atau diri orang
lain.

4. Penalaran moral

Salah satu pendekatan dalam pendidikan moral adalah


penalaran moral dimana anak dilibatkan dalam suatu dilemma
moral sehingga keputusan yang diambil terhadap dilemma moral
harus dapat diberikan alas an-alasan moralnya yang masuk akal.
Dilemma moral adalah satu bentuk teknik mengajar nilai dan
miral yang dianggap tepat terutama bagi kelas-kelas yang tinggi,
misalnya kelas IV, V dan VI. Patut disadari bahwa dalam
pendidikan nilai dan moral berbagai cara dapat digunakan
sebagai stimulus dalam melibatkan nalar dan afeksi siswa adalah
melalui pertanyaan, pernyataan, gambar, ceritera, dan gambar
keadaan yang bersifat dilematis.

14
Dalam pengajaran PKn misalnya melibatkan siswa sebagai
individu yang “merasakan” dan “larut” dalam situasi yang
sengaja diciptakan untuk mendorong siswa menggunakan nalar
dan perasaannya terhadap suatu situasi atau kejadian, prinsip,
pandangan atau masalah merupakan upaya-upaya dasar dalam
pendidikan nilai dan moral. Tanpa upaya-upaya dasar semacam
itu, pendidikan nilai dan moral serta PKn khususnya akan sulit
mencapai tujuan-tujuannya secara optimal. Dalam pendekatan
dilematis sebagai salah satu pendekatan akan lebih efektif jika
guru berhasil melibatkan secara intens nalar dan perasaan siswa
sebab walaupun yang menjadi dasar utama adalah nalarnya atau
reasoning-nya, namun factor perasaan siswa jufa akan
memegang peranan penting dalam member alas an-alasan moral
tersebut.

Peranan stimulus amat besar sebab stimulus yang didasarkan


pada hal yang bersifat dilematis, akan mengundang siswa
mengkaji dengan nalar nilai dan moral yang terlibat dalam
masalah yang bersifat dilematis tersebut. Dalam proses
pengkajian tersebut siswa akan melibatkan nilai-nilai yang
dimilikinya dihadapkan dengan nilai-nilai yang terkandung di
dalam masalah dilematis tersebut. Dengan itu juga diharapkan
siswa sekaligus menghubungkannya dengan nilai-nilai yang
umum dimiliki oleh orang lain atau umum dalam menghadapi
masalah-masalah dilematis seperti itu. Oleh karena dalam
pendekatan ini yang menajdi focus adalah nalar atau yang
berkaitan dengan kognitifnya maka pendekatan ini amat sesuai
dengan apa yang kita sebut dengan Cognitive Moral
Development dari Kohlberg. Bagi Kohlberg terhadap kaitan
yang erat antara perkembangan kognitif dan kematangan atau
perkembangan moral seseorang.

5. Pendekatan Analisis Nilai

15
Melalui pendekatan ini siswa diajak untuk mengaji atau
menganalisis nilai yang ada dalam suatu media atau stimulus
yang memang disiapkan oleh guru dalam mengajarkan
pendidikan nilai dan moral. Dalam melakukan pengkajian tentu
saja para siswa sudah dibekali dengan kemampuan analisisnya.
Melakukan analisis sebagaimana diketahui adalah merupakan
salah satu tahapan dalam tingkat pengetahuan atau ingatan dan
analisis adalah satu tahapan dalam keterampilan berpikir
sebelum sampai pada sintesis dan evaluasi.

Dalam melakukan analisis nilai tentu saja siswa akan sampai


pada tahapan menilai apakah suatu nilai itu dianggap baik atau
tidak. Jika menggunakan nanalisis nilai, tentu saja disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Analisis nilai dapat dimulai oleh
siswa yang dimulai dari sekedar melaporkan apa yang dilihat
dan dihadapi sampai pada memilih dan mengemukakan hasil
pengkajian yang lebih teliti dan lebih tepat.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa pendekatan ini


berkaitan dengan kognitif maka jelas bahwa antara pendekatan
lima berkaitan erat dengan pendekatan empat yaitu penalaran
moral. Pendekatan ini banyak sekali digunakan dalam teknik
mengungkap nilai.

6. Pengungkapan Nilai.

Pengungkapan Nilai melihat pendidikan moral lebih pada


upaya meningkatkan kesadaran diri (self-awareness) dan
memperhatikan diri sendiri (self-caring) dan bukannya
pemecahan masalah. Pendekatan ini juga membantu siswa
menemukan dan memeriksa nilai mereka untuk menemukan
keberartian dan rasa aman diri. Oleh sebab itu maka
pertimbangan (judging) adalah merupakan factor kunci dalam
model tersebut, namun pertimbangan yang dimaksud adalah

16
pertimbangan tentang yang disenangi dan yang tidak disenangi,
dan bukan sesuatu yang diyakini seorang sebagai hal yang benar
atau salah.

Melalui pendekatan ini siswa dibina kesadaran emosionalnya


tentang nilai yang ada dalam dirinya melalui cara-cara kritis dan
rational dan akhirnya menguji kebenaran, kebaikan atau
ketepatannya. Pengungkapan nilai tidak menganggap nilai moral
sebagai sebuah status dalam rentangan nilai-nilai. Semua nilai
termasuk moral dianggap sebagai sesuatu yang bersifat pribadi
dan relativf. Walaupun dikatakan bahwa Teknik Pengungkapan
Nilai ini banyak dipakai ternyata juga banyak menghadapi
tantangan, oleh karena itu pendekatan ini dianggap memiliki
banyak kelemahan.

7. Pendekatan Komitmen

Pendekatan komitmen dalam pendidikan nilai dan moral


mengarahkan dan menekankan pada seperangkat nilai yang akan
mendasari pola piker setiap guru yang bertanggung jawab
terjadap pendidikan nilai dan moral. Dalam PKn sudah barang
tentu yang menjadi komitmen dasarnya adalah nilai-nilai moral
Pancasila serta Undang-undang Dasar 1945. Nilai moral tersebut
telah menjadi komitmen bangsa dan negara Indonesia untuk
terus dilestarikan sebagai nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Dalam mengajarkan nila dan moral tersebut nilai moral


Pancasila merupakan nilai sentralnya tanpa menutup
kemungkinan mengajarkan nilai-nilai lainnya yang sesuai dan
tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945. Hal itu merupakan perwujudan dari komitmen Bangsa
Indonesia khususnya Orde Baru untuk senantiasa

17
melaksanakannya secara murni dan konsekuen. Untuk
terlaksananya hal tersebut sudah barang tentu komitmen
terutama guru, orang tua, serta masyarakat dan juga siswa
merupakan hal yang paling pokok bagi keberhasilan PKn
tersebut.

Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk melatih disiplin


siswa dalam pola pikir dan tindakannya agar senantiasa sesuai
dengan nilai-nilai moral yang telah menjadi komitmen bersama
itu. Oleh karena nilai—nilai yang telah menjadi komitmen
tersebut adalah nilai-nilai bersama maka pendekatan tersebut
diharapkan pula dapat membina integritas social para siswa.
Persoalan utama sekarang adalah bagaimana hal itu dilakukan
pada tingkat SD.

8. Pendekatan Memadukan (Union Approach).

Pedekatan ke delapan yang diajukan Superka adalah


menyatukan diri siswa dengan pengalaman dalam kehidupan
“riil” yang dirancang oleh guru dalam proses belajar-mengajar.
Proses penyatuan tersebut tidak lain adalah dimaksud agar siswa
benar-benar mengalami secara langsung pengalaman-
pengalaman yang direncanakan guru melalui berbagai metode
mengajar yang dipilih guru untuk tujuan tersebut. Untuk
mencapai tujuan pengajaran seperti yang diharapkan itu, guru
dapat menggunakan berbagai metode diantaranya Partisipatori,
Simulasi, Sosio Drama, dan Studi Proyek.

Siswa SD sesuai dengan tingkat kemampuan dan


perkembangan berpikirnya memang lebih menyenangi contoh-
contoh konkrit. Contoh konkrit tersebut adalah contoh-contoh
perilaku yang dapat dilaksanakan dlaam kehidupan siswa.
Penerapannya mungkin dalam kelompok diskusi di kelas, dalam
kelompok bermain di sekolah atau dalam kehidupan di tengah-

18
tengah keluarga. Karena itu dalam prinsip pengajaran dianjurkan
agar guru {Kn SD dalam mengajarnya memulai dari hal-hal
konkrit kepada yang abstrak apalagi materi pendidikan moral
pada dasarnya bersifat abstrak.

Salah satu permasalahan pokok yang dihadapi guru adalah


bagaimana mencari contoh-contoh konkrit yang memang secara
langsung menyentuh aspek kehidupan anak. Apa yang secara
langsung menyentuh kebuthan seorang akan lebih mudah
dihayati dan dilaksanakan. Kiranya demikian pula dengan mata
pelajaran PKn SD.

Oleh sebab itu dalam mengajarnya guru PKn SD diharapkan


dapat (a) mengemukakan berbagai contoh perilaku, (b)
membantu siswa agar dapat mengikuti/mencontoh berbagai
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila dan
tuntutan kehidupan masuarakat sekitarnya yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai moral Pancasila tersebut.
Sebagai contoh misalnya adalah, guru dalam mengajarnya
sebaiknya lebih menekankan pada contoh-contoh yang sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa.

Contoh-contoh pengalaman nilai-moral dalam berbagai


situasi dan konteks kiranya dapat membantu siswa untuk lebih
memahami dan menghayati serta mengamalkan nilai-nilai moral
yang disampaikan memalui mata pelajaran PKn SD. Nilai-nilai
yang mendasari sikap dan perilaku dalam keluarga, sekolah, dan
lingkungan bermain serta lingkungan yang lebih luas haru
merupakan materi penting untuk dipahami anak-anak SD.

Nilai-nilai dalam keluarga dimaksud diantaranya adalah


kasih saying, saling menghormati, menyenangi kebersihan dan
keindahan, kepatuhan. Dapat juga yang berkaitan dengan
lingkungan belajar anak seperti, saling menyayangi, tolong

19
menolong, adil, berdisiplin, mematuhi aturan permainan, tertib
dan jujur, dan bersikap sportif. Nilai-moral dalam lingkungan
kelas atau sekolah juga perlu diperhatikan misalnya dating dan
menyelesaikan tugasnya tepat waktu, berbari dengan rapih saat
memasuki kelas, memelihara kebersihan kelas dan sekolah,
memelihara buku dan peralatan sekolah, menghormati guru dan
petugas sekolah lainnya.

H. Kedudukan Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan adalah usaha sadar dalam menyiapkan peserta didik


melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan pembentukan. Dalam
kaitan itu, pendidikan sering diartikan sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam konteks
Indonesia, pendidikan nasional dapat dikatakan sebagai pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah, dalam wilayah negara
Indonesia yang didasarkan pada Pancasila sebgai kepribadian
bangsa. Oleh karena itu, pendidikan nasional Indonesia hendaknya
berakar pada budaya bangsa yang berdasarkan pada Pancasila dan
UUD 1945.

Perbedaan kepribadian, falsafah dan pandangan hidup bangsa dan


konstitusi yang digunakan dalam suatu negara, akan mewarnai
perbedaan pendidikan nasional yang diselenggaran suatu negara
dengan negara lain. Dalam konteks ini, tidak bisa pula bahwa
pembangunan pendidikan atau pengembangan pendidikan di suatu
negara, hanya dilakukan dengan cara’mengadopsi’ sistem
pendidikan yang diterapkan di negara lain. Sebagai gambaran bahwa
pendidikan di Indonesia tidak dapat disamakan dengan negara lain,
dapat ditegaskan bahwa pendidikan nasional Indonesia adalah

20
pendidikan nasional yang berlandaskan Pancasila, bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yang memiliki atribut,
antara lain : beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, disiplin, kerja keras, tangguh,
bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil, sehat jasmani dan
rokhani.Selain itu, secara kualitatif lewat pendidikan nasional
diharapkan warga negara memiliki kesadaran cinta tanah airnya,
tebal semangat kebangsaan, tinggi rasa kesetiakawan sosial,
peracaya pada diri sendiri, inovatif dan kreatif, mampu membangun
diri sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa dan negara.

Dapat ditegaskan bahwa kinerja pendidikan dalam konteks sistem


pendidikan nasional adalah suatu keseluruhan yang terpadu dari
semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan antara yang
satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan
pendidikan nasional.

I. Landasan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan


Tinggi.

Landasan pendidikan kewarganegaraan meliputi landasan


filosofis, teoritis, historis, sosiologis, ilmiah, dan hukum.

1. Landasan filosofis

Pendidikan kewarganegaraan diperlukan untuk membangun


semangat kebangsaan dalam mengisi kemerdekaan di segala
aspek, karena hal tersebut bukan hal yang mudah dan instan.

2. Landasan teoritis

21
Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
pribadi yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

3. Landasan historis

Pengalaman bangsa Indonesia dalam mewujudkan dan


mempertahankan kemerdekaan NKRI bukanlah hal yang spele
dan mudah. Melihar fenomena historis tersebut diperlukan adanya
pendidikan karakter dan moral bangsa dalam kehidupan
berdemokrasi demi terjaganya Negara dan menumbuhkan rasa
bela terhadap negara agar terwujudnya integrasi bangsa.

4. Landasan sosiologis

Indonesia dengan segala keanekaragaman harus diarahkan dan


dibina dalam meningkatkan kesadaran bersama untuk
mewujudkan integrasai bangsa.

5. Landasan ilmiah

Pendidikan kewarganegaraan meliputi hubungan antara Negara


dan warga Negara dan antar sesame warga Negara itu sendiri.
Maka dalam pembangunan hubnhan antara ketiganya diperlukan
bekal ilmu pengetahuan dan seni yang dilandasi dengan nilai-nilai
keagamaan, moral, dan nilai-nilai budaya bangsa.

6. Landasan Hukum

a. UUD 1945

1) Pembukaan UUD 1945 alinea pertama dan keempat


(cita-cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang
kemerdekannya).
2) Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan warga Negara di
dalam hokum dan pemerintahan.

22
3) Pasal 27(3), hak dan kewajiban warga Negara dalam
pembelaan Negara.
4) Pasal 27(3), hak dan kewajiban warga Negara dalam
pembelaan Negara.
5) Pasal 31 (1), hak warga Negara mendapatkan
pendidikan.

b. Ketetapan MPRNo. II/MPR/1999 Undang-Undang No. 20


Tahun 1982

23

Anda mungkin juga menyukai